You are on page 1of 41

BAB IV

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

4.1 Sejarah Singkat PT. PERTAMINA (Persero)


Bahan bakar minyak atau yang lebih dikenal dengan sebutan BBM,
saat ini sudah menjadi kebutuhan pokok bagi sebagian besar masyarakat.
Tugas untuk memenuhi kebutuhan BBM bagi masyarakat luas ini
diserahkan kepada PT.PERTAMINA (Persero). Hal ini didasari oleh UUD
1945 pasal 33 dan UU No. 22 Tahun 2001.Dalam mengemban tugas
tersebut, PT.PERTAMINA (Persero) mengoperasikan beberapa kilang
minyak di dalam negeri, yaitu kilang Pangkalan Brandan, Dumai, Plaju,
Cilacap, Balikpapan, Balongan dan Kasim dengan kapasitas total
1.083.000 BPSD. Sasaran utama pengadaan dan penyaluran BBM dalam
menunjang pembangunan nasional adalah tersedianya BBM dalam jumlah
yang

cukup,

kualitas

yang

memenuhi

spesifikasi,

suplai

yang

berkesinambungan, terjamin dan ekonomis.


Minyak dan gas bumi merupakan salah satu sumber devisa yang
memegang peranan penting dalam pembangunan nasional. Usaha
pengeboran minyak di Indonesia pertama kali dilakukan oleh Jan Raerink
pada tahun 1871 di Cibodas dekat Majalengka (Jawa Barat), namun usaha
tersebut mengalami kegagalan. Kemudian dilanjutkan oleh Aeilo Jan
Zykler yang melakukan pengeboran di Telaga Tiga (Sumatera Utara) dan

18

19

pada tanggal 15 Juni 1885 berhasil ditemukan sumber minyak komersial


yang pertama di Indonesia. Sejak itu berturut-turut ditemukan sumber
minyak bumi di Kruka (Jawa Timur) tahun 1887, Ledok Cepu (Jawa
Tengah) pada tahun 1901, Pamusian Tarakan tahun 1905 dan di Talang
Akar Pendopo (Sumatera Selatan) tahun 1921. Penemuan-penemuan dari
penghasil minyak yang lain mendorong keinginan perusahaan asing seperti
Royal Deutsche Company, Shell, Stanvac,Caltex dan perusahaan lainnya
untuk turut serta dalam usaha pengeboran minyak di Indonesia.
Setelah kemerdekaan Indonesia, terjadi beberapa perubahan
pengelolaan perusahaan minyak di Indonesia. Pada tanggal 10 Desember
1957, atas perintah Mayjen Dr. Ibnu Soetowo, PT. EMTSU dirubah
menjadi PT. Perusahaan Minyak Nasional (PT. PERMINA). Kemudian
dengan PP No. 198/1961 PT. PERMINA dilebur menjadi PN. PERMINA.
Pada tanggal 20 Agustus 1968 berdasarkan PP No. 27/1968, PN.
PERMINA dan PN.PERTAMIN dijadikan satu perusahaan yang bernama
Perusahaan

Pertambangan

Minyak

dan

Gas

Bumi

Negara

(PN.PERTAMINA). Dan pada tanggal 15 September 1971, dengan


landasan UU No. 8/1971 PN.PERTAMINA dirubah menjadi PERTAMINA
yang merupakan satu-satunya

perusahaan minyak nasional yang

berwenang mengelola semua bentuk kegiatan di bidang industri


perminyakan di Indonesia.
Seiring dengan perkembangan reformasi serta adanya keinginan
untuk berkembang menjadi lebih baik, maka terhitung sejak tanggal 17

20

September 2003 PERTAMINA berubah menjadi perusahaan perseroan


terbatas dengan perubahan nama menjadi PT. PERTAMINA (Persero)
berorientasi profit. Saat ini PT.PERTAMINA(Persero) mempunyai tujuh
buah kilang, namun hanya enam kilang yang aktif. Kilang RU-I Pangkalan
Brandan sudah tidak dioperasikan lagi karena tidak efisien.

Berikut ini adalah kronologis sejarah berdirinya PT Pertamina :

1945

: Berdirinya Perusahaan Tambang Minyak Negara


Republik
Indonesia (PTMNRI) di Tarakan, yang merupakan
perusahaan minyak nasional pertama di Indonesia.

April 1954

: PT PTMNRI Tambang Minyak Sumatera Utara


(TMSU)

10 Desember

: TMSU berubah menjadi PT Perusahaan Minyak Nasional

1957

(PT PERMINA)

1 Januari 1959

: NVNIAM berubah menjadi PT Pertambangan Minyak


Indonesia (PT PERMINDO)

Februari 1961

: PT PERMINDO berubah menjadi Perusahaan Negara


Pertambangan Minyak (PN PERTAMIN) yang berfungsi
sebagai satu-satunya distributor minyak di Indonesia.

1 Juli 1961

: PT PERMINA dijadikan PN PERMINA


(PP No. 198/1961)

20 Agustus

: Peleburan PN PERMINA dan PN PERTAMIN menjadi

1968

Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi


Nasional (PN PERTAMINA) sesuai PP No. 27/1968

15 September

: PN PERTAMINA berubah menjadi PT. PERTAMINA

21

1971

berdasarkan UU No. 8/1971

17 September

: PT. PERTAMINA menjadi PT. PERTAMINA (Persero)

2003

sesuai PP No. 31/2003

Tabel 4.1 Sejarah Perkembangan PT Pertamina (Persero)


Sebagai salah satu elemen penting dalam usaha pemenuhan kebutuhan
BBM di Indonesia tantangan yang dihadapi PT. Pertamina (Persero)
semakin berat karena lonjakan kebutuhan BBM harus diiringi dengan
peningkatan pengolahan minyak bumi agar suplai BBM tetap stabil.
Dalam pembangunan nasional, PT. Pertamina (Persero) memiliki tiga
peranan penting, yaitu:
1. Menyediakan dan menjamin pemenuhan akan kebutuhan BBM.
2. Sebagai sumber devisa negara.
3. Menyediakan kesempatan kerja sekaligus pelaksana alih teknologi dan
pengetahuan.
Untuk mencapai sasaran dan menghadapi tantangan terutama di dalam
negeri, PT. Pertamina (Persero) membangun unit pengolahan minyak di
berbagai wilayah di Indonesia. Saat ini terdapat atas 7 lokasi yaitu seperti
ditunjukkan pada Gambar 1.1 yaitu :
1. RU I Pangkalan Brandan (Sumatra Utara), kapasitas 5000
barrel/hari.*
2. RU II Dumai dan Sungai Pakning (Riau), kapasitas 170.000
barrel/hari

22

3. RU III Plaju dan Sungai Gerong (Sumatra Selatan ), kapasitas


135.000 barrel/hari.
4. RU IV Cilacap (Jawa Tengah), kapasitas 348.000 barrel/hari.
5. RU V Balikpapan (Kalimantan Timur), kapasitas 270.000
barrel/hari.
6. RU VI Balongan (jawa Barat), kapasitas 125.000 barrel/hari.
7. RU VII Kasim (Papua Barat), kapasitas 10.000 barrel/hari.

