Poe eneer Se?
rar eae re) PERV IMA
rate yey
RA
rornta 7otd
I
py a Gat
Boats
jafsir adalah salah satu disiplin ilu
yang, paling awal muncul dalam
ranah stodial-Quran. Para ulama
sepakat bahwa kemunculan imu
tafsic berbarengan dengan awal penurunan al-
Quran itu sendiri. ika tafsir diactikan oleh al
Zueqpni dan Husein al-Dzahabi sebagai upaya
untuk mengungkap makna yang dinginkan
oleh Allah dalam ayat-ayat al-Quean sesuai
batas kemampuan manusia, maka dalam prak
tiknya, Muhammad SAW telah mengaplikasi-
Kannya sejak pertama kali diangkat sebagai
Rasul
Seiring, perjalanan waktu, ilmu tafsic
tems mengalami perkembangan. Corak dan
metode penafsiran baru silth berganti bermun-
culan, sebagai upaya mengungkap nilai-nilai al
Quran agar sesuai dengan problematika zaman
yang selalu berkembang. Akhie-akhir ini, se
buah pendekatan baru terhadap al-Quran
ditawarkan oleh para orientalis dan_sarjana
Muslim liberal, Pendekatan baru itu bemama
hermeneutika. Menurut para penggagas her-
meneutikaal-Quran ini, perkembangan. ilmu
tafsic masih bersifat ‘teoritis, teosentris, dan
Hermeneutika al-Quran dalam Sorotan
Jauhar Ridloni Marzuq
“hermencuai? yang berarti penafsican atau
interpretasi. Dilihat dari sejarahnya, heemencu-
tika dikaitkan dengan tokoh Hermes dalam
mitologi Yunani yang memupakan seorang
penyampai pesan dewa kepada manusia. Secara
sedethana, hermeneutika kemudian diactikan
sebagai sebagai seni dan imu untuk menafsir
kan teks-teks yang punya otoritas, khususnya
teks suci
Sebagai sebuah teori yang berkem
bang di Barat, menurut Mu-
hammmad Imarah,
smeneutika
merupakan
upaya
seorang,
pembaca
belum banyak bicaca tentang problem-problem untuk
tumat dan soal-soal kemanusiaan. Di sinilah, membebas
menurut- mereka, hermeneutika menjadi kan
gerbang utama menuju pembacaan al-Quean dari
yang ramah, membumi dan kontekstual.
Benarkah?
hererreseer dir
Relativisme epistemologis dan kematian
pengarang
Hermeneutika
hegemoni
frerrremrr ny teks yang
berasal dari
Le asulullah SAW nikmat yang dulu Allah berikan “Dustal” Allah
hersabda bahwa di dunia, kemudian cihisab satu. menyanggah. “Kamm besjuang:
IKHLAS pada hari kiamat persatu, supaya dianggap sebagai
4 ynanti akan ada tiga “Apa yang telah kamu pemberani, dan keinginan itu
fr golongan yang pertama kali lakukan di dunia dulu?" Allah sudsh kamu dapatkan di
BL AUDA LID sib otch Aah SWT, ysits mengawal hisab dai golongan dunia” llth pun
seorang marti, seorang pencari pejuang: smemerintahkan kepada
imu, dan seorang, ali sedekah. “Saya berjuang untuk malaikat untuk menyeret dan
Ketiga golongan itu akan menegakkan —_kalimat-Mu,” _-memasukkannya ke neraka.
