You are on page 1of 7

Audit Evidence

Nature of Audit Evidence


Bukti audit adalah informasi yang didapat auditor internal melalui kondisi observasi
atau pengamatan suatu kondisi, wawancara orang, dan pemriksaan catatan. Bukti
audit harus menyediakan fakta untuk opini, kesimpulan, dan rekomendasi audit.
Bentuk bukti audit terdiri dari bukti fisik, bukti testimonial atau pengakuan, bukti
dokumentasi, dan bukti analitis.
Menurut Herbert (1979:141)
Mengatakan bahwa bukti audit adalah sesuatu yang terlihat jelas yang bisa dilihat
oleh indera kita yang berupa fakta-fakta dan informasi untuk membuat suatu
kesimpulan pada tujuan audit. Fakta atau informasi tersebut direncanakan,
dikumpulkan, dan dianalisis sebelum membuat kesimpulan. Bukti tersebut harus
berkaitan dengan kriteria dari tujuan audit (relevan) dan harus signifikan (material)
sebelum dinyatakan sebagai bukti.
Menurut IIA Practice Advisory 2100-14: Audit Evidence Requirement
Ketika merencanakan pekerjaan audit, auditor harus mempertimbangkan jenis bukti
audit, penggunaannya dalam memenuhi tujuan audit, dan berbagai tingkat
keandalan. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan termasuk independensi dan
kualifikasi penyedia bukti audit, mengamati proses dan keberadaan barang-barang
fisik, dan penggunaan bukti audit dokumenter, representasi, dan analisis.
Mengamati proses dan keberadaan barang-barang fisik dapat mencakup
pengamatan kegiatan, properti, dan fungsi sistem informasi, seperti:
A. Media persediaan di lokasi penyimpanan diluar perusahaan.
B. Ruang keamanan komputer.
C. Catatan transaksi.
D. Program Listings
E. Faktur
F. Kegiatan dan control logs
G. Dokumentasi pengembangan sistem
Bukti audit harus cukup, handal, relevan, dan berguna untuk membentuk opini atau
mendukung temuan dan kesimpulan auditor. Jika, dalam pertimbangan auditor,
bukti audit yang diperoleh tidak memenuhi kriteria ini, auditor harus memperoleh
bukti audit tambahan.
Menurut SAS No.106 - Audit Evidence
Semua informasi yang digunakan oleh auditor dalam mencapai kesimpulan di mana
opini audit didasarkan, dan termasuk informasi yang terkandung dalam catatan
akuntansi yang mendasari laporan keuangan dan informasi lainnya. Auditor tidak
diharapkan untuk memeriksa semua informasi yang mungkin ada. Bukti audit
termasuk pemeriksaan bukti yang diperoleh dari prosedur audit yang dilakukan

selama proses audit dan termasuk bukti audit yang diperoleh dari sumber lain,
seperti dari kegiatan audit sebelumnya dan prosedur pengendalian mutu suatu
perusahaan untuk penerimaan klien dan keberlanjutan.
Bentuk Bukti Audit
A. Physical Evidence
Bukti fisik didapat melalui observasi terhadap orang, properti, dan peristiwa.
Bukti fisik dapat berupa laporan observasi dari pengamat, atau berupa foto-foto,
grafik, chart, pemetaan, dan representasi gambar lainnya. Bukti grafik adalah
persuasif.
Gambaran dari kondisi yang tidak aman jauh lebih lengkap dibandingkan
menuliskan deskripsi. Semua observasi harus, jika memungkinkan, didukung
oleh contoh dokumen. Ketika observasi adalah satu-satunya cara untuk
mendapatkan bukti, lebih baik untuk memiliki dua atau lebih auditor yang
melakukan pengamatan fisik. Jika memungkinkan, perwakilan dari klien harus
mendampingi auditor dalam proses observasi tersebut.
B. Testimonial Evidence
Bukti testimonial dapat berbentuk surat atau pernyataan dalam menanggapi
pertanyaan atau wawancara. Bukti testimonial berdiri sendiri, tidak konklusif,
dan harus didukung oleh dokumentasi jika memungkinkan. Laporan klien bisa
sangat penting karena bukti testimonial tidak selalu dapat diperoleh melalui
pengujian audit independen.
C. Documentary Evidence
Bukti dokumentasi merupakan bentuk yang paling umum dari bukti audit. Bukti
ini dapat eksternal maupun internal. Bukti dokumentasi eksternal termasuk
surat atau memorandum yang didapat dari klien, invoices pemasok, dan
packing sheets. Bukti dokumentasi internal berasal dari perusahaan klien,
termasuk pencatatan akuntansi, salinan dari korespondensi yang sedang
berlangsung, laporan penerimaan e-mail, dan sejenisnya.
Sumber dari bukti dokumentasi akan mempengaruhi tingkat keandalannya.
Dokumen eksternal yang didapat langsung dari sumbernya seperti konfirmasi
lebih dapat diandalkan daripada dokumen yang didapat dari klien. Selalu ada
kemungkinan bahwa dokumen internal dapat diubah, misalnya dengan program
komputer secara sembunyi-sembunyi. Hal-hal lain yang mempengaruhi
keandalan meliputi peredaran dokumen melalui pihak luar (cek yang dibatalkan,
kajian prosedur internal yang memuaskan, dan pembuktian dengan bukti lain).
D. Analytical Evidence
Bukti analitis didapat dari analisis dan verifikasi. Sumber bukti tersebut berupa
perhitungan, perbandingan dengan standar yang ditetapkan, kegiatan
operasional sebelumnya, kegiatan operasional serupa, dan undang-undang atau
peraturan.

