You are on page 1of 7

Nama : Andhika Wijaya Mulia

Kelas : VIII G
Tema :Menyelaraskan Kehidupan Dunia
Dan
Akhirat

Khutbah pertama















.















.

















.







Kaum muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan kita kenikmatan yang sangat banyak sedari kita berada di
rahim ibu kita, hingga saat ini di usia kita sekarang. Allah Subhanahu wa Taala berfirman,

Jika kalian menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kalian tidak akan mampu menghitungnya. Sesungguhnya
)Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. An-Nahl: 18
Firman Allah Subhanahu wa Taala ini sering sekali kita dengar, hampir-hampir terasa hambar tidak lagi bergetar
di hati kita. Namun pernahkah kita mencoba merenungkan nikmat-nikmat Allah yang telah kita kecap, udara yang
kita hisap tanpa dipungut biaya, tengoklah mereka yang terbaring di rumah sakit bernafas dengan selang dari
tabung oksigen, rumah sakit tidak memberikan itu cuma-cuma kepada mereka. Lihatlah organ tubuh Anda,
bekerja dengan dinamis dan saling bersinergi, tidak lain semua itu adalah nikmat Allah yang Dia anugerahkan
kepada hamba-hamba-Nya. Maka dari itu segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan sedemikian
banyak kenikmatan kepada kita dan kita bertaubat atas kemaksiatan kita kepada-Nya.

Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi kita Muhammad shallallahu alaihi wa sallam,
beserta keluarga, sahabat dan pengikutnya hingga akhir zaman.
Kaum muslimin jamaah Jumat yang dirahmati oleh Allah
Khatib mengajak diri khatib pribadi dan jamaah sekalian untuk senantiasa meningkatkan ketakwaan kita kepada
Allah Subhanahu wa Taala, karena ketakwaanlah parameter kebaikan seorang hamba di sisi Allah.
Allah Subhanahu wa Taala berfirman,

Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah diantara kalian adalah orang yang paling bertakwa (QS.
Al-Hujurat: 13)
Kaum muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Allah Subhanahu wa Taala telah membuat perumpamaan-perumpamaan dan menceritakan kisah-kisah umat
terdahulu di dalam Alquran agar kita mudah dalam mengambil pelajaran. Di antara kisah yang Allah firmankan
kepada kita adalah kisah Qarun, seseorang yang kaya raya dalam kehidupan dunianya, namun seseorang yang
sombong dan tidak memikirkan tentang akhiratnya akhirnya ia pun merugi di akhirat kelak.
Dalam rangkaian kisah Qarun di dalam surat Al-Qashash, Allah hendak mengajarkan kepada kita bagaimana
semestinya seseorang menyeimbangkan kehidupan dunia dan akhiratnya. Allah berfirman,

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah
kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana
Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS. Al-Qashash: 77)
Ayat ini menjelaskan prinsip yang agung, bagaimana hendaknya seseorang menyelaraskan antara kehidupan
dunia dan akhiratnya. Setidaknya ada empat poin dari ayat ini yang bisa kita jadikan prinsip dalam mengarungi
kehidupan dunia.
Pertama, Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat.
Wasiat yang pertama yang diasampaikan oleh Allah Subhanahu wa Taala bagaimana hendaknya seseorang
menjalani kehidupannya di dunia ini adalah dengan mengejar akhirat mereka. Mengapa? Karena akhirat adalah
negeri yang abadi, tempat manusia kembali. Seseorang akan merasakan kenikmatan yang abadi apabila dalam
kehidupan dunia mereka, mereka persiapkan amalan shalih untuk menjemput akhirat. Dan sebaliknya,
kesengsaraan yang tiada ujungnya, apabila manusia habiskan dunia mereka dengan berfoya-foya dan berhurahura yang hanya sebentar saja.
Allah Subhanahu wa Taala menjelaskan perbandingan masa waktu antara dunia dan akhirat, Dia berfirman,

