You are on page 1of 82

PEDOMAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

SUB SEKTOR TRANSPORTASI DARAT


Bidang LLAJ & Bina Sistem Lalu Lintas Angkutan Kota
NO
1.

KEW EN A N GA N W A JIB
KA BU PA TEN /KO TA

JEN IS STA N DA R PELA YA N A N M IN IM A L

Penetapan Rencana Umum 1. Penyusunan rencana umum jaringan


transportasi jalan sekunder.
Jaringan Transportasi Jalan
Sekunder
a. Dasar pertimbangan
Penyusunan rencana umum jaringan
transportasi jalan sekunder
memperhatikan:
1) Rencana umum tata ruang wilayah
kabupaten/kota
2) rencana umum jaringan transportasi
jalan propinsi

KETERA N GA N
Rencana umum jaringan transportasi jalan sekunder
disusun berdasarkan pada :
a. Kebutuhan transportasi, dimaksudkan adalah
kebutuhan perpindahan orang dan/atau barang
menurut asal dan tujuan perjalanan, pilihan moda
dan mutu pelayanan yang diinginkan sesuai dengan
kebutuhan pengguna jasa.
b. Fungsi,
dimaksudkan
adalah
kegiatan
menghubungkan simpul dan ruang kegiatan
menurut kepentingannya yang meliputi kepentingan
lalu lintas dan kepentingan angkutan
c. Peranan, dimaksudkan adalah tingkat hubungan
antar simpul dan ruang kegiatan menurut fungsinya,
yang dikelompokan dalam jaringan dalam kota dan
Perdesaan menurut hirarkhinya masing-masing.
d. Kapasitas lalu lintas, dimaksudkan adalah volume
lalu lintas dikaitkan dengan jenis, ukuran, daya
angkut, dan kecepatan kendaraan.
e. Kelas jalan, dimaksudkan adalah klasifikasi jalan
berdasarkan muatan sumbu terberat (MST) dan
karakteristik lalu lintas.

2. Tata Cara Penyusunan


Penyusunan rencana umum jaringan
transportasi jalan sekunder meliputi kegiatan :
a. pengumpulan dan pengolahan data
primer dan sekunder;
b. analisis bangkitan perjalanan;
c. analisis distribusi perjalanan;
Posisi 16 /05/01

NO

KEW EN A N G A N W A JIB
KA BU PA TEN /KO TA

JEN IS STA N DA R PELA YA N A N M IN IM A L

KETERA N GA N

d. analisis pemilihan sarana angkutan;


e. analisis pembebanan jaringan;
f. analisis kebutuhan lokasi simpul
transportasi;
g. analisis kebutuhan ruang lalu lintas
berupa jalan, lintas penyeberangan dan
jalan rel;
h. analisis arah dan kebijaksanaan peranan
antar moda.

Posisi 16 /05/01

3. Jangka waktu perencanaan


Jangka waktu perencanaan penyusunan
rencana umum jaringan transportasi jalan
sekunder sekurang-kurangnya 10 tahun

Perencanaan penyusunan rencana umum jaringan


transportasi jalan sekunder dapat dilakukan peninjauan
sekurang-kurangnya dalam waktu 5 tahun sekali
dan/atau dalam hal diperlukan penyesuaian berkaitan
dengan adanya pertumbuhan kebutuhan angkutan

4. Cakupan Materi
Rencana umum jaringan transportasi jalan
sekunder memuat hal-hal sebagai berikut :
a. rencana lokasi ruang kegiatan yang
berskala lokal yang dihubungkan oleh
prasarana transportas jalan dengan
memperhatikan perkiraan bangkitan
perjalanan orang dan/atau barang;
b. analisis prakiraan perpindahan orang
dan/atau barang menurut asal dan tujuan
perjalanan antar zona berupa
kecamatan/desa;
c. analisis penentuan arah dan kebijaksanaan
peranan transportasi jalan yang tidak
terpisah dengan moda transportasi lain;

Lingkup penyusunan rencana umum jaringan


transportasi jalan sekunder meliputi :
1) simpul transportasi yaitu terminal, halte, stasiun,
pelabuhan sungai, pelabuhan penyeberangan,
pelabuhan, bandar udara yang berskala pelayanan
lokal;
2) ruang kegiatan meliputi kawasan pemukiman,
industri, pertambangan, pertanian, kehutanan,
perkantoran, perdagangan, pariwisata dalam
kawasan andalan kabupaten/kota;
3) ruang lalu lintas berupa jalan menurut peranan yaitu
jalan arteri sekunder, kolektor sekunder dan lokal
sekunder yang ditetapkan sebagai jalan
kabupaten/kota;
4) ruang lalu lintas berupa lintas penyeberangan yaitu
lintas penyeberangan yang melayani angkutan
2

NO

KEW EN A N G A N W A JIB
KA BU PA TEN /KO TA

JEN IS STA N DA R PELA YA N A N M IN IM A L


d. analisis penentuan kebutuhan lokasi dan
titik simpul berupa terminal transportasi
jalan sesuai dengan klasifikasi yang
ditentukan;
e. analisis penentuan rencana kebutuhan
ruang lalu lintas yang berupa rencana
pengembangan jaringan jalan dan lintas
penyeberangan sesuai dengan klasifikasi
yang ditentukan.
f. Hasil penyusunan ditampilkan secara
grafis dalam peta

KETERA N GA N
Perdesaan/kota.

5. Keputusan penetapan rencana umum


jaringan transportasi jalan sekunder
a. Penetapan Rencana Umum Jaringan
Transportasi Jalan sekunder ditetapkan
dengan Keputusan Bupati/Walikota
setelah mendengar pendapat Gubernur.
b. Keputusan Bupati/Walikota tersebut
memuat rencana umum perwujudan
unsur-unsur jaringan transportasi jalan
meliputi :
1) Rencana penetapan lokasi simpul
transportasi;
2) Rencana penetapan ruang lalu lintas;
3) Rencana penetapan arah dan
kebijaksanaan transportasi jalan.
c. Penetapan rencana umum jaringan
transportasi sekunder diumumkan secara
terbuka kepada masyarakat.
d. Penetapan Rencana Umum Jaringan
Posisi 16 /05/01

NO

KEW EN A N G A N W A JIB
KA BU PA TEN /KO TA

JEN IS STA N DA R PELA YA N A N M IN IM A L

KETERA N GA N

Transportasi Jalan sekunder dilaporkan


kepada Direktur Jenderal Perhubungan
Darat.

2.

6. Sumber daya manusia (SDM)


Sumber daya manusia (SDM) untuk
menyusun
rencana
umum
jaringan
transportasi jalan sekunder adalah :
a. mempunyai
kemampuan
dalam
perencanaan transportasi jalan;
b. mempunyai
pengalaman
dibidang
perencanaan transportasi jalan sekurangkurang 5 tahun.
Penyusunan dan Penetapan 1. Penyusunan kelas jalan di jalan
Kelas
Jalan
di
Jalan
Kabupaten/Kota
Penyusunan kelas jalan Kabupaten/ Kota
Kabupaten/Kota
memperhatikan :
a. Rencana Umum Tata Ruang Wilayah
Kabupaten/Kota;
b. Rencana Umum Jaringan Transportasi
Jalan Sekunder;
c. Rencana Umum Jaringan Transportasi
Jalan Primer;
d. Rencana Umum Jaringan Jalan
Kabupaten/Kota.

Pendidikan sekurang-kurangnya Diploma III dengan


latar belakang Sipil atau Planologi atau Transportasi.

Penyusunan Kelas Jalan disusun berdasarkan pada


kebutuhan transportasi, pemilihan moda secara tepat
dengan mempertimbangkan keunggulan karakteristik
masing-masing moda, perkembangan teknologi
kendaraan bermotor, muatan sumbu terberat kendaraan
bermotor dan konstruksi jalan.

2. Tata Cara Penyusunan


Penyusunan kelas jalan Kabupaten/Kota
meliputi kegiatan :
a. Pengumpulan dan pengolahan data
primer;
b. Analisis bangkitan perjalanan;
Posisi 16 /05/01

NO

KEW EN A N G A N W A JIB
KA BU PA TEN /KO TA

JEN IS STA N DA R PELA YA N A N M IN IM A L


c.
d.
e.
f.
g.

KETERA N GA N

Analisis distribusi perjalanan;


Analisis pemilihan moda;
Analisis pembebanan perjalanan;
Analisis kebutuhan ruang lalu lintas;
Analisis penetapan kelas jalan.

3. Jangka waktu perencanaan


Jangka waktu perencanaan penyusunan kelas
jalan di jalan Kabupaten/Kota sekurangkurangnya 5 tahun.

Perencanaan penyusunan kelas jalan Kabupaten/ Kota


dapat dilakukan peninjauan sekurang-kurangnya dalam
waktu 2 tahun sekali dan/atau dalam hal diperlukan
penyesuaian berkaitan dengan adanya pertumbuhan
kebutuhan angkutan

4. Cakupan Materi
Penyusunan Kelas Jalan Kabupaten atau
Kota memuat hal-hal sebagai berikut :
a. Rencana kebutuhan ruang lalu lintas;
b. Rencana penetapan kelas jalan;
5. Keputusan penetapan kelas jalan
Kabupaten/Kota.
a. Penetapan kelas jalan di jalan
Kabupaten/Kota ditetapkan dengan
Keputusan Bupati/Walikota setelah
mendengar pendapat Gubernur;
b. Penetapan Kelas Jalan dimuat dalam
buku jalan dan diumumkan dalam Berita
Daerah untuk disebarluaskan kepada
masyarakat;
c. Penetapan kelas jalan dinyatakan dengan
Rambu Kelas Jalan;
d. Penetapan kelas jalan disosialisasikan
kepada masyarakat;
Posisi 16 /05/01

Buku Jalan dibuat dalam bentuk Gambar dan/atau


Tabel yang meliputi kode ruas jalan, kelas jalan, dan
karakteristik jalan lainnya.

NO

KEW EN A N G A N W A JIB
KA BU PA TEN /KO TA

JEN IS STA N DA R PELA YA N A N M IN IM A L

KETERA N GA N

e. Penetapan kelas jalan di jalan


Kabupaten/Kota dilaporkan kepada
Direktur Jenderal Perhubungan Darat.

3.

Penetapan lokasi
penumpang tipe C

6. Sumber daya manusia (SDM)


Sumber daya manusia (SDM) untuk
menyusun rencana umum jaringan
transportasi jalan sekunder adalah :
a. Mempunyai kemampuan dalam
perencanaan jaringan jalan dan
perencanaan angkutan;
b. Mempunyai pengalaman dibidang
perencanaan jaringan jalan dan
perencanaan angkutan sekurangkurangnya 2 tahun.
terminal 1. Lokasi tapak
a. Penentuan lokasi

Pendidikan minimal Diploma III dengan latar belakang


Teknik Sipil atau Planologi atau Transportasi.

Penentuan lokasi tapak harus mempertimbangkan:


1). Rencana pengembangan wilayah:
a) Rencana Umum Tata Ruang Wilayah
Kabupaten;
b) Rencana umum jaringan transportasi jalan
sekunder kabupaten;
c) Rencana umum jaringan jalan kabupaten.
2). Karakteristik lalu lintas:
a) Kepadatan lalu lintas dan kapasitas jalan
serta
kondisi
lingkungan
dan/atau
persimpangan jalan disekitar terminal;
b) Keterpaduan moda transportasi baik intra
maupun antar moda;

Posisi 16 /05/01

NO

KEW EN A N G A N W A JIB
KA BU PA TEN /KO TA

JEN IS STA N DA R PELA YA N A N M IN IM A L

KETERA N GA N
3). Kondisi topografi lokasi
Kelestarian lingkungan.

terminal

dan

4). Memenuhi persyaratan :


a) Terletak dalam wilayah kabupaten.
b) Terletak di jalan kolektor atau lokal dengan
kelas jalan sekurang-kurangnya kelas IIIC
dan dalam jaringan trayek angkutan
Perdesaan.
c) Tersedianya lahan sesuai dengan permintaan
angkutan,
sekurang-kurangnya
dapat
tersedia fasilitas utama, berupa :
(1) Jalur pemberangkatan kendaraan umum
(2) Jalur kedatangan kendaraan umum
(3) Bangunan kantor terminal
(4) Tempat tunggu penumpang dan/atau
pengantar
(5) Rambu-rambu dan papan informasi
sekurang-kurangnya memuat petunjuk
jurusan, tarif dan jadwal keberangkatan
Fasilitas penunjang, berupa :
(1) Kamar kecil/toilet
(2) Kantin
(3) Alat komunikasi
5). Mempunyai akses jalan masuk atau keluar
terminal sesuai kebutuhan untuk kelancaran
lalu lintas disekitar terminal.
b. Prosedur penetuan Lokasi Tapak

Posisi 16 /05/01

Prosedur penentuan lokasi tapak dilakukan melalui


tahapan kegiatan sebagai berikut :
7

NO

KEW EN A N G A N W A JIB
KA BU PA TEN /KO TA

JEN IS STA N DA R PELA YA N A N M IN IM A L

KETERA N GA N
1) pengumpulan dan pengolahan data primer dan
sekunder;
2) analisis bangkitan perjalanan;
3) analisis distribusi perjalanan;
4) analisis pembebanan jaringan;
5) analisis kebutuhan lokasi tapak simpul;
6) analisis dampak lalu lintas;
7) analisis mengenai dampak lingkungan

2. Penetapan lokasi tapak


a. Penetapan lokasi tapak dilakukan dengan Penetapan lokasi dilakukan dengan studi kelayakan
Keputusan Bupati setelah mendengar lokasi terminal yang mempertimbangkan dampak lalu
lintas dan dampak lingkungan.
pendapat Gubernur;
b. Keputusan Bupati memuat penetapan
lokasi yang dituangkan dalam bentuk
peta dan atau gambar.
c. Diumumkan secara terbuka kepada
masyarakat.
3. Sumber Daya Manusia (SDM)

Posisi 16 /05/01

Sumber daya manusia untuk menyusun penentuan


lokasi tapak harus:
1) Mempunyai kemampuan dalam perencanaan
transportasi;
2) Mempunyai pengalaman dibidang perencanaan
transportasi sekurang-kurang 4 (empat) tahun.
3) Pendidikan sekurang-kurangnya SLTA dengan
pengalaman 4 (empat) tahun dibidang perencanaan
transportasi atau DIII ALL dengan pengalaman
kerja di bidang transportasi sekurang-kurangnya 1
(satu) tahun.
8

NO
4.

KEW EN A N G A N W A JIB
KA BU PA TEN /KO TA

JEN IS STA N DA R PELA YA N A N M IN IM A L

KETERA N GA N

Penyelenggaraan
terminal 1. Ruang lingkup penyelenggaraan terminal Kegiatan pengelolaan terminal penumpang dan barang
meliputi perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan
penumpang dan Barang
penumpang dan barang
operasional terminal.
Ruang lingkup penyelenggaraan terminal 1. Terminal Penumpang
penumpang dan barang meliputi :
a. pengelolaan;
a. Pengelolaan
b. pemeliharaan;
c. penertiban.
1) Kegiatan perencanaan operasional terminal,
meliputi :
a) Penataan pelataran terminal menurut trayek
atau jurusan;
b) Penataan fasilitas penumpang;
c) Penataan fasilitas penunjang terminal;
d) Penataan arus lalu lintas di daerah
pengawasan terminal;
e) Penyajian daftar trayek perjalanan dan tarif
angkutan;
f) Penyusunan jadwal perjalanan berdasarkan
kartu pengawasan;
g) Pengaturan jadwal petugas di terminal;
h) Evaluasi sistem pengoperasian terminal.
2) Kegiatan pelaksanaan operasional terminal,
meliputi :
a) Pengaturan tempat tunggu dan arus
kendaraan umum di dalam terminal;
b) Pemeriksaan kartu pengawasan dan jadwal
perjalanan;
c) Pengaturan
kedatangan
dan
pemberangkatan kendaraan menurut jadwal
yang telah ditetapkan;

Posisi 16 /05/01

NO

KEW EN A N G A N W A JIB
KA BU PA TEN /KO TA

JEN IS STA N DA R PELA YA N A N M IN IM A L

KETERA N GA N
d) Pemungutan jasa pelayanan terminal
penumpang;
e) Pemberitahuan tentang pemberangkatan
dan kedatangan kendaraan umum kepada
penumpang;
f) Pengaturan arus lalu lintas di daerah
pengawasan terminal;
g) Pencatatan dan pelaporan pelanggaran;
h) Pencatatan
jumlah
kendaraan
dan
penumpang yang datang dan berangkat.
2) Kegiatan pengawasan operasional terminal,
meliputi :
a) tarif angkutan;
b) kelaikan
jalan
kendaraan
yang
dioperasikan;
c) kapasitas muatan yang diijinkan;
d) pelayanan yang diberikan oleh penyedia
jasa angkutan;
e) pemanfaatan terminal serta fasilitas
penunjang sesuai dengan peruntukannya.
b. Pemeliharaan
Pemeliharaan terminal meliputi kegiatan :
1) Menjaga keutuhan dan kebersihan bangunan
terminal;
2) menjaga keutuhan dan kebersihan peralatan
terminal serta perawatan rambu, marka dan
papan informasi;
3) merawat saluran-saluran air;
4) merawat instalasi listrik dan lampu

Posisi 16 /05/01

10

NO

KEW EN A N G A N W A JIB
KA BU PA TEN /KO TA

JEN IS STA N DA R PELA YA N A N M IN IM A L

KETERA N GA N
penerangan;
5) merawat alat komunikasi;
6) merawat sistem hidrant dan alat pemadam
kebakaran.
c. Penertiban
Penertiban terminal penumpang dilakukan
terhadap kegiatan yang dapat mengganggu
fungsi pokok terminal.