Standards of Audit Evidence


Semua bukti audit harus memenuhi standar kecukupan (Sufficiency), kompeten
(Competence), dan relevan (Relevance)
A. Sufficiency
Bukti audit sudah cukup jika bukti tersebut faktual, memadai, dan menyakinkan
sehingga bukti tersebut bisa menuntun orang lain yang memiliki sifat hati-hati
mencapai kesimpulan yang sama dengan auditor. Ini tentu saja adalah masalah
pertimbangan, namun pertimbangan (judgement) harus objektif. Karena itu,
sampel yang digunakan harus sampel yang merupakan hasil dari metode
pengambilan sampel yang dapat diterima. Sampel yang dipilih akan
memberikan keyakinan memadai bahwa sampel tersebut mewakili populasi
darimana sampel tersebut diambil. Bukti harus cukup, oleh karena itu, auditor
perlu mengetahui berapa banyak bukti yang dibutuhkan untuk membentuk
kesimpulan pada tujuan audit.
B. Competence
Bukti yang kompeten adalah bukti yang dapat diandalkan. Bukti ini harus
menjadi yang terbaik yang dapat diperoleh secara wajar. Dokumen asli lebih
kompeten dibandingkan dokumen salinannya. Pernyataan lisan yang
menguatkan akan lebih kompeten dibandingkan pernyataan lisan biasa. Bukti
direct lebih kompeten dibandingkan bukti yang tidak pasti atau desas-desus
(hearsay evidence). Aturan untuk sebuah bukti yang baik berlaku juga untuk
bukti-bukti dalam audit. Bukti-bukti yang dihasilkan dari operasi komputer harus
di evaluasi dengan hati-hati.
Menurut Herbert (1979)
Agar bukti kompeten, maka bukti tersebut harus didapat dari sumber yang
terpercaya dan harus akurat. Berikut adalah pedoman yang tepat untuk
menentukan bukti tersebut kompeten:
1. Bukti didapat dari sumber yang independen yang memberikan lebih besar
jaminan kepercayaan atas organisasi yang diaudit.
2. Bukti dari suatu sistem pengendalian internal yang baik akan lebih
dipercaya dibandingkan dari pengendalian internal yang lemah
3. Bukti didapat oleh auditor melalui pemeriksaan fisik, observasi, perhitungan,
dan inspeksi akan lebih terpercaya daripada bukti yang diperoleh secara
tidak langsung.
4. Dokumen asli lebih dapat dipercaya daripada duplikatnya
C. Relevance
Relevan mengacu pada kepada penggunaan sebuah informasi. Fakta dan opini
yang digunakan untuk membuktikan atau menyangkal sebuah persoalan harus
masuk akal. Contohnya dokumen pesanan pembelian yang asli (sudah disetujui

