You are on page 1of 9
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KE-BHINEKAAN MAKNA DALAM ARSITEKTUR Sein ee JOSEF PRCTOMO WAHYu SETYAWAN ANGGER SUKMA M JURUSAN ARSTTEXTUR FISP- ITS isboxkrenite PERKEMBANGAN ARSITEKTUR rere ee UP il IPI ohh i EEL E DAFTARISI EDITORIAL, i KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI i 1 AA AyOke UNGKAPAN MAKNA MELALUT = i ‘Saraswati PENGALAMAN RUANG PADA PERISTIWA MELAST/ ‘Kasus: dari Pura Besakin hingga Pantai Watuklotok 2 Anda Malya— PENGARUH KEHIDUPAN BUDAYA = TERHADAP MAKNA RUANG: PERMUKIMAN ETNIS LORE Di ‘SULAWESI TENGAH, ‘3 Ain Hadiwone__ MENGURAI MAKNA ARSITEKTUR Ti RUMAH PA‘ON, ‘4_-Anas Hidayat ____ ANTENGKITIRAN, a ONT MELACAK SURASA KAJATEN DALAM OMAH JAWA ‘5 Bambang Supriyadi _MENGANTAR KE PEMAHAMAN At ARSITEKTUR NUSANTARA MELALUI PEMAKNAAN BERLAPIS 6 BaniNoor BUDAYA HUMA DALAM rz Muchamad PEMBENTUKAN MAKNA BALAI ADAT ‘SUKU DAYAK BUKIT DI KALIMANTAN SELATAN “7 Basauli Umar Lubis ARSITEKTUR SEBAGAI ISYARAT. Vir HUBUNGAN MAKNA-KEUNIKAN- IDENTITAS PADA BANGUNAN KOLONIAL 8 Bharoto TERGUGATNYA ATAP SEBAGAI Savile ELEMEN REPRESENTASI JATI HimasariHanan IRI: Sebuah —Tinjauan—_—Reflektif Eko Purwono Perwujudan “ArsiteKtur Berwawasan Identitas' di Semarang 3” Defy Agatha WEMAHAMI MAKNA RUANG 3 ‘Acdianta JAWA MELALUI PEMIKIRAN UNVOLUMETRIC ARCHITECTURE See ae DAFTARISI 10 Desak Puta EKPLORASI MAKNA RAGAM ca Damayanti, ST. RUMAH TRADISIONAL ALOR DI KAMPUNG TAKPALA. Ir Iwan Suprijanto, MT.Ars, MM. 11 DiniEka Anugerah__ MEMBACA POLA RUANG_STUPA x SUMBERAWAN _TERHADAP Susilo Kusdiwanggo LINGKUNGAN SEKITARNYA. 12 Y. DjarotPurbadi___ MAKNA KATEGORI GENDER XIZ PADA TATA SPASIAL UMESUKU DI DESA KAENBAUN DI PULAU. TIMOR 13 A Farid Nazaruddin ARSITEKTUR KITA BERADA It st DALAM RANAH POLITIK MAKNA, YANG MENYESATKAN 14 Gaih Wig POLITIK MAKNA, POLITIK xIVA Pangarsa KEBUDAYAAN Sebuah Catatan Pinggir atas Perkembangan Arsitektur di Indonesia 15 Gator Timbang PEMAKNAAN TERHADAP SIMBOL XV SEBAGAI BAGIAN YANG UTUH Iwan Setiawan Basri DARI TOTALITAS. ARSITEKTUR TRADISIONAL —TAMBI DAN Rosi BARUGA 76 I Nyoman Gde MAKNA DALAM ARSITERTUR VET Suardana PURA KEHEN, BANGLI ‘SEBUAH INTERPRETASI Tr, Gh. Koesrvartadi, MAKNA SISTEM STRUKTUR DAN, VIA MT.IAL KONSTRUKS! RUMAH TRADISIONAL SEBAGAI KEKAYAAN ILMU ARSITEKTUR NUSANTARA 78 Johannes Adiyanto _ MENDENGAR ARSITEKTUR XVII (Memaknai Arsitektur Jawa metalui Josef Prijotomo ——_‘Bunyr}) Gah Wig Pangarsa 78 _LaksmiKusuma _ FUNGSI, MAKNA DAN SIMBOL XOT Wardani (Sebuah Kajian Teoritk) are | oli ol olel elec clei L -onesmaserornne AD) MAKNA SISTEM STRUKTUR DAN KONSTRUKSI RUMAH TRADISIONAL SEBAGAI KEKAYAAN ILMU ARSITEKTUR NUSANTARA \k. Ch. Koesmartadi, MT. 1Al Progdi Arsitektur Fakultas Arsitektur dan Disain Universitas Katolik Soegijapranata Semarang email: koe_smart_adi@yahoo.co.id ‘Seandainya kita tidak dijajah oleh Belanda, mun gkin tema fersebut di atas tidak ‘akan pemah ada. Ungkapan ini didasari pada cenderung terputusnya ilmuimu yang secara intuitf tumbuh dan dikembangkan olen masyarakat di masa lalu pada rumah ‘radisional oleh iimu-imu dari Barat seperti yang dirasakan saat