Professional Documents
Culture Documents
Diajukan Kepada :
dr. Agung Supriandono, Sp.OG
Disusun oleh :
Dian Sidiq Wibowo
20080310156
HALAMAN PENGESAHAN
HARI/ TANGGAL
Kamis/ 12 Februari 2015
Menyetujui
Dokter pembimbing/Penguji
BAB I
STATUS PASIEN
A. Identitas Pasien
Nama
: Ny OKT
Umur
: 25 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Alamat
: Getasan, Semarang
Tanggal masuk RS
B. Problem
1. Anamnesis
a. Keluhan utama
Pasien hamil dengan badan lemas, dan pandangan gelap
b. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke RSUD atas rujukan dari Puskesmas Getasan
dengan G1 P0 A0 Hamil 36 minggu, riwayat kejang (+) pada pukul
08.00 WIB disertai tekanan darah tinggi (180/120 mmHg), saat ini
pasien merasa bingung (+), badan terasa lemas (+), pandangan gelap
(+), kepala pusing (+), ujung jari kaki dan tangan terasa kesemutan
(+), riwayat trauma benda tajam (-), vaksin TT (+) sebelum hamil.
Riw. Obstetri : G1 P0 A0
HPHT : 24 juni 2014
HPL : 3 maret 2015
UK
: 36 minggu
Riw. Gynecology
Menarche 12 tahun, Haid 6-7 hari, teratur, riwayat
keputihan selama kehamilan (+)
Riw. Pernikahan
(+), 1 kali, pada usia 24 tahun
Riw. Kontrasepsi
(-)
c. Riwayat penyakit dahulu
b. Kepala
Mata
- Konjungtiva pucat
- Subkonjungtiva bleeding
- Visus
Hidung
- Alae Nasi
- Cavum Nasi
- Septum nasi
Mulut
- Labia superior et inferior
- Gigi dan gingiva
- Cavum Oris
- Tonsila et uvula
- Dinding orofaring
Telinga
- Auricula
- OAE
: DBN
- Membrana tympani
: DBN
Limfadenopati Lnn. craniofacialis (-)
c. Leher
d. Thorak
Suara dasar vesikular
Bunyi jantung
: +/+
: DBN
e. Abdomen
Inspeksi
: Cembung (+), Striae (+)
Aukskultasi: Bunyi usus (+), DJJ (147 kpm)
Perkusi
: tak dilakukan
Palpasi
: Teraba janin tunggal (+), TFU (4 jari dibawah
proceccus xiphoideus, 29 cm)
o Leopold 1 : Puncak bokong
o Leopold 2 : Letak memanjang, punggung kiri
o Leopold 3 : Preskep
o Leopold 4 : Konvergen
f. Ekstremitas
CRT
Edema
Spasme
Flaccid
: < 2 detik
: -/- // +/+
: (-)
: (-)
g. Pemeriksaan Inspekulo
Vulva Urethra tenang (+),
Laserasi pada dinding vagina (-), tanda-tanda peradangan (-),
Portio tampak mencucu (+), licin (+), warna kebiruan (+),
Pembukaan (-)
h. Pemeriksaan Vaginal Tushee
Ulva urethra DBN (+),
Dinding Vagina licin (+)
Portio mencucu (+), Tebal (+), bukaan (-)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
multisistem
spesifik
pada
kehamilan, etiologi belum diketahui. Kelainan ini mempengaruhi sekitar 57% kehamilan menyebabkan morbiditas dan mortalitas ibu dan janin.
Kriteria minimum untuk menegakkan diagnosis pre-eklampsia ialah
hipertensi, edema disertai proteinuria yang terjadi umumnya pada usia
kehamilan lebih dari 20 minggu.
