You are on page 1of 6

3

22

jembatan ampera
sumatera selatan

sisi lain 45 infrastruktur bidang pekerjaan umum

sisi lain 45 infrastruktur bidang pekerjaan umum

23

Saksi Sejarah Indonesia


di Bumi Sriwijaya
Besi-besi kokoh berwarna merah tua itu tegak menjulang di
bawah lengkungan langit Kota Palembang. Terbentang panjang
di atas Sungai Musi, Jembatan Ampera, demikian nama jembatan
itu,melengkapipanoramakotadibekasibukota KerajaanSriwijaya
itu. Masih terbayang di masa silam, dua pancang tinggi itu
membuka dan menutup di bagian tengah jembatan, sehingga
kapal-kapal besar setinggi 40 meter dengan lebar 60 meter
memungkinkan melintas di sana. Mewah, gagah, dan kokoh,

24

sisi lain 45 infrastruktur bidang pekerjaan umum

itulah kesan yang muncul manakala kita menyaksikan langsung


keberadaan Jembatan Ampera.
DibawahJembatanAmpera,kitabisasaksikandenyutkehidupan
perekonomian melalui hiruk pikuk aktivitas masyarakat Kota
Palembang di pasar tradisional terbesar di kota itu. Tak jauh dari
lokasi jembatan, terdapat juga Benteng Kuto Besakyangdibangun
padamasapemerintahanSultanMahmudBadaruddinI(1724-1758)
dan menjadi pusat Kesultanan Palembang Darussalam. Tentulah,

jembatan ampera n
rasa-rasanya kurang lengkap kalau berwisata sejarah ke Provinsi
Sumatera Selatan tanpa menyambangi perantara Seberang Ulu
dan Seberang Ilir Sungai Musi selebar 22 meter ini.
n Gagasan Awal
Gagasan untuk mendirikan jembatan ini berawal dari sebuah
impian di tahun 1906, zaman Gemeente Palembang. Walikota
Palembangdimasa1924,LeCocqdeVille, turutmelestarikanmimpi
itu.Kendatimasihjugabelummampumerealisasikan,bahkanhingga
Belanda hengkang dari bumi pertiwi, jembatan tersebut belum
dibangun. Ide tentang keputusan untuk membangun jembatan
Ampera diketok pada sidang pleno Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD) Peralihan Kota Besar Palembang, 29 Oktober 1956.
Panitia Pembangunan Jembatan Musi (demikian nama Jembatan
Ampera pada masa itu) pun dibentuk. Sebuah keputusan yang
terbilang nekad, karena modal yang ada ketika itu hanya sebesar
Rp 30.000. Padahal, dana yang dibutuhkan untuk membangun
Jembatan Musi pada masa itu diperkirakan Rp 900.000.000.
n Peran Presiden Soekarno
Layar sudah terkembang. Keputusan politik untuk membangun
prasarana publik di atas Sungai Musi sudah disepakati. Tim segera
dibentuk. Di sana tercatat nama-nama seperti Harun Sohar
(Penguasa Perang Komando Daerah Militer IV/ Sriwijaya), H. A.
Bastari (Gubernur Sumatera Selatan), M. Ali Amin dan Indra Caya
(walikotadanwakilwalikotaPalembang). Merekalantasmelakukan
pendekatan langsung kepada Presiden Soekarno. Gayung pun
bersambut, Soekarno menyetujui dengan beberapa persyaratan.
Syaratpembangunanjembatanyangmasing-masingpancangkaki
penopang berada di kawasan 7 Ulu dan 16 Ilir ini wajib dibangun
taman terbuka (boulevard) di kedua ujung jembatan.
Takadakatamenolakdaritim. Bahkan,usulanpresiden yang juga
seorang insinyur itu justru akan menambah cantik penampilan
jembatan. Maka, ditunjuklah sebuah perusahaan yang akan
melaksanakan pembangunan. Sesuai kontrak pada 14 Desember
1961, tertulis bahwa biaya proyek sebesar USD 4.500.000 (kurs
saat itu USD 1 = Rp 200). Dan pengerjaan proyek tersebut baru
dimulai pada 4 bulan kemudian (April 1962). Pemerintah Jepang
memberikan bantuan melalui biaya pampasan perang Jepang
yang ditaksir senilai 2,5 miliar yen.
n Asal muasal nama Ampera
Penamaan Jembatan Ampera bukan terbit begitu saja. Semula,
jembatan ini dinamai dengan Jembatan Musi (saat pengusulan).
Setelah selesai dibangun, jembatan ini dinamai Jembatan Bung
sisi lain 45 infrastruktur bidang pekerjaan umum

25

n Tahukah Anda?
Jembatan yang merupakan tetenger Kota Palembang
ini beberapa kali mengalami perubahan warna. Ketika
awal dibangun, jembatan dicat warna abu-abu. Kemudian,
jembatan berubah warna menjadi kuning (1992), dan
terakhir berwarna merah (2002).