Sesungguhnya satu hari di sisi Rabb kalian adalah seperti seribu tahun dalam perhitungan kalian. (QS. Al-Hajj:
47)

Bayangkanlah! Renungkanlah jamaah sekalian, betapa sedikitnya, betapa pendeknya usia kita di dunia! Lalu
apakah kita akan korbankan kesenangan yang fana di dunia dengan penderitaan yang tidak ada habisnya di
akhirat kelak. Atau relakah kita berletih dan berpeluh di kehidupan dunia ini, menahan syahwat kita, menahan
hawa nafsu kita, untuk menyongsong kebahagian yang kekal abadi di akhirat nanti. Orang yang berakal, dan
orang yang memiliki fitrah yang lurus tentu saja ia akan memilih berjuang di kehidupan dunianya untuk
menjemput kebahagiannya di akhirat. Ia tidak akan membiarkan setan leluasa, membuatnya lalai terus-menerus.
Tidak hanya dalam perbandingan waktu, dalam skala perbandingan kenikmatan pun kehidupan dunia ini tidak
bisa dibandingkan dengan kehidupan di akhirat sana. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,




:


.


.




Aku telah siapkan bagi hamba-hamba-Ku yang shalih sesuatu yang (kenikmatannya) tidak pernah dilihat oleh
mata, tidak pernah didengar oleh telinga, dan juga tidak pernah terbetik dalam hati manusia. Dalam suatu
riwayat: Dan juga tidak diketahui oleh malaikat yang dekat (di sisi Allah) juga para nabi yang diutus. (HR.
Bukhari dan Muslim)
Silahkan Anda bayangkan kenikmatan yang paling nikmat, Anda bayangkan istana yang paling megah
berdindingkan emas dan dihiasi butiran berlian dan permata, Anda bayangkan kebun-kebun yang hijau dengan
buah-buahan yang lebat dan ranum, Anda bayangkan kendaraan termewah; mobil, pesawat, atau helicopter
pribadi, maka semua itu tidak ada bandingannya, tidak ada apa-apanya apabila dibandingkan dengan
kenikmatan surga. Surga yang dialiri oleh sungai-sungai dari madu dan susu dan pelayan-pelayan yang muda
dan tidak menua dari kalangan bidadari.
Alangkah naif dan lugunya kita, menghabiskan semua hidup kita untuk menjemput dunia tanpa peduli dengan
akhirat kita. Demi dunia yang sedikit saja, orang-orang rela menghabiskan waktu mereka dan mereka pun hanya
mendapatkan sebagian kecil dari harta dunia, lalu apakah kita akan berleha-leha menjemput sesuatu yang jauh
lebih baik dari kehidupan dunia?
Kedua, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi
Setelah Allah jelaskan bahwa kita harus mengutamakan kehidupan akhirat, namun Dia Yang Maha Bijaksana
pun tidak menuntunkan kita untuk meninggalkan kehidupan dunia kita secara total.
Kaum muslimin yang dirahmati Allah
Mengapa Allah Subhanahu wa Taala mewasiatkan agar kita tidak melupakan kehidupan dunia? Padahal realita
yang kita dapati bahkan orang-orang tidak harus diperintahkan unutk menjemput dunia mereka tapi mereka
sudah tenggelam dalam kehidupan dunia. Mengapa Allah memerintahkan manusia yang memang sudah
tabiatnya mencintai dunia untuk menjemput kehidupan dunia? Bukankah ini perintah yang sia-sia?
Tentu saja tidak, Allah tidaklah memfirmankan sesuatu yang sia-sia tidak memiliki faidah dan manfaat.
Seseorang yang membaca Alquran dan mendengar perintah Allah tentang keutamaan akhirat, terkadang mereka
salah memahami, mereka menyangka bahwa dunia ini harus ditinggalkan sama sekali. Yang mereka tahu, dunia
hanya mencelakakan dan membahayakan kehidupan akhirat mereka. seperti tiga atau empat orang yang
bertanya kepada isti beliau shallallahu alaihi wa sallam perihal kehidupan beliau. Lalu mereka menanggapi, saya
tidak akan berbuka dan puasa terus menerus, saya tidak akan tidur dan shalat sepanjang malam, dan saya tidak