Eklampsia merupakan komplikasi serius dari kehamilan ditandai
dengan timbulnya satu atau lebih kejang yang berhubungan dengan
sindrom pre-eklampsia. Eklampsia, ialah kejadian akut pada wanita hamil,
dalam persalinan, atau nifas yang ditandai dengan adanya gejala dan tanda
pre-eklampsia disertai dengan kejang atau koma. Eklampsia sering timbul
pada trimester terakhir kehamilan dan semakin sering terjadi apabila
kehamilan mendekati aterm. Tanda khas eklampsia yaitu adanya kejang
tonik-klonik yang timbul pada wanita dengan hipertensi dalam kehamilan.
Pada kondisi seperti ini resiko kematian maternal dan perinatal meningkat.
Terminologi HELLP diperkenalkan pertama sekali oleh Weinstein
(1982) yang merupakan singkatan dari Hemolysis, Elevated Liver
Enzymes dan Low Platelet counts. Sindroma ini merupakan kumpulan dari
gejala multisistem pada pre-eklampsia berat dan eklampsia dengan
karakteristik
trombositopenia,
hemolisis
(anemia
hemolisis
kuantitatif
Oliguria, urin 400 ml/24 jam
Keluhan serebral, nyeri epigastrium, gangguan penglihatan
Sianosis karena edema paru
Trombosit turun, enzim hati meningkat
2. Etiologi
Sampai dengan saat ini etiologi pasti dari pre-eklampsia/eklampsi
masih belum diketahui. Ada beberapa teori mencoba menjelaskan
perkiraan etiologi dari kelainan tersebut di atas, sehingga kelainan ini
sering dikenal sebagai the diseases of theory. Adapun teori-teori tersebut
antara lain:
1) Peran Prostasiklin dan Tromboksan.
Pada pre-eklampsia didapatkan kerusakan pada endotel vaskuler,
sehingga terjadi penurunan produksi prostasiklin (PGI 2) yang pada
kehamilan normal meningkat, aktivasi penggumpalan dan fibrinolisis, yang
kemudian akan diganti trombin dan plasmin. Trombin akan mengkonsumsi
antitrombin III, sehingga terjadi deposit fibrin. Aktivasi trombosit
menyebabkan pelepasan tromboksan (TXA2) dan serotonin, sehingga
terjadi vasospasme dan kerusakan endotel.
2) Peran Faktor Imunologis.
Pre-eklampsia sering terjadi pada kehamilan pertama dan tidak
timbul lagi pada kehamilan berikutnya. Hal ini dapat diterangkan bahwa
pada kehamilan pertama pembentukan blocking antibodies terhadap
antigen plasenta tidak sempurna, yang semakin sempurna pada kehamilan
berikutnya. Fierlie FM mendapatkan beberapa data yang mendukung
adanya sistem imun pada penderita pre-eklampsia:
o Beberapa wanita dengan pre-eklampsia mempunyai komplek imun
dalam serum.
o Beberapa studi juga mendapatkan adanya aktivasi sistem komplemen
pada pre-eklampsia diikuti dengan proteinuri.
Stirat menyimpulkan meskipun ada
beberapa
pendapat
3. Patofisiologi
Vasokonstriksi merupakan dasar patogenesis pre-eklampsia.
Vasokonstriksi menimbulkan peningkatan total perifer resisten dan
menimbulkan hipertensi. Adanya vasokonstriksi juga akan menimbulkan
hipoksia pada endotel setempat, sehingga terjadi kerusakan endotel,
kebocoran arteriole disertai perdarahan mikro pada tempat endotel. Selain
itu Hubel mengatakan bahwa adanya vasokonstriksi arteri spiralis akan
menyebabkan
terjadinya
penurunan
perfusi
uteroplasenter
yang
a)
b)
c)
d)
e)
lemak.
Perubahan anatomi-patologik
Plasenta: pada pre-eklampsia terdapat spasme arteriola spiralis
desidua mengakibatkab menurunnya alirn darah ke plasenta. Proses
penuaan plasenta seperti menipisnya sinsitium, menebalnya dinding
pembuluh darah dalam fili karena fibrosis dan konversi mesoderm menjadi
jaringan fibrotik, menjadi lebih cepat pada pre-eklampsia.