2. Terminal Barang
a. Pengelolaan
1) Kegiatan perencanaan operasional terminal,
meliputi :
a) Penataan pelataran terminal;
b) Penataan fasilitas gudang atau lapangan
penumpukan barang;
c) Penataan fasilitas parkir kendaraan untuk
melakukan kegiatan bongkar dan/atau muat
barang;
d) Penataan fasilitas penunjang terminal;
e) Penataan arus lalu lintas di daerah
pengawasan terminal;
f) Pengaturan jadwal petugas di terminal;
g) Penyusunan
sistem
dan
prosedur
pengoperasian terminal.
2) Kegiatan pelaksanaan
meliputi :
Posisi 16 /05/01

operasional terminal,
11

NO

KEW EN A N G A N W A JIB
KA BU PA TEN /KO TA

JEN IS STA N DA R PELA YA N A N M IN IM A L

KETERA N GA N
a) Pengaturan parkir dan arus kendaraan
angkutan barang di dalam terminal;
b) Pemungutan jasa pelayanan terminal
barang;
c) Pengoperasian fasilitas/peralatan bongkar
muat barang;
d) Pengaturan arus lalu lintas di daerah
pengawasan terminal;
e) Pencatatan jumlah dan jenis kendaraan
angkutan barang;
3) Kegiatan pengawasan operasional terminal,
meliputi pengawasan terhadap :
a) Kendaraan angkutan barang selama berada
di dalam terminal;
b) Pemanfaatan fasilitas terminal sesuai
dengan peruntukannya;
c) Keamanan dan ketertiban di dalam
terminal.
b. Pemeliharaan
Pemeliharaan terminal meliputi kegiatan :
1) menjaga keutuhan dan kebersihan bangunan
terminal;
2) menjaga keutuhan dan kebersihan peralatan
terminal serta perawatan rambu, marka dan
papan informasi;
3) merawat dan menjaga fungsi fasilitas/
peralatan bongkar muat barang;
4) merawat saluran-saluran air;
5) merawat instalasi listrik dan lampu

Posisi 16 /05/01

12

NO

KEW EN A N G A N W A JIB
KA BU PA TEN /KO TA

JEN IS STA N DA R PELA YA N A N M IN IM A L

KETERA N GA N
penerangan;
merawat sistem hidrant dan alat pemadam
kebakaran
c. Penertiban

2. Legalitas Penyelenggaraan
Penyelenggaraan terminal dilakukan apabila
setelah mendapat persetujuan dari :
a. Dirjen Perhubungan Darat untuk terminal
penumpang tipe A;
b. Gubernur untuk terminal penumpang tipe
B;
c. Bupati untuk terminal penumpang tipe
C;
d. Bupati/Walikota untuk terminal barang;

Penertiban terminal barang dilakukan terhadap


kegiatan yang dapat mengganggu fungsi pokok
terminal.

Persetujuan penyelenggaraan terminal hanya


dapat diberikan apabila :
a. Pembangunan telah selesai dilaksanakan
sesuai dengan rancang bangun yang telah
disahkan;
b. tersedia Unit Pelaksana Teknis Terminal
Dinas Perhubungan /Dinas Kabupaten
/Kota yang bertanggung jawab dibidang
LLAJ.
3. Penyelenggaraan
Terminal

Sistem

Informasi

Penyelenggaraan sistem informasi terminal


penumpang dan barang memuat hal-hal
sebagai berikut :
Posisi 16 /05/01

13

NO

KEW EN A N G A N W A JIB
KA BU PA TEN /KO TA

JEN IS STA N DA R PELA YA N A N M IN IM A L

KETERA N GA N

a.Terminal Penumpang
1) jumlah dan jenis trayek yang
dilayani;
2) realisasi jumlah rit, penumpang dan
angkutan umum persatuan waktu;
3) jumlah dan jenis pelanggaran
angkutan;
4) pendapatan
pungutan
retribusi
terminal penumpang;
b.Terminal Barang
1) jumlah dan jenis kendaraan angkutan
barang;
2) jumlah dan jenis barang yang
menggunakan fasilitas terminal;
3) pendapatan
pungutan
retribusi
terminal barang;
c. Penyelenggaraan
sistem informasi
terminal penumpang tipe A dan terminal
barang
dilaporkan
kepada
Dirjen
Perhubungan Darat.
4. Fasilitas Informasi Umum di Terminal
Penyelenggaraan terminal penumpang dan
barang harus dilengkapi dengan fasilitas
informasi kepada masyarakat berupa :
a. Terminal Penumpang
1) Daftar trayek perjalan
angkutan;
Posisi 16 /05/01

dan

tarif
14

NO

KEW EN A N G A N W A JIB
KA BU PA TEN /KO TA

JEN IS STA N DA R PELA YA N A N M IN IM A L

KETERA N GA N

2) Daftar jadwal perjalanan;


3) Gambar/peta tata letak terminal dengan
sistem sirkulasi lalu lintas di dalam dan
disekitar terminal;
4) Rambu dan marka jalan;
5) Papan
petunjuk
keluar
masuk
penumpang;
6) Kotak pengaduan.
b. Terminal Barang
1) Daftar fasilitas yang disediakan;
2) Gambar/peta tata letak terminal
dengan sistem sirkulasi lalu lintas di
dalam dan disekitar terminal barang;
3) Rambu dan marka jalan;
4) Papan
petunjuk
keluar
masuk
angkutan barang;
5) Kotak pengaduan.
5. Sumber Daya Manusia (SDM)
SDM
yang
melaksanakan
kegiatan
operasional terminal penumpang dan barang
meliputi :
a. Petugas teknis Dinas yang bertanggung
jawab yang dibidang LLAJ;
b. petugas lainnya
yang membantu
pelaksanaan kegiatan operasional yaitu :
petugas kebersihan, keamanan dan
petugas yang memungut retribusi.

Posisi 16 /05/01

Petugas teknis dibidang LLAJ pendidikan minimal


SLTA atau sederajat dengan pengalaman dibidang
pengelola terminal minimal 4 (empat) tahun atau DIII
ALL dengan pengalaman dibidang pengelola terminal
sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun meliputi :
1) petugas yang mempunyai kemampuan dalam
perencanaan operasional terminal;
2) petugas yang mempunyai kemampuan dalam
pelaksanaan operasional terminal
3) petugas yang mempunyai kemampuan dalam
pengawasan operasional terminal.

15

NO
5.

KEW EN A N G A N W A JIB
KA BU PA TEN /KO TA
Penetapan
barang

lokasi

JEN IS STA N DA R PELA YA N A N M IN IM A L

terminal 1. Penentuan lokasi tapak terminal barang


Terminal barang dibangun dengan maksud
mengakomodir
kebutuhan
angkutan,
efisiensi dan keselamatan.
a. Dasar pertimbangan
Penentuan lokasi tapak terminal barang
memperhatikan :
1) Rencana Umum Tata Ruang Wilayah
Kabupaten;
2) Rencana umum jaringan transportasi
jalan sekunder kabupaten;
3) Rencana umum jaringan jalan
kabupaten.

b. Tata Cara Penentuan Lokasi Tapak


Tata Cara Penentuan Lokasi Tapak
Terminal barang meliputi :
1) Pengumpulan dan pengolahan data
primer dan sekunder;
2) analisis bangkitan perjalanan
angkutan barang;
3) analisis distribusi perjalanan
angkutan barang;
4) analisis pembebanan jaringan
angkutan barang;
5) analisis kebutuhan lokasi tapak
terminal barang;
Posisi 16 /05/01

KETERA N GA N
Terminal barang adalah prasarana transportasi jalan
untuk keperluan membongkar dan memuat banrang
serta perpindahan intra dan/atau antar moda
transportasi.
Penentuan lokasi tapak terminal barang juga
mempertimbangkan :
a. kepadatan lalu lintas dan kapasitas jalan serta
kondisi lingkungan dan/atau persimpangan jalan di
sekitar terminal;
b. keterpaduan moda transportasi baik intra maupun
antar moda;
c. kelas jalan;
d. sentra produksi dan distribusi barang di wilayah
Kabupaten/Kota
e. kondisi topografi lokasi terminal;
f. kelestarian lingkungan.
Penentuan lokasi tapak terminal barang dilakukan
dengan studi kelayakan lokasi terminal yang
mempertimbangkan dampak lalu lintas dan dampak
lingkungan.
Dalam penentuan lokasi tapak terminal barang harus
memperhatikan persyaratan :
1) terletak dalam jaringan lintas angkutan barang.
2) terletak di jalan arteri dengan kelas jalan sekurangkurangnya kelas IIIA.
3) Tersedianya lahan sesuai dengan permintaan
angkutan, sekurang-kurangnya dapat tersedia :
16

NO

KEW EN A N G A N W A JIB
KA BU PA TEN /KO TA

JEN IS STA N DA R PELA YA N A N M IN IM A L


6) analisis dampak lalu lintas;
7) analisis mengenai dampak
lingkungan.

2. Keputusan Penetapan
terminal barang.

lokasi

KETERA N GA N

a) Fasilitas utama, berupa :


(1) bangunan kantor terminal;
(2) tempat parkir kendaraan untuk melakukan
bongkar dan/atau muat barang;
(3) gudang atau lapangan penumpukan barang;
(4) tempat parkir kendaraan angkutan barang
untuk istirahat atau selama menunggu
keberangkatan;
(5) rambu-rambu, marka jalan dan papan
informasi;
(6) peralatan bongkar muatan barang
b) fasilitas penunjang, berupa;
(1) tempat istirahat awak kendaraan;
(2) fasilitas parkir kendaraan selain kendaraan
angkutan barang;
(3) kamar kecil/toilet;
(4) alat komunikasi;
(5) kantin/kios.
tapak

Penetapan lokasi tapak terminal barang


meliputi :
a. Penetapan lokasi terminal barang
dilakukan dengan Keputusan Bupati
setelah mendengar pendapat Gubernur;
b. Keputusan Bupati memuat penetapan
lokasi terminal barang yang dituangkan
dalam bentuk peta dan/atau gambar.
c. Diumumkan secara terbuka kepada
masyarakat.
Posisi 16 /05/01

17

NO

KEW EN A N G A N W A JIB
KA BU PA TEN /KO TA

JEN IS STA N DA R PELA YA N A N M IN IM A L

KETERA N GA N

3. Sumber Daya Manusia (SDM) :


SDM untuk menyusun penetapan lokasi Pendidikan sekurang-kurangnya SLTA dengan
pengalaman 4 (empat) tahun dibidang perencanaan
tapak terminal barang meliputi :
a). Mempunyai
kemampuan
dalam transportasi.
perencanaan transportasi;
b). Mempunyai
pengalaman
dibidang
perencanaan transportasi sekurangkurang 4 (empat) tahun.
6.

Pelaksanaan
Pengujian 1. Umum
Berkala Kendaraan Bermotor
a. Pengujian
Kendaraan
Bermotor a. Penerbitan Sertifikat :
1). Sertifikat Uji Tipe diterbitkan oleh Dirjen
merupakan rangkaian kegiatan menguji
Perhubungan Darat.
dan / atau memeriksa bagian - bagian atau
2). Sertifikat Registrasi Uji Tipe diterbitkan oleh
komponen - komponen Kendaraan
Perusahaan Agen Tunggal / Karoseri /
Bermotor dalam rangka pemenuhan
Konstruksi / Importir.
terhadap persyaratan teknis dan laik jalan.
b. Keputusan Pengesahan Rancang Bangun oleh
Dirjen Perhubungan Darat dan Surat Keterangan
Hasil Pemeriksaan Mutu (SKHPN) oleh Dinas
Propinsi yang bertanggung jawab di bidang
Perhubungan.
c. Buku Uji dan Tanda Lulus Uji oleh Dinas
Kabupaten / Kota yang bertanggung jawab di
bidang LLAJ.
b. Pengujian Kendaraan Bermotor meliputi :
1) Uji Tipe yang dilaksanakan terhadap
setiap
tipe
sebagai
Prototype
Kendaraan Bermotor;

Posisi 16 /05/01

18

NO

KEW EN A N G A N W A JIB
KA BU PA TEN /KO TA

JEN IS STA N DA R PELA YA N A N M IN IM A L


2) Pengesahan Rancang Bangun dan
Rekayasa yang dilaksanakan bagi
Kendaraan Bermotor dalam jumlah
kurang dari 10 ( sepuluh ) unit.
3) Uji Berkala yang dilaksanakan secara
berkala dalam waktu tertentu.
2. Bagian-bagian Kendaraan yang diuji :
a). Sistem Rem
b). Sistem Kemudi
c). Sistem Suspensi
d). Sistem Roda (termasuk kondisi ban)
e). Sistem Lampu (Penerangan)
f). Sistem Gas Buang
g). Berat
h). Dimensi
i). Konstruksi dan badan kendaraan
bermotor.

KETERA N GA N
Lokasi Unit Pengujian Berkala Kendaraan
Bermotor, harus memperhatikan hal-hal sebagai
berikut :
a. Terletak pada daerah yang mudah dijangkau;
b. Sesuai dengan Rencana Tata Ruang
Umum
Daerah;
c. Memiliki atau menguasai areal tanah sesuai dengan
kebutuhan.

3. Persyaratan Teknis Pengujian Kendaraan 1


Bermotor
a. Persyaratan Umum :
Pengujian
kendaraan
bermotor 2
dilakukan
dengan menggunakan
peralatan dan fasilitas pengujian serta
dilakukan oleh tenaga penguji yang
memiliki kualifikasi teknis tertentu serta
sesuai standar dan prosedur yang berlaku.

Apabila Kabupaten/Kota ingin melaksanakan


pengujian kendraraan bermotor, pada prinsipnya
memiliki minimal 1 (satu) unit PKB Tetap (statis).
Sertifikasi Pengujian Kendaraan Bermotor meliputi
Legalitas Unit Penyelenggara Pengujian Kendaraan
Bermotor (PKB), Fasilitas/Peralatan serta SDM
Pengujian Kendaraan Bermotor.

b. Persyaratan Fasilitas.
FasilitasUnit Pengujian yang dipasang Disain bangunan Pengujian Kendaraan Bermotor
Posisi 16 /05/01

19

NO

KEW EN A N G A N W A JIB
KA BU PA TEN /KO TA

JEN IS STA N DA R PELA YA N A N M IN IM A L


secara tetap meliputi :
1). Bangunan Pengujian
2). Pelataran Parkir
3). Gedung Administrasi
4). Listrik dan/ atau Generator Set

KETERA N GA N
mengacu pada pedoman yang telah ditetapkan oleh
Direktur Jenderal Perhubungan Darat.

c. Fasilitas Peralatan PKB terdiri dari :


1) Fasilitas Pendukung Uji Berkala :
a). Alat pemukul (martil);
b). Pit Lift/Hidrolic
Jack/Jembat- an Uji;
c). Lampu senter.

Posisi 16 /05/01

2).

Persiapan Uji Berkala (Pra Uji


Berkala) :
a). Alat Pengukur Tekanan Udara
untuk mengukur :
(1). Tekanan Ban Kendaraan
(2). Saluran Udara Bertekanan
b). Alat Ukur Dimensi Kendaraan

3).

