Professional Documents
Culture Documents
Daftar Isi.................................................................................................................1
Lembar Pengesahan...............................................................................................2
Skenario..................................................................................................................3
BAB 1......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
A. Latar belakang...........................................................................................4
B. Identifikasi Masalah..................................................................................4
BAB II.....................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................5
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.
J.
K.
Landasan Teori..........................................................................................5
Selulitis.......................................................................................................5
Definisi.......................................................................................................5
Perbedaan Abses dan Selulitis..................................................................5
Etiologi.......................................................................................................5
Patofisiologi................................................................................................5
Klasifikasi..................................................................................................6
Gejala Klinis..............................................................................................7
Penatalaksanaan........................................................................................7
Diagnosis Banding.....................................................................................8
Konsep Maping........................................................................................10
BAB III..................................................................................................................11
kesimpulan............................................................................................................11
Daftar Pustaka......................................................................................................12
LAPORAN TUTORIAL
SGD 2 LBM 2
INFEKSI BAKTERI II
Telah Disetujui oleh :
Tutor
22 Desember 2014
drg. Ratna
Ahdiahtus Safiah
Skenario
Unit belajar 2 : infeksi Bakteri 2
Judul
2
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Selulitis adalah infeksi streptokokus, stapilokokus akut dari kulit dan jaringan subkutan biasanya
disebabkan oleh invasi bakteri melalui suatu area yang robek pada kulit, meskipun demikian
hal ini dapat terjadi tanpa bukti sisi entri dan ini biasanya terjadi pada ekstrimitas bawah.Selulitis
adalah inflamasi supuratif yang juga melibatkan sebagian jaringan subkutan.Selulitis adalah infeksi
bakteri yang menyebar kedalam bidang jaringan. Jadi selulitis adalah infeksi pada kulit yang
disebabkan oleh bakteri stapilokokus aureus,streptokokus grup A dan streptokokus piogenes.
B. Learning Issue
1. Apakah diagnosa pada keadaan pada skenario?
2. Perbedaan abses dan selulitis?
3. Apa etiologi dari selulitis?
4. Patofisiologi dari diagnosa di selulitis?
5. Klasifikasi dari diagnosa di selulitis?
6. Manisfestasi klinik/ gambaran klinis?
7. Diagnosis banding dari diagnosa di skelulitis?
8. Penatalaksanaan dari diagnosa pada selulitis?
9. Apa yg menyebabkan muncul pembengkakan dibwah dagu?
10.Kenapa pasien sulit makan?
11.Mengapa setelah pasien berobat ke puskemas tidak ada perubahan?
12.Apakah ada hubungan cairan nanah yg keluar dengan sakit kepala dan
pembengkakan?
13.Kenapa pasien tidak bisa membuka mulut dan suhu badan yg tinggi?
.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. LANDASAN TEORI
4
SELULITIS
selulitis merupakan suatu penyebaran oedematus dari inflamasi akut pada permukaan jaringan
lunak dan bersifat difus. Selulitis dapat terjadi pada semua tempat dimana terdapat jaringan lunak dan
jaringan ikat longgar, terutama pada muka dan leher, karena biasanya pertahanan terhadap infeksi
pada daerah tersebut kurang sempurna.