* RU I Pangkalan Brandan sejak tahun 2006 sudah tidak beroperasi.

Gambar 4.1 Lokasi Refinery Unit PT. PERTAMINA (Persero)


4.2

Visi, Misi, Slogan dan Logo PT. PERTAMINA (Persero)


Dalam peranannya sebagai elemen penting dalam pemenuhan
kebutuhan BBM di Indonesia, PT Pertamina (Persero) mempunyai visi dan
misi, yaitu :
1

Visi dan Misi PT. Pertamina (Persero)


Visi : Menjadi Perusahaan Energi Nasional Kelas Dunia

23

Misi : Menjalankan usaha minyak, gas, serta energi baru dan


terbarukan

secara

terintegerasi,

berdasarkan

prinsip-prinsip

komersial yang kuat.


4.2.2

Slogan PT.Pertamina (Persero)


Slogan dari

PT.

Pertamina

(Persero)

adalah Renewable

Spirit atau Semangat Terbarukan. Dengan slogan tersebut, diharapkan


dapat mendorong seluruh jajaran pekerja untuk memiliki sikap
enterpreneurship dan costume oriented yang terkait dengan persaingan
yang sedang dan akan dihadapi perusahaan.
4.2.3

Logo PT.Pertamina (Persero)


Dari masa ke masa setiap logo perusahaan senantiasa mengalami

perubahan atau pembaruan mengikuti semangat zaman sekaligus demi


brand image dan menetapkan positioning perusahaan. Begitu pula logo
pertamina dari masa ke masa hingga sekarang mengalami perubahan.
Logo pertamina pertama yang didirikan melalui Peraturan
Pemerintah (PP) no.27 tahun 1968 merupakan lambang dua kuda laut
yang saling berhadapan mengapit bintang. Dengan menggunakan
dominasi warna biru, merah, dan kuning. Itulah logo pertamina yang di
pakai pertama kali.
Berdasarkan keputusan direksi Pertamina 914/kpts/dr/du/1971,
secara resmi memberlakukan logo pertamina ini sebagai simbol dari
PT.Pertamina. Yang dalam uraiannya disebutkan: Bentuk lambang adalah
simetris berisi-empat-lengkung. Bintang bersudut lima warna kuning

24

emas. Bintang diapit oleh 2 ekor kuda laut berwarna merah yang saling
berhadapan.
Ekor kuda laut di hubungkan dengan pita berwarna kuning. Pita
kuning bertuliskan Pertamina dengan warna merah. Dasar Lambang
berwarna biru. Garis-garis hitam dalam bintang harus lebih tipis dari
counter bintang.
Adapun filosofi atau pemaknaan lambang, arti dan makna yang
terkandung dalam tiap unsur di logo pertamina adalah sebagai berikut:
Bintang bersudut lima menyiratkan power, tenaga, atau kekuatan
pendorong semangat dalam mengemban tugas untuk mencapai apa yang
menjadi cita-cita Nasional. Kuda laut, merupakan simbol fosil-fosil
yang mengandung minyak dan mempunyai sumber energi atau daya
hidup yang besar. Pita (banner), merupakan lambang ikatan penggalang
persatuan dan kebulatan tekad komitmen perusahaan. Warna merah,
mencirikan keuletan, ketegasan sekaligus keberanian perusahaan
pertamina dalam menghadapi

berbagai kesulitan yang di hadapi.

Warna Kuning, simbol keluhuran cita-cita perusahaan pertamina yang


hedak dicapai melalui proses ketekunan dan penuh keyakinan. Warna
Biru, bukti kesetiaan dan penghormatan kepada tanah air, dasar negara
Pancasila dan dasar lambang UUD 1945.
Itulah sebuah keputusan yang terlahir dari sebuah kebijakan direksi
PT.Pertamina waktu itu. Yang mampu menegaskan dari bentuk hingga

25

sebuah makna dari logo pertamina tersebut. Kita dapat merasakan sebuah
landasan yang sangat nasionalis pada filosofi logo pertamina tersebut.

Gambar 4.2 Logo Lama PT. PERTAMINA (Persero)


Kemudian pada tahun 2005 logo pertamina kembali mengalami
penggantian logo. Dari perubahan logo pertamina ini kita dapat melihat
evolusi dari sebuah logo. Dalam hal yang sangat filosofis terkonversi
menjadi sebuah logo pertamina yang dibuat dengan sangat simpel ata u
sederhana. Hal ini didorong lantaran hadirnya kompetisi yang baru
dimulai dengan masuknya beberapa kompetitor yang muncul di
Indonesia seperti hadirnya perusahaan shell, petronas, dan lain-lain.
Pada tanggal 10 Desember 2005 pukul 16.30 WIB perusahaan
pertamina mengukuhkan logo pertamina menjadi huruf P melalui
konferensi pers yang di lakukan, setelah mengantungi surat resmi dan
terdaftar dengan surat pendaftaran ciptaan no. 028344 tertanggal 10
Oktober 2005 pada Direktorat Hak Cipta Design Tata Letak Sirkuit
Terpadu dan Rahasia Dagang Departemen Hukum dan HAM RI.

26

Adapun pergantian logo yaitu agar membangun semangat baru,


mendukung coorporate culture bagi semua pekerja, mendapatkan image
yang lebih baik diantara global oil dan gas companies serta mendorong
daya saing dalam menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi, antara
lain :
1

Perubahan peranan dan status hukum perusahaan menjadi


perseroan.

Perubahan strategi perusahaan untuk menghadapi pasca-PSO dan


semakin banyak terbentuknya entitas bisnis baru di bidang hulu dan
hilir.

Gambar 4.3 Logo Baru PT. PERTAMINA (Persero)

Logo Pertamina yang baru memiliki makna sebagai berikut:


1

Elemen logo huruf P yang menyerupai bentuk panah, menunjukkan


PERTAMINA sebagai perusahaan yang bergerak maju dan
progresif.

