You are on page 1of 132

Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Berbasis Reinforcement

Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V Semester II


SD Gugus I Gusti Ngurah Rai Denpasar Timur
Tahun Aajaran 2013/2014

Oleh:
I WAYAN REJI YASA
Nim: 0911031485

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2014

Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Berbasis Reinforcement


Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V Semester II
SD Gugus I Gusti Ngurah Rai Denpasar Timur
Tahun Aajaran 2013/2014

SKRIPSI
Diajukan kepada
Universitas Pendidikan Ganesha
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan Program
Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar

OLEH
I WAYAN REJI YASA
NIM : 0911031485

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2014

SKRIPSI
DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI TUGAS-TUGAS DAN
MEMENUHI SYARAT-SYARAT UNTUK MENCAPAI
GELAR SARJANA PENDIDIKAN

Menyetujui,

Pembimbing I

Pembimbing II

Drs. DB. Kt. Ngr. Semara Putra, S.Pd.M.For

Drs. I Ketut Ardana, M.Pd

NIP. 195805091985031002

NIP. 195507081979031003

Skripsi oleh I Wayan Reji Yasa


Telah dipertahankan di depan dewan pengji
Pada
Hari

: Jumat

Tanggal

: 21 November 2014

Dewan Penguji

Dr. I Wayan Rinda Suardika, S.Pd, M.Si


NIP.19501230 198303 2 003

(Ketua)

Drs. I Gusti Agung Oka Negara, S.Pd, M.Kes


NIP. 19561127 198303 1 001

(Anggota)

Drs. DB. Kt. Ngr. Semara Putra, S.Pd.M.FOr


NIP. 19580509 198503 1 002

(Anggota)

Drs. I Ketut Ardana, M.Pd


NPI. 19550708 197903 1 003

(Anggota)

Diterima oleh Panitia Ujian Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan


Ganesha Guna Memenuhi Syarat-syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana
Pendidikan.
Hari

Tanggal

:
Mengetahui

Ketua Ujian,

Sekretaris Ujian,

Prof. Dr. Ni Ketut Suarni, M.S.Kons

Drs. Ign. I Wayan Suwatra, M.Pd

NIP 19570303 198303 2 001

NIP 19560423 198303 1 002

Mengesahkan:
Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan,

Drs. Ketut Pudjawan, M.Pd


NIP 19550818 198303 1 002

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa karya tulis yang berjudul Pengaruh
pendekatan pembelajaran kontekstual berbasis Reinvorcement terhadap hasil
belajar IPA siswa kelas V semester II SD gugus I Gusti Gurah Rai Denpasar
Timur Tahun ajaran 2013/2014 beserta seluruh isinya adalah benar-benar
karya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan dan mengutip dengan
cara-cara yang tidak sesuai dengan etika yang berlaku dalam masyarakat
keilmuan.
Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan
kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran atas etika
keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim terhadap keaslian karya saya
ini.

Denpasar, 21 Oktober 2014


Yang membuat pernyataan

I Wayan Reji Yasa


NIM. 0911031485

MOTTO
Janganlah takut
untuk melangkah,
karena jarak 1000 mil
dimulai dari satu
langkah

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Ida Sang HyangWidhiWasa,
Tuhan Yang MahaEsa, karena atas berkat dan rahmat-Nya tulisan dengan judul
Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Berbasis Reinforcement Terhadap Hasil
Belajar IPA Siswa Kelas V Semester II SD Gugus I Gusti Ngurah Rai Denpasar
Timur Tahun Ajar 2013/2014 dapat diselesaikan.
Disadari tanpa bantuan dari berbagai pihak tulisan ini tidak pernah akan
selesai. Untuk itu pada kesempatan yang baik ini diucapankan terima kasih
kepada:
1. Bapak Drs. DB. Kt. NGR. Semara Putra, S.Pd.M.For selaku Pembimbing I
yang telah tulus dan sabar membimbing penulis dari awal sampai selesainya
skripsi ini.
2. Bapak Drs. I Ketut Ardana , M.Pd selaku Pembimbing II yang telah tulus dan
sabar membimbing penulis dari awal sampai selesainya skripsi ini.
3. Bapak Prof. Dr. I Nyoman Sudiana, M.Pd selaku Rektor Universitas
Pendidikan Ganesha.
4. Ibu Dr. MG Rini Kristiantari, M.Pd selaku ketua UPP PGSD dan PGPAUD
Denpasar
5. Bapak/IbuDosen di lingkungan Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang
tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan banyak masukan
dalam penyusunan skrips iini.
6. Orang tua dan keluarga terkasih yang telah memberikan dukungan dan doa
restu.

7. Teman-teman sejawat dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu
persatu yang telah memberikan bantuan dan motivasi dalam penyusunan
skripsi ini.

Tulisan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, agar dapat
bermanfaat dan memberikan arti kepada semua pihak yang berkepentingan, sangat
diharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun.

Denpasar,.2014

Penulis

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL


BERBASIS REINFORCEMENT DAN SISWA YANG DIBELAJARKAN
DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KONVENSIONAL DI KELAS V SD
GUGUS I GUSTI NGURAH RAI TAHUN AJARAN 2013/2014
OLEH
I Wayan Reji Yasa, NIM 0911031501
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada perbedaan yang signifikan
hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan pendekatan
pembelajaran kontekstual berbasis reinforcement dan siswa yang dibelajarkan
dengan pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD gugus I Gusti Ngurah
Rai tahun ajaran 2013/2014. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen
semu dengan desain penelitian Non Equivalent Control Group Design.
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD gugus I Gusti
Ngurah Rai yang berjumlah 440 siswa. Penentuan sampel dalam penelitian ini
dilakukan dengan teknik random sampling yang diacak adalah kelasnya untuk
menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan hasil pengundian yaitu
siswa kelas V SD 1 Penatih sebagai kelas eksperimen yang berjumlah 32 orang
siswa dan kelas VB SD 2 Penatih sebagai kelas kontrol yang berjumlah 30 orang
siswa. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan tes berupa tes objektif bentuk pilihan ganda biasa dengan jumlah
soal 30. Analisis data menggunakan metode statistik uji-t.
Hasil pengujian menunjukan ada perbedaan yang signifikan hasil belajar
IPA antara siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran
pendekatan pembelajaran kontekstual berbasis reinforcement dan siswa yang
dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional. Hal tersebut dapat dibuktikan
dari perolehan nilai rata-rata kelas eksperimen X = 55.81 > X = 47,67 pada kelas
kontrol dan berdasarkan kreteria pengujian thitung = 2,371> ttabel = 2,00
sehingga H0 ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
model pembelajaran pendekatan pembelajaran kontekstual berbasis
reinforcementIPA pada siswa kelas V SD Gugus I Gusti Ngurah Rai tahun ajaran
2013/2014.
Kata kunci: pendekatan pembelajaran
reinforcement, hasil belajar IPA

kontekstual,

berbasis

Abstract
This study aims to determine significant differences in science learning outcomes
between students who learned with using contextual-based reinforcement learning
approach and students who learned with conventional learning in class V sd group
I Gusti Ngurah Rai academic year 2013/2014. This research is a quasiexperimental research design with Non-Equivalent Control Group research
Design.Populasi in this study were fifth grade students of elementary Lieutenant
Colonel Vishnu groups totaling 440 students. The samples in this study conducted
by random sampling technique were randomized class to determine the
experimental class and the control class with the results of the draw are fifth grade
students of SD 1 Penatih as an experimental class numbering 32 students and
class 2 SD VB Penatih as control classes totaling 30 students. Data collection
methods used in this study using the test in the form of multiple choice objective
test with the usual number of about 30. Analysis of the data using t-test statistical
method. The test results showed no significant difference in learning outcomes
between students that learned IPA using contextual learning model-based
reinforcement learning approach and students who learned with conventional
learning. This can be evidenced from the acquisition of the average value of the
experimental class X = 55.81> X = 47.67 based on grade control and testing
criteria of t = 2.371> table = 2.00 so H0 is rejected and Ha accepted. It can be
concluded that the model-based learning approach to contextual learning in class
V reinforcementIPA SD Force I Gusti Ngurah Rai academic year 2013/2014.
Keywords: contextual learning approach, based reinforcement, learning outcomes
IPA

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...........................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING......................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN PENGUJI...............................................................iii
LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN...........................................iv
LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI...................................................v
MOTTO...............................................................................................................vi
PRAKATA...........................................................................................................vii
ABSTRAK...........................................................................................................ix
DAFTAR ISI........................................................................................................x
DAFTAR TABEL................................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................5
1.3 Tujuan Penelitian...............................................................................5
1.4 Manfaat Penelitian.............................................................................6
1.5 Asumsi dan Pembatasan Masalah......................................................7
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pendekatan Pembelajaran Kontekstual (CTL) berbasis
Reinforcement.....................................................................................9
2.2 Pembelajaran Konvensional...............................................................17

2.3 Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar...................................................19


2.4 Hasil Belajar IPA................................................................................21
2.5 Kerangka Berfikir...............................................................................25
2.6 Hipotesis Penelitian............................................................................28
BAB III METODE PENELITIAN

3.1
3.2
3.3
3.4
3.5
3.6

Rancangan dan Prosedur Penelitian....................................................29


Populasi dan Sampel Penelitian..........................................................32
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel.......................36
Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian........................37
Uji Instrumen.......................................................................................37
Teknik Analisis Data............................................................................43

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 HasilPenelitian.....................................................................................47
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian...............................................................52
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan..............................................................................................55
5.2 Saran...................................................................................................56
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................57

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1

Tabel Pola Rancangan Eksperimen


Non Equivalent Contol Grup..........................................................29

Tabel 3.2

Langkah-langkah Model Pembelajaran Kontekstual


Berbasis Reinforcement...................................................................31

Tabel 3.3

Sintaks Model Pembelajaran Konvensional..................................33

Tabel 3.4

Tabel Distribusi Anggota Populasi Penelitian


Berdasarkan Jenis Kelamin.............................................................34

Tabel 3.5

Rangkuman Hasil Uji Validitas Tes................................................38

Tabel 3.6

Daya Pembeda................................................................................40

Tabel 3.7

Rangkuman Hasil Uji Daya Pembeda..................................................41

Tabel 3.8

Kriteria Derajat Reliabilitas.............................................................42

Tabel 3.9

Ringkasan Tingkat Kesukaran........................................................43

Tabel 4.1

Tabel Rangkuman Hasil Belajar IPA Siawa Pada Ranah


Kognitif Kelas V SD Gugus I Gusti Ngurah Rai............................48

Tabel 4.2

Tabel Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas Data Hasil Belajar..........49

Tabel 4.3

Tabel Rekapitulasi Hasil Uji Homegenitas Varians


antar Kelompok...............................................................................50

Tabel 4.4

Tabel Rekapitulasi Hasil Uji Hipotesis Penelitian..........................51

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.

Jadwal penelitian60

Lampiran 2.

Surat Pengumpulan Data SD N 1 Penatih .61

Lampiran 3.

Surat Pengumpulan Data SD N 2 Penatih..62

Lampiran 4.

Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian


di SD N 1 Penatih.......63

Lampiran 5.

Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian

di SD N 2 Penatih...64
Lampiran 6.

RPP Kelompok Eksperimen...65

Lampiran 7.

RPP Kelompok Kontrol.....75

Lampiran 8.

Kisi kisi Tes Hasil Belajar IPA..84

Lampiran 9.

Soal Post Test....87

Lampiran 10. Uji Instrumen.....92


Lampiran 11. Hasil nilai Post Tes Siswa kelas V SD N1 Penatih
dan SD N2 Penatih....97
Lampiran 12. Uji Normalitas Data Kelas Eksperimen99
Lampiran 13 Uji Normalitas Data Kelas Kontrol103
Lampiran 14. Uji Homogenitas.107
Lampiran 15. Uji t.....108
Lampiran 16. Foto-FotoPenelitian110

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pendidikan merupakan salah satu sektor yang strategis dalam membentuk


dan mengelola sumber daya manusia yang bekualitas sesuai dengan apa yang
menjadi harapan masyarakat dan negara. Melalui lembaga pendidikan diharapkan
akan mampu mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga akan
siap menghadapi berbagai macam tantangan dalam persaingan yang terjadi
dewasa ini. Dalam sistem pendidikan, sekolah merupakan ujung tombak dan
paling menentukan dalam mencapai tujuan yang diharapkan.Pendidikan memiliki
kaitan yang erat dengan sekolah, karena sekolah merupakan tempat memperoleh
pendidikan secara formal. Perlu disadari bahwa proses pembelajaran merupakan
bagian yang sangat penting dari pendidikan. Pembelajaran yang bermutu tentu
akan menghasilkan output sumber daya manusia yang lebih bermutu. Untuk
menghasilkan sumber daya yang bermutu diharapkan guru memiliki peran yang
sangat besar dalam mengorganisasikan kelas sebagai bagian dari proses
pembelajaran dan siswa sebagai subjek yang sedang belajar. Pada kegiatan belajar
mengajar, guru memiliki posisi yang menentukan keberhasilan pembelajaran,
karena fungsi utama guru adalah merancang, mengelola dan mengevaluasi
pembelajaran. Guru dikelas sebagai manajer yang selalu menjalankan fungsi
manajemen pembelajaran terhadap siswa, lingkungan belajar dan materi
pembelajaran. Hal ini akan dituangkan dalam rancangan atau tehnik pembelajaran
yang dibuat atau dipilihnya. Dengan demikian, proses pembelajaran yang efektif,
efisien dan menarik serta hasil belajar yang bermutu dapat dicapai.
Kemampuan guru untuk mengemas proses pembelajaran tentu tidaklah
spontan, namun perlu persiapan persiapan. Pembelajaran yang bermutu tentu
diawali oleh persiapan yang baik pula. Persiapan tersebut meliputi; pembuatan

perangkat pembelajaran, perancangan kegiatan pembelajaran, dan persiapan


materi yang akan dibelajarkan kepada siswa. Kemampuan guru dalam hal ini tentu
memberi pengaruh yang sangat besar untuk dapat terlaksananya proses
pembelajaran yang bermutu dan bermakna bagi siswa.
Optimalisasi pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam
proses pembelajaran sangat bergantung pada faktor yang menyangkut kesiapan
siswa dan guru. Artinya, dalam pembelajaran kecermatan, keuletan, serta
semangat belajar merupakan tuntutan yang harus dipenuhi oleh siswa, sementara
itu guru hanya besifat fasilitator. Berhasil atau gagalnya seorang siswa dalam
belajar pada suatu lembaga pendidikan, secara umum digunakan tolak ukur adalah
hasil belajar. Hal ini disebabkan karena hasil belajar merupakan salah satu
indikasi tentang hasil pendidikan dan salah satunya adalah hasil pembelajaran
Ilmu Pengetahuaan Alam ( IPA ). Dalam merancang pembelajaran, sehingga
mendapatkan hasil yang yang optimal seorang guru harus memperhatikan tujuan
diselenggarakannya pembelajaran itu sendiri, termasuk didalam pembelajaran
IPA.
IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada setiap
jenjang pendidikan. Bila diajarkan menurut cara yang tepat, IPA merupakan suatu
mata pelajaran yang memberikan kesempatan latihan berpikir kritis kepada siswa.
Mata pelajaran IPA seharusnya merupakan suatu pelajaran yang ditunggu-tunggu,
disenangi, menantang dan bermakna bagi siswa. Kegiatan belajar mengajar
mengandung arti interaksi dari berbagai komponen, seperti guru, siswa, bahan
ajar, media dan sarana lain yang digunakan pada saat kegiatan berlangsung.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada hari rabu, 2 januari


2013 kepada Bapak I Made Arya Wiguna selaku ketua Gugus I Gusti Ngurah Rai
Denpasar Timur , pelaksanaan pembelajaran IPA pada kenyataan dilapangan
menunjukkan bahwa dalam pembelajaran IPA guru masih menggunakan
pembelajaran yang bersifat konvensional. Penggunaan pembelajaran konvensional
yang didominasi metode ceramah masih banyak digunakan oleh guru. Hal ini
menyebabkan siswa merasa bosan mendengarkan penjelasan dari guru, sehingga
siswa cenderung pasif dalam proses pembelajaran. Pengetahuan hanya
dipindahkan secara utuh dari pikiran guru kepikiran siswa. Siswa tidak diberi
kesempatan untuk membangun pengetahuannya sendiri. Selain itu guru kurang
memperhatikan penggunaan atau pemanfaatan media dalam pembelajaran IPA.
Siswa sulit memahami dan kurang tertarik dengan apa yang akan dipelajari
sehingga pembelajar menjadi kurang bermakna. Dalam pembelajaran IPA
diperlukan pemahaman konsep yang mendalam bukan menghafal konsep yang
ada. Dalam belajar IPA siswa banyak menghadapi konsep konsep penting yang
harus dikuasai, dimaknai agar dapat diingat lebih lama oleh otak. Tanpa
menghubungkan pengalaman baru dengan skema yang ada, pembelajaran akan
berlangsung kurang bermakna. Sehingga materi yang diperoleh mudah dilupakan,
yang pada akhirnya bermuara pada rendahnya hasil belajar yang dicapai oleh
siswa.
Apabila pembelajaran seperti ini terus dilaksanakan maka kompetensi
dasar dan indikator pembelajaran tidak akan dapat tercapai secara maksimal.
Selain itu pemilihan model pembelajaran yang tepat juga sangat memberikan
peranan dalam pembelajaran.