Karno sebagai bentuk penghargaan terhadap jasa kepala negara


(menurut sejarawan Djohan Hanafiah). Namun, karena sentimen
terhadap Soekarno yang dianggap kekiri-kirian di era 1965, nama
jembatan ini diganti menjadi Jembatan Amanat Penderitaan
Rakyat (Ampera). Selain nama Ampera yang tak lekang hingga
sekarang ini, ada juga sebutan yang lekat di benak masyarakat,
yakni Proyek Musi.
Jembatan ini sarat akan catatan sejarah Indonesia. Tidak hanya
dari sisi penamaan yang terakhir, yakni Ampera, yang merupakan
respons masyarakat Palembang terhadap pergolakan yang
terjadi di Tanah Air, tetapi juga dari segi siapa-siapa yang pernah
masuk ke dalam catatan proyek Musi tersebut. Misalnya, peranan
Letnan Jenderal Ahmad Yani selaku kepala staf angkatan darat,
yang menjadi korban pada peristiwa yang dikenal dengan G 30
S/PKI hanya dalam beberapa jam setelah meresmikan jembatan
tersebut pada 30 September 1965.
n Ampera dari waktu ke waktu
Jembatan yang sudah berusia lebih separuh abad lebih ini pada
awalpembangunannyabisadibuka-tutupdibagiantengah.Bobot
jembatan seberat 944 ton itu dapat terangkat melalui pengerek
berbandul masing-masing 500 ton di masing-masing menara
pengangkut setinggi 63 m. Pada rentang 75 meter jarak kedua
menara itulah tempat lintasan kapal-kapal besar lewat.
Tapi, sejak tahun 1970 naik-turun bagian tengah Jembatan
Amperatidakdifungsikanlagikarenadianggapjustrumengganggu

26

sisi lain 45 infrastruktur bidang pekerjaan umum

jembatan ampera n

arus lalu lintas akibat masa angkat yang lama (30 menit). Ditambah,
pendangkalan di Sungai Musi menyebabkan tidak dimungkinkan
kapal besar berlayar di situ. Kemudian pada tahun 1990, dua
bandul pemberat berbobot masing-masing 500 ton itu dibongkar
demi alasan keselamatan.
Ketika tahun 1981, renovasi telah dilakukan dengan menelan
dana sebesar Rp 850 juta. Namun, sungguh disayangkan, pada
tahun 1997 terjadi penjarahan besar-besaran terhadap onderdil
jembatan. Saat itu, Indonesia memang tengah terguncang akibat
reformasi yang membawa ekses penjarahan di mana-mana, tak
luput di Kota Palembang.
Upaya perbaikan dan rehabilitasi berikut pemeliharaan telah
dilakukan. Seperti overlay lantai jembatan dan pengecatan untuk
pertama kali di tahun 1973. Perbaikan dilanjutkan dengan upaya
pemeliharaan (1983) dengan menurunkan isi pemberat di menara
jembatan yang bermuatan masing-masing 500 ton, mengganti
pelat sambungan menara (termasuk expansin joint bentang
angkat), pengecatan seluruh jembatan dan pemasangan lapis
asphalt sheet di lantai dan grouting lantai jembatan.
Mengingat usia jembatan yang tak lagi muda, ditambah sering
terjadi gesekan kapal tongkang yang melintas, tercetuslah wa
cana pembangunan Jembatan Musi III dan Jembatan Musi IV. Hal
ini ditujukan agar beban kepadatan lalu lintas pada Jembatan
Amperaberkurang,sekaligusuntukmerangsangpengembangan
kawasan Seberang Ulu. Jembatan Ampera, menurut riset peme
rintah Jepang, masih bisa bertahan hingga 50 tahun ke depan,
dengan catatan mesti dilakukan renovasi konstruksi dengan me
nutup aktivitas jembatan selama 2 tahun.

n Data Teknis
Total panjang jembatan 1.100 m
l Jembatan utama 354 m
l Simple Plate Girder (Bentang tengah) 75,0 m (berat 1000
ton)
Pendekat jembatan (Oprit)
l Sebelah Ilir 27 m + 30 m + 27 m
l Sebelah Ulu 27 m + 6 x 30 m + 27 m
Lebar jembatan
l Jalan (4 lajur) 4 x 3,5 = 14,0 m
l Lajur sepeda 2 x 1,75 =
3,5 m
l Trotoar 2 x 2,25 =
4,5 m
Total = 22,0 m

sisi lain 45 infrastruktur bidang pekerjaan umum

27

You might also like