Professional Documents
Culture Documents
DALAM KEPERAWATAN
Ns. Jukarnain, S.Kep
PENDAHULUAN
Perawat sebagai tenaga kesehatan yang
professional mempunyai kesempatan
paling besar untuk memberikan
pelayanan kesehatan khususnya
pelayanan/asuhan keperawatan yang
komprehensif dengan membantu klien
memenuhi kebutuhan dasar yang holistik.
.
Perawat memandang klien sebagai
makhluk bio-psiko-sosiokultural dan
spiritual yang berespon secara holistik
dan unik terhadap perubahan kesehatan
atau pada keadaan krisis. Asuhan
keperawatan yang diberikan oleh perawat
tidak bisa terlepas dari interaksi perawat
dengan klien.
.
Perawat berupaya untuk membantu
memenuhi kebutuhan spiritual klien
sebagai
bagian
dari
kebutuhan
menyeluruh klien, antara lain dengan
memfasilitasi pemenuhan kebutuhan
spiritual klien tersebut, walau pun
perawat dan klien mempunyai keyakinan
spiritual atau keagamaan yang
tidak sama.
PENGERTIAN
Spiritualitas, keyakinan dan agama
merupakan hal yang terpisah, walau pun
seringkali diartikan sama. Pemahaman
tentang perbedaan antara tiga istilah
tersebut sangat penting bagi perawat
untuk menghindarkan salah pengertian
yang akan mempengaruhi pendekatan
yang digunakan perawat.
Mickley et al (1992)
menguraikan spiritualitas sebagai suatu
yang multidimensi, yaitu dimensi
ekstensial dan dimensia agama. Dimensi
ekstensial berfokus pada tujuan dan arti
kehidupan, sedangkan dimensi agama
lebih berfokus pada hubungan seseorang
dengan Tuhan Yang Maha Penguasa.
Stoll (1989)
selanjutnya menguraikan bahwa spiritualitas
sebagai konsep dua dimensi: dimensi vertikal
adalah hubungan dengan Tuhan atau Yang
Maha Tinggi yang menuntun kehidupan
seseorang, sedangkan dimensi horizontal
adalah hubungan seseorang dengan diri
sendiri, dengan orang lain dan dengan
lingkungan. Terdapat hubungan yang terus
menerus antara dua dimensi tersebut.
(Carson, 1989).
Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan
untuk
mempertahankan
atau
mengembalikan
keyakinan
dan
memenuhi kewajiban agama, serta
kebutuhan untuk mendapatkan maaf atau
pengampunan,
mencintai,
menjalin
hubungan penuh rasa percaya dengan
Tuhan
Kesimpulan
kebutuhan
spiritual
merupakan
kebutuhan untuk mencari arti dan tujuan
hidup, kebutuhan untuk mencintai dan
dicintai serta rasa keterikatan, dan
kebutuhan untuk memberikan dan
mendapatkan maaf.
Kepercayaan (faith)
Mempunyai kepercayaan atau keyakinan
berarti mempercayai atau mempunyai
komitmen
terhadap
sesuatu
atau
seseorang. Secara umum agama atau
keyakinan spiritual merupakan upaya
seseorang untuk memahami tempat
seseorang di dalam kehidupan, yaitu
bagaimana seseorang melihat dirinya
dalam hubungannya dengan lingkungan
secara menyeluruh
Agama
merupakan suatu sistem ibadah yang
terorganisir
atau
teratur.
Agama
mempunyai keyakinan sentral, ritual, dan
praktik yang biasanya berhubungan
dengan
kematian,
perkawinan
dan
keselamatan/penyelamatan
(salvation).
Agama mempunyai aturan-aturan tertentu
yang diprakktikan dalam kehidupan seharihari yang memberikan kepuasan bagi
yang menjalankannya. Perkembangan
keagamaan
individu
merujuk
pada
penerimaan keyakinan, nilai, aturan dan
ritual tertentu
KARAKTERISTIK SPIRITUALITAS
.
Sumber dukungan
Pada saat mengalami stress, individu akan
mencari dukungan dari keyakinan agamanya.
Dukungan ini sangat diperlukan untuk dapat
menerima keadaan sakit yang dialami,
khususnya jika penyakit tersebut memerlukan
proses penyembuhan yang lama dengan hasil
yang belum pasti. Sembahyang atau berdoa,
membaca kitab suci, dan praktik keagamaan
lainnya
sering
membantu
memenuhi
kebutuhan spiritual yang juga merupakan suatu
perlindungan terhadap tubuh.
Sumber konflik
Pada suatu situasi tertentu, bisa terjadi
konflik antara keyakinan agama dengan
praktik kesehatan. Misalnya ada orang
yang memandang penyakit sebagai suatu
bentuk hukuman karena pernah berdosa.
