You are on page 1of 16

PATOLOGI MANUSIA DASAR

KASUS KWARSHIORKOR

Oleh kelompok 3/ 1A:


Putri Mirza C.D
Shinta Devi P.S

(1403000029)
(1403000030)

Arma Deninta R.

(1403000043)

Rizqa Marita

(1403000045)

Ruthia Putri N.

(1403000032)

Laras Dwi A.

(1403000047)

Anisa Devi I.

(1403000035)

Mikael Ardhi B.

(1403000049)

Rinda K.

(1403000037)

Andita Nur F.

(1403000052)

Salsa Fitria A.

(1403000039)

Vina Itawanti

(1403000056)

ClaritaDesi

(1403000041)

DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN NEGERI MALANG
JURUSAN GIZI
PROGRAM STUDI DIPLOMA III GIZI
2015

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia sangat dianjurkan untuk menjaga kesehatan tubuhnya, ada
berbagai hal yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan manusia salah
satunya adalah dengan mengkonsumsi makanan makanan yang bergizi. Zat gizi
dapat diartikan sebagai bahan dasar yang menyusun bahan makanan. Makan
makanan bergizi termasuk protein sangat dianjurkan agar kebutuhan gizi dalam
tubuh terpenuhi.
Ada lima macam zat gizi yang dikenal yaitu : karbohidrat, lemak,
protein, vitamin, dan mineral. Dalam tubuh, makanan yang kita makan akan diurai
menjadi zat gizi, zat gizi ini kemudian akan diserap oleh tubuh untuk menjalankan
fungsinya masing-masing. Kebutuhan bahan makanan pada setiap individu
berbeda, karena adanya variasi genetik yang akan mengakibatkan perbedaan
dalam proses metabolisme. Proses metabolik pada anak pada dasarnya sama, akan
tetapi lebih aktif dibandingkan dengan orang dewasa. Anak membutuhkan lebih
banyak makanan untuk tiap kilogram berat badannya karena sebagian dari
makanan

tersebut

harus

disediakan

untuk

pertumbuhan

dan

pertukaran energi yang lebih aktif.


Jumlah zat gizi yang masuk hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan dan
tidak dikonsumsikan secara berlebih maupun kekurangan karena akan
menyebabkan malnutrisi. Malnutrisi adalah gizi salah yang mencakup keadaan
gizi kurang maupun gizi lebih. Di Indonesia, dengan masih tingginya angka
kejadian gizi kurang. Secara umum gizi kurang disebabkan oleh kekurangan
energi atau protein. Malnutrisi energi protein (MEP) terdiri dari marasmus,
kwashiorkor, dan marasmus kwashiorkor. Kwashiorkor disebabkan oleh
kekurangan protein baik dari segi kualitas maupun segi kuantitas, sedangkan
marasmus disebabkan oleh kekurangan energi dan protein.
Anak balita (bawah lima tahun) sehat atau kurang gizi dapat diketahui dari
pertambahan berat badannya tiap bulan sampai usia minimal 2 tahun. Apabila
pertambahan berat badan sesuai dengan pertambahan umur menurut suatu standar
organisasi kesehatan dunia, dia bergizi baik. Kalau sedikit dibawah standar

disebut bergizi kurang yang bersifat kronis. Apabila jauh dibawah standar
dikatakan bergizi buruk. Jadi istilah gizi buruk adalah salah satu bentuk
kekurangan gizi tingkat berat atau akut.
Status gizi anak yang baik akan turut berperan dalam pencegahan
terjadinya berbagai penyakit, khususnya penyakit infeksi dan dalam tercapainya
tumbuh kembang anak yang optimal. Oleh karena itu, keseimbangan nutrisi dalam
tubuh sangat berperan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kwarshiorkor?
2. Apa yang menyebabkan terjadinya kwarshiorkor?
3. Bagaimana pathogenesis kwarshiorkor?
4. Patogenapa yang menyebabkan kwarshiorkor?
5. Bagaimana cara mencegah kwarshiorkor?
6. Bagaimana pengobatan kwarshiorkor?
7. Bagaimana inhibitor laboratorium pada penderita kwarshiorkor?
8. Bagaimanapa tofisiologi penderita kwarshiorkor?
C. Tujuan

Tujuan Umum
Mahasiswa dapat mengetahui dan menjelaskan secara rinci salah satu dari
masalah gizi utama akibat kekurangan energi protein (KEP) yaitu
kwarshiorkor.

