You are on page 1of 7

Bahan booklet seri edukasi 3 DM-Komplikasi

Diabetes

Pendahuluan
Diabetes melitus (DM) atau yang sering dikenal dengan istilah penyakit kencing manis dapat
menyebabkan berbagai macam gangguan kesehatan yang serius pada organ-organ tubuh.
Gangguan-gangguan ini disebut komplikasi diabetes. Organ-organ tubuh yang dapat
mengalami komplikasi diabetes diantaranya mata, jantung, ginjal, kaki dan masih banyak
yang lain. Namun, jangan khawatir, berita baiknya adalah : dengan penanganan yang tepat
dan perubahan gaya hidup, onset komplikasi penyakit ini dapat dihambat atau dicegah.
Berdasarkan mulai timbulnya
digolongkan menjadi :

dan

lama

perjalanannya,

komplikasi

diabetes

dapat

a. Komplikasi akut

Terjadi akibat dari ketidakseimbangan jangka pendek dalam glukosa darah. Komplikasi
ini datangnya mendadak, dan dapat sembuh jika diatasi segera. Misalnya, infeksi yang
sulit sembuh, ketoasidosis diabetik (DKA), dan hipoglikemi dengan koma hipoglikemik.
Infeksi yang sulit sembuh
Diabetisi lebih mudah terinfeksi dan lebih sulit sembuh. Pada kondisi normal, kuman
yang masuk ke dalam tubuh akan dilawan dan dibunuh oleh leukosit. Sedangkan pada DM,
kerja leukosit menurun, sehingga tubuh menjadi lemah. Itulah sebabnya, mengapa kuman
yang masuk lebih sukar dibunuh, malah berkembang biak sehingga infeksi sulit sembuh.
Pada DM tipe 2 yang tidak terkendali, bila terjadi infeksi berat seperti infeksi paru atau borok
di kaki, gula darah dapat mendadak meningkat sangat tinggi. Dalam keadaan tersebut,
gejala klasik diabetes menjadi lebih berat. Sehingga diabetisi harus mewaspadai luka sekecil
apapun dan segera periksakan ke dokter agar mendapat penanganan yang tepat dan cepat.

Ketoasidosis Diabetik (KAD)


Merupakan komplikasi akut diabetes yang ditandai dengan tingginya kadar glukosa
darah (300-600 mg/dL),disertai adanya tanda dan gejala asidosis dan plasma keton (+) yang
kuat. Kelainan pada KAD disebabkan kurangnya insulin baik relatif maupun mutlak. Individu
dengan ketoasidosis diabetik sering mengalami mual dan nyeri abdomen. Dapat terjadi
muntah, yang memperparah dehidrasi ekstrasel dan intrasel. Kadar kalium total tubuh
menurun akibat poliuria dan muntah yang berkepanjangan dan muntah-muntah. KAD
memerlukan perawatan di rumah sakit agar dapat dilakukan koreksi terhadap keseimbangan
cairan dan elektrolitnya. Pemberian insulin perlu untuk mengembalikan hiperglikemia.
Karena kepekaan insulin meningkat seiring dengan penurunan pH, dosis dan kecepatan
pemberian insulin harus dipantau secara hati-hati.

Hipoglikemi dan Koma Hipoglikemik


Gula darah yang terlalu rendah (hipoglikemik) juga tidak baik, bahkan dianggap lebih
berbahaya dari hiperglikemi. Hipoglikemia ditandai dengan menurunnya kadar glukosa
darah <60 mg/dL. Hipoglikemi bukanlah komplikasi murni diabetes, tetapi komplikasi
pengobatan karena hanya dialami oleh diabetisi yang mendapat obat penurun gula darah
seperti sulfonilurea atau insulin. Hipoglikemi terjadi apabila pasien yang sudah minum obat
atau suntikan insulin lalu terlambat makan, lupa makan, makan tetapi jumlahnya kurang,
tiba-tiba muntah atau harus melakukan kerja fisik yang berat.