Warna-warna yang berani menunjukan Alir besar yang diambil


PERTAMINA dan aspirasi perusahaan akan masa depan yang lebih
positif dan dinamis, dimana :

Biru berarti andal, dapat dipercaya dan bertanggung jawab.

27

Hijau berarti sumber energi yang berwawasan lingkungan.

Merah berarti keuletan dan ketegasan serta keberanian


dalam menghadapi berbagai macam kesulitan.

4.3

Sejarah PT.PERTAMINA (Persero) RU-VI Balongan


Dalam kaitan dengan upaya mengamankan kebijakan nasional di
bidang energi tersebut, keberadaan kilang Balongan mempunyai makna
yang besar, tidak saja bagi PT.PERTAMINA (Persero), tetapi juga bagi
bangsa dan negara. Di satu pihak ini dapat meningkatkan kapasitas
pengolahan di dalam negeri yang masih sangat dibutuhkan, di lain pihak
juga dapat mengatasi kendala sulitnya mengekspor beberapa jenis minyak
di dalam negeri dengan mengolahnya di kilang minyak di dalam negeri.
Keberadaan kilang Balongan ini juga merupakan langkah proaktif
PT.PERTAMINA (Persero) untuk dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri
yang semakin hari semakin bertambah, khususnya untuk DKI Jakarta dan
sekitarnya. Dari studi kelayakan yang telah dilakukan, pembangunan
kilang Balongan diadakan dengan sasaran antara lain :
pemenuhan kebutuhan BBM dalam negeri, terutama Jakarta dan
sekitarnya
peningkatan

nilai

tambah

dengan

memanfaatkan

ekspor
memecahkan kesulitan pemasaran minyak mentah jenis Duri

peluang

28

pengembangan daerah
Daerah Balongan dipilih sebagai lokasi kilang dan proyek kilang
yang dinamakan Proyek Exor (Export Oriented Refinery) I. Pemilihan
Balongan sebagai lokasi Proyek Exor I berdasarkan atas:
1

Relatif dekat dengan konsumen BBM terbesar, yaitu Jakarta dan Jawa
Barat.

Telah tersedianya sarana penunjang yaitu : Depot UPMS III, Terminal


DOH Karangampel, Conventional Buoy Mooring (CBM) dan Single
Buoy Mooring (SBM).

Dekat dengan sumber gas alam yaitu DOH-JJB (Jawa Bagian Barat)
dan BP.

Selaras dengan proyek pipanisasi BBM di Pulau Jawa.

Tersedianya lahan yang dibutuhkan yaitu bekas sawah yang kurang


produktif.

Tersedianya sarana infrastruktur.


Start Up Kilang PT.PERTAMINA (Persero) RU-VI Balongan

dilaksanakan pada bulan Oktober 1994, dan diresmikan oleh Presiden


Soeharto pada tanggal 24 Mei 1995. Peresmian ini sempat tertunda dari
perencanaan sebelumnya (30 Januari 1995) dikarenakan unit Residue
Catalytic Cracking (RCC) di kilang mengalami kerusakan.Unit RCC ini
merupakan unit terpenting di kilang PERTAMINA RU-VI karena
merupakan unit yang merubah residu menjadi minyak ringan yang lebih
berharga. Kapasitas unit ini merupakan yang terbesar di dunia untuk saat

29

ini. Kilang RU-VI Balongan memiliki beberapa keunikan dan keunggulan,


antara lain :
a

Dirancang dengan Engineering adecuacy yang memenuhi kebutuhan


operasional dengan tingkat fleksibilias tinggi. Hal ini menunjukan
bahwa pada umumnya parameter operasional telah dicapai rata-rata
berada di atas unjuk kerja yang dirancang.

Merupakan unit RCC terbesar di dunia saat ini.

Fitur dari unit proses RCC baik berupa kemampuan peralatan untuk
mendukung pola operasi beyond design ataupun field product yang
dihasilkan merupakan produk konsep rekayasa dan rancang bangunnya
optimal.

Fleksibilitas feed yang tinggi terutama Unit CDU, yaitu rata-rata rasio
feed crude pada saat ini Duri : Minas = 50 : 50 dibanding desain awal
(80:20), sedangkan Unit RCC yang menyesuaikan kapasitas rasio feed
dapat dioperasikan, yaitu AR : DMAR = 45 : 55 dibandingkan dengan
desain awal 35 : 65.

Peralatan utama Unit RCC, yaitu Main Air Blower dan Wet Gas
Compressor yang dioperasikan untuk menunjang operasi Unit RCC
kapasitas 115%. Rancangan konsep CO Boiler merupakan pertama di

30

dunia yang memiliki tiga fungsi, yaitu : sebagai CO Boiler, auxiliaries


boiler dan waste heat boiler.

Pada saat ini merupakan satu-satunya kilang dalam negeri yang


memproduksi premium (bensin) tanpa timbal (Kilang Langit Biru
Balongan).

4.3.1

Visi dan Misi

Visi

Menjadi Kilang Terkemuka di Asia Tahun 2025.

Misi

Mengolah minyak bumi untuk memproduksi BBM dan non BBM


secara tepat jumlah, mutu, waktu dan berorientasi laba serta
berdaya saing tinggi untuk memenuhi kebutuhan pasar.

Mengoperasikan kilang berteknologi maju dan terpadu secara


aman, andal, efisien, serta berwawasan lingkungan

31

Mengelola aset RU-VI secara professional yang didukung oleh


sistem

manajemen

kebersamaan,

yang

kepercayaan,

tangguh
dan

berdasarkan
prinsip

bisnis

semangat
saling

menguntungkan.

4.3.2

Logo dan Slogan


Logo dan slogan PT. PERTAMINA RU-VI Balongan dapat
dilihat pada gambar berikut.

Gambar 4.4 Logo PT.PERTAMINA (Persero) RU-VI Balongan

Logo PT.PERTAMINA (Persero) RU-VIBalongan memiliki makna


sebagai berikut :
1

Lingkaran

: fokus ke bisnis inti dan sinergi

Gambar

: konstruksi generator dan reaktor di unit RCC yang

menjadi ciri khas dari PT. PERTAMINA (Persero) RU-VI Balongan


3

Warna :

32

Hijau : berarti selalu menjaga kelestarian lingkungan


hidup

Putih

: berarti bersih, professional, proaktif, inovatif, dan

dinamis dalam setiap tindakan yang selalu berdasarkan


kebenaran
c

Biru

: berarti loyal kepada visi PT.PERTAMINA

(Persero)
d

Kuning : keagungan PT.PERTAMINA (Persero) RU-VI

Slogan dari PT.PERTAMINA(Persero) RU-VI Balongan yaitu


Meraih Keunggulan Komperatif dan Kompetitif . Penjelasan
dari slogan tersebut adalah sebagai berikut:
Meraih: Menunjukkan upaya maksimum yang penuh dengan
ketekunan dan keyakinan serta profesionalisme untuk mewujudkan
visi PT. PERTAMINA (Persero) RU-VI Balongan.
Keunggulan Komperatif

: Keunggulan dasar yang dimiliki

PT.PERTAMINA (Persero) RU-VI Balongan dibandingkan dengan


kilang sejenis, yaitu lokasi yang strategis karena dekat pasar BBM
dan Non BBM.
Keunggulan Kompetitif : Keunggulan daya saing terhadap kilang
sejenis dalam hal efisiensi, mutu, produk, dan harga.

