You are on page 1of 13

BATU SALURAN KEMIH (UROLITHIASIS)

Urolithiasis merupakan penyakit yang salah satu dari gejalanya adalah pembentukan batu di
dalam saluran kemih. Penyakit ini diduga telah ada sejak peradaban manusia yang tua, karena
ditemukan batu di antara tulang panggul kerangka mummi dari seorang berumur 16 tahun.
Mummi ini diperkirakan sekitar 7000 tahun. Di berbagai tempat lain dilaporkan penemuan batu
kandung kemih.
Penelitian epidemiologik memberikan kesan seakan-akan penyakit batu mempunyai hubungan
dengan tingkat kesejahteraan masyarakat dan berubah sesuai dengan perkembangan kehidupan
suatu bangsa. Berdasarkan pembandingan data penyakit batu saluran kemih di berbagai negara
dapat disimpulkan bahwa di negara yang mulai berkembang terdapat banyak batu bagian bawah,
terutama terdapat di kalangan anak. Di negara yang sedang berkembang terdapat insidensi batu
yang relative rendah, baik dari batu saluran kemih bagian bawah maupun dari batu saluran kemih
bagian atas. Di Negara yang telah berkembang terdapat banyak batu saluran kemih bagian atas,
terutama di kalangan orang dewasa. Pada suku bangsa tertentu penyakit batu saluran kemih
sangat jarang, misalnya suku bangsa Bantu di Afrika selatan.
Abad 16 hingga abad 18 tercatat insidensi tertinggi penderita batu kandung kemih yang
ditemukan pada anak di berbagai Negara Eropa. Batu seperti ini sejak abad 18 menghilang
sehingga disebut batu sejarah. Berbeda dengan Eropa, di Negara berkembang penyakit batu
kandung kemih seperti ini masih ditemukan hingga saat ini, misalnya di Indonesia, Thailand,
India, Kamboja, dan Mesir. Karena ditemukan secara endemik, maka penyakit batu kandung
kemih ini disebut batu endemik atau batu primer karena terbentuk langsung di dalam kandung
kemih tanpa sebab yang jelas (2).
Batu kandung kemih dapat juga terbentuk pada usia lanjut yang disebut batu sekunder karena
terjadi sebagai akibat adanya gangguan aliran air kemih, misalnya karena hipertropi prostate (2).
II.1 Komposisi dan Pembentukan Batu
Komposisi batu yang ditemukan pada seseorang perlu ditentukan, karena komposisi batu dipakai
sebagai landasan untuk menelusuri etiologi penyakit batu saluran kemih. Analisa batu dapat
dilakukan secara kimiawi, yaitu kualitatif, cara kualitatif dengan metode kromatografik dan
autoanalisis. Cara lain ialah optik dengan diseksi mikroskopik binokuler dengan mikroskop
petrografik. Juga cara instrumental melalui kristalografi radiografik, spektroskopi infra merah,
termoanalitik dan mikroskopi elektron. Kristalografi radiografik merupakan cara yang dianggap
paling baik ditinjau dari segi kesederhanaan dan ketepatannya.
Komposisi batu saluran kemih yang dapat ditemukan adalah dari jenis asam urat, oksalat, fosfat,
sistein dan xantin. Batu oksalat kalsium kebanyakan merupakan batu idiopatik. Batu campuran
oksalat kalsium dan fosfat biasanya juga idiopatik, diantaranya berkaitan dengan sindroma alkali
atau kelebihan vitamin D. Batu fosfat dan kalsium kadang disebabkan hiperkalsiuria (tanpa
hiperkalsemia). Batu fosfat amonium magnesium didapatkan pada infeksi kronik yang
disebabkan bakteri yang menghasilkan urease sehingga urin menjadi alkali karena pemecahan

ureum. Batu asam urin disebabkan hiperuremia pada artritis urika. Batu urat pada anak terbentuk
karena pH urin rendah (1,3)
Pada kebanyakan penderita batu kemih ditemukan penyebab yang jelas. Faktor predisposisi
berupa stasis, infeksi dan benda asing. Infeksi, stasis dan litiasis merupakan faktor yang saling
memperkuat sehingga terbentuk lingkaran setan atau disebut sirkulus visiosus.
Jaringan abnormal atau mati sepeti pada nekrosis papilla di ginjal dan benda asing mudah
menjadi nidus dan inti batu. Demikian pula telor sistosoma kadang berupa nidus batu.
Batu idioptik disebabkan oleh pengaruh berbagai faktor. Misalnya batu urat pada anak di negara
yang sedang berkembang. Faktor yang memegang peran kausal ialah dehidrasi dan
gastroenteritis. Faktor ini mengakibatkan oliguria dengan urin yang mengandung kadar tinggi
asam urin dan ikatan kimia lain. Faktor lain ialah imobilisasi lama pada penderita cedera dengan
fraktor multiple atau paraplegi yang menyebabkan dekalsifikasi tulang dengan peningkatan
ekskresi kalsium dan stasis, sehingga presipitasi batu mudah terjadi. Pada sebagian kecil
pemderita batu kemih didapatkan kelainan kausal yang menyebabkan ekskresi kelebihan bahan
dasar batu seperti yang terjadi pada hiperparatiroidisme, hiperkalsiuria, artritis urika dan
sistinuria.
II.2 Gambaran Klinik
Tanda dan gejala penyakit batu saluran kemih ditentukan oleh letaknya, besarnya dan
morfologinya. Walaupun demikian penyakit ini mempunyai tanda umum yaitu hematuria, baik
hematuria makroskopik atau mikroskopik. Selain itu, bila disertai infeksi saluran kemih dapat
juga ditemukan kelainan endapan urin bahkan mungkin demam atau tanda sistemik lain (2,3)
Berdasarkan jenisnya bibagi dalam :
II.2.1 Batu Pelvis Ginjal
Batu pielum didapatkan dalam bentuk yang sederhana sehingga hanya menempati bagian pelvis,
tetapi dapat juga tumbuh mengikuti bentuk susunan pelviokaliks, sehingga bercabang
menyerupai tanduk rusa. Kadang batu hanya terdapat di suatu kaliks. Batu pelvis ginjal dapat
bermanifestasi tanpa gejala sampai dengan gejala berat. Umumnya gejala batu saluran kemih
merupakan akibat dari obstruksi aliran kemih atau infeksi (5).
Nyeri di daerah pinggang dapat dalam bentuk pegal hingga kolik atau nyeri yang terus menerus
dan hebat karena adanya pionefrosis.
Pada pemeriksaan fisik mungkin kelainan sama sekali tidak ada, sampai mungkin terabanya
ginjal yang membesar akibat adanya hidronefrosis.
Nyeri dapat berupa nyeri tekan atau ketok pada daerah arkus costa pada sisi ginjal yang terkena.
Sesuai dengan gangguan yang terjadi, batu ginjal yang terletak di pelvis dapat menyebabkan
terjadinya hidronefrosis, sedangkan batu kaliks pada umumnya tidak memberikan kelainan fisik.

