Professional Documents
Culture Documents
Merupakan terapi yang direncanakan, seperti insisi bedah, needle introduction; tepi
luka bersih; perdarahan terkontrol; dikendalikan dengan asepsis bedah
b.
1.
2.
c.
1.
2.
3.
4.
d.
1.
2.
3.
4.
Klasifikasi luka
a. Berdasarkan penyebab
1)
Luka pembedahan atau bukan pembedahan
2)
Akut atau kronik
Inflamasi
Secara klinik, inflamasi adalah fase ke dua dari proses penyembuhan yang menampilkan
eritema, pembengkakan dan peningkatan suhu/hangat yang sering dihubungkan dengan
nyeri, secara klasik rubor et tumor cum calore et dolore. Tahap ini biasanya berlangsung
hingga 4 hari sesudah injuri. Pada proses penyembuhan ini biasanya terjadi proses
pembersihan debris/sisa-sisa. Ini adalah pekerjaan dari PMNs (polymorphonucleocytes).
Respon inflamasi menyebabkan pembuluh darah menjadi bocor mengeluarkan plasma dan
PMNs ke sekitar jaringan. Neutropil memfagositosis sisa-sisa dan mikroorganisme dan
merupakan pertahanan awal terhadap infeksi. Mereka dibantu sel-sel mast lokal. Fibrin
kemudian pecah sebagai bagian dari pembersihan ini.
Tugas selanjutnya membangun kembali kompleksitas yang membutuhkan kontraktor. Sel
yang berperan sebagai kontraktor pada penyembuhan luka ini adalah makrofag. Makrofag
mampu memfagosit bakteri dan merupakan garis pertahan kedua. Makrofag juga
mensekresi komotaktik yang bervariasi dan faktor pertumbuhan seperti faktor
pertumbuhan fibrobalas (FGF), faktor pertumbuhan epidermal (EGF), faktor pertumbuhan
beta trasformasi (tgf) dan interleukin-1 (IL-1).
Proliferasi (proliferasi, granulasi dan kontraksi)
Fase granulasi berawal dari hari ke empat sesudah perlukaan dan biasanya berlangsung
hingga hari ke 21 pada luka akut tergangung pada ukuran luka. Secara klinis ditandai oleh
adanya jaringan yang berwarna merah pada dasar luka dan mengganti jaringan dermal dan
kadang-kadang subdermal pada luka yang lebih dalam yang baik untuk kontraksi luka.
Pada penyembuhan luka secara analoginya satu kali pembersihan debris, dibawah
kontraktur langsung terbentuk jaringan baru.
Kerangka dipenuhi oleh fibroblas yang mensekresi kolagen pada dermal yang kemudian
akan terjadi regenerasi. Peran fibroblas disini adalah untuk kontraksi. Serat-serat halus
merupakan sel-sel perisit yang beregenerasi ke lapisan luar dari kapiler dan sel endotelial
yang akan membentuk garis. Proses ini disebut angiogenesis. Sel-sel roofer dan sider
adalah keratinosit yang bertanggungjawab untuk epitelisasi. Pada tahap akhir epitelisasi,
terjadi kontraktur dimana keratinosit berdifrensiasi untuk membentuk lapisan protektif luar
atau stratum korneum.
Remodeling atau maturasi
Setelah struktur dasar komplit mulailah finishing interior. Pada proses penyembuhan luka
jaringan dermal mengalami peningkatan tension/kekuatan, peran ini dilakukan oleh
fibroblast. Remodeling dapat membutuhkan waktu 2 tahun sesudah perlukaan.
Tabel 1. Fase penyembuhan luka
Fase
penyembuhan
Waktu
Hemostasis
Inflamation
Segera
Hari 1-4
Proliferation
Granulation
Hari 4 21
Sel-sel yang
berperan
Platelets
Neutrophils
Macrophages
Lymphocytes
Angiocytes
Neurocytes
Analogi
membangun
rumah
Capping off
conduits
Unskilled laborers
to clean uap the site
Supervisor Cell
Specific laborers at
the site:
Plumber
4
Electrician
Contracture
Remodeling
Hari 21 2
tahun
Fibroblasts
Keratinocytes
Framers
Roofers and Siders
Fibrocytes
Remodelers
Pada beberapa literatur dijelaskan juga bahwa proses penyembuhan luka meliputi dua
komponen utama yaitu regenerasi dan perbaikan (repair). Regenerasi adalah pergantian
sel-sel yang hilang dan jaringan dengan sel-sel yang bertipe sama, sedangkan repair adalah
tipe penyembuhan yang biasanya menghasilkan terbentuknya scar. Repair merupakan
proses yang lebih kompleks daripada regenerasi. Penyembuhan repair terjadi oleh
intention primer, sekunder dan tersier.