ini, Semenjak kita djajah ‘leh Belanda sejak itu pula pengaruh kolonial banyak mempengaruhi Kehidupan kita, ‘ermasuk tata cara merencanakan bangunan gedung. Inilah yang membuat kita asing dengan rumah kita sendin, dan terbukti imu dari kawasan tersebut belum bekerja secara ‘optimal dalam menyikapi masalah iklim dan gempa. Ikiim tropis Indonesia dan kondisi topografs Indonesia yang terletak dalam ‘ring of fire’, menyebabkan sejak jaman dahulu, daerah-daerah di Indonesia rawan pada bencana, khususnya bencana gempa bumi dan ‘segala dampak ikutannya, lilim di Indonesia yang tropis, membutuhkan penyelesaian secara arsitektur yang pasti berbeda dengan teori arsitektur yang dikembangkan di dunia Barat. Indonesia hanya mengenal dua musim, yakni musim Kemarau dan musim penghujan, sedangkan, dunia Barat mengenal empat musim. Oleh karena itu perlu teori yang berbeda untuk ‘menyikapi kondisitropis ini. Demikian pula letak topografis Indonesia di wilayah yang disebut sebagal ing of fre’ ~ cincin api ~ di antara lempengan dasar samudra yang enderung aktif bergerak, menyebabkan Indonesia termasuk daerah rawan bencana gempa bumi, dengan dampak ikutannya, seperti longsor ataupun tsunami Pada mas lalu, dengan masalah dan kondisi alam di Indonesia, masyarakat kita dengan pemikiran secara intuit mengembangkan sendiri rancangan bangunan ‘radisional dan terbukti tidak banyak masalah dalam menghadapi iklim dan kondisi kepulauan kita yang rawan gempa. Nampaknya pada masa lalu masyarakat memilki kemiampuan intuisi yang Kuat untuk mengungkapkan bentuk arsitektur rumah tradisional yang cocok untuk menghadapi masalah ikiim dan gempa bumi yang sering terjadi di beberapa wilayah di Indonesia. Sistem pondasi umpak dan struktur tumpangsari pada rumah tradisional Jawa dan rumah panggung di Nias dengan bentuk perkuatan diagonal untuk gaya horisontal. Contoh ini merupakan kiet dari masyarakat dulu untuk membuat bangunan rumah tahan terhadap beberapa masalah, seperti kelembapan tanah yang tinggi ataupun akibat dari gempa bumi dan terbukti dalam beberapa kejadian gempa ‘bum bangunan tersebut tahan terhadap masaiah tersebut. Bila kita lihat bangunan rumah sekarang yang menempel pada tanah, bisa kita bbandingkan dengan rumah tradisional dalam hal perhatian terhadap kelembapan tanah, Jika kita bandingkan dengan ilmu mekanika teknik yang menjadi dasar dari pembentukan struktur bangunan, ada perbedaan yang mendasar antara keduanya. Mekanika teknik ‘menelaah struktur bangunan secara dua dimensi, sedang pengetahuan intuit pada bbangunan tradisional memilki ukuran secara tiga’ dimensi, dan hal inh yang bisa disebut searah dengan pola pemikiran yang tiga dimensi pada proses pembentukan struktur bangunan arsitektur. Dengan demikian jelasiah bahwa salah satu kehandalan bangunan tradisional yang kuat terhadap gempa Karena memang sudah diperhitungkan secara intuit. Dan telah terbukti kehandalannya, Kata kunet: tradisional, struktur, makna, 1. Pendahuluan ‘Selama in kurikulum pendicikan arsitektur di Indonesia, terutama teknolog!struktur ddan konstruks! berasal dari Bar'at terutama Belanda dan hingga