Peralatan Pengujian Tetap, terdiri


dari:
a). Alat Uji Rem
b). Alat Uji Suspensi Roda
(Pit Wheel Suspensioan Tester
Unit)
c). Alat Uji Kincup Roda Depan
d). Alat Uji Lampu Utama
e). Alat Pengukur Berat
f). Alat Uji Emisi Gas Buang,
20

NO

KEW EN A N G A N W A JIB
KA BU PA TEN /KO TA

JEN IS STA N DA R PELA YA N A N M IN IM A L

KETERA N GA N

meliputi Uji CO/HC (Bensin) dan


Uji Asap (Diesel)
d. Persyaratan SDM :
a). Unit PKB Tetap sekurang-kurangnya
memiliki :
4 (empat)
orang penguji yang
memiliki kualifikasi teknis PKB,
yang terdiri dari:
(1). 1 (satu) orang berkualifikasi
Strata 3-PKB
(2). 1 (satu) orang berkualifikasi
Strata 2-PKB
(3). 2 (dua) orang berkualifikasi
Strata 1 PKB

Penggunaan unit PKB Keliling selain untuk PKB


Keliling dapat juga digunakan untuk Unit Pemeriksaan,
apabila jumlah kendaraan wajib uji telah melebihi 750
kendaraan wajib menggunakan Unit PKB tetap.

b). Unit PKB Tidak Tetap sekurang- a.


kurangnya memiliki :
3 (tiga) orang penguji yang memiliki
kualifikasi teknis PKB, yang terdiri
dari :
b.
(1). 1 (satu) orang berkualifikasi
Strata 3-PKB
(2). 1 (satu) orang berkualifikasi
Strata 2-PKB
(3). 1 (satu) orang berkualifikasi
Strata 1 PKB

Petugas pelaksana pengujian berkala kendaraan


bermotor
tidak
diperkenankan
melakukan
pengujian tanpa memiliki kualifikasi teknis
dibidang pengujian berkala kendaraan bermotor;
Sertifikasi keahlian SDM Pengujian kendaraan
bermotor (Strata), kodefikasi sertifikat dan
Registrasi Penguji ditetapkan & diterbitkan oleh
Direktur Jenderal Perhubungan Darat.

e. Persyaratan Ambang Batas PKB :


Ambang batas Pengujian Kendaraan
Bermotor harus mengikuti standar &
Posisi 16 /05/01

21

NO

KEW EN A N G A N W A JIB
KA BU PA TEN /KO TA

JEN IS STA N DA R PELA YA N A N M IN IM A L


prosedur yang ditetapkan
ketentuan yang berlaku.
f.

KETERA N GA N

sesuai

Pemeliharaan dan PerawatanPeralatan


PKB:
Pengelola
Unit
PKB
wajib
memprogramkan dan melaksanakan
pemeliharaan dan perawatan PKB secara
teratur.

Pemeriksaan terhadap pemenuhan persyaratan teknis


g. Persyaratan Kalibrasi Peralatan PKB :
Pelaksanaan Kalibrasi peralatan PKB dan laik jalan, sesuai ketentuan yang berlaklu.
dapat
dipenuhi
setelah
kondisi
peralatan dalam keadaan baik (melalui
pemeliharaan, perawatan & penyediaan
suku cadang).
Biaya
pemeliharaan/perawatan
&
kalibrasi
peralatan
uji
menjadi
tanggung
jawab
Daerah
Kabupaten/Kota.
Penetapan dan Legalitas Kalibrasi
peralatan PKB, diberikan oleh Direktur
Jenderal Perhubngan Darat
4. Persyaratan Administrasi :
Untuk kendaraan yang dibebaskan Uji Tipe , wajib
a). Pemeriksaan Administrasi.
memenuhi :
Permohonan Uji Berkala Pertama :
Untuk kendaraan yang telah memperoleh 1). Tanda Jati Diri Pemilik Kendaraan
2). Bukti Pelunasan Pembayaran Biaya Uji
sertifikat Uji Tipe, wajib memenuhi :
3). Memiliki bukti pelunasan pembayaran biaya uji
berkala.
Posisi 16 /05/01

22

NO

KEW EN A N G A N W A JIB
KA BU PA TEN /KO TA

JEN IS STA N DA R PELA YA N A N M IN IM A L


1).
2).
3).
4).

Serifikat Registrasi Uji Tipe atau


Keterangan Pembebasan Uji Tipe
Melampirkan Spesifikasi Teknis
Kendaraan.
Memiliki
bukti
pelunasan
pembayaran biaya uji.
Tanda jati diri pemilik.

KETERA N GA N
4). Memiliki pengesahan rancang bangun dan rekayasa
dari Dirjen Perhubungan Darat.
5). Memiliki surat keterangan hasi pemeriksaan mutu
dari Dinas Propinsi yang bertanggung jawab di
bidang LLAJ.

b) Persyaratan administrasi uji berkala


berikutnya, wajib memiliki :
1).
2).
3).
4).
5).

Tanda Bukti Lulus Uji yang lama;


Tanda Jati Diri Pemilik Kendaraan
Lulus Uji Berkala;
Bukti
Pelunasan
Pembayaran
Biaya Uji
Keterangan mengenai perubahanperubahan spesifikasi dan/ atau
kepemilikan kendaraan dan/ atau
wilayah operasi

c) Pemeriksaan persyaratan administrasi Unit Pengujian yang menerima numpang uji wajib
melaporkan hasil uji kepada unit pengujian asal.
numpang uji berkala meliputi :
1). Tanda Bukti Lulus Uji yang lama.
2). Tanda Jati Diri Pemilik Kendaraan.
3). Bukti
Pelunasan
Pembayaran
Biaya Uji.
4). Keterangan numpang uji dari
asal/domisili.
5. Masa
Berlaku
Pengujian
Berkala
Kendaraaan Bermotor 6 (enam) bulan.
Posisi 16 /05/01

23

NO

KEW EN A N G A N W A JIB
KA BU PA TEN /KO TA

JEN IS STA N DA R PELA YA N A N M IN IM A L

KETERA N GA N

Hasil pengujian harus memenuhi standar dan


berlaku secara Nasional.
6

Biaya Uji Berkala Kendaraan Bermotor :


Ditetapkan oleh Daerah Kota/Kabupaten
dengan berpedoman kepada komponen
biaya pengujian berkala, meliputi :
a). Pendaftaran;
b). Jasa pengujian berkala
c). Uji Berkala;
d). Buku Uji dan Tanda Uji Berkala.

Komponen biaya uji berkala kendaran bermotor,


berpedoman kepada Kepmenhub. No. 110/Tahun 1983
tentang Biaya Pengujian Berkala Kendaraan Bermotor
yang disempurnakan dengan Kepmenhub No. KM.
92/Tahun 1988

7. Buku Uji dan Tanda Lulus Uji harus sama Spesifikasi Teknis Buku Uji dan Tanda Uji ditetapkan
dan seragam yang berlaku untuk Seluruh oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Darat.
Indonesia.
8

7.

Sistem Informasi PKB, meliputi :


a). Pendataan Unit kendaraan wajib uji
b). Jumlah Kendaraan Bermotor Wajib Uji,
melaksanakan Sistem Informasi PKB;
c). Pendataan kendaraan Mutasi dan
numpang uji;
d). Pendataan Tenaga Uji Berkala;
e). Kartu Induk Pengujian Berkala;
f). Jumlah Kendaraan yang Diuji;
Pelaksanaan
Pemeriksanaan 1. Pelaksanaan Pemeriksaan meliputi :
a. Pemeriksaan Administrasi :
Kendaraan Bermotor di Jalan
Pemeriksaan kendaraan bermotor di
jalan yang dilakukan oleh Pemeriksa
PNS meliputi pemeriksaan persyaratan
teknis dan laik jalan, dalam hal ini
adalah Tanda Bukti Lulus Uji.

Posisi 16 /05/01

Setiap
unit
pengujian
bermotor
wajib
menyelenggarakan sistem informasi PKB dan
melaporkan secara berkala sekurang-kurangnya setiap 3
(tiga) bulan kepada Direktur Jenderal Perhubungan
Darat.

24

NO

KEW EN A N G A N W A JIB
KA BU PA TEN /KO TA

JEN IS STA N DA R PELA YA N A N M IN IM A L

KETERA N GA N

b. Pemeriksaan Fisik meliputi :

1) Sistem Rem;
2) Sistem kemudi;
3) Posisi Roda Depan;
4) Badan dan Kerangka Kendaraan;
5) Pemuatan;
6) Klakson;
7) Lampu - lampu;
8) Penghapus Kaca;
9) Kaca Spion;
10) Ban;
11) Emisi Gas buang;
12) Kaca Depan dan Kaca Jendela;
13) Alat Pengukur Kecepatan;
14) Perlengkapan dan Perawatan.
2. Dasar pertimbangan pelaksanaan Pemeriksaan apabila :
a. Ada indikasi menurunnya jumlah
kendaraan yang taat uji;
b. Ada indikasi beredarnya Buku Uji palsu.;
c. Ada indikasi menurunnya kualitas
pengujian kendaraan bermotor;
d. Banyaknya dijumpai kendaraan bermotor
yang tidak memenuhi persyaratan teknis
dan laik jalan.
e. Pelanggaran Tata Cara Pemuatan oleh
mobil barang cenderung meningkat;
f. Kejadian
kecelakaan
cenderung
meningkat.

Posisi 16 /05/01

25

NO

KEW EN A N G A N W A JIB
KA BU PA TEN /KO TA

JEN IS STA N DA R PELA YA N A N M IN IM A L


3. Persyaratan
Pelaksanaan
Pemeriksaan,
meliputi:
a. Persyaratan Administrasi :
1) Pemeriksaan dilakukan oleh Tim
secara Gabungan dengan instansi
yang terkait sesuai ketentuan yang
berlaku yang bertanggung jawab
dibidang LLAJ, adalah Pemeriksa.
2) Petugas Pemeriksa harus dilengkapi
dengan surat tugas dari pejabat yang
berwenang.

KETERA N GA N
Jenis peralatan Pemeriksaan yang digunakan :
1. Uji Rem;
2. Uji Gas Buang;
3. Uji Fungsi Sistem Penerangan;
4. Timbang Berat Kendaraan beserta Muatannya;
5. Uji Sistem Kemudi;
6. Fungsi Klakson;
7. Keberadaan dan Fungsi Kaca Spion;
8. Kondisi Ban;

b. Persyaratan Teknis :
Pemeriksaan
dilakukan
dengan
menggunakan peralatan sesuai ketentuan
yang berlaku.
4. Pengajuan permohonan surat tugas atau atas 1. Kepala Dinas LLAJ Kabupaten / Kota mengadakan
Koordinasi dengan Dinas Propinsi mengenai jadwal
permintaan Pusat dilengkapi dengan rencana
Pemeriksaan.
kerja, meliputi;
2. Pemeriksaan dapat juga dilaksanakan baik atas
a. Jadwal pelaksanaan
permintaan Propinsi maupun Pemerintah Pusat.
b. Lokasi pemeriksaan
c. Alasan
perlu
dilaksanakannya
pemeriksaan
5. Pelaksanaan Pemeriksaan :
a. Pemeriksanaan dilakukan oleh petugas 1. Apabila dijumpai pelanggaran akan diproses sesuai
ketentuan yang berlaku.
yang memiliki kualifikasi dan sertifikat
teknis Penguji Kendaraan Bermotor, 2. Prioritas obyek pemeriksaan disesuaikan dengan
kebutuhan dan menggunakan peralatan sesuai yang
sekurang-kurangnya Strata-2 PKB
dibutuhkan.
b. Petugas Pemeriksa wajib menggunakan
pakaian seragam dengan atribut lengkap.
Posisi 16 /05/01

26

NO

KEW EN A N G A N W A JIB
KA BU PA TEN /KO TA

JEN IS STA N DA R PELA YA N A N M IN IM A L

KETERA N GA N

c. Pemeriksaan dilakukan di ruas jalan dan


berada di luar jalur lalu lintas.
d. Tersedia lahan yang cukup aman untuk
melakukan pemeriksaan.
e. Dilengkapi dengan tanda (Rambu) yang
menyatakan adanya Pemeriksaan Teknis
dan Laik Jalan Kendaraan Bermotor.
f. Kendaraan yang diperiksa bersifat Uji
Fisik.
8.

Pemberian Izin Bengkel Umum 1. Penetapan Kelas Bengkel Umum Kendaraan Dasar hukum :
Bermotor
dilakukan
oleh
Menteri a. PP no. 44 Th.1993 tentang Kendaraan dan
Kendaraan Bermotor untuk
Pengemudi
Perindustrian dan Perdagangan.
melakukan
pengujian
b. Keputusan Bersama Menteri Perhubungan dan
kendaraan bermotor
Menteri Perindustrian dan Perdagangan No.
79A/1999 dan No, 581/MPP?Kep/10/1999 tentang
Bengkel Umum Yang dibina Sebagai Unit
Pengujian Kendaraan Bermotor.
c. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan
No. 551/MPP/Kep 10/ 1999 tentang Bengkel
Umum Kendaraan Bermotor.
d. Keputusan Menteri Perhubungan No. KM.71/1993
tentang Pengujian Berkala Kendaraan Bermotor.
2. Pemberian Izin harus memperhatikan
persyaratan sebagai berikut :
a). Persyaratan Administrasi, meliputi
1). Izin Usaha
2). Tanda Daftar Perusahaan
b). Persyaratan Teknis, meliputi :
1). klasifikasi
2). sistem mutu

Posisi 16 /05/01

27

NO

KEW EN A N G A N W A JIB
KA BU PA TEN /KO TA

JEN IS STA N DA R PELA YA N A N M IN IM A L

KETERA N GA N

3). fasilitas dan peralatan;


4). tenaga mekanik
5). manajemen informasi
c). Tenggang Waktu Pemberian Izin
Selambat-lambatnya
15 hari kerja
setelah permohonan diterima lengkap
dan memenuhi persyaratan
3. Penetapan Bengkel Umum Kendaraan Pemberian penetapan bengkel umum yang
Bermotor sebagai Unit Pengujian Berkala mempunyai klasifikasi ditetapkan setelah proses
Kendaraan Bermotor
analisis dan sertifikasi oleh instansi yang
berwenang.
a). Persyaratan Administrasi
1). memiliki izin usaha
2). memiliki sertifikat Bengkel Umum
Kendaraan
Bermotor
sesuai
klasifiaksi
b). Persyaratan Pendukung
1). memilki lahan dan lokasi usaha
yang
tetap
dan
memnuhi
persyaratan RUTR Daerah.
2). Memilki fasilitas bangunan sebagai
unit pengujian berkala kendaraan
bermotor
3). Memiliki peralatan pengujian
berkala kendaraan bermotor sesuai
Keputusan Menteri Perhubungan
No.KM71 Th.1993
c). Persyaratan Sumber Daya Manusia
Memiliki tenaga penguji yang memilki
kualifikasi teknis dibidang pengujian
berkala kendaraan bermotor.
Posisi 16 /05/01

28

NO

9.

KEW EN A N G A N W A JIB
KA BU PA TEN /KO TA

JEN IS STA N DA R PELA YA N A N M IN IM A L

KETERA N GA N

d). Tenggang Waktu Pemberian Izin


Selambat-lambatnya
15 hari kerja
setelah permohonan diterima lengkap
dan memnuhi persyaratan..
e). Masa Berlaku Izin
Izin berlaku 5 (lima)Tahun dan dapat
diperpanjang
lagi
apabila
masih
memnuhi persyaratan teknis dan
administrasi
Penyusunan Jaringan Trayek 1. Dasar Pertimbangan
a. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Angkutan Kota.
Kota;
b. Potensi perjalanan penduduk kota;
c. Pola perjalanan (matrik asal tujuan);
d. Pola jaringan jalan.
e. Jangkauan pelayanan
2. Penyusunan jaringan trayek kota meliputi
kegiatan:
a. pengumpulan dan pengolahan data
primer maupun sekunder;

Data sekunder antara lain:


Peta jaringan jalan, tata guna lahan, statistik
kependudukan, kendaraan,
Data primer antara lain:
Pola perjalanan, kinerja jaringan, kinerja trayek yang
ada, dll.

Sesuai dengan pedoman teknis yang dikeluarkan Ditjen


Hubdat.
c. analisis kebutuhan angkutan penumpang Sesuai dengan pedoman teknis yang dikeluarkan Ditjen
Hubdat.
umum;
b. analisis potensi dan pola perjalanan;

3. Kriteria perencanaan trayek kota yang a. Tumpang Tindih Trayek


Tumpang tindih trayek dapat ditolerir bila
meliputi:
mendekati pusat niaga atau pada daerah padat
a). Cakupan Daerah Pelayanan
Posisi 16 /05/01

29

NO

KEW EN A N G A N W A JIB
KA BU PA TEN /KO TA

JEN IS STA N DA R PELA YA N A N M IN IM A L


1).