PERBEDAAN ABSES DAN SELULITIS
Karakteristik
Durasi
Sakit
Ukuran
Palpasi
Lokasi
Kehadiran pus
Derajat keparahan
Bakteri
Enzim yang dihasilkan
Sifat
Selulitis
Akut
Berat dan merata
Besar
Indurasi jelas
Difus
Tidak ada
Lebih berbahaya
Aerob
Streptokinase/ fibrinolisin
Difus
Abses
Kronis
Terlokalisir
Kecil
Fluktuasi
Berbatas jelas
Ada
Tidak darurat
Anaerob
Coagulase
Terlokalisir
ETIOLOGI
Infeksi odontogenik pada umumnya merupakan infeksi campuran dari berbagai macam bakteri, baik
bakteri aerob maupun anaerob mempunyai yang fungsi nya sinergis. Infeksi Primer selulitis dapat
berupa: perluasan infeksi/abses periapikal, osteomyielitis dan perikoronitis yang dihubungkan dengan
erupsi gigi molar tiga rahang bawah, ekstraksi gigi yang mengalami infeksi periapikal/perikoronal,
penyuntikan dengan menggunakan jarum yang tidak steril, infeksi kelenjar ludah (Sialodenitis),
fraktur compound maksila / mandibula, laserasi mukosa lunak mulut serta infeksi sekunder dari oral
malignancy
PATOFISIOLOGI
Pada 88,4 % kasus selulitis fasialis disebabkan infeksi odontogenik yang berasal dari pulpa dan
periodontal. Periodontitis apikalis akut atau kelanjutan dari infeksi/abses periapikal, menyebar ke
segala arah waktu mencari jalan keluar. Biasanya periosteum ruptur dan infeksi menyebar ke sekitar
jaringan lunak intra /atau extra oral yang menyebabkan selulitis. Penyebaran ini dipengaruhi oleh
struktur anatomi lokal yang bertindak sebagai barrier pencegah penyebaran. Barrier tersebut dibentuk
oleh tulang rahang dan otot-otot yang berinsersi pada tulang tersebut.
KLASIFIKASI
1. Selulitis Sirkumskripta Serous Akut
Selulitis yang terbatas pada daerah tertentu yaitu satu atau dua spasia fasial, yang tidak jelas
batasnya. Infeksi ba kteri mengandung serous, konsistensinya sangat lunak dan spongius.
Penamaannya berdasarkan ruang anatomi atau spasia yang terlibat.
Angina Ludwigs memerlukan penangganan sesegera mungkin, berupa: rujukan untuk mendapatkan
perawatan rumah sakit, antibiotik intravenous dosis tinggi, biasanya untuk terapi awal digunakan
Ampisillin dikombinasikan dengan metronidazole, penggantian cairan melalui infus, drainase through
and through, serta penangganan saluran nafas, seperti endotracheal intubasi atau tracheostomi.
GEJALA KLINIS
Gejala lokal antara lain pembengkakkan mengenai jaringan lunak/ikat longgar, sakit, panas
dan kemerahan pada daerah pembengkakkan, pembengkakan disebabkan oedem, infiltrasi selular dan
kadang karena adanya pus, pembengkakkan difus, konsistensi kenyal keras seperti papan, kadangkadang disertai trismus dan kadang-kadang dasar mulut dan lidah terangkat.
Gejala sistemik seperti temperatur tinggi, nadi cepat dan tidak teratur, malaise, lymphadenitis,
peningkatan jumlah leukosit, pernafasan cepat, muka kemerah-merahan, lidah kering, delirium
terutama malam hari, disfagia dan dispnoe, serta stridor.
Penatalaksanaan
Apabila terdapat tanda-tanda seperti kondisi sistemik seperti malaise dan demam tinggi,
adanya disfagia atau dispnoe, dehidrasi atau pasien kurang minum, diduga adanya penurunan
resistensi terhadap infeksi, toksis septikemia dan infiltrasi ke daerah anatomi yang berbahaya serta
memerlukan anestesi umum untuk drainase, diperlukan penanganan serius dan perawatan di rumah
sakit sesegera mungkin. Jalan nafas harus selalu dikontrol, intubasi endotracheal atau tracheostomi
jika diperlukan. Empat prinsip dasar perawatan infeksi, yaitu:
menghilangkan causa (Jika keadaan umum pasien mungkinkan segera dilakukan dengan cara
pencabutan gigi penyebab), drainase (Insisi drainase bisa dilakukan intra maupun extra oral, ataupun
bisa dilakukan bersamaan seperti kasus-kasus yang parah. Penentuan lokasi insisi berdasarkan
spasium yang terlibat).