33

4.3.3

Lokasi Kilang
KilangPT.PERTAMINA(Persero)

RU-VI

didirikan

di

Balongan, salah satu kecamatan di Kabupaten Indramayu, Jawa


Barat. Untuk penyiapan lahan kilang, yang semula sawah tadah
hujan, diperlukan pengurukan dengan pasir laut yang diambil dari
pulau Gosong Tengah.Pulau ini berjarak 70 km arah bujur timur
dari pantai Balongan. Kegiatan penimbunan ini dikerjakan dalam
waktu empat bulan dimulai dari bulan Oktober. Transportasi pasir
dari tempat penambangan ke area penimbunan dilakukan dengan
kapal yang selanjutnya dipompa ke arah kilang. Batas ekologis
PERTAMINARU-VI Balongan adalah :

Utara : Laut Jawa

Barat : Sungai Prawiro Kepolo

Timur : Sungai Gebeng Sawit

Selatan : Jalan Negara Indramayu Cirebon

Gambar 4.5. Lokasi PT. PERTAMINA RU-VI Balongan

34

Sejak tahun 1970, minyak dan gas bumi dieksploitasi di daerah ini.
Sebanyak 224 buah sumur berhasil digali dan yang berhasil
diproduksi adalah sumur Jatibarang, Cemara, Kandang Haur Barat,
Kandang Haur Timur, Tugu Barat, dan lepas pantai. Sedangkan
produksi minyak buminya sebesar 239,65 MMSCFD disalurkan ke
PT. Krakatau Steel, PT. Pupuk Kujang, PT. Indocement, Semen
Cibinong, dan Palimanan.Depot UPPDN-III sendiri baru dibangun
pada tahun 1980 untuk mensuplai kebutuhan bahan bakar di daerah
Cirebon dan sekitarnya. Area kilang terdiri dari:

Sarana kilang

: 250 ha daerah konstruksi kilang


: 200 ha daerah penyangga

Sarana perumahan

: 200 ha

Ditinjau dari segi teknis dan ekonomis, lokasi ini cukup strategis
dengan adanya faktor pendukung, antara lain:
a Bahan Baku
Sumber bahan baku yang diolah di PT. PERTAMINA
(Persero) RU-VI Balongan adalah:
1

Minyak mentah Duri, Riau (awalnya 80%, saat ini 50%


feed).

Minyak mentah Minas, Dumai (awalnya 20%, saat ini 50%


feed).

Gas alam dari Jawa Barat bagian timur sebesar 18 Million


Metric Standard Cubic Feet per Day (MMSCFD).

b Air

35

Sumber air yang terdekat terletak di Waduk Salam


Darma, Rejasari, kurang lebih 65 km dari Balongan ke arah
Subang. Pengangkutan dilakukan secara pipanisasi dengan
pipa berukuran 24 in dan kecepatan operasi normal 1.100
m3 serta kecepatan maksimum 1.200 m3. Air tersebut
berfungsi untuk steam boiler, heat exchangers (sebagai
pendingin), air minum, pemadam kebakaran dan kebutuhan
perumahan. Dalam pemanfaatan air, kilang Balongan ini
mengolah kembali air buangan dengan sistem wasted water
treatment, di mana air keluaran di-recycle ke sistem ini.
Secara spesifik tugas unit ini adalah memperbaiki kualitas
effluent parameter NH3, fenol, dan COD sesuai dengan
persyaratan lingkungan.
c Transportasi
Lokasi kilang RU-VI Balongan berdekatan dengan
jalan raya dan lepas pantai utara yang menghubungkan
kota-kota besar sehingga memperlancar distribusi hasil
produksi, terutama untuk daerah Jakarta dan Jawa Barat.
Marine facilities adalah fasilitas yang berada di tengah laut
untuk keperluan bongkar muat crude oil dan produk kilang.
Fasilitas ini terdiri dari area putar tangker, SBM, rambu laut,
dan jalur pipa minyak. Fasilitas untuk pembongkaran
peralatan dan produk (propylene) maupun pemuatan

36

propylene dan LPG dilakukan dengan fasilitas yang


dinamakan jetty facilities.
d Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang dipakai di PT. PERTAMINA
(Persero) RU-VI Balongan terdiri dari dua golongan, yaitu
golongan pertama, dipekerjakan pada proses pendirian
Kilang Balongan yang berupa tenaga kerja lokal non-skill
sehingga meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitar,
sedangkan golongan kedua, yang dipekerjakan untuk proses
pengoperasian, berupa tenaga kerja PT.PERTAMINA
(Persero) yang telah berpengalaman dari berbagai kilang
minyak di Indonesia.

4.3.4

Struktur Organisasi Perusahaan


PT.PERTAMINA (Persero) RU-VI Balongan mempunyai
struktur organisasi yang menerangkan hubungan kerja antar bagian
yang satu dengan yang lainnya dan juga mengatur hak dan
kewajiban masing-masing bagian. Tujuan dari dibuatnya struktur
organisasi adalah untuk memperjelas dan mempertegas kedudukan
suatu

bagian

dalam

menjalankan

tugas

sehingga

akan

mempermudah untuk mencapai tujuan dari organisasi yang telah


ditetapkan. Maka biasanya struktur organisasi dibuat sesuai dengan
tujuan dari organisasi itu sendiri.

37

Gambar 4.6 Struktur organisasi PT. PERTAMINA (Persero) RUVI Balongan

Struktur organisasi terbagi atas beberapa bidang yang


masing-masing mempunyai fungsi dan tanggung jawab sebagai
berikut :
a

Bidang Perencanaan dan Perekonomian


Berfungsi memonitor, mengkoordinir terlaksananya ketersediaan
minyak mentah menjadi produk BBM dan non BBM.Bidang ini

38

bertanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan minyak secara


nasional.
b

Bidang Enginering dan Pengembangan


Berfungsi mengevaluasi, menganalisa serta melakukan penelitian
dan pengembangan untuk kehandalan operasi kilang. Bidang ini
bertanggung jawab atas kehandalan operasi Kilang RU-VI dalam
jangka panjang.