Ciri-ciri gejalanya : tiba-tiba merasa sangat lapar, berkeringat dingin, jantung berdebardebar, pusing dan linglung. Jika tidak segera diatasi dapat menyebabkan koma / tidak
sadarkan diri.Kondisi ini disebut koma hipoglikemik. Koma hipoglikemik adalah keadaan yang
sangat gawat karena jika tidak cepat diatasi akan mengakibatkan kematian. Bila merasakan
adanya gejala hipoglikemi, diabetisi harus segera minum air gula, atau memakan apa saja
yang mengandung gula seperti permen, sirop atau kue. Namun, bila penderita hipoglikemi
dan tidak sadar, segera bawa ke rumah sakit, jangan dipaksa minum karena air bisa masuk
ke dalam paru-paru. Di rumah sakt biasanya akan segera diberi suntikan glukosa intravena
(langsung ke dalam pembuluh darah) dan infus cairan glukosa. Pada usia lanjut, hipoglikemi
adalah hal yang harus dihindari, karena dampaknya fatal atau dapat menyebabkan
terjadinya kemunduran mental, dan butuh waktu yang lebih lama untuk menurunkan
kesadaran pada diabetisi usia lanjut.

b. Komplikasi menahun/kronis :
Umumnya terjadi 10-15 tahun setelah didiagnosis diabetes. Namun pada DM tipe 2,
seringkali beberapa komplikasi kronis sudah ada sewaktu pasien didiagnosis menyandang
diabetes. Hal ini terjadi karena diabetisi sudah lama menyandang diabetes namun tidak
disertai gejala yang jelas sehingga komplikasi tidak terpantau.
Dapat dikelompokkan menjadi:
Mikroangiopati : komplikasi yang disebabkan kelainan pembuluh darah halus, dapat
bermanifestasi pada organ mata (retinopati), dan ginjal (nefropati, yang pada akhirnya
perlu cuci darah).
Makroangiopati : komplikasi yang disebabkan pada pembuluh darah besar dapat
berwujud sebagai penyakit kardiovaskular (PKV) pada organ jantung (menyebabkan
sakit jantung), otak (menyebabkan stroke) dan tungkai bawah.
Komplikasi yang disebabkan kelainan saraf (neuropati).

Komplikasi pada Mata


Diabetes dapat merusak pembuluh darah retina (diabetik retinopati), yang berpotensi
menyebabkan kebutaan. Diabetes juga dapat meningkatkan risiko lain yang serius seperti
katarak dan glukoma.
Retinopati
Merupakan kelainan yang mengenai pembuluh darah halus pada retina mata. Jika terjadi
kerusakan pada pembuluh darah retina, fungsi retina akan terganggu sehingga penglihatan
terganggu. Hal ini menyebabkan gambar yang dilihat mata tidak dapat diproses di otak.
Biasanya gejala retinopati berjalan lambat sehingga sering tidak terdeteksi. Jika terlambat
ditangani, retinopati dapat menyebabkan kebutaan.
Katarak
Istilah katarak menunjukkan menjadi buramnya lensa mata. Pada usia lanjut, katarak
merupakan hal yang biasa, tetapi pada diabetisi, kelainan ini dapat terjadi pada umur yang
lebih muda. Katarak menyebabkan cahaya tidak sampai pada retina sehingga menyebabkan
kebutaan
Glaukoma
Glaukoma terjadi karena meningkatnya tekanan dalam bola mata. Keluhannya adalah rasa
nyeri pada mata dan berkurangnya penglihatan. Apabila diobati segera, glaukoma tidak
akan menyebabkan kebutaan.