II.2.2 Batu Ureter


Anatomi ureter menunjukkan beberapa tempat penyempitan yang memungkinkan batu ureter
dapat terhenti, karena adanya peristaltis maka akan terjadi gejala kolik yaitu nyeri yang hilang
timbul disertai perasaan mual dengan atau tanpa muntah dengan nyeri alih khas. Selama batu
bertahan di tempat yang menyumbat, selama itu kolik akan datang sampai batu bergeser dan
memberi kesempatan pada air kemih untuk lewat (2).
Batu ureter mungkin dapat lewat sampai ke kandung kemih dan kemudian keluar bersama
kemih. Batu ureter juga bisa sampai ke kandung kemih dan kemudian berupa nidus menjadi batu
kandung kemih yang besar. Batu juga bisa tetap tinggal di ureter sambil menyumbat dan
menyebabkan obstruksi kronik dengan hidroureter yang mungkin asimptomatik. Tidak jarang
terjadi hematuria yang didahului oleh serangan kolik. Bila keadaan obstruksi terus berlangsung,
lanjutan dari kelainan yang terjadi dapat berupa hidronefrosis dengan atau tanpa pielonefritis,
sehingga menimbulkan gambaran infeksi umum (2).
II.2.3 Batu Vesika Urinaria
Karena batu menghalangi aliran air kemih akibat penutupan leher kandung kemih, maka aliran
yang mula-mula lancar secara tiba-tiba akan terhenti dan menetes disertai dengan rasa nyeri.
Pada anak, menyebabkan anak yang bersangkutan menarik penisnya sehingga tidak jarang dilihat
penis yang agak panjang. Bila pada saat sakit tersebut penderita berubah posisi maka suatu saat
air kemih akan dapat keluar karena letak batu yang berpindah. Bila selanjutnya terjadi infeksi
yang sekunder, maka nyeri menetap di suprapubik (1,4).
II.2.4 Batu Prostat
Pada umunya batu prostat juga berasal dari air kemih yang secara retrograde terdorong ke dalam
saluran prostat dan mengendap, yang akhirnya berupa batu yang kecil. Pada umumnya batu ini
tidak memberikan gejala sama sekali karena tidak menyebabkan gangguan pasase air kemih (4).
II.2.5 Batu Uretra
Batu uretra umumnya merupakan batu yang berasal dari ureter atau vesika urinaria yang oleh
aliran kemih sewaktu miksi terbawa ke uretra, tetapi menyangkut di tempat yang agak lebar.
Tempat uretra yang agak lebar ini adalah di pars bulbosa dan di fossa navikular. Bukan tidak
mungkin dapat ditemukan di tempat lain.
Gejala yang ditimbulkan umumnya sewaktu miksi tiba-tiba terhenti, menjadi menetes dan terasa
nyeri.
Penyulit dapat berupa terjadinya divertikel, abses, fistel proksimal, dan uremia karena obstruksi
urin (3).
II.3 Diagnosis