Bidang Keuangan
Berfungsi dalam pengelolaan pelaksanaan tata usaha keuangan
dalam rangka menunjang kegiatan operasional RU-VI. Bidang ini
bertanggung jawab atas terjaminnya arus dana, kegiatan keuangan
secara keseluruhan untuk menunjang operasional Kilang.

Bidang Sumber Daya Manusia


Berfungsi menunjang kelancaran operasi dalam perencanaan dan
pengembangan, pembinaan, mutasi, remunerasi dan rekrutasi,
hubungan industrial dan kesejahteraan pekerja, mengatur organisasi
serta mengatur pola hidup sehat.

Bidang Umum
Berfungsi menunjang kegiatan operasi meliputi pelayanan hukum,
keamanan, fasilitas kesehatan kepada karyawan dan keluarganya
serta

menjadi

perantara

hubungan

masyarakat sekitarnya.
f

Bidang Jasa dan Sarana Umum

antara

perusahaan

dan

39

Berfungsi dalam pengelolaan, pengawasan dan pengendalian atas


penerimaan, pengadaan dan distribusi material yang dibutuhkan
bagi keperluan kegiatan operasional kilang.Bidang ini bertanggung
jawab atas terjaminnya persediaan material, jasa angkutan alat
ringan dan berat serta kelancaran pelayanan jasa perkantoran dan
jasa perumahan RU-VI.
g

Bidang Sistem Informasi dan Komunikasi


Berfungsi menyelenggarakan komunikasi intern dan extern kilang
sehingga informasi yang dibutuhkan segera didapat.Bidang ini
bertanggung jawab atas kelancaran komunikasi untuk memperoleh
informasi bagi para pekerja di lingkungan PT.Pertamina.

Bidang HSE
Berfungsi dalam penyelenggaraan kegiatan keselamatan kerja,
pengendalian kebakaran dan pencemaran lingkungan.Bidang ini
bertanggung jawab atas terciptanya keadaan yang aman dan
selamat bagi tenaga kerja, sarana, lingkungan dan kehandalan
operasi.

4.3.5

Energy Conservation & Loss Control (ECLC)


Bagian ECLC pada PERTAMINA ini bertugas mendata dan
menghitung seberapa banyak loss yang terjadi baik dari pemakaian
sumber energi maupun loss dari proses pengolahan produk yang
berlangsung. Dari hasil perhitungan yang dilakukan bagian ECLC
dapat diketahui berapa pengeluaran tak ternilai yang dialami

40

PERTAMINA dalam proses pengolahannya dan kemudian dapat


diambil tindak penanggulangannya. Jadi bagian ECLC menangani
masalah pelaksanaan konservasi energi dalam hal penggunaan
energi secara efisien dan sebagai pendukung program loss control.
Dalam proses pengolahan minyak bumi, losses merupakan sesuatu
yang tidak dapat dihindari namun harus diupayakan untuk
diminimalisasi. Adanya losses tersebut akan mengurangi profit,
oleh karena itu diperlukan upaya untuk meminimalisasi loss atau
yang dikenal losscontrol.
4.3.6

Jam Kerja
Berdasarkan jam kerja, karyawan dapat dibedakan atas,
karyawan shift dan karyawan regular.

Jam kerja shift


Jam kerja shift dilakukan secara bergilir, berlaku
bagi karyawan yang terlibat langsung dalam kegiatan
produksi dan pengamanan pabrik. Jam kerja shift diatur
sebagai berikut:
Day shift

: 08.00 16.00

Swing shift

: 16.00 24.00

Night shift

: 24.00 08.00

Karyawan shit terbagi atas 4 kelompok yaitu A,B,C dan D


dimana jadwal kerja dari masing-masing kelompok adalah
bekerja selama 3 hari berturut-turut pada shift yang sama

41

dan setelah itu libur selama 1 hari kemudian bergeser ke jam


shift berikutnya untuk 3 hari selanjutnya, begitu seterusnya.
b.

Jam kerja regular


Jam kerja regular ini berlaku bagi karyawan yang
tidak terlibat langsung dalam kegiatan produksi dan
pengaman. Jam kerja ini berlaku bagi karyawan tingkat
staff ke atas. Jadwal kerja jam regular sebagai berikut :

4.3.7

Senin Kamis

: 07.00 16.00 WIB

Istirahat

: 12.00 12.30 WIB

Jumat

: 07.00 16.00 WIB

Istirahat

: 11.30 13.30 WIB

Sabtu dan Minggu

: Libur

Lindungan Lingkungan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja


PERTAMINA telah mengambil suatu kebijakan untuk
selalu memprioritaskan aspek KK dan LL dalam semua kegiatan
migas untuk mendukung pembangunan nasional. Manajemen
PERTAMINA RU-VI sangat mendukung dan ikut berpartisipasi
dalam program pencegahan kerugian baik terhadap karyawan, harta
benda perusahaan, terganggunya kegiatan operasi serta keamanan
masyarakat sekitarnya yang diakibatkan oleh kegiatan perusahaan.
Pelaksanaan tugas dari Bidang LKKK ini berlandaskan :

UU No. 1/1970

42

Mengenai

keselamatan

kerja

karyawan

yang

dikeluarkan oleh Depnaker


UU No. 2/1951
Mengenai ganti rugi akibat kecelakaan kerja yang

dikeluarkan oleh Depnaker


PP No. 11/1979
Mengenai persyaratan

teknis

pada

kilang

pengolahan untuk keselamatan kerja, yang dikeluarkan oleh


d

Dirjen Migas
UU No. 23/1997
Mengenai ketentuan pokok pengelolaan lingkungan

hidup
PP No. 27/1999
Mengenai ketentuan Analisa Mengenai Dampak
Lingkungan (AMDAL) yang dikeluarkan oleh pemerintah
Republik Indonesia
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh LKKK RUVI untuk mendukung program diatas terdiri , antara lain :
1

Seksi Keselamatan Kerja, tugas-tugas yang dilakukan antara


lain :
a

Mengawasi keselamatan jalannya operasi

kilang
b

Bertanggung

jawab

terhadap

alat-alat

keselamatan kerja
c

Bertindak sebagai instruktur safety


d

Membuat

kebakaran

rencana

kerja

pencegahan

43

Seksi Pelatihan, tugas-tugas yang dilakukan :


a

Menyiapkan dan mengadakan pelatihan bagi

karyawan dan kontraktor agar lebih

menyadari

tentang keselamatan kerja


b

Membuat dan menyebarkan buletin LKKK

pada karyawan agar wawasan karyawan tentang


LKKK meningkat
3

Seksi Fire, tugasnya antara lain :


a

Membuat

prosedur

emergency

agar

penanggulangan berjalan dengan baik


b

Mengelola regu pemadam kebakaran agar

selalu siap bila suatu waktu diperlukan


c

Mengadakan pemeriksaan kehandalan alat-

alat pemadam kebakaran.


d

Mengadakan dan menyiapkan pelatihan bagi

karyawan dan kontraktor agar lebih menyadari


tentang keselamatan kerja
e
4

Membuat dan menyebarkan bulletin

Seksi Lindung Lingkungan, tugasnya antara lain :


a

Memprogram Rencana Kelola Lingkungan

dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RKL dan


RPL).