.
Ada agama tertentu yang menganggap
manusia sebagai makhluk yang tidak
berdaya
dalam
mengendalikan
lingkungannya, oleh karena itu penyakit
diterima sebagai nasib bukan sebagai
sesuatu yang harus disembuhkan.
FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI SPIRITUALITAS
Menurut Taylor, Lilis & Le Mone (1997)
dan Craven & Hirnle (1996), faktor
penting yang dapat mempengaruhi
spiritualitas seseorang adalah:
Keluarga
Peran orang tua sangat menentukan dalam
perkembangan spiritualitas anak. Yang penting
bukan apa yang diajarkan oleh orangtua kepada
anaknya tentang Tuhan, tetapi apa yang anak
pelajari mengenai Tuhan, kehidupan dan diri
sendiri dari perilaku orang tua mereka. Oleh
karena keluarga merupakan lingkungan terdekat
dan pengalaman pertama anak dalam
mempersepsikan kehidupan di dunia, maka
pandangan anak pada umumnya diwarnai oleh
pengalaman mereka dalam berhubungan
dengan orang tua dan saudaranya.
.
Begitu pula pengalaman hidup yang
menyenangkan sekalipun seperti pernikahan,
pelantikan, kelulusan, kenaikan pangkat atau
jabatan dapat menimbulkan perasaan
bersyukur kepada Tuhan, namun ada juga
yang merasa tidak perlu mensyukurinya.
Peristiwa dalam kehidupan sering dianggap
sebagai suatu cobaan yang diberikan Tuhan
kepada manusia untuk menguji kekuatan
imannya. Pada saat ini, kebutuhan spiritual
akan meningkat yang memerlukan kedalaman
spiritual dan kemampuan koping untuk
memenuhinya
.
Krisis bisa berhubungan dengan perubahan
patofisiologi, treatment/terapi pengobatan yang
diperlukan, atau situasi yang mempengaruhi
seseorang. Diagnosis penyakit atau penyakit
terminal pada umumnya akan menimbulkan
pertanyaan tentang sistem kepercayaan
seseorang. Apabila klien dihadapkan pada
kematian, maka keyakinan spiritual dan
keinginan untuk sembahyang/berdoa lebih
tinggi dibandingkan pada pasien yang
berpenyakit tidak terminal.
MANIFESTASI PERUBAHAN
FUNGSI SPIRITUAL
Berbagai perilaku dan ekspresi yang
dimanifestasikan
klien
seharusnya
diwaspadai
oleh
perawat,
karena
mungkin saja klien sedang mengalami
masalah spiritual.
Verbalisasi distress
Individu yang mengalami gangguan
fungsi spiritual biasanya
memverbalisasikan distress yang
dialaminya atau mengekspresikan
kebutuhan untuk mendapatkan bantuan.
Misalnya seorang istri mengatakan:
Saya merasa bersalah karena saya
seharusnya mengetahui lebih awal
bahwa suami saya mengalami serangan
jantung.
.
Perawat juga perlu peka terhadap
keluhan klien tentang kematian atau
merasa tidak berharga dan kehilangan
arti hidup. Kepekaan perawat sangat
penting dalam menarik kesimpulan dari
verbalisasi klien tentang distress yang
dialami klien.
Perubahan perilaku
Perubahan perilaku juga dapat merupakan
manifestasi gangguan fungsi spiritual. Klien
yang merasa cemas dengan hasil pemeriksaan
atau
menunjukkan
kemarahan
setelah
mendengar hasil pemeriksaan mungkin saja
sedang menderita distress spiritual. Ada yang
bereaksi dengan perilaku mengintrospeksi diri
dan mencari alasan terjadinya suatu situasi
dan berupaya mencari fakta yang dapat
menjelaskan situasi tersebut, namun ada yang
beraksi secara emosional dan mencari
informasi serta dukungan dari keluarga atau
teman. Perasaan bersalah, rasa takut, depresi
dan ansietas mungkin menunjukkan perubahan
fungsi spiritual.
.
Menghargai keyakinan dan praktik spiritual orang
lain walaupun berbeda dengan keyakinan spiritual
perawat.
6. Meningkatkan pengetahuan perawat tentang
bagaimana
keyakinan
spiritual
klien
mempengaruhi gaya hidup mereka, berespon
terhadap penyakit, pilihan pelayanan kesehatan
dan pilihan terapi/treatment.
7. Menunjukkan kepekaan terhadap kebutuhan
spiritual klien.
8.Menyusun strategi asuhan keperawatan yang
paling sesuai untuk membantu klien yang sedang
mengalami distress spiritual.
Perilaku self-care:
1.Gali nilai dan keyakinan pribadi dan orang
lain.
