You are on page 1of 4

Ngomongin Aset

Oleh: Roni Basa

Cerita Awalnya
Yang kebayang sama gue pertama kali adalah garis-garis carut marut bertebaran kesana-kemari yang
memperlihatkan hubungan pekerja, pekerjaan, alat kerja, tempat kerja, organisasi kerja, tata cara kerja, hasil kerja,
biaya kerja dan serangkaian pengambilan keputusan kerja pada saat Manajer gue bilang Ron, gue harap lo belajar
Asset Integrity.
Bekerja di eksplorasi gas belum lama gue geluti, perihal asset sejauh yang gue tau juga urusan orang-orang produksi
dengan berbagai macam bidang keilmuan dimana gue gak punya pengalaman sampai disitu. Data alat-alat yang
dimiliki perusahaan, luasan lahan yang telah dibeli, jumlah pekerja yang digaji, dokumentasi dan administrasi, alur
koordinasi, rerata bahan bakar yang dikonsumsi, kesemuanya dicatat untuk kepentingan perhitungan modal, ongkos
produksi, ongkos perawatan dan pendapatan perusahaan. Setidaknya itu yang gue fahami dari pelajaran akuntansi
SMA. Di kuliah ekonomi teknik, gue belajar memahami aset sebagai alat, jumlah proyek yang sedang dikerjakan,
material, modal uang, dan barang milik perusahaan yang memungkinkan pekerjaan konstruksi dapat terlaksana.
Selebihnya, setumpukan dokumen-dokumen kerja berjajar di lemari kantor perusahaan dengan berwarna-warni
sampul yang sudah dikelompokan entah berdasar apa, itulah yang gue liat sebagai bentuk aset. Semakin banyak
semua itu, semakin banyak aset perusahaan. Ringkasnya gue memahami aset adalah apapun yang dimiliki oleh
perusahaan buat ngejaga pekerjaannya terus bisa berjalan dan ngasih keuntungan buat perusahaan, itulah aset.
Pekerjaan keseharian gue ditahap konstruksi memang bakal ngehasilin fasilitas produksi gas, gue kira itulah yang
kelak bakal disebut aset oleh perusahaan. Gue beruntung sejak awal bekerja ditahap konstruksi, ya emang sih
bayangannya gak seperti kebanyakan insinyur sipil lainnya yang gawe berurusan dengan site preparation, fundasi,
pembesian, pembetonan, kualitas mixing dan sebagainya. Pembebasan tanah penduduk adalah permasalahan
utama yang jadi kendala pekerjaan konstruksi gak bisa dilakukan. Blokade akses masuk ke lokasi, intimidasi,
profokasi, agitasi dari banyak pihak berkaitan dengan tanah yang telah dimiliki secara sah dan diduduki oleh
perusahaan ngakibatin gue intens berurusan dengan perihal-perihal non teknis selayaknya insiyur sipil. Hampir tiap
harinya permasalahan-permasalahan selain tanah menjadi kendala pekerjaan di proyek ini, dari mulai mess pekerja
yang ngontrak di rumah penduduk yang dapat ancaman dari penduduk lain sebab dianggap gak adil, urusan
pembagian penyupalai makanan, nentuin ke siapa yang dapet cucian, kemana rental kendaraan sampai urusan tata
cara hidup pekerja yang dianggap mengganggu ketentraman penduduk sekitar. Gue pernah ceritain perihal dinamika
dan kompleksitas pekerjaan ini di https://imronrosidin.wordpress.com/2015/03/04/call-of-paper/ .
Balik lagi masalah aset, ditahap konstruksi banyak memperlihatkan anggapan tentang aset yang gue fahami gak
relevan dengan kondisi nyata. Kebanyakan yang gue anggap aset adalah sesuatu yang melalui transaksi antara
perusahaan dengan pihak lain telah menjadi milik perusahaan. Aset adalah kepemilikan. Sebaliknya, apapun yang
tidak dimiliki oleh perusahaan tidak dapat disebut aset, yang oleh karenanya perusahaan tidak dapat menjadikannya
sebagai sesuatu yang dianggap mampu mendukung operasional produksi dan, tentu saja tidak diperlukan perawatan
agar fungsi kemanfaatannya optimal digunakan perusahaan. Kepemilikan menjadi rujukan untuk mendefinsikan
dan mengelola aset. Masalahnya, dengan skala luasan wilayah kerja, alat-alat yang digunakan, jumlah pekerja dan
banyak hal yang terlibat langsung dengan pekerjaan eksplorasi gas, gak semua hal dapat dimiliki oleh perusahaan.
Sebut saja, struktur pemerintahan setempat, aturan dan tata cara adat, organisasi kelompok masyarakat; petani,
nelayan, pekebun, pemuda, pekerja lepas, batas administrasi, proses pengambil keputusan masyarakat, penggunaan
jalan desa, pemanfaatan jaringan irigasi, penggunaan lapangan olah raga dan hubungan-hubungan saling
mempengaruhi antara kesemuanya. Kalo sebagian digambarin seperti ini:

Waterrpass | Theodolit |
GPS
Biaya Kerja | Mutu Hasil Kerja |
Waktu Kerja

Kontraktor Utama

Insinyur
Rapat Kerja | Supervisi dan
Laporan Kerja
PC komputer | Laptop

Sub Kontraktor
Sumber
Material Lokal

Lahan Kerja

Jalan
Akuntan-Administrasi
Schedulle Kerja | Gambar Kerja |
Organisasi Kerja | Spesifikasi Material
dan Alat Kerja
Ongkos Kerja | Material Kerja |
Waktu Kerja | Pekerja | Alat
Kerja | Organisasi Kerja

Pengusaha Lokal

Drainase |
Saluran Irigasi

Masyarakat

Masalah lainnya, dengan kompleksitas hubungan dan dinamika saling terhubung memengaruhi antar komponenkomponen yang tidak dapat dimiliki oleh perusahaan, aset perusahaan tidak dapat berdiri sendiri layaknya sesuatu
yang tidak memiliki hubungan timbal balik. Kenyataannya, skala luasan pekerjaan eksplorasi berdiri tegak serupa
istana yang dikelilingi parit, pagar dan sejumlah petugas keamanan di pintu gerbangnya dengan peraturanperaturannya sendiri. Pekerjaan eksplorasi seolah memiliki wilayah administrasi sendiri; dimana udaranya, airnya,
pohonnya, orang-orangnya berkehidupan selayaknya terpisah berbeda dengan yang lainnya. Kawasan eksplorasi gas
menjadi negeri dengan otoritas, dalam artian tidak terpengaruh dan dipengaruhi oleh hal lainnya. Bukankah pada
kenyataannya tidak ada sataupun di dunia yang dapat berdiri sendiri seberapapun mandirinya?, sebab memang tidak
ada sesuatu yang dapat memiliki realitas.
Insinyur dan Project Cost Control; Aset
Pertanyaan gue selanjutnya, bagaimana sesuatu yang dimiliki oleh perusahaan, lembaga atau instansi dapat disebut
aset?. Apakah dengan kepemilikan cukup untuk menunjuk sesuatu sebagai aset?. Menurut gue, jika sesuatu disebut
sebagai aset berdasar kepemilikan, maka cukuplah perusahaan, lembaga atau instansi memperlakukan dan
memeliharanya dengan transaksi. Bukankah sebaliknya, aset direncanakan mampu memberikan jaminan
keberlangsungan dan keberlanjutan operasional atau produksi perusahaan?. Alih-alih memberikan jaminan atas
kemandirian, aset merupakan beban tersendiri yang perlu dikelola oleh perusahaan untuk menjamin keberadaan
dan optimalisasi fungsinya dengan terus menerus melakukan transaksi.
Gue kira kita bisa setuju, selain peralatan dan kelengkapan kerja, di luar tanah dan material, pekerja adalah aset
perusahaan. Catatan kerja gue menunjukan, Insiyur Teknik Sipil yang bekerja di tahap persiapan lahan (site
preparation) selalu terhubung dengan kontraktor utama melalui serangkaian rapat-rapat untuk mengkoordinasi
rencana kerja sesuai gambar rencana dan spesifikasi berdasar kontrak kerja. Berbekal dokumen kerja, organisasi dan
mekanisme kerja tidak cukup memberikan optimalisasi kerja Insinyur. Peran alat-alat kerja untuk pengamatan
seperti waterpass, kompas dan theodolit diperlukan seorang Insiyur agar dapat memastikan pengamatan. Peralatan
komputer dengan sistem perhitungan yang mampu memberikan gambaran sesuai hasil pengamatan sangat
membantu Insinyur memastikan hasil kerja sesuai dengan rencana. Demikian pula dengan Akuntan-administrasi
yang berperan sebagai project cost control, angka-angka yang menunjukan hasil kerja diolah dan dikemas menjadi
informasi yang dapat menjelaskan produktifitas pekerjaan sesuai dengan biaya yang direncanakan.
Gue pikir kita juga bisa sepakat, alat dan perlengkapan kerja adalah aset perusahaan. Gue pikir untuk bisa disebut
aset, alat dan perlengkapan kerja harus bisa digunakan dan bermanfaat buat kepentingan perusahaan, Insinyur dan
Akuntan-administrasilah dalam kasus ini yang bisa mengoptimalkan alat-alat dan perlengkapan kerja. Gimana
dengan kontraktor, rekan kerja, mitra kerja, pekerja, driver, struktur pemerintahan setempat, aturan dan tata cara
adat, organisasi kelompok masyarakat; petani, nelayan, pekebun, pemuda, batas administrasi, proses pengambil
keputusan masyarakat, pemanfaatan jaringan irigasi, bisakah mereka disebut aset meskipun tidak dimiliki
perusahaan tapi berpengaruh buat kerja Insiyur dan Project Cost Control?. Di kasus gue, Insiyur dan Project Cost
Control yang tidak memberikan perhatian dan mempertimbangkan hal-hal di luar ke-proyek-an bakal terkendala
melakukan tugasnya, bakal gak optimal fungsi dan manfaatnya buat perusahaan, bakal dipertanyakan statusnya
sebagai aset perusahaan sebab gak menjadi solusi.

