Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
I WAYAN REJI YASA
Nim: 0911031485
SKRIPSI
Diajukan kepada
Universitas Pendidikan Ganesha
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan Program
Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar
OLEH
I WAYAN REJI YASA
NIM : 0911031485
SKRIPSI
DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI TUGAS-TUGAS DAN
MEMENUHI SYARAT-SYARAT UNTUK MENCAPAI
GELAR SARJANA PENDIDIKAN
Menyetujui,
Pembimbing I
Pembimbing II
NIP. 195805091985031002
NIP. 195507081979031003
: Jumat
Tanggal
: 21 November 2014
Dewan Penguji
(Ketua)
(Anggota)
(Anggota)
(Anggota)
Tanggal
:
Mengetahui
Ketua Ujian,
Sekretaris Ujian,
Mengesahkan:
Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan,
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa karya tulis yang berjudul Pengaruh
pendekatan pembelajaran kontekstual berbasis Reinvorcement terhadap hasil
belajar IPA siswa kelas V semester II SD gugus I Gusti Gurah Rai Denpasar
Timur Tahun ajaran 2013/2014 beserta seluruh isinya adalah benar-benar
karya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan dan mengutip dengan
cara-cara yang tidak sesuai dengan etika yang berlaku dalam masyarakat
keilmuan.
Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan
kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran atas etika
keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim terhadap keaslian karya saya
ini.
MOTTO
Janganlah takut
untuk melangkah,
karena jarak 1000 mil
dimulai dari satu
langkah
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Ida Sang HyangWidhiWasa,
Tuhan Yang MahaEsa, karena atas berkat dan rahmat-Nya tulisan dengan judul
Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Berbasis Reinforcement Terhadap Hasil
Belajar IPA Siswa Kelas V Semester II SD Gugus I Gusti Ngurah Rai Denpasar
Timur Tahun Ajar 2013/2014 dapat diselesaikan.
Disadari tanpa bantuan dari berbagai pihak tulisan ini tidak pernah akan
selesai. Untuk itu pada kesempatan yang baik ini diucapankan terima kasih
kepada:
1. Bapak Drs. DB. Kt. NGR. Semara Putra, S.Pd.M.For selaku Pembimbing I
yang telah tulus dan sabar membimbing penulis dari awal sampai selesainya
skripsi ini.
2. Bapak Drs. I Ketut Ardana , M.Pd selaku Pembimbing II yang telah tulus dan
sabar membimbing penulis dari awal sampai selesainya skripsi ini.
3. Bapak Prof. Dr. I Nyoman Sudiana, M.Pd selaku Rektor Universitas
Pendidikan Ganesha.
4. Ibu Dr. MG Rini Kristiantari, M.Pd selaku ketua UPP PGSD dan PGPAUD
Denpasar
5. Bapak/IbuDosen di lingkungan Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang
tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan banyak masukan
dalam penyusunan skrips iini.
6. Orang tua dan keluarga terkasih yang telah memberikan dukungan dan doa
restu.
7. Teman-teman sejawat dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu
persatu yang telah memberikan bantuan dan motivasi dalam penyusunan
skripsi ini.
Tulisan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, agar dapat
bermanfaat dan memberikan arti kepada semua pihak yang berkepentingan, sangat
diharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun.
Denpasar,.2014
Penulis
kontekstual,
berbasis
Abstract
This study aims to determine significant differences in science learning outcomes
between students who learned with using contextual-based reinforcement learning
approach and students who learned with conventional learning in class V sd group
I Gusti Ngurah Rai academic year 2013/2014. This research is a quasiexperimental research design with Non-Equivalent Control Group research
Design.Populasi in this study were fifth grade students of elementary Lieutenant
Colonel Vishnu groups totaling 440 students. The samples in this study conducted
by random sampling technique were randomized class to determine the
experimental class and the control class with the results of the draw are fifth grade
students of SD 1 Penatih as an experimental class numbering 32 students and
class 2 SD VB Penatih as control classes totaling 30 students. Data collection
methods used in this study using the test in the form of multiple choice objective
test with the usual number of about 30. Analysis of the data using t-test statistical
method. The test results showed no significant difference in learning outcomes
between students that learned IPA using contextual learning model-based
reinforcement learning approach and students who learned with conventional
learning. This can be evidenced from the acquisition of the average value of the
experimental class X = 55.81> X = 47.67 based on grade control and testing
criteria of t = 2.371> table = 2.00 so H0 is rejected and Ha accepted. It can be
concluded that the model-based learning approach to contextual learning in class
V reinforcementIPA SD Force I Gusti Ngurah Rai academic year 2013/2014.
Keywords: contextual learning approach, based reinforcement, learning outcomes
IPA
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...........................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING......................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN PENGUJI...............................................................iii
LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN...........................................iv
LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI...................................................v
MOTTO...............................................................................................................vi
PRAKATA...........................................................................................................vii
ABSTRAK...........................................................................................................ix
DAFTAR ISI........................................................................................................x
DAFTAR TABEL................................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................5
1.3 Tujuan Penelitian...............................................................................5
1.4 Manfaat Penelitian.............................................................................6
1.5 Asumsi dan Pembatasan Masalah......................................................7
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pendekatan Pembelajaran Kontekstual (CTL) berbasis
Reinforcement.....................................................................................9
2.2 Pembelajaran Konvensional...............................................................17
3.1
3.2
3.3
3.4
3.5
3.6
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel 3.3
Tabel 3.4
Tabel 3.5
Tabel 3.6
Daya Pembeda................................................................................40
Tabel 3.7
Tabel 3.8
Tabel 3.9
Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel 4.4
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Jadwal penelitian60
Lampiran 2.
Lampiran 3.
Lampiran 4.
Lampiran 5.
di SD N 2 Penatih...64
Lampiran 6.
Lampiran 7.
Lampiran 8.
Lampiran 9.
BAB I
PENDAHULUAN
Reward
(reinforcement)
merupakan
faktor
penting
untuk
menimbulkan
Dalam
penelitian
tehnik
ini
diteliti
model
pembelajaran
kontekstual
berbasis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat yang dapat dilihat
dari segi teoritis dan praktis. Adapun manfaat teoritis maupun manfaat praktis
tersebut adalah sebagai berikut.
1.4.1
Manfaat Teoritis
(1)
Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan sekaligus
menambah reference hasil penelitian ilmu pengetahuan di bidang
(2)
pendekatan
Reinforcement
(3)
yang
pembelajaran
teruji
secara
Kontekstual
Berbasis
eksperimental
untuk
dijadikan
pedoman
dalam
rancangan
perencanaan
Siswa
Manfaat bagi siswa dari penelitian ini adalah siswa akan mendapatkan
Guru
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu alternative
(4)
Peneliti
Peneliti akan mendapatkan pengalaman langsung mengenai penelitian
Peneliti lain
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu pedoman
BAB II
KAJIAN TEORI
Dari konsep tersebut ada tiga hal yang harus dipahami, pertama,
CTL menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan
materi, artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman
langsung. Proses pembelajaran CTL tidak mengharapkan agar siswa hanya
menerima pelajaran, akan tetapi proses mencari dan menemukan sendiri
materi pelajaran.
Kedua, CTL mendorong siswa agar dapat menemukan hubungan
antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa
dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di
sekolah dengan kehidupan nyata.
Ketiga, CTL mendorong siswa untuk menerapkannya dalam
kehidupan, artinya CTL bukan hanya mengharapkan siswa dapat
memhami materi yang dipelajarinya akan tetapi bagaimana materi itu
dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari hari. Materi
pelajaran dalam konteks CTL bukan untuk ditumpuk diotak dan kemudian
dilupakan akan tetapi sebagai bekal mereka dalam mengarungi kehidupan
nyata.
Trianto (2008:17) menyatakan pendekatan kontekstual (Contekstual
Teaching Learning) merupakan suatu konsepsi yang membantu
guru mengaitkan konten mata pelajaran dengan situasi dunia nyata
dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan
dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, dan
masyarakat.
Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna
bagi siswa. Oleh sebab itu proses
diterapkan dalam tatanan tatanan yang lain dan fungsi fungsi pada
masa sekarang dan yang akan datang, berpikir tingkat lebih tinggi: siswa
dilatih
untuk
menggunakan
berpikir
kritis
dan
kreatif
dalam
jika
menerapkan
ketujuh
prinsip
tersebut
tersebut
dalam
yang
berbasis
inquiri,
yaitu
menggali
imformasi,
masyarakat
belajar
menyarankan
agar
hasil
autentik,
pembelajaran
dilaksanakan
selama
dan
sesudah
proses
(4) Belajar adalah proses pengalaman diri sendiri yang berkembang secara
bertahap dari yang sederhana menuju yang kompleks.
(5) Belajar pada hakekatnya adalah menangkap pengetahuan dari kenyataan.
( kamu hebat, mengagumkan, baik, setuju, benar, ya, betul, tepat sekali, bagus,
tepat sekali ), demikian juga ketika jawaban siswa kurang sempurna guru
berkata: hampir tepat.
non
verbal
yaitu
penguatan
yang
konvensional
merupakan
pembelajaran
yang
biasa
Penekanan aktivitas belajar lebih banyak pada buku teks dan kemampuan
mengungkapkan kembali isi buku teks tersebut. Jadi pembelajaran konvensional
kurang menekankan keterampilan proses.
Burrowes (2009), pembelajaran konvensional menekankan pada resitasi
konten, tanpa memberikan waktu cukup kepada siswa untuk merefleksi materimateri yang dipresentasikan, menghubungkan dengan pengetahuan sebelumnya,
dan mengaplikasikannya pada kehidupan nyata. Pembelajaran kovensional
menurut Trianto (2012: 58) dilakukan beberapa kegiatan sebagai berikut.
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
kelompok-kelompok belajar.
Penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas.
Berdasarkan paparan di atas, maka dapat dikatakan bahwa pembelajaran
dalam
menerapkannya
di
dalam
kehidupan
sehari-hari.
Proses
Sudana,dkk
(2010:5)
ada
beberapa
alasan
pentingnya
(2) IPA di banyak negara, terutama pendidikan IPA di sekolah dasar merupakan
pendidikan terminal untuk anak-anak, dan ini berarti hanya selama di SD
itulah mereka dapat mengenal lingkungannya secara logis dan sistematis.
(3) IPA SD benar-benar dapat menyenangkan. Anak-anak di manapun diam-diam
tertarik dengan masalah-masalah kecil, baik masalah buatan maupun masalah
kebetulan di alam sekitarnya. Apabila pembelajaran IPA dapat dipusatkan ke
arah masalah-masalah seperti itu, melakukan eksplorasi menjadi jalan untuk
mengungkapkan apa yang diminta siswa, maka tidak ada pelajaran lain yang
menggiurkan dan menakjubkan selain IPA.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan suatu
mata pelajaran yang mempelajari peristiwa peristiwa yang terjadi di alam,
memberikan kesempatan untuk berpikir kritis sehingga setelah mempelajarinya
seseorang mampu memahami alam sekitar dan memecahkan masalah yang terjadi
dialam sekitar.
2.4 Hasil Belajar IPA
Hasil belajar IPA merupakan cara untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan siswa dalam pembelajaran IPA.
Menurut Sanjaya (2008: 256) Hasil belajar adalah sesuatu yang diperoleh siswa
sebagai konsekuensi dari upaya yang telah dilakukan sehingga terjadi
perubahan perilaku pada yang bersangkutan baik prilaku dalam bidang
kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Umumnya hasil belajar itu
ditunjukan melalui nilai atau angka yang diperoleh siswa setelah
melakukan serangkaian proses evaluasi.
Sudjana (2010:3) mengemukakan bahwa Penilaian hasil belajar mengisyaratkan
hasil belajar sebagai program atau objek yang menjadi sasaran penilaian.
Hasil belajar sebagai objek penilaian pada hakekatnya menilai
penguasaan siswa terhadap indikator pembelajaran. Hal ini karena isi
rumusan indikator pembelajaran menggambarkan hasil belajar yang harus
(1) Faktor Internal Siswa, faktor ini berasal dari dalam diri siswa sendiri yang
meliputi dua aspek yaitu :
a. Aspek Fisiologis
Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang mengandai
tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya dapat mempengaruhi
semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran.
b. Aspek Psikologis
Banyak
faktor yang
termasuk aspek
psikologis
yang dapat
penerapannya
di
kelas,
pembelajaran
kontekstual
tetap
belajar
(learningcommunity),
pemodelan
(modeling),
refleksi
IPA akan dapat ditingkatkan. Disamping itu juga, dengan penerapan pembelajaran
kontekstual akan membuat siswa lebih banyak belajar dari dunia nyata anak itu
sendiri, karena siswa mengulang pelajaran tentang apa yang telah diberikan
disekolah. Ini berarti dengan penggunaan pembelajaran kontekstual akan
memperjelas materi yang disajikan guru dan dapat lebih mudah membantu siswa
untuk memahami materi sehingga berhimbas positif pada hasil belajar. Selain
pembelajaran yang inovatif, dalam pembelajaran untuk siswa juga dibutuhkan
penguatan dalam pembelajaran, sehingga hasil belajar IPA dapat mencapai hasil
yang optimal. Penguatan yang diberikan pada siswa dapat memotivasi siswa dan
membuat siswa lebih bersemangat dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini juga
diperkuat oleh hasil penelitian beikut.
Widiasih (2012) berdasakan penelitian yang dilaksanakan menunjukkan bahwa
kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran Contextual Teaching
and Learning (CTL), memiliki rata rata aktivitas belajar sebesar
80,46. Untuk kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran
konvensional, memiliki rata rata aktivitas belajar sebesar 58,57.
Kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran Contextual Teaching
and Learning (CTL), memiliki rata rata hasil belajar sebesar 69,66.
Untuk kelompok siswa yang megikuti pembelajaran konvensional,
memiliki rata rata hasil belajar sebesar 44,82.
Suyasmini (2012) yang dicobakan pada siswa kelas VI SD Negeri 1 dan 3 Banjar
Jawa, Buleleng. Penelitian menyatakan bahwa prestasi belajar
matematika siswa sudah mencapai KKM yaitu minimal 64, daya serap
dan ketuntasan belajar siswa secara klasikal masing-masing minimal
64% dan 70%. Jadi, dengan menerapkan pendekatan pembelajaran
Kontekstual proses belajar siswa menjadi lebih bermakna sehingga
terdapat peningkatan terhadap prestasi belajar matematika siswa.
Berdasarkan urain tersebut, dapat diduga bahwa penerapan pembelajaran
kontekstualberbasis reinforcement akan dapat menimbulkan peningkatan hasil
belajar siswa dalam mata pelajaran IPA di SD
Denpasar Timur.
BAB III
METODE PENELITIAN
KE
KK
KK
O1
O3
O3
X
-
O2
O4
O4
(Sugiyono, 2012:79)
Keterangan:
KE
X
= Kelompok eksperimen
= Perlakuan dengan pendekatan
berbasis reinforcement
pembelakjaran
kontekstual
KK
= Kelompok control
= Perlakuan dengan pembelajaran konvensional
O1
= Pre Test pada kelompok eksperimen
O3 = Pre Test pada kelompok kontrol
O2 = Observasi berupa post test pada kelompok eksperimen
O4 = Observasi berupa post test pada kelompok control
Pada rancangan penelitian ini, kedua kelompok subjek penelitian
dipilih secara acak (random).Kelompok pertama (kelompok eksperimen)
dikenai
perlakuan
(treatment)
dengan
pendekatan
pembelajaran
(treatment)
dengan
pembelajaran
konvensional.Sehingga
nantinya dalam analisis data yang diambil dari rancangan ini dilakukan
dengan membandingkan antara O2 dan O4.