Pembelajaran Kontekstual merupakan suatu pendekatan pembelajaran


yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat
menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi
kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk menerapkannya dalam
kehidupan seharihari. Pembelajaran ini dapat digunakan oleh guru dalam upaya
meningkatkan hasil belajar IPA.
Muslich (2007:40) Menambahkan dalam suatu pembelajaran, pendekatan
memang bukan segalagalanya masih banyak faktor lain yang ikut
menentukan keberhasilan suatu pembelajaran. Faktor faktor tersebut
antara lain kurikulum yang menjadi acuan dasarnya, program pengajaran,
kualitas guru, materi pembelajaran, strategi pembelajaran, sumber
belajar,dan tehnik atau bentuk penilaian.
Selain faktor faktor diatas seorang siswa akan dapat belajar dengan baik
dan mencapai hasil belajar yang baik pula apabila didukung oleh faktor luar
seperti misalnya reinforcement dan faktor dalam (psikologis) seperti misalnya
minat, kreatifitas.
Sardiman (2010:39) menegaskan kehadiran faktorfaktor psikologis dalam belajar
akan memberikan andil yang cukup penting. Faktor psikologis akan
senantiasa memberikan kemudahan dalam upaya mencapai tujuan
pembelajaran secara maksimal, sebaliknya tampa kehadiran faktor
psikologis ini akan memperlambat proses pembelajaran bahkan dapat
pula menambah kesulitan dalam mengajar.
Faktor luar dan faktor dalam sangat penting dimiliki oleh siswa sendiri
untuk menimbulkan ketertarikan belajar. Berbagai tehnik dapat ditempuh oleh
guru memotivasi siswa dalam mengatasi berbagai permasalahan belajar.
Pemilihan tehnik yang sesuai dengan karakteristik siswa akan dapat
menumbuhkan motivasi siswa dalam mengatasi masalah belajar tersebut. Tehnik
yang dilakukan dalam memberi perhatian kepada siswa adalah dalam bentuk
memberi penguatan (reinforcement) pada setiap kemajuan yang ditunjukan siswa.

Reward

(reinforcement)

merupakan

faktor

penting

untuk

menimbulkan

ketertarikan untuk mengikuti pembelajaran di setiap mata pelajaran, khususnya


mata pelajaran IPA, sehinggga hasil belajar siswa dapat meningkat.

Dalam

penelitian

tehnik

ini

diteliti

model

pembelajaran

kontekstual

berbasis

reinforcement yang dihubungkan dengan hasil belajar peserta didik.


Berdasarkan permasalahan tersebut penulis akan melaksanakan penelitian
dengan judul Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Berbasis
Reinforcement Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Gugus I Gusti
Ngurah Rai Denpasar Timur Tahun Ajaran 2013/2014
1.2 RUMUSAN MASALAH
Apakah terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara siswa yang
dibelajarkan dengan pendekatan pembelajaran kontekstual berbasis reinforcement
dengan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensinal pada kelas V
SD Gugus I Gusti Ngurah Rai Denpasar Timur Tahun Ajaran 2013/2014?

1.3 TUJUAN PENELITIAN


Untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar antara siswa
yang dibelajarkan menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual berbasis
reinforcement dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran
konvensinal pada kelas V SD Gugus I Gusti Ngurah Rai Denpasar Timur Tahun
Ajaran 2013/2014.
1.4 MANFAAT PENELITIAN

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat yang dapat dilihat
dari segi teoritis dan praktis. Adapun manfaat teoritis maupun manfaat praktis
tersebut adalah sebagai berikut.
1.4.1

Manfaat Teoritis
(1)
Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan sekaligus
menambah reference hasil penelitian ilmu pengetahuan di bidang
(2)

pendidikan khususnya dalam mata pelajaran IPA SD.


Hasil penelitian ini akan memberikan penjelasan yang rinci tentang
keunggulan

pendekatan

Reinforcement
(3)

yang

pembelajaran
teruji

secara

Kontekstual

Berbasis

eksperimental

untuk

meningkatkan hasil belajar IPA Sekolah Dasar.


Hasil penelitian ini akan memberikan konsep dan fakta baru yang
bisa

dijadikan

pedoman

dalam

rancangan

perencanaan

pembelajaran maupun pedoman dalam rancangan penelitian


selanjutnya.
1.4.2 Manfaat Praktis
Penelitian ini memiliki beberapa manfaat bagi beberapa pihak yaitu :
(1)
Sekolah
Manfaat penelitian ini bagi sekolah dapat memberikan kontribusi yang
positif bagi dunia pendidikan yaitu sebagai bahan pertimbangan dalam
merencanakan perbaikan dan penyempurnaan proses pembelajaran di sekolah
khususnya untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa. Salah satunya dengan
menggunakan model pembelajaran Kontekstual Berbasis Reinforcement.
(2)

Siswa
Manfaat bagi siswa dari penelitian ini adalah siswa akan mendapatkan

suasana pembelajaran yang baru dengan tambahan penggunaan media

sehingga diharapkan siswa akan lebih antusias dalam prose pembelajaran


dengan demikian hasil pembelajaran akan meningkat.
(3)

Guru
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu alternative

pendekatan pembelajaran sehingga guru dapat meningkatkan hasil belajar


siswa.

(4)

Peneliti
Peneliti akan mendapatkan pengalaman langsung mengenai penelitian

ekperimental dan mengaetahui bagaimana menciptkan suasana pembelajaran


yang menyenangkan sehingga siswa akan termotivasi untuk belajar.
(5)

Peneliti lain
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu pedoman

untuk melakukan penelitian yang terkait.

1.5 ASUMSI DAN PEMBATASAN MASALAH


1.5.1 Asumsi Penlitian
Dalam melaksanakan penelitian eksperimen ini terdapat 2 asumsi sebagai
berikut.
(1) Kedua kelas yang digunakan sebagai sampel penelitian masih menggunakan
kurikulum yang sama dan memiliki sarana prasarana pembelajaran yang
memadai.
(2) Kelas eksperimen maupun kelas kontrol masih dalam satu gugus dan kedua kelas
1.5.2

dinyatakan setara melalui uji kesetaraan.


Pembatasan Masalah

Sesungguhnya banyak faktor yang terkait dan mempengaruhi kualitas


proses pembelajaran, seperti apa yang telah diidentifikasi diatas. Namun dengan
keterbatasan waktu, biaya, tenaga yang tersedia dan kemampuan peneliti maka
pada penelitian ini, difokuskan pada pengaruh pendekatan Pembelajaran
Kontekstual Berbasis Reinforcement Terhadap Hasil Belajar IPA pada siswa kelas
V SD semester II di Gugus I Gusti Ngurah Rai tahun ajaran 2013/2014 dan hanya
mencari hasil belajar kognitif.

BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Pendekatan Pembelajaran Kontekstual (CTL) berbasis Reinforcement


2.1.1 Model Pembelajaran Kontekstual (CTL)
Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang tidak bersifat
abstarktif melainkan bersifat nyata yang disesuaikan dengan lingkungan
belajar anak.
Sanjaya (2008:109) menyatakan Contekstual Teaching Learning ( CTL )
adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada
proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan
materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi
kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk menerapkannya
dalam kehidupan sehari hari.

Dari konsep tersebut ada tiga hal yang harus dipahami, pertama,
CTL menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan
materi, artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman
langsung. Proses pembelajaran CTL tidak mengharapkan agar siswa hanya
menerima pelajaran, akan tetapi proses mencari dan menemukan sendiri
materi pelajaran.
Kedua, CTL mendorong siswa agar dapat menemukan hubungan
antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa
dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di
sekolah dengan kehidupan nyata.
Ketiga, CTL mendorong siswa untuk menerapkannya dalam
kehidupan, artinya CTL bukan hanya mengharapkan siswa dapat
memhami materi yang dipelajarinya akan tetapi bagaimana materi itu
dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari hari. Materi
pelajaran dalam konteks CTL bukan untuk ditumpuk diotak dan kemudian
dilupakan akan tetapi sebagai bekal mereka dalam mengarungi kehidupan
nyata.
Trianto (2008:17) menyatakan pendekatan kontekstual (Contekstual
Teaching Learning) merupakan suatu konsepsi yang membantu
guru mengaitkan konten mata pelajaran dengan situasi dunia nyata
dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan
dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, dan
masyarakat.
Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna
bagi siswa. Oleh sebab itu proses

pembelajaran berlangsung alamiah

dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer


pengetahuan dari guru dan siswa.

Berdasarkan pendapat kedua ahli tersebut maka dapat disimpulkan


pendekatan kontekstual merupakan suatu pendekatan yang menuntut
adanya keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran dengan
mengaitkan mata pelajaran melalui situasi dunia nyata sehingga
pembelajaran akan lebih menarik dan siswa memperoleh pengetahuan
yang bermakna.
Proses pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil. Melalui
proses pembelajaran kontekstual, akan dapat membantu siswa untuk
memahami materi, makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan
mengaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari
hari (konteks pribadi, social, dan cultural), sehingga siswa memiliki
pengetahuan secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu
konteks permasalahan ke konteks permasalahan lainnya. Pengajaran
kontekstual memungkinkan siswasiswa TK sampai dengan SMA untuk
menguatkan, memper jelas, menerapkan pengetahuan dan keterampilan
akademik mereka dalam berbagai macam tatanan dalam sekolah dan luar
sekolah agar dapat memecahkan masalah masalah dunia nyata atau
masalah masalah yang disimulasikan. CTL menekankan pada berfikir
tingkat lebih tinggi, transfer pengetahuan lintas disiplin, pensintesisan
imformasi dan data dari berbagai sumber serta pandangan. Disamping itu
telah diidentifikasi unsur kunci CTL. University of Washington dalam
Trianto,2008:19), seperti berikut ini;
Pembelajaran bermakna: relevansi dan penghargaan pribadi siswa
bahwa ia berkepentingan terhadap konten yang harus dipelajari, penerapan
pengetahuan: kemampuan untuk melihat bagaimana/ apa yang dipelajari

diterapkan dalam tatanan tatanan yang lain dan fungsi fungsi pada
masa sekarang dan yang akan datang, berpikir tingkat lebih tinggi: siswa
dilatih

untuk

menggunakan

berpikir

kritis

dan

kreatif

dalam

mengumpulkan data, memahami suatu isu, atau memecahkan suatu


masalah, kurikulum yang dikembangkan berdasarkan standar: konten
pengajaran berhubungan dengan suatu rentang beragam standar lokal,
Negara bagian, nasional, asosiasi, dan/ atau industry, responsip terhadap
budaya: pendidik harus memahami dan menghormati nilai nilai,
keyakinan keyakinan, dan kebiasaan kebiasaan siswa, sesama rekan
pendidik dan masyarakat tempat mereka mendidik dan penilaian autentik:
penggunaan berbagai macam strategi penilaian secara valid mencerminkan
hasil belajar sesungguhnya yang diharapkan dari siswa.
Sesuai dengan karakteritiknya, pembelajaran CTL memiliki tujuh
komponen utama, yaitu kontruktivisme (Contruktivism), inkuiri (Inquiri),
bertanya (Questioning), masyarakat belajar (Learning Community),
pemodelan (Modeling), refleksi (Reflection), penilaian sebenarnya
(Authentic Assesment). Sebuah kelas dikatakan menggunakan pendekatan
CTL

jika

menerapkan

ketujuh

prinsip

tersebut

tersebut

dalam

pembelajarannya. CTL dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang


studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya (Trianto,
2008:25). Adapun penjelasan dari ketujuh prinsip tersebut diantaranya
sebagai berikut.
(1) Kontrukstivisme
Kontukstivisme suatu landasan teoritik pendidikan modern
termasuk CTL adalah teori pembelajaran kontrukstivis. Pendekatan ini
pada dasarnya menekankan pentingnya siswa membangun seniri

pengetahuan mereka lewat keterlibatan aktif proses belajar mengajar.


Proses pembelajaran lebih diwarnai student centered daripada teacher
centered. Sebagian besar waktu proses belajar - mengajar berlangsung
dengan berbasis pada aktivitas siswa. Kontruktivisme merupakan landasan
berpikir pendekatan kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh
manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks
yang terbatas. Untuk itu, tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut
dengan menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa, serta
memberikan kesempatan siswa untuk menemukan dan menerapkan idenya
sendiri sehingga dapat menyadarkan siswa agar menerapkan strategi
mereka sendiri dalam belajar.
(2) Inkuiri
Inkuiri merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis
kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa
diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta fakta, tetapi hasil
dari menemukan sendiri. Guru harus merancang kegiatan yang merujuk
pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkan. Siklus inkuiri
terdiri dari; (1) observasi, (2) bertanya, (3) mengajukan dugaan, (4)
pengumpulan data, (5) penyimpulan.
(3) Bertanya
Pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari bertanya.
Questioning (bertanya) merupakan strategi utama berbasis kontektual.
Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk
mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi

siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan


pembelajaran

yang

berbasis

inquiri,

yaitu

menggali

imformasi,

mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian


pada aspek yang belum diketahuinya.
(4) Masyarakat Belajar
Konsep

masyarakat

belajar

menyarankan

agar

hasil

pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Dalam kelas


CTL, guru disarankan melaksanakan pembelajaran dalam kelompok
kelompok belajar. Ssiswa dibagi dalam kelompok kelompok yang
anggotanya heterogen
(5) Pemodelan
Dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan
tertentu, ada model yang bisa ditiru oleh siswanya. Dalam
pembelajaran kontekstual, guru bukan satu satunya model.
Pemodelan dapat dirancang dengan melibatkan siswa. Seorang bisa
ditunjuk untuk memodelkan sesuatu berdasarkan pengalaman yang
diketahui.
(6) Refleksi
Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari
atau bepikir kebelakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan
dimasa lalu. Siswa mengendapakan apa yang baru dipelajarinya
sebagai struktur pengetahuan yang baru yang merupakan pengayaan
atau revisi dari pengetahuan sebelumnya.

(7) Penilaian Sebenarnya (autentik assessment)


Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang
bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran
belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa
siswa mengalami proses pembelajaran yang benar. Karakteristik
penilaian

autentik,

pembelajaran

dilaksanakan

selama

dan

sesudah

proses

berlangsung, dalam pelaksanaannya bisa digunakan

untuk formatif dan sumatif. Yang diukur dalam penelian autentik


adalah keterampilan dan perfomansi, bukan mengingat fakta. Dan
yang perlu diingat penilaian ini dilakukan secara berkesinambungan,
terintegrasi serta dapat digunakan sebagai feed back.
Dalam CTL hal hal yang bisa digunakan sebagai dasar menilai prestasi
siswa, antara lain: proyek atau kegiatan dan laporannya, PR (pekerjaan rumah),
kuis, karya siswa, presentasi atau penampilan siswa, demonstrasi, laporan, jurnal,
hasil tes tulis, karya tulis.
Sanjaya (2008:114) menyebutkan ada beberapa hal yang harus dipahami
dalam konteks CTL, yaitu:
(1) Belajar bukanlah menghafal, akan tetapi mengkontruksi pengetahuan
sesuai dengan pengalaman yang mereka miliki.
(2) Belajar bukan sekedar mengumpulkan fakta yang lepas lepas,
pengetahuan itu pada dasarnya merupakan organisasi dari semua yang
dialami.
(3) Belajar adalah pemecahan masalah, sebab dengan memecahkan masalah
anak akan berkembang secara utuh yang bukan hanya berkembang
intelektualnya tetapi juga mental dan emosionalnya.

(4) Belajar adalah proses pengalaman diri sendiri yang berkembang secara
bertahap dari yang sederhana menuju yang kompleks.
(5) Belajar pada hakekatnya adalah menangkap pengetahuan dari kenyataan.