Ginjal: organ ini besarnya normal atau dapat membengkak. Pada
pre-eklampsia
terdapat
kelainan
glomerolus,
hiperplasi
sel-sel
4. Faktor Predisposisi
Pre-eklampsia hanya terjadi pada saat hamil, sehingga faktor
risikonya, antara lain:
terkena pre-eklampsia.
Primigravida: Di kehamilan pertama, risiko mengalami pre-
menderita pre-eklampsia.
Obesitas: Pre-eklampsia lebih banyak menyerang ibu hamil yang
mengalami obesitas
Kehamilan kembar:
Mengandung
bayi
kembar
juga
mmHg
- Proteinuria 300 mg/24 jam, atau pemeriksaan dipstick 1 + c
Ditegakkan diagnosa pre-eklampsia berat jika ditemukan tanda dan
gejala sebagai berikut:
- Tekanan darah pasien dalam keadaan istirahat: sistolik 160
-
f. Eklampsia
Gambaran klinik penderita eklampsia biasanya lebih berat dan
dapat disertai berbagai komplikasi seperti: koma, oedema paru, gagal
ginjal, solusio plasenta, gangguan pertumbuhan janin, dan kematian janin.
Oleh karena itu penanganan penderita eklampsia harus komprehensif dan
melibatkan berbagai disiplin ilmu.
Penderita pre-eklampsia berat yang tidak mendapat penanganan
yang memadai atau terlambat mendapat pertolongan bisa mendapat
serangan kejang-kejang yang disebut eklampsia. Eklampsia sering terjadi
pada kehamilan nullipara, kehamilan kembar, kehamilan mola, dan
hipertensi dengan penyakit ginjal. Lebih kurang 75% penderita eklampsia
terjadi antepartum dan 25% sisanya terjadi pasca-melahirkan. Eklampsia
biasanya terjadi akibat oedema otak yang luas, yang terjadi akibat
peningkatan tekanan darah yang mendadak dan tinggi yang akan
menyebabkan kegagalan autoregulasi aliran darah.
Sebelum serangan kejang pada eklampsia biasanya didahului oleh
kumpulan gejala impending eklampsia yang dapat berupa: nyeri kepala,
mata kabur, mual, muntah, dan nyeri epigastrium, jika keadaan ini tidak
segera ditanggulangi maka akan timbul kejang. Kejang pada eklampsia
dibagi menjadi 4 tingkatan yaitu :
6. Penatalaksanaan
Pada dasarnya penanganan penderita pre-eklampsia dan
eklampsia yang difinitif adalah segera melahirkan bayi dan seluruh
hasil
konsepsi,
tetapi
dalam
penatalaksanaannya
kita
harus
Beberapa
penelitian
telah
mengungkapkan
bahwa
terjadi pada ibu dan janin. Pada pemberian MgSO4 pasien harus
dievaluasi bahwa refleks tendon dalam masih ada, pernafasan
sekurangnya 12 kali per menit dan urine output sedikitnya 100 ml
dalam 4 jam.
Magnesium sulfat merupakan antikonvulsan yang efektif
dan membantu mencegah kejang kambuhan dan mempertahankan aliran
darah ke uterus dan aliran darah ke fetus. Magnesium sulfat berhasil
mengontrol kejang eklamptik pada >95% kasus. Selain itu zat ini
memberikan keuntungan fisiologis untuk fetus dengan meningkatkan
aliran darah ke uterus.
Mekanisme kerja magnesium sulfat adalah menekan
pengeluaran asetilkolin pada motor endplate. Magnesium sebagai
kompetisi antagonis kalsium juga memberikan efek yang baik untuk
otot skelet. Magnesium sulfat dikeluarkan secara eksklusif oleh ginjal
dan mempunyai efek antihipertensi.