3.1.2
Prosedur penelitian
Sebelum melakukan sebuah penelitian ada langkah-langkah atau
prosedur yang wajib dijalani. Langkah pertama adalah kita sebagai peneliti
harus memilih sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian. Karena di sini
peneliti melakukan penelitian eksperimen dengan menggunakan pendekatan
pembelajaran kontekstual berbasis reinforcement, usahakan sekolah tersebut
belum pernah menggunakan model pembelajaran ini. Dengan demikian akan
lebih maksimal hasil penelitian yang akan di peroleh. Selanjutnya melakukan
observasi di sekolah tersebut dan meminta izin kepada kepala sekolah bahwa
peneliti akan melakukan penelitian eksperimen ini di sekolah tersebut.
Selanjutnya melakukan persiapan sebelum melakukan penelitian ini. Persiapan
tersebut antara lain sebagai berikut.
(1)
Persiapan Penelitian
Pelaksanaan Eksperimen
Langah-langkah yang akan dilakuan pada saat pelasanaan eksperimen
adalah, (a) menentukan sampel penelitian, (b) menentukan kelas eksperimen
dan kelas control dengan melakukan pengundian, (c) melaksanakan penelitian
dengan melakukan proses pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual
kepada kelas eksperimen dengan langkah-langkah sebagai beriut.
Tabel 3.2 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kontekstual
Berbasis Reinforcement
Kerangka Pembelajaran
Kontekstual
Kontruktivisme
Inkuiri
Kegiatan Guru
PENDAHULUAN
1. Menyampaikan salam pembuka
2. Melakukan Persensi
3. Melakukan apersepsi dan memotivasi siswa
dengan melakukan tanya jawab yang
berkaitan dengan materi IPA atau cerita yang
terkait dengan materi yang akan dipelajari.
4. Menyampaikan tujuan pembelajaran
5. Menyampaikan materi dan uraian kegiatan
pembelajaran
KEGIATAN INTI
EKSPLORASI
1. Menyampaikan permasalahan sehari hari
siswa yang disertai dengan tanya jawab
Masyarakat
Belajar
Bertanya
Pemodelan
Refleksi
Penilaian Autentik
Kegiatan Guru
e
Ke
I
II
III
Membuka Pelajaran
1. Menyampaikan tujuan
pembelajaran
Menjelaskan Materi
Pembelajaran
1. Menjelaskan
definisi/teori/teorema
2. Memberikan contoh soal
dan pembahasannya
3. Memberikan kesempatan
bertanya apabila ada
yang belum dimengerti
4. Memberikan latihan
soal-soal
Penutup
1. Menyarankan untuk
membuat rangkuman
2. Memberikan pekerjaan
rumah
Penilaian
1. Dilakukan setelah selesai
pembelajaran secara
individu
Penutup
1. Membuat rangkuman seperlunya
2. Mencatat PR yang diberikan guru
Penilaian
1. Mengerjakan tes secara individu
(3)
Akhir Eksperimen
Pada tahap pengakhiran eksperimen langkah-langkah yang akan
dilakukan adalah memberikan pos-test pada akhir penelitian, baik untuk
kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol.
wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang menjadi
kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan Riduwan
(2002:3) menyatakan bahwa populasi adalah keseluruhan dan karakteristik
unit hasil pengukuran yang menjadi objek penelitian.
Dari pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa populasi adalah
objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat
tertentu berkaitan dengan masalah penelitian.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Gugus
Gugus I Gusti Ngurah Rai Denpasar Timur yang terdiri dari 9 SD. Adapun
anggota populasi adalah sebagai berikut:
Tabel 3.4 Tabel Distribusi Anggota Populasi Penelitian Berdasarkan
Jenis Kelamin.
No.
Nama Sekolah
Kelas
Jumlah Siswa
1.
SD Negeri 1 Penatih
32
2.
SD Negeri 2 Penatih
VA
30
VB
30
3.
SD Negeri 3 Penatih
32
4.
SD Negeri 4 Penatih
VA
27
VB
26
VA
27
VB
27
5.
SD Negeri 5 Penatih
SD Negeri 6 Penatih
28
SD Negeri 9 Kesiman
30
SD 6 Saraswati
VA
52
VB
51
VC
48
reinforcement.
Sedangkan variable terikat dalam penelitian ini adalah Hasil Belajar IPA
3.3.2
kontekstual
merupakan
suatu
pendekatan
yang
IPA diukur
dengan
tes.
Tes
yang
digunakan
untuk
Instrumen
Tes untuk mengukur hasil belajar IPA dikonstruksi dalam bentuk soal
objektif yang disesuaikan dengan materi yang diajarkan dalam penelitian. Tes
Uji Validitas
Validitas tes objektif ditentukan melalui analisis butir berdasarkan
koofesien korelasi point biserial (rpbi), karena tes bersifat dikotomi. Adapun rumus
yang digunakan adalah.
r pbi =
M pM t
SD t
(] qp )
185)
Keterangan:
rpbi
= Koefisien kolerasi point biserial
Mp
= rata-rata skor untuk menjawab benar
Mt
= rata-rata skor untuk seluruhnya
SDt
= standar deviasi (simpangan baku) skor total
(Sudijono, 2011 :
P
q
r tabel, jika r hitung > r tabel maka dalam kategori valid. Setelah dilakukan
pengujian validitas dibantu dengan Microsoft exel maka didapatkan
rangkuman hasil uji validitas sebagai berikut.
Tabel 3.5 Rangkuman Hasil Uji Validitas Tes
No
(1)
Kriteria
Nomor Butir Soal
Valid
1,2,3,4,6,7,9,10,12,15,16,18,19,20,21,24,25,
Jumlah
33
28,30,31,33,35,36,38,40,43,45,47,49,50,51,
(2)
3.5.2
Tidak
53,55
5,8,11,13,14,17,22,23,26,27,29,32,34,37,39,
22
Valid
41,42,44,46,48,52,54,
Uji Daya Beda
Pengertian daya pembeda (DP) dari sebuah butir soal adalah
menyatakan seberapa jauh kemampuan butir soal tersebut mampu
membedakan antara testi (siswa) yang mengetahui jawabannya dengan
benar dengan testi (siswa) yang tidak dapat menjawab soal tersebut (testi
yang menjawab salah). Dengan kata lain daya pembeda butir soal adalah
kemampuan butir soal itu untuk membedakan antara testi yang pandai atau
berkemampuan tinggi dengan testi yang berkemampuan rendah.
Derajat daya pembeda (DP) suatu butir soal dinyatakan dengan
indeks diskriminan yang bernilai -1,00 sampai dengan 1,00. Apabila
indeks distriminasi makin mendekati nilai 1,00 ini berarti daya pembeda
soal akan semakin baik, begitu juga sebaliknya, jika indeks diskriminasi
suatu soal mendekati nilai 0,00 maka daya pembeda soal tersebut sangat
jelek. Indeks diskriminasi butir soal bernilai negatif (antara 0,00 sampai
-1,00) ini berarti kelompok testi kurang mampu banyak yang menjawab
benar, sebaliknya banyak testi yang pintar menjawab salah. Sedangkan
jika suatu butir soal memiliki indeks deskriminasi 0,00 berarti bahwa soal
tersebut tidak memiliki daya pembeda, artinya baik siswa pandai maupun
yang kurang mampu menjawab benar soal tersebut. Berikut ini rumus
untuk menentukan daya pembeda suatu soal.
DP=
JBA JBB
atau DP =
JSA
JBA - JBB
(Winarsunu, 2010)
JSB
Keterangan:
DP
= Daya pembeda
JBA
= Jumlah siswa kelompok atas yang menjawab soal itu dengan
benar
JBB
= Jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab soal itu
dengan benar
JSA
= Jumlah siswa kelompok atas
JSB
= Jumlah siswa kelompok bawah
Klarifikasi atau kriteria untuk daya pembeda adalah sebagai
berikut:
Tabel 3.6 Daya Pembeda
Indeks diskriminasi
DP 0.00
Evaluasi
Sangat jelek
0,00 DP 0,20
Jelek
Cukup
Baik
Sangat baik
(Winarsunu,2010)
Untuk menentukan kelompok atas dan kelompok bawah adalah dengan
mengambil masing-masing 27% dari jumlah sampel untuk kelompok atas dan
kelompok bawah. Proses penentuan kelompok atas dan kelompok bawah dari
testi adalah cara mengurutkan skor setiap testi, dari skor tertinggi sampai skor
terendah. Kemudian diambil 27% kelompok atas dan 27% kelompok bawah.