2.1.2 Tehnik Reinforcement dalam Pembelajaran


Reinforcement atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan penguatan
sangat penting dilakukan khususnya di SD untuk membuat siswa termotivasi
dalam proses belajar.
Sanjaya (2006:37) keterampilan dasar memberikan penguatan (reinforcement)
adalah segala bentuk respons yang merupakan bagian dari modifikasi
tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan untuk
memberikan informasi atau umpan balik bagi siswa atas perbuatan atau
responya yang diberikan sebagai suatu dorongan atau korelasi.
Melalui keterampilan penguatan (reinforcement) yang diberikan guru,
maka siswa akan merasa terdorong selamanya untuk memberikan respon setiap
kali muncul stimulus dari guru atau siswa akan berusaha menghindari respon yang
dianggap tak bermanfaat. Dengan demikian fungsi keterampilan penguatan
(reinforcement) itu adalah untuk memberikan ganjaran kepada siswa sehingga
siswa akan berbesar hati dan meningkatkan partisipasinya dalam setiap proses
pembelajaran.
Tehnik reinforcement yang diberikan oleh guru ada dua, yaitu
reinforcement verbal dan reinforcement non verbal
(1) Penguatan/reinforcement Verbal
Penguatan verbal adalah penguatan yang diungkapkan dengan katakata, baik kata-kata pujian dan penghargaan atau kata-kata koreksi. Adapun
yang termasuk dalam bentuk reinforcement verbal seperti:

( kamu hebat, mengagumkan, baik, setuju, benar, ya, betul, tepat sekali, bagus,
tepat sekali ), demikian juga ketika jawaban siswa kurang sempurna guru
berkata: hampir tepat.

(2) Penguatan/reinforcement non verbal


Penguatan/reinforcement

non

verbal

yaitu

penguatan

yang

diungkapkan melalui bahasa isyarat. Misalnya, melalui anggukan kepala tanda


setuju, gelengan kepala tanda tidak setuju, mengernyitkan dahi, mengangkat
pundak dan lain sebagainya. Selain itu, penguatan non verba ljuga dapat
dilakukan dengan memberikan tanda-tanda tertentu, misalnya penguatan
dengan melakukan sentuhan (contact) dengan berjabat tangan atau menepuknepuk pundak siswa setelah siswa memberikan respon yang bagus.
2.2 Pembelajaran Konvensional
Metode yang biasa digunakan dalam pembelajaran konvensional adalah
ekspositori. Metode ekspositori sama artinya dengan metode ceramah dalam hal
terpusatnya kegiatan guru sebagai pemberi informasi.
Pembelajaran

konvensional

merupakan

pembelajaran

yang

biasa

diterapkan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran (Ridwan, 2008). Dalam


perkataan lain guru lebih sering menggunakan model penyampaian informasi
secara langsung kepada siswa dengan mengikuti urutan materi dalam kurikulum
secara ketat. Menurut Rasana (2012), peran siswa dalam proses pembelajaran
konvensional adalah sebagai objek dari pendidikan, bukan sebagai subjek
pendidikan, sedangkan peran guru adalah sebagai penguasa atau bersifat otoriter.

Penekanan aktivitas belajar lebih banyak pada buku teks dan kemampuan
mengungkapkan kembali isi buku teks tersebut. Jadi pembelajaran konvensional
kurang menekankan keterampilan proses.
Burrowes (2009), pembelajaran konvensional menekankan pada resitasi
konten, tanpa memberikan waktu cukup kepada siswa untuk merefleksi materimateri yang dipresentasikan, menghubungkan dengan pengetahuan sebelumnya,
dan mengaplikasikannya pada kehidupan nyata. Pembelajaran kovensional
menurut Trianto (2012: 58) dilakukan beberapa kegiatan sebagai berikut.
(1)

Guru sering membiarkan adanya siswa yang mendominasi kelompok atau

(2)

menggantungkan diri pada kelompok.


Akuntabilitas individual sering diabaikan sehingga tugas-tugas sering
diborong oleh salah seorang siswa anggota kelompok sedangkan anggota

(3)
(4)

kelompok lainnya hanya mendompleng keberhasilan pemborong.


Kelompok belajar biasanya homogen.
Pemimpin kelompok sering ditentukan oleh guru atau kelompok dibiarkan

(5)
(6)

untuk memilih pemimpinnya dengan cara masing-masing.


Keterampilan sosial sering tidak secara langsung diajarkan.
Pemantauan melalui observasi dan intervensi sering tidak dilakukan oleh

(7)

guru saat belajar kelompok sedang belangsung.


Guru sering tidak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam

(8)

kelompok-kelompok belajar.
Penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas.
Berdasarkan paparan di atas, maka dapat dikatakan bahwa pembelajaran

konvensional adalah pembelajaran yang didominasi oleh guru dan siswa


cenderung kurang aktif dalam mengikuti proses pembelajaran. Hal inilah yang
menjadi landasan dasar penghambat pemahaman konsep oleh masing-masing
siswa sehingga hasil belajar yang diharapkan tidak tercapai dengan maksimal.

2.3 Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar


IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,
sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa faktafakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses
penemuan.
Samatowa (2006:2) IPA merupakan Ilmu yang mempelajari peristiwaperistiwa yang terjadi di alam ini dan menyatakan, IPA adalah suatu cara atau
metode yang mengamati alam. Nash juga menjeskan bahwa cara IPA mengamati
dunia ini bersifat analisis, lengkap, cermat, serta menghubungkan antara sutu
fenomena dengan fenomena lain lain, sehingga keseluruhannya membentuk suatu
perspektif yang baru tentang objek yang diamati.
Dari kedua definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
IPA adalah suatu cara atau metode yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang
terjadi di alam ini.
Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk
mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih
lanjut

dalam

menerapkannya

di

dalam

kehidupan

sehari-hari.

Proses

pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk


mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara
ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk berbuat sehingga dapat membantu peserta
didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.
IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia
melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan IPA
perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap

lingkungan. Di tingkat SD/MI diharapkan ada penekanan pembelajaran


(Salingtemas) Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat, yang diarahkan pada
pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan
konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana. Oleh karena itu
pembelajaran IPA di SD/MI menekankan pada pemberian pengalaman belajar
secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan
sikap ilmiah. Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di
SD/MI merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh
peserta didik dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan
pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta didik
untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang
difasilitasi oleh guru.
Mata Pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar siswa memperoleh keyakinan
terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan
dan keteraturan alam ciptaan-Nya. Dan selanjutnya siswa dapat mengembangkan
pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, mengembangkan rasa ingin tahu, sikap
positip dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara
IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat serta memiliki kemampuan
memecahkan masalah dan membuat keputusan.
Menurut

Sudana,dkk

(2010:5)

ada

beberapa

alasan

pentingnya

pembelajaran IPA di sekolah dasar yaitu sebagai berikut :


(1) IPA dapat membantu secara positif pada anak-anak untuk dapat memahami
mata pelajaran lain terutama bahasa dan matematika.

(2) IPA di banyak negara, terutama pendidikan IPA di sekolah dasar merupakan
pendidikan terminal untuk anak-anak, dan ini berarti hanya selama di SD
itulah mereka dapat mengenal lingkungannya secara logis dan sistematis.
(3) IPA SD benar-benar dapat menyenangkan. Anak-anak di manapun diam-diam
tertarik dengan masalah-masalah kecil, baik masalah buatan maupun masalah
kebetulan di alam sekitarnya. Apabila pembelajaran IPA dapat dipusatkan ke
arah masalah-masalah seperti itu, melakukan eksplorasi menjadi jalan untuk
mengungkapkan apa yang diminta siswa, maka tidak ada pelajaran lain yang
menggiurkan dan menakjubkan selain IPA.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan suatu
mata pelajaran yang mempelajari peristiwa peristiwa yang terjadi di alam,
memberikan kesempatan untuk berpikir kritis sehingga setelah mempelajarinya
seseorang mampu memahami alam sekitar dan memecahkan masalah yang terjadi
dialam sekitar.
2.4 Hasil Belajar IPA
Hasil belajar IPA merupakan cara untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan siswa dalam pembelajaran IPA.
Menurut Sanjaya (2008: 256) Hasil belajar adalah sesuatu yang diperoleh siswa
sebagai konsekuensi dari upaya yang telah dilakukan sehingga terjadi
perubahan perilaku pada yang bersangkutan baik prilaku dalam bidang
kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Umumnya hasil belajar itu
ditunjukan melalui nilai atau angka yang diperoleh siswa setelah
melakukan serangkaian proses evaluasi.
Sudjana (2010:3) mengemukakan bahwa Penilaian hasil belajar mengisyaratkan
hasil belajar sebagai program atau objek yang menjadi sasaran penilaian.
Hasil belajar sebagai objek penilaian pada hakekatnya menilai
penguasaan siswa terhadap indikator pembelajaran. Hal ini karena isi
rumusan indikator pembelajaran menggambarkan hasil belajar yang harus

dikuasai siswa kemampuan-kemampuan siswa setelah menyelesaikan


pengalaman belajarnya.
Hasil belajar sebagai objek penilaian dapat dibedakan menjadi beberapa
kategori, antara laian keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian
dan cita-cita. Kemudian dibagi menjadi tiga ranah, yakni kognitif, afektif dan
psikomotor. Masing-masing ranah terdiri dari sejumlah aspek yang saling
berkaitan. Dimyati dan Mudjiono (2002: 174) menyatakan bahwa siswa yang
belajar akan mengalami perubahan. Jika sebelum belajar, kemampuannya hanya
25% maka setelah belajar selama lima bulan akan menjadi 100%. Hasil belajar
tersebut meliputi ranah-ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Perolehan aspekaspek perubahan prilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh
pembelajar. Dalam pembelajaran, perubahan prilaku yang harus dicapai oleh
siswa setelah melaksanakan aktivitas belajar dirumuskan dalam tujuan
pembelajaran. Perumusan tujuan pembelajaran itu adalah hasil belajar yang
diinginkan pada diri siswa.
Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,
sikap-sikap, apresiasi dan ketrampilan. Soediarto (dalam Solihatin, 2011:6),
mendefinisikan hasil belajar sebagai tingkat penguasaan suatu pengetahuan yang
dicapai oleh siswa dalam mengikuti program pembelajaran sesuai dengan tujuan
pendidikan yang ditetapkan. Sedangkan Aronson dan Briggs (dalam Solihatin,
2011:6) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah perilaku yang dapat diamati
dan menunjukkan kemampuan yang dimiliki seseorang. Hasil belajar ini sering
dinyatakan dalam bentuk-bentuk pembelajaran.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa


hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah
mengalami proses belajar.
Hasil belajar IPA siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku
dalam pengayaan materi IPA. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian
yang luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotor. Diantara ketiga
ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh guru di sekolah
karena berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menguasai isi bahan
pengajaran. Ketiga hasil belajar dalam perilaku siswa tidak berdiri sendiri atau
lepas satu sama lain, tetapi merupakan satu kesatuan. Pengelompokan ke dalam
tiga ranah bertujuan membantu usaha untuk menguraikan secara jelas dan spesifik
hasil belajar yang diharapkan.
Hasil belajar IPA itu diperoleh dari interaksi siswa dengan lingkungan
yang sengaja direncanakan guru dalam perbuatan mengajarnya. Mengajar tidak
hanya sekedar menyampaikan materi pelajaran dari guru kepada siswa. Mengajar
merupakan seluruh kegiatan dan tindakan yang diupayakan oleh guru untuk
terjadinya proses belajar sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan. Dalam hal
ini sasaran akhirnya adalah siswa belajar. Untuk itu guru dapat memfasilitasi
terjadinya proses belajar, melakukan kegiatan didalam dan diluar kelas sehingga
interaksi yang terjadi dalam kegiatan belajar mengajar bervariasi.

Dalam proses belajar mengajar ada beberapa faktor yang akan


mempengaruhi hasil belajar siswa, yaitu:

(1) Faktor Internal Siswa, faktor ini berasal dari dalam diri siswa sendiri yang
meliputi dua aspek yaitu :
a. Aspek Fisiologis
Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang mengandai
tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya dapat mempengaruhi
semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran.

b. Aspek Psikologis
Banyak

faktor yang

termasuk aspek

psikologis

yang dapat

mempengaruhi kualitas perolehan yang dapat mempengaruhi kualitas


perolehan pemblajaran siswa diantaranya.Tingkat kecerdasan /Intelegensi
siswa sikap siswa bakat siswa,minat siswa dan motivasi siswa
(2) Faktor Eksternal Siswa, faktor eksternal siswa terdiri atas dua macam yakni :
a. Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staf administrasi dan
teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar siswa yang
termasuk lingkungan dan tetangga juga teman-teman sepermainan disekitar
tempat tinggal siswa. Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi
kegiatan belajar adalah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri.
b. Lingkungan Non Sosial
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non sosial adalah gedung
sekolah dan letaknya rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya alatalat blajar, kedaan cuaca, dan waktu belajar digunakan siswa. Khusus
mengenai waktu yang disenangi untuk belajar adalah pada pagi hari lebih
efektif dari pada belajar pada waktu-waktu yang lain.

(3) Faktor Pendekatan Belajar


Pendekatan belajar dapat dipahami sebagai segala cara atau strategi
yang digunakan siswa dalam menunjang efektivitas dan efisiensi proses
pembelajaran materi tertentu. Disamping faktor-faktor internal dan eksternal
siswa, faktor pendekatan belajar juga berpengaruh terhadap taraf keberhasilan
proses pembelajaran siswa tersebut.
2.5 Kerangka Berfikir
Pembelajaran merupakan perpaduan antara kegiatan pengajaran yang
dilakukan guru dan kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa. Dalam kegiatan
pembelajaran tersebut, terjadi interaksi antara siswa dengan siswa, interaksi antara
guru dengan siswa, maupun interaksi antara siswa dengan sumber belajar. Dari
interaksi yang dibangun tersebut, diharapkan siswa dapat membangun
pengetahuan secara aktif, pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, serta dapat memotivasi siswa sehingga mencapai
kompetensi yang diharapkan.
Berdasarkan permasalahan yang ditemukan di Sekolah Dasar, khususnya
pada pembelajaran IPA, pendekatan pembelajaran yang diterapkan kurang
memperhatikan keterkaitan antara materi dengan lingkungan nyata. Dalam
evaluasi, guru hanya berpedoman pada penilaian pekerjaan rumah, ulangan
harian, dan ulangan umum. Selain itu pembelajaran IPA yang diterapkan oleh guru
masih bersifat ekspositori sehingga belum mampu membangkitkan budaya belajar
pada diri siswa. Siswa belum diberikan kesempatan secara optimal mengkuntruksi
pengetahuannya dengan menemukan bukti bukti ilmiah secara langsung tentang
pengetahuan yang diperolehnya. Kesenjangan antara harapan dan kenyataan
menyebabkan perlu adanya suatu upaya untuk mengurangi kesenjangan tersebut.

Salah satu alternatif untuk mengurangi kesenjangan tersebut adalah dengan


meningkatkan kualitas pembelajaran melalui penerapan pendekatan pembelajaran
kontekstual berbasis reinforcement.
Pendekatan kontekstual adalah suatu pembelajaran yang membantu guru
mengaitkan materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat. Dengan konsep seperti itu, maka proses pembelajaran akan
berlangsung secara bermakna. Proses pembelajaran akan berlangsung secara
alamiah dalam bentuk kegiatan bekerja dan mengalami, bukan transfer
pengetahuan dari guru ke siswa. Proses pembelajaran lebih utama daripada hasil
pembelajaran. Dalam konteks ini, siswa harus sadar tentang makna belajar, apa
manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana mencapainya. Siswa sadar
bahwa apa yang mereka pelajari akan berguna dalam kehidupannya. Dengan
penerapan pembelajaran kontekstual dalam proses pembelajaran akan memberi
waktu lebih kepada siswa untuk mendalami materi dalam proses pembelajaran
ilmu pengetahuan alam (IPA) yang dipelajarinya.
Dalam

penerapannya

di

kelas,

pembelajaran

kontekstual

tetap

memperhatikan tujuh komponen pokok pembelajaran yang efektif, yaitu


konstruktivisme (constructivism), menemukan (inquiry), bertanya (questioning),
masyarakat

belajar

(learningcommunity),

pemodelan

(modeling),

refleksi

(reflection) dan penilaian autentik (authenticassessment) (Rusman, 2010 : 193).


