Professional Documents
Culture Documents
Abstrak
Pembentukan tulang berlangsung secara terus-menerus dan dapat berupa pemanjanganan
tulang. Kecepatan pembentukan tulang berubah selama hidup. Pembentukan tulang
ditentukan oleh stimulasi hormonal, factor makanan, dan banyaknya stress yang dibebankan
pada tulang. Kontraksi otot adalah kondisi dimana otot memendek akibat adanya jembatan
silang dari filament aktin dan myosin yang berada di dalam serat otot bergeser satu sama
lain. Kontraksi otot akan disertai dengan relaksasi sehingga terjadi sebuah keseimbangan.
Kata kunci : tulang, kontraksi, otot
Abstract
Bone formation takes place on an ongoing basis and can be either lengthening an bones.
Speed of bone formation change during life. Bone formation is determined by the hormonal
stimulation, the factor of food, and the amount of stress that is charged at the bone. Muscle
contraction is a condition in which the muscle retracts the bridge due actin filament and the
cross of myosin in muscle fibers shifted from each other. Muscle contraction will be
accompanied by a relaxation leading to a balance.
Key words : bone, contraction, muscle
Pendahuluan
Koordinasi mekanik tubuh melibatkan sistem musculoskeletal dan sistem saraf
(neuromuskuler). Komponen sistem musculoskeletal melibatkan tulang, otot, tendon,
ligament, kartilago, dan sendi. Manusia memiliki 206 tulang pada tubuhnya. Tulang adalah
suatu struktur penting tubuh yang berfungsi untuk menunjang jaringan tubuh yang
membentuk otot-otot tubuh, melindungi organ tubuh yang lunak, membantu pergerakan
tubuh, menyimpan garam-garam mineral seperti kalsium, dan membantu proses
1
hematopoesis yaitu proses pembentukan sel darah merah di sumsum tulang. Sedangkan otot
secara umum berfungsi untuk kontraksi dan menghasilkan gerakan-gerakan.1
Dasar kasus yang dikaji adalah mengenai seorang anak kecil yang terjatuh dan
patah pada tulang pahanya ketika sedang menuruni tangga. Setelah ditangani oleh dokter,
anak tersebut diberikan suplemen kalsium dan vitamin D untuk mempercepat pertumbuhan
tulangnya dan agar ototnya dapat berkontraksi dengan baik. Hipotesis kasus adalah
pemberian suplemen kalsium dan vitamin D dapat mempercepat pertumbuhan tulang dan
memperbaiki kontraksi otot.
Berdasarkan kasus diatas, maka hal yang perlu diketahui adalah mengenai
pembentukan tulang, struktur makroskopik dan mikroskopiknya, serta mekanisme kerja otot,
dan peran suplemen kalsium dan vitamin D. Rumusan masalah berdasarkan kasus adalah
seorang anak kecil terjatuh dan patah pada tulang pahanya. Analisis masalah dibuat dengan
mind mapping.
Pembentukan Tulang
Struktur
Tulang
Makroskopik
Mikroskopik
Pertumbuhan
Tulang
Mekanisme Kerja
Otot
Pembahasan
A. Struktur Tulang
Jaringan ikat penunjang
Kartilago dan tulang memiliki daya regang yang diberikan oleh serat kolagen dan
materi tambahan dalam substansi dasar yang memberikan sifat rigiditas dan kemampuan
untuk menopang berat tubuh.
1. Kartilago
Mengandung campuran glikosaminoglikan dalam protein kenyal seperti karet pada
substansi dasarnya yang memberikan karakter serupa plastik pada jaringan. Sebagian
besar kartilago yang terbentuk dalam tubuh diganti tulang. Kartilago yang ada terbagi
dalam tiga jenis.
a. Kartilago hialin
(1) Distribusi kartilago hialin ini terbentuk terutama pada area yang membutuhkan
sokongan kuat, tetapi fleksibilitas juga diperlukan; misalnya,
(a) Ujung tulang-tulang panjang (permukaan artikulasi)
(b) Ujung anterior tulang-tulang iga
(c) Telinga eksternal
(d) Rangka janin
(e) Hidung, laring, trakea, bronkus
(2) Struktur
(a) Kondrosit
Adalah sel kartilago yang telah matur . sel ini mengisi ruang-ruang kecil
(lacuna) dalam matriks yang jernih dan tampak seperti kaca.