2. Gali praktik yang dapat mendukung
secara spiritual.
3.Hargai sistem kepercayaan orang lain.
4. Praktikkan hubungan yang dilandasi
perasaan cinta terhadap diri sendiri dan orang
lain.
5. Cari bantuan spiritual untuk mengatasi
masalah stress, krisis dan kehilangan.
PROSES KEPERAWATAN
.
Pengkajian
Pada dasarnya informasi awal yang perlu
digali secara umum adalah:
Afilasi agama
a. Partisipasi klien dalam kegiatan
agama apakah dilakukan secara aktif
atau tidak aktif.
b. Jenis partisipasi dalam kegiatan
agama.
Diagnosa keperawatan
a.Gangguan penyesuaian terhadap penyakit b/d
ketidakmampuan merekonsiliasi penyakit dengan
keyakinan spiritual.
b. Koping individu tidak efektif b/d kehilangan
agama sebagai dukungan utama (merasa
ditinggal oleh Tuhan).
c. Takut b/d belum siap untukmenghadapi
kematian dan pengalaman kehidupan setelah
kematian.
d.Berduka yang disfungsional: keputusasaan b/d
keyakinan bahwa agama tidak mempunyai arti.
e.Keputusasaan b/d keyakinan bahwa tidak ada
yang peduli termasuk Tuhan.
.
a.Ketidakberdayaan
b/d
parasaan
menjadi korban.
b. Ggn harga diri b/d kegagalan untuk
hidup sesuai dengan ajaran agama.
c.Disfungsi seksual b/d konflik nilai.
d.Ggn pola tidur b/d distress spiritual.
e.Resiko tindak kekerasan thd diri sendiri
b/d perasaan bahwa hidup ini tidak
berarti.
Perencanaan
Tujuan asuhan keperawatan pada klien
yang mengalami distress spiritual harus
difokuskan pada menciptakan lingkungan
yang mendukung praktik keagamaan dan
keyakinan yang biasanya dilakukan.
Tujuan ditetapkan secara individual
dengan mempertimbangkan riwayat klien,
area beresiko, dan tanda-tanda disfungsi
serta data objektif yang relevan.
Implementasi
a.Periksa keyakinan spiritual pribadi perawat.
b.Fokuskan perhatian pada persepsi klien
terhadap kebutuhan spiritualnya.
c.Jangan mengasumsi klien tidak mempunyai
kebutuhan spiritual.
d.Mengetahui pesan non-verbal tentang
kebutuhan spiritual klien.
e.Berespon scr singkat, spesifik dan faktual.
f.Mendengarkan
secara
aktif
dan
menunjukkan empati yang berarti menghayati
masalah klien.
.
a.Menerapkan teknik komunikasi terapeutik
dengan
teknik
mendukung,
menerima,
bertanya, memberi informasi, refleksi, menggali
perasaan dan kekuatan yang dimiliki klien.
b.Meningkatkan kesadaran dengan kepekaan
pada ucapan atau pesan verbal klien.
c.Bersikap empati yang berarti memahami
dan mengalami perasaan klien.
d. Memahami masalah klien tnp menghukum
walaupun tidak berarti menyetujui klien.
.
a. Mentukan arti dan situasi klien,
bagaimana klien berespon terhadap penyakit?
b.Apakah klien menganggap penyakit yang
dideritanya merupakan hukuman, cobaan atau
anugerah dari Tuhan?
c.Membantu memfasilitasi klien agar dapat
memenuhi kewajiban agama.
d. Memberitahu pelayanan spiritual yang
tersedia di RS.
Evaluasi
Untuk mengevaluasi apakah klien telah
mencapai kriteria hasil yang telah
ditetapkan pada fase perencanaan,
perawat perlu mengumpulkan data terkait
dengan pencapaian tujuan asuhan
keperawatan.
Tujuan
asuhan
keperawatan terjadi apabila secara umum
klien:
.
a.Mampu beristirahat dengan tenang.
b.Menyatakan penerimaan keputusan moral/etika.
c. Mengekspresikan rasa damai berhubungan
dengan Tuhan.
d. Menunjukkan hubungan yang hangat, dan
terbuka dengan pemuka agama.
e. Menunjukkan afek positif, tanpa perasaan
marah, rasa bersalah dan ansietas.
f.Menunjukkan perilaku lebih positif.
g. Mengekspresikan arti positif terhadap situasi
dan keberadaannya.
pesan
The first if you want to be a nurse is
smile
Reference
Hidayat, Alimul A, (2004). Pengantar
Konsep Dasar Keperawatan. Salemba
Medika, Jakarta.
Murwani, Arita, (2008). Pengantar Konsep
Dasar
Keparawatan.
Fitramaya,
Yogyakarta.