jawab pejuang i,
} ditampakkan kepada mereka pomaeeres> IX Mengkaji al-Quran
sat turun surat aH ayat 23 yang Tenuyata elu, Jka para sahabat cela besebut “ma”
ameogirakan Kaun Mustinia untuk demi menjuvab senuaa al- Que, kta usta sting beiebut
Tempetang melawan —usyikin untuk menghinda, Padsbal a-Qucan tidak menyeru Rec
y Quis, esd peta mena ci Aepada kebukan (QS alist [LTE 9). Kite joy asi
LY ff Pelakunya adalah Sead bin Khsitsamah dan memberkan dampak sgnfikan pad peau Kesehain
yh ayahnya, Khaitsumah, Mereka berdua saling Kita
OF erebut untuk memenvhi pan Lebih dati itu, susah paysh mempelijari a-Quean,
f beiperang, Namun, Kedus bapak-anak ita juss ada sebagian Muslin yang mengstakin babwa a
tak bisa ut betsama Kueos dalam Rela Quan yang ada saat ini bukanlah al Quaan seperti yang
aya ada waite dan anuk-anak yang baros itwuckan Allah Repidt Nabi Muamauad. Meski pen
ding dapatnya tcbantabkan sceaea logs dan tcologis, merska
Takada yang mau mengaah, Raslulbh pun teup kuku bedkesimpulan denskian,Babkan dengaa gaya
mndskukan undian uatuk meneatukan sapa sok jagoan, mereka mengungeyp al-Quian hanyaah has
yang boleh beepeang dan sap yang barus da proses Koatemplai Mubaumad dengan Koad
smenjags Ste did, sai teenyata measbak Saad, sang usyackat yang saat itu sedang beckembang, Pandangna
anak, Sal pun itetphan untuk ut becpeang di Bada, seperti ini danggnp sebagu pandangan —progsesi
dn sang aya, Khsitsamah harusmenjaga Keuagzanya, —_penyeguan, babkan pembubanvan, Mereka pun dengia
[Namon sang yah belum tecma begitu sap “Wabsi smdah menggagas sckonstuks, telah kati pembacian
anak, dalukan aku untuk char (brjhad).” pinta ling, dan Tain scbagninya. Seakanakin emia prodsk
Kuitsamah kepada Sad peukican ulna Kia adslah sampsh yang memang harus
“Tidak Aa Tai adalah pagan Ke spun” jaw ‘Tipe pelsjar seperti yang ditaurkan oleh
CORE EEM Sind. “ky akan ecadabulkenm dalam perk lin, Muhammad al-Ghazl, yt aeseka yang pada hc abso
Pee mon bukan vask yang” bass mulsi bela, asi Abad sadah eras meng,
Pere ta Sang apah akhinya mengalsh. Sead pun pergi ber Kerudian asi Senin menguakan baba kta dan mereka
POPU ecang essa Raul SAW di Bada Ta sah Seruan (paca ul fit
PORPEPRAR a1 Curan telah ia java dengan sempuens Sementars —Jika demikion, maka uatuk apa kita mempelija sk
PEPER OPM ios, Khsitsamah, bar bist memeauhi panglan jihad Quen? Di sina keseongan stad a-CQuran yang sti
PRM pula Posing Uhud, Menyusul sing anak, Haitsanah pun sedang smenimpa paca pelajar Musim. Meccka tela
‘pug bersama pulubanwentara Mask anny, Terkutar pada Kajian tentang a-Qucan (neal howe
Kish i atas adalah salah satu potct kesungguhan Qa), kemndian melupakan kya tethsdap al-Quean
para Sahabut dalam menjwab seruan a-Quean, Mercka (arab fair), Belin lagi, feamework yang, mescka
sel bedombelomba untuk mengamalkan ist a-Quean paki adalah femework sekulardikotomis yang_mem:
sesegetn mungkin,Sahabat Tha Masud pemah besa, sabkan anaca hat dan aal,jva dan ag, lah dan bain,
‘Tika sescorang dana kami mempeijaispaluh eat al dunia dan akbirat, Framework kajian seperti ini daw
lol is (Qe eink Rt shi ctl eet Me lecualetdh dem map pt, decbaya che eogieg pal
BA sent roakoange dan mengualkan ising” (HR al ssme pula “Agar objek mempelgja abCoran,
ea Tha ita haste duly mlepaska heakinan it teshdap.
(QS al-An’am: Dengan Keadaan seperti ini, tk sald ja Rasollah al-Quran Kata mereka. Pada akhicnys, mereka pun men
BRAS cnuhbiskan mereka sebagai genersi tersik umataya. liken al Quran sekeda huni hun at yang laak kj
Dengan mesjaikan aL Quran sebagai pedoman hidup dan gm aaa yang tercakup
perujuk jain, mereka mampu Keluar dai Kehidupa ya. Paahal Allah beriman, “Tei dab aad
nian yang penuh Kesesstn-meauju. genes. pling
‘guog yang pemah cickamy zaman,
Sees
CR ead
Deets
Cras
eats
spor dengan Bera, saya
aya dan spay ore
orang
Shat ini, al-Quean telah berusia 1446 tahun sek iiaran™ (QS Shad 29); “Daw af Quran it
pertama kali itu ela malam 17 Ramadhan tabu can yang deal, maka ibaa da
pertama kenabian. Dengan usa sepanjang itu, sudahkan al i rabact” (QS al-Aatam: 155).
