Professional Documents
Culture Documents
ANATOMI
Sinus paranasales adalah rongga-rongga yang terdapat di
dalam os maxllla, os frontale, os sphenoidale, dan os ethmoidale
(Gambar
11-62
dan
11-63).
Sinus-smus
ini
dilapisi
oleh
pada
waktu
lahir
terdapat
dalam
bentuk
yang
yang
dihasilkan
oleh
kelenjar-kelenjar
di
dalam
membrana mukosa didorong ke dalam hidung oleh gerakan silia selsel silindris. Aliran dari sekret juga dibantu oleh tenaga menyedot
yang terjadi pada waktu membuang ingus. Sinus berfungsi sebagai
resonator suara; sinus juga mengurangi berat tengkorak. Bila muara
sinus tersumbat atau sinus terisi cairan, kualitas suara jelas
berubah.
a. Sinus maxillaris
Sinus maxillaris terletak di dalam corpus maxillaris. Sinus ini
berbentuk piramid dengan basis membentuk dinding lateral hidung
dan apex di dalam processus zygomaticus maxillae. Atap dibentuk
oleh dasar orbita, sedangkan dasar dibentuk oleh processus
alveolaris. Akar premolar pertama dan kedua serta molar ketiga,
dan kadang-kadang akar caninus menonjol ke dalam sinus.
Ekstraksi sebuah gigi dapat mengakibatkan fistula, atau infeksi gigi
dapat menyebabkan sinusitis. Sinus maxillaris bermuara ke dalam
kemudian
ke
frontalis bermuara
hiatus
semilunaris,
ke dalam
kemungkinan
Infundibulum adalah
bagian
dari
sinus
etmoid
anterior
dan
pembengkakan akibat radang atau alergi pada daerah ini dapat menghalangi
drainase sinus maksila dan selanjutnya menyebabkan sinusitis.
b. Sinus frontalis
Sinus frontalis ada dua buah, terdapat di dalam os frontale,
dan dipisahkan satu dengan yang lain oleh septum tulang, yang
sering menyimpang dari bidang median. Setiap sinus berbentuk
segitiga, meluas ke atas, di atas ujung medial alis mata dan ke
belakang ke bagian medial atap orbita. Masing-masing sinus
frontalis
bermuara
ke
dalam
meatus
nasi
medius
melalui
Beberapa teori yang dikemukakan sebagai fungsi sinus paranasal antara lain
adalah:
a. Pengatur kondisi udara
Sinus berfungsi sebagai ruang tambahan untuk menghangatkan dan mengatur
kelembaban udara inspirasi. Volume pertukaran udara dalam ventilasi sinus kurang
lebih 1/1000 volume sinus pada tiap kali bernafas, sehingga dibutuhkan beberapa jam
untuk pertukaran udara total dalam sinus. Lagipula mukosa sinus tidak mempunyai
vaskularisasi dan kelenjar yang sebanyak mukosa hidung.
b. Penahan suhu
Sinus paranasal berfungsi untuk mempertahankan suhu, melindungi orbita dan
fosa serebri dari suhu rongga hidung yang berubah-ubah. Akan tetapi kenyataannya,
sinus-sinus yang besar tidak terletak di antara hidung dan organ-organ yang
dilindungi.
c. Membantu keseimbangan kepala
Sinus membantu keseimbangan kepala karena mengurangi berat tengkorak.
Akan tetapi bila udara dalam sinus diganti dengan tulang hanya akan memberikan
pertambahan berat sebesar 1% dari berat kepala.
d. Membantu resonansi suara
Sinus mungkin berfungsi sebagai rongga untuk resonansi suara dan
mempengaruhi kualitas suara. Akan tetapi ada yang berpendapat, posisi sinus dan
ostiumnya tidak memungkinkan sinus berfungsi sebagai resonator yang efektif.
e. Sebagai peredam perubahan tekanan udara
Fungsi ini berjalan bila ada perubahan tekanan yang besar dan mendadak,
misalnya pada waktu bersin atau membuang ingus.
f. Membantu produksi mukus
Mukus
yang
dihasilkan
oleh
sinus
paranasal
memang
dengan udara inspirasi karena mukus ini keluar dari meatus medius,
tempat yang paling strategis.
Sumber:
Soetjipto, D. dan E. Mangunkusumo. Sinus Paranasal. Dalam:
Soepardi, E.A., dkk. 2010. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Kepala & Leher (edisi 6). Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indinesia. Jakarta, Indonesia. Hal: 145-149).
KOMPLIKASI SINUSITIS
FISTULA OROANTRAL
Fistula
oroantral
merupakan
suatu
saluran
yang
oroantral
dapat
diklasifikasikan
berdasarkan
Operasi
FESS
dilakukan
untuk
meningkatkan
fungsi
dari
berbagai
ukuran
jarang,
dan
pada
akhirnya
dan
anjuran
untuk
tidak
menyikat
gigi
atau
mukosiliar),
obstruksi
neoplastik
(osteoma,
klinis,
pemeriksaan
radiografi
perlu
dilakukan
untuk
endoskopik
transnasal
digunakan
untuk
mengatasi
of
paranasal
sinus
mucocele
at
computed
yang
masuk
ke
sinus
frontalis
dan
menyebabkan
Berlanjutnya
kelainan
ini
akan
menyebabkan
Diagnosis
ditegakkan
berdasarkan
anamnesis
dan
demam,
defisit
kesadaran.
Pemeriksaan
neurologi
laboratorium
fokal
dan
umumnya
penurunan
menunjukkan
adalah
CT
scan
dan
MRI.
CT-scan
dapat
berhubungan
dengan
sinusitis
etmoidalis.
Abses
berkembang
yang
menyebabkan
peregangan
saraf
II.
Dengan
persepsi
warna
merah/hijau
dapat
mendahului
penurunan visus.
Penanganan dan penentuan pendekatan pembedahan masih
merupakan kontroversi. Meskipun pemberian antibiotik intravena
dapat dimulai pada tahap awal, beberapa ahli THTKL tetap
menganjurkan drainase sinus secepatnya. Beberapa penelitian
menunjukkan adanya kasus abses subperiosteal yang responsif
terhadap pengobatan konvensional, terutama pada anak-anak yang
lebih muda, karena virulensi kuman lebih rendah. Kriteria inklusi
untuk pengobatan medikamentosa adalah usia lebih muda dari 9
tahun, tidak terdapat sinusitis frontalis, lokasi abses di medial, tidak
terbentuk gas abses, ukuran abses kecil, bukan kasus berulang,
tidak terdapat gangguan saraf optik dan retina, dan tidak terdapat
infeksi gigi. Berdasarkan kriteria Oxford, maka tindakan bedah
ditunda dan diberikan penanganan konservatif, bila memenuhi
seluruh kriteria, antara lain pemeriksaan oftalmologikus (visus,
pada
endoskopik,
dilakukan
dan
untuk
kasus
ini
meliputi
kombinasi.
drainase
pendekatan
Etmoidektomi
abses.
Pada
eksternal,
eksternal
anak-anak,
dapat
sebaiknya
inflamasi
mukosa
akut.
Teknik
endoskopik
meliputi