Komplikasi pada Ginjal (Nefropati Diabetik)


Penyakit ginjal diabetik yang biasa disebut nefropati diabetik, disebabkan adanya
kelainan pembuluh darah halus pada glomerulus ginjal. Pada kondisi normal, protein yang
terkandung di dalam darah tidak akan bisa menembus ginjal. Kadar gula darah yang tinggi
membuat ginjal bekerja lebih keras dari seharusnya, menyebabkan ginjal berhenti bekerja
dengan benar. Jika sel di dalam ginjal rusak, beberapa molekul protein -yaitu albumin- bisa
melewati dinding pembuluh darah halus dan masuk ke dalam urin. Tanda terdapatnya
kelainan nefropati adalah terdapatnya albumin ke dalam urin. Awalnya, hanya albumin yang
halus (mikroalbumin) selanjutnya seiring dengan semakin beratnya komplikasi, akan
dijumpai makro-albumin (biasa disebut albumin saja) dalam urin. Untuk melihat gangguan
kerja pada ginjal, biasanya dilakukan pemeriksaan ginjal lain yaitu urin, kreatinin dan yang
paling penting untuk deteksi dini gangguan fungsi ginjal yaitu pemeriksaan Cystatin C.
Sekitar 20-40% diabetisi akan mengalami nefropati diabetik. Bila terdapat albuminuria
pada kisaran 30-299 mg/24 jam (albuminuria mikro) merupakan tanda dini nefropati
diabetik. Pasien yang disertai dengan albuminuria makro dan berubah menjadi abuminuria
makro (>300 mg/24 jam) pada akhirnya sering berlanjut menjadi gagal ginjal kronik stadium

akhir. Klasifikasi albuminuria dapat dilihat pada tabel berikut


Pengelolaan dan Pencegahan DM 2011) :

(Menurut Konsensus

Diagnosis nefropati diabetik ditegakkan bila didapatkan kadar albumin >30 mg dalam
urin 24 jam pada 2 dari 3 kali pemeriksaan dalam kurun waktu 3-6 bulan, tanpa penyebab
albuminuria lainnya. Pengendalian glukosa, menjaga tekanan darah tetap dan pembatasan
asupan protein dalam diet (0,8 g/kg BB) akan mengurangi risiko terjadinya nefropati. Jika
tidak diatasi segera, nefropati diabetik dapat menyebabkan gagal ginjal. Satu-satunya cara
untuk mengatasinya adalah dengan cangkok ginjal (transplantasi ginjal). Sebelum
transplantasi ginjal dilakukan, upaya sementara adalah cuci darah atau hemodialisis.

Komplikasi pada Jantung


Komplikasi yang paling ditakuti diabetisi, selain gagal ginjal adalah serangan jantung
dan stroke ; risikonya diperkirakan 2-4 kali lebih besar dibanding non DM. Fakta
menunjukkan bahwa 2 dari 3 diabetisi meninggal akibat penyakit jantung atau stroke,
dikenal dengan istilah penyakit kardiovaskular. Komplikasi jantung disebabkan oleh
aterosklerosis dan penyempitan pada pembuluh darah besar, yang dikenal dengan penyakit
jantung koroner. Pembuluh darah yang sempit memudahkan terjadinya penggumpalan
darah yang akan menyumbat aliran darah sehingga pasokan ke suatu daerah di jantung
akan terhenti yang disebut dengan infark miokard atau serangan jantung. Jika penyumbatan
terjadi pada pembuluh darah otak, yang muncul adalah stroke. Pada stroke terjadi
kelumpuhan yang tiba-tiba. Faktor-faktor yang dapat memperburuk penebalan dindig
pembuluh darah adalah kegemukan, hipertensi, dislipidemia, kebiasaan merokok dan stres.
Healthy ABCs
Mengendalikan diabetes dapat membantu menurunkan risiko mengalami penyakit jantung
dan gangguan pada pembuluh darah lainnya. Bahkan meskipun memiliki riwayat penyakit
jantung, setiap langkah yang dilakukan dengan menjaga ABCs (A1c, tekanan darah, dan
kolesterol) tetap pada target range akan membantu menurunkan risiko penyakit jantung
atau stroke di masa yang akan datang.
A : A1c. Periksa A1c,juga dapat dilaporkan sebagai estimasi glukosa

Komplikasi
pada Susunan
Saraf
(Neuropati)

rata-rata (eAG) 2-3 bulan sebelumnya.