Tujuan Khusus
1. Mampu menjelaskan apa yang dimaksud dengan kwarshiorkor.
2. Mampu

menjelaskan

etiologi

atau

penyebab

terjadinya

kwarshiorkor.
3. Mampu menjelaskan secara rinci pathogenesis (perkembangan
penyakit) kwarshiorkor.
4. Mengetahui patogen yang menyebabkan kwarshiorkor.
5. Mampu menjelaskan cara pencegahan kwarshiorkor.
6. Mampu menjelaskan cara pengobatan kwarshiorkor.

7. Mengetahui inhibitor laboratorium pada penderita kwarshiorkor.


8. Mengetahui patofisiologi penderita kwarshiorkor.

BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN KWASIORKHOR
Kata kwarshiorkor berasal dari bahasa Ghana-Afrika yang berati anak
yang kekurangan kasih sayang ibu. Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh
Cicely, D. Williams (1935) pada rangkaian saintifik internasional melalui
artikelnya Lancet 1935. Beliau pada tahun 1933 melukiskan suatu sindrom
tersebut berhubungan dengan defisiensi dari nutrien apa. Akhirnya baru diketahui
defisiensi protein menjadi penyebabnya .Walaupun sebab utama penyakit ini ialah
defisiensi protein, tetapi karena biasanya bahan makanan yang dimakan itu juga
kurang mengandung nutrien lainnya, maka defisiensi protein disertai defisiensi
kalori sehingga sering penderita menunjukkan baik gejala kwashiorkor maupun
marasmus.
Kwashiorkor adalah salah satu bentuk malnutrisi protein berat yang
disebabkan oleh intake protein yang inadekuat dengan intake karbohidrat yang
normal atau tinggi. Tanda yang khas adalah adanya edema (bengkak) pada seluruh
tubuh sehingga tampak gemuk, wajah anak membulat dan sembab (moon face)
terutama pada bagian wajah, bengkak terutama pada punggung kaki dan bila
ditekan akan meninggalkan bekas seperti lubang, otot mengecil dan menyebabkan
lengan atas kurus sehingga ukuran Lingkar Lengan Atas LILA-nya kurang dari 14
cm, timbulnya ruam berwarna merah muda yang meluas dan berubah warna
menjadi coklat kehitaman dan terkelupas, tidak bernafsu makan atau kurang,
rambutnya menipis berwarna merah seperti rambut jagung dan mudah dicabut
tanpa menimbulkan rasa sakit, sering disertai infeksi, anemia dan diare, anak
menjadi rewel dan apatis perut yang membesar juga sering ditemukan akibat dari
timbunan cairan pada rongga perut salah salah gejala kemungkinan menderita
"busung lapar". (Pudjiadi, S. 2000)
Kwashiorkor paling sering terjadi pada usia antara 1-4 tahun, namun dapat
pula terjadi pada bayi. Kwashiorkor yang mungkin terjadi pada orang dewasa
adalah sebagai komplikasi dari parasit atau infeksi lain. (Pudjiadi, S. 2000)
B. ETIOLOGI