Intension primer
Fase-fase dalam penyembuhan Intension primer :
1. Fase Inisial (3-5 hari)
2. Sudut insisi merapat, migrasi sel-sel epitel, mulai pertumbuhan sel
3. Fase granulasi (5 hari 4 minggu)
Fibroblas bermigrasi ke dalam bagian luka dan mensekresi kolagen. Selama fase
granulasi luka berwarna merah muda dan mengandung pembuluh darah. Tampak
granula-granula merah. Luka berisiko dehiscence dan resisten terhadap infeksi.
Epitelium permukaan pada tepi luka mulai terlihat. Dalam beberapa hari lapisan
epitelium yang tipis bermigrasi menyebrangi permukaan luka. Epitel menebal dan
mulai matur dan luka merapat. Pada luka superficial, reepitelisasi terjadi selama 3
5 hari.
4. Fase kontraktur scar ( 7 hari beberapa bulan )
Serabut-serabut kolagen terbentuk dan terjadi proses remodeling. Pergerakan
miofibroblast yang aktif menyebabkan kontraksi area penyembuhan, membentu
menutup defek dan membawa ujung kulit tertutup bersama-sama. Skar yang matur
selanjutnya terbentuk. Skar yang matur tidak mengandung pembuluh darah dan
pucat dan lebih terasa nyeri daripada fase granulasi
Intension sekunder
Adalah luka yang terjadi dari trauma, elserasi dan infeksi dan memiliki sejumlah besar
eksudat dan luas, batas luka ireguler dengan kehilangan jaringan yang cukup luas
menyebabkan tepi luka tidak merapat. Reaksi inflamasi dapat lebih besar daripada
penyembuhan primer.
Intension Tersier
Adalah intension primer yang tertunda. Terjadi karena dua lapisan jaringa granulasi dijahit
bersama-sama. Ini terjadi ketika luka yang terkontaminasi terbuka dan dijahit rapat setelah
infeksi dikendalikan. Ini juga dapat terjadi ketika luka primer mengalami infeksi, terbuka
dan dibiarkan tumbuh jaringan granulasi dan kemudian dijahit. Intension tersier biasanya
mengakibatkan skar yang lebih luas dan lebih dalam daripada intension primer atau
sekunder
BAB III
TREND DAN ISU PERAWATAN LUKA
3.1 Kecendrungan Perawatan Luka Saat ini
Pada tatanan pelayanan keperawatan, khususnya dalam perawatan luka, banyak diteliti
metode metode penyembuhan luka, baik penyembuhan secara medis, maupun secara
komplementer dengan menggunakan media yang ada di alam untuk mempercepat
penyembuhan luka. Semua hasil penelitian memiliki evidence based yang cukup kuat dan
bisa dibuktikan. Namun pada prinsipnya, secara keilmuan seorang perawat professional
harus mengetahui bagaimana proses penyembuhan luka secara alami, kenapa terjadi luka,
proses apa yang terjadi pada luka, berapa lama luka akan sembuh dan kenapa luka tersebut
bisa sembuh dengan meninggalkan jaringan parut atau bahkan sembuh tanpa
meninggalkan jaringan parut. Hal ini akan mempengaruhi persepsi dan kemampuan
perawat dalam melaksanakan perawatan luka, semakin mengerti proses yang terjadi pada
luka, kualitas seorang perawat akan semakin baik dalam melakukan perawatan luka dan
outcomenya juga akan baik, kepuasan pasien meningkat.
Perawatan luka dewasa ini, cenderung menggunakan metode balutan kasa wet-to-dry,
digunakan khusus untuk debridemen pada dasar luka, normal salin digunakan untuk
melembabkan kasa, kemudian dibalut dengan kasa kering. Ketika kasa lembab menjadi
kering, akan menekan permukaan jaringan, yang berarti segera harus diganti dengan
balutan kering berikutnya. Hal ini mengakibatkan tidak hanya pertumbuhan jaringan sehat
yang terganggu, tetapi juga menimbulkan rasa nyeri yang berlebihan, metode wet to dry
dianggap sebagai metode debridemen mekanik dan diindikasikan bila ada sejumlah
jaringan nekrotik pada luka.