B: blood pressure (tekanan darah). Tekanan darah yang tinggi menyebabkan
jantung bekerja lebih keras dari yang seharusnya.
C: cholesterol (kolesterol). Kadar kolesterol menggambarkan jumlah lemak
dalam darah, diantaranya kolesterol HDL, membantu menjaga jantung,
akan tetapi tingginya kolesterol LDL dapat menyumbat arteri. Trigliserida
yang tinggi meningkatkan risiko penyakit jantung ataupun stroke.

Kerusakan saraf
akibat
diabetes
disebut
diabetik

neuropati. Hampir setengah diabetisi memiliki beberapa bentuk kerusakan saraf. Seiring
waktu, tingginya kadar glukosa darah dapat membuat jejas pada dinding pembuluh darah
kecil yang memberi makan saraf, terutama di kaki. Saraf mengirimkan pesan ke dan dari
otak tentang rasa sakit, suhu dan sentuhan. Juga memberitahu otot kapan dan bagaimana
untuk bergerak, termasuk mengatur sistem tubuh yang mencerna makanan dan lewatnya
urin. Jika kadar glukosa darah tetap dijaga sesuai target, kerusakan saraf dapat dicegah atau
dihambat kerusakan saraf. Jika sebelumnya sudah memiliki kerusakan saraf, dapat
mencegah atau menunda kerusakan lebih lanjut.
Neuropati dapat terjadi pada saraf dari beberapa organ berikut :
Neuropati pada tungkai dan kaki
Diabetisi seringkali mengalami komplikasi pada pembuluh darah besar di tungkai bawah
dan kaki akibat adanya penebalan dinding pembuluh darah besar (makroangiopati), dikenal
dengan istilah aterosklerosis, sehingga aliran darah ke tungkai dan kaki menjadi tidak lancar
dan berkurang. Hal ini menimbulkan beberapa keluhan diantaranya kaki terasa dingin, kram
(kejang) otot tungkai dan kulit kering. Keadaan ini seringkali juga disertai dengan neuropati.
Makroangiopati dan neuropati pada kaki diabetes sering disebut diabetic foot (kaki diabetik).
Neuropati yang berperan pada komplikasi ini terutama adalah neuropati pada kaki yang
menyebabkan mati rasa (baal, kebas). Mati rasa menyebabkan diabetisi tidak merasakan
apa-apa walaupun kaki terluka parah. Jika tidak segera diatasi, terutama jika dimasuki
kuman (terjadi infeksi), dapat menjadi borok parah dan bisa terancam diamputasi. Itulah
sebabnya diabetisi harus memperhatikan dan merawat kesehatan kakinya.

Berikut adalah kunci perawatan kaki diabetes :


a) Tidak boleh berjalan tanpa alas kaki, termasuk di pasir dan air
b) Periksa kaki setiap hari dan segera laporkan pada dokter jika kulit terkelupas,
kemerahan atau luka
c) Periksa alas kaki dari benda asing sebelum memakainya
d) Kaki selalu dijaga dalam keadaan bersih, tidak basah dan oleskan krim pelembab ke kulit
yang kering
e) Potong kuku secara teratur
f) Keringkan kaki, sela-sela jari kaki secara teratur setelah dari kamar mandi
g) Gunakan kaos kaki dari bahan katun yang tidak menyebabkan lipatan pada ujung-ujung
jari kaki
h) Kalau ada kalus atau mata ikan, tipiskan secara teratur
i) Jika sudah ada kelainan bentuk kaki, gunakan alas kaki yang dibuat khusus
j) Sepatu tidak boleh terlalu sempit atau longgar, jangan gunakan hak tinggi
k) Jangan gunakan bantal atau botol berisi air panas / batu untuk kaki
Neuropati pada saluran pencernaan
Neuropati pada saluran pencernaan dapat menyebabkan diare. Diare ini biasanya terjadi
pada malam hari sehingga disebut juga nocturnal diarrhea-diare malam hari. Neuropati pada
sal. cerna dapat menyebabkan konstipasi (sulit buang air besar).
Neuropati pada kandung kencing
Dapat menyebabkan kencing tidak lancar, keluhan ini makin berat jika disertai infeksi di
saluran tersebut.