Untuk menentukan kelompok diatas dan kelompok bawah adalah
dengan mengambil masing-masing 27% dari jumlah sampel untuk kelompok
atas dan kelompok bawah. Proses penentuan kelompok atas dan kelompok
bawah dari testi adalah dengan cara mengurutkan skor setiap testi, dari skor
tertinggi sampai skor terendah. Kemudian diambil 27% kelompok atas dan
27% kelompok bawah (Winarsunu, 2010:89). Setelah dilakukan pengujian
maka dapat dirangkum hasil pengujian daya pembeda tes sebagai berikut
Tabel 3.7 Rangkuman Hasil Uji Daya Pembeda
No
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Criteria
Sangat Jelek
Jelek
Cukup
Baik
Sangat Baik
35,36,53,
7,10,12,16,18,24,40,42,43,45,51,
Jumlah
1
6
14
12
55
3.5.3
Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran dapat dipandang sebagai kesanggupan atau kemampuan
siswa menjawab tes yang diberikan. Bisa juga dikatakan bahwa tingkat kesukaran
adalah bilangan yang menunjukkan proporsi peserta tes yang menjawab betul
butir soal yang diberikan. Sedangkan tingkat kesukaran perangkat tes adalah
bilangan yang menunjukkan rata-rata proporsi testi yang dapat menjawab seluruh
tes tersebut. Tingkat kesukaran seluruh butir soal dinyatakan dengan bilangan
yang disebut dengan indeks kesukaran (difficulty indeks ) indeks kesukaran
berkisar antara nilai 0,00 sampai dengan 1,00. Soal dengan indeks kesukaran 0,00
berarti butir soal tersebut terlalu sukar, sebaliknya indeks kesukaran soal
mendekati 1,00 berarti soal tersebut terlalu mudah. Rumus untuk indeks
kesukaran adalah sebagai berikut :
nB
n
Keterangan:
IK = Indeks kesukaran butir tes
nB = Banyaknya testi yang menjawab benar.
n = Banyaknya testi seluruhnya
Tingkat kesukaran perangkat tes ( IKP )
IKP =
IK
N
Keteragan :
IKP= Indeks kesukaran perangkat tes
IK = Indeks kesukaran tiap butir tes
N = Banyaknya butir tes
Klasifikasi atau kriteria indeks kesukaran butir tes maupun indeks
kesukaran perangkat tes adalah:
Tabel 3.8 Kriteria Derajat Reliabilitas
Indeks diskriminasi
IK/KP = 0,00
0,00 < IK/IKP 0,30
0,30 < IK/IKP 0,70
0,70 < IK/IKP < 1,00
Evaluasi
Terlalu sukar
Sukar
Sedang
Mudah
IK/IKP = 1,00
Terlalu mudah
( Winarsunu, 2010 )
31,35,37,42
6,7,10,12,16,18,19,24,25,28,30,33,36,40,
4
19
43,45,51,53,55
1,2,3,4,9,15,20,21,38,49
10
3.5.4
Nomor soal
Mudah
Jumlah
Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan terhadap butir soal yang valid saja.Dengan
demikian uji reliabilitas bisa dilakukan setelah uji validitas. Uji reliabilitas tes
yang bersifat dikotomi dan heterogen ditentukan dengan rumus KR-20 yaitu:
( )(
r 11 =
n
n1
s t pq
s 2t
= Koefesien korelasi
Kriteria yang digunakan untuk menentukan butir soal yang reliable adalah
jika koefisien reliabilitas yang didapat dari perhitungan lebih besar daripada
koefisien yang terdapat pada tabel harga kritis dari tabel ( rn> r tabel ) maka tes
tergolong reliable berdasarkan hasil pengujian dengan Microsoft exel 2007
didapatkan hasil r11hit 0,90 dan ttab 0,25 ini berarti thit> ttab (soal berkriteria reliable).
( fofe )2
fo
( Sudijono, 2009:383)
Keterangan :
fo = frekuensi observasi
fe = frekuensi harapan
I
= kelas interval
Sementara itu, hipotesis statistik yang akan diuji dalam normalitas
data adalah:
HI
: fe
f0
H0 : fe = f0
Kriteria pengujian adalah jika X2 hit < X2(
1-
) (k-3), maka h0
Varian Terbesar S1
F=
=
Varianterkecil S22
( X X 2 )
S=
2
1
( n 11 )
( X X 2 )
S=
2
2
( n 21 )
(Winarsunu, 2010:100)
Keterangan :
S12 = Varian Terbesar
S22 = Varian Terkecil
tabel,
t=
2
X 1 X
( n11 ) s1 +(n21) 1 1
+
n1 +n2 2
(n n )
1
(Sugiyono, 2012)
Keterangan:
X 1
= Rata-rata dari kelompok eksperimen
X 2
n1
n2
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
deviasi (SD) dari masing-masing kelas. Deskripsi umum hasil penelitian ini
2
(SD) hasil belajar IPA di kelas eksperimen dan kelas kontrol. Untuk lebih jelas
dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 Tabel Rangkuman Hasil Belajar IPA Siswa Pada Ranah Kognitif
Kelas V SD Gugus I Gusti Ngurah Rai Denpasar Timur
Treatment Model Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran
Kontekstual Berbasis
Reinforcement
Pembelajaran Konvensional
Jumlah
siswa tiap
kelas
Rerata
( X
Varians
2
( S )
32
)
55,81
Standar
Deviasi
(SD)
189,38
13,76
30
47,67
175,26
13,24
Berdasarkan tabel 4.1, secara umum dapat dilihat bahwa kelas siswa yang
dibelajarkan dengan penerapan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Berbasis
Reinforcement mencapai rerata yang lebih tinggi dari kelas yang dibelajarkan
dengan pembelajaran konvensional.
4.1.2 Analisis Data dan Pengujian Hipotesis
a) Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan terhadap hasil belajar IPA siswa kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Data dari hasil uji normalitas disajikan dalam tabel
4.2 sebagai berikut.
Tabel 4.2 Tabel Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas Data Hasil Belajar
No.
1.
2.
Kelas
Eksperimen (VA)
Kontrol (VB)
X2 hit
1,482
8,543
X2 tabel
11.07
11.07
Kriteria
Normal
Normal
Adapun kaidah pengujian untuk uji normalitas adalah jika X2 hit < X2 tabel,
dengan taraf signifikansi 5% dan derajat kebebasan dk = (k-1) maka data
berdistribusi normal.
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus Chi Square,
2
hasil belajar IPA kelas Eksperimen ( X 1
Hit
signifikansi 5% dan dk = (n-1) diperoleh (X2Tabel) yaitu 11.07, ini berarti X2 hit <
X2 tabel maka data hasil belajar IPA di kelas Eksperimen berdistribusi normal.
2
Sedangkan data hasil belajar IPA di kelas Kontrol ( X
Hit
pada taraf signifikansi 5% dan dk = (n-1) diperoleh (X 2Tabel) yaitu 11.07, ini berarti
X2 hit < X2 tabel maka data hasil belajar IPA di kelas Kontrol juga berdistribusi
normal.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data hasil belajar IPA siswa
kelas Eksperimen dan kelas Kontrol berdistribusi normal.
b) Uji Homogenitas Varians antar kelompok
Uji homogenitas yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan
uji F. Untuk menghitung varian (s 2) dari masing masing kelompok ditentukan
dari nilai simpangan baku kedua kelompok tersebut yang sudah dihitung pada
pengujian normalitas data sebelumnya.
Data
d
b
tabel
S2
hit
Nilai F
dengan taraf
Kriteria
signifikan 5%
Hasil belajar
IPA kelas
Eksperimen
3
1
189,38
Hasil belajar
IPA kelas
Kontrol
2
9
175,26
1,08
1.85
Homogen
Dari hasil perhitungan diperoleh Fhit sebesar 1,08 sedangkan Ftabel pada
taraf signifikan 5% dengan db pembilang (31) dan db Penyebut (29) adalah 1,85.