Dari metode perawatan luka saat ini, banyak prinsip-prinsip yang terlupakan atau tidak
menjadi pertimbangan bagi perawat dalam merawat luka, seperti proses fisiologis
pertumbuhan jaringan luka, bagaimana mengoptimalkan perbaikan jaringan,
meningkatkan aliran darah ke permukaan luka, bagaimana cara balutan ideal, jenis balutan
yang dipakai tanpa merusak jaringan yang sehat, tidak menimbulkan nyeri/trauma baru
serta bagaimana agar dapat mempercepat proses penyembuhan luka hingga dapat menekan
biaya perawatan. Karena itulah perlu dilakukan metode perawatan luka yang telah
mempertimbangkan berbagai aspek tersebut demi mencapai perawatan luka yang efektif,
proses penyembuhan yang cepat, outcome yang berkualitas dan biaya yang lebih murah.
3.2 Moist Wound Healing
Definisi
Moist Wound Healing adalah mempertahankan isolasi lingkungan luka yang tetap lembab
dengan menggunakan balutan penahan-kelembaban, oklusive dan semi oklusive.
Penanganan luka ini saat ini digemari terutama untuk luka kronik, seperti venous leg
ulcers, pressure ulcers, dan diabetic foot ulcers.
Dan metode moist wound healing adalah metode untuk mempertahankan kelembaban luka
dengan menggunakan balutan penahan kelembaban, sehingga penyembuhan luka dan
pertumbuhan jaringan dapat terjadi secara alami.
Substansi biokimia pada cairan luka kronik berbeda dengan luka akut. Produksi cairan
kopious pada luka kronik menekan penyembuhan luka dan dapat menyebabkan maserasi
pada pinggir luka. Cairan pada luka kronik ini juga menghancurkan matrik protein
ekstraselular dan faktor-faktor pertumbuhan, menimbulkan inflamasi yang lama, menekan
proliferasi sel, dan membunuh matrik jaringan. Dengan demikian, untuk mengefektifkan
perawatan pada dasar luka, harus mengutamakan penanganan cairan yang keluar dari
Moist Wound Healing, Trend n Isu, 2007
permukaan luka
negatif/merugikan.
untuk
mencegah
aktifitas
dari
biokimiawi
yang
bersifat
Barier bakteri dan mengurangi kejadian infeksi. Balutan oklusif membalut dengan baik
dapat memberikan barier terhadap migrasi mikroorganisme ke dalam luka. Bakteri dapat
menembus kasa setebal 64 lapisan pada penggunaan kasa lembab. Luka yang dibalut
dengan pembalut oklusif menunjukkan kejadian infeksi lebih jarang daripada kasa
pembalut konvensional tersebut.
Mengurangi nyeri. Diyakini luka yang lembab melindungi ujung saraf sehingga
mengurangi nyeri.
Memilih Balutan yang ideal
Pada tahun 1979 Tumer menggambarkan balutan yang ideal dengan karakteristik sebagai
berikut:
Dapat mengangkat eksudat yang berlebihan dan toksin
Kelembaban tinggi pada permukaan luka
Memungkinkan pertukaran gas
Memberikan insulasi termal
Melindungi terhadap infeksi sekunder
Bebas dari partikel-partikel dan komponen toksik
Tidak menimbulkan trauma saat mengangkat/mengganti balutan
Walau bagaimanapun tidak ada suatu balutan yang dapat berfungsi magis one-size-fitsall. Sebagai praktisi klinis sangat penting untuk memahami karakteristik dari perbedaan
balutan dan penggunaannya sesuai dengan perkembangan fase penyembuhan luka,
karakteristik luka, dan faktor risiko dari pasien yang mempengaruhi penyembuhan dan
ketrampilan dari perawat itu sendiri.
Balutan Luka
Balutan luka yang moist seperti foam/busa, alginate, hydrocolloid, hydrogel, dan film
transparant. hydrocolloid merupakan balutan yang tahan terhadap air yang membantu
pencegah kontaminasi bakteri. Hydroclloid menyerap eksudat dan melindungi lingkungan
dasar luka secara alami.
Hydrogel merupakan gel hydropilik yang meningkatkan kelembaban pada area luka.
Hydrogel rehidrasi dasar luka dan melunakkan jaringan nekrotik.
Film transparan merupakan balutan yang tahan terhadap air yang semi oklusive, berarti air
dan gas dapat melalui permukaan balutan film transparan ini dan termasuk juga dapat
mempertahankan lingkungan luka yang tetap lembab.