Diabetes juga memiliki keterkaitan terhadap komplikasi atau gangguan potensial lainnya
seperti :

Kesehatan Pria
Seks merupakan bagian yang penting dalam kehidupan dan hubungan rumah tangga.
Namun, diabetes dapat mempengaruhi kehidupan sex pria. Neuropati pada laki-laki dapat
dapat menyebabkan terjdinya disfungsi ereksi (impoten). Pada diabetisi, disfungsi ereksi
dapat terjadi pada usia yang relatif muda tanpa sebab lain, dan risikonya dapat makin cepat
terjadi apabila gula darah semakin tinggi, serta kebiasaan merokok, oleh sebab itu sangat
diperlukan pengendalian gula darah yang baik (1).

Kesehatan Wanita
Kasus diabetes dapat berat bila terjadi pada wanita. Beban diabetes pada wanita adalah
unik karena penyakit ini tidak hanya mempengaruhi ibu tetapi juga anak mereka yang
belum lahir. Diabetes dapat menyebabkan kesulitan selama kehamilan seperti keguguran
atau bayi yang lahir mengalami cacat. Wanita penyandang DM juga lebih mungkin untuk
mengalami serangan jantung, serta usia terjadinya bisa lebih muda, daripada wanita tanpa
diabetes (1).

Wanita Hamil
Diabetes melitus gestasional (DMG) adalah suatu gangguan toleransi karbohidrat (TGT,
GDPT, DM) yang terjadi atau diketahui pertama kali saat kehamilan sedang berlangsung.
Penilaian adanya risiko DMG perlu dilakukan sejak kunjungan pertama sewaktu
memeriksakan kehamilannya. Berikut faktor risiko DMG : obesitas, adanya riwayat DMG,
abortus berulang, adanya riwayat melahirkan bayi dengan cacat bawaan atau melahirkan
bayi dengan >4 kg, dan adanya riwayat preeklampsia. Diagnosis DMG ditegakkan
berdasarkan hasil pemeriksaan TTGO dengan pembebanan 75 gram glukosa setelah
berpuasa 8-14 jam. Kemudian dilakukan pemeriksaan glukosa darah puasa, 1 jam, dan 2 jam
setelah beban.
DMG ditegakkan apabila ditemukan hasil pemeriksaan glukosa darah puasa >95 mg/dL,
1 jam setelah beban >180 mg/dL dan 2 jam setelah beban >155 mg/dl. Apabila hanya
dilakukan 1 kali pemeriksaan glukosa darah maka lakukan pemeriksaan glukosa darah 2 jam
setelah pembebanan, bila didapatkan hasil glukosa darah >155 mg/dl, sudah didiagnosis
sebagai DMG.
Wanita yang selama hamilnya dapat mengendalikan diabetesnya dapat melahirkan bayi
yang sehat. Kuncinya adalah menjaga gula darah tetap pada range normal sebelum dan
selama hamil. Jika sebelumnya sudah menyandang DM tipe 1 maupun DM tipe 2, mengatur
kadar glukosa darah dan A1c mendekati normal sebelum dan selama trimester pertama
adalah sangat penting terutama terhadap perkembangan anak selama dalam rahim ibu. Jika
kadar glukosa darah tetap dijaga mendekati normal sejak terjadinya pembuahan, risiko
cacat lahir dapat diturunkan secara signifikan.