Untuk daerah dengan kepadatan


lebih dari 1500 orang per km2,
90% penduduk berada pada jarak
paling jauh 400 meter dari trayek;
2). Untuk daerah dengan kepadatan
antara 800- 1500 orang per km2,
50% penduduk berada pada jarak
paling jauh 800 meter dari trayek;
3). Trayek
melayani
daerah
konsentrasi pusat-pusat kegiatan
antara lain komersial, pendidikan,
perkantoran, dll
b). Struktur Trayek
Trayek-trayek sebaiknya masuk dalam
pola jalan-jalan
c). Arah Trayek
1). Rute trayek sedapat mungkin lurus
tanpa ada penyimpangan.
2).
Bila penyimpangan tidak dapat
dihindari, maka waktu perjalanan
dengan adanya penyimpangan
tidak melebihi 25% dibandingkan
dengan tanpa penyimpangan;

KETERA N GA N
penduduk, dengan syarat:
1). Waktu antara untuk trayek yang berbeda lebih
besar dari 3 menit (pada jam sibuk) atau lebih
besar dari 6-8 menit (pada bukan jam sibuk);
2). Rata-rata tingkat okupansi bus pada daerah
yang tumpang tindih lebih dari 70%;
3). Panjang bagian trayek yang tumpang tindih
tidak lebih dari 50% panjang masing-masing
trayek yang tumpang tindih.
b. Panjang Trayek
Panjang trayek tidak melebihi 40 km pp (pergipulang), dan 2,5 jam perjalanan pp.

Indikator lain yang dapat digunakan adalah:


1). Perbedaan panjang trayek terhadap panjang
perjalanan dengan kendaraan pribadi maksimum
30%;
2). Waktu perjalanan selama dalam penyimpangan
tidak melebihi 10 menit termasuk waktu berhenti
di halte;
3). Dalam setiap rute, jumlah penyimpangan tidak
lebih dari 2.

4. menentukan hirarki trayek berdasarkan pola Masukan-masukan yang diterima digunakan dalam
menyusun hasil akhir bentuk jaringan trayek kota.
jaringan jalan yang ada.
sebelum ditetapkan, konsep jaringan trayek
yang akan disusun harus dipublikasikan
untuk mendapat masukan dari masyarakat.

Posisi 16 /05/01

30

NO

KEW EN A N G A N W A JIB
KA BU PA TEN /KO TA

JEN IS STA N DA R PELA YA N A N M IN IM A L

KETERA N GA N

5. Jangka Waktu Perencanaan


Peninjauan kembali rencana jaringan trayek dapat
Rencana jaringan trayek kota disusun untuk dilakukan sekurang-kurangnya 2 tahun sekali dan/atau
jangka waktu sekurang-kurangnya 5 (lima) dalam hal terjadi perubahan dalam tata guna lahan.
tahun.
6. Penetapan
a. Jaringan trayek kota yang telah disusun,
ditetapkan dalam suatu peraturan Daerah.
b. Ketetapan
jaringan
trayek
kota
ditampilkan dalam bentuk tabel dan peta
berskala dengan jaringan trayek yang
ditumpu (superimpose) di atas jaringan
jalan.
c. Ketetapan
jaringan
trayek
kota
diumumkan secara terbuka kepada
masyarakat dan diberi kesempatan bagi
yang hendak mengisi pelayanannya
sesuai ketentuan dan prosedur pemberian
izin trayek yang berlaku.
7. Evaluasi
Kinerja pelayanan jaringan trayek harus
dievaluasi secara periodik, sekurangkurangnya 6 (enam) bulan sekali.
8. Persyaratan Sumber Daya Manusia :
a. mempunyai
pendidikan
minimal
Diploma III (berlatar belakang Teknik
Sipil, Transportasi, atau Planologi); atau
b. mepunyai pendidikan minimal SLTA
dengan
pengalaman
dibidang
perencanaan transportasi minimal 3 tahun
Posisi 16 /05/01

31

NO

KEW EN A N G A N W A JIB
KA BU PA TEN /KO TA

JEN IS STA N DA R PELA YA N A N M IN IM A L

KETERA N GA N

dan telah mengikuti pelatihan teknis


fungsional perencanaan transportasi; atau
c. mempunyai pendidikan minimal SLTA
dengan
pengalaman
dibidang
perencanaan transportasi minimal 6
tahun.,
10.

Penyusunan Jaringan Trayek 1. Penyusunan Jaringan Trayek Angkutan


Perdesaan.
Angkutan Perdesaan
Penyusunan Jaringan Trayek Angkutan
Perdesaan memperhatikan :
a) Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten;
b) Rencana Umum Jaringan Transportasi
Jalan Primer dan Sekunder;
c) Rencana Umum Jaringan Jalan
Kabupaten termasuk jalan Desa.

Penyusunan Jaringan Trayek Angkutan Perdesaan


disusun berdasarkan pada :
a) Kebutuhan angkutan
b) Kelas jalan sekurang-kurangnya kelas IIIC
c) Lokasi terminal penumpang tipe C atau yang lebih
tinggi
d) Tingkat pelayanan jalan
e) Jenis pelayanan angkutan
f) kelestarian lingkungan

2. Tata Cara Penyusunan


Penyusunan Jaringan Trayek Angkutan
Perdesaan meliputi kegiatan :
a) Pengumpulan dan pengolahan data
primer dan sekunder angkutan jalan;
b) analisis bangkitan perjalanan;
c) analisis distribusi perjalanan;
d) analisis pemilihan sarana angkutan;
e) analisis pembebanan jaringan;
f) analisis kebutuhan sarana dan tingkat
pelayanan angkutan jalan;
3. Jangka waktu perencanaan
Jangka waktu perencanaan
Posisi 16 /05/01

penyusunan

Perencanaan jaringan Trayek Angkutan Perdesaan


dapat dilakukan peninjauan sekurang-kurangnya
32

NO

KEW EN A N G A N W A JIB
KA BU PA TEN /KO TA

JEN IS STA N DA R PELA YA N A N M IN IM A L


Jaringan Trayek Angkutan Perdesaan
sekurang-kurangnya 2 tahun sekali.

KETERA N GA N
dalam waktu 6 bulan sekali dan/atau dalam hal
diperlukan penyesuaian berkaitan dengan adanya
pertumbuhan kebutuhan angkutan

4. Cakupan Materi
Jaringan Trayek Angkutan Perdesaan
memuat hal-hal sebagai berikut :
a) Analisis prakiraan perpindahan orang
menurut asal dan tujuan perjalanan antar
zona berupa kecamatan/desa;
b) analisis kebutuhan angkutan Perdesaan
menurut asal tujuan perjalanan antara
zona;
c) analisis pemilihan sarana angkutan;
d) analisis penetapan hirarkhi jaringan
pelayanan angkutan Perdesaan.
e) Hasil penyusunan ditampilkan dalam
tabel dan/atau peta.
5. Keputusan Penetapan Jaringan Trayek
Angkutan Perdesaan
a). Jaringan Trayek Angkutan Perdesaan
ditetapkan dengan Keputusan Bupati
setelah mendengar pendapat Gubernur;
b). Penetapan jaringan Trayek Angkutan
Perdesaan diumumkan secara terbuka
kepada masyarakat;
c). Penetapan jaringan trayek Perdesaan
dilaporkan kepada Direktur Jenderal
Perhubungan Darat.

Posisi 16 /05/01

33

NO

11.

KEW EN A N G A N W A JIB
KA BU PA TEN /KO TA

Pemberian
Izin
angkutan kota

JEN IS STA N DA R PELA YA N A N M IN IM A L

6. Sumber daya manusia (SDM)


Sumber daya manusia (SDM) untuk
menyusun jaringan Trayek Angkutan
Perdesaan adalah :
a. Mempunyai kemampuan dalam
perencanaan angkutan umum;
b. Mempunyai pengalaman dibidang
perencanaan angkutan, minimal 2
tahun.
trayek 1. Pemberian Izin:
a. Persyaratan Izin
1) Memiliki surat izin usaha angkutan.
2) Memiliki atau menguasai kendaraan
bermotor yang laik jalan, yang
dibuktikan dengan surat tanda nomor
kendaraan dan buku uji.
3) Memiliki atau menguasai fasilitas
penyimpanan / pool kendaraan
bermotor, yang dibuktikan dengan
gambar lokasi dan bangunan serta
surat keterangan mengenai pemilikan
atau penguasaan.
4) Memiliki atau bekerja sama dengan
pihak lain yang mampu menyediakan
fasilitas pemeliharaan kendaraan
bermotor, sehingga dapat merawat
kendaraannya untuk tetap dalam
kondisi laik jalan.

Posisi 16 /05/01

KETERA N GA N
Pendidikan minimal Diploma III (berlatar belakang
Teknik Sipil atau Planologi atau Transportasi).

a) adanya jaringan trayek yang terbuka;


b) adanya kebutuhan trayek baru.
Pengertian menguasai kendaraan adalah bahwa
kepemilikan kendaraan dimungkinkan untuk lebih dari
satu orang (koperasi) atau atas dasar perjanjian kerja
sama, namun nama yang tercantum dalam STNK harus
atas nama perusahaan atau pimpinan perusahaan dan
pengoperasian kendaraan tersebut sepenuhnya dibawah
kendali perusahaan.

34

NO

KEW EN A N G A N W A JIB
KA BU PA TEN /KO TA

JEN IS STA N DA R PELA YA N A N M IN IM A L

KETERA N GA N

b. Persyaratan teknis :
1) Pada trayek lama yang dimohon
masih
memungkinkan
untuk
penambahan jumlah kendaraan, yang
didasarkan pada:
a) Survey faktor muatan pada trayek
dimaksud.
b) Evaluasi
laporan
realisasi
angkutan
dari
perusahaan
angkutan dan Kepala Terminal.
c) Batasan faktor muatan rata-rata
(dinamis) yang menjadi dasar
penambahan armada adalah lebih
besar atau sama dengan 70%.
2) Khusus pada trayek baru dilakukan
survai untuk mengetahui kebutuhan
angkutan.
3) Prioritas
diberikan
kepada
perusahaan angkutan yang memiliki
pelayanan angkutan terbaik.
c. Permohonan izin trayek diajukan kepada Dalam hal permohonan ditolak pemohon dapat
Walikota/Bupati
sesuai
domisili mengajukan kembali permohonannya setelah dilakukan
perbaikan.
perusahaan / pemohon.
d. Prosedur:
1). Penilaian terhadap permohonan;
2). Pemberitahuan
penolakan
permohanan disertai alasannya
dalam waktu selambat-lambatnya 14
hari kerja;
Posisi 16 /05/01

35

NO

KEW EN A N G A N W A JIB
KA BU PA TEN /KO TA

JEN IS STA N DA R PELA YA N A N M IN IM A L

KETERA N GA N

3). Proses penerbitan izin selambatlambatnya 14 hari kerja


sejak
permohonan
diterima
secara
lengkap.
2. Pemberlakuan Izin Trayek

Izin trayek:
a. Berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat di
perpanjang.
b. Dilengkapi dengan Kartu Pengawasan yang
melekat pada kendaraan dan berlaku selama 1
tahun.
Pemberlakuan Izin Trayek dengan
mempertimbangkan:
a. Izin trayek berlaku untuk jenis usaha angkutan

orang dengan kendaraan umum;


b. Izin trayek diberikan kepada BUMN, BUMD,

badan usaha milik swasta nasional, koperasi dan


perorangan WNI;
c.

3. Syarat-syarat perpanjangan izin:

Izin trayek berlaku untuk trayek dalam wilayah


administratif Kabupaten/Kota

a. Selama trayek masih dinyatakan perlu;


b. Dapat melayani trayek sesuai standar
pelayanan yang dipersyaratkan;
4. Pencabutan Izin Trayek.
Posisi 16 /05/01

36

NO

KEW EN A N G A N W A JIB
KA BU PA TEN /KO TA

JEN IS STA N DA R PELA YA N A N M IN IM A L


a. Pencabutan izin trayek dilakukan dengan

peringatan, apabila :

KETERA N GA N
Izin trayek
peringatan

dapat

dicabut dengan atau

tanpa

1) perusahaan

2)

3)

4)
5)

6)

angkutan
tidak
memenuhi
kewajiban
yang
ditetapkan dalam izin trayek;
mengoperasikan kendaraan bermotor
yang tidak memenuhi persyaratan
teknis dan laik jalan;
pihak-pihak atau yang namanya
ditetapkan untuk bertindak atas nama
perusahaan melakukan pelanggaran
operasional yang berkaitan dengan
pengusahaan angkutan;
melakukan pelanggaran melebihi
daya angkut;
tidak mematuhi ketentuan waktu
kerja dan waktu istirahat bagi
pengemudi;
mempekerjakan pengemudi yang
tidak memenuhi persyaratan.

b. Prosedur pencabutan izin trayek dengan

peringatan :
1) peringatan tertulis sebanyak 3 kali

berturut-turut
dengan
tenggang
waktu masing-masing 1 bulan;
2) apabila
peringatan ke-3 tidak
diindahkan,
dilanjutkan
dengan
pembekuan izin trayek untuk jangka
waktu 1 bulan;
Posisi 16 /05/01

37

NO

KEW EN A N G A N W A JIB
KA BU PA TEN /KO TA

JEN IS STA N DA R PELA YA N A N M IN IM A L

KETERA N GA N

3) apabila pembekuan tersebut habis

jangka waktunya dan tidak ada usaha


perbaikan, izin trayek angkutan
dicabut.
c.

Pencabutan izin trayek tanpa peringatan,


apabila :
1) Melakukan

kegiatan
yang
membahayakan keamanan negara;
2) memperoleh izin trayek dengan cara
tidak sah.

Yang dimaksud dengan cara tidak sah adalah


memberikan keterangan yang tidak benar pada waktu
mengajukan permohonan izin atau memperoleh izin
tanpa melalui prosedur yang ditetapkan.

d. Biaya pengurusan Izin Trayek:

1). ditetapkan
Daerah;

dengan

Peraturan

2). diumumkan / dicantumkan pada


papan
informasi
di
tempat
pengurusan izin trayek angkutan.
5. Kendaraan bermotor untuk angkutan kota
selain harus memenuhi persyaratan teknis
dan laik jalan juga harus memenuhi standar
pelayanan sebagai berikut:
a. Dilayani dengan mobil bus umum atau

mobil penumpang umum.


b. Tidak mengunakan kaca gelap.
c. Untuk mobil bus umum :
Posisi 16 /05/01

38

NO

KEW EN A N G A N W A JIB
KA BU PA TEN /KO TA

JEN IS STA N DA R PELA YA N A N M IN IM A L

KETERA N GA N

1). Ketinggian tangga pada pintu


penumpang maksimal 40 cm dari
permukaan jalan.
2). Jumlah penumpang yang berdiri
maksimum 50 persen dari jumlah
total tempat duduk yang tersedia.
3). Dilengkapi dengan pegangan tangan
sepanjang tempat berdiri dan tangga
masuk/keluar.
d. Tanda nomor kendaraan warna dasar
kuning dengan tulisan hitam.
e. Mencantumkan tulisan ANGKUTAN
KOTA pada badan kendaraan bagian
samping kiri dan kanan.
6. Sumber daya manusia (SDM) untuk
menyelenggarakan izin trayek harus
mempunyai pengetahuan dan pengalaman
yang cukup dibidang angkutan:
a. Mempunyai kemampuan di bidang
Manajemen Angkutan.
b. Mempunyai pengalaman operasional
dibidang manajemen angkutan umum
sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun.
7. Sistem Informasi manajemen Izin trayek
angkutan perkotaan.
Unsur-unsur yang harus dipenuhi :
a. Bagan alir mekanisme proses izin trayek
angkutan kota;
b. Leaflet/brosur tata cara pengurusan izin
Posisi 16 /05/01

39

NO

KEW EN A N G A N W A JIB
KA BU PA TEN /KO TA

JEN IS STA N DA R PELA YA N A N M IN IM A L

KETERA N GA N

trayek angkutan kota;


c. Program pengolahan database izin trayek
angkutan kota (masukan, proses, cetak);
d. Security forms (formulir pencetakan izin
trayek angkutan yang dilengkapi
pengaman);
e. Sekurang-kurangnya 1 (satu) orang D.III
Manajemen
Informatika
yang
menangani SIM izin trayek angkutan
kota;
f. Sekurang-kurangnya 1 (satu) unit
komputer dan 1 (satu) unit printer untuk
pengolahan database izin trayek
angkutan kota
8. Evaluasi Angkutan Kota
Secara
periodek
dilakukan
evaluasi
pengoperasian angkutan kota (setiap tahun)
untuk mengetahui kualitas pelayanan yang
ditentukan yang ditetapkan dengan SK
Kepala Daerah Kota/Kabupaten.
12.