Ini berarti Fhit<Ftabel, maka Ho diterima (Gagal Ditolak) berarti tidak terdapat
perbedaan varians masing masing kelas atau harga varians data dikatagorikan
Homogen. Hasil perhitungan uji homogenitas dapat dilihat pada lampiran 14.
c) Uji Hipotesis Penelitian
Dari hasil analisis uji prasyarat yaitu uji normalitas dan homogenitas
diperoleh data dari kelas eksperimen dan kontrol berrdistribusi normal dan
memiliki varians yang homogen. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat
dilanjutkan pada pengujian hipotesis penelitian. Hipotesis yang diuji dalam
penelitian ini adalah hipotesis nol (Ho) yang menyatakan bahwa tidak terdapat
perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan antara siswa yang dibelajarkan dengan
Jumlah
siswa
(n)
32
30
Berdasarkan
Varians
2
( S )
189,38
175,26
Rerata
( X )
Dk
thitung
ttabel
60
2,371
2.00
55,81
47,67
simpulan
Ho
Ditolak
memungkinkan
siswa
dapat
belajar
lebih
santai,
disamping
menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, dan rasa percaya diri pada siswa.
Kenyataan ini didukung dari temuan dilapangan selama proses
pembelajaran menggunakan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Berbasis
Reinforcement, siswa terlihat lebih aktif. Siswa lebih cenderung siap dalam
BAB V
PENUTUP
melalui
dengan
pendekatan
siswa
yang
pembelajaran
dibelajarkan
Kontekstual
melalui
Berbasis
pembelajaran
kelompok eksperimen lebih dari kelompok kontrol (55,81 >47,67) dan hal ini
berarti terdapat pengaruh pendekatan pembelajaran Kontekstual Berbasis
Reinforcement terhadap hasil belajar IPA kelas V SD Gugus I Gusti Ngurah Rai
Denpasar Timur Tahun Ajaran 2013/2014.
5.2 Saran
1) Guru dapat menerapkan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Berbasis
Reinforcement sebagai alternative pembelajaran IPA di kelas.
2) Guru dapat mennggunakan reinforcement atau penguatan sebagai
pelengkap proses pembelajaran dalam penerapan model pembelajaran
modern agar mampu memaksimalkan model tersebut dalam proses
pembelajaran IPA di kelas.
3) Guru sebagai pendidik diharapkan mampu menjalankan peranan sebagai
fasilitator, organisator, dan motivator bagi siswa sehingga siswa dapat
membangun pengetahuannya sendiri.
4) Diharapkan dapat memberikan sumbangan yang baik pada sekolah
tersebut dalam rangka perbaikan proses pembelajaran di sekolah, untuk
lebih diperbaiki dan ditingkatkan dalam hal penggunaan metode, media,
dan sumber bahan oleh guru agar lebih variatif dan kreatif supaya dapat
lebih memberdayakan partisipasi siswa.
5) Pembelajaran dengan menggunakan
Pendekatan
Pembelajaran
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta
Arikunto, S.2002. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, S.2010. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Aryana, Putu. 2007. Dasar-dasar Metodelogi Penelitian. Denpasar: Bagian Faal
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
Burrowes. 2009. Pendekatan Pembelajaran Konvensinal.
http://edukasi.kompasiana.com/2009/12/20/pendekatan-pembelajarankonvensionl.
Departemen Pendidikan Nasional.2004. Kurikulum 2004. Jakarta : Dapertemen
Pendidikan Nasional.
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Emzir. 2008. Metodelogi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif.
Jakarta: Rajawali Pers
Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002. Jakarta : Balai Pustaka.
http://thesis.binus.ac.id/.../2002.
Koyan, I Wayan. 2004. Statistika Terapan (Teknik Analisis Data Kuantitatif).
Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.
Koyan, I Wayan. 2007. Statistika Terapan (Teknik Analisis Data Kuantitatif).
Singaraja; Universitas Pendidikan Ganesha.
Mardalis. 2009. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi
Aksara
Lampiran 01
PEMERINTAH KOTA DENPASAR
DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA
UPT KECAMATAN DENPASAR TIMUR
SEKOLAH NEGERI 1 PENATIH
Alamat : Jalan Trenggana No. 8, Tlp. (0361) 467647, Denpasar
SURAT KETERANGAN
No. 421.2/022/SD1P/2014
Yang bertanda tangan dibawah ini : Kepada SD Negeri 1 Penatih, dengan ini
menerangkan bahwa :
Nama
NIM
Jurusan
Fakultas
Universitas
Lampiran 02
UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN
OLAHRAGA
KECAMATAN DENPASAR TIMUR
SURAT KETERANGAN
No. 074 / 122 / SD Negri 2 Penatih
Nim
: 0911031485
Memang benar mahasiswa tersebut diatas pada tahun ajaran 2013/2014 telah
mengadakan penelitian pada siswa kelas V di SD Negeri 2 Penatih mengenai
Pembelajaran IPA dari tanggal 2 s/d 30 April 2014.
Demikian surat keterangan ini dibuat dengan sebenarnya untuk dapat
dipergunakan sebagaimana mestinya.
Lampiran 03
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS
REINFORCEMENT
Mata pelajaran
Kelas/Semester
: V/I
Alokasi Waktu
: 2 x 35 Menit
A. Standar Kompetensi
Memahami hubungan antara gaya, gerak, dan energy serta fungsinya.
B. Kompetensi Dasar
Mendeskripsikan hubungan antara gaya, gerak, dan energy melalui
percobaan (gaya gravitasi, gaya gesek, gaya magnet)
C. Indikator
a. Membandingkan kecepatan jatuh dua benda (yang
berbeda berat,
E. Materi Ajar
Pernahkah kamu melihat buah yang jatuh dari pohonnya? Ke mana
arah jatuhnya buah tersebut? Buah kelapa itu jatuh ke bumi. Tidak hanya
buah, benda-benda lain jika dijatuhkan dari ketinggian tertentu juga akan
bergerak turun menuju bumi. Misalnya kelereng atau bola yang
menggelinding di atas meja akan jatuh ke lantai. Penerjun payung yang
keluar dari pesawat juga akan jatuh ke bawah menuju bumi. Gerak
jatuhnya benda-benda dipengaruhi oleh gaya gravitasi bumi. Apakah
semua benda yang dilempar ke atas juga akan dipengaruhi oleh gaya
gravitasi? Lakukan kegiatan berikut untuk mengetahui jawabannya!
Membandingkan Kecepatan Jatuh Dua Benda yang Berbeda
1. Sediakan dua lembar kertas HVS dan pena beserta tutupnya!
2. Berdirilah di atas meja atau kursi!
3. Remaslah selembar kertas hingga membentuk bulatan! Jatuhkan bulatan
kertas dan lembaran kertas bersama-sama dari ketinggian yang sama!
Benda mana yang lebih dahulu mencapai tanah? Catatlah hasil
pengamatanmu!
4. Jatuhkan pena dan tutupnya secara bersamasama dari
ketinggian yang sama! Mintalah seorang
temanmu untuk mengamati kecepatan kedua
benda tersebut sampai di tanah!
a. Benda mana yang lebih berat?
b. Benda apa yang lebih dahulu mencapai
lantai?
Catatlah hasil pengamatanmu!
5. Tulislah laporan kegiatan ini beserta
kesimpulannya!
Presentasikan di depan kelas, kemudian
diskusikan dengan teman-temanmu!
6. Buanglah kertas yang telah kamu remas ke
tempat sampah agar tidak mengotori kelasmu!
Catatan: Lakukan kegiatan ini di dalam kelas bersama gurumu!
Perhatikan kegiatan yang telah kamu lakukan! Apakah bulatan kertas lebih
dahulu mencapai lantai daripada lembaran kertas? Nah, berdasarkan
percobaan tersebut dapat disimpulkan bahwa gaya gravitasi tidak
dipengaruhi oleh berat benda. Gaya ini dipengaruhi oleh gaya penghambat
yang dikenal sebagai gaya gesek. Gaya gesek bersifat menahan gerak
benda sehingga gerak jatuhnya benda lebih lambat. Arah gaya gesek
berlawanan dengan gaya yang ditahannya. Jadi arah gaya gravitasi
berlawanan dengan gaya gesek.