Gangguan Pendengaran
Kurang/hilangnya pendengaran terjadi 2 kali pada
diabetes dibanding yang non DM. Pendengaran tergantung
pada pembuluh darah halus dan saraf telinga dalam dalam.
Penelitian menunjukkan bahwa tingginya kadar glukosa
darah dapat merusak pembuluh darah dan saraf, yang
dapat menurunkan kemampuan pendengaran.

Komplikasi pada Kulit


Diabetes dapat mempengaruhi setiap bagian tubuh, termasuk kulit. Sekitar 33%
diabetisi memiliki gangguan kulit yang disebabkan atau dipengaruhi oleh diabetes.
Untungnya, kondisi kulit yang paling dapat dicegah atau diobati dengan mudah jika
dideteksi pada awal. Beberapa gangguan kulit ini dapat dimiliki oleh siapa saja, tetapi pada
penyandang diabetes lebih mudah terjadi. Termasuk diantaranya infeksi bakteri, infeksi
jamur, dan gatal-gatal. Gangguan kulit lainnya lebih sering terjadi sebagian besar atau
hanya pada penyandang diabetes, seperti acanthosis nigricans, diabetik dermopati,
necrobiosis lipoidica diabeticorum (NLD), diabetic blisters, eruptive xanthomatosis dan
digital sclerosis.

Osteoporosis
Diabetes dapat menyebabkan mineral densitas tulang menjadi lebih rendah, sehingga
meningkatkan risiko osteoporsosis.

Hyperosmolar Hyperglycemic Nonketotic Syndrome (HHNS)


Merupakan kondisi serius yang paling sering dijumpai pada usia lanjut. HHNS dapat
terjadi baik pada DM tipe 1 maupun tipe 2 yang tidak terkontrol dengan baik, tapi paling
banyak dijumpai pada DM tipe 2. Biasanya disebabkan hal lain seperti penyakit atau infeksi.
Pada kondisi HHNS ini, kadar glukosa meningkat dan tubuh mencoba mengkompensasi
dengan mengeluarkan kelebihan gula melalui urin, Mula-mula jumlah urin akan banyak, dan
frekuensinya makin sering. Namun, selanjutnya frekuensinya menjadi tidak sesering di awal
dan warna urin berubah menjadi sangat gelap. Pasien juga akan merasa sangat haus,
bahkan di saat tidak merasa haus juga harus perlu minum. Karena jika tidak cukup
minum/cairannya berkurang dapat menyebabkan dehidrasi. Jika HHNS terus berlanjut,
dehidrasi berat dapat menyebabkan kejang, koma dan akhirnya kematian. Perkembangan
HHNS berlangsung selama beberapa hari atau bahkan berminggu-minggu (1).
Berikut tanda-tanda peringatan HHNS, yaitu : kadar glukosa darah >600 mg/dl, mulut
kering, rasa haus yang ekstrim (meskipun ini mungkin secara bertahap akan hilang), hangat,
kulit kering tidak berkeringat, demam tinggi (>101 0F), mengantuk atau kebingungan,
Kehilangan penglihatan, halusinasi (melihat atau mendengar hal-hal yang tidak ada), lemah
pada satu sisi tubuh.

Gastroparesis
Adalah salah satu jenis neuropati (kerusakan saraf) di mana makanan menjadi lama
meninggalkan perut, hal ini disebabkan tingginya kadar glukosa darah jangka panjang.
Gastroparesis merupakan gangguan yang mempengaruhi penyandang DM tipe 1 dan tipe 2
di mana perut terlalu lama untuk mengosongkan isinya (pengosongan lambungnya
tertunda). Saraf vagus mengontrol pergerakan makanan di saluran pencernaan. Jika saraf
vagus rusak atau berhenti bekerja, otot-otot lambung dan usus tidak bekerja secara normal,
dan pergerakan makanan dihambat atau terhenti. Seperti jenis neuropati lainnya, diabetes
dapat merusak saraf vagus jika kadar glukosa darah tetap tinggi dalam jangka panjang.
Glukosa darah yang tinggi menyebabkan perubahan kimia pada saraf dan kerusakan
pembuluh darah yang membawa oksigen dan nutrisi ke saraf. Terganggunya/terhambatnya
pencernaan menjadikan manajemen diabetes lebih sulit. Manajemen kondisi ini dapat
diterapi dengan insulin, obat-obatan, diet atau pada kasus yang berat, dengan feeding tube
(1).