Pemberian
Izin
Angkutan Perdesaan

Trayek 1. Persyaratan pemberian izin trayek angkutan


perdesaan :
a. Persyaratan administrasi :
1) Memiliki surat izin usaha angkutan.
2) Memiliki atau menguasai kendaraan
bermotor yang laik jalan, yang
dibuktikan dengan surat tanda nomor
kendaraan dan buku uji.
3) Memiliki atau menguasai fasilitas

Posisi 16 /05/01

Pengertian menguasai kendaraan adalah bahwa


kepemilikan kendaraan dimungkinkan untuk lebih dari
satu orang (koperasi) atau atas dasar perjanjian kerja
sama, namun nama yang tercantum dalam STNK harus
atas nama perusahaan atau pimpinan perusahaan dan
40

NO

KEW EN A N G A N W A JIB
KA BU PA TEN /KO TA

JEN IS STA N DA R PELA YA N A N M IN IM A L


penyimpanan / pool kendaraan
bermotor, yang dibuktikan dengan
gambar lokasi dan bangunan serta
surat keterangan mengenai pemilikan
atau penguasaan.
4) Memiliki atau bekerja sama dengan
pihak lain yang mampu menyediakan
fasilitas pemeliharaan kendaraan
bermotor, sehingga dapat merawat
kendaraannya untuk tetap dalam
kondisi laik jalan.

KETERA N GA N
pengoperasian kendaraan tersebut sepenuhnya dibawah
kendali perusahaan.

c. Persyaratan teknis :
1) Pada trayek lama yang dimohon
masih
memungkinkan
untuk
penambahan jumlah kendaraan, yang
didasarkan pada
a) Survey faktor muatan pada trayek
dimaksud.
b) Evaluasi laporan realisasi
angkutan dari perusahaan
angkutan dan Kepala Terminal.
c) Batasan faktor muatan rata-rata
(dinamis) yang menjadi dasar
penambahan armada adalah lebih
besar atau sama dengan 70%.
2) Khusus pada trayek baru dilakukan
survai untuk mengetahui kebutuhan
angkutan.
3) Prioritas diberikan kepada
perusahaan angkutan yang memiliki
pelayanan angkutan terbaik.
Posisi 16 /05/01

41

NO

KEW EN A N G A N W A JIB
KA BU PA TEN /KO TA

JEN IS STA N DA R PELA YA N A N M IN IM A L

KETERA N GA N

4) Permohonan izin trayek angkutan

perdesaan diajukan kepada Bupati


sesuai domisili perusahaan /
pemohon.
2. Keputusan diterima atau ditolak, selambat- Apabila permohonan ditolak, maka dijelaskan alasan
lambatnya ditetapkan dalam waktu 14 penolakannya.
(empat belas) hari kerja setelah permohonan
diterima secara lengkap.
3. Pemberlakuan
Perdesaan :

Izin

Trayek

Angkutan

a. Izin trayek angkutan perdesaan berlaku

untuk jenis usaha angkutan orang dengan


kendaraan umum;
b. Izin trayek angkutan perdesaan diberikan

kepada BUMN, BUMD, badan usaha


milik swasta nasional, koperasi dan
perorangan WNI;
c.

Izin trayek angkutan perdesaan berlaku


untuk trayek pedesaan dalam wilayah
administratif Kabupaten.

5. Pencabutan Izin Trayek Angkutan

Perdesaan.
Izin trayek angkutan perdesaan dapat dicabut
dengan atau tanpa peringatan.
a. Pencabutan izin trayek angkutan
perdesaan dilakukan dengan
Posisi 16 /05/01

42

NO

KEW EN A N G A N W A JIB
KA BU PA TEN /KO TA

JEN IS STA N DA R PELA YA N A N M IN IM A L

KETERA N GA N

peringatan, apabila :
1) Perusahaan angkutan tidak

2)

3)

4)
5)

6)

memenuhi kewajiban yang


ditetapkan dalam izin trayek
angkutan pedesaan;
Mengoperasikan kendaraan bermotor
yang tidak memenuhi persyaratan
teknis dan laik jalan;
Pihak-pihak atau yang namanya
ditetapkan untuk bertindak atas nama
perusahaan melakukan pelanggaran
operasional yang berkaitan dengan
pengusahaan angkutan;
Melakukan pelanggaran melebihi
daya angkut;
Tidak mematuhi ketentuan waktu
kerja dan waktu istirahat bagi
pengemudi;
Mempekerjakan pengemudi yang
tidak memenuhi persyaratan.

Kewajiban pemegang izin trayek sebagaimana diatur


dalam KM.84 Tahun 1999 Pasal 60.

b. Prosedur pencabutan izin trayek


angkutan perdesaan dengan peringatan
1) Peringatan tertulis sebanyak 3 kali

berturut-turut dengan tenggang


waktu masing-masing 1 bulan;
2) Apabila peringatan ke-3 tidak
diindahkan, dilanjutkan dengan
pembekuan izin trayek untuk jangka
waktu 1 bulan;
Posisi 16 /05/01

43

NO

KEW EN A N G A N W A JIB
KA BU PA TEN /KO TA

JEN IS STA N DA R PELA YA N A N M IN IM A L

KETERA N GA N

3) Apabila pembekuan tersebut habis

jangka waktunya dan tidak ada usaha


perbaikan, izin trayek angkutan
dicabut.
2)

Pencabutan izin trayek angkutan


perdesaan tanpa peringatan, apabila :
1) Melakukan kegiatan yang

membahayakan keamanan negara;


2) Memperoleh izin trayek dengan cara

tidak sah.

Yang dimaksud dengan cara tidak sah adalah


memberikan keterangan yang tidak benar pada waktu
mengajukan permohonan izin atau memperoleh izin
tanpa melalui prosedur yang ditetapkan.

6. Biaya pengurusan Izin Trayek Angkutan

Perdesaan :
a. Ditetapkan dengan Peraturan Daerah;
b. Diumumkan / dicantumkan pada papan

informasi di tempat pengurusan izin


trayek angkutan.
7. Evaluasi Trayek Angkutan Perdesaaan :
a. Dilakukan secara periodik setiap tahun

untuk mengetahui trayek yang terbuka


dan tertutup;
b. hasil evaluasi tersebut ditetapkan dengan
Keputusan Bupati.

Posisi 16 /05/01

Trayek terbuka adalah trayek yang dimungkinkan


untuk dilakukan penambahan armada karena faktor
muatan rata-rata 70%.
Trayek tertutup adalah trayek jenuh yang tidak
dimungkinkan untuk dilakukan penambahan armada
karena faktor muatan < 70%.
44

NO

KEW EN A N G A N W A JIB
KA BU PA TEN /KO TA

JEN IS STA N DA R PELA YA N A N M IN IM A L

KETERA N GA N

8. Sistem informasi manajemen izin trayek

angkutan perdesaan :
a. Penyelenggara pemberi izin wajib
menyusun Sistim Informasi Trayek
Angkutan Pedesaan
b. Sistim informasi tersebut sekurangkurangnya mencantumkan :
1) Jumlah perusahaan, trayek dan

armada yang memperoleh izin;


2) Jumlah perusahaan dan armada yang
akan habis masa berlaku izinnya;
3) Jumlah perusahaan dan armada
dalam proses pengurusan dan diberi
sanksi, dll.
c. Unsur-unsur pelayanan yang harus
dipenuhi:
1) Bagan alir mekanisme proses izin

trayek angkutan perdesaan.


2) Program pengolahan database izin
trayek angkutan perdesaan (input,
proses, cetak).
3) Formulir pencetakan izin trayek
angkutan perdesaan yang dilengkapi
pengaman (security forms).
9. Persyaratan SDM untuk memproses izin

trayek angkutan perdesaan:


Posisi 16 /05/01

Untuk kecepatan dan kualitas pelayanan, Instansi


pemberi izin trayek perdesaan sekurang-kurangnya :
1) Diperkuat tenaga 1 (satu) orang yang menguasai

program komputer.
2) Dilengkapi 1 (satu) unit komputer dan 1 (satu)
unit printer untuk pengolahan database izin trayek
angkutan perdesaan.
45

NO

KEW EN A N G A N W A JIB
KA BU PA TEN /KO TA

JEN IS STA N DA R PELA YA N A N M IN IM A L

KETERA N GA N

a. Mempunyai kemampuan di bidang

Manajemen Angkutan.
b. Mempunyai pengalaman operasional
dibidang manajemen angkutan umum
sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun.
10. Persyaratan kendaraan bermotor untuk

angkutan perdesaan :
a. Dilayani dengan mobil bus umum atau
mobil penumpang umum.
b. Tanda nomor kendaraan warna dasar
kuning dengan tulisan hitam.
c. Memenuhi persyaratan teknis dan laik
jalan, dibuktikan dengan Buku Uji.
d. Mencantumkan tulisan ANGKUTAN
PERDESAAN pada badan kendaraan
bagian samping kiri dan kanan.
11. Masa berlaku izin trayek angkutan pedesaan

13.

adalah 5 (lima) tahun sejak SK. Izin Trayek


diterbitkan.
12. Rekapitulasi penerbitan Izin Trayek
Angkutan Perdesaan wajib dilaporkan
kepada Gubernur dan Direktur Jenderal
Perhubungan Darat secara berkala setiap 6
bulan.
Pemberian izin usaha angkutan 1. Persyaratan izin usaha angkutan orang dan
barang di jalan dengan kendaraan umum :
(penumpang dan / atau
barang).
a. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP).
b. Memiliki Akte Pendirian Perusahaan

Posisi 16 /05/01

Waktu Pelaporan :
a. Periode Januari Juni, dilaporkan bulan Juli.
b. Periode Juli Desember, dilaporkan Januari
tahun berikutnya.
Izin Usaha Angkutan berlaku untuk penyelenggaraan
angkutan penumpang dan / atau barang.

46

NO

KEW EN A N G A N W A JIB
KA BU PA TEN /KO TA

JEN IS STA N DA R PELA YA N A N M IN IM A L

c.
d.
e.
f.

KETERA N GA N

bagi pemohon yang berbentuk badan


usaha, akte pendirian koperasi bagi
pemohon yang berbentuk Koperasi dan
tanda jati diri bagi pemohon perorangan
warga negara Indonesia;
Memiliki surat keterangan domisili
perusahaan;
Memiliki surat izin tempat usaha (SITU);
Pernyataan kesanggupan untuk memiliki
atau menguasai kendaraan bermotor;
Pernyataan kesanggupan untuk
memiliki/menguasai fasilitas
penyimpanan (pool) kendaraan
bermotor.

2. Permohonan izin usaha angkutan diajukan

kepada :
a. Bupati atau walikota sesuai domisili
perusahaan;
b. Gubernur/ Kepala Daerah Khusus
Ibukota Jakarta untuk pemohon yang
berdomisili di DKI Jakarta.
3. Keputusan diterima atau ditolak, selambat-

lambatnya ditetapkan dalam waktu 14


(empat belas) hari kerja setelah permohonan
diterima secara lengkap.
4. Pemberlakuan Izin Usaha Angkutan :
a. Izin usaha angkutan berlaku untuk semua

Apabila permohonan ditolak, maka dijelaskan alasan


penolakannya.

Izin Usaha Angkutan melekat kepada perusahaan, tidak


dibatasi dengan jumlah kendaraan yang beroperasi.

jenis usaha angkutan orang dan / atau


barang dengan kendaraan umum;
Posisi 16 /05/01

47

NO

KEW EN A N G A N W A JIB
KA BU PA TEN /KO TA

JEN IS STA N DA R PELA YA N A N M IN IM A L

KETERA N GA N

b. Izin usaha angkutan diberikan kepada

BUMN, BUMD, badan usaha milik


swasta nasional, koperasi dan perorangan
WNI;
c. Izin usaha angkutan berlaku untuk
seluruh wilayah Indonesia dengan
ketentuan kegiatan usaha yang dilakukan
diluar wilayah domisili usaha wajib
melaporkan kepada Bupati / Walikota
atau pejabat yang ditunjuk sesuai lokasi
kegiatan usaha.
d. Kewajiban memiliki Izin Usaha
Angkutan, dibebaskan bagi :
1). perusahaan biro perjalanan umum
untuk menunjang kegiatan
usahanya;
2). perusahaan yang melaksanakan
kegiatan pengangkutan orang sakit
dengan mobil ambulans
3). kegiatan pengangkutan jenazah
dengan mobil jenazah;
4). kegiatan angkutan yang bersifat
untuk pelayanan kemasyarakatan.
5. Pencabutan Izin Usaha Angkutan.

Izin Usaha Angkutan dapat dicabut dengan


atau tanpa peringatan.
a. Pencabutan izin usaha angkutan
dilakukan dengan peringatan, apabila
:
Posisi 16 /05/01

48

NO

KEW EN A N G A N W A JIB
KA BU PA TEN /KO TA

JEN IS STA N DA R PELA YA N A N M IN IM A L

KETERA N GA N

a. perusahaan angkutan tidak memenuhi

b.

c.

d.
e.

kewajiban yang ditetapkan dalam


izin usaha angkutan;
tidak melaksanakan kegiatan
usahanya dalam waktu 6 bulan
setelah izin usaha diterbitkan;
tidak melaporkan apabila terjadi
perubahan pemilikan atau domisili
perusahaan;
tidak melaporkan kegiatan usahanya
kepada pemberi izin;
tidak melakukan kegiatan usaha
angkutan.

b. Prosedur pencabutan izin usaha


angkutan dengan peringatan :
a. peringatan tertulis sebanyak 3 kali

berturut-turut dengan tenggang


waktu masing-masing 1 bulan;
b. apabila tidak diindahkan dilanjutkan
dengan pembekuan izin usaha untuk
jangka waktu 1 bulan;
c. apabila pembekuan tersebut habis
jangka waktunya, izin usaha
angkutan dicabut.
c. Pencabutan izin usaha angkutan tanpa
peringatan, apabila :
a. melakukan kegiatan yang

membahayakan keamanan negara;


b. memperoleh izin usaha dengan cara
Posisi 16 /05/01

49

NO

KEW EN A N G A N W A JIB
KA BU PA TEN /KO TA

JEN IS STA N DA R PELA YA N A N M IN IM A L

KETERA N GA N

tidak sah.
6. Biaya pengurusan Izin Usaha Angkutan

harus :
a. ditetapkan dengan Peraturan Daerah;
b. diumumkan / dicantumkan pada papan

informasi dan leaflet / brosur pengurusan


izin usaha angkutan.
7. Masa berlaku izin usaha adalah selama

perusahaan angkutan yang bersangkutan


menjalankan usahanya.
14.

Pemberian Izin Operasi Taksi 1. Dasar Pertimbangan:


a. Adanya permintaan kebutuhan pelayanan
yang melayani Kota
taksi;
b. Wilayah pelayanan angkutan taksi;
c. Terpenuhinya persyaratan teknis dan
administrasi
2. Persyaratan Izin Operasi Taksi
Mengajukan permohonan untuk mendapatkan
izin operasi taksi, dengan dilampiri:
a. Izin usaha angkutan;
b. Pernyataan kesanggupan untuk memiliki
atau menguasai kendaraan yang akan
dioperasikan selambat-lambatnya 3 (tiga)
bulan setelah izin diterbitkan;
c. Pernyataan kesanggupan menyediakan
fasilitas pendukungnya (pool/depo/garasi
dan
kelengkapan
lain)
selambatlambatnya 3 (tiga) bulan setelah izin

Posisi 16 /05/01

Jawaban diterima/ditolak berikut alasan atas pengajuan


izin operasi taksi dikeluarkan maksimal 14 hari kerja
semenjak kelengkapan persyaratan yang ditetapkan
diterima.

50

NO

KEW EN A N G A N W A JIB
KA BU PA TEN /KO TA

JEN IS STA N DA R PELA YA N A N M IN IM A L

KETERA N GA N

diterbitkan;
3. Penerbitan izin operasi taksi
a. Menerima laporan realisasi pernyataan
pemohon (pengadaan kendaraan, fasilitas
pendukung);
b. Melakukan pengecekan lapangan atas
realisasi pernyataan pemohon;
c. Hasil pengecekan lapangan dituangkan
dalam Berita Acara;
d. Bila Berita Acara menyatakan pernyataan
dipenuhi, diterbitkan izin operasi
selambat-lambatnya 21 (dua puluh satu)
hari kerja sejak penerimaan laporan
realisasi.
4. Masa berlaku izin operasi
Masa berlaku izin operasi selama 5 (lima)
tahun dan dapat diperpanjang.
5. Pencabutan Izin operasi.

