You are on page 1of 8

Teori Belajar kognitif Gestalt

Teori kognitif dan gestalt lebih menekankan pada proses mental (proses pemikiran) yang
melatar belakangi kegiatan atau aktivitas belajar. Sudut pandang ini didasarkan atas aliran
strukturalisme dan aspek neurologi sebagai latar belakang pembentukan teorinya. Kedua teori
ini menekankan pada proses sensasi dan persepsi1 yang melatar belakangi belajar. Asumsinya,
perubahan dalam proses persepsi merupakan landasan belajar. Proses perseptual dasar bekerja
berdasarkan prinsip-prinsip gestalt yang mencoba untuk menjelaskan bagaimana individu
mengorganisasikan (atau mereorganisasikan) potongan-potongan informasi menjadi suatu
keseluruhan yang lebih punya makna.
Dalam pembelajaran yang melibatkan proses persepsi dan memori, individu membangun
suatu proses konstruktif2. Berkaitan dengan hal ini Karl Duncker mengemukakan bahwa
kegagalan menemukan konstruksi menyebabkan suatu functional fixedness (problem set). Hal
ini dapat menjelaskan mengapa seseorang tidak mampu memecahkan masalah dikarenakan
kegagalan untuk melihat unsur-unsur keadaan dalam bentuk hubungan yang baru atau dengan
cara yang lain.
Berpikir merupakan proses kognitif yang dilakukan untuk memecahkan suatu permasalahan.
Teori belajar kognitif menjelaskan bahwa pemecahan masalah melibatkan tiga tahapan utama
yang meliputi persiapan untuk menemukan solusi, memroduksi solusi dan melakukan
evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan.
Permasalahan (problems) dapat dikategorikan dalam tiga bentuk; arrangement, inducing
structure dan transformation. Tiap problem memerlukan ketrampilan psikologis dan
pengetahuan tertentu untuk menyelesaikannya. Pemahaman atas jenis problem merupakan
bagian dari persiapan. Aspek penting dalam proses problem solving yaitu bagaimana individu
memahami dan mengorganisasikannya misalnya melalui matematika, bahasa atau visualisasi.
Berikutnya, hasil berpikir disimpan dalam memori dan digunakan untuk menghadapi problem
serupa. Jika problem cukup sulit langkah yang dilalukan ialah dengan trial and error, dengan
menggunakan aturan algoritm3 atau pendekatan heuristics. Tahap akhir meliputi evaluasi.
Jika didapatkan lebih dari satu solusi, maka harus diputuskan mana solusi yang terbaik.
Pemahaman atas proses kognitif dalam belajar serta unsur-unsur yang berpengaruh akan
membuka suatu wawasan untuk mendapatkan keterampilan belajar tentang proses berpikir
atau berpikir mengenai proses belajar. Kajian belajar kognitif akan makin meningkatkan
pengetahuan, keterampilan dan tentu saja wawasan dalam memandang suatu fenomena,
menganalisis suatu masalah, juga meluaskan sudut padang dunia. Teori-teori seperti quantum
learning dari DePotter, mind map dari Buzan, berpikir lateral dari De Bono merupakan bekal
bagi Anda untuk menjadi manusia yang lebih smart, inteligen dan tentu saja lebih berbahagia.
1 Sensation: the process by which an organism responds to physical stimulation from environment
Perception: the sorting out, interpretation, analysis, and integration of stimuly by our sense
organs.
2 Consructive processes are processes in which memories are influenced by the meaning that
we give to events. People tend to remember information in terms of schemas. Another kind
of schema is cognitive map (a mental representation of spatial locations and directions).