Dengan menerapkan ketujuh komponen yang terdapat pada pendekatan
pembelajaran kontekstual dalam suatu proses pembelajaran, maka hasil belajar

IPA akan dapat ditingkatkan. Disamping itu juga, dengan penerapan pembelajaran
kontekstual akan membuat siswa lebih banyak belajar dari dunia nyata anak itu
sendiri, karena siswa mengulang pelajaran tentang apa yang telah diberikan
disekolah. Ini berarti dengan penggunaan pembelajaran kontekstual akan
memperjelas materi yang disajikan guru dan dapat lebih mudah membantu siswa
untuk memahami materi sehingga berhimbas positif pada hasil belajar. Selain
pembelajaran yang inovatif, dalam pembelajaran untuk siswa juga dibutuhkan
penguatan dalam pembelajaran, sehingga hasil belajar IPA dapat mencapai hasil
yang optimal. Penguatan yang diberikan pada siswa dapat memotivasi siswa dan
membuat siswa lebih bersemangat dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini juga
diperkuat oleh hasil penelitian beikut.
Widiasih (2012) berdasakan penelitian yang dilaksanakan menunjukkan bahwa
kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran Contextual Teaching
and Learning (CTL), memiliki rata rata aktivitas belajar sebesar
80,46. Untuk kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran
konvensional, memiliki rata rata aktivitas belajar sebesar 58,57.
Kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran Contextual Teaching
and Learning (CTL), memiliki rata rata hasil belajar sebesar 69,66.
Untuk kelompok siswa yang megikuti pembelajaran konvensional,
memiliki rata rata hasil belajar sebesar 44,82.
Suyasmini (2012) yang dicobakan pada siswa kelas VI SD Negeri 1 dan 3 Banjar
Jawa, Buleleng. Penelitian menyatakan bahwa prestasi belajar
matematika siswa sudah mencapai KKM yaitu minimal 64, daya serap
dan ketuntasan belajar siswa secara klasikal masing-masing minimal
64% dan 70%. Jadi, dengan menerapkan pendekatan pembelajaran
Kontekstual proses belajar siswa menjadi lebih bermakna sehingga
terdapat peningkatan terhadap prestasi belajar matematika siswa.
Berdasarkan urain tersebut, dapat diduga bahwa penerapan pembelajaran
kontekstualberbasis reinforcement akan dapat menimbulkan peningkatan hasil
belajar siswa dalam mata pelajaran IPA di SD
Denpasar Timur.

Gugus I Gusti Ngurah Rai

2.6 Hipotesis Penelitian


Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian
yang kebenaranya harus di uji.
Berdasarkan pada kajian teori, rumusan maslah, dan kerangka berfikir
maka peneliti dapat mengemukakan hipotesis sebagai berikut: terdapat perbedaan
yang signifikan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan
model pembelajaran Kontekstual berbasis Reinforcement dengan kelompok siswa
yang di belajarkan dengan model pembelajaran konvensional siswa kelas V SD N
1 Penatih dan SD N 2 Penatih Tahun Ajaran 2013/2014.

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan dan Prosedur Penelitian


3.1.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian Eksperimental
semu (Quasi eksperiment). Design penelitian ini adalah Nonequivalent
Control Group Design. Rancangan penelitian ini dipilih karena
randomisasi individu tidak dapat dilakukan. Pree test biasanya dilakukan
untuk menyetarakan kelompok, yang dibandingkan hanya skor post test
saja. Post test digunakan untuk menentukan apakah ada perbedaan yang
signifikan antara kedua kelompok. Design penelitian dapat digambarkan
sebagai berikut.

KE
KK
KK

O1
O3
O3

X
-

O2
O4

O4

(Sugiyono, 2012:79)

Keterangan:
KE
X

= Kelompok eksperimen
= Perlakuan dengan pendekatan
berbasis reinforcement

pembelakjaran

kontekstual

KK
= Kelompok control
= Perlakuan dengan pembelajaran konvensional
O1
= Pre Test pada kelompok eksperimen
O3 = Pre Test pada kelompok kontrol
O2 = Observasi berupa post test pada kelompok eksperimen
O4 = Observasi berupa post test pada kelompok control
Pada rancangan penelitian ini, kedua kelompok subjek penelitian
dipilih secara acak (random).Kelompok pertama (kelompok eksperimen)
dikenai

perlakuan

(treatment)

dengan

pendekatan

pembelajaran

kontekstual berbasis reinforcement dan kelompok yang kedua diberikan


perlakuan

(treatment)

dengan

pembelajaran

konvensional.Sehingga

nantinya dalam analisis data yang diambil dari rancangan ini dilakukan
dengan membandingkan antara O2 dan O4.
3.1.2

Prosedur penelitian
Sebelum melakukan sebuah penelitian ada langkah-langkah atau

prosedur yang wajib dijalani. Langkah pertama adalah kita sebagai peneliti
harus memilih sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian. Karena di sini
peneliti melakukan penelitian eksperimen dengan menggunakan pendekatan
pembelajaran kontekstual berbasis reinforcement, usahakan sekolah tersebut
belum pernah menggunakan model pembelajaran ini. Dengan demikian akan
lebih maksimal hasil penelitian yang akan di peroleh. Selanjutnya melakukan
observasi di sekolah tersebut dan meminta izin kepada kepala sekolah bahwa
peneliti akan melakukan penelitian eksperimen ini di sekolah tersebut.
Selanjutnya melakukan persiapan sebelum melakukan penelitian ini. Persiapan
tersebut antara lain sebagai berikut.
(1)

Persiapan Penelitian

Langkah-langkah yang akan di lakukan pada tahap persiapan


eksperimen ini adalah sebagai berikut. (a) Menyusun RPP yang dan sumber
belajar yang lainya untuk digunakan dalam melakakukan proses pembelajaran
pada kelas eksperimen, (b) mebuat instrumen penelelitian berupa tes hasil
belajar untuk mengetahui hasil belajar IPA siswa, (c) Menguji validitas tes hasil
belajar yang akan digunakan.
(2)

Pelaksanaan Eksperimen
Langah-langkah yang akan dilakuan pada saat pelasanaan eksperimen
adalah, (a) menentukan sampel penelitian, (b) menentukan kelas eksperimen
dan kelas control dengan melakukan pengundian, (c) melaksanakan penelitian
dengan melakukan proses pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual
kepada kelas eksperimen dengan langkah-langkah sebagai beriut.
Tabel 3.2 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kontekstual
Berbasis Reinforcement

Kerangka Pembelajaran
Kontekstual
Kontruktivisme

Inkuiri

Kegiatan Guru
PENDAHULUAN
1. Menyampaikan salam pembuka
2. Melakukan Persensi
3. Melakukan apersepsi dan memotivasi siswa
dengan melakukan tanya jawab yang
berkaitan dengan materi IPA atau cerita yang
terkait dengan materi yang akan dipelajari.
4. Menyampaikan tujuan pembelajaran
5. Menyampaikan materi dan uraian kegiatan
pembelajaran
KEGIATAN INTI
EKSPLORASI
1. Menyampaikan permasalahan sehari hari
siswa yang disertai dengan tanya jawab

Masyarakat
Belajar

Bertanya

Pemodelan

Refleksi

Penilaian Autentik

antara guru dan siswa.


2. Guru membentuk siswa menjadi beberapa
kelompok yang beranggotakan 4-5 orang
siswa yang bersifat heterogen ( jenis
kelamin, kemampuan, dan gaya berfikir )
ELABORASI
3. Guru membagikan lembar kerja siswa yang
berisi tugas yang berisikan tugas yang harus
dikerjakan masing masing kelompok yang
berkaitan dengan materi IPA yang sedang
dipelajari
4. Mengawasi dan membimbing dalam
melakukan
penemuan/inkuiri
serta
menyusun laporan hasil penemuan.
5. Guru membimbing siswa dan memfasilitasi
siswa dalam menyelesaikan masalah
KONFIRMASI
6. Guru membantu siswa dalam menyiapakan
bahan persentasi didepan kelas
7. Guru meminta perwakilan kelompok untuk
melakukan pemodelan atau menyampaikan
hasil diskusi didepan kelas
8. Memberikan kesempatan kepada kelompok
lainnya untuk menanggapi hasil diskusi
yang disampaikan oleh temannya
9. Memberi umpan balik dan penguatan
terhadap hasil diskusi siswa
PENUTUP
10. Membimbing siswa membuat kesimpulan
mengenai apa apa yang sudah dipelajari
11. Melakukan refleksi terhadap kegiatan
pembelajaran yang telah dilaksanakan
12. Mengadakan evaluasi
13. Menyampaikan rencana pembelajaran pada
pertemuan berikutnya
14. Memberi tindak lanjut berupa pkerjaan
rumah

Tabel 3.3 Sintaks Model Pembelajaran Konvensional


Fas

Kegiatan Guru

Kegiatan Peserta Didik

e
Ke
I

II

III

Membuka Pelajaran
1. Menyampaikan tujuan
pembelajaran
Menjelaskan Materi
Pembelajaran
1. Menjelaskan
definisi/teori/teorema
2. Memberikan contoh soal
dan pembahasannya
3. Memberikan kesempatan
bertanya apabila ada
yang belum dimengerti
4. Memberikan latihan
soal-soal

Memperhatikan Keterangan Guru


1. Memperhatikann guru dan
mencatat
Memperhatikan penjelasan guru
1. Mendengarkan penjelasan guru
tentang teori yang berkaitan dengan
materi pelajaran
2. Mencermati contoh soal yang
diberikan guru
3. Mengajukan pertanyaan apabila
ada yang belum dipahami

Penutup
1. Menyarankan untuk
membuat rangkuman
2. Memberikan pekerjaan
rumah
Penilaian
1. Dilakukan setelah selesai
pembelajaran secara
individu

Penutup
1. Membuat rangkuman seperlunya
2. Mencatat PR yang diberikan guru

Penilaian
1. Mengerjakan tes secara individu

(Diadaptasi dari Depdiknas,2004)

(3)

Akhir Eksperimen
Pada tahap pengakhiran eksperimen langkah-langkah yang akan
dilakukan adalah memberikan pos-test pada akhir penelitian, baik untuk
kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol.

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian


Arnyana (2007:50) menyatakan, populasi adalah semua subyek atau
obyek sasaran penelitian, yang dijadikan sumber informasi atau data dalam
penelitian. Sedangkan Sugiyono (2002:57) menyatakan populasi adalah

wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang menjadi
kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan Riduwan
(2002:3) menyatakan bahwa populasi adalah keseluruhan dan karakteristik
unit hasil pengukuran yang menjadi objek penelitian.
Dari pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa populasi adalah
objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat
tertentu berkaitan dengan masalah penelitian.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Gugus
Gugus I Gusti Ngurah Rai Denpasar Timur yang terdiri dari 9 SD. Adapun
anggota populasi adalah sebagai berikut:
Tabel 3.4 Tabel Distribusi Anggota Populasi Penelitian Berdasarkan
Jenis Kelamin.
No.

Nama Sekolah

Kelas

Jumlah Siswa

1.

SD Negeri 1 Penatih

32

2.

SD Negeri 2 Penatih

VA

30

VB

30

3.

SD Negeri 3 Penatih

32

4.

SD Negeri 4 Penatih

VA

27

VB

26

VA

27

VB

27

5.

SD Negeri 5 Penatih

SD Negeri 6 Penatih

28

SD Negeri 9 Kesiman

30

SD 6 Saraswati

VA

52

VB

51

VC

48

Kamus besar bahasa Indonesia (2002: 991) menyatakan, sampel


adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjukan sifat suatu kelompok yang
lebih besar. Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti.
(Arikunto, 2006:131). Mardalis (2009:55) menyatakan sampel adalah
sebagian dari seluruh individu yang menjadi objek penelitian.
Berdasarkan karakteristik populasi dan tidak biasa dilakukannya
pengacakan individu, oleh karena itu pengabilan sampel pada penelitian ini
dilakukan dengan teknik sampel random, tetapi yang dirandom adalah kelas,
dengan memberikan kemungkinan yang sama bagi kelas yang menjadi
anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel penelitian. Dalam
Menentukan kelas eksperimen dan kelas control dilakukan dengan mengundi.

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Oprasional Variabel


3.3.1 Identifikasi Variabel
Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang
berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga
diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan
(Sugiyono, 2012:23). Variabel dalam penelitian ini terdiri atas variabel bebas
dan variabel terikat. Variabel bebas yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah pendekatan pembelajaran kontekstual berbasis

reinforcement.

Sedangkan variable terikat dalam penelitian ini adalah Hasil Belajar IPA
3.3.2

Definisi Oprasional Variabel

(1) Pendekatan Pembelajaran Kontektual Berbasis Reinvorcement.


Pendekatan

kontekstual

merupakan

suatu

pendekatan

yang

menuntut adanya keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran


dengan mengaitkan mata pelajaran melalui situasi dunia nyata sehingga
pembelajaran akan lebih menarik dan siswa memperoleh pengetahuan yang
bermakna. Sedangkan reinforcement adalah segala bentuk respons yang
merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku
siswa, yang bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik bagi
siswa atas perbuatan atau responya yang diberikan sebagai suatu dorongan
atau korelasi.
(2) Hasil Belajar IPA
Hasil belajar IPA adalah hasil yang dicapai individu setelah
individu brsangkutan setelah belajar IPA. Hasil belajar siswa dalam mata
pelajaran

IPA diukur

dengan

tes.

Tes

yang

digunakan

untuk

mengumpulkan hasil belajar kognitif adalah tes objektif.


3.4 Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian
3.4.1 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan untuk mengumpulkan
data dalam penelitian ini adalah data tentang hasil belajar IPA siswa kelas
V. Data tentang hasil belajar IPA dikumpulkan dengan menggunakan tes
hasil belajar IPA.
3.4.2

Instrumen
Tes untuk mengukur hasil belajar IPA dikonstruksi dalam bentuk soal

objektif yang disesuaikan dengan materi yang diajarkan dalam penelitian. Tes

ini mengungkapkan tentang penguasaan siswa terhadap pelajaran IPA yang


diperoleh. Kriteria penilaian tes kemampuan menyelesaiakan soal objektif IPA
adalah dengan cara setiap item soal diberikan sekor 1 bila siswa menjawab
dengan benar serta sekor 0 untuk siswa yang menjawab salah. Sekor setiap
jawaban kemudian dijumlahkan dan jumlah trsebut merupakan sekor variable
hasil belajar IPA. Sekor hasil belahar IPA bergerak dari 0 100.Sekor 0
merupakan sekor minimal ideal serta 100 merupakan sekor maksimal hasil
beljar IPA.
3.5 Uji Instrumen
Tes hasil belajar IPA yang digunakan dalam penelitian ini disusun oleh
peneliti sendiri dan dibantu dengan buku sumber. Sebelum tes tersebut digunakan
terlebih dahulu tes akan di uji validitas dan reliabilitasnya, daya beda dan indeks
kesukaran.
3.5.1

Uji Validitas
Validitas tes objektif ditentukan melalui analisis butir berdasarkan

koofesien korelasi point biserial (rpbi), karena tes bersifat dikotomi. Adapun rumus
yang digunakan adalah.

r pbi =

M pM t
SD t

(] qp )

185)
Keterangan:
rpbi
= Koefisien kolerasi point biserial
Mp
= rata-rata skor untuk menjawab benar
Mt
= rata-rata skor untuk seluruhnya
SDt
= standar deviasi (simpangan baku) skor total

(Sudijono, 2011 :

P
q

= proporsi testee yang menjawab benar terhadap butir yang sedang


di uji validitas itemnya
= 1-p
Nilai yang diperoleh dibandingkan dengan nilai yang diperoleh dari

r tabel, jika r hitung > r tabel maka dalam kategori valid. Setelah dilakukan
pengujian validitas dibantu dengan Microsoft exel maka didapatkan
rangkuman hasil uji validitas sebagai berikut.
Tabel 3.5 Rangkuman Hasil Uji Validitas Tes
No
(1)

Kriteria
Nomor Butir Soal
Valid
1,2,3,4,6,7,9,10,12,15,16,18,19,20,21,24,25,

Jumlah
33

28,30,31,33,35,36,38,40,43,45,47,49,50,51,
(2)
3.5.2

Tidak

53,55
5,8,11,13,14,17,22,23,26,27,29,32,34,37,39,

22

Valid
41,42,44,46,48,52,54,
Uji Daya Beda
Pengertian daya pembeda (DP) dari sebuah butir soal adalah
menyatakan seberapa jauh kemampuan butir soal tersebut mampu
membedakan antara testi (siswa) yang mengetahui jawabannya dengan
benar dengan testi (siswa) yang tidak dapat menjawab soal tersebut (testi
yang menjawab salah). Dengan kata lain daya pembeda butir soal adalah
kemampuan butir soal itu untuk membedakan antara testi yang pandai atau
berkemampuan tinggi dengan testi yang berkemampuan rendah.
Derajat daya pembeda (DP) suatu butir soal dinyatakan dengan
indeks diskriminan yang bernilai -1,00 sampai dengan 1,00. Apabila
indeks distriminasi makin mendekati nilai 1,00 ini berarti daya pembeda
soal akan semakin baik, begitu juga sebaliknya, jika indeks diskriminasi

suatu soal mendekati nilai 0,00 maka daya pembeda soal tersebut sangat
jelek. Indeks diskriminasi butir soal bernilai negatif (antara 0,00 sampai
-1,00) ini berarti kelompok testi kurang mampu banyak yang menjawab
benar, sebaliknya banyak testi yang pintar menjawab salah. Sedangkan
jika suatu butir soal memiliki indeks deskriminasi 0,00 berarti bahwa soal
tersebut tidak memiliki daya pembeda, artinya baik siswa pandai maupun
yang kurang mampu menjawab benar soal tersebut. Berikut ini rumus
untuk menentukan daya pembeda suatu soal.