Dapat diberikan dengan dua cara, yaitu IV dan IM. Rute
intravena lebih disukai karena dapat dikontrol lebih mudah dan waktu
yang dibutuhkan untuk mencapai tingkat terapetik lebih singkat. Rute
intramuskular cenderung lebih nyeri dan kurang nyaman, diguna-kan
jika akses IV atau pengawasan ketat pasien tidak mungkin. Pemberian
magnesium sulfat harus diikuti dengan pengawasan ketat atas pasien
dan fetus.
Terapi magnesium biasanya dilanjutkan 12-24 jam setelah bayi
lahir, dapat dihentikan jika tekanan darah membaik serta diuresis yang
adekuat. Kadar magnesium harus diawasi pada pasien dengan gangguan
fungsi ginjal, pada level 6-8 mg/dl. Pasien dengan urine output yang
meningkat
memerlukan
dosis
rumatan
untuk
mempertahankan
magnesium pada level terapetiknya. Pasien diawasi apakah ada tandatanda perburukan atau adanya keracunan magnesium.
Protokol pemberian magnesium menurut
The
Parkland
Dapat
meningkatkan
terjadinya
blokade
isoniazid,
metronidazol,
mico-nazol,
fenilbutazon,
Fenitoin
kortikosteroid,
dapat
menurunkan
dikumarol,disopiramid,
efektifitas
asetaminofen,
doksisiklin,
estrogen,
berlebihan,
volume
intravaskular
kehamilan:
keamanan
shock
kardiogenik,
edema
paru,
bradikardi,
blok
efek
labetalol
de-ngan
cara
menginduksi
enzim
pada
kehamilan
C-keamanan
adalah
hipotensi.
Hipotensi
biasanya
terjadi
bila
pada
kehamilan:
Keamanan
depresi,
polineuropati,
konstipasi.
Dapat
menurunkan
BAB III
PEMBAHASAN
Berdasarkan anamnesis, pasien G1 P0 A0 H 36 minggu datang dengan
keluhan riwayat kejang pada pukul 08.00 WIB disertai tekanan darah tinggi,
merasa bingung, badan terasa lemas, pandangan gelap, kepala pusing, ujung jari
kaki dan tangan terasa kesemutan, sudah mendapat vaksin TT sebelum hamil..
Pada pemeriksaan vital sign didapatkan kesimpulan bahwa keadaan umum
lemah, tekanan darah tinggi grade II disertai takikardi, penurunan visus disertai
edema tungkai dan hamil dengan janin tunggal hidup, serta belum dalam
persalinan.
Pemeriksaan lab dengan sampel darah dan urin menunjukkan hasil
proteinuria (+2) tanpa disertai munculnya tanda-tanda peradangan.
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
dapat disimpulkan pasien didiagnosis Eklampsia pada primigravida preterm
belum dalam persalinan dengan komplikasi gangguan visus.
Pada kasus ini, pasien di IGD diberi terapi Mg SO4 4 gram dalam cairan
fisiologis 500cc dengan kecepatan 20 tpm. Hal ini bertujuan untuk menurunkan
tekanan darah, namun menurut kami, hal tersebut masih memiliki kekurangan
karena, pasien hanya diberikan dosis rumatan dan tidak diberikan dosis inisial
berupa MgSO4 4-6 g. IV bolus dalam 15-20 menit. Tindakan sectio caesaria pada
pasien ini sudah tepat, karena pasien sudah mengalami gangguan sistemik berupa
riwayat kejang, penurunan visus dan akral kesemutan/ hypoxia.
DAFTAR PUSTAKA
Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan Edisi Keempat. Jakarta : PT. Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Buku Saku Pelayanan
Kesehatan Ibu Di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Jakarta :
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Cunningham, 2005, Obstetri Williams, Edisi 21. EGC. Jakarta
Sastra Winata S, 2004, Obstetric Patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi, Edisi
II. Cetakan I.EGC. Jakarta.
Wiknjosastro Hanifa, dkk, 2008, Ilmu Kandungan. Cetakan VI. PT Bina
Pustaka. Jakarta.