Izin operasi dapat dicabut dengan atau tanpa


peringatan.
a. Pencabutan izin operasi dilakukan
dengan peringatan, apabila :
1).
2).
Posisi 16 /05/01

perusahaan angkutan tidak


memenuhi ketentuan yang
ditetapkan dalam izin operasi;
tidak melaksanakan kegiatan
usahanya dalam waktu 6 bulan
51

NO

KEW EN A N G A N W A JIB
KA BU PA TEN /KO TA

JEN IS STA N DA R PELA YA N A N M IN IM A L

3).
4).
5).

KETERA N GA N

setelah izin operasi diterbitkan;


tidak melaporkan apabila terjadi
perubahan pemilikan atau domisili
perusahaan;
tidak melaporkan kegiatan usahanya
kepada pemberi izin;
tidak melakukan kegiatan usaha
angkutan.

b. Prosedur pencabutan izin operasi


angkutan dengan peringatan :
1).
2).
3).

peringatan tertulis sebanyak 3 kali


berturut-turut dengan tenggang
waktu masing-masing 1 bulan;
apabila tidak diindahkan dilanjutkan
dengan pembekuan izin usaha untuk
jangka waktu 1 bulan;
apabila pembekuan tersebut habis
jangka waktunya, izin operasi
angkutan dicabut.

6. Pencabutan izin usaha angkutan tanpa


peringatan, apabila :
a). melakukan kegiatan yang
membahayakan keamanan negara;
b). memperoleh izin dengan cara tidak sah.
7. Biaya pengurusan Izin operasi harus :
a. ditetapkan dengan Peraturan Daerah;
b. diumumkan / dicantumkan pada papan
Posisi 16 /05/01

52

NO

KEW EN A N G A N W A JIB
KA BU PA TEN /KO TA

JEN IS STA N DA R PELA YA N A N M IN IM A L

KETERA N GA N

informasi dan leaflet / brosur pengurusan


izin operasi.
8. Syarat-syarat perpanjangan izin operasi
a. Selama
pelayanan
taksi
masih
dibutuhkan;
b. Dapat
beroperasi
sesuai
standar
pelayanan yang dipersyaratkan;
c. Perusahaan taksi dinyatakan sehat.
9. Sumber Daya Manusia (SDM).
a. Sekurang-kurangnya 1 (satu) orang D-III
Ahli LLAJ;
b. Sekurang-kurangnya pernah mengikuti
Diklat Manajemen Angkutan;
c. Pengalaman lapangan bidang LLAJ
sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun).
10. Pemantauan dan evaluasi kinerja angkutan

Taksi dilakukan satu kali dalam satu tahun


11. Sistem Informasi Manajemen Izin Operasi

Angkutan Taksi, harus memenuhi:


a. Informasi tentang kebutuhan pelayanan
taksi;
b. Jumlah perusahaan dan armada taksi
yang beroperasi;
c. Informasi tentang peringkat kinerja
perusahaan taksi;
d. Sekurang-kurangnya 1 (satu) orang D.III
Manajemen Informatika yang menangani
SIM izin Operasi angkutan Taksi;
Posisi 16 /05/01

53

NO

KEW EN A N G A N W A JIB
KA BU PA TEN /KO TA

JEN IS STA N DA R PELA YA N A N M IN IM A L

KETERA N GA N

kendaraan bermotor untuk Sesuai dengan KM. 84 tahun 1999.


angkutan taksi:
a. Memenuhi aspek keselamatan;
b. Tidak mengunakan kaca gelap;
c. Dilayani dengan mobil penumpang
umum yang diberi tanda khusus dan
dilengkapi dengan argometer;
d. Plat tanda nomor kendaraan warna dasar
kuning dengan tulisan warna hitam;
e. Mencantumkan tulisan: "TAKSI" yang
ditempatkan di atas atap bagian luar
kendaraan.
Izin Usaha Angkutan Sewa berlaku untuk
Usaha 1. Persyaratan izin usaha angkutan sewa:
penyelenggaraan angkutan sewa
a. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP).
b. Memiliki Akte Pendirian Perusahaan
bagi pemohon yang berbentuk badan
usaha, akte pendirian koperasi bagi
pemohon yang berbentuk Koperasi dan
tanda jati diri bagi pemohon perorangan
warga negara Indonesia;
c. Memiliki surat keterangan domisili
perusahaan;
d. Memiliki surat izin tempat usaha (SITU);
e. Pernyataan kesanggupan untuk memiliki
atau menguasai kendaraan bermotor;
f. Pernyataan kesanggupan untuk
memiliki/menguasai fasilitas
penyimpanan (pool) kendaraan
bermotor.
12. Persyaratan

15.

Pemberian
Izin
Angkutan Sewa

Posisi 16 /05/01

54

NO

KEW EN A N G A N W A JIB
KA BU PA TEN /KO TA

JEN IS STA N DA R PELA YA N A N M IN IM A L

KETERA N GA N

2. Permohonan izin usaha angkutan sewa

diajukan kepada :
a. Bupati atau walikota sesuai domisili
perusahaan;
b. Gubernur/ Kepala Daerah Khusus
Ibukota Jakarta untuk pemohon yang
berdomisili di DKI Jakarta.
3. Keputusan diterima atau ditolak, selambat-

lambatnya ditetapkan dalam waktu 14


(empat belas) hari kerja setelah permohonan
diterima secara lengkap.
4. Pemberlakuan Izin Usaha Angkutan Sewa:
a. Izin usaha angkutan sewa berlaku untuk

Apabila permohonan ditolak, maka dijelaskan alasan


penolakannya.

Izin Usaha Angkutan melekat kepada perusahaan, tidak


dibatasi dengan jumlah kendaraan yang beroperasi.

semua jenis usaha angkutan sewa;


b. Izin usaha angkutan diberikan kepada
BUMN, BUMD, badan usaha milik
swasta nasional, koperasi dan perorangan
WNI;
c. Izin usaha angkutan berlaku untuk
seluruh wilayah Indonesia dengan
ketentuan kegiatan usaha yang dilakukan
diluar wilayah domisili usaha wajib
melaporkan kepada Bupati / Walikota
atau pejabat yang ditunjuk sesuai lokasi
kegiatan usaha.
d. Kewajiban memiliki Izin Usaha
Angkutan sewa, dibebaskan bagi :
1). perusahaan biro perjalanan umum
untuk menunjang kegiatan
Posisi 16 /05/01

55

NO

KEW EN A N G A N W A JIB
KA BU PA TEN /KO TA

JEN IS STA N DA R PELA YA N A N M IN IM A L

2).
3).
4).

KETERA N GA N

usahanya;
perusahaan yang melaksanakan
kegiatan pengangkutan orang sakit
dengan mobil ambulans
kegiatan pengangkutan jenazah
dengan mobil jenazah;
kegiatan angkutan yang bersifat
untuk pelayanan kemasyarakatan.

5. Pencabutan Izin Usaha Angkutan.

Izin Usaha Angkutan dapat dicabut dengan


atau tanpa peringatan.
6. Pencabutan izin usaha angkutan dilakukan

dengan peringatan, apabila :


a. perusahaan angkutan tidak memenuhi
kewajiban yang ditetapkan dalam izin
usaha angkutan;
b. tidak melaksanakan kegiatan usahanya
dalam waktu 6 bulan setelah izin usaha
diterbitkan;
c. tidak melaporkan apabila terjadi
perubahan pemilikan atau domisili
perusahaan;
d. tidak melaporkan kegiatan usahanya
kepada pemberi izin;
e. tidak melakukan kegiatan usaha
angkutan.

Posisi 16 /05/01

56

NO

KEW EN A N G A N W A JIB
KA BU PA TEN /KO TA

JEN IS STA N DA R PELA YA N A N M IN IM A L

KETERA N GA N

7. Prosedur pencabutan izin usaha angkutan

dengan peringatan :
a. peringatan tertulis sebanyak 3 kali

berturut-turut dengan tenggang waktu


masing-masing 1 bulan;
b. apabila tidak diindahkan dilanjutkan
dengan pembekuan izin usaha untuk
jangka waktu 1 bulan;
c. apabila pembekuan tersebut habis jangka
waktunya, izin usaha angkutan dicabut.
8. Pencabutan izin usaha angkutan tanpa

peringatan, apabila :
a. melakukan kegiatan yang

membahayakan keamanan negara;


b. memperoleh izin usaha dengan cara tidak

sah.
8. Biaya pengurusan Izin Usaha Angkutan

harus :
a. ditetapkan dengan Peraturan Daerah;
b. diumumkan / dicantumkan pada papan

informasi dan leaflet / brosur pengurusan


izin usaha angkutan.
9. Masa berlaku izin usaha adalah selama

perusahaan angkutan yang bersangkutan


menjalankan usahanya.

Posisi 16 /05/01

57

NO
16.

KEW EN A N G A N W A JIB
KA BU PA TEN /KO TA

JEN IS STA N DA R PELA YA N A N M IN IM A L

Penetapan Tarif Angkutan 1. Prosedur Perhitungan Tarif


Kota Kelas Ekonomi
a. Struktur tarif terdiri dari :
1) Tarif dasar
2) Tarif jarak
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi

perhitungan besaran tarif adalah


kapasitas angkut, jumlah rit, faktor
muatan, hari operasi dan biaya produksi.
c.

KETERA N GA N

a. Penetapan besaran tarip harus memperhatikan :


1).
2).
3).
4).
5).

kepentingan pelayanan umum


peningkatan mutu pelayanan jasa angkutan
daya beli masyarakat
peningkatan kelancaran pelayanan jasa
angkutan
pengembalian biaya / keuntungan operator

b. Pedoman perhitungan tarif ditetapkan oleh


Pemerintah.

Biaya produksi yang diperhitungkan


dalam menetapkan tarif dasar adalah :
1) Biaya langsung meliputi :
Bahan bakar, oli, ban, suku cadang,
perawatan, awak kendaraan, bunga
modal, pajak kendaraan bermotor, uji
berkala, retribusi terminal, asuransi,
penyusutan.
2) Biaya tak langsung (biaya pegawai
kantor dan biaya pengelolaan).
3) Keuntungan sekitar 10% dari total
biaya.

2. Proses pengajuan tarif baru :

Rencana penyesuaian tarif baru


dikonsultasikan dengan DPRD.
3. Penetapan tarif kelas ekonomi dapat

ditetapkan:
a. Berdasarkan tarif dasar dikalikan jarak,
Posisi 16 /05/01

58

NO

KEW EN A N G A N W A JIB
KA BU PA TEN /KO TA

JEN IS STA N DA R PELA YA N A N M IN IM A L

KETERA N GA N

atau;
b. Berdasarkan tarif datar (tarif rata-rata)

yang berlaku untuk jarak jauh dekat;


tarip angkutan kota ditetapkan oleh
Walikota dan khusus untuk DKI Jakarta
oleh Gubernur;
d. tarip angkutan perdesaan ditetapkan oleh
Bupati.
c.

4. Sosialisasi pemberlakuan tarif baru :


a. Sosialisasi perubahan tarif dilakukan

kepada masyarakat dan operator


angkutan, minimal selama 1 (satu) bulan
sebelum perubahan tarip baru.
b. Melakukan pemasangan besaran tarif di
tiap terminal dan kendaraan angkutan
umum.

Sebelum dilakukan penyesuaian tarif baru terlebih


dahulu dihimbau kepada para operator untuk
memperbaiki tingkat pelayanan dan melakukan
efisiensi dalam proses pengelolaan perusahaan dan
peningkatan kesejahteraan awak kendaraan.
Usulan penyesuaian tarif dilakukan apabila berdasarkan
5. Evaluasi tarif.
Evaluasi tarif dilakukan secara berkala setiap evaluasi pendapatan / penghasilan pengusaha angkutan
sudah tidak sesuai dengan biaya operasional kendaraan
tahun.
/ biaya produksi
a. Melaporkan setiap kali ada perubahan tarif baru
Sistim informasi tarif angkutan dilakukan
kepada Gubernur dan Direktur Jenderal
dengan :
Perhubungan Darat.
a. Menerbitkan Buku Tarif yang berisi
b. Membuat berita acara setiap kali terjadi
tentang trayek, jarak dan tarif yang
pelanggaran tarif dan memproses lebih lanjut.
berlaku.
c. Sistim program tarif angkutan harus berintegrasi
b. Menyusun database tarif angkutan.
dengan sistem informasi angkutan (izin operasi
angkutan dan izin trayek angkutan) baik mengenai

6. Sistem informasi tarif angkutan.

Posisi 16 /05/01

59

NO

KEW EN A N G A N W A JIB
KA BU PA TEN /KO TA

JEN IS STA N DA R PELA YA N A N M IN IM A L

KETERA N GA N
jarak, trayek, km tempuh, load factor dan lain-lain.

7. Masa berlaku tarif.

Tarip yang ditetapkan diberlakukan untuk


jangka waktu sekurang-kurangnya 1 tahun.
17.

Penentuan lokasi rambu lalu


Penentuan lokasi dan penempatan perlengkapan jalan
lintas, marka jalan, alat 1. Lokasi Penempatan
a. Lokasi penempatan perlengkapan jalan harus memenuhi persyaratan teknis sesuai ketentuan
pemberi isyarat lalu lintas, alat
harus merupakan hasil manajemen dan yang berlaku
pengendali dan pengaman
rekayasa lalu lintas.
pemakai jalan serta fasilitas
b. Penempatan
perlengkpan
jalan
pendukung di jalan Kebupaten
diprioritaskan pada lokasi-lokasi tertentu,
/ Kota.
yaitu :
1) Pada tikungan dan/atau tanjakan berupa
marka pembatas lajur;
2) Pada persimpangan jalan berupa rambu
lalu lintas;
3) Pada lokasi penyeberangan jalan
berupa rambu lalu lintas;
4) Pada perlintasan sebidang dengan KA
berupa rambu lalu lintas;
5) Pada daerah rawan kecelakaan berupa
rambu lalu lintas;
3. Pengaturan lalu lintas bersifat perintah
dan/atau larangan :
a. Pengaturan lalu lintas bersifat perintah
dan/atau larangan ditetapkan dengan
Peraturan Daerah;
b. Pengaturan dinyatakan dengan rambu
lalu lintas, marka jalan atau alat pemberi
isyarat lalu lintas;
c. Diumumkan dalam Berita Daerah;

Posisi 16 /05/01

60

NO

18.

KEW EN A N G A N W A JIB
KA BU PA TEN /KO TA

JEN IS STA N DA R PELA YA N A N M IN IM A L

d. Pemasangan harus diselesaikan paling


lama 60 hari setelah diumumkan dalam
Berita Daerah;
e. Perlengkapan jalan tersebut mempunyai
kekuatan hukum setelah 30 hari
pemasangan;
f. Jangka waktu 30 hari tersebut digunakan
untuk sosialisasi dan publikasi kepada
masyarakat
Pengadaan dan pemasangan 1. Umum
a. Untuk keselamatan, ketertiban dan
rambu lalu lintas, marka jalan,
kelancaran serta kemudahan bagi
alat pemberi isyarat lalu lintas,
pemakai jalan pemerintah Kabupaten/
alat pengendali dan pengaman
Kota wajib memasang dan memelihara
pemakai jalan serta fasilitas
perlengkapan jalan sesuai kebutuhan;
pendukung di jalan Kabupaten
/ Kota, Jalan Nasional dan
b. Pengadaan
dan
pemasangan
Jalan Propinsi yang berada di
perlengkapan jalan adalah merupakan
dalam Ibukota Kabupaten /
hasil manajemen dan rekayasa lalu lintas
Wilayah Kota.
dan penyelenggaraannya mengacu pada
ketentuan perundang-undangan yang
berlaku;

KETERA N GA N

Kegiatan pengadaan dan pemasangan perlengkapan


jalan ini sebagai tindak lanjut manajemen lalu lintas
kota (urban traffic management)
Pengadaan dan pemasangan perlengkapan jalan harus
mengacu pada :
2. KepMenhub No. 60 Tahun 1993 tentang Marka
Jalan
3. KepMenhub No. 61 Tahun 1993 tentang Ramburambu lalau lintas di Jalan;
4. KepMenhub No. 62 Tahun 1993 tentang Alat
Pemberi Isyarat Lalu Lintas;
5. KepMenhub No. 3 Tahun 1994 tentang Alat
Pengendali dan Pengaman Pemakai Jalan;

2. Perencanaan Kebutuhan
a. Dalam proses pengadaan perlengkapan SK. Dirjen Hubdat No. SK. 141/AJ.404/DRJD/1997
jalan harus didahului dengan melakukan tentang Petunjuk Teknis Survai Kebutuhan
survai untuk menentukan jumlah Perlengkapan Jalan
kebutuhan, termasuk penentuan lokasi
penempatan / pemasangannya, sesuai
dengan petunjuk teknis survai kebutuhan
perlengkapan jalan
Posisi 16 /05/01