Pada luka tekan balutan luka sangat berperan penting dengan fungsi sebagai berikut:
Membantu melindungi luka dari injuri yang berulang
Membantu melindungi luka dari kuman penyakit dan mencegah luka terinfeksi
Membantu menciptakan kondisi lingkungan yang mendukung penyembuhan luka
Menambal bagian luka terutama bagian yang mati
Balutan luka yang tersedia sangat bervariasi. Tidak seperti balutan atau pembalut kasa
yang biasa, balutan luka khusus karena mereka membantu menciptakan tingkat
kelembaban pada luka. Pada masa kini hasil-hasil dari penelitian menyatakan bahwa
tingkat kelembaban mendukung kesehatan kulit, kelembaban memberi kesempatan yang
lebih baik untuk proses penyembuhan. Konsep inilah yang disebut dengan moist wound
healing.
Perlindungan untuk Luka
Meskipun kita berfikir sebaliknya, membiarkan balutan tidak dibuka/diganti dalam
beberapa hari sangat membantu dalam proses penyembuhan awal karena luka tidak
terganggu. Hal ini sangat penting karena situasi kelembaban lingkungan luka dapat
Moist Wound Healing, Trend n Isu, 2007
dipertahankan dengan baik sesuai dengan suhu tubuh, kondisi ini akan mendukung
penyembuhan luka. Untuk penjelasan lebih lanjut, penggantian balutan yang lebih sering
mengakibatkan suhu luka menurun/dingin akibat terpapar dengan udara. Hal ini akan
mengakibatkan perlambatan proses penyembuhan hingga suhu luka menjadi hangat
kembali. Jadi, penggantian balutan duka yang tidak terlalu sering sudah sangat jelas dapat
membantu proses penyembuhan.
Sebagai ilustrasi untuk menunjukkan bagaimana kelembaban dapat menyembuhkan lebih
ceat adalah dengan melidungi/membalut luka akan tercipta lingkungan yang lembab yang
diikuti oleh pergerakan sel-sel epidermal dengan mudah menyebrangi permukaan luka,
untuk menyembuhkan luka. Pada lingkungan luka yang kering, sel-sel epidermal harus
menyusup melalui terowongan yang lembab dan mensekresi enzym untuk kemudian
mengangkat keropeng dari permukaan luka sebelum sel-sel bermigrasi dan selanjutnya
baru memulai proses penyembuhan.
Berbagai tipe moist wound dressing (balutan luka yang mampu mempertahankan
kelembaban)
Ada beberapa tipe balutan luka dan lebih dari satu dapat direkomendasikan untuk dipakai
merawat luka hingga sembuh. Untuk hal ini, kita perlu memahami tentang tipe balutan
luka yang dapat kita pilih dan gunakan, yang akan dijelaskan berikut ini.
Foam/Busa
Balutan foam/busa dapat menyerap banyak cairan, sehingga digunakan pada tahap awal
masa pertumbuhan luka, bila luka tersebut banyak mengeluarkan drainase. Balutan busa
nyaman dan lembut bagi kulit dan dapat digunakan untuk pemakaian beberapa hari.
Bentuk, ukuran, dan ketebalan dari busa tersebut sangat bervariassi, dengan atau tanpa
perekat pada permukaannya.
Contoh :
10
digunakan pada luka dengan jumlah drainase sedikit atau sedang. Balutan jenis ini
biasanya diganti satu kali selama 5-7 hari, tergantung pada metode aplikasinya, lokasi
luka, derajad paparan kerutan-kerutan dan potongan-potongan, dan inkontinensia. Balutan
hidrokoloid tidak biasa digunakan pada luka yang terinfeksi.
Contoh :
Hydrogels
Hidrogel tersedia dalam bentuk lembaran, seperti serat kasa, atau gel. Gel akan memberi
rasa sejuk dan dingin pada luka, yang akan meningkatkan rasa nyaman pasien. Gel sangat
baik menciptakan dan mempertahankan lingkungan penyembuhan luka yang moist/lembab
dan digunakan pada jenis luka dengan drainase yang sedikit. Gel diletakkan langsung
diatas permukaan luka, dan biasanya dibalut dengan balutan sekunder (foam atau kasa)
untuk mempertahankan kelembaban sesuai level yang dibutuhkan untuk mendukung
penyembuhan luka.
Contoh :
Hydrofibers
Hidrofiber merupakan balutan yang sangat lunak dan bukan tenunan atau balutan pita
yang terbuat dari serat sodium carboxymethylcellusole, beberapa bahan penyerap sama
dengan yang digunakan pada balutan hidrokoloid. Komponen-komponen balutan akan
berinteraksi dengan drainase dari luka untuk membentuk gel yang lunak yang sangat
mudah dieliminir dari permukaan luka. Hidrofiber digunakan pada luka dengan drainase
yang sedang atau banyak, dan luka yang dalam dan membutuhkan balutan sekunder.