pada para pelaku profesi pelaksanaan bangunan, pengaruh Barat masin dominan, Teori dari Barat masih menjadi egangan wajib para pencari jimu di negeri ini. Selain itu buku teknik konstruksi bbangunan lokal yang pemah ditulis nampaknya masih sangat minim. Dalam kurikulum pendidikan arsitektur di Indonesia terutama ilmu konstruksi bangunan masih dipengaruhi leh pendidikan teknik sipil Hal ini terihat dari cara mendesain bangunan arsitektur dalam hel pendekatan struktur dan Konstruksi, Menurut Frick (1898: 3) walaupun pikiran arsitek tentang perwujudan gedung sudah berdimensi tiga, namun gambar strul konstruksi serta statixa (mekanika teknik) hanya berdimensi dua. Di Indonesia saat it banyak itemui peninggalan bangunan rumah tradisional, walaupun tidek ditemukannya teori dalam bentuk terbitan, namun secara visual rumah tradisional memnilki kekayaan makna desain arsitektural dengan didasarkan pada kekuatan struktur dan konstruksi secara tiga dimensi. Meskipun tidak diteriukan landasan teori pendekatan struktur dilakukan secara menyeluruh atau holistik utuh seluruh komponen bangunan, mereka ‘merancang dan melaksanakan berlandaskan intuisi mereka sendiri dalam menangkap isu alam. Hal inlah yang mendorong penulis. untuk mengupas potensi hasil pemikiran struktur dan Konstruksi mereka secara menyeluruh berdasarkan hasil pemikiran intuit Pada tulisan ini lebih ditekankan pada potensi rumah tradisional Jawa dan Sumatra, khususnya pulau Nias. Il, Arsitektur Barat Vs Tradisional lbarat peperangan, saat ini Indonesia masin dijajah oleh Belanda (Barat Indonesia selalu meiakukan perlawanan, namun Kurang seimbang, padahal kita menguasal medan. _Perumpamaan ini menggambarkan posisi keilmuan struktur dan onstruksi yang saat ini sebagian masin didominasi oleh pola pikir Barat yang, sedangkan di bumi Nusantara ini memiliki banyak potensi namun kurang mendapat Perhatian. Menurut Frick (1997: 71) kurkulum pendidikan arstektur yang beriaku hingga ‘seat ini masih menggunakan bidang sejenis dari Belanda (Baral). Tradisi yang kita miki ‘adalah setiap pembangunan berdasarkan atas prasyarat kedewaan (Frick. 1997: 63) dengan mewujudkan Konsep keraton dan merupakan hal yang pantas dit, ‘Sehubungan dengan penjajahan Belanda, konsep arsitekturtradisional seringkal dianggap sebagai konsep yang buruk, tidak dapat dibuktixan secara teortis dan sebagainya. Pusat ruang yang potensiai dan menurut keteladanan dari kearifan lokal tiba-tiba dikuasai oleh orang asing yang memilki tingkah laku dan Kebudayaan yang ‘sama sekali asing. Penjajahan ini menyebabkan kekosongan dalam menginterpretasikan simbolis dan kosmis dalam bidang arsitektur yang kerugiannya sampai saat ini belum bisa diperbaiki. Padahal bila dilhat sacara mendetall konsep arsitektur tradisional terutama aspek struktur dan konstruksi bangunan tradisional tersebut memiliki keunikan yang tidak didapatkan pada teori-teori yang digunakan saat ini, yakni berdimensi tiga dan potensi teori lokal yang ada pada bangunan tradisional tersebut_ memang menyesuaikan situasi Kondisi lokal di Indonesia. Yang paling mendasar dari ketidaksesuaian yang