dan diterbitkan) tidak memiliki relevansi dengan apakah barang yang telah
dibeli telah diterima.
Menurut Herbert (1979)
Relevansi adalah informasi yang digunakan sebagai bukti harus memiliki
hubungan yang logis pada kriteria tujuan audit. Faktor ini berarti bukti harus
berkaitan dengan tujuan audit. Contohnya jika tujuan audit adalah menentukan
keberadaan persediaan, maka auditor dapat memperoleh bukti dengan
mengobservasi perhitungan fisik persediaan.
Setiap kali sebuah bukti audit tidak memenuhi standar kecukupan, kompeten, dan
relevan, maka pekerjaan seorang auditor belum selesai. Melakukan penguatan
dengan menggunakan bukti tambahan mungkin diperlukan. Ketika auditor internal
mengungkapkan pendapat, itu harus berdasarkan pada bukti yang tak terbantahkan
atau bukti yang yelah memenuhi standar.
Audit Procedures for Obtaining Audit Evidence (SAS No.106)
Auditor harus memperoleh bukti audit untuk menarik kesimpulan yang masuk akal
yang akan menjadi dasar dalam opini audit dengan melakukan prosedur audit
untuk:
a. Memperoleh pemahaman tentang entitas dan lingkungannya, termasuk
pengendalian internal, untuk menilai risiko salah saji material di laporan
keuangan dan tingkat penegasan yang relevan (prosedur audit dilakukan untuk
tujuan ini disebut sebagai prosedur penilaian risiko)
b. Bila perlu, atau ketika auditor telah berkeinginan untuk melakukannya, uji
efektivitas pengendalian operasi dalam mencegah atau mendeteksi salah saji
pada tingkat asersi yang relevan (prosedur audit dilakukan untuk tujuan ini
disebut sebagai pengujian pengendalian)
c. Mendeteksi salah saji material pada tingkat asersi yang relevan (prosedur audit
yang dilakukan untuk tujuan ini disebut sebagai prosedur substantif dan
termasuk tes rincian golongan transaksi, saldo rekening, dan pengungkapan,
dan prosedur analitis substantif).
Auditor harus melakukan prosedur penilaian risiko untuk memberikan dasar yang
memuaskan untuk penilaian risiko di laporan keuangan dan tingkat pernyataan
yang relevan. Prosedur penilaian risiko sendiri tidak memberikan kecukupan bukti
audit yang tepat yang menjadi dasar dalam opini audit dan harus dilengkapi dengan
prosedur audit lebih lanjut dalam bentuk tes kontrol ketika relevan atau diperlukan,
dan prosedur substantif.
Pengujian pengendalian diperlukan dalam dua situasi. Ketika penilaian risiko auditor
mencakup ekspektasi efektivitas kontrol operasional, auditor harus menguji kontrol
mereka untuk mendukung penilaian risiko. Selain itu, ketika prosedur substantif
tidak memberikan bukti audit yang mencukupi dan sesuai, auditor harus melakukan
pengujian pengendalian untuk mendapatkan bukti audit tentang efektivitas operasi
mereka.

Audit Techniques (SAS No.106)


A. Inspection of Records or Documents
Pemeriksaan terdiri dari memeriksa catatan atau dokumen, baik internal atau
eksternal, dalam bentuk kertas, bentuk elektronik, atau media lainnya.
Pemeriksaan catatan dan dokumen memberikan bukti audit di berbagai tingkat
keandalan, tergantung pada sifat dan sumber, dan (dalam kasus catatan dan
dokumen internal), pada efektivitas kontrol atas produksi mereka. Contoh
inspeksi digunakan sebagai tes kontrol adalah pemeriksaan catatan atau
dokumen untuk bukti otorisasi.

B. Inspection of Tangible Assets


Pemeriksaan aset berwujud terdiri dari pemeriksaan fisik aset. Pemeriksaan
aktiva berwujud dapat memberikan bukti audit yang tepat sehubungan dengan
keberadaan aktiva, tetapi belum tentu tentang hak-hak entitas dan kewajiban
atau penilaian aset. Pemeriksaan individu item persediaan biasanya disertai
pengamatan penghitungan persediaan. Sebagai contoh, ketika mengamati
perhitungan persediaan, auditor dapat memeriksa individu persediaan (seperti
kontainer, termasuk dalam hitungan persediaan untuk memastikan bahwa
mereka tidak kosong) untuk memverifikasi keberadaan mereka.
C. Observation
Pengamatan terdiri dari melihat suatu proses atau prosedur yang dilakukan oleh
orang lain. Contohnya termasuk pengamatan terhadap penghitungan
persediaan oleh personel entitas dan pengamatan kinerja kegiatan
pengendalian. Pengamatan memberikan bukti audit tentang proses kinerja atau
prosedur, tetapi terbatas pada titik waktu dimana tempat pengamatan
dilakukan dan oleh fakta bahwa tindakan yang diamati dapat mempengaruhi
bagaimana proses atau prosedur dilakukan.
D. Inquiry
Terdiri dari mencari informasi dari orang-orang berpengetahuan, baik keuangan
dan non keuangan, dari dalam atau
luar entitas. Inquiry (pertanyaan)
merupakan prosedur audit yang yang digunakan secara luas di seluruh proses
audit dan sering merupakan pelengkap untuk melakukan prosedur audit lain.
Pertanyaan (inquiries) dapat berbentuk formal (tertulis) atau berbentuk informal
(lisan). Mengevaluasi tanggapan terhadap pertanyaan adalah bagian yang tidak
terpisahkan dari proses inquiry. Inquiry biasanya melibatkan:
Mempertimbangkan pengetahuan, objektivitas, pengalaman, tanggung
jawab, dan kuaifikasi dari individu yang akan ditanyakan.
Mengajukan pertanyaan yang jelas, singkat, dan relevan.
Menggunakan pertanyaan terbuka atau tertutup dengan tepat.
Mendengarkan secara aktif dan efektif.