DP=

JBA JBB
atau DP =
JSA

JBA - JBB

(Winarsunu, 2010)

JSB

Keterangan:
DP
= Daya pembeda
JBA
= Jumlah siswa kelompok atas yang menjawab soal itu dengan
benar
JBB
= Jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab soal itu
dengan benar
JSA
= Jumlah siswa kelompok atas
JSB
= Jumlah siswa kelompok bawah
Klarifikasi atau kriteria untuk daya pembeda adalah sebagai
berikut:
Tabel 3.6 Daya Pembeda
Indeks diskriminasi
DP 0.00

Evaluasi
Sangat jelek

0,00 DP 0,20

Jelek

0,20 < DP 0,40

Cukup

0,40 < DP 0,70

Baik

0.70 < DP 100

Sangat baik

(Winarsunu,2010)
Untuk menentukan kelompok atas dan kelompok bawah adalah dengan
mengambil masing-masing 27% dari jumlah sampel untuk kelompok atas dan
kelompok bawah. Proses penentuan kelompok atas dan kelompok bawah dari
testi adalah cara mengurutkan skor setiap testi, dari skor tertinggi sampai skor
terendah. Kemudian diambil 27% kelompok atas dan 27% kelompok bawah.
Untuk menentukan kelompok diatas dan kelompok bawah adalah
dengan mengambil masing-masing 27% dari jumlah sampel untuk kelompok
atas dan kelompok bawah. Proses penentuan kelompok atas dan kelompok
bawah dari testi adalah dengan cara mengurutkan skor setiap testi, dari skor
tertinggi sampai skor terendah. Kemudian diambil 27% kelompok atas dan
27% kelompok bawah (Winarsunu, 2010:89). Setelah dilakukan pengujian
maka dapat dirangkum hasil pengujian daya pembeda tes sebagai berikut
Tabel 3.7 Rangkuman Hasil Uji Daya Pembeda

No
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)

Criteria
Sangat Jelek
Jelek
Cukup
Baik

Nomor Butir Soal


38
1,2,3,9,37,49,
4,6,15,19,20,21,25,28,30,31,33,

Sangat Baik

35,36,53,
7,10,12,16,18,24,40,42,43,45,51,

Jumlah
1
6
14
12

55
3.5.3

Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran dapat dipandang sebagai kesanggupan atau kemampuan

siswa menjawab tes yang diberikan. Bisa juga dikatakan bahwa tingkat kesukaran
adalah bilangan yang menunjukkan proporsi peserta tes yang menjawab betul
butir soal yang diberikan. Sedangkan tingkat kesukaran perangkat tes adalah
bilangan yang menunjukkan rata-rata proporsi testi yang dapat menjawab seluruh

tes tersebut. Tingkat kesukaran seluruh butir soal dinyatakan dengan bilangan
yang disebut dengan indeks kesukaran (difficulty indeks ) indeks kesukaran
berkisar antara nilai 0,00 sampai dengan 1,00. Soal dengan indeks kesukaran 0,00
berarti butir soal tersebut terlalu sukar, sebaliknya indeks kesukaran soal
mendekati 1,00 berarti soal tersebut terlalu mudah. Rumus untuk indeks
kesukaran adalah sebagai berikut :

Tingkat kesukaran butir tes ( IK )


IK =

nB
n

Keterangan:
IK = Indeks kesukaran butir tes
nB = Banyaknya testi yang menjawab benar.
n = Banyaknya testi seluruhnya
Tingkat kesukaran perangkat tes ( IKP )
IKP =

IK
N

Keteragan :
IKP= Indeks kesukaran perangkat tes
IK = Indeks kesukaran tiap butir tes
N = Banyaknya butir tes
Klasifikasi atau kriteria indeks kesukaran butir tes maupun indeks
kesukaran perangkat tes adalah:
Tabel 3.8 Kriteria Derajat Reliabilitas
Indeks diskriminasi
IK/KP = 0,00
0,00 < IK/IKP 0,30
0,30 < IK/IKP 0,70
0,70 < IK/IKP < 1,00

Evaluasi
Terlalu sukar
Sukar
Sedang
Mudah

IK/IKP = 1,00

Terlalu mudah
( Winarsunu, 2010 )

Setelah dilakukan pengujian maka dapat dirangkum hasil uji


Indeks kesukaran tes sebagai berikut.
Tabel 3.9 Ringkasan Tingkat Kesukaran
No Kriteria
1
Sukar
2
Sedang

31,35,37,42
6,7,10,12,16,18,19,24,25,28,30,33,36,40,

4
19

43,45,51,53,55
1,2,3,4,9,15,20,21,38,49

10

3.5.4

Nomor soal

Mudah

Jumlah

Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan terhadap butir soal yang valid saja.Dengan

demikian uji reliabilitas bisa dilakukan setelah uji validitas. Uji reliabilitas tes
yang bersifat dikotomi dan heterogen ditentukan dengan rumus KR-20 yaitu:

( )(

r 11 =

n
n1

s t pq
s 2t

( Sudijono, 2011 : 254 )


Keterangan:
r 11

= Koefesien korelasi

= Banyaknya butir soal

= Varian skor total

Kriteria yang digunakan untuk menentukan butir soal yang reliable adalah
jika koefisien reliabilitas yang didapat dari perhitungan lebih besar daripada

koefisien yang terdapat pada tabel harga kritis dari tabel ( rn> r tabel ) maka tes
tergolong reliable berdasarkan hasil pengujian dengan Microsoft exel 2007
didapatkan hasil r11hit 0,90 dan ttab 0,25 ini berarti thit> ttab (soal berkriteria reliable).

3.6 Teknik Analisa Data


3.6.1 Uji Prasyarat

(1) Uji Normalitas


Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah uji hipotesis
dengan statistik parametrik bisa dilakukan atau tidak. Untuk mengetahui
apakah sebaran data skor hasil belajar IPA siswa masing-masing kelompok
berdistribusi normal atau tidak, digunakan analisis Chi-square dengan
rumus :
x hit2 =

( fofe )2
fo

( Sudijono, 2009:383)
Keterangan :
fo = frekuensi observasi
fe = frekuensi harapan
I
= kelas interval
Sementara itu, hipotesis statistik yang akan diuji dalam normalitas
data adalah:

HI

: fe

f0

H0 : fe = f0
Kriteria pengujian adalah jika X2 hit < X2(

1-

) (k-3), maka h0

diterima (gagal ditolak) yang berarti data berdistribusi normal. Sedangkan


taraf signifikasinya adalah 5 % dan derajat kebebasannya (dk) = (k-1).

(2) Uji Homogentias Varians


Uji homogenitas dilakukan untuk menunjutkan bahwa perbedaan
yang terjadi pada uji hipotesis benar-benar terjadi akibat adanya perbedaan
antar kelompok, bukan sebagai akibat perbedaan dalam kelompok.
Homegenitas Varians diuji dengan menggunakan uji F dengan rumus
sebagai berikut:
2

Varian Terbesar S1
F=
=
Varianterkecil S22

( X X 2 )
S=
2
1

( n 11 )

( X X 2 )
S=
2
2

( n 21 )

(Winarsunu, 2010:100)
Keterangan :
S12 = Varian Terbesar
S22 = Varian Terkecil

Kriteria penguji adalah jika Fhn < F

tabel,

maka data homogen,

sedangkan derajat kebebasannya adalah n-1.


(3) Uji Hipotesis
Jika dari hasil uji normalitas dan homogenitas varians, diketahui
bahwa sampel berdistribusi normal dan homogenya maka untuk menguji
hipotesisnya digunakan Uji t satu ekor (ekor kanan) dengan taraf
signifikansi 5% Uji t-tes yang digunakan dirumuskan sebagai berikut:
Kriteria pengujian H0 ditolak jika thitung

ttabel, dengan taraf

signifikansi 5%. Uji hipotesis yang dilakukan dalam penelitian ini


menggunakan Uji-t sebagai berikut.

Rumus: Polled varians

t=

2
X 1 X

( n11 ) s1 +(n21) 1 1
+
n1 +n2 2

(n n )
1

(Sugiyono, 2012)
Keterangan:
X 1
= Rata-rata dari kelompok eksperimen
X 2

= Rata-rata dari kelompok kontrol

n1

= Banyaknya subjek pada sampel 1

n2

= Banyaknya subjek pada sampel 2

= Deviasi pada sampel 1

s12 = Simpangan baku pada sampel 1

s2 = Deviasi pada sampel 2


s22 = Simpangan baku pada sampel 2

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


4.1.1 Deskripsi Umum Hasil Penelitian
Pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas selama ini secara umum
telah berlangsung sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah
disusun sebagai penerapan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Berbasis
Reinforcement. Penelitian ini dilaksanakan dalam 6 kali pertemuan di kelas
Kontrol dan 6 kali pertemuan di kelas Eksperimen. Skor yang dicapai oleh
masing-masing siswa di kelas eksperimen dan kontrol (Lampiran 3 dan 4)
yang dikumpulkan dalam penelitian ini, yaitu skor hasil belajar IPA siswa pada
ranah kognitif Kelas V SD Gugus I Gusti Ngurah Rai Denpasar Timur Tahun
Ajaran 20013/20114. Data atau skor yang telah dikumpulkan dianalisis sesuai
dengan teknik analisis data yang telah ditetapkan sebelumnya.
Hasil belajar IPA dikumpulkan dengan metode tes yaitu tes hasil
belajar dengan jenis tes onjektif yang diberikan kepada siswa pada tahap akhir
penelitian. Setelah diperoleh data hasil belajar IPA pada ranah kognitif, data
2

dianalisis sehingga diperoleh rerata skor ( X ), varians ( S ) dan standar

deviasi (SD) dari masing-masing kelas. Deskripsi umum hasil penelitian ini
2

memaparkan mengenai rerata skor ( X ), varians ( S ) dan standar deviasi

(SD) hasil belajar IPA di kelas eksperimen dan kelas kontrol. Untuk lebih jelas
dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 Tabel Rangkuman Hasil Belajar IPA Siswa Pada Ranah Kognitif
Kelas V SD Gugus I Gusti Ngurah Rai Denpasar Timur
Treatment Model Pembelajaran

Pendekatan pembelajaran
Kontekstual Berbasis
Reinforcement
Pembelajaran Konvensional

Jumlah
siswa tiap
kelas

Rerata

( X

Varians
2
( S )

32

)
55,81

Standar
Deviasi
(SD)

189,38

13,76

30

47,67

175,26

13,24

Berdasarkan tabel 4.1, secara umum dapat dilihat bahwa kelas siswa yang
dibelajarkan dengan penerapan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Berbasis
Reinforcement mencapai rerata yang lebih tinggi dari kelas yang dibelajarkan
dengan pembelajaran konvensional.
4.1.2 Analisis Data dan Pengujian Hipotesis
a) Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan terhadap hasil belajar IPA siswa kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Data dari hasil uji normalitas disajikan dalam tabel
4.2 sebagai berikut.

Tabel 4.2 Tabel Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas Data Hasil Belajar
No.
1.
2.

Kelas
Eksperimen (VA)
Kontrol (VB)

X2 hit
1,482
8,543

X2 tabel
11.07
11.07

Kriteria
Normal
Normal

Adapun kaidah pengujian untuk uji normalitas adalah jika X2 hit < X2 tabel,
dengan taraf signifikansi 5% dan derajat kebebasan dk = (k-1) maka data
berdistribusi normal.
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus Chi Square,
2
hasil belajar IPA kelas Eksperimen ( X 1

) adalah 1,482 dan pada taraf

Hit

signifikansi 5% dan dk = (n-1) diperoleh (X2Tabel) yaitu 11.07, ini berarti X2 hit <
X2 tabel maka data hasil belajar IPA di kelas Eksperimen berdistribusi normal.
2
Sedangkan data hasil belajar IPA di kelas Kontrol ( X

Hit

) adalah 8,543 dan

pada taraf signifikansi 5% dan dk = (n-1) diperoleh (X 2Tabel) yaitu 11.07, ini berarti
X2 hit < X2 tabel maka data hasil belajar IPA di kelas Kontrol juga berdistribusi
normal.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data hasil belajar IPA siswa
kelas Eksperimen dan kelas Kontrol berdistribusi normal.
b) Uji Homogenitas Varians antar kelompok
Uji homogenitas yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan
uji F. Untuk menghitung varian (s 2) dari masing masing kelompok ditentukan
dari nilai simpangan baku kedua kelompok tersebut yang sudah dihitung pada
pengujian normalitas data sebelumnya.

Kriteria pengujian homogenitas data mempunyai varians yang homogen


jika Fhit<FTabel dengan taraf signifikan 5% dan db(pembilang-1, penyebut-1). homogenitas data
dapat dilihat pada tabel 4.3
Tabel 4.3 Tabel Rekapitulasi Hasil Uji Homegenitas Varians antar kelompok
Data Hasil Belajar Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Data

d
b

tabel

S2

hit

Nilai F

dengan taraf

Kriteria

signifikan 5%
Hasil belajar
IPA kelas
Eksperimen

3
1

189,38

Hasil belajar
IPA kelas
Kontrol

2
9

175,26

1,08

1.85

Homogen

Dari hasil perhitungan diperoleh Fhit sebesar 1,08 sedangkan Ftabel pada
taraf signifikan 5% dengan db pembilang (31) dan db Penyebut (29) adalah 1,85.
Ini berarti Fhit<Ftabel, maka Ho diterima (Gagal Ditolak) berarti tidak terdapat
perbedaan varians masing masing kelas atau harga varians data dikatagorikan
Homogen. Hasil perhitungan uji homogenitas dapat dilihat pada lampiran 14.
c) Uji Hipotesis Penelitian
Dari hasil analisis uji prasyarat yaitu uji normalitas dan homogenitas
diperoleh data dari kelas eksperimen dan kontrol berrdistribusi normal dan
memiliki varians yang homogen. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat
dilanjutkan pada pengujian hipotesis penelitian. Hipotesis yang diuji dalam
penelitian ini adalah hipotesis nol (Ho) yang menyatakan bahwa tidak terdapat
perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan antara siswa yang dibelajarkan dengan

Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Berbasis Reinforcement dan siswa yang


dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional di Kelas V SD Gugus I
Gusti Ngurah Rai Denpasar Timur Tahun Ajaran 2013/2014. Sedangkan hipotesis
alternatif dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan hasil belajar IPA yang
signifikan antara siswa yang dibelajarkan dengan Pendekatan Pembelajaran
Kontekstual Berbasis Reinforcement dengan siswa yang dibelajarkan model
pembelajaran konvensional di Kelas V SD Gugus I Gusti Ngurah Rai Denpasar
Timur Tahun Ajaran 2013/2014.
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan rumus uji-t, dengan
kriteria pengujian adalah jika thitung < ttabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak.
Sebaliknya jika thitung ttabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Pengujian
dilakukan pada taraf signifikan 5% dengan dk = (n 1+n2)-2. Adapun hasil analisis
dengan uji-t, dapat dilihat pada tabel 4.4.
Tabel 4.4 Tabel Rekapitulasi Hasil Uji Hipotesis Penelitian
Kelas
Penelitian
Eksperimen
Kontrol

Jumlah
siswa
(n)
32
30

Berdasarkan

Varians
2
( S )

189,38
175,26

Rerata

( X )

Dk

thitung

ttabel

60

2,371

2.00

55,81
47,67

simpulan

Ho
Ditolak

hasil perhitungan uji-t, diperoleh thitung = 2,371 dan ttabel

dengan dk = (32+30)-2 = 60 dan taraf signifikansi 5% adalah 2.00. ini berarti


thitung lebih dari ttabel ( thitung > ttabel), maka Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPA yang
signifikan antara siswa yang dibelajarkan dengan Pendekatan Pembelajaran
Kontekstual Berbasis Reinforcement dan siswa yang dibelajarkan dengan model

pembelajaran konvensional di kelas V SD Gugus I Gusti Ngurah Rai Denpasar


Timur Ajaran 2013/2014.
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan uji t yang dilakukan pada data post test diperoleh t-hitung
posttest thitung > ttabel berarti hipotesis yang menyebutkan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan dengan
Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Berbasis Reinforcement dengan siswa yang
dibelajarkan secara konvensional kelas V SD Gugus I Gusti Ngurah Rai pada taraf
signifikan 5% diterima. Hal ini mengandung arti bahwa siswa yang dibelajarkan
menggunakan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Berbasis Reinforcement
hasil belajar pada ranah kognitifnya lebih baik dari pada siswa yang diajar
menggunakan model pembelajaran Konvensional.
Hal ini disebabkan karena Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Berbasis
Reinforcement merupakan model pembelajaran yang secara penuh melibatkan
aktivitas seluruh siswa dalam proses pembelajaran. Pendekatan Pembelajaran
Kontekstual Berbasis Reinforcement ini menepatkan siswa dalam kondisi
pembelajran yang menarik dan mudah berinteraksi dengan sumber belajarnya
dengan berbasis Reinforcement dapat meningkatkan semangat belajar karena di
dorong oleh penguatan yang diberikan oleh guru sehingga dapat membantu
penerapan pendekatan pembelajaran ini. Aktivitas belajar dirancang Inovatif
sehingga

memungkinkan

siswa

dapat

belajar

lebih

santai,

disamping

menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, dan rasa percaya diri pada siswa.
Kenyataan ini didukung dari temuan dilapangan selama proses
pembelajaran menggunakan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Berbasis
Reinforcement, siswa terlihat lebih aktif. Siswa lebih cenderung siap dalam

mengikuti kegiatan pembelajaran dengan mempelajari terlebih dahulu materi yang


akan dibahas di kelas. Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Berbasis
Reinforcement kecenderungan guru dalam menjelaskan materi dikelas dengan
ceramah dapat dikurangi, sehingga siswa lebih leluasa dalam mengkontruksi
pengetahuannya sendiri dan menjadi sumber belajar tambahan bagi siswa lain
sedangkan guru lebih banyak berfungsi sebagai fasilitator dari pada pengajar.
Berbeda dengan pembelajaran IPA yang menggunakan pembelajaran
Konvensional, selama proses pembelajaran siswa terlihat kurang aktif. Siswa
hanya mendengarkan secara teliti serta berusaha mencatat materi yang dipaparkan
oleh guru. Hal ini mengakibatkan siswa pasif, karena dominasi guru dalam
pembelajaran melumpuhkan keinginan siswa dalam membangun pengetahuannya
sendiri, sehingga siswa hanya menjadi pendengar yang cenderung membuat siswa
jenuh, kurang inisiatif dan selalu bergantung pada guru.
Hasil Temuan ini mendukung peneltian Ni Nyoman Widiasih (2012) dan
Ni Putu Suyasmini (2012) yang terlebih dahulu membuktikan efektivitas dari
penerapan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Berbasis Reinforcement.
Perbedaan hasil belajar IPA siswa yang muncul juga disebabkan karena
siswa yang mengikuti pembelajaran Pendekatan Pembelajaran Kontekstual
Berbasis Reinforcement mempunyai pengalaman belajar yang lebih inovatif dan
kreatif serta tanpa ada rasa canggung dalam berbagi informasi dan mampu
mempresentasikan pendapatnya kepada teman dan guru. Sehingga siswa tidak
akan lupa dengan pelajaran IPA, sehingga hasil belajar IPA siswa lebih baik
dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran Konvensional.