Kondroblast, yang berasal dari mesenkim adalah sel kondrosit yang immature.
Sel ini kemudian berproliferasi dan memproduksi matriks.
Seiring dengan meningkatnya matriks intraselular, kondroblast terkumpul
dalam lacuna dan menjadi kondrosit matur. Kondrosit terus membelah dan
memproduksi kartilago tambahan.
(b) Perikondrium
Adalah membran jaringan ikat rapat yang tervaskularisasi dengan baik di
sekitar kartilago hialin (kecuali kartilago artikular tulang). Sel perikondrial
yang berbatasan dengan kartilago dapat berdiferensiasi menjadi kondroblas
dan kondrosit untuk membentuk kartilago baru.
(c) Matriks kartilago tidak memiliki pembuluh darah, sehingga nutrient dan gas
harus masuk ke kondrosit dari perikondrium.
(3) Pertumbuhan
(a) Pertumbuhan interstisial
(Suatu perpanjangan kartilago dari arah dalam). Terjadi saat sel kondrosit
muda membelah, mengumpulkan matriks di sekitarnya, dan kemudian
terpisah.
(b) Pertumbuhan aposisional
(dari luar bagian atas lapisan yang sebelumnya ada) terjadi saat sel
perikondrium yang paling dalam berdiferensiasi menjadi kondroblas,
menyelubungi diri dengan matriks, dan menjadi kondrosit.
3
b. Fibrokartilago
(1) Distribusi
Fibrokartilago terjadi pada lokasi yang lebih memerlukan sokongan atau daya
regang yang lebih kuat daripada yang dapat diberikan kartilago hialin.
Fibrokartilago menyatukan tulang
terbatas; misalnya :
(a) Tulang pada tengkorak kepala
(b) Simpisis pubis
(c) Diskus intervertebral
(2) Struktur
Kondrosit seringkali terbentuk dalam kelompok atau barisan di antara sejumlah
berkas serat kolagen.
c. Kartilago elastis
memiliki serat elastik utama. Hal ini memungkinkan kekakuan kartilago tetapi tidak
elastisitas dalam pergerakan.
(1) Distribusi
Kartilago elastis terbentuk pada bagian telinga eksternal, epiglotis, dan beberapa
kartilago laring.
(2) Struktur
Kartilago elastic serupa dengan struktur kartilago hialin dengan tambahan serat
elastic yang bercabang banyak.
2. Tulang (jaringan osseous)
Seperti kartilago tersusun dari sel, serat, dan matriks. Walaupun demikian jaringan
ini lebih kuat daripada kartilago karena matriksnya mengandung kalsium anorganik dan
garam fosfat yang memberikan kekerasan dan kemampuan untuk menopang berat tubuh.
Tidak seperti sel kartilago, sel tulang memiliki persendian darah yang kaya melalui
kanalikuli, yaitu saluran kecil yang menembus matriks terkalsifikasi.
a. Jenis sel
(1) Osteoblast
Menyintesis unsur-unsur organic tulang. Sel ini bertanggung jawab untuk
pembentukan tulang-tulang baru selama pertumbuhan, perbaikan, dan membentuk
kembali tulang.
(2) Osteosit
Adalah sel-sel matang yang mengisi lacuna dalam matriks
(3) Osteoklas
Adalah sel-sel yang bertanggung jawab untuk menghancurkan dan membentuk
kembali tulang
b. Jenis jaringan tulang
4
(b) Makroskopik
Dengan mata telanjang atau dengan lup, dapat dibedakan dua bentuk
tulang, tulang kompak (substansia kompakta), dan tulang spons atau kanselosa
(substansia spongiosa), yang terakhir terdiri dari kisi-kisi tiga dimensi trabekel
tulang atau spikul, membatasi sistem celah-celah mirip labirin yang diisi sumsum
tulang. Tulang kompak, seperti namanya menunjukkan, tampak sebagai massa
utuh padat dengan ruang-ruang kecil yang hanya tampak dengan mikroskop.