Gaya gravitasi bumi menyebabkan benda-benda yang ada di bumi tidak
terlempar ke angkasa luar. Selain itu, gaya gravitasi membuat kita dapat
berjalan di atas tanah. Gaya gravitasi juga menyebabkan semua yang ada
di bumi mempunyai berat sehingga tidak melayang-layang di udara.
Kekuatan gaya gravitasi bumi terhadap benda tergantung pada jarak benda
dari pusat bumi. Semakin jauh letak suatu benda dari pusat bumi, gaya
gravitasinya semakin kecil.
F. Metode Pembelajaran
a. Ceramah
b. Tanya jawab
c. Diskusi
d. Penugasan
G.
Langkah-Langkah Pembelajaran
No
Tahap
pembelajaran
Kontruktivisme
Inquiri
Masyarakat
Belajar
Bertanya
Pemodelan
Proses pembelajaran
Waktu
PENDAHULUAN
1. Menyampaikan salam pembuka
2. Melakukan persensi (Disiplin)
3. Guru mengadakan apersepsi dengan
menunjukkan media gambar dan
mengajukan beberapa pertanyaan
mengenai jenis jenis gaya oleh guru.
4. Menyampaikan tujuan pembelajaran /
kompetensi dasar yang ingin dicapai dan
memotivasi siswa untuk belajar.
5. Menyampaikan cakupan materi dan
penjelasan uraian kegiatan
KEGIATAN INTI
EKSPLORASI
1. Menyampaikan permasalahan sehari-hari
tentang gerak jatuh benda.
2. Guru dan siswa melakukan tanya-jawab
tentang penyebab benda jatuh.
(10 menit)
ELABORASI
3. Guru membagi siswa dalam kelompok
yang beranggota 4-5 orang yang bersifat
heterogen (jenis kelamin, kemampuan,
gaya berpikir)
4. Guru membagikan lembar kerja siswa
yang berisi tugas yang harus dikerjakan
oleh masing-masing kelompok berkaitan
dengan adaptasi pada hewan(Siswa
ditugaskan mengerjakan tugas yang
diberikan guru, petunjuk kegiatan ada di
LKS) (Kerja Keras)
5. Secara berkelompok siswa melakukan
penemuan/inquiri serta menyusun laporan
hasil diskusi yang dilakukan.
6. Guru memberikan kesempatan bertanya
kepada siswa mengenai hal yang belum
(50 menit)
Pemodelan
Refleksi
Penilaian
Autentik
H. Penilaian
Penilaian Kognitif
Tes Tertulis (soal terlampir)
Kriteria :
Jumlah soal : 5
Bobot masing-masing soal : 2
PENUTUP
1. Guru bersama siswa merangkum materi
gaya grafitasi.
2. Melakukan refleksi terhadap kegiatan
pembelajaran yang telah dilaksanakan.
3. Guru memberikan evaluasi secara tertulis
kepada siswa untuk mengetahui
pemahaman siswa mengenai materi
pembelajaran dan guru memberikan
penilaian yang objektif.
4. Menyampaikan rencana pembelajaran
pada pertemuan berikutnya.
5. Sebagai tindak lanjut, guru memberikan
pekerjaan rumah (PR).
(10 menit)
Skor Maksimal : 10
Bobot Kognitif : 60
N1 (Skor Kognitif) =
skordiperoleh
xbobot
skormaksimal
skordiperole h
xbobot
skormaksimal
Penilaian Afektif
Kriteria :
Skor untuk masing-masing aspek yang diamati berkisar 1-3
Skor maksimal : 6
Mendapatkan 1 jika melakukan 1 kegiatan
Mendapatkan 2 jika melakukan 2 kegiatan
Mendapatkan 3 jika melakukan 3 kegiatan
Bobot Afektif : 40
skoryangdiperoleh
N2 ( Skor Afektif ) =
x bobot
skormaksimal
Aspek Afektif
Deskripsi
Disiplin
1) Tepat waktu
Skor
Deskripsi
3 Jika 3 Dilakukan
2 jika 2 dilakukan
1 jika 1 dilakukan
mengumpulkan tugas
2) Memperhatikan
penjelasan guru
3) Tidak mengganggu
teman
Kerja Keras
1) Mengerjakan tugas
3 jika 3 dilakukan
dengan sungguhsungguh
2) Tidak menyontek
3) Mencatat dengan
1 Jika 2 dilakukan
sungguh-sungguh
1 jika 1 dilakukan
NA = N1 + N2
Format Penilaian Kognitif
No
Nama Siswa
Skor
Soal
1
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Jumlah
6
7
8
9
10
11
12
5
6
7
Nama Siswa
N1
N2
Nilai
N1 + N2
Nama kelompok :
1.
2
3
4
5
No
Nama Benda 1
Benda 2
Kertas HVS
Penghapus
Pensil
Penggaris
Penggaris
Kertas HVS
Penghapus
Sepidol / kapur
Pulpen
Kertas HVS
Jawaban
Soal individu
Kerjakan soal dibawah ini dengan memilih jawaban a,b,c dan d dengan tepat!
Kunci Jawaban :
1. d
2. b
3. c
4. c
5. c
Lampiran 04
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Mata pelajaran
Kelas/Semester
: V/I
Alokasi Waktu
: 2 x 35 Menit
A. Standar Kompetensi
Memahami hubungan antara gaya, gerak, dan energy serta fungsinya.
B. Kompetensi Dasar
Mendeskripsikan hubungan antara gaya, gerak, dan energy melalui
percobaan (gaya gravitasi, gaya gesek, gaya magnet)
C. Indikator
c. Membandingkan kecepatan jatuh dua benda (yang
berbeda berat,
Langkah-Langkah Pembelajaran
Proses pembelajaran
Waktu
1. PENDAHULUAN
(10 menit)
6. Menyampaikan salam pembuka
7. Melakukan persensi (Disiplin)
8. Guru mengadakan apersepsi dengan menunjukkan
media gambar dan mengajukan beberapa pertanyaan
mengenai jenis jenis gaya oleh guru.
9. Menyampaikan tujuan pembelajaran / kompetensi dasar
yang ingin dicapai dan memotivasi siswa untuk belajar.
10. Menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian
kegiatan
2. KEGIATAN INTI
EKSPLORASI
11. Menyampaikan permasalahan sehari-hari tentang gerak
jatuh benda.
12. Guru dan siswa melakukan tanya-jawab tentang
penyebab benda jatuh.
ELABORASI
a. Guru membagi siswa dalam kelompok yang beranggota
4-5 orang yang bersifat heterogen (jenis kelamin,
kemampuan, gaya berpikir)
b. Guru membagikan lembar kerja siswa yang berisi tugas
yang harus dikerjakan oleh masing-masing kelompok
berkaitan dengan adaptasi pada hewan(Siswa ditugaskan
mengerjakan tugas yang diberikan guru, petunjuk
kegiatan ada di LKS) (Kerja Keras)
c. Secara berkelompok siswa melakukan penemuan/inquiri
serta menyusun laporan hasil diskusi yang dilakukan.
d. Guru memberikan kesempatan bertanya kepada siswa
mengenai hal yang belum dipahami terkait dengan tugas
yang diberikan (Disiplin)
e. Masing-masing siswa mencatat hasil diskusi.