Selain pemeriksaan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk menegakkan diagnosis,
penyakit batu perlu ditunjang dengan pemeriksaan radiologis, laboratorium, dan penunjang lain
untuk menentukan kemungkinan adanya obstruksi jalan kemih, infeksi dan gangguan faal ginjal.
Secara radiologik, batu ada yang radioopak dan ada yang radiolusen. Sifat radioopak ini berbeda
untuk berbagai jenis batu, sehingga dari sifat ini dapat diduga jenis batu yang dihadapi. Yang
radiolusen umumnya adalah dari jenis asam urat murni.
Pada yang radioopak pemeriksaan dengan foto polos sudah cukup untuk menduga adanya batu
saluran kemih bila diambil foto dua arah. Pada keadaaan yang istimewa tidak jarang batu terletak
di depan bayangan tulang, sehingga dapat terhindar dari pengamatan. Karena itu, foto polos perlu
sering ditambah dengan foto pielografi intravena atau yang biasa disebut foto BNO-IVP (5).
Pemeriksaan IVP memerlukan persiapan, yaitu malam sebelum pemeriksaan diberikan kastor oli
(catharsis) atau laksans untuk membersihkan kolon dari feses yang menutupi daerah ginjal.
Sebelumnya pasien juga harus diperiksa kadar ureum dan kreatininnya untuk mengetahui fungsi
ginjal. Untuk mendapatkan keadaan dehidrasi ringan, pasien tidak diberikan cairan (minum)
mulai dari jam 10 malam sebelum pemeriksaan. Keesokan harinya penderita harus puasa. Untuk
bayi dan anak diberikan minum yang mengandung karbonat, tujuannya untuk mengembangkan
lambung dengan gas. Usus akan berpindah, sehingga bayangan kedua ginjal dapat dilihat melalui
lambung yang terisi gas. Bahan kontras Conray (Meglumine Iothalamat 60% atau Hypaque
Sodium/Sodium Diatrizoate 50%), Urografin 60% atau 76%.
Sebelum pasien disuntik urografin 60 mg% harus dilakukan terlebih dahulu uji kepekaan. Dapat
berupa pengujian subkutan atau intravena. Jika penderita alergi terhadap bahan kontras,
pemeriksaan pielografi intravena dibatalkan.
Dosis Urografin 60 mg% untuk orang dewasa adalah 20 ml. Kalau perlu dapat diberikan dosis
rangkap yaitu 40 ml. Tujuh menit setelah penyuntikan dibuat film bucky antero-posterior
abdomen. Foto berikutnya diulangi pada 15, 30 menit dan 1 jam. Sebaiknya segera setelah pasien
disuntuk kontras, kedua ureter dibendung, baru dibuat foto 7 menit. Kemudian bendungan
dibuka, langsung dibuat foto dimana diharapkan kedua ureter terisi. Dilanjutkan dengan foto 15
dan 30 menit. Pada kasus tertentu dibuat foto 1 dan 2 jam, malahan foto 6, 12 dan 24 jam (15).
Pada batu yang radiolusen foto dengan bantuan kontras akan menyebabkan terdapatnya defek
pengisian pada tempat batu sehingga memberi gambaran pada daerah batu yang kosong (4).
Yang menyulitkan adalah bila ginjal yang mengandung batu tidak berfungsi lagi sehingga
kontras tidak muncul. Dalam hal seperti ini perlu dilanjutkan dengan pielografi retrograde atau
anterograd yang dilaksanakan pemasangan kateter ureter melalui sistokop pada ureter ginjal yang
tidak dapat berfungsi untuk memasukkan kontras.
Tehnik urografi retrograde memerlukan prosedur sistokopi. Kateter dimasukkan oleh seorang
ahli urologi. Kerjasama antara ahli urologi dan radiology diperlukan, karena waktu memasukkan
kontras, posisi pasien dapat dipantau (dimonitor) dengan fluoroskopi atau televise. Udara dalam
kateter dikeluarkan, kemudian 25% bahan kontras yang mengandung jodium disuntikkan,

dengan dosis 5-10 ml, ini dibawah pengawasan fluoroskopi. Harus dicegah pengisian yang
berlebihan, sebab resiko ekstravasasi ke dalam sinus renalis atau intravasasi ke dalam kumpulan
saluran-saluran (collecting duct). Ekstravasasi kontras dapat menutupi bagian-bagian yang halus
dekat papilla. Rutin dibuat proyeksi frontal dan oblik. Kemudian kateter diangkat pada akhir
pemeriksaan, lalu dibuat foto polos abdomen. Jika ada obstruksi dibuat lagi foto 15 menit
kemudian (5).
Pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk mencari kelainan kemih yang dapat menunjang akan
adanya batu di saluran kemih, menentukan fungsi ginjal, dan menentukan sebab terjadinya batu
(4)
.
Pemeriksaan renogram berguna untuk menentukan faal setiap ginjal secara terpisah pada batu
ginjal bilateral atau bila kedua ureter tersumbat total. Cara ini dipakai untuk memastikan ginjal
yang masih mempunyai sisa faal yang cukup sebagai dasar untuk melakukan tindak bedah pada
ginjal yang sakit.
Pemeriksaan ultrasonografi dapat dilakukan untuk semua jenis batu tanpa tergantung kepada
radiolusen atau radioopak. Di samping itu dapat ditentukan ruang dan lumen saluran kemih.
Pemeriksaan ini juga dipakai untuk menentukan batu selama tindakan pembedahan untuk
mencegah tertinggalnya batu.
Pada pemeriksaan dengan CT-Scan, kontras dapat diberikan maupun tidak. Pemeriksaan dengan
CT-Scan ini umumnya dilakukan untuk mengetahui batu yang ada di ginjal. Dapat bersifat
informatif tentang morfologi dan kelainan ginjal, beserta morfologi batu (4,5)
II.4 Diagnosis Banding
Kolik ginjal dan ureter dapat disertai dengan akibat yang lebih lanjut misalnya distensi usus dan
pionfrosis dengan demam. Oleh karena itu jika dicurigai terjadi kolik ureter maupun ginjal,
khususnya yang kanan, perlu dipertimbangkan kemungkinan kolik sakluran cerna, kandung
empedu, atau apendisitis akut. Selain itu pada wanita perlu juga dipertimbangkan kemungkinan
adneksitis.
Bila terjadi hematuria dipertimbangkan keganasan apalagi jika hematuria terjadi tanpa nyeri.
Selain itu batu saluran kemih yang bertahun-tahun dapat menyebabkan terjadinya tumor yang
umumnya karsinoma epidermoid, akibat rangsangan dan inflamasi.
Khusus untuk batu ginjal dengan hidrnefrosis perlu dipertimbangkan kemungkinan tumor ginjal
mulai dari jenis ginjal polikista hingga tumor Grawitz.
Pada batu ureter, terutama dari jenis yang radiolusen, apalagi bila disertai dengan hematuria yang
tidak disertai dengan kolik, perlu dipertimbangkan kemungkinan tumor ureter, walaupun tumor
ini jarang ditemukan.
Dugaan batu vesika urinaria juga perlu dibandingkan dengan kemungkinan tumor kandung
kemih terutama bila batu yang terdapat dari jenis radioluasen.