(Qusan menjadi pedonman kita sepesti para sahabst menjadi
Kannya sebigsi pedoman?
Sasa Reda uti A Kaj ALT JZ.BP airy
Devo Pensa ete RW in a; Pembina Kenan HT ag ay minim: ayn Ta,
Pein Reds Sl ay it: yr yk Layo: ara Ue emis,
A ny bar, Wilh, oar Mehl, oka Rah, eal (hye Anis Nar aah, aia
Alama eda: Ses Gay a, gt 286,WCOTICVAVR NO IIT EY |
rien
US a oc
VT UDETE
SDM AB Lag Siegth £15 va * thy a Spi tks 8y yp slats Alp bate * pital Bh ie p58 AUS BG My “eg a fo gual
(sail 25 ci be sia
“Maka apakab kamu (nusyrike Mekab) bendak: menbantabrya tentang apa yang tela dilibatnya? * Dan seswnggubrrya Mubaremad telab
elibat Jbril itu alarm ruparyya yang ask) pada wately yang iain, * (yaitu) di Sidrat ak-Muntaba * Di dekatnya ada syrga tempat tnggat
* (Mudranmad selbat Jibril) Retika Sidvatul Muntaba diliputi oleh sesuatn yang melipntinya. * Penglibatannya (Mubammad) tidak
bespating dari yang dilbatrya itu dan tidak (pula) melampaninya. * Sesunggulnya dia telab metibat sebagian tanda-tanda (Rekuasean)
Tubanya yong paling besor.” (An-Najen: 12-18).
yatayat di atas merupakan potongan beberapa
ayat dari surat al-Najm, Surat tersebut termasuk
surat makiyah yang memiliki 62 ayat. Dinamai
dengan surat an-Najm, karena surat tersebut
diawali dengan ayat yang di dalamnya Allah bersumpah
dengan nama bintang. Jika para pemerhati tafsic menga-
takan bahwa sesuatu yang dijadikan sumpah mengandung
isyarat kepada kita untuk meberikan perhatian lebih ter-
hadapnya, maka fenomena perbintangan merupakan salah
satu ilmu yang selayaknya diperhatikan secara lebih orang
kaum Muslimin,
Al-Quran, sebagai kalam Tuhan yang diturunk-
an (laftzam mumazzalun) adalah bacaan yang sangat indah
dan memiliki keterkaitan antara setiap bagiannya, Dalam al-
Quran, kita tidak akan pemnah menemukan pertentangan;
dalam actian suatu ayat tertentu menyucuh hal tertentu,
kemudian ayat lainnya melarangnya, Antar ayat-pecayat,
surat-persurat, dan bagian-bagian lainnya pun menyusun
suatu bangunan indah yang saling melengkapi. Keis-
inilah yang dimanfaatkan oleh para mufasic
untuk memudahkan penafsicin sebuah ayat yang belum
diketahui maksudnya
Dalam konteks ayat-ayat yang kita bahas ini,
Zaghlul al-Najjar, scorang ilmuwan Muslim yang konsern
ibahas kemukjizatan al-Quean dari sisi sains, me:
faatkan fenomena ketesaturan dan keterkaitan antar
timewaat
ayat-ayat tersebut sebagai upaya untuk menjelaskan salah
satu nila kemukjizatan ilmiah al-Quran, terutama terkait
peristiwa Isea-Mikraj yang dialami oleh Nabi Muhammad
SAW.
Dilihat dari sudut pandang sains dan ilmu penge-
tabuan modern, ada beberapa hal yang menurut al-Najar
bisa diambil dan dinilai sebagai hal yang menakjubkan,
Pertama, penggunaan istilah yang sangat tepat, karena kata
‘lista dalam ayat ini diartikan sebagai perjalanan di
malam hari, dan “al-mi'raj” diactikan scbagai_ terbang
(mendaki) tinggi menuju langit. Kata-kata terse
wee ew ew ee ew ew we ee ee eee ee ee
but digunakan oleh al-Quean dengan tepat sesuai
‘makna yang dikandungknya.