Singkatnya, sebab Insyur dan Akuntan-administrasi memiliki kemampuan teknis-komputasi dan koordinasikomunikasi, perusahaan menyebutnya aset. Sederhananya Insinyur Teknik Sipil dan Akuntan-administrasi disebut
aset sebab meraka punya kompetensi. Kompetensi menunjukan kemampuan seseorang mengelola sesuatu
berdasarkan ilmu dan pengetahuannya. Mungkin agak sedikit belibet antara kompetensi dengan kapabilitas, yang
menurut gue kapabilitas lebih menunjuk kepada kondisi-kondisi yang memungkinkan seseorang untuk mengelola
sesuatu yang terlepas dari kemampuannya. Contoh, Lo bisa memperbaiki henpon bokap sebab punya ilmu dan
pengetahuan, Lo punya kompetensi, masalahnya bokap yang punya henpon gak percaya Lo, Lo gak punya kapabilitas
memperbaiki henpon Lo dalam penilaian bokap. Gitu.
Kapabilitas Insinyur dan Akuntan-administrasi untuk melakukan pekerjaannya sangat dipengaruhi oleh kondisikondisi tertentu, seperti instruksi kerja, regulasi keselamatan kerja, organisasi kerja atau dokumen kerja yang juga
dapat disebut aset perusahaan. Disini gue bisa jelasin, aset satu dengan aset lainnya ternyata memiliki hubungan
saling memberikan pengaruh. Kompetensi dan kapabilitas aset ditentukan oleh bekerjanya hubungan-hubungan itu.
Ngobrolin masalah aset secara terpisah akan menunjukan kompetensi, pada saat aset dilihat berdasarkan hubungan
dengan aset lainnya, yang bakal terlihat adalah kapabilitas aset. Ujung-ujungnya kapabilitas aset bakal menunjukan
kemampuan produktifitas. Produktifitas yang terukur berdasarkan kapabilitas aset bakal memungkinkan perusahaan
memiliki pilihan-pilihan buat mengelola dan mengembangkan diri; menjaganya agar tetap bisa berfungsi produksi.
Buat ngeliat dan ngukur kapabilitas aset diperlukan pemahaman yang gak terpisah, isitilah kerennya terintegrasi. Jadi
menurut gue ngobrolin perihal integritas aset adalah ngobrolin tentang hubungan-hubungan kerja antar aset yang
memungkinkan perusahaan, lembaga atau instansi memiliki pilihan-pilihan untuk mengelola dan mengembangkan
diri. Gue gambarin kayak gini:

Kalau ngomongin integritas aset, lo bakal ngeliat banyaknya aset yang coba disambung-sambungin dan dihubunghubungkan biar optimal ngasih manfaat buat perusahaan. Integritas aset memperlakukan aset sebagai sesuatu yang
terpisah secara teknis dan fungsi spesifik yang jika dihubungkan akan ngasih manfaat buat perusahaan. Integritas
aset memberikan perhatian kepada kompetensi, tujuannya out put; suatu gambaran kondisi yang menunjukan
perkembangan tertentu. Menurut pemahaman gue integritas aset sejak semula ngasih perhatian ke cara kerjanya
fungsi-fungsi aset sebagai satu kesatuan, apa-apa saja yang diperlukan oleh aset untuk menunjukan kapabilitas,
tujuannya out come; suatu gambaran kondisi yang menunjukan perubahan tertentu. Integritas aset gak hanya
ngasih gambaran kemampuan perusahaan untuk optimal produksi, tapi juga ngasih gambaran pilihan-pilihan
perusahaan untuk mengelola dan mengembangkan produksi. Pengembangan produksi menjadi out put integritas
aset, dengan out come pengelolaan terhadap cara kerja hubungan-hubungan antar aset. Apa sih beda out put dan
out come?, setidaknya http://www.outcomemapping.ca/ bisa ngasih gambaran ke lo.
Integritas aset lebih sering memberikan gambaran kompetensi dimana aset ditempatkan dan diperlakukan secara
terpisah satu dengan lainnya, gambaran tentang hubungan-hubungan masif sehingga keluaran kerja menjadi ukuran
kompetensi dan kapabilitas. Dalam pemahaman gue, integritas aset menempatkan dan memperlakukan aset saling
terhubung dan memberikan pengaruh satu sama lainnya, gambaran tentang hubungan-hubungan intensif dalam
kerja dimana keluaran kerja menjadi indikasi dan perubahan pengelolaan cara kerja merupakan ukuran kompetensi
dan kapabilitas aset.

Jaringan Kerja sebagai Integrator dan Aset


Semoga penjelasan sebelumnya bisa ngasih cara pandang dan perlakuan yang berbeda kepada aset. Yang gak kalah
menarik diobrolin kalo bicara tentang integritas aset adalah cara bekerjanya hubungan antar aset; feed back,
looptasi, delay, stock; sebuah jaringan kerja yang saling memberikan pengaruh.
Jadi yang penting buat gue adalah cara pengelolaan kerja aset dimana serangkaian kegiatan-kegiatan yang tujuannya
menyatukan aset menjadi kunci integritas aset. Kegiatan-kegiatan ini merefleksikan cara kerja kompetensi dan
kapabilitas aset. Kompetensi dan kapabilitas aset diperlakukan sebagai jaringan kerja yang pada kenyataannya saling
memberikan pengaruh; saling menguatkan dan atau saling melemahkan sepanjang waktu operasional perusahaan.
Jaringan kerja dalam pemahaman ini merupakan aset itu sendiri. Melakukan pengelolaan jaringan kerja, sama halnya
dengan mengintegrasikan aset. Out put bukan satu-satunya indikasi capaian kegiatan, perubahan perilaku
ditempatkan sebagai out come yang bersifat terus menerus setelah melakukan rangkaian evaluasi bersama terhadap
kompetensi dan kapabilitas. Perlakukan perusahaan terhadap jaringan kerja berdasar pengalaman gue berbeda
dengan perlakukan perusahaan terhadap jaringan kerja. Perusahaan menganggap kompetensi dan kapabilitas
merupakan aset itu sendiri, jaringan kerja sebagai serangkaian kegiatan untuk menjaga kompetensi dan kapabilitas
cenderung diabaikan. Kondisi inilah yang dapat menjelaskan bagaimana sebuah perusahaan yang memiliki aset
belum tentu memiliki pengelolaan dan pengembangan aset yang baik sehingga mampu menjadi pilihan-pilihan
operasional produksinya.

Gambar di atas nempatin jaringan sebagai aset yang punya peran sebagai integrator aset. Maksudnya, kalo
ngomongin integritas aset, sudah barang tentu integrator menjadi fokus pembicaraan sehingga aset mudah
didefinisikan. Pengelolaan aset dapat dilakukan dengan memahami cara kerja integratornya, sesuatu yang disebut
aset dapat dikelola dan dikembangkan berdasarkan integritasnya terhadap tujuan perusahaan. Jadi, apapun
integrator dalam kerja perusahaan ialah aset, dan apapun yang disebut aset ditunjuk berdasar integritasnya dalam
kerja perusahaan. Aset sah saja ditunjuk sebagai sesuatu yang dimiliki oleh perusahaan berdasar transaksi, namun
integritas aset melihat sesuatu berdasar jaringan.
Kompetensi dapat diukur dengan hasil kerja, kapabilitas dapat diukur dengan jaringan kerja, aset dapat diukur
berdasar integritas jaringan kerja, integritas aset diukur berdasar perubahan perilaku pengelolaan. Bagaimana cara
mengukur pengelolaan Ron?,..Skip dulu deh, segini aja udah pusing gue.
--1 Jumadil Tsani 1436

You might also like