Batu prostat yang biasanya tidak sukar didiagnosis karena gambaran radiologiknya yang khas,
yang kecil seperi kumpulan pasir di daerah prostat. Tetapi pada pemeriksaan colok dubur dapat
memberi kesan adanya keganasan, terutama bila terdapat batu yang cukup banyak sehingga
teraba seperti karsinoma prostat. Dalam keadaan yang tidak pasti seperti itu perlu dilakukan
biopsi prostat (1,2,3)
II.5 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan batu saluran kemih harus tuntas, sehingga bukan hanya mengeluarkan batu saja,
tetapi harus disertai dengan terapi penyembuhan penyakit batu atau paling sedikit disertai dengan
terapi pencegahan. Hal ini karena batu sendiri hanya merupakan gejala penyakit batu, sehingga
pengeluaran batu dengan cara apapun bukanlah merupakan terapi yang sempurna. Selanjutnya
perlu juga diketahui bahwa pengeluaran batu baru diperlukan bila batu menyebabklan gangguan
pada saluran air kemih. Bila batu ternyata tidak memberi gangguan fungsi ginjal, maka batu
tersebut tidak perlu diangkat apalagi misalnya pada batu ureter diharapkan batu dapat keluar
sendiri.
Penanganannya dapat berupa terapi medik dan simptomatik atau dengan bahan pelarut. Dapat
pula dengan pembedahan atau dengan tindak bedah yang kurang invasif, misalnya nefrostomi
perkutan, atau tanpa pembedahan sama sekali antara lain secara gelombang kejut.
Terapi medik batu saluran kemih berusaha mengeluarkan batu atau melarutkan batu. Pengobatan
simptomatik mengusahakan agar nyeri khususnya kolik yang terjadi menghilang dengan
pemberian simpatolitik. Selain itu terutama untuk batu ureter yang dapat diharapkan keluar
dengan sendirinya, dapat diberikan minum berlebihan disertai diuretikum. Dengan produksi air
kemih yang lebih banyak diharapkan dapat mendorong dan mengeluarkan batu (3).
II.6 Pencegahan
Untuk mencegah pembentukan kristal fosfat, ammonium, magnesium, semua batu yang ada
dalam saluran kemih harus dihilangkan karena kuman B.Proteus dapat berada di bagian yang
sulit dicapai oleh antibiotic. Karena itu untuk batu struvit mutlak harus dicegah adanya batu
residu agar infeksi dapat dibasmi sempurna. Kristalisasi asam urat sangat tergantung pada pH
urin. Bila pH selalu di atas 6,2 maka tidak akan terbentuk kristal asam urat. Pencegahannya
adalah dengan diit dan pada penyakit asam urat yang tinggi dalam serum dapat diberikan
alopurinol.
Peningkatan saturasi oktokalsium fosfat sama seperti magnesium, ammonium, fosfat, yaitu
tergantung pada pH. Hanya pada nilai pH di atas 6,5 nilai saturasi oktokalsium fosfat akan
berada di atas daerah lewat jenuh.
Kalsium oksalat terdapat pada 75% batu ginjal dan merupakan komposisi yang paling sering
ditemukan pada batu saluran kemih di Negara maju, dalam keadaan normal kalsium oksalat tidak
berada dalam puncak saturasi di air kemih. Faktor utama yang menentukan saturasi oksalat
kalsium adalah kalsium dan oksalat. Oksalat mempunyai potensi jauh lebih besar jika dibanding
dengan kalsium sebagai faktor saturasi di air kemih sehingga untuk menghindari terjadinya

kristalisasi kalsium oksalat yang terpenting adalah mencegah ekskresi oksalat di air kemih.
Ekskresi oksalat di air kemih sebagian berasal dari makanan, tetapi sebagian besar bersumber
dari metabolisme endogen. Dari bahan makanan yang paling banyak mengandung oksalat adalah
bayam, teh, kopi dan coklat. Makanan dengan rendah oksalat merupakan cara yang bermanfaat
untk mengurangi ekskresi okasalat(1,3).
DAFTAR PUSTAKA
1. Glenn, James F. Urologic Surgery Ed.4. Philadelphia : Lippincott-Raven Publisher, 1991
2. Wim de Jong, R. Sjamsuhidajat, Buku Ajar Ilmu Bedah, Ed. Revisi, EGC, Jakarta, 1997
3. Oswari, Jonatan; Adrianto, Petrus, Buku Ajar bedah, E