61

NO

KEW EN A N G A N W A JIB
KA BU PA TEN /KO TA

JEN IS STA N DA R PELA YA N A N M IN IM A L

KETERA N GA N

b. Perkiraan kebutuhan perlengkapan jalan


harus disusun sekurang-kurangnya untuk
jangka waktu 5 (lima) tahun dan
dilakukan evaluasi secara periodik
sekurang-kurangnya 2 (dua) kali setahun
terhadap jumlah rambu yang ada dan
untuk mengantisipasi kemungkinan
pengembangan jaringan jalan.
4. Pengaturan perintah/larangan
Untuk pengadaan dan pemasangan rambu
lalu lintas, marka jalan dan alat pemberi
isyarat
lalu
lintas
yang
bersifat
perintah/larangan :
a. Ditetapkan dengan Peraturan Daerah;
b. Diumumkan dalam Berita Daerah;
c. Pemasangan harus diselesaikan paling
lama 60 hari setelah diumumkan dalam
Berita Daerah;
d. Perlengkapan jalan tersebut mempunyai
kekuatan hukum setelah 30 hari
pemasangan;
e. Jangka waktu 30 hari tersebut digunakan
untuk sosialisasi dan publikasi kepada
masyarakat.
5. Prosedur pengadaan dan pemasangan
a. Pengadaan
dan
pemasangan
perlengkapan
jalan
harus
sesuai
spesifikasi teknis yang ditetapkan oleh
Pemerintah;
Posisi 16 /05/01

62

NO

KEW EN A N G A N W A JIB
KA BU PA TEN /KO TA

JEN IS STA N DA R PELA YA N A N M IN IM A L


b. Spesifikasi teknis berikut gambar
desain/bestek
harus
mendapat
persetujuan pimpinan unit kerja;
c. Produk perlengkapan jalan yang
digunakan harus merupakan produk
perusahaan perlengkapan jalan yang
telah mendapat Rekomendasi dari
Pemerintah;
d. Pengadaan
dan
pemasangan
perlengkapan jalan di jalan umum yang
dilakukan oleh swasta/badan hukum,
harus mendapat persetujuan dari Bupati /
Walikota setempat;
e. Pengadaan dan pemasangan alat
pengendali pemakai jalan (alat pembatas
kecepatan & alat pembatas ukuran
kendaraan) wajib mengacu pada
ketentuan yang berlaku;

KETERA N GA N

Alat pembatas kecepatan (peninggian sebagian badan


jalan yang melintang terhadap sumbu jalan dengan
lebar, tinggi dan kelandaian tertentu) & alat pembatas
ukuran kendaraan (portal) hanya ditempatkan pada :
a. Jalan lingkungan pemukiman/kawasan industri;
b. Jalan lokal yang mempunyai kelas jalan IIIC
c. Khusus utk alat pembatas kecepatan juga pada
jalan-jalan yang sedang dilakukan pekerjaan
konstruksi;

5. Pemeliharaan dan penggantian


a. Pemeliharaan
perlengkapan
jalan
dilakukan secara periodik sekurangkurangnya 2 (dua) kali setahun;
b. Penggantian perlengkapan jalan yang
hilang atau rusak dilakukan selambatlambatnya dalam waktu 2(dua) tahun;
c. Penggantian perlengkapan jalan yang
bersifat perintah/larangan yang hilang
atau rusak dilakukan sesegera mungkin;
Posisi 16 /05/01

63

NO

KEW EN A N G A N W A JIB
KA BU PA TEN /KO TA

JEN IS STA N DA R PELA YA N A N M IN IM A L

KETERA N GA N

6. Sistem informasi manajemen


a. Penyelenggara perlengkapan jalan wajib
menyusun sistem informasi manajemen;
b. Sistem informasi perlengkapan jalan
harus disusun dan diperbaharui secara
periodik setiap tahun;
c. Sistem informasi perlengkapan jalan
harus memuat hal-hal berikut :
1) Jumlah, jenis dan kondisi serta lokasi
perlengkapan jalan yang sudah
terpasang masing-masing di jalan
Nasional, Propinsi dan Jalan Kab /
Kota;
2) Waktu pemasangan dan waktu
pemeliharaan perlengkapan jalan;
3) Sumber dana;
4) Instansi/badan usaha yang memasang;
5) Jumlah, jenis dan lokasi perlengkapan
jalan yang akan dipasang sesuai
perencanaan kebutuhan;

19

Penentuan
lokasi
parkir untuk umum

Penyelenggara perlengkapan jalan wajib


melaporkan
kegiatan
penyelenggaraan
perlengkapan jalan secara periodik setiap tahun
sekali kepada Direktur Jenderal Perhubungan
Darat;
fasilitas 1. Dasar Pertimbangan Penentuan lokasi parkir
untuk umum Pada Badan Jalan
a. Kebutuhan pengendalian lalu lintas

Posisi 16 /05/01

64

NO

KEW EN A N G A N W A JIB
KA BU PA TEN /KO TA

JEN IS STA N DA R PELA YA N A N M IN IM A L

KETERA N GA N

b. Ketersedian lahan
2. Lokasi parkir di badan jalan dilarang pada:
a. 6 meter sebelum dan sesudah tempat
penyeberangan pejalan kaki atau tempat
penyeberangan sepeda yang ditentukan;
b. Sepanjang trotoar;
c. Sepanjang terowongan/tunel;
d. Minimal 25 meter dari
mulut
persimpangan/ stop line (garis henti);
Pada tikungan yang dilengkapi rambu tikungan
e. Minimal sepanjang busur tikungan;
f. Di atas jembatan;
g. Minimal 100 meter sebelum dan
sesudah perlintasan sebidang;
h. Minimal 6 meter dari akses bangunan;
i. Pada
tempat-tempat
yang
dapat
menutupi rambu rambu atau alat
pemberi isyarat lalu lintas;
j. Minimal 6 meter sebelum dan sesudah
keran pemadam kebakaran;
k. Lokasi-lokasi dimana arus lalu lintas
yang lebih dipentingkan daripada
kegiatan parkir, antara lain di jalan
arteri.
3. Prosedur yang harus dilakukan dalam
penentuan lokasi parkir di badan jalan:
a. Pengumpulan data antara lain (LHR
ruas, VC ruas, lebar jalan, tata guna
lahan, bangkitan dan tarikan tata guna
lahan sekitarnya, dll)
1).
b. Analisis kebutuhan ruang parkir;
Posisi 16 /05/01

Standar Satuan Ruang Parkir (SRP) sesuai


65

NO

KEW EN A N G A N W A JIB
KA BU PA TEN /KO TA

JEN IS STA N DA R PELA YA N A N M IN IM A L

KETERA N GA N

2).

dengan pedoman teknis yang dikeluarkan


Direktorat Jenderal Perhubungan Darat,
Pola parkir di badan jalan meliputi pola parkir
paralel, menyudut, termasuk kebutuhan ruang
parkir bagi kendaraan khusus (contoh kendaraan
untuk orang cacat).

c. Menentukan
pola
parkir
dan
kelengkapan pendukungnya;
d. Analisis kinerja jaringan jalan sebelum
dan sesudah penerapan ruang parkir;
e. Informasi lokasi parkir di badan jalan
ditampilkan dalam peta jaringan lokasi
parkir dan dipublikasikan untuk
mendapat masukan masyarakat.
4. Sumber Daya Manusia
a. Minimal berpendidikan D III transportasi
jalan atau planologi dan teknik sipil
b. Atau berpendidikan minimal SLTA
dengan pengalaman dibidang lalu lintas
jalan minimal 3 tahun dan telah
mengikuti diklat teknis fungsional lalu
lintas.
5. Penentuan lokasi parkir untuk umum di luar
Badan Jalan
a. Dasar Pertimbangan
1). Kebutuhan pengendalian lalu lintas;
2). Ketersedian lahan;
3). Optimasi pemanfaatan area;
4). Memiliki akses ke Jalan Utama;
Posisi 16 /05/01

66

NO

KEW EN A N G A N W A JIB
KA BU PA TEN /KO TA

JEN IS STA N DA R PELA YA N A N M IN IM A L

KETERA N GA N

b. Persyaratan teknis
Pemilihan lokasi dan disain rancang
bangun mengacu pada pedoman teknis
penyelenggaraan parkir.
c. Prosedur penentuan lokasi parkir di luar
badan jalan:
1). Pengumpulan data antara lain (LHR
ruas, VC ruas, lebar jalan, tata guna
lahan, bangkitan dan tarikan tata
guna lahan sekitarnya, dll)
2). Analisis kebutuhan ruang parkir;
3). Menentukan pola parkir dan
kelengkapan pendukungnya dan
sirkulasi internal;
4). Analisis kinerja jaringan jalan
sebelum dan sesudah penerapan
ruang parkir.
5). Informasi lokasi parkir di badan
jalan ditampilkan dalam peta
jaringan
lokasi
parkir
dan
dipublikasikan untuk mendapat
masukan masyarakat.
20.

Pengoperasian Fasilitas Parkir 1. Pengoperasian fasilitas parkir pada badan


jalan
untuk umum
Telah memenuhi persyaratan antara lain:
tarif dapat diklasifikasikan berdasarkan zona, waktu.
a. Tata cara penetapan besaran tarif;
b. sistem pemungutan tarif;
c. sistem pencahayaan area parkir;
d. keamanan, keselamatan kendaraan dan
kenyamanan;
e. ketentuan waktu parkir (sepanjang

Posisi 16 /05/01

67

NO

KEW EN A N G A N W A JIB
KA BU PA TEN /KO TA

JEN IS STA N DA R PELA YA N A N M IN IM A L

KETERA N GA N

hari/jam-jam tertentu);
f. dilengkapi personil sesuai kebutuhan;
g. dilengkapi dengan dokumen perizinan
bagi fasilitas parkir yang dioperasikan
oleh swasta.

21.

2. Pengoperasian fasilitas parkir di luar badan


jalanTelah memenuhi persyaratan antara
lain:
a. Tata cara perhitungan dan penetapan
besaran tarif;
b. sistem pemungutan tarif;
c. sistem sirkulasi parkir;
d. sistem pencahayaan area parkir;
e. keamanan, keselamatan kendaraan dan
kenyamanan;
f. ketentuan waktu parkir (sepanjang
hari/jam-jam tertentu);
g. memiliki sistem dan prosedur
manajemen pengelolaan parkir termauk
pemeliharaan fasilitas parkir;
h. dilengkapi personil sesuai kebutuhan;
i. dilengkapi dokumen perizinan bagi
fasilitas parkir yang diusahakan.
Penyelenggaraan manajemen 1. Manajemen Lalu Lintas meliputi kegiatan
perencanaan, pengaturan, pengawasan, dan
dan rekayasa lalu lintas di
pengendalian lalu lintas
jalan Kabupaten/ Kota, Jalan
Nasional dan Jalan Propinsi
yang berada di dalam Ibukota 2. Perencanaan Lalu Lintas
a. Dasar Pertimbangan
Kabupaten/Wilayah Kota
1). Kinerja lalu lintas;
2). Perkembangan
mobilitas

Posisi 16 /05/01

Bagi fasilitas yang tidak dimiliki oleh pemerintah


daerah Kabupaten/Kota dan dipungut bayaran,
dikenakan pajak sesuai dengan Pasal 3 ayat (1) huruf k
Undang-undang No. 34 tahun 2000.

Pengawasan dan pengendalian dalam kegiatan


manajemen lalu lintas dilakukan bersamaan dengan
pengawasan dan pengendalian rekayasa lalu lintas

68

NO

KEW EN A N G A N W A JIB
KA BU PA TEN /KO TA

JEN IS STA N DA R PELA YA N A N M IN IM A L

KETERA N GA N

masyarakat;
3). Ketersediaan prasarana.
b. Perencanaan lalu lintas dilakukan dengan:
1). Pengumpulan data prasarana dan
arus lalu lintas;
2). Evaluasi kinerja lalu lintas;
3). Penetapan tingkat pelayanan yang
diinginkan;
4). Penetapan pemecahan masalah lalu
lintas;
5). Publikasi untuk mendapat masukan
dari masyarakat.
c. Persyaratan Sumber Daya Manusia:
1). Minimal
berpindidikan
DIII
Transportasi Jalan atau Planologi
atau Teknik Sipil;
2). Atau berpendidikan minimal SLTA
dengan pengalaman di bidang lalu
lintas jalan minimal 3 tahun dan
telah mengikuti diklat teknis
fungsional lalu lintas.
3. Pengaturan Lalu Lintas
a. Dasar Pertimbangan
1). Efisiensi
2). Kemudahan bagi pengguna jasa lalu
lintas (masyarakat)
3). Kepastian hukum berlalu lintas
b. Pengaturan lalu lintas dilakukan dengan :
1). Manajemen kapasitas
2). Manajemen prioritas
3). Manajemen permintaaan
Posisi 16 /05/01

69

NO

KEW EN A N G A N W A JIB
KA BU PA TEN /KO TA

JEN IS STA N DA R PELA YA N A N M IN IM A L

KETERA N GA N

c. Persyaratan Sumber Daya Manusia


1). Minimal berpindidikan D III
Transportasi Jalan atau Planologi
atau Teknik Sipil
2). Atau berpendidikan minimal SLTA
dengan pengalaman di bidang lalu
lintas jalan minimal 3 tahun dan
telah mengikuti diklat teknis
fungsional lalu lintas
4. Rekayasa lalu lintas merupakan pelaksanaan
dari manajemen lalu lintas yang meliputi
kegiatan:
a. Perencanaan jalan, pembangunan jalan 1).
dan pemeliharaan jalan
Perencanaan, pengadaan, pemasangan dan 2).
pemeliharaan rambu-rambu, marka jalan,
alat pemberi isyarat lalu lintas, serta alat
pengendali dan pengaman jalan

Perencanaan, pembangunan dan pemeliharaan


jalan dilaksanakan oleh pembina jalan
Perencanaan, pengadaan, pemasangan dan
pemeliharaan rambu-rambu, marka jalan, alat
pemberi isyarat lalu lintas, serta alat pengendali
dan
pengaman
jalan
di
ibukota
Kabupaten/Wilayah Kota harus memenuhi
standar nasional dan internasional

b. Perwujudan rekayasa meliputi rancang


bangun pada ruas jalan dan persimpangan
1). Ruas Jalan, dengan syarat teknis:
a). Alinyemen horizontal/trase jalan
harus didesain dengan lengkung
yang memungkinkan kendaraan
melakukan perjalanan dengan
aman dan nyaman pada/atau
disekitar kecepatan rencana.
b). Alinyemen vertikal/penampang
Posisi 16 /05/01

70

NO

KEW EN A N G A N W A JIB
KA BU PA TEN /KO TA

JEN IS STA N DA R PELA YA N A N M IN IM A L

c).

d).

e).

f).

g).