diterapkan di Indonesia adalah sistem perhitungan struktur bangunan yang kita pakai ‘asin menggunakan teori dari Barat, seperti Cremona, Ritter yang masin mengguniakan dua dimensi, dalam perhitungan struktur masih menggunakan portal dua tumpuan, sedangkan bangunan tradisional meskipun direncanakan secara intuit namun struktumya menyeluruh. * Disampaikan dalam Seminar Jelajah Arsitektur Nusantara, di Institut Teknologi Sepuluh Novernber ai 30 kbs 2010. a xvil-2 es) a ddd ddd ITE Le ee ITI I Ie IL ID ID LL ll ‘Gambar 1 : Sebuah bangunan gedung yang miring akibat gempa di Sumatra Barat ‘Sumber: Dokumen pribadi (Gamba 2 : Sebuah bangunan gedung yang hancur akibat gempa bum di Yogyakarta ‘Sumber: Dokumen pribadi Dalam teorinya, perhitungan menggunakan sistem tumpuan dengan tiga varian ‘seperti jept, roll dan sendi, namun dalam pelaksanaannya sistem ini jarang sekali dlihat bentuknya kecuali pada bangunan jembatan. Bangunan tradisional di Indonesia terkenal dengan tumpuan den sambungan konstruksi pen dan lubang dengan pasaknya, dalam teori belum diketahui termasuk jenis ‘mana, apakah termasuk jenis tumpuan roll, jepit, ataupun send, Gambar 3: Siruktur kerangka pada bangunan Jogo. ‘Sumber: Krisprantono )) NEN XVI-3 ‘Gambar 4 : Sebuah puncak atap bangunan Joglo yang masih tetap utuh dalam gempa bumi di ‘Yogyakarta tahun 2007. ‘Sumber: LMB Unika Sistem struktur bangunan tradisional selalu melihat struktur_ secara_utuhy menyeluruh dan sistem sambungan/ tumpuan. Sistem ini ini tidak dijumpai di beberapa rumah tradisional yang dibangun di tanah Nusantara yang dasar_pemikirannya menggunakan tiga dimensi. Tak jarang dalam beberapa kasus gempa bumi bangunan- bangunan tersebut roboh. Namun beberapa bangunan tradisional masin tegar berdiri, makna yang terkandung di dalamnya adalah biarpun bangunan tradisional tidak dibangun, dengan perhitungan limiah, namun secara struktural bangunan tersebut memiliki ekuatan. Pada umumnya, bangunan tradisional tersebut memiiki sistem struktur tiga dimensi. Struktur tiga dimensi inilah yang menyebabkan bangunan tradisioal tersebut justru memilki Kekuatan sehingga tidak roboh ketika digundang gempa. Dan ini pulalah yang perlu dimaknal sebagai hasil pengalaman berdasarkan intuisinya. Dari segi erencanaan struktur bangunan rumah tradisional selalu didesain secara menyeluruh dan totaltasnya bisa dinat secara utuh Dari segi keterkaitan bangunan dengan tanah bangunan yang tengah kita anut (dari Barat) tersebut teori bangunan tidak memberi pengertian tentang hubungan dengan tanah, tentunya untuk bangunan gedung tingkat tertentu. Bila kita bandingkan dengan ‘bangunan rumah tradisional, hubungan antara konstruksi bangunan dengan tanah memilki beberapa pengertian, diantaranya : pada rumah tradisional Jawa pada jaman ‘Megalitk, masyarakat Jawa telah mengenal tradisi pembangunan rumah yang dapat dipindahkan ke tempat lain seiring dengan jiwa masyarakat pertanian dengan ladang berpindah-pindah, atau akibat bencana alam yang menyebabkan pemilik rumah harus memindahkan rumahnya, atau mencari aman dari sitvasi peperangan yang ada pada masa itu. Pada