Professional Documents
Culture Documents
Efek Pasta Gigi Dengan Xylitol Terhadap Jumlah Koloni Streptococcus Mutans Dalam Saliva
Efek Pasta Gigi Dengan Xylitol Terhadap Jumlah Koloni Streptococcus Mutans Dalam Saliva
PENDAHULUAN
Karies telah menjadi masalah kesehatan gigi di negara kita. Berdasarkan
hasil Survei Kesehatan RI tahun 2004, prevalensi karies gigi mencapai 90,5%.1
Penyakit ini sulit dihilangkan karena terdapat interaksi yang kompleks antara
faktor sosial, perilaku, budaya, pola diet, dan faktor biologis yang mempengaruhi
inisiasi dan progresivitas karies.2 Selain itu, faktor risiko lain yang turut berperan
adalah bakteri kariogenik, saliva, karbohidrat yang dapat difermentasi, serta
fluorida pada lingkungan mulut yang mana akan mempengaruhi kolonisasi bakteri
serta proses demineralisasi dan remineralisasi gigi.2,3 Oleh karena itu, upaya
preventif terhadap penyakit ini sangat diperlukan. Salahsatu bentuk preventif yang
telah dilakukan oleh masyarakat yakni dengan tindakan menyikat gigi minimal
dua kali sehari secara teratur dengan menggunakan pasta gigi.
Xylitol (C5H12O5) merupakan salah satu jenis gula alkohol sederhana. Saat
ini kita dapat menjumpai penambahan bahan xylitol dalam berbagai produk yang
salah satunya pada pasta gigi sebagai upaya mencegah karies. Penelitian untuk
mengetahui pengaruh pasta gigi yang mengandung xylitol terhadap jumlah bakteri
Streptococcus mutans (S. mutans) sebagai bakteri utama penyebab terjadinya
karies di dalam rongga
hasilnya masih kontroversi; beberapa peneliti melaporkan bahwa pasta gigi yang
mengandung xylitol mampu mengurangi jumlah S.mutans dalam rongga mulut6,
sementara peneliti lain tidak menemukan hal tersebut.4
piranti
ortodontik.
Penelitian
diawali
dengan
pengisian
dan
Tabel 2. Hasil uji t berpasangan perbedaan jumlah CFU bakteri S.mutans antar
periode waktu pada kelompok I (pasta gigi xylitol) dan kelompok II
(pasta gigi tanpa xylitol [kontrol])
Kel I
0 hari
7 hari
Kel II
0 hari
0,03*
7 hari
0,523
14 hari
0,546
0,315
21 hari
0,604
0,327
28 hari
0,724
0,684
Keterangan : * signifikan pada p< 0,05
14 hari
21 hari
28 hari
0,01*
0,082
0,345
0,750
0,148
0,315
0,617
0,655
0,060
0,324
0,739
0,867
-
PEMBAHASAN
Bakteri S.mutans merupakan salah satu spesies bakteri yang dominan
dalam rongga mulut. Jenis bakteri ini diketahui merupakan bakteri penyebab
utama terjadinya karies gigi.8 Telah banyak penelitian yang membuktikan adanya
hubungan yang erat antara jumlah bakteri S. mutans pada saliva dengan prevalensi
karies gigi.9 Hal ini disebabkan karena karakteristik bakteri S.mutans mampu
mensintesis polisakarida ekstraseluler glukan ikatan (1-3) yang tidak larut dari
sukrose dan mampu menghasilkan asam laktat melalui proses homofermentasi,
dan lebih bersifat asidogenik dibanding spesies Streptococcus lainnya.10
Dari hasil penelitian ini terlihat bahwa pengaruh pasta gigi yang
mengandung xylitol terhadap rerata jumlah CFU bakteri S. mutans pada saliva
dihubungkan dengan lama waktu pemakaian ternyata berfluktuasi hasilnya. Hal
ini tampak pada kelompok I dimana 7 hari dan 14 hari setelah volunteer menyikat
gigi mereka dengan menggunakan pasta gigi yang mengandung xylitol, rerata
jumlah CFU bakteri S. mutans pada saliva berkurang dibanding sebelum
menggunakan pasta gigi tersebut. Walaupun demikian, setelah 21 hari terjadi
peningkatan dibanding hari ke-7 dan hari ke-14 dan menurun kembali setelah
lama pemakaian 28 hari, walaupun rerata jumlah CFU S.mutans pada keempat
periode waktu tersebut tetap lebih rendah dibanding sebelum penggunaan pasta
gigi tersebut (Tabel 1).
