You are on page 1of 4

A.

Latar Belakang

Diare sampai saat ini masih menjadi masalah utama di masyarakat yang sulit untuk
ditanggulangi. Dari tahun ke tahun diare tetap menjadi salah satu penyakit yang
menyebabkan mortalitas dan malnutrisi pada anak. (World Health Organization (WHO,
2009 )
Di negara berkembang anak-anak balita mengalami rata-rata 3-4 kali kejadian diare
per tahun tetapi di beberapa tempat kejadian lebih dari 9 kali kejadian diare per tahun atau
hampir 15-20% waktu hidup dihabiskan untuk diare (Soebagyo, 2008)
Hal yang bisa menyebabkan balita mudah terserang penyakit diare adalah perilaku
hidup masyarakat yang kurang baik dan keadaan lingkungan yang buruk. Diare dapat
berakibat fatal apabila tidak ditangani secara serius karena tubuh balita sebagian besar terdiri
dari air, sehingga bila terjadi diare sangat mudah terkena dehidrasi (Depkes RI, 2010).
Penyakit diare adalah penyakit yang sangat berbahaya dan terjadi hampir di seluruh
daerah geografis di dunia dan bisa menyerang seluruh kelompok usia baik laki laki
maupuun perempuan, tetapi penyakit diare dengan tingkat dehidrasi berat dengan angka
kematian paling tinggi banyak terjadi pada bayi dan balita. Di negara berkembang termasuk
Indonesia anak-anak menderita diare lebih dari 12 kali per tahun dan hal ini yang menjadi
penyebab kematian sebesar 15-34% dari semua penyebab kematian (Depkes RI, 2010).
Penyakit diare di Indonesia merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang
utama. Hal ini disebabkan karena masih tingginya angka kesakitan diare yang menimbulkan
banyak kematian terutama pada balita. Angka kesakitan diare di Indonesia dari tahun ketahun
cenderung meningkat, pada tahun 2006 jumlah kasus diare sebanyak 10.980 penderita dengan
jumlah kematian 277 (CFR 2,52%). Secara keseluruhan diperkirakan angka kejadian diare
pada balita berkisar antara 40 juta setahun dengan kematian sebanyak 200.000 sampai dengan
400.000 balita (Depkes RI, 2006).
Pada
survei
tahun
2000 yang dilakukan
oleh Depkes RI
melalui
Ditjen P2MPL(Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan) di 10 provinsi didapatkan
hasil bahwa dari 18.000 rumah tangga yang disurvei diambil sampel sebanyak 13.440 balita,
dan kejadian diare pada balita yaitu 1,3 episode kejadian diare pertahun (Soebagyo, 2008).
Sementara dari data Profil Kesehatan Provinsi Banten pada tahun 2009, jumlah korban
diare tercatat sebanyak 222.965 orang. Jumlah itu meliputi, di Kabupaten Tangerang
sebanyak 55.260 orang dengan korban meninggal 7 orang, Kota Tangerang sebanyak 44.792
orang, Kabupaten Pandeglang 39.864 orang dengan korban meninggal 39 orang, Kabupaten
Serang sebanyak 37.904 orang dengan korban meninggal 2 orang, Kota Serang 10.340 orang,
Kabupaten Lebak 8.047 orang dengan korban meninggal 26 orang, Kota Cilegon sebanyak
6.758 orang dengan korban meninggal satu orang. Sebelumnya, memasuki tahun 2009
penderita diare di Serang mencapai 128 kasus. Bahkan akibat penyakit itu, satu orang balita
meninggal dunia.
Ada beberapa faktor yang berkaitan dengan kejadian diare yaitu tidak memadainya
penyediaan air bersih, air tercemar oleh tinja, kekurangan sarana kebersihan, pembuangan
tinja yang tidak higienis, kebersihan perorangan dan lingkungan yang kurang baik, serta

pengolahan dan penyimpanan makanan yang tidak semestinya. Banyak faktor yang
secara langsung maupun tidak langsung dapat menjadi faktor pendorong terjadinya
diare, terdiri dari faktor agent penjamu, lingkungan dan perilaku.
Faktor lingkungan yang paling dominan yaitu sarana penyediaan air bersih
danPerilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) akan berinteraksi bersama dengan perilaku
manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar bakteri penyebab diare serta
berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula, maka penularan diare dengan
mudah dapat terjadi (Depkes RI, 2005).
Berdasarkan data yang ada pada Praktek Belajar Lapangan (PBL) 1, telah
ditemukan data penyakit Diare di wilayah kerja Puskesmas Petir tepatnya di Desa Seuat
dengan jumlah penduduk sebanyak 3599 orang, terdiri dari 23 RT dan 4 RW, jumlah KK
925, jumlah balita di desa Seuat 387 orang. Dari hasil konvirmasi awal dengan petugas
puskesmas, kejadian diare kemungkinan besar disebabkan oleh perilaku masyarakat yang
kurang sehat serta kondisi lingkungan yang tidak mendukung kesehatan masyarakat.
Tingginya angka kejadian diare di Desa Seuat disebabkan karena kurangnya
mempraktikan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) serta kurangnya
ketersediaanSarana Air Bersih (SAB). Melihat kondisi tersebut maka penulis tertarik untuk
meneliti tentang Hubungan Antara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Sarana Air
Bersih (SAB) dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Desa Seuat Wilayah Kerja Puskesmas
Petir Kecamatan Petir Kabupaten Serang Propinsi Banten Tahun 2012.

