You are on page 1of 6

JURNAL PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS METODE

SPEKTROFOTOMETRI DERIVATIF ( PENETAPAN KADAR TEOFILIN


DALAM CAMPURAN TEOFILIN DAN PARASETAMOL )
I. Tujuan
1. Membuat spektra dari masing-masing komponen dalam campuran.
2. Menentukan panjang gelombang zero crossing.
3. Membuat kurva baku dari larutan standarnya pada panjang gelombang zero crossing.
4. Menetapkan kadar teofilin.
II. Dasar Teori
Metode spektrofotometri derivatif telah diaplikasikan secara luas di dalam kimia analisis
kuantitatif, analisis lingkungan, farmasetik, klinik, forensik, biomedik, dan industri.
Spektrofotometri derivatif merupakan metode manipulatif terhadap spektra pada
spektrofotometri ultraviolet dan cahaya tampak. Pada spektrofotometri konvensional, spektrum
serapan merupakan plot serapan (A) terhadap panjang gelombang (). Pada metode
spektrofotometri derivatif, plot A lawan , ditransformasikan menjadi plot dA/d lawan untuk
derivatif pertama, dan d2A/d2 lawan untuk derivatif kedua, dan seterusnya. Panjang
gelombang serapan maksimum suatu senyawa pada spektrum normal akan menjadi zero
crossing pada spektrum derivatif pertama. Panjang gelombang tersebut tidak mempunyai serapan
atau dA/d = 0. Metode spektrofotometri derivatif dapat digunakan untuk analisis kuantitatif zat
dalam campuran dimana spektrumnya mungkin tersembunyi dalam suatu bentuk spektrum besar
yang saling tumpang tindih dengan mengabaikan proses pemisahan zat yang bertingkat-tingkat.
Dengan demikian metode ini dapat dilakukan lebih sederhana dengan waktu analisis yang lebih
cepat dan biaya yang dibutuhkan lebih murah (Hayun, 2006).
Untuk suatu larutan yang mengandung dua komponen yang menyerap, x dan y, serapan atau
absorbansi ( A ) diukur pada dua panjang gelombang. Ketelitian yang tinggi didapatkan dengan
memilih panjang gelombang yang serapannya maksimal karena dengan pergeseran sedikit pada
kurva serapan tidak menyebabkan perubahan absorbansi yang terlampau jauh. Pada metode
spektrofotometri derivatif, jumlah komponen dalam campuran dapat mencapai 8 komponen
dengan syarat selisih panjang gelombang maksimum antara komponen minimal 5 nm. Jika
jumlah komponen dalam sampel lebih dari 3 maka untuk menghitung kadar digunakan software
multikomponen yang terdapat pada alat spektrofotometer UV-Vis (Fatah, 2008).
Kadar larutan campuran dua zat dapat ditentukan dengan metode spektrofotometri. Namun jika
bila tidak dipisahkan terlebih dahulu maka spektrum komponen-komponennya sering saling
tumpang tindih (overlapping). Jika dikehendaki pengukuran tanpa pemisahan, dapat dilakukan
dengan metode spektrofotometri ultraviolet derivatif, dimana kadarnya diukur pada panjang
gelombang zero crossing (Widjaja dan Laksmiani, 2009).
Bila panjang gelombang zero crossing masing-masing senyawa tidak sama dengan panjang
gelombang pada serapan maksimumnya, maka penetapan kadar campuran dua senyawa dapat
dilakukan tanpa pemisahan terlebih dahulu. Akan tetapi apabila panjang gelombang zero
crossing masing-masing senyawa sama dengan panjang gelombang pada serapan maksimumnya
akan terjadi pelebaran pita, sehingga kurva derivatif pertama tidak akan membantu pemisahan
spektranya. Pada situasi tersebut maka dicoba derivatif kedua ( Fatah, 2008 ).

