Professional Documents
Culture Documents
selama proses audit dan termasuk bukti audit yang diperoleh dari sumber lain,
seperti dari kegiatan audit sebelumnya dan prosedur pengendalian mutu suatu
perusahaan untuk penerimaan klien dan keberlanjutan.
Bentuk Bukti Audit
A. Physical Evidence
Bukti fisik didapat melalui observasi terhadap orang, properti, dan peristiwa.
Bukti fisik dapat berupa laporan observasi dari pengamat, atau berupa foto-foto,
grafik, chart, pemetaan, dan representasi gambar lainnya. Bukti grafik adalah
persuasif.
Gambaran dari kondisi yang tidak aman jauh lebih lengkap dibandingkan
menuliskan deskripsi. Semua observasi harus, jika memungkinkan, didukung
oleh contoh dokumen. Ketika observasi adalah satu-satunya cara untuk
mendapatkan bukti, lebih baik untuk memiliki dua atau lebih auditor yang
melakukan pengamatan fisik. Jika memungkinkan, perwakilan dari klien harus
mendampingi auditor dalam proses observasi tersebut.
B. Testimonial Evidence
Bukti testimonial dapat berbentuk surat atau pernyataan dalam menanggapi
pertanyaan atau wawancara. Bukti testimonial berdiri sendiri, tidak konklusif,
dan harus didukung oleh dokumentasi jika memungkinkan. Laporan klien bisa
sangat penting karena bukti testimonial tidak selalu dapat diperoleh melalui
pengujian audit independen.
C. Documentary Evidence
Bukti dokumentasi merupakan bentuk yang paling umum dari bukti audit. Bukti
ini dapat eksternal maupun internal. Bukti dokumentasi eksternal termasuk
surat atau memorandum yang didapat dari klien, invoices pemasok, dan
packing sheets. Bukti dokumentasi internal berasal dari perusahaan klien,
termasuk pencatatan akuntansi, salinan dari korespondensi yang sedang
berlangsung, laporan penerimaan e-mail, dan sejenisnya.
Sumber dari bukti dokumentasi akan mempengaruhi tingkat keandalannya.
Dokumen eksternal yang didapat langsung dari sumbernya seperti konfirmasi
lebih dapat diandalkan daripada dokumen yang didapat dari klien. Selalu ada
kemungkinan bahwa dokumen internal dapat diubah, misalnya dengan program
komputer secara sembunyi-sembunyi. Hal-hal lain yang mempengaruhi
keandalan meliputi peredaran dokumen melalui pihak luar (cek yang dibatalkan,
kajian prosedur internal yang memuaskan, dan pembuktian dengan bukti lain).
D. Analytical Evidence
Bukti analitis didapat dari analisis dan verifikasi. Sumber bukti tersebut berupa
perhitungan, perbandingan dengan standar yang ditetapkan, kegiatan
operasional sebelumnya, kegiatan operasional serupa, dan undang-undang atau
peraturan.
dan diterbitkan) tidak memiliki relevansi dengan apakah barang yang telah
dibeli telah diterima.
Menurut Herbert (1979)
Relevansi adalah informasi yang digunakan sebagai bukti harus memiliki
hubungan yang logis pada kriteria tujuan audit. Faktor ini berarti bukti harus
berkaitan dengan tujuan audit. Contohnya jika tujuan audit adalah menentukan
keberadaan persediaan, maka auditor dapat memperoleh bukti dengan
mengobservasi perhitungan fisik persediaan.
Setiap kali sebuah bukti audit tidak memenuhi standar kecukupan, kompeten, dan
relevan, maka pekerjaan seorang auditor belum selesai. Melakukan penguatan
dengan menggunakan bukti tambahan mungkin diperlukan. Ketika auditor internal
mengungkapkan pendapat, itu harus berdasarkan pada bukti yang tak terbantahkan
atau bukti yang yelah memenuhi standar.