saat itu mereka telah mengenal konstruksi kayu. Rumah panggung di Indonesia salah satunya dibuat agar kelembapan air dalam tanah tidak merembet masuk ke dalam lantai serta untuk mempermudah pengontrolan. itu sebabnya disebut plat lantai, Pada teori yang lazim kita pakai untuk pengendalian rambatan kelembepan air, tanah digunakan pasangan trasraam yang belum tentu cocok digunakan di Indonesia. Pada contoh rumah Batak, Mangunwijaya (1988 : 317), menyebutkan konstruksi rumah Batak hubungan dengan tanah berbentuk tiang dengan prinsip sendi tik bertujuan untuk menyesuaikan diri dengan kondisi daerah yang sering terkena gempa bumi, Rumah tradisional di Jawa, hubungan antara bangunan dengan tanah sebagai sarana berpijak diwujudkan dengan sebuah alas sebagai pondasi yang sering disebut sebagai “umpak” (Frick 1997: 113). Rumah panggung di Pulau Nias mengunakan batang diagonal pada ‘semua ruas kolong panggung untuk memperkuat struktur rumah panggung dari gerakan horisontal gempa bumi yang sering teqjadi STA TLS La a PT I CTI ul IPI CLOT ull cs SEMINAR JELAJAH ARSITEKTUR “app Gambar 5 : Gambar rumah panggung di Kepulauan Nias.. yang. ‘Sumber: Krisprantono ‘Gambar 6 : Tampak samping rumah panggung di Kepulauan Nias. ‘Sumber: Krisprantono Disinilah makna yang terkuak dari beberapa penyelesaian teknis hubungan rumah tradisional dengan tanah di beberapa tempat, ini bisa disebut teori lokal yang pantas dimaknai Pendekatan Intuitif Sebagai Potensi Makna Struktur Dalam proses perancangan arsitektur, intuisi sangat membantu_menemukan sasaran solusi desain. intuisi (Pangarsa. 2010) juga beriaku dalam hal ‘membaca huruf. huruf alam, manusia dan masyarakatnya, lingkungan arkeologis binaannya,maupun tulisan-harafiah tipografisnya. Dijelaskan pula dalam penelitian baik aktvitas mendesain ‘maupun dalam kegiatan Iain, esensinya adalah membaca sesuatu. Metodologi dengan filosofi, teori, paradigma, metoda dan teknik dari jenis apapun adalah sekedar alat untuk memudahkan membaca sesuatu. Namun ketika pembaca menetapkan titk pemahamannya guna diurai ataupun dikerucutkan, sebenamya ia didorong oleh suatu intuis, yang garis besamya intuisi adalah keilhaman spritual. Demikian juga dalam perancangan struktur dan konstruksi rumah tradisional di Indonesia memilki perbedaan yang tipis dengan perancangan arsitektur. Guna mengetahui lebih mendalam tentang struktur, maka perlu dffnisi struktur terlebih dahulu. Menurut Sidharta (1998: 137) struktur merupakan sarana atau susunan fisik dari bermacam komponen yang terkait satu sama lain dan dirancang serta dibangun untuk berfungsi sebagal kesatuan secara keseluruhan, dan mampu memikul segala Jenis beban untuk menyalurkanya ke dalam tanah, lmu statika yang yang digunakan untuk menghitung dan memecahkan struktur bangunan masa kini merupakan pengetahuan intuit yang dikembangkan para ahli bangunan jaman kuno (Frick. Purwanto. 