Derivasi atau pengunaan derivatif kedua dan selanjutnya akan menyebabkan terbentuknya
spektrum yang lebih tinggi pada derivatif selanjutnya (gambar. 1). Dengan demikian jumlah
spektrum akan bertambah karena pemecahan sejumlah puncak-puncak yang lebih terinci menjadi
dua spektrum.

Gambar 1. Bentuk spektrum derivatif pertama sampai


keempat suatu pita Gauss (Fatah, 2008).

Penentuan kadar teofilin dalam campuran teofilin dan parasetamol perlu dilakukan dengan
menggunakan metode spektrofotometri derivatif karena serapan maksimum dari parasetamol dan
teofilin berada pada panjang gelombang yang berdekatan. Hal ini menyebabkan terjadinya
tumpang tindih (overlapping) spektrum secara total. Spektrum yang tumpang tindih
menyebabkan kesulitan dalam penetapan kadar teofilin karena terganggu oleh serapan
parasetamol. Metode spektrofotometri derivatif dapat digunakan untuk meningkatkan pemecahan
puncak yang saling tumpang tindih tersebut sehingga teofilin dapat ditetapkan kadarnya tanpa
terganggu oleh serapan parasetamol (Wulandari, 2008).
Penetapan kadar teofilin dalam campuran parasetamol dan teofilin secara spektrofotometri
derivatif dapat dilakukan dengan menggunakan metode zero crossing dan metode peak to peak
( Wulandari, 2008 ).
A. Metode Zero Crossing
Pada metode zero crossing spektra serapan normal salah satu konsentrasi dari masing-masing
senyawa atau komponen dibuat spektra derivat pertama, derivat kedua dan derivat ketiga dengan
menggambarkan selisih absorban dua panjang gelombang berdekatan vs harga rata-rata dua
panjang gelombang tersebut. Dari spektra derivat tersebut ditentukan panjang gelombang zero
crossing komponen, dimana zero crossing masing-masing zat ditunjukkan oleh panjang
gelombang yang memiliki serapan nol pada berbagai konsentrasi. Apabila suatu campuran zat
memiliki memiliki zero crossing lebih dari satu, maka yang dipilih untuk dijadikan analisis
adalah zero crossing yang :
serapan senyawa pasangannya dan campurannya persis sama, karena pada tersebut dapat
secara selektif mengukur serapan senyawa pasangannya.
memiliki serapan yang paling besar, karena pada serapan yang paling besar, serapannya lebih
stabil sehingga kesalahan analisis dapat diperkecil (Hayun, 2006).
B. Metode Peak-to-Peak

Spektrum serapan larutan baku teofilin dan sampel dibuat spektrum derivatif pertama. Spektrum
derivatif pertama dibuat dengan memplotkan dA/d terhadap panjang gelombang (). Amplitudo
diperoleh dari selisih serapan 2 panjang gelombang yang berderet teratur dibagi , dalam hal ini
adalah 1 nm. Panjang gelombang peak-to-peak ditentukan dari penggabungan spektrum
derivatif larutan baku teofilin dan sampel. Dari hasil penggabungan spektrum derivatif tersebut,
dicari daerah panjang gelombang dimana terdapat spektrum yang saling berhimpitan satu sama
lain secara total yang menghasilkan puncak maksimum dan puncak minimum.
C. Teofilin ( C7H8N4O2 )
Teofilin memiliki nama lain Anhydrous Theophylline, 1,3-Dimethylxanthine; Teofilina dan
Theophyllinum. Bobot molekul dari obat ini adalah 180,2. Rumus struktur dari teofilin dapat
dilihat pada gambar di bawah ini :

3,7-Dihydro1,3dimethyl1H-purine2,6dione
Teofilin berupa serbuk kristal putih dengan titik lebur 270 - 274. 1
bagian teofilin terlarut dalam 120 bagian air, 80 bagian etanol dan 110
bagian kloroform; terlarut sebagian dalam eter; larut dalam asam
encer, ammonia, dan larutan alkali hidroksida. Absorbansi teofilin pada max 270 nm dalam
Larutan asam adalah sebesar 536 a sedangkan dalam larutan alkali atau basa absobansinya
sebesar 650a pada max 275 nm. Kurva absorbansi teofilin pada larutan asam serta basa dapat
dilihat pada gambar di bawah.