akan menikahi wanita, dalam riwayat yang lain orang keempat mengatakan, saya tidak akan memakan daging.
Lalu dibantah oleh Nabi shallallah alaihi wa sallam menyalahkan mereka dan mengatakan, aku puasa dan aku
juga berbuka, aku shalat dan aku juga tidur, dan aku menikahi wanita. Inilah bukti adanya orang-orang yang
melupakan dunia mereka.
Demikian juga saat ini, banyak orang-orang yang berpenampilan Islam, lalu meninggalkan keluarga mereka pergi
berhari-hari demi alasan berdakwah akan tetapi kepergian mereka tidak diiringi dengan pemberian nafkah
kepada keluarga mereka. naudzubillah, Islam tidak mengajarkan yang demikian.
Ketiga, berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu
Allah Subhanahu wa Taala memperingatkan Qarun yang telah Allah perlakukan dengan baik, Allah anugerahkan
dia harta yang melimpah yang disebutkan di ayat sebelumnya bahwa kunci-kucni perbendaharaan harta Qarun di
pikul oleh orang-orang yang kuat. Itu hanya kunci dari gudang-gudang hartanya, tidak bisa kita bayangkan
betapa banyak gudang perbendaharaan harta Qarun ini. Namun apa yang diperbuat oleh Qarun? Ia malah
berlaku sombong enggan berbuat baik dengan cara mensyukuri nikmat Allah dan taat kepada-Nya. Lalu Allah
tenggelamkan ia bersama harta-hartanya ke dalam perut bumi.
Kaum muslimin yang dirahmati Allah
Apabila kita mendapatkan kebaikan dari seseorang, maka orang tersebut sangat layak mendapatkan kebaikan
dari kita. Bagaimana pula dengan Allah Subhanahu wa Taala yang telah menganugerahkan kenikmatan yang
tidak terhitung kepada kita? Walaupun anugerah Allah tersebut jumlahnya sedikit menurut kaca mata materi
kebutuhan kita, maka tetaplah kita syukuri karena seseorang tidak akan bersyukur terhadap sesuatu yang
banyak apabila ia tidak belajar menysukuri sesuatu yang sedikit.

Khutbah Kedua

Kaum muslimin yang dirahmati Allah


Setelah kita mengetahui beberapa prinsip yang harus dipegangi seorang muslim dalam mengarungi kehidupan
dunianya. Berikutnya Allah Subhanahu wa Taala mewasiatkan
Keempat, janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berbuat kerusakan
Wasiat ini pun Allah kaitkan dengan Qarun, ia memiliki perbendaharaan harta yang banyak. Dari kehidupan yang
bergelimang harta, maka rasa congkak dan melakukan kerusakan di muka bumi itu akan lebih mungkin
dilakukan, karena ia memiliki kuasa.

Allah melarang kita untuk melakukan perbuatan kerusakan di muka bumi, lalu Dia tutup firman-nya tersebut
dengan peringatan bahwa Dia tidak suak atau membenci orang-orang yang berbuat kerusakan. Baik berbuat
kerusakan tersebut dilakukan secara fisik; seperti merusak jalanan, bangunan, dll. ataupun melakukan kerusakan
yang sifatnya non fisik; seperti berbuat jahat, dengki, hasad, menyebarkan kabar dusta, merusak generasi
dengan rokok dan narkoba dll.
Akhir kata kami ucapkan, mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Taala terus membimbing kita dalam
mengarungi kehidupan dunia ini sesuai dengan yang Dia cintai dan Dia ridhai, amin..











.




.




.
















.


.

You might also like