44

Mengusulkan tempat-tempat pembuangan

limbah dan house keeping.


5

Seksi Rekayasa, tugas-tugas yang dilakukan antara lain :


a

Mereview gambar-gambar dan dokumen proyek

Melakukan evaluasi-evaluasi semua kegiatan yang


berhubungan dengan LKKK. Hal ini diperlukan
untuk mencegah kecelakaan, kebakaran, maupun
pencemaran lingkungan dari segi engineering.

4.3.8

Sistem Kontrol
Di PERTAMINA RU-VI Balongan mempunyai sistem
kontrol yang sebagian besar sistem kontrolnya menggunakan
kontrol automatik dan manual. Sebagian besar kontrol terpusat
pada DCS (Distributed Control System) yaitu RCC complex, HTU
complex, AHU complex dan CDU complex, H2Plant. Kontrol yang
digunakan adalah kontrol pneumatik karena yang diproses adalah
bahan yang mudah terbakar dan kemudian diubah menjadi signal
elektrik (digital) agar dapat terbaca di DCS.

4.4Deskripsi Proses Pengolahan Minyak Bumi


Proses pengolahan crude oil di kilang RU VI dibagi menjadi
beberapa

unit

kompleks

untuk

menghasilkan

produk

gasoline

(premium,pertamax dan pertamax plus), LPG, propylene, kerosene, solar,

45

Decant Oil, dan sebagainya. Proses utama yang digunakan PT


PERTAMINA RU VI BALONGAN dalam mengolah crude oil sebagai
berikut :
1. Hydro Skimming Complex (HSC)
Proses yang terjadi pada Hydro Skimming Complex unit ini adalah
proses distilasi dan treating dari limbah yang dihasilkan dari crude oil
dan treating proses naphta. Unit HSC terdiri dari Distillation Treating
Unit (DTU) dan Naphta Processing Unit (NPU).

2. Distillation and Hydrotreating Complex (DHC)


Pada unit Distillation and Hydrotreating Complex, produk
intermediate minyak bumi, yang berupa Atmospheric Residue (AR)
akan mengalami proses treating lebih lanjut. Tujuan proses treating
adalah mengurangi atau menghilangkan kandungan impurities dari
minyak bumi seperti senyawa nitrogen, sulfur, kandungan logam (Nikel
dan Vanadium) dan kandunga n MCR (Micro Carbon Residue). Unit
DHC terdiri dari Atmospheric Residue Hydrodemetallization Unit
(AHU) dan Hydro Treating Unit (HTU).

3. Residue Catalytic Cracking Complex (RCCC)


Residue

Catalytic

Cracking

Complex

(RCCC)

merupakan

secondary process dari pengolahan minyak bumi, dimana residu


minyak bumi dipecah kembali menjadi produk-produk yang memiliki

46

nilai ekonomis. Crude Duri dan Minas yang diolah di kilang RU VI


memiliki residu kurang lebih 60 -65%. Unit RCC terdiri dari dua unit
yaitu unit Residue Catalytic Unit (RCU) dan Light End Unit (LEU).

Gambar 4.7 Diagram Alir Proses Pengolahan Minyak.

4.5 Hydro Skimming Complex (HSC)


Unit HSC merupakan Refinery Unit awal dari keseluruhan proses
di PERTAMINA RU VI Balongan. Unit ini terdiri dari Distillation
Treating Unit (DTU) dan Naphtha Processing Unit (NPU).

47

4.5.1 Distillation Treating Unit (DTU)


Unit ini terdiri dari Crude Distillation Unit (unit 11),
Amine

Treatment (Unit

23), Sour Water Stripper

(unit 24),

Sulphur Plant (Unit 25), dan Spent Caustic Soda (Unit 64).

1.

Unit 11 : Crude Distillation Unit (CDU)


Crude Distillation Unit (CDU) merupakan Primary
processing dan dibangun untuk mengolah campuran minyak
Indonesia sebesar 125.000 BPSD. Campuran minyak
mentah yang digunakan pada saat ini terdiri dari 50% crude
oil duri dan 50% crude oil Minas dalam rangka optimalisasi
kilang RU-VI, sebelumnya digunakan 80% crude oil duri
dan 20% crude oil minas. Selain itu ada campuran feed
dengan jenis JMCO (Jatibarang Mogas Crude Oil), mudi,
dan nile blend.
CDU merupakan Atmospheric Distillation Unit yang
mengolah minyak mentah menjadi produk-produknya
berdasarkan perbedaan titik didih. Produk produk yang
dihasilkan dari CDU adalah fraksi gas, naphtha, kerosene,
light Gas Oil (LCO), Heavy Gas Oil (HGO), dan
Atmospheric Residue. Sebagian residu diproses lagi pada
unit AHU/HTU dan sebagian lagi langsung ke unit RCCC.

2.

Unit 23 : Amine Treatment Unit

48

Unit berfungsi untuk mengolah sour off gas dan


menghilangkan kandungan H2S yang terdapat dalam sour
off gas. Sour off gas yang berasal dari unit CDU, GO-HTU,
LCO-HTU, dan AHU banyak mengandung sulfur dalam
bentuk H2S sehingga bersifat asam dan korosif, oleh karena
itu perlu diolah lebih lanjut. Proses yang dipakai menyerap
H2S dengan menggunakan larutan diisopropanol amine
(DIPA). Namun saat ini larutan penyerap yang digunakan
adalah larutan MDEA (methyl diethanol amine) sebagai
larutan penyerap. Kadar larutan MDEA yang digunakan
adalah 2 kgmol/m3. Pada unit ini diharapkan kandungan H2S
produk tidak melebihi 50 ppm.
3. Unit 24 : Sour Water Stripper Unit
Sour water stripper adalah refinery unit air buangan
dari unit-unit lain yang masih mengandung H2S dan NH3.
Produk yang dihasilkan dari unit ini adalah treated water
yang ramah lingkungan dan dapat digunakan kembali untuk
proses unit-Refinery unit lainnya. Selain itu juga dihasilkan
off-gas yang kaya H2S untuk dikirim sebagai umpan pada
sulphur Plant dan off-gas kaya NH3 yang dibakar di
incinerator.
4.