1.
An algoritm is a set of rules, which it followed, guarantee a solution, even if
the reason it works is not understood
2.
Heuristics are rules of thumb or mental shortcut that may lead to a solution
but are not guaranteed to do so
http://todayon2009.wordpress.com/2009/12/28/teori-belajar-kognitif%E2%80%93-gestalt/
6 maret 2014

TEORI BELAJAR KOGNITIF TEORI GESTALT

A. Pengertian Teori Gestalt


Istilah Gestalt sendiri merupakan istilah bahasa Jerman yang sukar dicari
terjemahannya dalam bahasa-bahasa lain. Arti Gestalt bisa bermacam-macam sekali, yaitu
form, shape (dalam bahasa Inggris) atau bentuk, hal, peristiwa, hakikat, esensi, totalitas.
Terjemahannya dalam bahasa Inggris pun bermacam-macam antara lain shape psychology,
configurationism, whole psychology dan sebagainya. Karena adanya kesimpangsiuran
dalam penerjemahannya, akhirnya para sarjana di seluruh dunia sepakat untuk menggunakan
istilah Gestalt tanpa menerjemahkan kedalam bahasa lain.
Teori belajar Gestalt (Gestalt Theory) ini lahir di Jerman tahun 1912 dipelopori dan
dikembangkan oleh Max Wertheimer (1880 1943) yang meneliti tentang pengamatan dan
problem solving, dari pengamatannya ia menyesalkan penggunaan metode menghafal di
sekolah, dan menghendaki agar murid belajar dengan pengertian bukan hafalan akademis.
Sumbangannya ini diikuti tokoh-tokoh lainnya, seperti Wolfgang Kohler (1887 1959) yang
meneliti tentang insight pada simpanse yaitu mengenai mentalitas simpanse (ape) di pulau
Canary. Kurt Koffka (1886 1941) yang menguraikan secara terperinci tentang hukumhukum pengamatan, dan Kurt Lewin (1892 1947) yang mengembangkan suatu teori belajar
(cognitif field) dengan menaruh perhatian kepada kepribadian dan psikologi sosial.
Penelitian penelitian mereka menumbuhkan psikologi Gestalt yang menekankan
bahasan pada masalah konfigurasi, struktur, dan pemetaan dalam pengalaman.

Aliran Gestalt muncul di Jerman sebagai kritik terhadap strukturalisme Wundt.


Pandangan Gestalt menolak analisis dan penguraian jiwa ke dalam elemen-elemen yang lebih
kecil karena dengan demikian, makna dari jiwa itu sendiri berubah sebab bentuk kesatuannya
juga hilang.
Para ahli dari teori gestalt, di antaranya Kohler, berupaya menciptakan eksperimen
dengan objek simpanse,. Adapun kronologi eksperimennya dalah sebagai berikut:
o

Step-1
Simpanse dimasukkan sangkar dan di luar sangkar diletakkan pisang yang tidak akan
mungkin dapat diraih jika hanya dengan tangan kosong. Dalam sangkar tersebut diletakkan
tongkat, sehingga lama kelamaan simpanse dapat meraih pisang tersebut dengan bantuan
tongkat.

Step-2
Sama dengan step-1, namun kali ini pisang diletakkan lebih jauh. Selain tongkat tadi
diberikan tongkat tambahan yang dapat disambung. Dengan insight yang dimiliki, maka
simpanse dapat meraih pisang tadi dengan bantuan tongkat yang disambung dengan tongkat
kedua.

Step-3
Pisang diletakkan di atas sangkar dengan asumsi simpanse tidak akan dapat meraih dengan
tinggi loncatnya. Lalu di sudut ruangan disediakan kotak, sehingga dengan kotak itu
simpanse dapat meraih pisang.

Step-4
Sama dengan step-3, hanya jaraknya diperjauh dan disediakan kotak tambahan, sehingga
simpanse dapat meraih pisang dengan bantuan kotak tambahan tersebut.
Gestalt

adalah

sebuah

teori

yang

menjelaskan

proses

persepsi

melalui

pengorganisasian komponen-komponen sensasi yang memiliki hubungan, pola, ataupun


kemiripan menjadi kesatuan. Teori gestalt beroposisi terhadap teori strukturalisme. Teori
gestalt cenderung berupaya mengurangi pembagian sensasi menjadi bagian-bagian kecil.