Penyebab terjadinya kwashiorkor adalah inadekuatnya intake protein yang


berlansung kronis.Faktor yang dapa tmenyebabkan hal tersebut diatas antara lain :
Protein (danasam amino) adalahzat yang sangat dibutuhkan anak untuk tumbuh
dan berkembang. Meskipun intake makanan mengandung kalori yang cukup,
tidak semua makanan mengandung protein/asam amino yang memadai.Bayi yang
masih menyusui umumnya mendapatkan protein dari ASI yang diberikan ibunya,
namun bagi yang tidak memperoleh ASI protein dari sumber-sumber lain (susu,
telur, keju, tahudan lain-lain) sangatlah dibutuhkan. (Juntak, I. 2011)
C. PATOGENESIS
Pada kwashiorkor yang klasik, gangguan metabolisme dan
perubahan sel menyebabkan edema dan perlemakan hati. Pada penderita
defisiensi protein tidak terjadi katabolisme jaringan yang sangat berlebihan
karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori yang cukup
dalam dietnya. Namun kekurangan protein dalam diet akan menimbulkan
kekurangan berbagai asam amino esensial yang dibutuhkan untuk sintesis.
Oleh karena dalam diet terdapat cukup karbohidrat, maka produksi insulin
akan meningkat dan sebagian asam amino dari dalam serum yang
jumlahnya sudah kurang tersebut akan disalurkan ke otot. Berkurangnya
asam amino dalam serum merupakan penyebab kurangnya pembentukan
albumin oleh hati, sehingga kemudian timbul edema. (Mubarok, H. 2008)
Perlemakan hati terjadi karena gangguan pembentukan lipoprotein
beta sehingga transport lemak dari hati ke depot lemak juga terganggu dan
akibatnya terjadi akumulasi lemak dalam hati.
Kwarsiokor disebut sebagai malnutrisi akut yang disebabkan oleh
asupan makan yang kurang, infeksi, kelainan struktur bawaan,
prematuritas dan penyakit pada masa neonatus, gangguan metabolik,
urbanisasi, kurangnya makanan tambahan dan penyapihan terlalu dini.
Apabila kwarsiokor atau malnutisi akut masih dapat beradaptasi akan
menyebabkan marasmus atau malnutrisi kronik. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada skema di bawah ini :

Sumber gambar : josephinewidya.wordpress.com

D. PENGERTIAN PATOGEN
Patogen adalah mahkluk hidup atau virus yang menyebabkan timbulnya
penyakit. Jenis patogen contohnya kuman, bakteri, jamur, dan protozoa. Jamur
adalah organisme sederhana yang terdiri dari satu sel atau lebih. Protozoa
adalah organisme bersel satu dengan inti. Salah satu penyakit akibat protozoa
adalah diare. Sedangkan virus adalah zat tak hidup kumpulan protein dan
DNA yang harus memproduksi dalam sel-sel hidup. Salah satu akibat dari
kwashiorkor adalah patogen yang menyebabkan infeksi. Kwashiorkor paling
seringnya terjadi pada bayi, sedangkan pada orang dewasa adalah sebagai
komplikasi dari parasit atau infeksi lain atau penyakit penyerta. (sumber)
Faktor infeksi dan penyakit ini telah lama diketahui bahwa terdapat
interaksi sinergis antara MEP dan infeksi. Infeksi derajat apapun dapat
memperburuk keadaan gizi. Dan sebaliknya MEP, walaupun dalam derajat
ringan akan menurunkan imunitas tubuh terhadap infeksi.
Selain itu, keadaan higiene yang buruk membuat

mereka mudah

dihinggapi infeksi dan infestasi parasit dan timbulnya diare mempercepat atau
merupakan trigger mechanisme dari penyakit ini.

Penyakit penyerta pada kasus kwashiorkor akibat infeksi patogen adalah:


1. Diarepersisten: sebagai berlanjutnya episode diare selama 14 hari atau
lebih yang dimulai dari suatu diare cair akut atau berdarah (disentri).
Kejadian ini sering dihubungkan dengan kehilangan berat badan dan
infeksi non intestinal. Diare persisten tidak termasuk diare kronik atau
diare berulang.
2. Tuberkolosis
Adalah penyakit

yang disebabkan Mycobacterium tuberculosis, yaitu

kuman aerob yang dapat hidup terutama diparu atau di berbagai organ
tubuh hidup lainnya yang mempunyai tekanan parsial oksigen yang tinggi.
3. HIV/AIDS
Virus ini akan menghancurkan atau menganggu fungsi kekebalan tubuh.
Infeksi virus ini mengakibatkan terjadinya penurunan sistem kekebalan
yang terus-menerus, yang akan mengakibatkan defisiensi kekebalan tubuh.
Sistem kekebalan dianggap defisien ketika sistem tersebut tidak dapat lagi
menjalankan fungsinya memerang iinfeksi dan penyakit.
Jadi, patogen kwashirkor itu terjadi setelah kwashiorkor terjadi karena
kekurangan protein dan kalori. Akibat itu, imunitas menurun sehingga mudah
dimasuki agen seperti patogen infeksi sehingga muncul penyakit penyerta.
E. PENYEBAB
Kwashiorkor paling seringnya terjadi pada usia antara 1-4 tahun ,namun
dapat pula terjadi pada bayi .Kwashiorkor yang mungkin terjadi pada orang
dewasa

adalah

sebagai

komplikasi

dari

parasit

atau

infeksi

lain.