Hal ini mendukung hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan


hasil belajar IPA yang signifikan antara siswa yang dibelajarkan dengan
Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Berbasis Reinforcement dan siswa yang
dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional di kelas V SD Gugus I
Gusti Ngurah Rai Tahun Ajaran 2013/2014

BAB V
PENUTUP

Berdsarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat dikemukakan


simpulan dan saran. Adapun simpulan dan saran yang akan dikemukakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut.
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang
dibelajarkan
Reinforcement

melalui
dengan

pendekatan
siswa

yang

pembelajaran
dibelajarkan

Kontekstual
melalui

Berbasis

pembelajaran

konvensional siswa kelas V SD Gugus I Gusti Ngurah Rai Denpasar Timur


Tahun Ajaran 2013/2014. Dari hasil uji hipotesis yang telah dilakukan dengan
menggunakan uji-t diketahui bahwa thitung = 2,371 dan dengan taraf signifikan
5% dengan derajat kebebasan 60 diperoleh ttabel = 2,00 yang berarti thitung lebih
dari ttabel ( 2,371 > 2,00 ) sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Dilihat dari tes
akhir pembelajaran (post test) diketahui bahwa rata-rata hasil belajar yang di
capai kelompok eksperimen sebesar 55,81 sedangkan rata-rata hasil belajar yang
dicapai kelompok kontrol sebesar 47,67. Hal ini berarti rata-rata hasil belajar

kelompok eksperimen lebih dari kelompok kontrol (55,81 >47,67) dan hal ini
berarti terdapat pengaruh pendekatan pembelajaran Kontekstual Berbasis
Reinforcement terhadap hasil belajar IPA kelas V SD Gugus I Gusti Ngurah Rai
Denpasar Timur Tahun Ajaran 2013/2014.
5.2 Saran
1) Guru dapat menerapkan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Berbasis
Reinforcement sebagai alternative pembelajaran IPA di kelas.
2) Guru dapat mennggunakan reinforcement atau penguatan sebagai
pelengkap proses pembelajaran dalam penerapan model pembelajaran
modern agar mampu memaksimalkan model tersebut dalam proses
pembelajaran IPA di kelas.
3) Guru sebagai pendidik diharapkan mampu menjalankan peranan sebagai
fasilitator, organisator, dan motivator bagi siswa sehingga siswa dapat
membangun pengetahuannya sendiri.
4) Diharapkan dapat memberikan sumbangan yang baik pada sekolah
tersebut dalam rangka perbaikan proses pembelajaran di sekolah, untuk
lebih diperbaiki dan ditingkatkan dalam hal penggunaan metode, media,
dan sumber bahan oleh guru agar lebih variatif dan kreatif supaya dapat
lebih memberdayakan partisipasi siswa.
5) Pembelajaran dengan menggunakan

Pendekatan

Pembelajaran

Kontekstual Berbasis Reinforcement, menekankan siswa untuk belajar


mandiri. Hal ini dapat memberikan refleksi atau umpan balik dalam
bentuk tanya jawab dengan siswa tentang kesulitan yang dihadapi dan
pemecahannya.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta
Arikunto, S.2002. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, S.2010. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Aryana, Putu. 2007. Dasar-dasar Metodelogi Penelitian. Denpasar: Bagian Faal
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
Burrowes. 2009. Pendekatan Pembelajaran Konvensinal.
http://edukasi.kompasiana.com/2009/12/20/pendekatan-pembelajarankonvensionl.
Departemen Pendidikan Nasional.2004. Kurikulum 2004. Jakarta : Dapertemen
Pendidikan Nasional.
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Emzir. 2008. Metodelogi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif.
Jakarta: Rajawali Pers
Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002. Jakarta : Balai Pustaka.
http://thesis.binus.ac.id/.../2002.
Koyan, I Wayan. 2004. Statistika Terapan (Teknik Analisis Data Kuantitatif).
Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.
Koyan, I Wayan. 2007. Statistika Terapan (Teknik Analisis Data Kuantitatif).
Singaraja; Universitas Pendidikan Ganesha.
Mardalis. 2009. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi
Aksara

Muslich, Masnur. 2007. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi Dan


Kontekstual. Malang: PT. Bumi Aksara
Rasana. 2012. Pembelajaran Konvensiona : phisicandmatch.blogspot.com
Riduwan. 2002. Skala Pengukuran Variabel - Variabel Penelitian. Bandung:
Alfabeta
Ridwan. 2008. Ketercapaian Prestasi Belajar. Tersedia pada http://ridwan202.
wordpress.com/2008/05/03/ketercapaian-prestasi-belajar/. Diakses pada
tanggal 20 November 2012.
Rusman. 2010. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme
Guru. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Sanjaya, Wina. 2006.Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Bandung: Kencana
Sanjaya, Wina. 2008.Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Bandung: Kencana
Samatowa, Usman. 2006. Bagaimana Membelajarjan IPA di sekolah Dasar.
Jakarta: Depertemen pendididkan nasional
Sardiman. 2010.Interaksi& Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada
Solihatin, Etin. 2011. Cooperatif Learning. Cetakan Ke-5. Jakarta: Bumi Aksara.
Sudana, dkk. 2010. Bahan Ajar Pendidikan IPA SD. Singaraja : FIP Undiksha.
Sudijono, 2009. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers

Sudjana, Nana. 2004. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar


baru Algensindo.
Sudjana, Nana. 2010, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung:
Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. 2002. Metode Penelitian Administrasi. Bandung : CV Alfa Beta.


Sugiyono. 2009. Metode Penelitian pendidikan Pendekatan Kuantitatif dan
R&D.Bandung : Alfa Beta.
Sugiyono, 2010. Metode penelitian pendidikan Kualitatif. Kuantitatif dan D&R.
Bandung: Alfabeta
Sugiyono, 2012. Metode penelitian pendidikan Kualitatif. Kuantitatif dan D&R.
Bandung: Alfabeta
Trianto. 2008. Mendesain Pembelajaran Kontekstual ( CTL ) di Kelas. Jakarta:
Cerdas Pustaka Publisher
Trianto. 2012. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group
Winarsunu. 2010. Statistik dalam Penelitian Psikologi dan Pendidikan. Malang:
Universitas Negeri Malang.

Lampiran 01
PEMERINTAH KOTA DENPASAR
DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA
UPT KECAMATAN DENPASAR TIMUR
SEKOLAH NEGERI 1 PENATIH
Alamat : Jalan Trenggana No. 8, Tlp. (0361) 467647, Denpasar

SURAT KETERANGAN
No. 421.2/022/SD1P/2014

Yang bertanda tangan dibawah ini : Kepada SD Negeri 1 Penatih, dengan ini
menerangkan bahwa :

Nama
NIM
Jurusan
Fakultas
Universitas

: I Wayan Reji Yasa


: 0911031485
: S 1 PGSD
: Ilmu Pendidikan
: Universitas Pendidikan Ganesha

Memang benar yang bersangkutan di atas telah mengadakan penelitian di SD


Negeri 1 Penatih pada mata pelajaran IPA di kelas V dari tanggal 2 s.d 30 April 2014.
Demikian surat keterangan ini dibuat, untuk dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya.

Denpasar, 30 April 2014


Kepala SD N.1 Penatih

Lampiran 02
UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN
OLAHRAGA
KECAMATAN DENPASAR TIMUR

SEKOLAH DASAR NEGERI 2 PENATIH


Alamat : Jalan Nagasari Br. Laplap, Penatih Dangri
Kec. Denpasar Timur, Kota Denpasar

SURAT KETERANGAN
No. 074 / 122 / SD Negri 2 Penatih

Yang bertanda tangan dibawah ini Kepada SD Negeri 2 Penatih Kecamatan


Denpasar Timur, Kota Denpasar menerangkan bahwa:
Nama

: I Wayan Reji Yasa

Nim

: 0911031485

Memang benar mahasiswa tersebut diatas pada tahun ajaran 2013/2014 telah
mengadakan penelitian pada siswa kelas V di SD Negeri 2 Penatih mengenai
Pembelajaran IPA dari tanggal 2 s/d 30 April 2014.
Demikian surat keterangan ini dibuat dengan sebenarnya untuk dapat
dipergunakan sebagaimana mestinya.

Lampiran 03
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS
REINFORCEMENT
Mata pelajaran

: Ilmu Pengetahuan Alam

Kelas/Semester

: V/I

Alokasi Waktu

: 2 x 35 Menit

A. Standar Kompetensi
Memahami hubungan antara gaya, gerak, dan energy serta fungsinya.
B. Kompetensi Dasar
Mendeskripsikan hubungan antara gaya, gerak, dan energy melalui
percobaan (gaya gravitasi, gaya gesek, gaya magnet)
C. Indikator
a. Membandingkan kecepatan jatuh dua benda (yang

berbeda berat,

bentuk danu kuran) dari ketinggian.


b. Menyimpulkan bahwa gaya gravitasi menyebabkan benda bergerak
kebawah.
D. Tujuan pembelajaran
a. Melalui tanya jawab siswa dapat membandingkan kecepatan jatuh dua
benda (yang berbeda berat, bentuk dan ukuran) dari ketinggian dengan
tepat.
b. Melalui diskusi kelompok siswa dapat menyimpulkan bahwa gaya
gravitasi menyebabkan benda bergerak kebawah dengan benar.
Karakter yang ingin dikembangkan
1. Kerja keras
2. Disiplin

E. Materi Ajar
Pernahkah kamu melihat buah yang jatuh dari pohonnya? Ke mana
arah jatuhnya buah tersebut? Buah kelapa itu jatuh ke bumi. Tidak hanya
buah, benda-benda lain jika dijatuhkan dari ketinggian tertentu juga akan
bergerak turun menuju bumi. Misalnya kelereng atau bola yang
menggelinding di atas meja akan jatuh ke lantai. Penerjun payung yang

keluar dari pesawat juga akan jatuh ke bawah menuju bumi. Gerak
jatuhnya benda-benda dipengaruhi oleh gaya gravitasi bumi. Apakah
semua benda yang dilempar ke atas juga akan dipengaruhi oleh gaya
gravitasi? Lakukan kegiatan berikut untuk mengetahui jawabannya!
Membandingkan Kecepatan Jatuh Dua Benda yang Berbeda
1. Sediakan dua lembar kertas HVS dan pena beserta tutupnya!
2. Berdirilah di atas meja atau kursi!
3. Remaslah selembar kertas hingga membentuk bulatan! Jatuhkan bulatan
kertas dan lembaran kertas bersama-sama dari ketinggian yang sama!
Benda mana yang lebih dahulu mencapai tanah? Catatlah hasil
pengamatanmu!
4. Jatuhkan pena dan tutupnya secara bersamasama dari
ketinggian yang sama! Mintalah seorang
temanmu untuk mengamati kecepatan kedua
benda tersebut sampai di tanah!
a. Benda mana yang lebih berat?
b. Benda apa yang lebih dahulu mencapai
lantai?
Catatlah hasil pengamatanmu!
5. Tulislah laporan kegiatan ini beserta
kesimpulannya!
Presentasikan di depan kelas, kemudian
diskusikan dengan teman-temanmu!
6. Buanglah kertas yang telah kamu remas ke
tempat sampah agar tidak mengotori kelasmu!
Catatan: Lakukan kegiatan ini di dalam kelas bersama gurumu!
Perhatikan kegiatan yang telah kamu lakukan! Apakah bulatan kertas lebih
dahulu mencapai lantai daripada lembaran kertas? Nah, berdasarkan
percobaan tersebut dapat disimpulkan bahwa gaya gravitasi tidak
dipengaruhi oleh berat benda. Gaya ini dipengaruhi oleh gaya penghambat
yang dikenal sebagai gaya gesek. Gaya gesek bersifat menahan gerak
benda sehingga gerak jatuhnya benda lebih lambat. Arah gaya gesek
berlawanan dengan gaya yang ditahannya. Jadi arah gaya gravitasi
berlawanan dengan gaya gesek.
Gaya gravitasi bumi menyebabkan benda-benda yang ada di bumi tidak
terlempar ke angkasa luar. Selain itu, gaya gravitasi membuat kita dapat
berjalan di atas tanah. Gaya gravitasi juga menyebabkan semua yang ada
di bumi mempunyai berat sehingga tidak melayang-layang di udara.
Kekuatan gaya gravitasi bumi terhadap benda tergantung pada jarak benda
dari pusat bumi. Semakin jauh letak suatu benda dari pusat bumi, gaya
gravitasinya semakin kecil.
F. Metode Pembelajaran
a. Ceramah

b. Tanya jawab
c. Diskusi
d. Penugasan
G.

Langkah-Langkah Pembelajaran
No

Tahap

pembelajaran
Kontruktivisme

Inquiri

Masyarakat
Belajar

Bertanya

Pemodelan

Proses pembelajaran

Waktu

PENDAHULUAN
1. Menyampaikan salam pembuka
2. Melakukan persensi (Disiplin)
3. Guru mengadakan apersepsi dengan
menunjukkan media gambar dan
mengajukan beberapa pertanyaan
mengenai jenis jenis gaya oleh guru.
4. Menyampaikan tujuan pembelajaran /
kompetensi dasar yang ingin dicapai dan
memotivasi siswa untuk belajar.
5. Menyampaikan cakupan materi dan
penjelasan uraian kegiatan
KEGIATAN INTI
EKSPLORASI
1. Menyampaikan permasalahan sehari-hari
tentang gerak jatuh benda.
2. Guru dan siswa melakukan tanya-jawab
tentang penyebab benda jatuh.

(10 menit)

ELABORASI
3. Guru membagi siswa dalam kelompok
yang beranggota 4-5 orang yang bersifat
heterogen (jenis kelamin, kemampuan,
gaya berpikir)
4. Guru membagikan lembar kerja siswa
yang berisi tugas yang harus dikerjakan
oleh masing-masing kelompok berkaitan
dengan adaptasi pada hewan(Siswa
ditugaskan mengerjakan tugas yang
diberikan guru, petunjuk kegiatan ada di
LKS) (Kerja Keras)
5. Secara berkelompok siswa melakukan
penemuan/inquiri serta menyusun laporan
hasil diskusi yang dilakukan.
6. Guru memberikan kesempatan bertanya
kepada siswa mengenai hal yang belum

(50 menit)

Pemodelan

dipahami terkait dengan tugas yang


diberikan (Disiplin)
7. Masing-masing siswa mencatat hasil
diskusi.
KONFIRMASI
8. Perwakilan masing-masing kelompok
melakukan pemodelan atau
menyampaikan hasil diskusi di depan
kelas (Kerja Keras)
9. Siswa kelompok lain diberikan
kesempatan untuk menyampaikan
pendapat tentang hasil diskusi yang telah
disampaikan oleh temannya.
10. Guru memberikan umpan balik dan
penguatan positif dalam bentuk lisan,
tulisan maupun isyarat terhadap
keberhasilan masing-masing kelompok.