BATU SALURAN KEMIH (UROLITHIASIS)


Urolithiasis merupakan penyakit yang salah satu dari gejalanya adalah pembentukan batu di
dalam saluran kemih. Penyakit ini diduga telah ada sejak peradaban manusia yang tua, karena
ditemukan batu di antara tulang panggul kerangka mummi dari seorang berumur 16 tahun.
Mummi ini diperkirakan sekitar 7000 tahun. Di berbagai tempat lain dilaporkan penemuan batu
kandung kemih.
Penelitian epidemiologik memberikan kesan seakan-akan penyakit batu mempunyai hubungan
dengan tingkat kesejahteraan masyarakat dan berubah sesuai dengan perkembangan kehidupan
suatu bangsa. Berdasarkan pembandingan data penyakit batu saluran kemih di berbagai negara
dapat disimpulkan bahwa di negara yang mulai berkembang terdapat banyak batu bagian bawah,
terutama terdapat di kalangan anak. Di negara yang sedang berkembang terdapat insidensi batu
yang relative rendah, baik dari batu saluran kemih bagian bawah maupun dari batu saluran kemih
bagian atas. Di Negara yang telah berkembang terdapat banyak batu saluran kemih bagian atas,
terutama di kalangan orang dewasa. Pada suku bangsa tertentu penyakit batu saluran kemih
sangat jarang, misalnya suku bangsa Bantu di Afrika selatan.
Abad 16 hingga abad 18 tercatat insidensi tertinggi penderita batu kandung kemih yang
ditemukan pada anak di berbagai Negara Eropa. Batu seperti ini sejak abad 18 menghilang
sehingga disebut batu sejarah. Berbeda dengan Eropa, di Negara berkembang penyakit batu
kandung kemih seperti ini masih ditemukan hingga saat ini, misalnya di Indonesia, Thailand,
India, Kamboja, dan Mesir. Karena ditemukan secara endemik, maka penyakit batu kandung
kemih ini disebut batu endemik atau batu primer karena terbentuk langsung di dalam kandung
kemih tanpa sebab yang jelas (2).
Batu kandung kemih dapat juga terbentuk pada usia lanjut yang disebut batu sekunder karena
terjadi sebagai akibat adanya gangguan aliran air kemih, misalnya karena hipertropi prostate (2).
II.1 Komposisi dan Pembentukan Batu

Komposisi batu yang ditemukan pada seseorang perlu ditentukan, karena komposisi batu dipakai
sebagai landasan untuk menelusuri etiologi penyakit batu saluran kemih. Analisa batu dapat
dilakukan secara kimiawi, yaitu kualitatif, cara kualitatif dengan metode kromatografik dan
autoanalisis. Cara lain ialah optik dengan diseksi mikroskopik binokuler dengan mikroskop
petrografik. Juga cara instrumental melalui kristalografi radiografik, spektroskopi infra merah,
termoanalitik dan mikroskopi elektron. Kristalografi radiografik merupakan cara yang dianggap
paling baik ditinjau dari segi kesederhanaan dan ketepatannya.
Komposisi batu saluran kemih yang dapat ditemukan adalah dari jenis asam urat, oksalat, fosfat,
sistein dan xantin. Batu oksalat kalsium kebanyakan merupakan batu idiopatik. Batu campuran
oksalat kalsium dan fosfat biasanya juga idiopatik, diantaranya berkaitan dengan sindroma alkali
atau kelebihan vitamin D. Batu fosfat dan kalsium kadang disebabkan hiperkalsiuria (tanpa
hiperkalsemia). Batu fosfat amonium magnesium didapatkan pada infeksi kronik yang
disebabkan bakteri yang menghasilkan urease sehingga urin menjadi alkali karena pemecahan
ureum. Batu asam urin disebabkan hiperuremia pada artritis urika. Batu urat pada anak terbentuk
karena pH urin rendah (1,3)
Pada kebanyakan penderita batu kemih ditemukan penyebab yang jelas. Faktor predisposisi
berupa stasis, infeksi dan benda asing. Infeksi, stasis dan litiasis merupakan faktor yang saling
memperkuat sehingga terbentuk lingkaran setan atau disebut sirkulus visiosus.
Jaringan abnormal atau mati sepeti pada nekrosis papilla di ginjal dan benda asing mudah
menjadi nidus dan inti batu. Demikian pula telor sistosoma kadang berupa nidus batu.
Batu idioptik disebabkan oleh pengaruh berbagai faktor. Misalnya batu urat pada anak di negara
yang sedang berkembang. Faktor yang memegang peran kausal ialah dehidrasi dan
gastroenteritis. Faktor ini mengakibatkan oliguria dengan urin yang mengandung kadar tinggi
asam urin dan ikatan kimia lain. Faktor lain ialah imobilisasi lama pada penderita cedera dengan
fraktor multiple atau paraplegi yang menyebabkan dekalsifikasi tulang dengan peningkatan
ekskresi kalsium dan stasis, sehingga presipitasi batu mudah terjadi. Pada sebagian kecil
pemderita batu kemih didapatkan kelainan kausal yang menyebabkan ekskresi kelebihan bahan
dasar batu seperti yang terjadi pada hiperparatiroidisme, hiperkalsiuria, artritis urika dan
sistinuria.
II.2 Gambaran Klinik
Tanda dan gejala penyakit batu saluran kemih ditentukan oleh letaknya, besarnya dan
morfologinya. Walaupun demikian penyakit ini mempunyai tanda umum yaitu hematuria, baik
hematuria makroskopik atau mikroskopik. Selain itu, bila disertai infeksi saluran kemih dapat
juga ditemukan kelainan endapan urin bahkan mungkin demam atau tanda sistemik lain (2,3)
Berdasarkan jenisnya bibagi dalam :
II.2.1 Batu Pelvis Ginjal