B. Rumusan Masalah
Diare merupakan masalah yang cukup penting karena angka kesakitannya yang tinggi.
Diare juga menjadi 10 besar penyakit di Puskesmas Petir, dimana Desa Seuat termasuk salah
satu desa yang cukup beresiko terkena penyakit diare, dengan jumlah penderita yaitu
sebanyak 53 penderita.
Salah satu faktor yang menyebabkan masih tingginya angka kejadian penyakit diare
karena kurangnya mempraktikkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) serta kurangnya
Sarana Air Bersih pada masyarakat. Selain itu kondisi lingkungan yang kurang baik di Desa
Seuat Kecamatan Petir memberikan kontribusi dan mendukung terjadinya penyakit diare.
Oleh karena itu dalam penelitian ini dapat dirumuskan masalah yaitu tingginya angka
kejadian penyakit diare serta apakah ada hubungan antara Perilaku Hidup Bersihdan
Sehat (PHBS) dan Sarana Air Bersih (SAB) dengan kejadian penyakit diare pada Balita di
Desa Seuat Wilayah Kerja Puskesmas Petir Kecamatan Petir Kabupaten Serang Provinsi
Banten Tahun 2012.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum :

Mengetahui Hubungan antara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) danSarana Air
Bersih (SAB) Terhadap Kejadian Penyakit Diare Pada Balita di Desa Seuat Wilayah Kerja
Puskesmas Petir Kecamatan Petir Kabupaten Serang Tahun 2012.

2. Tujuan Khusus :
a. Mengetahui Gambaran Penyakit Diare Pada Balita di Desa Seuat Wilayah Kerja Puskesmas
Petir Kecamatan Petir Kabupaten Serang Tahun 2012
b. Mengetahui Gambaran Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) di Desa Seuat Wilayah
Kerja Puskesmas Petir Kecamatan Petir Kabupaten Serang Tahun 2012
c. Mengetahui Gambaran Sarana Air Bersih (SAB) di Desa Seuat Wilayah Kerja Puskesmas
Petir Kecamatan Petir Kabupaten Serang Tahun 2012
d. Mengetahui Hubungan Antara Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Terhadap Kejadian
Penyakit Diare Pada Balita di Desa Seuat Wilayah Kerja Puskesmas Petir Kecamatan Petir
Kabupaten Serang Tahun 2012.
e. Mengetahui Hubungan Antara Sarana Air Bersih (SAB) Terhadap Kejadian Penyakit Diare
Pada Balita di Desa Seuat Wilayah Kerja Puskesmas Petir Kecamatan Petir Kabupaten
Serang Tahun 2012.
D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Masyarakat Setempat


Memberikan informasi kepada masyarakat tentang hubungan antara PHBS dan SAB dengan
kejadian diare pada balita sehingga masyarakat dapat mengetahui pentingnya PHBS dan SAB
serta menerapkan PHBS dalam kehidupan sehari-hari untuk mencegah penyakit diare.

2. Bagi Instasi Pemerintah


Memberikan informasi bagi Puskesmas Petir tentang hubungan antara PHBS dan SAB
dengan kejadian Diare Pada Balita. Sehingga dapat menjadi bahan masukan dalam rangka
pengambilan keputusan penanggulangan penyakit diare di wilayah kerja Puskesmas Petir dan
dapat menurunkan angka kejadian kasus diare.

3. Bagi Mahasiswa

Menambah ilmu pengetahuan mengenai penyakit diare yang berhubungan denganperilaku


hidup bersih dan sehat (PHBS) dan Sarana Air Bersih (SAB), serta sebagai acuan untuk
penelitian yang lebih mendalam mengenai penyakit diare.

E. Ruang Lingkup

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 21-26 Mei tahun 2012 dan akan dilakukan di
Desa Seuat Wilayah Kerja Puskesmas Petir Kecamatan Petir. Menyadari bahwa sepenuhnya
banyak faktor lain yang berhubungan dengan penyakit diare maka kami membatasi diri pada
pengkajian tentang objek yang diteliti adalah Perilaku Hidup Bersihdan Sehat (PHBS)
dan Sarana Air Bersih (SAB) yang dihubungkan dengan kejadian penyakit diare pada balita
di Desa Seuat Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Petir Tahun 2012.
Penelitian ini menggunakan metode Cross Sectional dengan cara menggunakan data
primer yang didapat melalui wawancara dengan alat kuesioner dan observasi sertadata
sekunder yang didapat dari Puskesmas Petir. Sedangkan uji data yang dilakukan dengan
menggunakan uji univariat dan uji bivariat.

You might also like