Unit 25: Sulphur Plant


Sulphur plant adalah suatu unit untuk mengambil

49

unsur sulfur dari off gas amine treatment unit dan H2S dari
unit SWS. Unit ini terdiri dari unit claus yang menghasilkan
cairan sulfur yang kemudian diikuti oleh pembentukan
serpihan

sulfur,

dan

berfungsi

sebagai

fasilitas

penampungan atau gudang sulfur padat.

4.5.2 Naphtha Processing Unit (NPU)


NPU merupakan proyek baru PT. PERTAMINA RU VI
Balongan yang dikenal dengan Proyek Langit Biru Balongan
(PLBB). Maksudnya, unit ini merupakan proyek ramah lingkungan
karena penghilangan penggunaan TEL (Tetra Etil Lead) dan MTBE
(Methyl Tertier Butyl Eter). Saat ini pemakaian TEL dan MTBE
telah dilarang karena dapat menyebabkan pencemaran udara dan
sangat berbahaya bagi kesehatan. Unit ini dibangun untuk
mengolah dan meningkatkan nilai oktan dari naphtha. Peningkatan
bilangan oktan dilakukan dengan cara menghilangkan impurities
yang dapat menurunkan nilai oktan seperti propana, butana dan
pentana.
4.6 Distillation and Hydrotreating Complex (DHC)
Pada Unit Distillation and Hydrotreating Complex, produk
intermediate minyak bumi, yang berupa Atmosphere Residue (AR) akan
mengalami proses treating lebih lanjut. Tujuan proses treating adalah

50

mengurangi atau menghilangkan kandungan impurities dari minyak bumi


seperti senyawa nitrogen, sulfur, kandungan logam (Nikel dan Vanadium),
dan kandungan MCR
(Micro Carbon Residue). Unit DHC terdiri dari Atmospheric
Residue Hydrodemetallization Unit (AHU) dan Hydro Treating Unit (HTU).

4.6.1 Atmospheric Residue Hydrodemetallization Unit (AHU)


Unit

AHU

merupakan

unit

yang

mengolah

Atmospheric Residue dari Crude Distillation Unit (CDU) menjadi


produk

Demetallized

Atmospheric

Residue

(DMAR)

yang

disiapkan sebagai umpan (feed) untuk Residue Catalytic Cracker


(RCC). Selain DMAR, juga dihasilkan produk lain seperti off gas,
naphtha, kerosene, dan gas oil.
Unit AHU beroperasi dengan kapasitas 58.000 BPSD.
Selain mengolah residu, unit ini juga berfungsi untuk mengurangi
pengotor yang tidak diinginkan seperti sulfur, nitrogen, Micro
Carbon Residue (MCR), dan terutama logam nikel (Ni) dan
vanadium (V) yang dibawa oleh residu dari unit CDU. Kedua
logam berat tersebut dapat mematikan katalis secara permanen.
4.6.2 HTU ( Hydro Treating Unit )
HTU terdiri dari Hydrogen Plant (unit 22), Gas Oil Hydrotreating
Unit / GO-HTU (Unit 14), dan Light Cycle Oil Hydrotreating unit / LCO

51

HTU (Unit 21). Fungsi utama dari unit ini adalah untuk mengurangi atau
menghilangkan impurities yang terikut bersama minyak bumi dan fraksi
fraksinya serta memperbaiki

colour stability dengan proses

hidrogenisasi, yaitu mereaksikan impurities tersebut dengan hidrogen


yang dihasilkan dari Hydrogen Plant dan bantuan katalis. Kandungan
impurities yang ingin dihilangkan antara lain nitrogen, senyawa sulfur
organik, dan senyawa-senyawa logam. Terdiri dari beberapa unit, yaitu :

1. Unit 22 : Hydrogen Plant


Hydrogen Plant (unit 22) merupakan unit yang dirancang untuk
memproduksi hidrogen dengan kemurnian 99,9 % sebesar 76 MMSFSD
dengan umpan dari refinery off gas dan natural gas. Produk gas
hidrogen dari Hydrogen Plant digunakan untuk memenuhi kebutuhan di
unit-unit Light Cycle Oil Hydrotreating Unit (LCO-HTU), Gas Oil
Hydrotreating Unit (GO HTU), dan unit Atmospheric Hydrotreating
Unit (AHU).
2. Unit 14 : Gas Oil Hydrotreating Unit
Unit ini mengolah gas oil yang tidak stabil dan korosif
(mengandung sulfur dan nitrogen) dengan bantuan katalis dan hydrogen
menjadi gas oil yang memenuhi ketentuan pasar dengan kapasitas
32.000 BPSD. Feed untuk gas oil diperoleh dari Crude Distilation Unit
(CDU) dan Atmospheric Residue Hydrometalization Unit (AHU). Make
up hydrogen akan disuplai dari hydrogen plant.

52

3. Unit 21 : Light Cycle Oil Hydrotreating Unit


LCO-HTU merupakan suatu kilang yang mengolah Light Cycle Oil
(LCO) dari RCC unit, dimana masih banyak mengandung senyawa
organik antara lain sulfur dan nitrogen. Tujuan unit ini adalah
menghilangkan sulfur dan nitrogen dari feed tanpa perubahan boiling
range yang berarti agar produk yang dihasilkan memenuhi persyaratan
dan spesifikasi pemasaran. Kapasitas unit LCO-HTU adalah 15.000
BPSD.

4.7 Residu Catalytic Craker Complex (RCCC)


Unit Residue Catalitic Cracker Complex merupakan secondary process
dari pengolahan minyak bumi, dimana residu dari minyak bumi dipecah kembali
menjadi produk -produk yang memiliki nilai ekonomis. Crude Duri, Minas, dan
Nile blend yang diolah di kilang RU-VI memiliki residu kurang lebih 60-65%.
Unit RCC terdiri dari dua unit, yaitu unit Residue Catalytic Cracker (RCC) dan
Light End Unit (LEU).
4.7.1 Unit 15 : Residue Catalytic Cracker Unit
Unit ini berfungsi sebagai kilang minyak tingkat lanjut (secondary
processing) untuk mendapatkan nilai tambah dari pengolahan residu
dengan cara perengkahan memakai katalis. Kapasitas Unit RC adalah
83.000 BPSD. RCC dirancang untuk mengolah Treated Atmospheric
Residue atau DMAR yang berasal dari unit AHU dengan desain 64.5 %
volume dan Untreated Atmospheric Residue yang berasal dari unit CDU

53

dengan desain 35.5 % volume.