Batu pielum didapatkan dalam bentuk yang sederhana sehingga hanya menempati bagian pelvis,
tetapi dapat juga tumbuh mengikuti bentuk susunan pelviokaliks, sehingga bercabang
menyerupai tanduk rusa. Kadang batu hanya terdapat di suatu kaliks. Batu pelvis ginjal dapat
bermanifestasi tanpa gejala sampai dengan gejala berat. Umumnya gejala batu saluran kemih
merupakan akibat dari obstruksi aliran kemih atau infeksi (5).
Nyeri di daerah pinggang dapat dalam bentuk pegal hingga kolik atau nyeri yang terus menerus
dan hebat karena adanya pionefrosis.
Pada pemeriksaan fisik mungkin kelainan sama sekali tidak ada, sampai mungkin terabanya
ginjal yang membesar akibat adanya hidronefrosis.
Nyeri dapat berupa nyeri tekan atau ketok pada daerah arkus costa pada sisi ginjal yang terkena.
Sesuai dengan gangguan yang terjadi, batu ginjal yang terletak di pelvis dapat menyebabkan
terjadinya hidronefrosis, sedangkan batu kaliks pada umumnya tidak memberikan kelainan fisik.
II.2.2 Batu Ureter
Anatomi ureter menunjukkan beberapa tempat penyempitan yang memungkinkan batu ureter
dapat terhenti, karena adanya peristaltis maka akan terjadi gejala kolik yaitu nyeri yang hilang
timbul disertai perasaan mual dengan atau tanpa muntah dengan nyeri alih khas. Selama batu
bertahan di tempat yang menyumbat, selama itu kolik akan datang sampai batu bergeser dan
memberi kesempatan pada air kemih untuk lewat (2).
Batu ureter mungkin dapat lewat sampai ke kandung kemih dan kemudian keluar bersama
kemih. Batu ureter juga bisa sampai ke kandung kemih dan kemudian berupa nidus menjadi batu
kandung kemih yang besar. Batu juga bisa tetap tinggal di ureter sambil menyumbat dan
menyebabkan obstruksi kronik dengan hidroureter yang mungkin asimptomatik. Tidak jarang
terjadi hematuria yang didahului oleh serangan kolik. Bila keadaan obstruksi terus berlangsung,
lanjutan dari kelainan yang terjadi dapat berupa hidronefrosis dengan atau tanpa pielonefritis,
sehingga menimbulkan gambaran infeksi umum (2).
II.2.3 Batu Vesika Urinaria
Karena batu menghalangi aliran air kemih akibat penutupan leher kandung kemih, maka aliran
yang mula-mula lancar secara tiba-tiba akan terhenti dan menetes disertai dengan rasa nyeri.
Pada anak, menyebabkan anak yang bersangkutan menarik penisnya sehingga tidak jarang dilihat
penis yang agak panjang. Bila pada saat sakit tersebut penderita berubah posisi maka suatu saat
air kemih akan dapat keluar karena letak batu yang berpindah. Bila selanjutnya terjadi infeksi
yang sekunder, maka nyeri menetap di suprapubik (1,4).
II.2.4 Batu Prostat
Pada umunya batu prostat juga berasal dari air kemih yang secara retrograde terdorong ke dalam
saluran prostat dan mengendap, yang akhirnya berupa batu yang kecil. Pada umumnya batu ini
tidak memberikan gejala sama sekali karena tidak menyebabkan gangguan pasase air kemih (4).