Kedua bentuk tulang saling berhubungan tanpa batas jelas. Seperti pada gambar
berikut :
Pada tulang panjang khas, seperti femur atau humerus, bagian batang atau
diafisis terdiri atas silinder berlubang tulang kompak berdinding tebal dengan
rongga sumsum besar di pusat (rongga medulla) terisi sumsum tulang. Ujung
tulang panjang terutama terdiri atas tulang spons ditutupi korteks tulang kompak
tipis. Ruang antar trabekel tulang spons, pada orang dewasa, berhubungan
langsung dengan rongga sumsum bagian batang. Pada hewan yang tumbuh, ujung
tulang panjang disebut epifisis, berkembang dari pusat penulangan tersendiri dan
terpisah dari batang (diafisis) oleh lempeng epifiser tulang rawan, yang menyatu
dengan diafisis oleh kolom-kolom tulang spons dalam daerah peralihan disebut
metafisis. Tulang rawan epifisis dan tulang spons metafisis yang berdekatan
merupakan zona pertumbuhan pada mana semua inkremen memanjang dalam
pertumbuhan tulang berlangsung. Pada permukaan sendi, di ujung tulang panjang,
lapis kompak tipis itu ditutupi selapis tulang rawan hialin, tulang rawan sendi.
7
filament tipis, menjadi lebih kecil karena filament-filamen tipis saling mendekati
ketika mereka bergeser semakin ke arah dalam. Pita I yang terdiri dari bagian
filament tipis yang tidak bertumpang tindih dengan filament tebal, menyempit
ketika filament-filamen tipis semakin bertumpang tindih dengan filament tebal
sewaktu pergeseran tersebut. Filament tipis itu sendiri tidak mengalami perubahan
panjang sewaktu serat otot memendek. Lebar pita A tidak berubah selama
kontraksi, karena lebarnya ditentukan oleh panjang filament tebal, dan filament
tebal tidak mengalami perubahan panjang selama proses pemendekan otot. 5
berikut adalah gambar kontraksi otot :
Relaksasi otot
Serabut otot mengalami relaksasi ketika kalsium dipompa keluar dari
sitoplasma kembali ke dalam reticulum sarkoplasma. Pemompaan kalsium adalah
proses aktif yang terjadi di membrane reticulum sarkoplasma. Proses ini
menggunakan energy yang berasal dari pemecahan molekul ATP yang berbeda.
Ketika kadar kalsium turun
sampai sekitar 10
-7
walaupun nantinya akan diresorpsi. Tulang yang berbentuk sebagai anyaman ini
selanjutnya akan diganti oleh tulang yang susunanya lebih teratur dan berlamel;
model tulang ini secara bertahap akan mengalami perubahan berdasarkan tekanan
mekanis yang dialaminya.
Tulang berbentuk anyaman ini selanjutnya diganti dengan tulang yang
berlapis-lapis (lamellar) yang bentuknya lebih teratur, dan akhirnya akan
mengalami perbaikan bentuk perlahan-lahan sesuai dengan beban mekanik.6
Penutup
Sistem musculoskeletal adalah sistem yang membantu pergerakan organ
dan anggota tubuh. Tulang dan otot saling berkesinambungan satu sama lain untuk
menghasilkan pergerakan. Untuk mendukung pertumbuhan tualang dan kontraksi
otot yang baik diperlukan ion kalsium dan vitamin D, sehingga seringkali
pemberian suplemen kalsium dan vitamin D digunakan untuk membantu proses
penyembuhan fraktur tulang. (hipotesis terbukti)
Daftar Pustaka
1. Asmadi. Teknik prosedural keperawatan konsep dan alikasi kebutuhan dasar klien.
Jakarta: Penerbit Salemba Medika; 2008. p. 114.
2. Slonane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
2004. p. 77-8.
3. Bloom, Fawcett. Buku ajar histologi ed 12. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC;
2002. p. 174.
4. Corwin EJ. Buku saku patofisiologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2007.p.
316, 327.
5. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2009.p.282.
6. Underwood JCE. Patologi umum dan sistematik. Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC;
1999.p. 129.
14
15