KONFIRMASI
a. Perwakilan masing-masing kelompok melakukan
pemodelan atau menyampaikan hasil diskusi di depan
kelas (Kerja Keras)
(50 menit)
H. Penilaian
Penilaian Kognitif
Tes Tertulis (soal terlampir)
Kriteria :
Jumlah soal : 5
Bobot masing-masing soal : 2
Skor Maksimal : 10
Bobot Kognitif : 60
N1 (Skor Kognitif) =
skordiperoleh
xbobot
skormaksimal
skordiperole h
xbobot
skormaksimal
Penilaian Afektif
Kriteria :
Skor untuk masing-masing aspek yang diamati berkisar 1-3
Skor maksimal : 6
Mendapatkan 1 jika melakukan 1 kegiatan
Mendapatkan 2 jika melakukan 2 kegiatan
Mendapatkan 3 jika melakukan 3 kegiatan
Bobot Afektif : 40
N2 ( Skor Afektif ) =
skoryangdiperoleh
x bobot
skormaksimal
Aspek Afektif
Deskripsi
Disiplin
4) Tepat waktu
Skor
Deskripsi
3 Jika 3 Dilakukan
2 jika 2 dilakukan
1 jika 1 dilakukan
3 jika 3 dilakukan
mengumpulkan tugas
5) Memperhatikan
penjelasan guru
6) Tidak mengganggu
teman
Kerja Keras
4) Mengerjakan tugas
dengan sungguhsungguh
5) Tidak menyontek
6) Mencatat dengan
sungguh-sungguh
sesuatu yang ditugaskan
guru
NA = N1 + N2
Format Penilaian Kognitif
2
1
2 Jika 2 dilakukan
1 jika 1 dilakukan
No
Nama Siswa
Skor
Soal
1
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Nama Siswa
Jumlah
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Nama Siswa
N1
N2
Nilai
N1 + N2
5
6
7
8
Nama kelompok :
1.
2
3
4
5
No
Nama Benda 1
Benda 2
Kertas HVS
Penghapus
Pensil
Penggaris
Penggaris
Kertas HVS
Penghapus
Sepidol / kapur
Pulpen
Kertas HVS
Jawaban
Soal individu
Kerjakan soal dibawah ini dengan memilih jawaban a,b,c dan d dengan tepat!
Kunci Jawaban :
1. d
2. b
3. c
4. c
5. c
Lampiran 05
Tabel 3. Kisi-Kisi Tes Hasil Belajar IPA
No
Standar
Kompetensi
Kompetensi
Dasar
Indikator
Mudah
Bentuk Jumlah
Sedang
Soal
Soal
Pilihan
Sukar
C C2 C3 C4 C5 C6 C1 C2 C3 C4 C5 C6 C1 C2 C3 C4 C5 C6
1
1
5. Memahami
5.1
Membandingkan
hubungan
antara gaya,
n hubungan
benda (yang
gerak, dan
antara gaya,
berbeda berat,
energy serta
gerak, dan
fungsinya.
energy melalui
dari ketinggian.
percobaan
Menyimpulkan
(gaya gravitasi, bahwa gaya gravitasi
gaya gesek,
menyebabkan benda
gaya magnet)
bergerak kebawah.
Membandingkan
Ganda
Pilihan
Ganda
Pilihan
10
Ganda
permukaan yang
berbeda (kasar,
halus)
Menjelaskan
Pilihan
berbagai cara
Ganda
memperkecil dan
memperbesar gaya
gesekan
Mengelompokan
Pilihan
Ganda
kekuatan gaya
Pilihan
Ganda
magnet dalam
menembus beberapa
benda melalui
percobaan
Mengidentifikasi
Pilihan
Ganda
melalui percobaan
Menyebutkan
Pilihan
contoh penggunan
Ganda
Keterangan:
C1= Ingatan
C2= Pemahaman
C3= Analisis
C4=Aplikasi
C5= Sintesis
C6=Evaluasi
Sebelum tes hasil belajar digunakan, maka tes tersebut akan diuji cobakan untuk menentukan validitas dan reliabilitasny
Lampiran 6
Nama
Kelas
Nomor absen
Soal Post-Test
Mata Pelajaran
: IPA
Materi Pelajaran
Waktu
: 60 menit
1. Bahan di bawah ini yang dapat ditarik oleh magnet adalah ....
a. kayu
b. besi
c. kaca
d. plastik
2. Pola-pola garis yang dibentuk oleh serbuk besi ketika didekatkan dengan
magnet merupakan ....
a. garis gaya magnet
b. garis gaya gesekan
c. kutub magnet
d. garis arah magnet
3. Bagian magnet yang memiliki kekuatan terbesar untuk menarik benda
magnetis adalah ....
a. tengahnya
b. sisi-sisinya
c. kutub-kutubnya
d. pinggirnya
4. Alat-alat yang mengunakan magnet di antaranya adalah sebagai berikut,
kecuali ....
a. mikrofon
b. alarm
c. dinamo
d. gunting
5. Benda-benda yang dapat ditarik oleh magnet disebut benda ....
a. magnetis
b. antik
c. keras
d. kuno
6. Magnet dapat dibuat dengan tiga cara, kecuali ....
a. menginduksi
b. menggosok
c. memanaskan
d. mengalirkan arus listrik
7. Gaya tarik bumi disebut juga ....
a. gaya gravitasi bumi
b. gaya magnet bumi
c. gaya gesekan
d. gaya berat
8. Buah kelapa jatuh ke bawah dari pohonnya akibat pengaruh ....
a. gaya gesekan
b. gaya magnet
c. gaya gravitasi
d. gaya dorong
9. Gaya yang ditimbulkan akibat dua buah permukaan yang saling bersentuhan
adalah ....
a. gaya gesekan
b. gaya magnet
c. gaya berat
d. gaya gravitasi
10. Semakin kasar permukaan benda yang bergesekan maka gaya gesekan
yang terjadi akan ....
a. semakin kecil
b. semakin besar
c. sama kecil
d. sama besar
11. Contoh peristiwa yang terjadi akibat gaya gravitasi bumi yaitu . . . .
a. matahari terbit dan terbenam
b. bumi berputar mengelilingi matahari
c. air sungai menguap
d. buah kelapa jatuh
12. Pengaruh gaya gravitasi bumi semakin kuat terhadap suatu benda apabila . . . .
a. benda semakin ringan
b. jarak benda dari pusat bumi semakin dekat
c. suhu benda semakin panas
d. angin bertiup kencang
13. Adanya gaya gravitasi bumi memungkinkan kita . . . .
a. melayang di udara
b. berenang di air
c. menapak di tanah
d. menghirup napas
14. Jika dijatuhkan dari ketinggian yang sama, kertas yang diremas lebih dahulu
mencapai tanah daripada kertas berbentuk lembaran. Hal ini berarti gaya gravitasi
dipengaruhi oleh . . . .
a. berat benda
b. gaya gesek
c. bentuk benda
d. gaya magnet
15. Contoh benda yang dapat ditarik magnet yaitu . . . .
a. paku
b. gelas plastik
c. piring kaca
d. kertas
16. Apabila dua kutub magnet yang sama saling didekatkan akan . . . .
a. tolak-menolak
b. tarik-menarik
c. diam
d. menempel
17. Bagian magnet yang paling kuat gaya tariknya yaitu . . . .
a. atas
b. bawah
c. tengah
d. kutub
18. Kompas selalu menunjuk arah utara dan selatan karena pengaruh . . . .
a. ketinggian tanah
b. magnet bumi
c. suhu udara
d. arah angin
19. Pembuatan alur pada sol sepatu dapat mencegah pemakainya terpeleset karena . . . .
a. gaya gesek besar
b. gaya dorong berkurang
c. gaya gravitasi bertambah
d. berat badan bertambah
20. Pembuatan magnet dengan cara induksi menghasilkan magnet yang bersifat . . . .
a. tetap
b. kuat
c. sementara
d. kekal
21. Ban sepeda akan berhenti ketika direm. Ban sepeda berhenti bergerak akibat
gaya . . . .
a. gravitasi
b. gesek
c. magnet
d. tekan
22. Jenis lantai yang menimbulkan gaya gesek paling kecil adalah yang . . . .
a. dilapisi karpet
b. dibuat dari keramik
c. dilapisi permadani
d. dilapisi keset
23. Gaya gesek antara bola yang menggelinding dengan tanah mengakibatkan. . . .
a. bola melambat, kemudian berhenti
b. bola semakin cepat bergerak
c. bola berbelok arah
d. bola berubah bentuk
24. Ujung paku dibuat halus dan runcing agar . . . .
a. kekuatannya bertambah
b. lebih lentur
c. gaya geseknya berkurang
d. lebih awet
25. Berjalan di lantai yang licin menyebabkan kita mudah tergelincir karena . . . .
a. tidak ada keseimbangan
b. gaya otot berkurang
c. gaya gesek kecil
d. gaya dorong bertambah
26. Pola-pola garis yang dibentuk oleh serbuk besi ketika didekatkan dengan magnet
merupakan ....