2007: 18). Kemudian para arsitek modem dan para calon arsitek dididik tentang perencanaan dan mekanika teknik secara berbeda, ‘sehingga ada kesan kedua bidang keablian tersebut berhubungan. Hal ini mempersult Pengembangan pengetahuan intutif terhadap statika yang memungkinkan para arsitek oa Ts Ys vw v. menyediakan konsep yang holisti/ keseluruhan, karena dalam perancangan tersebut kemampuan intuit sebenamya menjangkau kedua bidang ilmu tersebut yang memang ‘mempunyai perbedaan yang sangat tips. Kesimpulan Indonesia sejak dahulu kaya akan arsitektur tradisional dengan bentuk struktur dan kkonstruksinya yang unik. Pengaruh penjejahan Belanda turut pula mempengaruhi proses ‘membangun di Indonesia. Sadar atau tidak sadar sebagian teori struktur dan konstruksi pengaruh Belanda (Barat) yang muncul sejak abad 18 masin mempengaruhi proses ‘merancang desain bangunan, walaupun sebagian teori tersebut kurang relevan untuk diterapkan di Indonesia. Pengaruh perhitungan struktur dan konstruksi yang berlaku saat ini menggunakan pola dua dimensi sehingga sult dipertemukan dengan pola desain arsitektur yang memiki pola tiga dimensi. Disisi lain sejak dahulu (Frick, Heinz. Purwanto. 2007:18) Indonesia _memiiki ragam arsitektural dengan kekayaan bentuk struktur dan konstruksi, bentuk tersebut memiliki pola tiga dimensi yakni menyelesaikan bangunan secara keseluruharl holistk. Dalam perjalanannya, struktur pada arsitektur tradisional_menggunakan sruktursederhana dan stabiltasnya tergantung pada Pengalaman empiris, pengetahuan intuit, serta pengalaman mencoba dan meralat. Namun sejauh ini belum banyak dirumuskan sebagai teori lokal. Pemikiran iniah yang lebin dapat dimaknai sebagai kekayaan lokal Karena hasil karya asli bangsa Indonesia secara intuitif dan telah melalui proses panjang serta telah terbukti cocok untuk iim ‘ropis dan mampu menyiasati pengaruh gempa bumi, Untuk kepentingan masa depan diperiukan penelitian secara mendalam supaya didapatkan sebuah teori baru yang benar-benar berasal dari Kekuatan lokal namun sangat bermakna. Untuk kepentingan, Pendidikan diupayakan kurkulum struktur dan konstruksi yang benar-benar ‘mencerminkan kekuatan lokal dan sejauh mungkin melepaskan materi yang benar-benar ‘melepaskan pola pikir dari pendidikan sipil dan muri berasal dari pemikiran arsitektur Daftar Pustaka Frick, Heinz. 1997. Pola Struktur dan Teknik Bangunan di indonesia. Yogyakarta — ‘Semarang : Penerbit Kanisius & Soegiapranata University Press. Frick, Heinz. Purwanto LMF. 1988. Sistem Bentuk Struktur Bangunan. Yogyakarta — ‘Semarang : Penerbit Kanisius & Soegiapranata University Press. Mangunwiaya. 1988. Pengantar Fisika Bangunan, Jakarta : Eriangga. Koesmartadi, Ch. 2010. Teknologi Bangunan ArsitoKtur Tradisional sebagai Teknologi ‘Masa Depan, Bunga Rampai "Teknologi Masa Depan, dalam Perspektf Unika ‘Soegijapranata”. Semarang: Penerbit Universitas Katolik Soegijapranata Koesmartadi, Ch. 2010. Struktur dan Konstruksi yang Ekologis. Buletin Magistra. Edisi 28. Semarang. Pangarsa, Galih Wij. 2010. Mengantar Rancangan Arsitoktur kembali ke Empat Matra. Bahan Penataran Keprofesian & Kode Etk. (Al Jateng, tanggal 29 Januari 2010. Sidharta. 1998. Arsitektur dan Pendidikannya. Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Diponegoro. XVII-6 sma rng aD) Ar hae a ee ere

You might also like