Penyakit ini banyak terdapat anak dari golongan penduduk yang berpenghasilan
rendah. Ini dapat dimengerti karena protein yang bermutu baik terutama pada
bahan makanan yang berasal dari hewan seperti protein, susu, keju, telur, daging,
dan ikan. Bahan makanan tersebut cukup mahal , sehingga tidak terjangkau oleh
mereka yang berpenghasilan rendah. Akan tetapi faktor ekonomi bukan
merupakan satu-satunya penyebab penyakit ini. Ada berbagai protein nabati yang
bernilai cukup baik, misalnya kacang kedele, kacang hijau, dan sebagainya, akan
tetapi karena tidak diketahui atau tidak disadari, bahan makanan tersebut tidak

digunakan sebagaimana mestinya. Pengetahuan yang kurang tentang nilai bahan


makanan, cara pemeliharaan anak, disamping ketakhyulan merupakan faktor
tambahan dari timbulnya penyakit kwashiorkor. Keadaan higiene yang buruk,
sehingga mereka mudah dihinggapi infeksi dan infestasi parasit dan timbulnya
diare mempercepat atau merupakan trigger mechanisme dari penyakit ini.
Banyak hal yang menjadi penyebab kwashiorkor, namun faktor paling mayor
adalah menyusui, yaitu ketika ASI digantikan oleh asupan yang tidak adekuat atau
tidak seimbang. Setelah usia 1 tahun atau lebih ,kwashiorkor dapat muncul
bahkan ketika kekurangan bahan pangan bukanlah menjadi masalahnya, tetapi
kebiasaan adat atau ketidak tahuan (kurang nya edukasi) yang menyebabkan
penyimpangan keseimbangan nutrisi yang baik. (Nurhayati, I. 2009)
Walaupun kekurangan kalori dan bahan-bahan makanan yang lain
memepersulit pola-pola klinik dan kimiawinya, gejala-gejala utama malnutrisi
protein disebabkan oleh kekurangan pemasukan protein yang mempunyai nilai
biologik yang baik.Bisa juga terdapat gangguan penyerapan protein,misalnya
yang dijumpai pada keadaan diare kronik,kehilangan protein secara tidak normal
pada proteinuria (nefrosis), infeksi,perdarahan atau luka-luka bakar serta
kegagalan melakukan sintesis protein , seperti yanga didapatkan pula pada
penyakit hati yang kronis. (Davies, J. N. P. 2008)
F. PENCEGAHAN
Pencegahan dapat berupa diet adekuat dengan jumlah-jumlah yang tepat dari
karbohidrat, lemak (minimal 10% dari total energi), dan protein (12% dari total
energi). Memberikan konsumsi diet yang seimbang dengan cukup karbohidrat,
cukup lemak dan protein bisa mencegah terjadinya kwashiorkor. Untuk
mendapatkan sumber protein yang bernilai tinggi bisa didapatkan dari protein
hewan seperti susu, keju, daging, telur dan ikan. Bisa juga mendapatkan protein
dari protein nabati seperti kacang hijau dan kacang kedelai. (Pudjiadi, S. 2000)
G. PENGOBATAN KWASHIORKOR
1) Memberikan makanan yang mengandung banyak protein bernilai biologik
tinggi, tinggi energi, cukup cairan, vitamin dan mineral