Dalam ilmu cksakta, sesuatu benda tidak
bisa bergerak ke langit (atas) kecuali dengan langkah,
yang, sedikit tertahan-tahan (a/-‘ung) dikarenakan
adanya kekuatan gravitasi yang berbeda-beda dari
benda-benda langit. Dengan itu semua, maka
penggunaan kata cseMi-toi stan eLaMal-mrij)
dalam ayat ini sangat tepat sesuai dengan penemuan.
penemuan ilmiah terbaru,
Kedva, adanya isyarat terhadap kuatnyn
ikatan antara Masjid al-Haram dan Masjid al-Aqsa.
Jika dalam bebecapa firman-Nya Allah memerin.
tabkan kita untuk menyucikan Masjidil Haram, maka
hal ini juga secara tersimt mengindikasikan pent-
ingaya menyucikan Masjid al-Agsa, yaitu dengan cara
menjaga dan memeliharanya.
Adanya penyebutan Masjid Haram dan
Masjid Aqsa dalam peristiwa Ista Mikraj adalah salah
satu bentuk penegasan Allah atas kesucian Masjid
Agsa sebagaimana sucinya Masjid Haram. Dengan
demikian, ayat ini akan menarik perhatian kita semua
untuk selalu memikirkan dan ikut andil
dalam perjuangan pembebasan Palesti
nna dari cengkeaman Zionis,
Ketiga, jauhaya pesjalanan yang,
dilakukan Mu SAW
dalam peristiwa Ista Mikta) membuat
akal manusia tidak sangpup menalacn:
ya. Jauhnya jarak perjalanan dengan
waktu tempuh yang sedemikian singkat
membuat akal manusia benar-benar
harus pasrah, Dengan demikian, kita
Nabi nmnad
semakin merasakan kebesaran Allah, di
‘mana Dia mampu mendekatkan tempat
yang satu dengun yang lainnya,
‘menghentiken rotasi waktu untuk
beberpa saat, serta_menyelamatkan
tubuh —seorang —manusia yang
sedemikian lemah dati serangan benda-
benda angkasa yang sangat ganas, Hal
ini tidak akan pernah bisa dilakukan
kecuali atas kekuatan Allah Yang Maha
Perkass. Walla a’tom.
ee ee
-=-4 Tl
Mengurai Perselisihan Riwayat Sabab N
ul
Risky Maratul Muallamah,
alam pembahasan Ulumul Quran, terutama
pada tema Asbab Nuzul, ada satu masalah
yang, sering membingungkan banyak ka-
langan. Masalah ini tak lain adalah adanya
perbedaan riwayat tentang penyebab turunnya suatu ayat
tertentu, Satu riwayat, misalnya, menjelaskan bahwa suatu
ayat turin disebabkan suatu Kejadian tertentu dalam waktu
dan tempat tertentu, sedangkan siwayat lain menjelaskan
bahwa ayat tersebut turun dalam kejadian, waktu dan tem-
pat yang berbeda dengan riwayat pertama,
Terkait masalah ini, hal utama yang: harus kita
adalah bahwa tidak
semua riwayat yang berbicara ten
pechatikan
tang sebab turunnya sutau ayat
erstatus sahih, Oleh Karena itu,
perl dilakukan penelitian yang,
seksama terhadap
tersebut. Penelitian terkait_perbe-
aan ciwayat itu bisa kita lakukan
siwayat-riwayat
““Terkait masalah ini, hal utama
yang harus kita perhatikan ada-
lah bahwa tidak semua riwayat
yang berbicara tentang sebab
turunnya sutau ayat berstatus
sahih, Oleh karena itu, perlu
kuat. Contoh kasus ini terjadi pada QS al-Dhuha, di mana
terdapat riwayat dari Jundub dan dari Hafsah bin Maisarah
yang, keduanya membicarakan dua kejadian yang berbeda.
Menurut al-Hafizh Ibnu Hajae, riwayat dari Hafsah bin
Maisarah memang populee, akan tetapi sangatlah aneh bila
dijadikan sebagai sebab turunnya ayat tersebut, Karena itu,
Tbnu Hajar menegaskan bahwa yang patut dijadikan se-
bbagai riwayat sebab turnnnya surat al-Dhuha adalah riwayat
dari Jundub, karena ia berstatus sahih.