Audit Procedures for Obtaining Audit Evidence (SAS No.106)
Auditor harus memperoleh bukti audit untuk menarik kesimpulan yang masuk akal
yang akan menjadi dasar dalam opini audit dengan melakukan prosedur audit
untuk:
a. Memperoleh pemahaman tentang entitas dan lingkungannya, termasuk
pengendalian internal, untuk menilai risiko salah saji material di laporan
keuangan dan tingkat penegasan yang relevan (prosedur audit dilakukan untuk
tujuan ini disebut sebagai prosedur penilaian risiko)
b. Bila perlu, atau ketika auditor telah berkeinginan untuk melakukannya, uji
efektivitas pengendalian operasi dalam mencegah atau mendeteksi salah saji
pada tingkat asersi yang relevan (prosedur audit dilakukan untuk tujuan ini
disebut sebagai pengujian pengendalian)
c. Mendeteksi salah saji material pada tingkat asersi yang relevan (prosedur audit
yang dilakukan untuk tujuan ini disebut sebagai prosedur substantif dan
termasuk tes rincian golongan transaksi, saldo rekening, dan pengungkapan,
dan prosedur analitis substantif).
Auditor harus melakukan prosedur penilaian risiko untuk memberikan dasar yang
memuaskan untuk penilaian risiko di laporan keuangan dan tingkat pernyataan
yang relevan. Prosedur penilaian risiko sendiri tidak memberikan kecukupan bukti
audit yang tepat yang menjadi dasar dalam opini audit dan harus dilengkapi dengan
prosedur audit lebih lanjut dalam bentuk tes kontrol ketika relevan atau diperlukan,
dan prosedur substantif.
Pengujian pengendalian diperlukan dalam dua situasi. Ketika penilaian risiko auditor
mencakup ekspektasi efektivitas kontrol operasional, auditor harus menguji kontrol
mereka untuk mendukung penilaian risiko. Selain itu, ketika prosedur substantif
tidak memberikan bukti audit yang mencukupi dan sesuai, auditor harus melakukan
pengujian pengendalian untuk mendapatkan bukti audit tentang efektivitas operasi
mereka.
E. Confirmation
Sewaktu menggunakan teknik ini, auditor meminta tanggapan tertulis dari pihak
ketiga mengenai item-item tertentu yang mempengaruhi laporan keuangan.
Auditor menggunakan bukti konfirmasi secara ekstensif. Jadi, pihak ketiga
darimana konfirmasi diminta akan tergantung pada akun mana yang sedang
diaudit.
F. Recalculation
Perhitungan terdiri dari memeriksa akurasi perhitungan matematika dari
dokumen atau catatan. Perhitungan dapat dilakukan melalui penggunaan
teknologi informasi, misalnya, dengan memperoleh data elektronik dari entitas
dan menggunakan CAATs untuk memeriksa keakuratan ringkasan dari data.
G. Reperformance
Eksekusi independen auditor atas prosedur atau kontrol yang awalnya dilakukan
sebagai bagian dari pengendalian internal entitas, baik secara manual atau
melalui penggunaan CAATs, misalnya, reperforming laporan umur piutang.
H. Analytical Procedures
Prosedur analitis terdiri dari evaluasi informasi keuangan yang dibuat oleh
sebuah studi hubungan yang masuk akal antara data keuangan dan non
keuangan. Prosedur analitis juga mencakup penyelidikan identifikasi fluktuasi
dan hubungan yang tidak sesuai dengan informasi yang relevan lainnya atau
menyimpang secara signifikan dari jumlah yang diperkirakan.
The Handling of Sensitive Evidence
Harus ada rencana yang dikembangkan untuk penanganan dan keamanan dari
bukti audit yang sensitif. Rencana ini harus mencakup metode untuk menjaga
integritas dokumen yang diambil dari kertas kerja normal dan harus disimpan dalam
lemari terkunci atau kotak penyimpanan yang aman atau brankas. mungkin tepat
untuk menyimpannya dalam lokasi diluar perusahaan. Diperlukan juga untuk
mengamankan informasi-informasi dari bukti audit yang terkomputerisasi sehingga
dapat menolak akses yang mungkin dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak memliki
wewenang.
Database dari bukti audit harus diatur melalui penggunaan sistem manajemen
dokumen, dan sebaiknya berbentuk komputerisasi yang secara jelas mencatat atau
merekam mengenai kronologis dari suatu bukti audit. Jenis database ini bukan
hanya dapat memberikan bantuan yang besar dalam mendukung laporan audit, tapi
juga bisa membuktikan kronologi kegiatan yang merupakan subjek dari laporan
audit. Situasi yang sangat sensitif pada akhirnya dapat mengakibatkan aktivitas
hukum, disini pihak perusahaan harus konsultasi dengan penasihat hukum