Angioedema
Angioedema paling sering dikaitkan dengan penyakit B-sel lymphoproliferative. Hingga saat
ini, hanya ada 2 laporan dari T-sel limfoma yang berhubungan dengan angioedema. Mengenai
angioedema, gejala biasanya terjadi pada 3 bagian tubuh : subkutan jaringan (misalnya, wajah, tangan,
lengan, kaki alat kelamin, pantat); organ-organ abdomen (misalnya, perut, usus, kandung kemih),
yang dapat bermanifestasi sebagai mual, muntah, dan / atau nyeri kolik yang seperti keadaan darurat
bedah; dan saluran pernafasan bagian atas (misalnya, laring), yang mungkin mengakibatkan laringeus
edema.
Erysipelas
Erisipelas merupakan infeksi bakteri pada kulit superfisial yang ciri khasnya meluas
ke kutaneus limfatik. Awalnya infeksi terjadi pada wajah dan disebabkan oleh Streptococcus
pyogenes.
Erisipelas pada umumnya diawali dengan gejala-gejala prodormal, yaitu panas,menggigil, sakit
kepala, nyeri sendi, muntah dan rasa lemah. Pada kulit nampak kemerahan, berbatas tegas dengan
bagian tepi meninggi, nyeri dan teraba panas pada area tersebut. Di permukaan kulit adakalanya
dijumpai gelembung kulit (bula) yang berisi cairan kekuningan(seropurulen). Pada keadaan yang
berat, kulit nampak melepuh dan kadang timbul erosi (kulit mengelupas). Biasanya menyerang wajah,
ekstremitas atas atau bawah, badan dan genitalia.Kelenjar getah bening di sekitar daerah yang
terinfeksi, sering membesar dan terasa nyeri.
KONSEP MAPING
Pasien 35 tahun
Terdapa pembengkakan
dibawah dagu
Tidak dapat membuka
mulut
Pernah berobat tetapi
tidak ada peruvbahan
Pemeriksaan objektif:
Pemeriksaan fisik:
Tampak sisa
gangren radix pada
m3 kiri bawah
Keadaan umum:
sedikit lemah/ gizi
cukup/sadar
Diagnosis
Patofisiologis:
88,4 % disebabkan
infeksi odontogenik
Etiologi:
Selulitis
10
Klasifiksi:
Selulitis difus
akut
Selulitis difus
kronis
Selulitis yg sering
dijumpai
Diagnosis banding:
Erispelas
Abses perikoronal
BAB III
KESIMPULAN
Selulitis merupakan suatu proses inflamasi yang mengenai jaringan lunak terutama jaringan ikat
longgar, sifatnya akut, oedematus difus, meliputi ruang yang luas, indurasi tegas, biasanya disertai
kondisi sistemik yang buruk. Selulitis dapat mengakibatkan kematian jika tidak segera diberikan
perawatan yang adekuat dan sesegera mungkin. Selulitis fasial yang paling sering dijumpai adalah
Angina Ludwigs, selulitis bilateral yang mengenai 3 spasium yaitu spasium submandibula,
sublingual dan submental. Penanganan selulitis hampir sama seperti penanganan infeksi odontogenik
lainnya yaitu menghilangkan causa, insisi drainase, pemberian antibiotik dan perawatan suportif,
tetapi yang perlu diperhatikan adalah penangganan kedaruratan untuk keadaan umum pasien yang
buruk, seperti sulit bernafas, deman tinggi, dan sebagainya.
11
DAFTAR PUSTAKA
Berini, et al, 1997, Medica Oral: Buccal and Cervicofacial Cellulitis. Volume 4,
(p337-50).
Dimitroulis, G, 1997, A Synopsis of Minor Oral Surgery, Wright, Oxford (71-81)
Falace, DA, 1995, Emergency Dental Care. A Lea & Febiger Book. Baltimore (p
214-26)
Milloro, M., 2004, Petersons of Principles Oral and Maxillofacial Surgery, 2nd
edition, Canada: BC Decker Inc.
12