Posisi 16 /05/01

KETERA N GA N

memanjang
jalan
harus
mempunyai kelandaian dengan
memperhatikan
aspek
keselamatan dan aspek teknis
kendaraan yang melewati.
Pada tikungan jalan harus
dilengkapi rambu-rambu dan
marka untuk memberi larangan,
peringatan, perintah dan petunjuk
yang jelas kepada pemakai jalan.
Bagi ruas jalan yang dilengkapi
dengan
tempat
memutar
kendaraan maka jarak antar
tempat
memutar
kendaraan
minimal 400meter dan jarak dari
persimpangan minimal 500 meter
Radius tikungan pada daerah kota
minimal 6 meter untuk yang
hanya dilalui mobil penumpang
dan minimal 12 meter untuk yang
dilalui mobil bus dan mobil
barang.
Jarak
pandang
minimum
ditentukan berdasarkan kecepatan
rencana, untuk kecepatan 60
km/jam minimal 90 meter.
Lampu penerangan ditempatkan
disebelah kiri jalan menurut arah
lalu lintas atau di pulau lalu
lintas. Jarak lampu penerangan
minimal 0,60 meter dari tepi jalur
lalu lintas dengan tinggi tiang
71

NO

KEW EN A N G A N W A JIB
KA BU PA TEN /KO TA

JEN IS STA N DA R PELA YA N A N M IN IM A L

KETERA N GA N

minimal 5 meter dari permukaan


jalan.
2). Persimpangan
meliputi rancang bangun untuk
persimpangan prioritas, persimpangan
dengan alat pemberi isyarat lalu lintas,
persimpangan dengan bundaran dan
persimpangan tidak sebidang.

a). Setiap persimpangan harus didukung oleh


kebebasan jarak pandang yang memadai bagi
pemakai jalan
b). Semua persimpangan harus menyediakan fasilitas
penyeberangan dan fasilitas bagi orang cacat.

a). Persimpangan prioritas harus


dilengkapi rambu dan marka
untuk
memberikan
perintah
kepada pemakai jalan.
b). Persimpangan
dengan
alat
pemberi isyarat lalu lintas harus Alat pemberi isyarat lalu lintas digunakan apabila :
mengutamakan
keselamatan (1). Arus minimal lalu lintas yang menggunakan
persimpangan rata-rata di atas 750 kendaraan/jam
pemakai jalan serta bertujuan
selama 8 jam dalam sehari.
untuk menghindarkan konflik di
(2). Atau bila waktu menunggu hambatan rata-rata
persimpangan.
kendaraan di persimpangan telah melampaui 30
detik.
(3). Atau persimpangan digunakan oleh rata-rata lebih
dari 175 pejalan kaki/jam semala 8 jam dalam
sehari.
(4). Atau pada persimpangan tersebut sering terjadi
kecelakaan.
c). Persimpangan dengan bundaran Bundaran lalu lintas digunakan dengan kondisi apabila:
(1). Arus lalu lintas belok kanan dari kaki persimpangan
lalu lintas, syarat teknis:
> 30%;
(1). Diameter bundaran minimum
(2). Persimpangan terdiri dari 4 (empat) kaki atau lebih;
4 (empat) meter;
Posisi 16 /05/01

72

NO

KEW EN A N G A N W A JIB
KA BU PA TEN /KO TA

JEN IS STA N DA R PELA YA N A N M IN IM A L

KETERA N GA N

(2). Persimpangan
dengan (3). Arus lalu lintas pada masing-masing kaki hampir
bundaran lalu lintas harus
sama besar;
dilengkapi marka, rambu (4). Tersedia ruang/lahan yang cukup luas.
untuk mengarahkan pemakai
jalan.
d). Persimpangan tidak sebidang
dengan syarat teknis:
(1). Ruas-ruas jalan utama pada
persimpangan harus didesain
sama dengan ruas-ruas jalan
antar persimpangan.
(2). Jalan simpang/ramp harus
merupakan
penghubung
jalan-jalan utama yang saling
menyilang dan didesain untuk
satu arah.
(3). Lajur
percepatan
dan
perlambatan minimal 400
meter untuk memungkinkan
perubahan
kecepatan,
manuver, mengumpul dan
memancar.
(4). Persimpangan tidak sebidang
harus dilengkapi rambu dan
marka untuk mengarahkan,
memberitahukan
pemakai
jalan.

Persimpangan tidak sebidang digunakan apabila:


(1). Volume lalu lintas tinggi min 50.000 LHR di jalan
utama.
(2). Kecepatan rencana tinggi min 80 km/jam (jalan
bebas hambatan).
(3). Melintas jalan KA.

c. Sumber Daya Manusia


1). Minimal berpindidikan D III
Transportasi Jalan atau Planologi
Posisi 16 /05/01

73

NO

KEW EN A N G A N W A JIB
KA BU PA TEN /KO TA

JEN IS STA N DA R PELA YA N A N M IN IM A L

2).

KETERA N GA N

atau Teknik Sipil


Atau minimal SLTA dengan
pengalaman di bidang lalu lintas
jalan minimal 3 tahun dan telah
mengikuti diklat teknis fungsional
lalu lintas

5. Pengawasan dan Pengendalian Lalu Lintas


a. Pengawasan dan pengendalian lalu lintas dilakukan
a. Dasar Pertimbangan
secara periodik sekurang-kurangnya 6 bulan sekali.
1). Terjaminnya
pelaksanaan b. Di kota-kota besar disarankan agar pengendalian
kebijakan pengaturan lalu lintas;
dan pengawasan dilakukan secara terus menerus
2). Terjaminnya
ketertiban
dan
dengan menggunakan detektor arus lalu lintas dan
kelancaran lelu lintas;
atau kamera CCTV.
3). Terjaganya keselamatan lalu lintas;
4). Terjaganya kelestarian lingkungan.
b. Pengawasan dan pengendalian lalu lintas
dilakukan dengan:
1).
2).
3).

Analisis dan evaluasi kinerja lalu


lintas;
Penyuluhan/bimbingan tentang hak
dan kewajiban masyarakat dalam
pelaksanaan kebijakan lalu lintas;
Pemberian sanksi

c. Sumber Daya Manusia


1. Minimal berpindidikan D III
Transportasi Jalan atau atau Teknik
Sipil
2. Atau yang berpendidikan minimal
SLTA dengan pengalaman di
Posisi 16 /05/01

74

NO

22.

KEW EN A N G A N W A JIB
KA BU PA TEN /KO TA

JEN IS STA N DA R PELA YA N A N M IN IM A L

KETERA N GA N

bidang lalu lintas jalan minimal 3


tahun dan telah mengikuti diklat
teknis fungsional lalu lintas
a. Rencana Tata Ruang
Penyelenggaraan
Analisis 1. Dasar Pertimbangan
b. Kondisi eksisting lalu lintas yang ada
Dampak Lalu Lintas di jalan
c. Potensi dampak lalu lintas yang ditimbulkan
Kabupaten/Kota,
jalan
nasional dan jalan propinsi
a. Penentuan peruntukan lahan kawasan kajian
yang berada didalam ibukota 2. Pelaksanaan Analisis Dampak Lalu Lintas.
b. Menghitung Bangkitan Perjalanan
Kabupaten/wilayah kota
c. Menetapkan Distribusi Perjalanan
d. Melakukan Pembebanan Lalu Lintas
e. Analisis kapasitas terhadap jaringan jalan yang
tersedia.
f. Analisis terhadap jaringan angkutan umum yang
melayani kawasan.
g. Rekomendasi upaya upaya perbaikan yang
diperlukan.
3. Kriteria batas minimal perlunya dilakukan Ambang batas peruntukan lahan yang berpotensi
menimbulkan dampak lalu lintas akan ditetapkan
Analisis Dampak Lalu Lintas.
kemudian.
4. Persyaratan SDM
a. Studi Analisis Dampak Lalu Lintas 1) Kualifikasi tenaga ahli mempunyai pendidikan
minimal D-III(berlatar belakang teknik sipil,
merupakan kewajiban pengembang
transportasi atau planologi) atau;
dengan tenaga ahli professional
bidang Manajemen dan Rekayasa 2) Berpendidikan minimal SLTA dengan pengalaman
di bidang lalu lintas dan angkutan jalan minimal 3
Lalu Lintas serta perencanaan
tahun dan telah mengikuti diklat teknis fungsional
transportasi.
lalu lintas.

Posisi 16 /05/01

75

NO

KEW EN A N G A N W A JIB
KA BU PA TEN /KO TA

JEN IS STA N DA R PELA YA N A N M IN IM A L

KETERA N GA N

b. Hasil studi Analisis Dampak Lalu 1) Kualifikasi tenaga ahli mempunyai pendidikan
minimal D-III(berlatar belakang teknik sipil,
Lintas dikaji/dinilai oleh instansi
transportasi atau planologi) atau;
yang bertanggung jawab di bidang
pembangunan
perkotaan
dan 2) Berpendidikan minimal SLTA dengan pengalaman
di bidang lalu lintas dan angkutan jalan minimal 3
transportasi perkotaan.
tahun dan telah mengikuti diklat teknis fungsional
lalu lintas.

23.

dan
Penanggulangan
Penyelenggaraan Pencegahan 1. Pencegahan
Kecelakaan dilakukan dengan langkahdan
Penanggulangan
langkah :
Kecelakaan Lalu Lintas di
a. Pengumpulan dan pengolahan data-data
wilayah Kabupaten/Kota
sekunder dan primer kecelakaan
b. Analisis data kecelakaan
c. Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab
kecelakaan lalu lintas yang meliputi
faktor manusia, faktor prasarana, faktor
sarana dan faktor lingkungan.
d. Implementasi
pecegahan
dan
penanggulangan kecelakaan
e. Evaluasi pelaksanaan upaya pencegahan
dan penanggulangan kecelakaan
2. Kegiatan dan upaya pencegahan dan Kegiatan pencegahan dan penanggulangan kecelakaan
penanggulangan kecelakaan lalu lintas lalu lintas dilakukan pada jalan Kabupaten/Kota
sebagai berikut :
a. Manajemen dan rekayasa lalu lintas
b. Melakukan sosialisasi dan kampanye
keselamatan lalu lintas dan angkutan
jalan melalui seminar dan media antara

Posisi 16 /05/01

76

NO

KEW EN A N G A N W A JIB
KA BU PA TEN /KO TA

JEN IS STA N DA R PELA YA N A N M IN IM A L

KETERA N GA N

lain elektronik, cetak, buklet, brosur ,


spanduk dan lain-lain
c. Penyuluhan dan pendidikan terhadap
masyarakat umum bagaimana tata cara
berlalu lintas yang benar
d. penegakan
peraturan
perundangundangan lalu lintas (Law Enforcement
3. Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia yang melakukan upaya a. Berpendidikan minimal SLTA dan berpengalaman
kerja minimal 4 (empat) tahun dan telah mengikuti
pencegahan dan penanggulangan kecelakaan
pelatihan di bidang Kelematan Lalu Lintas dan
lalu lintas harus :
Angkutan Jalan atau
a. Mempunyai
kemampuan
dalam
b. D III dan berpengalaman kerja minimal 1(satu)
manajemen dan rekayasa lalu lintas;
tahun di bidang transportasi
b. Mempunyai pengalaman di bidang
manajemen keselamatan lalu lintas dan
angkutan jalan sekurang-kurangnya 2
(dua) tahun.
3. Sistem
Informasi
Penyelenggaraan
Pencegahan
dan
Penanggulangan
Kecelakaan Lalu Lintas
a. Penyelenggaraan
Pencegahan
dan
Penanggulangan Kecelakaan Lalu Lintas
wajib menyusun sistem informasi;
b. Sistem Informasi Pencegahan dan
Penanggulangan Kecelakaan Lalu Lintas
memuat hal-hal sebagai berikut :
1). Jumlah dan lokasi daerah rawan
kecelakaan;
2). Upaya
pencegahan
dan
penanggulangan kecelakaan yang
Posisi 16 /05/01

77

NO

KEW EN A N G A N W A JIB
KA BU PA TEN /KO TA

JEN IS STA N DA R PELA YA N A N M IN IM A L

3).
4).

KETERA N GA N

telah dilakukan;
Waktu pelaksanaan pencegahan
dan penanggulangan kecelakaan
lalu lintas;
Instansi
yang
melaksanakan
Pencegahan dan Penanggulangan
Kecelakaan Lalu Lintas

c. Sistem Informasi Pencegahan dan


Penanggulanagn Kecelakaan Lalu Lintas
harus disusun dan diperbaharui secara
periodik setiap tahun;

24.

d. Melaporkan ke Dirjen Perhubungan


Darat:
1). Segera dan pada kesempatan
pertama untuk kecelakaan yang
menonjol dan/ atau yang menjadi
isu nasional;
2). Data kecelakaan dan upaya
pencegahan serta penanggulangan
secara periodik setiap tahun.
Ijin ini diperlukan untuk kegiatan-kegiatan yang
Pemberian ijin Penggunaan 1. Proses pemberian ijin
Pemohon mengajukan permohonan dengan menggunakan sebagian atau seluruh badan jalan yang
jalan selain untuk kepentingan
bersifat sementara seperti : perlombaaan, pawai,
persyaratan sebagai berikut :
lalu lintas di jalan Kabupaten /
pacuan, upacara keagamaan, upacara adat, pesta dan
Kota.
kegiatan sejenis kecuali untuk dukacita.
a. Persyaratan administrasi
Pengajuan permohonan ijin harus
menerangkan :
1). Jenis kegiatan
2). Tanggal dan waktu penyelenggaraan
kegiatan

Posisi 16 /05/01

78

NO

KEW EN A N G A N W A JIB
KA BU PA TEN /KO TA

JEN IS STA N DA R PELA YA N A N M IN IM A L

KETERA N GA N

3). Nama jalan dan rute yang digunakan


dilengkapi dengan peta;
4). Permohonan diajukan selambatlambatnya 7(tujuh) hari kerja
sebelum pelaksanaan kegiatan.
b. Persyaratan teknis
1) Ada jalan alternatif yang memiliki
kelas jalan paling tidak sama dengan
jalan yang ditutup;
2) Apabila ijin diberikan, maka dalam
waktu minimal 3 (tiga) hari sebelum
hari penutupan jalan harus sudah
diberitahukan / diumumkan kepada
masyarakat
dan
dipersiapkan
penempatan rambu-rambu lalu lintas
sementara
3) Keputusan diterima atau ditolak Apabila permohonan ditolak, harus disertai alasan
selambat-lambatnya ditetapkan dalam penolakan
waktu 3(tiga) hari kerja setelah
permohonan diterima secara lengkap.
2. Permohonan ijin diajukan kepada Dinas
Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab di
bidang LLAJ atas nama Bupati/ Walikota
3. Pengaturan lalu lintas
Untuk menjamin ketertiban dan kelancaran
lalu lintas selama pelaksanaan kegiatan
maka instansi pemberi ijin wajib :
a) memasang rambu-rambu lalu lintas
sementara;
Posisi 16 /05/01

79

NO

KEW EN A N G A N W A JIB
KA BU PA TEN /KO TA

JEN IS STA N DA R PELA YA N A N M IN IM A L

KETERA N GA N

b) menempatkan petugas pengatur lalu


lintas;
25

Pemberian
Izin
Usaha 1. Pemberian izin usaha penyelenggaraan a. Pemberian
Izin
usaha
diberikan
kepada
mendirikan Pendidikan dan
perorangan/Badan Hukum untuk menyelenggarakan
pendidikan dan latihan mengemudi
latihan Mengemudi
Pendidikan dan latihan Mengemudi
d. Persyaratan administrasi :
1).

2).

3).
4).

Memiliki
akte
pendirian b. Pendidikan dan latihan mengemudi merupakan
perusahaan bagi pemohon Badan
persiapan bagi calon pengemudi (kendaraan umum
Hukum Indonesia atau jati diri bagi
dan tidak umum) berupa pendidikan dan latihan
pemohon perorangan warga negara
singkat tentang Tata
Cara dan Keterampilan
Indonesia
Mengemudi sebelum memperoleh SIM
Memiliki
struktur
organisasi
penyelenggaraan
pendidikan
mengemudi kendaraan bermotor,
lengkap dengan personil dan uraian
tugas masing-masing
Daftar riwayat hidup pengelola
dan instruktur yang memenuhi
kualifikasi yang dipersyaratkan
Menyerahkan peraturan tata tertib
pendidikan mengemudi.

e. Persyaratan Teknis :
1).
2).
3).

Posisi 16 /05/01

Memiliki atau menguasai ruang


kelas
Memiliki atau menguasai pelataran
untuk praktek
Memiliki
atau
menguasai
kendaraan
bermotor
yang
memenuhi persyaratan teknis dan
laik
jalan
untuk
praktek
mengemudi kendaraan bermotor
80

NO

KEW EN A N G A N W A JIB
KA BU PA TEN /KO TA

JEN IS STA N DA R PELA YA N A N M IN IM A L


4).
5).

Memiliki
alat
bantu
kepentingan pengajaran
Memiliki kepustakaan

KETERA N GA N

untuk

2. Kewenangan pemberian izin usaha


Bupati dapat menunjuk Dinas yang bertanggungjawab
Untuk memperoleh izin usaha, pemohon dibidang LLAJ
mengajukan kepada :
a) Bupati /Walikota sesuai domisili
perusahaan
b) Gubernur/Kepala Daerah Khusus Ibu
Kota Jakarta untuk pemohon yang
berdomisili di Daerah Khusus Ibukota
Jakarta
3. Keputusan Permohonan Izin Usaha
Apabila ditolak harus disertai alasan penolakan
Permohonan diterima atau ditolak selambatlambatnya ditetapkan dalam waktu 14 (empat
belas) hari kerja setelah pemohonan diterima
secara lengkap.
4. Evaluasi Penyelenggaraan pendidikan dan
latihan Mengemudi
Pemberi izin wajib melakukan evaluasi
terhadap penyelenggara pendidikan dan
latihan mengemudi secara periodik setiap
tahun
dan
melaporkan
pelaksanaan
mengemudi kepada Pemerintah (Direktorat
Jenderal Perhubungan Darat).
5. Masa Berlaku Izin Usaha
Izin usaha penyelenggaraan pendidikan dan
latihan mengemudi berlaku selama masih
Posisi 16 /05/01

81

NO

KEW EN A N G A N W A JIB
KA BU PA TEN /KO TA

JEN IS STA N DA R PELA YA N A N M IN IM A L

KETERA N GA N

menjalankan usaha

Posisi 16 /05/01

82

You might also like