Mengingat reaksi dan tanggapan dan mengajukan pertanyaan yang


berkelanjutan.
Mengevaluasi respon.

E. Confirmation
Sewaktu menggunakan teknik ini, auditor meminta tanggapan tertulis dari pihak
ketiga mengenai item-item tertentu yang mempengaruhi laporan keuangan.
Auditor menggunakan bukti konfirmasi secara ekstensif. Jadi, pihak ketiga
darimana konfirmasi diminta akan tergantung pada akun mana yang sedang
diaudit.
F. Recalculation
Perhitungan terdiri dari memeriksa akurasi perhitungan matematika dari
dokumen atau catatan. Perhitungan dapat dilakukan melalui penggunaan
teknologi informasi, misalnya, dengan memperoleh data elektronik dari entitas
dan menggunakan CAATs untuk memeriksa keakuratan ringkasan dari data.
G. Reperformance
Eksekusi independen auditor atas prosedur atau kontrol yang awalnya dilakukan
sebagai bagian dari pengendalian internal entitas, baik secara manual atau
melalui penggunaan CAATs, misalnya, reperforming laporan umur piutang.
H. Analytical Procedures
Prosedur analitis terdiri dari evaluasi informasi keuangan yang dibuat oleh
sebuah studi hubungan yang masuk akal antara data keuangan dan non
keuangan. Prosedur analitis juga mencakup penyelidikan identifikasi fluktuasi
dan hubungan yang tidak sesuai dengan informasi yang relevan lainnya atau
menyimpang secara signifikan dari jumlah yang diperkirakan.
The Handling of Sensitive Evidence
Harus ada rencana yang dikembangkan untuk penanganan dan keamanan dari
bukti audit yang sensitif. Rencana ini harus mencakup metode untuk menjaga
integritas dokumen yang diambil dari kertas kerja normal dan harus disimpan dalam
lemari terkunci atau kotak penyimpanan yang aman atau brankas. mungkin tepat
untuk menyimpannya dalam lokasi diluar perusahaan. Diperlukan juga untuk
mengamankan informasi-informasi dari bukti audit yang terkomputerisasi sehingga
dapat menolak akses yang mungkin dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak memliki
wewenang.
Database dari bukti audit harus diatur melalui penggunaan sistem manajemen
dokumen, dan sebaiknya berbentuk komputerisasi yang secara jelas mencatat atau
merekam mengenai kronologis dari suatu bukti audit. Jenis database ini bukan
hanya dapat memberikan bantuan yang besar dalam mendukung laporan audit, tapi
juga bisa membuktikan kronologi kegiatan yang merupakan subjek dari laporan
audit. Situasi yang sangat sensitif pada akhirnya dapat mengakibatkan aktivitas
hukum, disini pihak perusahaan harus konsultasi dengan penasihat hukum

mengenai bukti-bukti yang sensitif ini dan konsultasi mengenai tindakan-tindakan


apa yang harus dilakukan oleh pihak perusahaan. Situasi sensitif ini harus diketahui
semua pihak dalam semua pertemuan dan kegiatan. Nasihat mengenai hukum dan
keamanan juga harus diperoleh dalam prosedur penanganan situasi sensitif ini.
Working Papers
Kertas kerja audit mengandung substansi dasar dari pekerjaan yang dilakukan oleh
auditor selama proses audit terutama selama fase field work (pekerjaan lapangan).
Kertas kerja adalah fondasi dimana bukti-bukti dibangun. ada beberapa
karakteristik utama dari kertas kerja, diantaranya adalah:
1. Mengambil kutipan dari sumber yang otoritatif untuk kriteria dan standar
2. Ringkasan dari wawancara, pertemuan, dan percakapan
3. Detil yang dihasilkan dari pengamatan, termasuk diagram, foto-foto, dan
flowhchart
4. Substansi dari verifikasi dan vouching. Yang merupakan perbandingan antara
dokumen klien dengan standar
5. Analisis temuan dari kertas kerja maupun pengamatan
6. Perhitungan analisis yang berkaitan dengan audit
Kertas kerja adalah substansi audit. Kertas kerja harus diawasi dan diperiksa secara
hati-hati untuk menentukan bahwa kertas kerja tersebut benar dan tidak
meninggalkan pertanyaan=pertanyaan mengenai informasi yang terkandung di
dalamnya.

You might also like