II.2.5 Batu Uretra


Batu uretra umumnya merupakan batu yang berasal dari ureter atau vesika urinaria yang oleh
aliran kemih sewaktu miksi terbawa ke uretra, tetapi menyangkut di tempat yang agak lebar.
Tempat uretra yang agak lebar ini adalah di pars bulbosa dan di fossa navikular. Bukan tidak
mungkin dapat ditemukan di tempat lain.
Gejala yang ditimbulkan umumnya sewaktu miksi tiba-tiba terhenti, menjadi menetes dan terasa
nyeri.
Penyulit dapat berupa terjadinya divertikel, abses, fistel proksimal, dan uremia karena obstruksi
urin (3).
II.3 Diagnosis
Selain pemeriksaan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk menegakkan diagnosis,
penyakit batu perlu ditunjang dengan pemeriksaan radiologis, laboratorium, dan penunjang lain
untuk menentukan kemungkinan adanya obstruksi jalan kemih, infeksi dan gangguan faal ginjal.
Secara radiologik, batu ada yang radioopak dan ada yang radiolusen. Sifat radioopak ini berbeda
untuk berbagai jenis batu, sehingga dari sifat ini dapat diduga jenis batu yang dihadapi. Yang
radiolusen umumnya adalah dari jenis asam urat murni.
Pada yang radioopak pemeriksaan dengan foto polos sudah cukup untuk menduga adanya batu
saluran kemih bila diambil foto dua arah. Pada keadaaan yang istimewa tidak jarang batu terletak
di depan bayangan tulang, sehingga dapat terhindar dari pengamatan. Karena itu, foto polos perlu
sering ditambah dengan foto pielografi intravena atau yang biasa disebut foto BNO-IVP (5).
Pemeriksaan IVP memerlukan persiapan, yaitu malam sebelum pemeriksaan diberikan kastor oli
(catharsis) atau laksans untuk membersihkan kolon dari feses yang menutupi daerah ginjal.
Sebelumnya pasien juga harus diperiksa kadar ureum dan kreatininnya untuk mengetahui fungsi
ginjal. Untuk mendapatkan keadaan dehidrasi ringan, pasien tidak diberikan cairan (minum)
mulai dari jam 10 malam sebelum pemeriksaan. Keesokan harinya penderita harus puasa. Untuk
bayi dan anak diberikan minum yang mengandung karbonat, tujuannya untuk mengembangkan
lambung dengan gas. Usus akan berpindah, sehingga bayangan kedua ginjal dapat dilihat melalui
lambung yang terisi gas. Bahan kontras Conray (Meglumine Iothalamat 60% atau Hypaque
Sodium/Sodium Diatrizoate 50%), Urografin 60% atau 76%.
Sebelum pasien disuntik urografin 60 mg% harus dilakukan terlebih dahulu uji kepekaan. Dapat
berupa pengujian subkutan atau intravena. Jika penderita alergi terhadap bahan kontras,
pemeriksaan pielografi intravena dibatalkan.
Dosis Urografin 60 mg% untuk orang dewasa adalah 20 ml. Kalau perlu dapat diberikan dosis
rangkap yaitu 40 ml. Tujuh menit setelah penyuntikan dibuat film bucky antero-posterior
abdomen. Foto berikutnya diulangi pada 15, 30 menit dan 1 jam. Sebaiknya segera setelah pasien
disuntuk kontras, kedua ureter dibendung, baru dibuat foto 7 menit. Kemudian bendungan

dibuka, langsung dibuat foto dimana diharapkan kedua ureter terisi. Dilanjutkan dengan foto 15
dan 30 menit. Pada kasus tertentu dibuat foto 1 dan 2 jam, malahan foto 6, 12 dan 24 jam (15).
Pada batu yang radiolusen foto dengan bantuan kontras akan menyebabkan terdapatnya defek
pengisian pada tempat batu sehingga memberi gambaran pada daerah batu yang kosong (4).
Yang menyulitkan adalah bila ginjal yang mengandung batu tidak berfungsi lagi sehingga
kontras tidak muncul. Dalam hal seperti ini perlu dilanjutkan dengan pielografi retrograde atau
anterograd yang dilaksanakan pemasangan kateter ureter melalui sistokop pada ureter ginjal yang
tidak dapat berfungsi untuk memasukkan kontras.
Tehnik urografi retrograde memerlukan prosedur sistokopi. Kateter dimasukkan oleh seorang
ahli urologi. Kerjasama antara ahli urologi dan radiology diperlukan, karena waktu memasukkan
kontras, posisi pasien dapat dipantau (dimonitor) dengan fluoroskopi atau televise. Udara dalam
kateter dikeluarkan, kemudian 25% bahan kontras yang mengandung jodium disuntikkan,
dengan dosis 5-10 ml, ini dibawah pengawasan fluoroskopi. Harus dicegah pengisian yang
berlebihan, sebab resiko ekstravasasi ke dalam sinus renalis atau intravasasi ke dalam kumpulan
saluran-saluran (collecting duct). Ekstravasasi kontras dapat menutupi bagian-bagian yang halus
dekat papilla. Rutin dibuat proyeksi frontal dan oblik. Kemudian kateter diangkat pada akhir
pemeriksaan, lalu dibuat foto polos abdomen. Jika ada obstruksi dibuat lagi foto 15 menit
kemudian (5).
Pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk mencari kelainan kemih yang dapat menunjang akan
adanya batu di saluran kemih, menentukan fungsi ginjal, dan menentukan sebab terjadinya batu
(4)
.
Pemeriksaan renogram berguna untuk menentukan faal setiap ginjal secara terpisah pada batu
ginjal bilateral atau bila kedua ureter tersumbat total. Cara ini dipakai untuk memastikan ginjal
yang masih mempunyai sisa faal yang cukup sebagai dasar untuk melakukan tindak bedah pada
ginjal yang sakit.
Pemeriksaan ultrasonografi dapat dilakukan untuk semua jenis batu tanpa tergantung kepada
radiolusen atau radioopak. Di samping itu dapat ditentukan ruang dan lumen saluran kemih.
Pemeriksaan ini juga dipakai untuk menentukan batu selama tindakan pembedahan untuk
mencegah tertinggalnya batu.
Pada pemeriksaan dengan CT-Scan, kontras dapat diberikan maupun tidak. Pemeriksaan dengan
CT-Scan ini umumnya dilakukan untuk mengetahui batu yang ada di ginjal. Dapat bersifat
informatif tentang morfologi dan kelainan ginjal, beserta morfologi batu (4,5)
II.4 Diagnosis Banding
Kolik ginjal dan ureter dapat disertai dengan akibat yang lebih lanjut misalnya distensi usus dan
pionfrosis dengan demam. Oleh karena itu jika dicurigai terjadi kolik ureter maupun ginjal,
khususnya yang kanan, perlu dipertimbangkan kemungkinan kolik sakluran cerna, kandung