2) Makanan harus dihidangkan dalam bentuk mudah dicerna dan diserap


3) Makanan diberikan secara bertahap, karena toleransi terhadap makanan sangat
rendah.
4) Penanganan terhadap penyakit penyerta.
5) Tindak lanjut berupa pemantauan kesehatan penderita dan penyuluhan gizi
terhadap keluarga.
Segera dilakukan pengobatan jika sudah terdapat gejala. Sesudah pengobatan
dimulai, penderita dapat kehilangan berat badannya selama beberapa minggu kare
na menghilangnya edem. Enzim serum dan usus kembali ke normal, penyerapan
lemak dan usus kembali membaik. Diet berenergi tinggi dan protein tinggi tidak
diberikan terlalu cepat karena hati dapat menjadi besar, abdomen menjadi sangat
kembung dan anak membaiknya lebih lambat.Penderita perlu mendapatkan lebih
banyak kalori dan protein. Namun, anak-anak yang memiliki kondisi ini tidak
akan pernah mencapai pertumbuhan maksimal. Perawatan tergantung pada
keparahan kondisi. Orang-orang yang shock perlu penanganan segera untuk
memulihkan volume darah dan menjaga tekanan darah. energi pertama diberikan
dalam bentuk karbohidrat, gula, dan lemak. Protein adalah dimulai setelah
sumber-sumber energi lainnya sudah menyediakan energi. Suplemen vitamin dan
mineral penting.Karena orang akan telah tanpa banyak makanan untuk jangka
waktu lama, makan dapat menyebabkan masalah, terutama jika energi yang terlalu
tinggi pada awalnya. Makanan harus diperkenalkan kembali perlahan-lahan.
Karbohidrat pertama diberikan untuk memasok energi, diikuti oleh makanan yang
mengandung protein. (Sumber)
H. INHIBITOR LABORATORIUM
Pemeriksaan Fisik
1. Perubahan mental sampai apatis.
2. Anemia.
3. Perubahan warna dan tekstur rambut, mudah dicabut / rontok .
4.

Gangguan sistem gastro intestinal.

5.

Pembesaran hati.

6.

Perubahan kulit (dermatosis).

7.

Atrofiotot.

8.

Edema simetris pada kedua punggung kaki, dapat sampai seluruh tubuh

Pemeriksaan Laboratorium
1. Hampir semua kasus kwasiokor memperlihatkan penurunan kadar
albumin, kolesterol, dan glukosa dalam serum.
2. Kadar globulin dapat normal atau meningkat, sehingga perbandingan
albumin dan globulin serum dapat terbalik, yaitu kurang dari satu.
3. Kadar asam amino esensial dalam plasma relatif lebih rendah daripada
asam amino non esensial.
4. Umumnya kadar imunoglobulin serum normal, bahkan dapat meningkat.
Meskipun kadar IgA serum normal, namun kadar IgA sekretori merendah.
5. Gangguan imunitas selular, khususnya jumlah populasi sel T, merupakan
kelianan imunologik yang paling sering dijumpai pada MEP berat.
Penetapan komplemen menunjukkan penuruna kadar beberapa jenis
komplemen dalam serum.
6. Uji toleransi glukosa menunjukkan gambaran tipe diabetik.
7. Begitu pula terdapat penurunan kadar berbagai enzim dalam serum, seperti
amilase, esterase, kolin esterase, transaminase, dan fosfatase alkali;
aktivitas enzim pankreas dan xantin oksidase juga berkurang karena
seringkali disertai defisiensi vitamin dan mineral, maka kadar vitamin dan
mineral dalam serum merendah, diantaranya vitamin A, asam folat,
riboflavin, fosfor, magnesium, besi dan kalium.
8. Anemia yang timbul dapat disebabkan oleh defisiensi besi, protein, atau
asam folat dengan jenis yang paling sering ditemukan adalah anemia
normokromik normositik.
9. Pertumbuhan tulang juga mengalami hambatan, sedangkan sekresi hormon
pertumbuhan meningkat.
10. Pemeriksaan air kemih menunjukkan peningkatan ekskresi hidroksiprolin
dan adanya amino asidulia.
11. Pada biopsi hati ditemukan perlemakan ringan sampai berat, fibrosis,
nekrosis, dan infiltrasi sel mononuklear. Pada perlemakan berat hampir
semua sel hati mengandung vakuol lemak yang besar.

12. Pemeriksaan autopsi penderita kwashiorkor menunjukkan kelainan pada


hampir semua organ tubuh, seperti degenerasi otot jantung, osteoporosis
tulang, atrofi vilus usus, atrofi sistem limfoid, dan atrofi kelenjar timus.