Kondisi Mulut dan Gigi


Diabetes menyebabkan kulit menjadi lebih rentan mengalami gangguan kulit, termasuk
infeksi bakteri atau jamur. Infeksi di bagian gusi juga perlu diperhatikan secara khusus,
terutama jika memiliki riwayat kesehatan gigi yang buruk.

Penyakit alzheimer /demensia


DM tipe 2 dapat meningkatkan risiko penyakit alzheimer dan demensia vaskular dan bila
kontrol glukosa darah buruk menyebabkan risiko penyakit tersebut lebih besar lagi. Apa
keterkaitan antara kedua penyakit ini? Salah satu teori menyebutkan bahwa : gangguan
kardiovaskular yang disebabkan oleh diabetes berperan pada penyakit demensia
(kepikunan) dengan menghambat aliran darah ke otak atau menyebabkan terjadinya stroke.
Kemungkinan lainnya yaitu terlalu banyak insulin dalam darah menyebabkan inflamasi yang
merusak otak.

Kanker

Penyandang DM lebih berisiko mengalami kanker, namun belum diketahui alasan atau
penyebab pastinya. Kemungkinan disebutkan bahwa faktor-faktor yang meningkatkan risiko
DM tipe 2 juga meningkatkan risiko kanker, atau juga dapat menjadi salah satu faktor
penyakit atau pengobatannya. Keterkaitannya dalam hal ini masih aktif diteliti dan hingga
saat ini, tidak ada perubahan rekomendasi pengobatan.
10 Tips bagi penyandang diabetes untuk menghindari komplikasi diabetes :
1. Berkomitmen untuk mengendalikan diabetes
2. Tidak merokok
3. Tetap kendalikan tekanan darah dan kontrol kadar kolesterol
4. Lakukan pemeriksaan mata dan fisik secara teratur
5. Vaksin up to date
6. Jaga kebersihan gigi
7. Jaga kesehatan kaki
8. Pertimbangkan konsumsi aspirin per hari
9. Jika mengkonsumsi alkhohol, lakukan secara bertanggungjawab
10. Manajemen stres
Rujukan :
1. http://www.diabetes.org/living-with-diabetes/complications/
2. PERKENI. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Meitus Tipe-2 di Indonesia. 2011
3. Care Your Self. Diabetes Melitus. Dr.Ade Tobing, SpKO, Ir B.Mahendra, Akp., Ir.Diah Krisnatuti
4. Hartini, Sri. Diabetes? Siapa Takut!! Cetakan I, Agustus 2009. Penerbit Qanita
5. http://www.mayoclinic.com/health/type-2-diabetes/DS00585/DSECTION=complications
6. Corwin, Elizabeth J. Patofisiologi : buku saku/Elizabeth J.Corwin ; alih bahasa, Nike Budhi Subekti ; editor
edisi bahasa Indonesia, Egi Komara Yudha dkk, Ed 3. Jakarta, EGC, 2009.
7. Baughman, Diane C. Keperawatan medikal - bedah : buku saku untuk Brunner dan Suddarth/penulis,
Diane C. Baughman, JoAnn C. Hackley ; alihbahasa, Yasmin Asih ; editor, Monica Ester- Jakarta : EGC,2000.
8. Hoogwerf, BJ. Complication of Diabetes Melitus. Int J Diabe Dev Countries. 2005 ; 25:63-69
9. Fowler MJ. Microvascular and Macrovascular Complications of Diabetes.Clinical Diabetes 2008; 26 :77-82

You might also like