empedu, atau apendisitis akut. Selain itu pada wanita perlu juga dipertimbangkan kemungkinan
adneksitis.
Bila terjadi hematuria dipertimbangkan keganasan apalagi jika hematuria terjadi tanpa nyeri.
Selain itu batu saluran kemih yang bertahun-tahun dapat menyebabkan terjadinya tumor yang
umumnya karsinoma epidermoid, akibat rangsangan dan inflamasi.
Khusus untuk batu ginjal dengan hidrnefrosis perlu dipertimbangkan kemungkinan tumor ginjal
mulai dari jenis ginjal polikista hingga tumor Grawitz.
Pada batu ureter, terutama dari jenis yang radiolusen, apalagi bila disertai dengan hematuria yang
tidak disertai dengan kolik, perlu dipertimbangkan kemungkinan tumor ureter, walaupun tumor
ini jarang ditemukan.
Dugaan batu vesika urinaria juga perlu dibandingkan dengan kemungkinan tumor kandung
kemih terutama bila batu yang terdapat dari jenis radioluasen.
Batu prostat yang biasanya tidak sukar didiagnosis karena gambaran radiologiknya yang khas,
yang kecil seperi kumpulan pasir di daerah prostat. Tetapi pada pemeriksaan colok dubur dapat
memberi kesan adanya keganasan, terutama bila terdapat batu yang cukup banyak sehingga
teraba seperti karsinoma prostat. Dalam keadaan yang tidak pasti seperti itu perlu dilakukan
biopsi prostat (1,2,3)
II.5 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan batu saluran kemih harus tuntas, sehingga bukan hanya mengeluarkan batu saja,
tetapi harus disertai dengan terapi penyembuhan penyakit batu atau paling sedikit disertai dengan
terapi pencegahan. Hal ini karena batu sendiri hanya merupakan gejala penyakit batu, sehingga
pengeluaran batu dengan cara apapun bukanlah merupakan terapi yang sempurna. Selanjutnya
perlu juga diketahui bahwa pengeluaran batu baru diperlukan bila batu menyebabklan gangguan
pada saluran air kemih. Bila batu ternyata tidak memberi gangguan fungsi ginjal, maka batu
tersebut tidak perlu diangkat apalagi misalnya pada batu ureter diharapkan batu dapat keluar
sendiri.
Penanganannya dapat berupa terapi medik dan simptomatik atau dengan bahan pelarut. Dapat
pula dengan pembedahan atau dengan tindak bedah yang kurang invasif, misalnya nefrostomi
perkutan, atau tanpa pembedahan sama sekali antara lain secara gelombang kejut.
Terapi medik batu saluran kemih berusaha mengeluarkan batu atau melarutkan batu. Pengobatan
simptomatik mengusahakan agar nyeri khususnya kolik yang terjadi menghilang dengan
pemberian simpatolitik. Selain itu terutama untuk batu ureter yang dapat diharapkan keluar
dengan sendirinya, dapat diberikan minum berlebihan disertai diuretikum. Dengan produksi air
kemih yang lebih banyak diharapkan dapat mendorong dan mengeluarkan batu (3).
II.6 Pencegahan

Untuk mencegah pembentukan kristal fosfat, ammonium, magnesium, semua batu yang ada
dalam saluran kemih harus dihilangkan karena kuman B.Proteus dapat berada di bagian yang
sulit dicapai oleh antibiotic. Karena itu untuk batu struvit mutlak harus dicegah adanya batu
residu agar infeksi dapat dibasmi sempurna. Kristalisasi asam urat sangat tergantung pada pH
urin. Bila pH selalu di atas 6,2 maka tidak akan terbentuk kristal asam urat. Pencegahannya
adalah dengan diit dan pada penyakit asam urat yang tinggi dalam serum dapat diberikan
alopurinol.
Peningkatan saturasi oktokalsium fosfat sama seperti magnesium, ammonium, fosfat, yaitu
tergantung pada pH. Hanya pada nilai pH di atas 6,5 nilai saturasi oktokalsium fosfat akan
berada di atas daerah lewat jenuh.
Kalsium oksalat terdapat pada 75% batu ginjal dan merupakan komposisi yang paling sering
ditemukan pada batu saluran kemih di Negara maju, dalam keadaan normal kalsium oksalat tidak
berada dalam puncak saturasi di air kemih. Faktor utama yang menentukan saturasi oksalat
kalsium adalah kalsium dan oksalat. Oksalat mempunyai potensi jauh lebih besar jika dibanding
dengan kalsium sebagai faktor saturasi di air kemih sehingga untuk menghindari terjadinya
kristalisasi kalsium oksalat yang terpenting adalah mencegah ekskresi oksalat di air kemih.
Ekskresi oksalat di air kemih sebagian berasal dari makanan, tetapi sebagian besar bersumber
dari metabolisme endogen. Dari bahan makanan yang paling banyak mengandung oksalat adalah
bayam, teh, kopi dan coklat. Makanan dengan rendah oksalat merupakan cara yang bermanfaat
untk mengurangi ekskresi okasalat(1,3).
DAFTAR PUSTAKA
1. Glenn, James F. Urologic Surgery Ed.4. Philadelphia : Lippincott-Raven Publisher, 1991
2. Wim de Jong, R. Sjamsuhidajat, Buku Ajar Ilmu Bedah, Ed. Revisi, EGC, Jakarta, 1997
3. Oswari, Jonatan; Adrianto, Petrus, Buku Ajar bedah, E

You might also like