B. Tokoh-tokoh Aliran Gestalt


1. Max Wertheimer (1880-1943)
Belajar pada Kuelpe, seorang tokoh aliran Wuerzburg. Bersama-sama dengan Wolfgang
Koehler (1887-1967) dan Kurt Koffka (1887-1941) melakukan eksperimen yang akhirnya
menelurkan ide Gestalt. Tahun 1910 ia mengajar di Univeristy of Frankfurt bersama-sama
dengan Koehler dan Koffka yang saat itu sudah menjadi asisten di sana.
Konsep pentingnya : phi phenomenon (bergeraknya obyek statis menjadi rangkaian gerakan
yang dinamis setelah dimunculkan dalam waktu singkat dan dengan demikian
memungkinkan manusia melakukan interpretasi).
Dengan konsep ini, Wertheimer menunjuk pada proses interpretasi dari sensasi obyektif yang
kita terima. Proses ini terjadi di otak dan sama sekali bukan proses fisik, tetapi proses mental.
Ia menentang pendapat Wundt yang menunjuk pada proses fisik sebagai penjelasan phi
phenomenon.
2. Kurt Lewin (1890-1947)
Pandangan Gestalt diaplikasikan dalam field psychology dari Kurt Lewin. Lewin adalah salah
seorang ahli yang sangat kuat menganjurkan pemahaman tentang lapangan psikologis
seseorang.
Konsep utama Lewin adalah Life Space, yaitu lapangan psikologis tempat individu berada
dan bergerak. Lapangan psikologis ini terdiri dari fakta dan obyek psikologis yang bermakna
dan menentukan perilaku individu (B=f L). Tugas utama psikologi adalah meramalkan
perilaku individu berdasarkan semua fakta psikologis yang eksis dalam lapangan
psikologisnya pada waktu tertentu. Life space terbagi atas bagian-bagian memiliki batasbatas. Batas ini dapat dipahami sebagai sebuah hambatan individu untuk mencapai tujuannya.
Gerakan individu mencapai tujuan (goal) disebut locomotion.
Dalam lapangan psikologis ini juga terjadi daya (forces) yang menarik dan mendorong
individu mendekati dan menjauhi tujuan. Apabila terjadi ketidakseimbangan (disequilibrium),
maka terjadi ketegangan (tension). Perilaku individu akan segera tertuju untuk meredakan
ketegangan ini dan mengembalikan keseimbangan.
Apabila individu menghadapi suatu obyek, maka bagaimana valensi dari nilai tersebut bagi si
individu akan menentukan gerakan individu. Pada umumnya individu akan mendekati obyek
yang bervalensi positif dan menjauhi obyek yang bervalensi negatif. Dalam usahanya

mendekati obyek bervalensi positif, sangat mungkin ada hambatan. Hambatan ini mungkin
sekali

menjadi

obyek

yang

bervalensi

negatif

bagi

individu.

Arah

individu

mendekati/menjauhi tujuan disebut vektor. Vektor juga memiliki kekuatan dan titik awal
berangkat.
Dengan konsep vektor, daya, dan valensi ini Lewin menjelaskan teorinya mengenai tiga jenis
konflik (approach-approach, approach-avoidance, dan avoidance-avoidance).
Kritik untuk teori Lewin berfokus pada konstruk-konstruknya yang dianggap hipotetis dan
sulit dikongkritkan dalam situasi eksperimental. Implikasinya adalah penjelasan Lewin sulit
sampai pada level explanatory dan sifatnya deskriptif.

C. Prinsip-prinsip Teori Gestalt


1. Interaksi antara individu dan lingkungan disebut sebagai perceptual field. Setiap perceptual
field memiliki organisasi, yang cenderung dipersepsikan oleh manusia sebagai figure and
ground. Oleh karena itu kemampuan persepsi ini merupakan fungsi bawaan manusia, bukan
skill yang dipelajari. Pengorganisasian ini mempengaruhi makna yang dibentuk.
2. Prinsip-prinsip pengorganisasian:

Principle of Proximity: bahwa unsur-unsur yang saling berdekatan (baik waktu maupun
ruang) dalam bidang pengamatan akan dipandang sebagai satu bentuk tertentu.