Refleksi
Penilaian
Autentik

H. Penilaian
Penilaian Kognitif
Tes Tertulis (soal terlampir)

Kriteria :
Jumlah soal : 5
Bobot masing-masing soal : 2

PENUTUP
1. Guru bersama siswa merangkum materi
gaya grafitasi.
2. Melakukan refleksi terhadap kegiatan
pembelajaran yang telah dilaksanakan.
3. Guru memberikan evaluasi secara tertulis
kepada siswa untuk mengetahui
pemahaman siswa mengenai materi
pembelajaran dan guru memberikan
penilaian yang objektif.
4. Menyampaikan rencana pembelajaran
pada pertemuan berikutnya.
5. Sebagai tindak lanjut, guru memberikan
pekerjaan rumah (PR).

(10 menit)

Skor Maksimal : 10
Bobot Kognitif : 60
N1 (Skor Kognitif) =

skordiperoleh
xbobot
skormaksimal

skordiperole h
xbobot
skormaksimal

Penilaian Afektif
Kriteria :
Skor untuk masing-masing aspek yang diamati berkisar 1-3
Skor maksimal : 6
Mendapatkan 1 jika melakukan 1 kegiatan
Mendapatkan 2 jika melakukan 2 kegiatan
Mendapatkan 3 jika melakukan 3 kegiatan
Bobot Afektif : 40

skoryangdiperoleh
N2 ( Skor Afektif ) =
x bobot
skormaksimal

I. Alat dan Sumber


a. Buku LKS serta buku paket IPA SD kelas V semester I
b. Silabus kelas V senester I
c. Media berupa gambar.

Aspek Afektif

Deskripsi

Disiplin

1) Tepat waktu

Skor

Deskripsi

3 Jika 3 Dilakukan

2 jika 2 dilakukan

1 jika 1 dilakukan

mengumpulkan tugas
2) Memperhatikan
penjelasan guru
3) Tidak mengganggu
teman

Kerja Keras

1) Mengerjakan tugas

3 jika 3 dilakukan

dengan sungguhsungguh
2) Tidak menyontek
3) Mencatat dengan

1 Jika 2 dilakukan

sungguh-sungguh

1 jika 1 dilakukan

sesuatu yang ditugaskan


guru

NA = N1 + N2
Format Penilaian Kognitif
No

Nama Siswa

Skor

Soal
1

1
2
3
4

5
6
7
8
9
10
11

Format Penilaian Afektif


No Nama Siswa
.
1
2
3
4

Aspek yang dinilai


Disiplin
Kerja Keras
1
2
3
1
2
3

Jumlah

6
7
8
9
10
11

12

Format Nilai Akhir


No
.
1
2
3
4

5
6
7

Nama Siswa

N1

N2

Nilai
N1 + N2

Nama kelompok :
1.
2
3
4
5

No

Nama Benda 1

Benda 2

Kertas HVS

Penghapus

Pensil

Penggaris

Penggaris

Kertas HVS

Penghapus

Sepidol / kapur

Pulpen

Kertas HVS

Jawaban

Diskusikan dengan kelompok kalian, bandingan benda 1 dan benda 2 yang


dijatuhkan bersamaan dari ketinggian, benda mana yang jatuh lebih cepat! Dan
tulis jawaban kalian pada kolom jawaban.

Soal individu
Kerjakan soal dibawah ini dengan memilih jawaban a,b,c dan d dengan tepat!

1. Contoh peristiwa yang terjadi akibat gaya gravitasi bumi yaitu . . . .


a. matahari terbit dan terbenam
b. bumi berputar mengelilingi matahari
c. air sungai menguap
d. buah kelapa jatuh
2. Pengaruh gaya gravitasi bumi semakin kuat terhadap suatu benda apabila . . . .
a. benda semakin ringan
b. jarak benda dari pusat bumi
semakin dekat
c. suhu benda semakin panas
d. angin bertiup kencang
3. Adanya gaya gravitasi bumi memungkinkan kita . . . .
a. melayang di udara
b. berenang di air
c. menapak di tanah
d. menghirup napas
4. Jika dijatuhkan dari ketinggian yang sama, kertas yang diremas lebih dahulu
mencapai tanah daripada kertas berbentuk lembaran. Hal ini berarti
gaya gravitasi dipengaruhi oleh . . . .
a. berat benda
b. gaya gesek
c. bentuk benda
d. gaya magnet
5. Buah kelapa jatuh ke bawah dari pohonnya akibat pengaruh ....
a. gaya gesekan
b. gaya magnet
c. gaya gravitasi
d. gaya dorong

Kunci Jawaban :
1. d
2. b
3. c
4. c
5. c

Lampiran 04
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Mata pelajaran

: Ilmu Pengetahuan Alam

Kelas/Semester

: V/I

Alokasi Waktu

: 2 x 35 Menit

A. Standar Kompetensi
Memahami hubungan antara gaya, gerak, dan energy serta fungsinya.
B. Kompetensi Dasar
Mendeskripsikan hubungan antara gaya, gerak, dan energy melalui
percobaan (gaya gravitasi, gaya gesek, gaya magnet)
C. Indikator
c. Membandingkan kecepatan jatuh dua benda (yang

berbeda berat,

bentuk danu kuran) dari ketinggian.


d. Menyimpulkan bahwa gaya gravitasi menyebabkan benda bergerak
kebawah.
D. Tujuan pembelajaran
c. Melalui tanya jawab siswa dapat membandingkan kecepatan jatuh dua
benda (yang berbeda berat, bentuk dan ukuran) dari ketinggian dengan
tepat.
d. Melalui diskusi kelompok siswa dapat menyimpulkan bahwa gaya
gravitasi menyebabkan benda bergerak kebawah dengan benar.
Karakter yang ingin dikembangkan
3. Kerja keras
4. Disiplin
E. Materi Ajar
Pernahkah kamu melihat buah yang jatuh dari pohonnya? Ke mana
arah jatuhnya buah tersebut? Buah kelapa itu jatuh ke bumi. Tidak hanya
buah, benda-benda lain jika dijatuhkan dari ketinggian tertentu juga akan
bergerak turun menuju bumi. Misalnya kelereng atau bola yang
menggelinding di atas meja akan jatuh ke lantai. Penerjun payung yang
keluar dari pesawat juga akan jatuh ke bawah menuju bumi. Gerak
jatuhnya benda-benda dipengaruhi oleh gaya gravitasi bumi. Apakah
semua benda yang dilempar ke atas juga akan dipengaruhi oleh gaya
gravitasi? Lakukan kegiatan berikut untuk mengetahui jawabannya!
Membandingkan Kecepatan Jatuh Dua Benda yang Berbeda
1. Sediakan dua lembar kertas HVS dan pena beserta tutupnya!

2. Berdirilah di atas meja atau kursi!


3. Remaslah selembar kertas hingga membentuk bulatan! Jatuhkan bulatan
kertas dan lembaran kertas bersama-sama dari ketinggian yang sama!
Benda mana yang lebih dahulu mencapai tanah? Catatlah hasil
pengamatanmu!
4. Jatuhkan pena dan tutupnya secara bersamasama dari
ketinggian yang sama! Mintalah seorang
temanmu untuk mengamati kecepatan kedua
benda tersebut sampai di tanah!
a. Benda mana yang lebih berat?
b. Benda apa yang lebih dahulu mencapai
lantai?
Catatlah hasil pengamatanmu!
5. Tulislah laporan kegiatan ini beserta
kesimpulannya!
Presentasikan di depan kelas, kemudian
diskusikan dengan teman-temanmu!
6. Buanglah kertas yang telah kamu remas ke
tempat sampah agar tidak mengotori kelasmu!
Catatan: Lakukan kegiatan ini di dalam kelas bersama gurumu!
Perhatikan kegiatan yang telah kamu lakukan! Apakah bulatan kertas lebih
dahulu mencapai lantai daripada lembaran kertas? Nah, berdasarkan
percobaan tersebut dapat disimpulkan bahwa gaya gravitasi tidak
dipengaruhi oleh berat benda. Gaya ini dipengaruhi oleh gaya penghambat
yang dikenal sebagai gaya gesek. Gaya gesek bersifat menahan gerak
benda sehingga gerak jatuhnya benda lebih lambat. Arah gaya gesek
berlawanan dengan gaya yang ditahannya. Jadi arah gaya gravitasi
berlawanan dengan gaya gesek.
Gaya gravitasi bumi menyebabkan benda-benda yang ada di bumi tidak
terlempar ke angkasa luar. Selain itu, gaya gravitasi membuat kita dapat
berjalan di atas tanah. Gaya gravitasi juga menyebabkan semua yang ada
di bumi mempunyai berat sehingga tidak melayang-layang di udara.
Kekuatan gaya gravitasi bumi terhadap benda tergantung pada jarak benda
dari pusat bumi. Semakin jauh letak suatu benda dari pusat bumi, gaya
gravitasinya semakin kecil.
F. Metode Pembelajaran
e. Ceramah
f. Tanya jawab
g. Diskusi
h. Penugasan
G.

Langkah-Langkah Pembelajaran
Proses pembelajaran

Waktu

1. PENDAHULUAN
(10 menit)
6. Menyampaikan salam pembuka
7. Melakukan persensi (Disiplin)
8. Guru mengadakan apersepsi dengan menunjukkan
media gambar dan mengajukan beberapa pertanyaan
mengenai jenis jenis gaya oleh guru.
9. Menyampaikan tujuan pembelajaran / kompetensi dasar
yang ingin dicapai dan memotivasi siswa untuk belajar.
10. Menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian
kegiatan

2. KEGIATAN INTI
EKSPLORASI
11. Menyampaikan permasalahan sehari-hari tentang gerak
jatuh benda.
12. Guru dan siswa melakukan tanya-jawab tentang
penyebab benda jatuh.
ELABORASI
a. Guru membagi siswa dalam kelompok yang beranggota
4-5 orang yang bersifat heterogen (jenis kelamin,
kemampuan, gaya berpikir)
b. Guru membagikan lembar kerja siswa yang berisi tugas
yang harus dikerjakan oleh masing-masing kelompok
berkaitan dengan adaptasi pada hewan(Siswa ditugaskan
mengerjakan tugas yang diberikan guru, petunjuk
kegiatan ada di LKS) (Kerja Keras)
c. Secara berkelompok siswa melakukan penemuan/inquiri
serta menyusun laporan hasil diskusi yang dilakukan.
d. Guru memberikan kesempatan bertanya kepada siswa
mengenai hal yang belum dipahami terkait dengan tugas
yang diberikan (Disiplin)
e. Masing-masing siswa mencatat hasil diskusi.
KONFIRMASI
a. Perwakilan masing-masing kelompok melakukan
pemodelan atau menyampaikan hasil diskusi di depan
kelas (Kerja Keras)

(50 menit)

b. Siswa kelompok lain diberikan kesempatan untuk


menyampaikan pendapat tentang hasil diskusi yang telah
disampaikan oleh temannya.
c. Guru memberikan umpan balik dan penguatan positif
dalam bentuk lisan, tulisan maupun isyarat terhadap
keberhasilan masing-masing kelompok.
3. PENUTUP
(10 menit)
6. Guru bersama siswa merangkum materi gaya
grafitasi.
7. Melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran
yang telah dilaksanakan.
8. Guru memberikan evaluasi secara tertulis kepada
siswa untuk mengetahui pemahaman siswa mengenai
materi pembelajaran dan guru memberikan penilaian
yang objektif.
9. Menyampaikan
rencana
pembelajaran
pada
pertemuan berikutnya.
10. Sebagai tindak lanjut, guru memberikan pekerjaan
rumah (PR).

H. Penilaian
Penilaian Kognitif
Tes Tertulis (soal terlampir)
Kriteria :
Jumlah soal : 5
Bobot masing-masing soal : 2
Skor Maksimal : 10
Bobot Kognitif : 60
N1 (Skor Kognitif) =

skordiperoleh
xbobot
skormaksimal

skordiperole h
xbobot
skormaksimal

Penilaian Afektif
Kriteria :
Skor untuk masing-masing aspek yang diamati berkisar 1-3
Skor maksimal : 6
Mendapatkan 1 jika melakukan 1 kegiatan
Mendapatkan 2 jika melakukan 2 kegiatan
Mendapatkan 3 jika melakukan 3 kegiatan
Bobot Afektif : 40

N2 ( Skor Afektif ) =

skoryangdiperoleh
x bobot
skormaksimal

I. Alat dan Sumber


d. Buku LKS serta buku paket IPA SD kelas V semester I
e. Silabus kelas V senester I
f. Media berupa gambar.

Aspek Afektif

Deskripsi

Disiplin

4) Tepat waktu

Skor

Deskripsi

3 Jika 3 Dilakukan

2 jika 2 dilakukan

1 jika 1 dilakukan

3 jika 3 dilakukan

mengumpulkan tugas
5) Memperhatikan
penjelasan guru
6) Tidak mengganggu
teman
Kerja Keras

4) Mengerjakan tugas
dengan sungguhsungguh
5) Tidak menyontek
6) Mencatat dengan
sungguh-sungguh
sesuatu yang ditugaskan
guru

NA = N1 + N2
Format Penilaian Kognitif

2
1

2 Jika 2 dilakukan
1 jika 1 dilakukan

No

Nama Siswa

Skor

Soal
1

1
2
3
4

5
6
7
8
9
10
11

12

Format Penilaian Afektif


No

Nama Siswa

Aspek yang dinilai


Disiplin
Kerja Keras
1
2
3
1
2
3

Jumlah

1
2
3
4

5
6
7
8
9
10
11
12

Format Nilai Akhir


No
.
1
2
3
4

Nama Siswa

N1

N2

Nilai
N1 + N2

5
6
7
8
Nama kelompok :
1.
2
3
4
5

No

Nama Benda 1

Benda 2

Kertas HVS

Penghapus

Pensil

Penggaris

Penggaris

Kertas HVS

Penghapus

Sepidol / kapur

Pulpen

Kertas HVS

Jawaban

Diskusikan dengan kelompok kalian, bandingan benda 1 dan benda 2 yang


dijatuhkan bersamaan dari ketinggian, benda mana yang jatuh lebih cepat!
Dan tulis jawaban kalian pada kolom jawaban.

Soal individu
Kerjakan soal dibawah ini dengan memilih jawaban a,b,c dan d dengan tepat!

1. Contoh peristiwa yang terjadi akibat gaya gravitasi bumi yaitu . . . .


a. matahari terbit dan terbenam
b. bumi berputar mengelilingi matahari
c. air sungai menguap
d. buah kelapa jatuh
2. Pengaruh gaya gravitasi bumi semakin kuat terhadap suatu benda apabila . . . .
a. benda semakin ringan
b. jarak benda dari pusat bumi
semakin dekat
c. suhu benda semakin panas
d. angin bertiup kencang
3. Adanya gaya gravitasi bumi memungkinkan kita . . . .
a. melayang di udara
b. berenang di air
c. menapak di tanah
d. menghirup napas
4. Jika dijatuhkan dari ketinggian yang sama, kertas yang diremas lebih dahulu
mencapai tanah daripada kertas berbentuk lembaran. Hal ini berarti
gaya gravitasi dipengaruhi oleh . . . .
a. berat benda
b. gaya gesek
c. bentuk benda
d. gaya magnet
5. Buah kelapa jatuh ke bawah dari pohonnya akibat pengaruh ....
a. gaya gesekan
b. gaya magnet
c. gaya gravitasi
d. gaya dorong

Kunci Jawaban :
1. d
2. b
3. c
4. c
5. c

Lampiran 05
Tabel 3. Kisi-Kisi Tes Hasil Belajar IPA

No

Standar

Kompetensi

Kompetensi

Dasar

Indikator

Tingkat Kesukaran/Tipe Hasil Belajar

Mudah

Bentuk Jumlah

Sedang

Soal

Soal

Pilihan

Sukar

C C2 C3 C4 C5 C6 C1 C2 C3 C4 C5 C6 C1 C2 C3 C4 C5 C6
1
1

5. Memahami

5.1

Membandingkan

hubungan

Mendeskripsika kecepatan jatuh dua

antara gaya,

n hubungan

benda (yang

gerak, dan

antara gaya,

berbeda berat,

energy serta

gerak, dan

bentuk danu kuran)

fungsinya.

energy melalui

dari ketinggian.

percobaan

Menyimpulkan
(gaya gravitasi, bahwa gaya gravitasi
gaya gesek,
menyebabkan benda
gaya magnet)

bergerak kebawah.