D. Paracetamol
Paracetamol memiliki nama lain Acetaminophen
atau
N-Acetylpaminophenol
N-(4Hydroxyphenyl)acetamide. Berat molekulnya 151,2.

Berupa kristal putih atau terdiri dari serbuk kristal. Titik


didihnya dalam air berkisar antara 169.0 to 170.5. Paracetamol sedikit larut dalam air dingin,

sangat larut dalam air panas, larut dalam etanol, metanol, dimetilformamide, etilene diklorida,
aseton, dan etil asetat; sedikit larut dalam eter dan kloroform; serta tidak larut dalam petrolium
eter, pentane dan benzene.

Larutan asam encer245 (A11=668a);


Larutan
basa
encer257 nm
(A11=715a)
( Anonim, 2005 )

III. Alat dan Bahan


Alat
Spektrofotometer UV/VIS
Kuvet
Timbangan analitik
Labu ukur 10 ml
Pipet tetes
Botol vial
Pipet ukur 5 ml
Bahan
Aquades
Larutan stok Parasetamol 5 g /ml
Larutan stok Teofilin 20 g /ml

IV. Cara Kerja


1. Pembuatan spektra dari masing-masing larutan paracetamol dan teofilin
Dibuat spektrum normal dari larutan tersebut dengan rentang panjang gelombang 220-320 nm
2. Penentuan zero crossing
Spektra serapan normal yang diperoleh, dibuat spektra derivat pertama, derivat kedua dan ketiga
dengan menggambarkan selisih absorban dua panjang gelombang terhadap harga rata-rata dua
panjang gelombang tersebut

Dari spektra derivat tersebut ditentukan


panjang gelombang zero crossing parasetamol, dimana

parasetamol bernilai nol.

3. Pembuatan kurva baku.


Larutan baku teofilin dibuat seri konsentrasi 0,75; 1,25; 1,75; 2,25; 2,75 dan 3,25 mg%

Dibuat kurva baku dengan mengukur seri


kadar larutan baku kafein pada panjang gelombang zero crossing. Nilai

spektrum dan kadar

dibuat dengan persamaan linier sehingga diperoleh persamaan y = bx + a (y = nilai


konsentrasi; b = slope; a = derau).

,x=

4. Penetapan kadar teofilin.


Larutan sampel campuran dibaca pada panjang gelombang zero crossing parasetamol.

Nilai
spektrum teofilin pada panjang
gelombang zero crossing parasetamol dimasukkan ke dalam persamaan kurva baku teofili

DAFTAR PUSTAKA
Fatah, A.M. 2008. Pemanfaatan Spektrofotometri Derivatif Untuk Penetapan Kadar
Dekstrometorfan Hidrobromida Dalam Tablet Obat Batuk.
Available at : www.i-lib.ugm.ac.id/jurnal/detail.php?dataId=7138
Opened at
: 9 April 2011
Hayun, Harianto dan Yenti. 2006. Penetapan Kadar Triprolidina Hidroklorida dan
Pseudoefedrina Hidroklorida dalam Tablet Anti Influenza secara Spektrofotometri Derivatif.
Available at: http://jurnal.farmasi.ui.ac.id/pdf/2006/v03n02/hayun0302.pdf
Opened at : 9 April 2011
Widjaja, I.N.K., dan N. P. L. Laksmiani. 2009. Petunjuk Praktikum Analisis Fisiko Kimia.
Jimbaran : Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana.
Wulandari, D., Regina D. F., Christine P. 2008. Penetapan Kadar Teofilin Dalam Campuran
Parasetamol, Salisilamida, dan Teofilin Secara Spektrofotometri Derivatif.

You might also like