4.7.2 Light End Unit
Light End Unit (LEU) ini terdiri atas beberapa unit yaitu
unsaturated gas plant (unit 16), LPG treatment (unit 17), Gasoline
Treatment Unit (unit 18), Propylene Recovery Unit (unit 19), dan
Catalytic Condensation Unit (unit 20).
1. Unit 16: Unsaturated Gas Plant
Unit ini berfungsi untuk memisahkan produk puncak
column fractionator RCC unit menjadi gasoline, LPG dan non
condensable lean gas, yang sebagian akan dipakai sebagai lift gas
sebelum di-treating di Amine Unit sebagai off gas.
2. Unit 17 : LPG Treatment Unit
Unit ini berfungsi untuk memurnikan produk LPG
Unsaturated Gas Plant dengan cara mengambil senyawa
merkaptan dan organic sulphur lainnya dengan merubahnya
menjadi senyawa disulfida.
3. Unit 18: Gasoline Treatment Unit
Unit ini berfungsi untuk mengolah ulang produk
Naptha agar produk yang dihasilkan memenuhi standar
kualitas komponen Blending Premium. Unit Gasoline
Treatment ini dirancang untuk memproses sebanyak 47.500
BPSD Untreated RCC Gasoline yang dihasilkan oleh unit
RCC complex.

54

4. Unit 19 : Propylene Recovery Unit


Unit ini berfungsi untuk memisahkan Mixed Butana
dan memproses LPG C3 dan C4 dari LPG Treatment Unit
untuk mendapatkan produk propylene dengan kemurnian
tinggi (minimum 99,6%) yang dapat dipakai sebagai bahan
baku untuk pembuatan Polypropylene.
5. Unit 20: Catalytic Condensation Unit
Catalytic Condensation adalah suatu reaksi alkalis
dan polimerisasi dari senyawa olefin menjadi produk
dengan fraksi tinggi dengan katalisator asam fosfat padat.
Unit Catalytic condensation adalah unit yang memiliki
kapasitas

13.000

BPSD

untuk

mengolah

campuran

butane/butilene dari Propylene Recovery Unit menjadi


gasoline dengan angka oktan yang tinggi. Produk yang
dihasilkan dari unit ini adalah polygasoline dan butane.
4.8

Sistem Utilitas
Sistem utilitas mempunyai tujuan untuk menunjang operasi unit-unit
proses dengan menyediakan kebutuhan listrik, steam, air pendingin, gas N 2,
fuel gas system, dan sebagainya. Sistem utilitas ini terdiri dari beberapa unit,
yaitu:
4.8.1. Sistem Utilitas Penyediaan Air
Sistem utilitas penyedia air terdiri dari beberapa unit, yaitu
sebagai berikut :

55

1. Water Intake Facility (Unit 53)


Water Intake Facility berlokasi di desa Salam Darma,
Kecamatan Compreng Kabupaten Subang 65 km dari Refinery
EXOR I Balongan, yang berfungsi sebagai pemurnian air sungai
sebelum dikirim ke RU VI Balongan. Karena jauhnya lokasi dari
kilang, maka diperlukan sistemperpipaan dan penampungan air
yang memadai. Pipa yang digunakan berdiameter 24 inch dan air
ditampung di tangki (54-T-101A/B) sebelum diproses lebih lanjut.
2. Raw Water dan Potable Water (Unit 54)
Raw water ditransfer dari Raw Water Intake Facilities (Salam
Darma) melalui pipa dan ditampung ditangki ra w water. Raw
water ini digunakan juga sebagai service water yang pemakainya
adalah:
1. Make-up untuk Fire Water
2. Make-up untuk Cooling Water
3. Make-up untuk Demineralized Water
4. Make-up untuk Potable Water
5. House Station
6. Pendingin untuk pompa di offsite
Service water adalah air baku yang sudah di treatment di unit
53. Service water sebelum masuk ke Potable Water Tank, disteril
terlebih dahulu dengan gas Chlorine yang

selanjutnya

dipompakan ke pemakai. Potable water adalah airyang disediakan

56

untuk

keperluanpara

karyawan

PERTAMINA.

Air

ini

didistribusikan ke bagian-bagian sebagai berikut:


a. Kantor laboratorium
b. Central Control Room \
c. Kantor Perlindungan Kesehatan dan Keselamatan
d.
e.
f.
g.

Kerja

(LK3)
Field Office
Gedung Administrasi
Control Room ITP
Safety Shower di unit utilitas dan unit proses

3. UnitDemineralized Water (Unit 55)


Water treatment bertujuan untuk mengolah air agar terbebas
dari mineral-mineral yang dapat mengganggu operasi di boiler.
Unit demineralisasi dimaksudkan untuk memenuhi air yang sesuai
dengan persyaratan-persyaratan boiler feed water. Kandungan
mineral yang dihilangkan di Demin Plant antara lain Ca, Mg,
Sodium, Silica, Sulphate, Carbonat, dan Chloride.
4. Unit Air Pendingin / Cooling Tower (Unit 56)
Unit ini berfungsi untuk mensuplai air pendingin ke unit-unit
proses, fasilities utilities, ancilaries dan fasilitas offsite. Sistem
pendinginan pada cooling tower ini dirancang menurut sistem
sirkulasi terbuka. Fasilitas menara pendingin yang dilengkapi
injeksi gas chlorine untuk membunuh bakteri danmencegah
tumbuhnya lumut, inhibitor korosi dan scaling inhibitor untuk
mencegah korosi dan kerak.
5. Penyediaan Uap (Unit 52)

57

Sistem ini berfungsi untuk memenuhi kebutuhan air umpan


boiler ke kilang untuk pembangkit listrik serta menerima kondensat
dari kilang. Boiler dirancang untuk memasok kebutuhan uap pada
proses yang terdiri dari steam drum, down comers, water wall tube,
superheater, dan bank tube.

6. Pembangkit Listrik (Unit 51)


Kilang minyak PT. PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
didesain dengan kapasitas pengolahan 125,000 BPSD. Untuk
memenuhi kebutuhan tersebut, PERTAMINA dilengkapi dengan
PLTU di unit utilitas yang terdiri dari 5 unit Steam Turbin
Generator (STG).

You might also like