I. PATOFISIOLOGI
Pada defesiensi protein murni tidak terjadi katabolisme jaringan yang sangat
lebih, karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori dalam dietnya.
Kelainan yang mencolok adalah gangguan metabolik dan perubahan sel yang
menyebabkan edem dan perlemakan hati. Karena kekurangan protein dalam diet,
akan terjadi kekurangan berbagai asam amino esensial dalam serum yang
diperlukan untuk sentesis dan metabolism. Makin kekurangan asam amino dalam
serum ini akan menyebabkan kurangnya produksi albumin oleh hepar yang
kemudian berakibat edem. Perlemakan hati terjadi karena gangguan pembentukan
beta-lipoprotein, sehingga transport lemak dari hati kedepot terganggu, dengan
akibat terjadinya penimbunan lemah dalam hati. (sumber)

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Kwashiorkor adalah penyakit gangguan gizi yang disebabkan oleh
rendahnya asupan protein dalam makanan sehari-hari. Kwashiorkor salah satu
bentuk malnutrisi protein berat yang disebabkan oleh intake protein yang
inadekuat dengan intake karbohidrat yang tinggi.
Penyebab kwarshiorkor adalah intake protein yang sangat kronis. Faktor
yang mempengaruhi intake protein yang berlangsung kronis yaitu pola makan,
faktor sosial, faktor ekonomi, dan faktor infeksi. Kwarshiorkor sering terjadi pada
anak berusia 1-4 tahun.
Pencegahan dini pada kasus-kasus kwarshiorkor memberikan hasil yang
baik. Penanganan yang terlambat mungkin dapat memperbaiki status kesehatan
yang secara umum, namun dapat juga mengalami gangguan fisik yang permanen.
Kasus- kasus kwarshiorkor yang tidak segera ditangani memberikan akibat yang
fatal.

Lampiran
Berikut ini adalah beberapa gambar yang menunjukkan anak-anak penderita
kwashiorkaor.

DAFTAR PUSTAKA
Juntak, I. 2011. Malnutrisi Kwashiorkor, (online), (http://Malnutrisi -Kwashiorkor
_ KREATIVITAS.htm), diakses 7 Maret 2015.
Arisma, T. 2011. Kwashiorkor dan Marasmus, (online), (http://Kwashiorkor dan
Marasmus ~ Blog si caLon Bidan.htm), diakses 7 Maret 2015.
Albantury, K. 2014. Penyakit yang disebabkan oleh kekurangan protein
kwashiorkor,(http://kholilalbantury.blogspot.com/2014/04/penyakityang-disebabkan-oleh.html), diakses pada 08 Maret 2015.
Anisa, D.2011. Kwashiorkor, (http://www.academia.edu/9028011/Kwasiorkos),
diakses pada 8 Maret 2015
Kusumadai, A. 2015. Kwashirkor dan Metabolisme Protein, (online),
(http://frogdani.blogspot.com/2012/06/kwashiorkor-dan-metabolismeprotein.html), diakses 10 Maret 2015.
Aprilia, A. 2011. Obesitas, Marasmus, Kwarshiorkor, (online),
(http://areaqu.blogspot.com/2011/11/obesitasmarasmuskwashiorkor.html),
diakses 10 Maret 2015.
Ruditrisantoso. 2012. Asuhan Keperawatan Anak Dengan KKP I Konsep Dasar,
(Online), (ruditrisantoso.wordpress.com), diakses 10 Maret 2015.
Nurhayati, I. 2009. Asuhan Keperawatan Anak dengan Malnutrisi (Nutrisi dan
Protein), (Online),
(http://www.jurnal.akpermus.ac.id/index.php/jkemu/article/view/7),
diakses 10 Maret 2015.
Davies, J. N. P. 2008. The Essential Pathology of Kwashiorkor. (Online),
(http://www.sciencedirect.com/science/journal/01406736/251/6496),
diakses 10 Maret 2015.
Verzeichnis, J. W. 2013. Patogenesis Patofisiologi Gejala Klinis Marasmus.
(Online), (https://josephinewidya.wordpress.com/tag/patogenesispatofisiologi-gejala-klinis-marasmus/), diases 8 Maret 2015.
Mubarok, H. 2008. Kwarsiokor. (Online),
(http://cetrione.blogspot.com/2008/05/kwarsiokor.html), diakses 8 Maret
2015.

Pudjiadi, S. 2000. Ilmu Gizi Klinis Pada Anak. Jakarta. FKUI Gaya Baru.

You might also like