Keempai,jika semua ciwayat menggunakan redaksi
jelas dan bestams sahih, maka yang pera kita lakukan
adalah menguatkan salah satu dasi
dua riwayat tersebut (tarjih). Con-
toh kasus ini terjadi pada QS al-
Isra: 85, di mana ada riwayat dari
Tbou Masud yang mengatakan
ayat tunun ketika
Rasulullah ditanya oleh seorang
bahwa ini
Yahudi tentang rub. Saat itu, Sa-
dengan caea sebagai berikut: aaa eA ease ae habat Ibnu Masud sedang berada
Pertana, spabila cedaksi ai BS rriwayat ai tempat kejadian. Sedangkan
riwayat-riwayat itu tidak sccara jes
menunjukkan sebab tusunaya suatu ayat, seperti redaksi
Saat ini tara rengenaitrwsan ini” atau “saya merase ayat ini
turin berkenaan in?”, maka bisa kita simpulkan bahwa si-
wwayat-riwayat tersebut tidak berbicana tenting sebab
turunnya aya; melainkan tafbiran seorang perawi terhadap
smaksud yang terkandung dalam ayat tersebut.
Keduo, apabila redaksi daci salah satu ciwayatnyn
feucang jelas, maka yang menjadi pegangan adalah siwwayat
yang jelas, Contoh kasus ini bisa dilihat dalam sivayat
turunnya QS al-Bagarah 223, Riwayat daci Ibnu Umac
discbutkan dengan redaksi “aya? iwi foram mengena_persoalan
meniatang ister davi bnlakang”. Sedangkon dalam isvayat
Jabir digunakan redaksi “orang-onang Yahual berkata, “Apabita
(ai: laki mendatangs itera dari belabang, maka anakenya nanti
akan bermata juli’, lal tunmlab ayat ini.” Dengan mem
bandingkan kedua riwayat tersebut, maka paca ulama tafsie
mengambil riwayat Kedua sebagai sebab turunnya ayat
tescbut.
Ketiga,
redaksi jelas, tapi status teansmisinya berbeda, maka yang
menjadi pegangan adalah yang jalur tansmisinya paling
apabila semua riwayat_ menggunakan
puLeTiN raRae
dalam riwayat lain dikemukakan
bahwa Ibnu ‘Abbas berkata, “Kawm Quraigy berkata kepada
Raum Yabudi, Ajavilab kami sesuatu untuk ditanyakan Repada
orang ini (Mubammad).’ Berkatalab orang Yabudi, ‘Coba tan-
yokan Repadanya tentang rub? Mereka pun menoryakanya
apada Nabi Muhammad, late turuntab ayat ab Isr’: 85.°
Menjawab perselisihan antar dua siwayat ini,
Imam al-Snyuthi menyatakan bahwa riwayat Ibnu Mas'ud
lebih bisa dipegangn karena sebagai sumber rawi, ia ketika
itu hadir pada waktu terjadinya. sedang Ibnu ‘Abbas hanya
menceritakan dari apa yang diceriktakan orang, lain kepa-
anya
Kelima, apabila kedua riwayat yang berstatus sahih
dan redaksinya jelas tersebut tidak memungkinkan untuk
ditarjib, maka kita kumpulkan semua riwayat ita tanpa
tarjih, dengan mengatakan bahwa ayat tersebut trun
setelah dua kejadian itu. Contoh kasus ini terjadi pada QS
al-Anfal :
Tiomidai dan Tbnu Majah dati Tbnu Abbas, bahwa ayat ini
turin berkenaan dengan Hilal bin Umayyah yang mengadu
1-62, di mana diciwayatkan oleh al-Bukhasi, at-
kepada Rasulullah saw karena isterinya berzina, Kemudian
dalam riwayat Jain, yang diriwayatkan oleh al-Bukhari danMuslim dari Sahl bin Sa’ad mengatakan bahwa ‘Liwaimie
datang kepada ‘Ashim bin “Adi sambil meminta bantuann:
ya untuk menanyakan_perihal_seorang suami
Suing Petia Spiked Boh sie
yang,
mendapatkan
istri te C. put atau tidak?