Pada kelompok II, terjadi penurunan rerata jumlah CFU bakteri S.mutans
pada saliva volunteer berkurang setelah menyikat gigi dengan menggunakan pasta
gigi standar dan hal ini seiring dengan bertambah lamanya waktu penggunaan
pasta gigi, walaupun penurunan pada kelompok ini lebih sedikit dibanding
kelompok I (Tabel 1).
Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji t berpasangan ( 95%)
diperoleh hasil bahwa pada kelompok I terdapat perbedaan yang signifikan
(p<0,05) jumlah CFU bakteri S.mutans pada saliva sebelum dan 7 hari serta 14
hari setelah menyikat gigi dengan menggunakan pasta gigi yang mengandung
xylitol, sedangkan pada kelompok II tidak terdapat perbedaan yang signifikan
(p>0,05) jumlah CFU bakteri S. mutans pada saliva volunteer sebelum dan setelah
menyikat gigi mereka dengan menggunakan pasta gigi standar (Tabel 2).
Beberapa studi klinis memperlihatkan bahwa penggunaan xylitol selain
bersifat non-kariogenik
5,11,12
sifat non-kariogenik karena selain tidak dapat difermentasi oleh sebagian besar
bakteri rongga mulut16 juga karena xylitol dapat menghambat produksi asam dan
pertumbuhan bakteri rongga mulut.17,18
Mekanisme xylitol dalam menghambat produksi asam dan pertumbuhan
bakteri dikenal dengan futile xylitol cycle yaitu suatu siklus yang dimulai dari
transport xylitol melalui sistem transport fosfotransferase yang spesifik untuk
fruktosa.19 Kemudian xylitol akan mengalami fosforilasi dan menghasilkan 5-
fosfat xylitol dan 5-fosfat xylitol ini akan terakumulasi di dalam sel bakteri yang
selanjutnya mengalami defosforilasi menghasilkan xylitol yang akan keluar dari
sel. Selain itu, akumulasi dari 5-fosfat xylitol ini juga akan mengganggu
metabolisme glukosa sehingga mengakibatkan akumulasi 6-fosfat glukosa
intraseluler.20 Siklus ini akan mengakibatkan berkurangnya fosfoenolpiruvat
(terutama ATP) yang berperan dalam efek xylitol dalam menghambat
pertumbuhan bakteri.20 Mekanisme alternatif
Kepada
para
mahasiswa
Fakultas
Kedokteran
Gigi
Universitas
Hasanuddin, Makassar yang telah bersedia menjadi volunteer dan berperan aktif
dari awal hingga akhir penelitian ini penulis ucapkan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pencapaian Pembangunan
Kesehatan.http://bankdata.depkes.go.id/Profil/Indo01/Contens/bab%20iv
%20data%202000.html (5 Mei 2009).
2. Ismail AI, Tanzer JM, Dingle JL. Current trends of sugar consumption in
developing societies. Community Dent Oral Epidemiol 1997; 25: 438-43.
3. Fajerskov O. Concepts of dental caries and their consequences for
understanding the disease. Community Dent Oral Epidemiol 1997; 25: 5-12.
4. Petersson LG, Bikherd D, Gleerup A, Johansson M, Jonsson G. Cariespreventive effect of dentifrices containing various types and concentrations of
fluorides and sugar alcohols. Caries Res 1991; 25: 74-9.
5. Svanberg M, Birkhed D. Effect of dentifrices containing either xylitol and
glycerol or sorbitol on mutans streptococci in saliva. Caries Res 1991; 25:
449-53.
6. Mkinen KK, Sderling E, Isokangas P, Tenovuo J, Tiekso J. Oral
biochemical, microbiologic, and clinical comparisons between two dentifrices
that contain different mixtures of sugar alcohols. J Am Dent Assoc 1985; 111:
745-51.
7. Mahvash N. Method for Collecting Saliva. In: Malamed D. eds. Saliva as a
diagnostic fluid. New York: The New York Academy of Science, 1993: 72-7.
8. Lavelle CLB. Applied oral physiology. 2nd ed., London: Wright, 1988; 96-7.
9. Roberson TM, Lundeen TF. Cariology: the Lesion, Etiology, Prevention, and
Control. In: Roberson TM, Heymann HO, Swift Jr EJ. eds. Sturdevants Art &
Science of Operative Dentistry. 4thed., St Louis: Mosby, 2002: 65-132.
10. Roeslan OB. Karakteristik Streptococcus mutans penyebab karies gigi.
M.I.Kedokteran Gigi 1995; 10: 112-5.
11. Kandelman D, Gagnon G. Clinical results after 12 months from a study of the
incieance and progression of dental caries in relation to consumption of
10
11