Principle of Similarity: bahwa unsur-unsur bidang pengamatan yang berada dalam arah yang
sama cenderung akan dipersepsi sebagi suatu figure atau bentuk tertentu.

Principle of Objective Set: Organisasi berdasarkan mental set yang sudah terbentuk
sebelumnya

Principle of Continuity: Organisasi berdasarkan kesinambungan pola

Principle of Closure/ Principle of Good Form: bahwa orang cenderung akan mengisi
kekosongan suatu pola obyek atau pengamatan yang tidak lengkap.

Principle of Figure and Ground: yaitu menganggap bahwa setiap bidang pengamatan dapat
dibagi dua yaitu figure (bentuk) dan latar belakang.
Penampilan suatu obyek seperti ukuran, potongan, warnadan sebagainya membedakan figure
dari latar belakang. Bila figure dan latar bersifat samar-samar, makaakan terjadi kekaburan
penafsiran antara latar dan figure. Contoh: perubahan nada tidak akan merubah persepsi
tentang melodi.

Principle of Isomorphism: Organisasi berdasarkan konteks.

Selain itu terdapat pula hukum-hukum pokok Gestalt, yakni:

1) Pragnaz (Jerman)/Pregnance (Inggris)


Yakni menuju kepada kejelasan. Hukum ini menyatakan bahwa organisasi psikologis selalu
cenderung untuk bergerak kearah keadaan penuh arti/kejelasan (pragnanz). Misalnya; jika
seseorang mengamati sekelompok obyek, maka orang tadi mengamatinya dalam ati tertentu
yang diperoleh ari kesan-kesan obyek yang diamati baik menurut bentuknya, warnannya,
ukuran panjangnya, dan lain sebagainya.
2) Hukum kesamaan (the law of similarity)
Bahwa hal-hal yang sama cenderung untuk membentuk Gestalt, jika ada perangsang
pengamatan penglihatan seperti dibawah ini, orang pada umumnya cenderung untuk
mengamati (melihat) deretan mendatar sebagai kesatuan (gestalt)
X

X
O

3) Hukum keterdekatan (the law of prozimity)


Bahwa hal-hal yang saling berdekatan cenderung untuk membentuk kesatuan (Gestalt).
Contoh gambar garis-garis ini, a-b, c-d, e-f, g-h akan diamati menjadi kesatuan atau Gestalt.
a

4) Hukum ketertutupan (the law of closure)


Bahwa hal-hal yang tertutup cenderung membentuk Gestalt.
5) Hukum kontinyuitas
Bahwa hal-hal yang kontiyu atau yang merupakan kesinambungan (kontinyuitas) yang baik
akan mempunyai tendensi untuk membentuk kesatuan atau Gestalt.
Keseluruhan ini memberikan beberapa prinsip belajar yang penting, antara lain :
1) Manusia bereaksi dengan lingkungannya secara keseluruhan, tidak hanya secara intelektual,
tetapi juga secara fisik, emosional, sosial dan sebagainya
2) Belajar adalah penyesuaian diri dengan lingkungan.
3) Manusia berkembang sebagai keseluruhan sejak dari kecil sampai dewasa, lengkap dengan
segala aspek-aspeknya.
4) Belajar adalah perkembangan kearah diferensiasi ynag lebih luas.
5) Belajar hanya berhasil, apabila tercapai kematangan untuk memperoleh insight.

6)

Tidak mungkin ada belajar tanpa ada kemauan untuk belajar, motivasi memberi dorongan
yang mengerakan seluruh organisme.

7) Belajar akan berhasil kalau ada tujuan


8) Belajar merupakan suatu proses bila seseorang itu aktif, bukan ibarat suatu bejana yang diisi.