a. garis gaya magnet
c. kutub magnet
b. garis gaya gesekan
d. garis arah magnet
27. Buah yang jatuh ke bawah dari pohonnya akibat pengaruh ....
a. gaya gesekan
c. gaya gravitasi
b. gaya magnet
d. gaya dorong
28. Gaya yang ditimbulkan akibat dua buah permukaan yang saling bersentuhan
adalah ....
a. gaya gesekan
c. gaya berat
b. gaya magnet
b. gaya gravitasi
29. Sifat magnet akan hilang apabila
magnet . . . .
a. dipukul-pukul
b. digosok
c. dipotong
d. didinginkan
30. Keadaan tanpa gravitasi mengakibatkan benda . . . .
a. mempunyai berat
b. akan jatuh bila dilepaskan dari ketinggian tertentu
c. melayang-layang di udara
d. menempel di tanah.
Kunci Jawaban :
1. B
2. A
3. C
4. D
5. A
6. C
7. A
8. C
9. A
10. B
11. D
12. B
13. C
14. C
15. A
16. A
17. D
18. B
19. A
20. C
21. B
22. B
23. A
24. C
25. C
26. A
27. C
28. A
29. A
30.C
Lampiran 07
Uji Instrumen
1. Uji Validitas
4. Uji Realiabilitas
Lampiran 08
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
50
40
50
57
50
57
37
57
63
40
50
37
53
77
80
53
50
33
40
53
40
67
57
87
57
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
53
40
67
40
57
37
40
37
50
20
53
40
33
47
47
50
43
27
47
27
63
50
47
77
57
37
77
60
53
57
67
57
63
50
31
32
LAMPIRAN 09
57
77
X
n
5870,88
32
= 55,81
2. Standar Deviasi (SD)
__
( X 2 X 2 )2
SD
(n2 1)
5870,88
32 1
=
=
5870,88
32 1
13,76
Total X
Standar Deviasi
(SD)
Varians (SD2)
5870,88
55,81
13,76
189,38
Berdasarkan atas kurve normal, kelas interval.Frekuensi observasi (fo) dan frekuensi empiric (fe) dari data skor Posttest kelas
Eksperimen dapat dihitung sebagai berikut.
Mengenai kelas interval dapat ditentukan melalui distribusi kurve normal yang dibagi menjadi 6 bagian yaitu:
Kelas Interval 1
= XX- 3SD - <XX-2SD
= (76,41 (3x8,84)) (76,41 (2x 8,84))
= 49,89 58,73
Kelas Interval 4
= XX- <XX+1SD
= (76,41) ( 76,41 + 8,84)
= 76,42 85,25
Kelas Interval 2
= XX- 2SD - <XX-1SD
= (76,41 (2x8,84)) (76,41 (1x 8,84))
= 58,74 67,57
Kelas Interval 5
= XX+1SD - <XX+2SD
= (76,41 + 8,84)) ( 76,41+(2x8,84))
= 85,26 94,09
Kelas Interval 3
= XX- 1SD - <XX
= ( 76,41 (1x8,84)) 76,41
= 67,58 - 76,41
6. Kelas Interval 6
= XX+2SD - <XX+3SD
= ( 76,41+(2x8,84)) (76,41+ (3x8,84))
= 94,10 102,93
f e2
100
x 40 =
14
100
x 40 = 5,6
f e5
100
x 40 =
14
100
x 40 = 5,6
( f of ) 2
e
fe
(dk) = 5 diperoleh X2tabel = X2(0,05:5)= 11,07 karena X2tabel >X2hit maka Ho diterima ( gagal ditolak). Ini berarti sebaran data skor Posttest
kelompok Eksperimen berdistribusi normal
LAMPIRAN 10
1. Uji Normalitas Data
b. SD N 2 PENATIH
X
n
5082,67
30
= 47,67
2. Standar Deviasi (SD)
__
( X 2 X 2 )2
SD
(n2 1)
5082,67
30 1
5082,67
29
=
=
13,24
Total X
Standar Deviasi
(SD)
Varians (SD2)
5082,67
47,67
13,24
175,26
Berdasarkan atas kurve normal, kelas interval. Frekuensi observasi (fo) dan frekuensi empiric (fe) dari data skor Posttest
kelas Kontrol dapat dihitung sebagai berikut.
Mengenai kelas interval dapat ditentukan melalui distribusi kurve normal yang dibagi menjadi 6 bagian yaitu:
Kelas Interval 1
= XX- 3SD - <XX-2SD
= (69,67 (3x9,08)) (69,67 (2x 9,08))
= 42,43 51,51
Kelas Interval 4
= XX- <XX+1SD
= (69,67) ( 69,67 + 9,08)
= 69,70 78,75
Kelas Interval 2
= XX- 2SD - <XX-1SD
= (69,67 (2x9,08)) (69,67 (1x 9,08))
= 51,52 60,59
Kelas Interval 5
= XX+1SD - <XX+2SD
= (69,67 + 9,08)) ( 69,67+(2x9,08))
= 78,76 87,83
Kelas Interval 3
= XX- 1SD - <XX
= ( 69,67 (1x9,08)) 69,67
= 60,60 - 69,67
6. Kelas Interval 6
= XX+2SD - <XX+3SD
= ( 69,67+(2x9,08)) (69,67+ (3x9,08))
= 87,84 96,91
( f of ) 2
e
fe
(dk) = 5 diperoleh X2tabel = X2(0,05:5)= 11,07 karenaX2tabel >X2hit maka Ho diterima ( gagal ditolak). Iniberarti sebaran data skor Posttest
kelompok Eksperimen berdistribusi normal
LAMPIRAN 11
2. UJI HOMOGENITAS
Menghitung varians terbesar dan varians terkecil
Diketahui :
Simpangan baku Kelompok eksperimen
: 13,76
: 189,38
: 13,24
: 175,26
F=
SD 1
2
SD
F=
Varians Terbesar
Varians Terkecil
F=
189,38
175,26
F = 1,08
Membandingkan Fhitung dengan Ftabel
Dari hasil perhitungan diperoleh Fhit sebesar 1,08 sedangkan Ftabel pada taraf signifikan 5% dengan db pembilang (31) dan db
Penyebut (29) adalah 1,85. Ini berarti Fhit<Ftabel, maka Ho diterima (Gagal Ditolak) berarti tidak terdapat perbedaan varians masing
masing kelas atau harga varians data dikatagorikan Homogen.
LAMPIRAN 12
3. UJI t
1) Uji Perbedaan Signifikan Data
Uji perbedaan signifikan data ( kesetaraan) digunakan agar mengetahui apakah kelompok eksperimen dan kelompok
control memiliki perbedaan yang signifikan atau tidak, untuk menguji digunakan uji t-. Adapun langkah langkah yang
dilakukan yaitu:
(a) Mengitung Rata-rata, Simpangan baku, dan Varian
Rata rata kelompok eksperimen
Simpangan baku nilai post test Kelompok eksperimen
Varians kelompok eksperimen
Rata Rata kelompok control
Simpangan baku nilai post test Kelompok kontrol
Varians kelompok kontrol
Hipotesis yang diuji yaitu:
H0: t hit<ttabel
Ha :t hit>ttabel
Berikut perhitungannya:
sgab
( n11 ) s 21 + ( n2 1 ) s22
=
( n1 +n2 ) 2
: 55,81
: 13,76
: 189,38
: 47,67
: 13,24
: 175,26
= 182,56
Setelah didapat Sgab, maka dilanjutkan dengan menghitung thit sebagai berikut.
hitung
55,81Sgab
47 ,67
2
1
1
182,56
32 30
= 2,371
(b)
Lampiran 13