Hidrofiber dapat juga digunakan pada luka yang kering sepanjang kelembaban balutan
tetap dipertahankan (dengan menambahkan larutan normal salin). Balutan hidrofiber dapat
dipakai selama 7 hari, tergantung pada jumlah drainase pada luka.
Contoh :
Alginates
Alginat lunak dan bukan tenunan yang dibentuk dari bahan dasar ganggang laut. Alginate
tersedai dalam bentuk pad atau sumbu. Alginate dan hidrofiber merupakan tipe produk
yang sama. Paa kasus ini, alginate akan menjadi lunak, tidak lengket dengan luka. Alginate
juga digunakan pada luka dengan drainase sedang hingga berat dan tidak dapat digunakan
pada luka yang kering. Balutan dapat dipotong sesuai kebutuhan, bentuk luka yang akan
dibalut, atau dapat dilapisi untuk menambah penyerapan.
Contoh :
Moist Wound Healing, Trend n Isu, 2007
11
Gauze
Balutan kasa terbuat dari tenunan dan serat non tenunan, rayon, poliester, atau kombinasi
dari serat lainnya. Berbagai produk tenunan ada yang kasar dan berlubang, tergantung
pada benangnya. Kasa berlubang yang baik sering digunakan untuk membungkus, seperti
balutan basah lembab normal saline. Kasa katun kasar, seperti balutan basah lembab
normal saline, digunakan untuk debridement non selektif (mengangkat debris dan atau
jaringan yang mati). Banyak kasa yang bukan tenunan dibuat dari poliester, rayon, atau
campuran bermacam serat yang ditenun seperti kasa katun tetapi lebih kuat, besar, lunak,
dan lebih menyerap. Beberapa balutan, seperti kasa saline hipertonik kering digunakan
untuk debridemen, berisi bahan-bahan yang mendukung penyembuhan. Produk lainnya
berisi petrolatum atau elemen penyembuh luka lainnya dengan indikasi yang sesuai
dengan tipe lukanya.
Dengan memahami hal tersebut diatas maka perawat dapat memilih balutan yang tepat
untuk digunakan saat merawat luka.
Transparan Film
Contoh:
Pembersih Luka
Membersihkan permukaan luka dengan mengangkat bakteri dan drainase. Produk yang
digunakan dapat mengandung deterjen. Dapat juga digunakan normal saline untuk
membersihkan luka tanpa membahayakan jaringan yang baru tumbuh.
Contoh :
12
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Moist Wound Healing adalah mempertahankan isolasi lingkungan luka yang tetap lembab
dengan menggunakan balutan penahan-kelembaban, oklusive dan semi oklusive.
Penanganan luka ini saat ini digemari terutama untuk luka kronik, seperti venous leg
ulcers, pressure ulcers, dan diabetic foot ulcers.
Keseimbangan kelembaban pada permukaan balutan luka adalah faktor kunci dalam
mengoptimalkan perbaikan jaringan, mengeliminasi eksudat dari luka yang berlebihan
pada luka kronik yang merupakan bagian penting untuk permukaan luka. Dan metode
moist wound healing adalah metode untuk mempertahankan kelembaban luka dengan
menggunakan balutan penahan kelembaban, metode ini memiliki prinsip penyembuhan
luka secara alami, karena dengan mempertahankan kelembaban dapat menyembuhkan
lebih cepat dengan melidungi/membalut luka akan tercipta lingkungan yang lembab yang
diikuti oleh pergerakan sel-sel epidermal dengan mudah menyeberangi permukaan luka,
untuk menyembuhkan luka. Keuntungan dengan mempertahankan luka tetap lembab dan
dilindungi selama proses penyembuhan dapat mempercepat penyembuhan 45 % dan
mengurangi komplikasi infeksi dan pertumbuhan jaringan parut residual.
Saran
Dari manfaat dan keuntungan metode Moist Wound Healing tersebut, dapat dimanfaatkan
sebagai suatu trend perawatan luka dengan prinsip luka cepat sembuh, kualitas
penyembuhan baik serta dapat mengurangi biaya perawatan luka, dan ini sangat penting
bagi perawat untuk dapat mengembangkan dan mengaplikasikannya di lingkungan
perawatan khususnya perawatan luka yang jelas sangat memberikan kepuasan bagi
kesembuhan luka pasien.
13