D. Aplikasi Teori Gestalt


Belajar
Proses belajar adalah fenomena kognitif. Apabila individu mengalami proses belajar, terjadi
reorganisasi dalam perceptual fieldnya. Setelah proses belajar terjadi, seseorang dapat
memiliki cara pandang baru terhadap suatu problem.
Aplikasi teori Gestalt dalam proses pembelajaran antara lain :
1) Pengalaman tilikan; bahwa tilikan memegang peranan yang penting dalam perilaku. Dalam
proses pembelajaran, hendaknya peserta didik memiliki kemampuan tilikan yaitu kemampuan
mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu obyek atau peristiwa.
2) Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning); kebermaknaan unsur-unsur yang terkait
akan menunjang pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran. Makin jelas makna
hubungan suatu unsur akan makin efektif sesuatu yang dipelajari. Hal ini sangat penting
dalam kegiatan pemecahan masalah, khususnya dalam identifikasi masalah dan
pengembangan alternatif pemecahannya. Hal-hal yang dipelajari peserta didik hendaknya
memiliki makna yang jelas dan logis dengan proses kehidupannya.
3) Perilaku bertujuan (pusposive behavior); bahwa perilaku terarah pada tujuan. Perilaku bukan
hanya terjadi akibat hubungan stimulus-respons, tetapi ada keterkaitannya dengan dengan
tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran akan berjalan efektif jika peserta didik
mengenal tujuan yang ingin dicapainya. Oleh karena itu, guru hendaknya menyadari tujuan
sebagai arah aktivitas pengajaran dan membantu peserta didik dalam memahami tujuannya.
4)

Prinsip ruang hidup (life space); bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan dengan
lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu, materi yang diajarkan hendaknya memiliki
keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan peserta didik.

5)

Transfer dalam Belajar; yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi pembelajaran
tertentu ke situasi lain. Menurut pandangan Gestalt, transfer belajar terjadi dengan jalan
melepaskan pengertian obyek dari suatu konfigurasi dalam situasi tertentu untuk kemudian
menempatkan dalam situasi konfigurasi lain dalam tata-susunan yang tepat. Judd
menekankan pentingnya penangkapan prinsip-prinsip pokok yang luas dalam pembelajaran

dan kemudian menyusun ketentuan-ketentuan umum (generalisasi). Transfer belajar akan


terjadi apabila peserta didik telah menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan dan
menemukan generalisasi untuk kemudian digunakan dalam memecahkan masalah dalam
situasi lain. Oleh karena itu, guru hendaknya dapat membantu peserta didik untuk menguasai
prinsip-prinsip pokok dari materi yang diajarkannya.
Insight
Pemecahan masalah secara jitu yang muncul setelah adanya proses pengujian berbagai
dugaan/kemungkinan. Setelah adanya pengalaman insight, individu mampu menerapkannya
pada problem sejenis tanpa perlu melalui proses trial-error lagi. Konsep insight ini adalah
fenomena penting dalam belajar, ditemukan oleh Koehler dalam eksperimen yang sistematis.
Memory
Hasil persepsi terhadap obyek meninggalkan jejak ingatan. Dengan berjalannya waktu, jejak
ingatan ini akan berubah pula sejalan dengan prinsip-prinsip organisasional terhadap obyek.
Penerapan Prinsip of Good Form seringkali muncul dan terbukti secara eksperimental. Secara
sosial, fenomena ini juga menjelaskan pengaruh gosip/rumor.
Pandangan Gestalt cukup luas diakui di Jerman namun tidak lama exist di Jerman karena
mulai didesak oleh pengaruh kekuasaan Hitler yang berwawasan sempit mengenai keilmuan.
Para tokoh Gestalt banyak yang melarikan diri ke AS dan berusaha mengembangkan idenya
di sana. Namun hal ini idak mudah dilakukan karena pada saat itu di AS didominasi oleh
pandangan behaviorisme. Akibatnya psikologi gestalt diakui sebagai sebuah aliran psikologi
namun pengaruhnya tidak sekuat behaviorisme.

http://ricky-diah.blogspot.com/2011/10/teori-belajar-kognitif-teori-gestalt.html
6 maret 2014

You might also like