Membandingkan

Ganda

Pilihan

Ganda

Pilihan

10

gerak benda pada

Ganda

permukaan yang
berbeda (kasar,
halus)

Menjelaskan

Pilihan

berbagai cara

Ganda

memperkecil dan
memperbesar gaya
gesekan
Mengelompokan

Pilihan

benda benda yang


bersifat magnetis

Ganda

dan yang tidak


magnetis.
Menunjukan

kekuatan gaya

Pilihan

Ganda

magnet dalam
menembus beberapa
benda melalui
percobaan
Mengidentifikasi

Pilihan

sifat kutub magnet

Ganda

melalui percobaan
Menyebutkan

Pilihan

contoh penggunan

Ganda

gaya magnet dalam


kehidupan sehari
hari

Keterangan:

C1= Ingatan

C2= Pemahaman

C3= Analisis

C4=Aplikasi

C5= Sintesis

C6=Evaluasi

Sebelum tes hasil belajar digunakan, maka tes tersebut akan diuji cobakan untuk menentukan validitas dan reliabilitasny

Lampiran 6
Nama

Kelas

Nomor absen

Soal Post-Test
Mata Pelajaran

: IPA

Materi Pelajaran

Waktu

: 60 menit

1. Bahan di bawah ini yang dapat ditarik oleh magnet adalah ....
a. kayu
b. besi
c. kaca
d. plastik
2. Pola-pola garis yang dibentuk oleh serbuk besi ketika didekatkan dengan
magnet merupakan ....
a. garis gaya magnet
b. garis gaya gesekan
c. kutub magnet
d. garis arah magnet
3. Bagian magnet yang memiliki kekuatan terbesar untuk menarik benda
magnetis adalah ....
a. tengahnya
b. sisi-sisinya
c. kutub-kutubnya
d. pinggirnya
4. Alat-alat yang mengunakan magnet di antaranya adalah sebagai berikut,
kecuali ....
a. mikrofon
b. alarm
c. dinamo
d. gunting
5. Benda-benda yang dapat ditarik oleh magnet disebut benda ....
a. magnetis
b. antik
c. keras
d. kuno
6. Magnet dapat dibuat dengan tiga cara, kecuali ....
a. menginduksi
b. menggosok

c. memanaskan
d. mengalirkan arus listrik
7. Gaya tarik bumi disebut juga ....
a. gaya gravitasi bumi
b. gaya magnet bumi
c. gaya gesekan
d. gaya berat
8. Buah kelapa jatuh ke bawah dari pohonnya akibat pengaruh ....
a. gaya gesekan
b. gaya magnet
c. gaya gravitasi
d. gaya dorong
9. Gaya yang ditimbulkan akibat dua buah permukaan yang saling bersentuhan
adalah ....
a. gaya gesekan
b. gaya magnet
c. gaya berat
d. gaya gravitasi
10. Semakin kasar permukaan benda yang bergesekan maka gaya gesekan
yang terjadi akan ....
a. semakin kecil
b. semakin besar
c. sama kecil
d. sama besar
11. Contoh peristiwa yang terjadi akibat gaya gravitasi bumi yaitu . . . .
a. matahari terbit dan terbenam
b. bumi berputar mengelilingi matahari
c. air sungai menguap
d. buah kelapa jatuh
12. Pengaruh gaya gravitasi bumi semakin kuat terhadap suatu benda apabila . . . .
a. benda semakin ringan
b. jarak benda dari pusat bumi semakin dekat
c. suhu benda semakin panas
d. angin bertiup kencang
13. Adanya gaya gravitasi bumi memungkinkan kita . . . .
a. melayang di udara
b. berenang di air
c. menapak di tanah
d. menghirup napas
14. Jika dijatuhkan dari ketinggian yang sama, kertas yang diremas lebih dahulu
mencapai tanah daripada kertas berbentuk lembaran. Hal ini berarti gaya gravitasi
dipengaruhi oleh . . . .
a. berat benda
b. gaya gesek
c. bentuk benda

d. gaya magnet
15. Contoh benda yang dapat ditarik magnet yaitu . . . .
a. paku
b. gelas plastik
c. piring kaca
d. kertas
16. Apabila dua kutub magnet yang sama saling didekatkan akan . . . .
a. tolak-menolak
b. tarik-menarik
c. diam
d. menempel
17. Bagian magnet yang paling kuat gaya tariknya yaitu . . . .
a. atas
b. bawah
c. tengah
d. kutub
18. Kompas selalu menunjuk arah utara dan selatan karena pengaruh . . . .
a. ketinggian tanah
b. magnet bumi
c. suhu udara
d. arah angin
19. Pembuatan alur pada sol sepatu dapat mencegah pemakainya terpeleset karena . . . .
a. gaya gesek besar
b. gaya dorong berkurang
c. gaya gravitasi bertambah
d. berat badan bertambah
20. Pembuatan magnet dengan cara induksi menghasilkan magnet yang bersifat . . . .
a. tetap
b. kuat
c. sementara
d. kekal
21. Ban sepeda akan berhenti ketika direm. Ban sepeda berhenti bergerak akibat
gaya . . . .
a. gravitasi
b. gesek
c. magnet
d. tekan
22. Jenis lantai yang menimbulkan gaya gesek paling kecil adalah yang . . . .
a. dilapisi karpet
b. dibuat dari keramik
c. dilapisi permadani
d. dilapisi keset

23. Gaya gesek antara bola yang menggelinding dengan tanah mengakibatkan. . . .
a. bola melambat, kemudian berhenti
b. bola semakin cepat bergerak
c. bola berbelok arah
d. bola berubah bentuk
24. Ujung paku dibuat halus dan runcing agar . . . .
a. kekuatannya bertambah
b. lebih lentur
c. gaya geseknya berkurang
d. lebih awet
25. Berjalan di lantai yang licin menyebabkan kita mudah tergelincir karena . . . .
a. tidak ada keseimbangan
b. gaya otot berkurang
c. gaya gesek kecil
d. gaya dorong bertambah
26. Pola-pola garis yang dibentuk oleh serbuk besi ketika didekatkan dengan magnet
merupakan ....
a. garis gaya magnet
c. kutub magnet
b. garis gaya gesekan
d. garis arah magnet
27. Buah yang jatuh ke bawah dari pohonnya akibat pengaruh ....
a. gaya gesekan
c. gaya gravitasi
b. gaya magnet
d. gaya dorong
28. Gaya yang ditimbulkan akibat dua buah permukaan yang saling bersentuhan
adalah ....
a. gaya gesekan
c. gaya berat
b. gaya magnet
b. gaya gravitasi
29. Sifat magnet akan hilang apabila
magnet . . . .
a. dipukul-pukul
b. digosok
c. dipotong
d. didinginkan
30. Keadaan tanpa gravitasi mengakibatkan benda . . . .
a. mempunyai berat
b. akan jatuh bila dilepaskan dari ketinggian tertentu
c. melayang-layang di udara
d. menempel di tanah.

Kunci Jawaban :

1. B
2. A
3. C
4. D
5. A
6. C
7. A
8. C
9. A
10. B
11. D
12. B
13. C
14. C
15. A

16. A
17. D
18. B
19. A
20. C
21. B
22. B
23. A
24. C
25. C
26. A
27. C
28. A
29. A
30.C

Lampiran 07
Uji Instrumen
1. Uji Validitas

2. Uji Daya Beda

3. Uji Indeks kesukaran

4. Uji Realiabilitas

Lampiran 08

HASIL NILAI POST TES SISWA KELAS V

NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

SD 1 PENATIH DAN SD 2 PENATIH


NILAI POST TEST SISWA
NILAI POST TEST SISWA
KELAS V SD 1 PENATIH
KELAS V SD 2 PENATIH
KELOMPOK
KELOMPOK
EKSPERIMEN
KONTROL
77

50

40

50

57

50

57

37

57

63

40

50

37

53

77

80

53

50

33

40

53

40

67

57

87

57

14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30

53

40

67

40

57

37

40

37

50

20

53

40

33

47

47

50

43

27

47

27

63

50

47

77

57

37

77

60

53

57

67

57

63

50

31
32

LAMPIRAN 09

57
77

1. UJI NORMALITAS DATA


a. SD N 1 Penatih

Berdasarkan table kerja diperoleh :


1. Nilai Rata-rata ( XX ) =

X
n
5870,88
32

= 55,81
2. Standar Deviasi (SD)

__

( X 2 X 2 )2

SD

(n2 1)

5870,88
32 1

=
=

5870,88
32 1

13,76

Ringkasan Tabel Hasil Posttest Kelompok Eksperimen


No

Total X

Rata- rata (X)

Standar Deviasi
(SD)

Varians (SD2)

5870,88

55,81

13,76

189,38

Berdasarkan atas kurve normal, kelas interval.Frekuensi observasi (fo) dan frekuensi empiric (fe) dari data skor Posttest kelas
Eksperimen dapat dihitung sebagai berikut.
Mengenai kelas interval dapat ditentukan melalui distribusi kurve normal yang dibagi menjadi 6 bagian yaitu:
Kelas Interval 1
= XX- 3SD - <XX-2SD
= (76,41 (3x8,84)) (76,41 (2x 8,84))
= 49,89 58,73

Kelas Interval 4
= XX- <XX+1SD
= (76,41) ( 76,41 + 8,84)
= 76,42 85,25

Kelas Interval 2
= XX- 2SD - <XX-1SD
= (76,41 (2x8,84)) (76,41 (1x 8,84))
= 58,74 67,57

Kelas Interval 5
= XX+1SD - <XX+2SD
= (76,41 + 8,84)) ( 76,41+(2x8,84))
= 85,26 94,09

Kelas Interval 3
= XX- 1SD - <XX
= ( 76,41 (1x8,84)) 76,41
= 67,58 - 76,41

6. Kelas Interval 6
= XX+2SD - <XX+3SD
= ( 76,41+(2x8,84)) (76,41+ (3x8,84))
= 94,10 102,93

Untuk mencari frekuensi empiric digunakan rumus sebagai berikut.


Frekuensi empiric (fe) pada kelas interval 1
f e1
2
= 100 x 40 = 100 x 40 = 0,8

Frekuensi empiric (fe) pada kelas interval 4


f e4
34
= 100 x 40 = 100 x 40 = 13,6

Frekuensi empiric (fe) pada kelas interval 2

Frekuensi empiric (fe) pada kelas interval 5

f e2
100

x 40 =

14
100

x 40 = 5,6

Frekuensi empiric (fe) pada kelas interval 3


f e3
34
= 100 x 40 = 100 x 40 = 13,6

f e5
100

x 40 =

14
100

x 40 = 5,6

Frekuensi empiric (fe) pada kelas interval 6


f e6
2
= 100 x 40 = 100 x 40 = 0,8

Dari table kerjadi peroleh X2hit =

( f of ) 2
e

fe

= 1,482 sedangkan untuk taraf signifikansi 5% (=0,05) dan derajat kebebasan

(dk) = 5 diperoleh X2tabel = X2(0,05:5)= 11,07 karena X2tabel >X2hit maka Ho diterima ( gagal ditolak). Ini berarti sebaran data skor Posttest
kelompok Eksperimen berdistribusi normal

LAMPIRAN 10
1. Uji Normalitas Data
b. SD N 2 PENATIH

Berdasarkan table kerja diperoleh :


1. Nilai Rata-rata ( XX ) =

X
n
5082,67
30

= 47,67
2. Standar Deviasi (SD)

__

( X 2 X 2 )2

SD

(n2 1)

5082,67
30 1

5082,67
29
=
=

13,24

Ringkasan Tabel Hasil Posttest Kelompok Kontrol


No

Total X

Rata- rata (X)

Standar Deviasi
(SD)

Varians (SD2)

5082,67

47,67

13,24

175,26

Berdasarkan atas kurve normal, kelas interval. Frekuensi observasi (fo) dan frekuensi empiric (fe) dari data skor Posttest
kelas Kontrol dapat dihitung sebagai berikut.
Mengenai kelas interval dapat ditentukan melalui distribusi kurve normal yang dibagi menjadi 6 bagian yaitu:
Kelas Interval 1
= XX- 3SD - <XX-2SD
= (69,67 (3x9,08)) (69,67 (2x 9,08))
= 42,43 51,51

Kelas Interval 4
= XX- <XX+1SD
= (69,67) ( 69,67 + 9,08)
= 69,70 78,75

Kelas Interval 2
= XX- 2SD - <XX-1SD
= (69,67 (2x9,08)) (69,67 (1x 9,08))
= 51,52 60,59

Kelas Interval 5
= XX+1SD - <XX+2SD
= (69,67 + 9,08)) ( 69,67+(2x9,08))
= 78,76 87,83

Kelas Interval 3
= XX- 1SD - <XX
= ( 69,67 (1x9,08)) 69,67
= 60,60 - 69,67

6. Kelas Interval 6
= XX+2SD - <XX+3SD
= ( 69,67+(2x9,08)) (69,67+ (3x9,08))
= 87,84 96,91

Untuk mencari frekuensi empiric digunakan rumus sebagai berikut.


Frekuensi empiric (fe) pada kelas interval 1
f e1
2
= 100 x 40 = 100 x 40 = 0,8

Frekuensi empiric (fe) pada kelas interval 4


f e4
34
= 100 x 40 = 100 x 40 = 13,6

Frekuensi empiric (fe) pada kelas interval 2


f e2
14
= 100 x 40 = 100 x 40 = 5,6

Frekuensi empiric (fe) pada kelas interval 5


f e5
14
= 100 x 40 = 100 x 40 = 5,6

Frekuensi empiric (fe) pada kelas interval 3


f e3
34
= 100 x 40 = 100 x 40 = 13,6

Frekuensi empiric (fe) pada kelas interval 6


f e6
2
= 100 x 40 = 100 x 40 = 0,8

Dari table kerja diperoleh X2hit =

( f of ) 2
e

fe

= 8,543 sedangkan untuk taraf signifikansi 5% (=0,05) dan derajat kebebasan

(dk) = 5 diperoleh X2tabel = X2(0,05:5)= 11,07 karenaX2tabel >X2hit maka Ho diterima ( gagal ditolak). Iniberarti sebaran data skor Posttest
kelompok Eksperimen berdistribusi normal

LAMPIRAN 11
2. UJI HOMOGENITAS
Menghitung varians terbesar dan varians terkecil
Diketahui :
Simpangan baku Kelompok eksperimen

: 13,76

Varians kelompok eksperimen

: 189,38

Simpangan baku Kelompok kontrol

: 13,24

Varians kelompok kontrol

: 175,26

F=

SD 1
2
SD

F=

Varians Terbesar
Varians Terkecil

F=

189,38
175,26

F = 1,08
Membandingkan Fhitung dengan Ftabel

Dari hasil perhitungan diperoleh Fhit sebesar 1,08 sedangkan Ftabel pada taraf signifikan 5% dengan db pembilang (31) dan db
Penyebut (29) adalah 1,85. Ini berarti Fhit<Ftabel, maka Ho diterima (Gagal Ditolak) berarti tidak terdapat perbedaan varians masing
masing kelas atau harga varians data dikatagorikan Homogen.

LAMPIRAN 12
3. UJI t
1) Uji Perbedaan Signifikan Data
Uji perbedaan signifikan data ( kesetaraan) digunakan agar mengetahui apakah kelompok eksperimen dan kelompok
control memiliki perbedaan yang signifikan atau tidak, untuk menguji digunakan uji t-. Adapun langkah langkah yang
dilakukan yaitu:
(a) Mengitung Rata-rata, Simpangan baku, dan Varian
Rata rata kelompok eksperimen
Simpangan baku nilai post test Kelompok eksperimen
Varians kelompok eksperimen
Rata Rata kelompok control
Simpangan baku nilai post test Kelompok kontrol
Varians kelompok kontrol
Hipotesis yang diuji yaitu:
H0: t hit<ttabel
Ha :t hit>ttabel
Berikut perhitungannya:

sgab

( n11 ) s 21 + ( n2 1 ) s22
=
( n1 +n2 ) 2

: 55,81
: 13,76
: 189,38
: 47,67
: 13,24
: 175,26

( 321 ) 189,38+ ( 301 ) 175,76


( 32+ 30 )2

= 182,56
Setelah didapat Sgab, maka dilanjutkan dengan menghitung thit sebagai berikut.

hitung

55,81Sgab
47 ,67
2

1
1
182,56

32 30

= 2,371
(b)

Membadingkan thit dengant tab


Berdasarkan hasil perhitungan uji-t, diperoleh t hitung = 2,371 dan t table dengan dk = (32+30)-2 = 60 dan
taraf signifikansi 5% adalah 2.000. Ini berarti t hitung lebih dari t table (t hitung > t tabel), maka Ho ditolak dan Ha
diterima.

Lampiran 13

Dokumentasi Kegiatan Pembelajaran


Kegiatan di kelas eksperimen
Gambar 01. Penyampaian apersepsi

Gambar 02. Kegiatan tanya jawab tentang materi pembelajaran

Gambar 03. Diskusi kelompok

Gambar 04. Mempresentasikan hasil kerja kelompok

Kegiatam di kelas kontrol

Foto 05. Menjelaskan materi yang akan dipelajari

Foto 06. Kegiatan Praktik

Gambar 07. Diskusi kelompok

Gambar 08. Pemberian soal evaluasi

You might also like