[Karena kedua kasus tersebut sama-sama kuat dan
redaksprya jelas, maka par ulama berkesimpulan bahwa
turunnya ayat itu diawali dengan kejadian yang berke
dengad Hilal, kemudian diikuti olch perstiwa yang dialami
oleh Gwaimie. Jadi, turunaya ayat tessebut bersamaan
dengay dua kejadian itu, Dalam hal ini, Ibnu Hiajar mene
gaskant bahwa turunnya satu ayat dengan dua kejadian
bukanfkh suatu masalah, dan merupakan suatu hal yang
sungatisa cites,
Keenam, apabila antar kedua riwayat terscbut tidak
memubgkinkan untuk dikumpulkan karena jaubnya jarak
wwaktufpntara kedua kejadian dalam riwayat tersebut, maka
edua yeiwayat itu dibiackan sedemikian supa, kerudian
disimpulkan bahwa_ayat, tersebut_ tuum berulang-ulang
n. Contoh kasus ini terjadi pada akhir
surat al-Nahl, di mana riwayat al-Hakim, al-Baihagi dan al:
Bazzar dasi Abu Huraimh menegaskan bahwa ayat ini
turun pada saat Peang uhud. Sedangkan siwayat Hakim
dan Tismidzi dari Ubay bin Ka‘ab menegaskan bahwa ayat
ini turun ketika penakhukan Mekah. Karena antar kedua
kejadian tersebut terbentang jarak yang cukup lama, maka
para ulama tafsic menyimpulkan bahwa ayat itu turun dua
bal ait hells Dering Usd den peasBlutan MEGS,
Dari kasus yang disebutkan terakhir ini, kemng-
kin
ayat itu harus turun dua kali, padahal Rasulullah dan Baca
Sahabat sudab hafal al-Quean dilv Menjafvab
pertanyaan semacam ini, al-Zarkasyi menegaskan babwa
» akan ada hal yang dipertanyakan, Misalnya, Kepee
epala?
turunnya suata ayat dalam beberapa Kejadian adalah’ se-
bagi bentuk penghormatan Allah tethadap ayat tersebut;
sckaigus mengingatkan kepada paen Sahabat agar ayaf ita
tidak dilupakan, Selain dari itu, menurut hemat penplis,
fenomena semacam ini juga sebagal pengingat akan ie
fagaya roskoa den msihst yong teckandung, délam jut
tersebut: Wallabu alan bis shana: I
Inblas eribada.. Sambungan dar hm 1
Kepada golongin kedua, Allah menanyakan hal
yang sama, “Apa yang kamu lakukan selama di dunia?”
“Aku mencari ilmu kemudian mengajarkannya
demi Engkau. Aku juga membaca al-Quran demi Engkau,”
jawab golongan pencari ilu ini.
“Kamu dusta!” Allah menyanggah. “Kamu
‘smencasi ilmu supaya dikatakan sebagai ulama. Kamu juga
membaca al-Quran agar diangpap sebagai qari. Tujuan itu
sudah kamu dapatkan di dunia.” Allah pun memerintahkan
kepada para malaikat untuk menyeret dan melemparkannya
ke nesaka.
Kepada yang ketiga, Allah menanyakan hal yang
sama pula. “Apa yang kamu kerjakan dengan harta yang
sudah Aku berikant kepadamnu?”
“Aku tidak meninggalkan satu lahan kebaikan pun
kecuali aku infakkan hartakn di dalamnya demi Engkau,”
jawab golongan abli sedekah ini
“Dusta!” Allah menyanggah, “Kamu mengerjakan
hal itu supaya dlangpap sebagai demmawan, dan tujuan itu
sudah kamu dapatkan (saat di dunia).” Allah pun
‘memerintahkan kepada malsikat untuk menyeret dan
‘memasukkannya ke neraka. (HR Muslim).
Tkhlas adalah uh ibadah. Jika caga kita tak
berfungsi tanpa uh, maka amal ibadah kita pun tak
berguna tanpa keikhlasan, Hadis di atas adalah contoh tiga
BULETIN 1aRA*,
golongan manusia yang ibadabnya justru menjerumuskan
mereka ke neraka, karena tidak dibarengi dengan niat yang
iktlas.
Menurut Ibnu al-Qayyim, ikhlas adalah
mengkhusukan tujuan ibadah hanya kepada Allah SWT,
dengan memurnikannya dari keinginan untuk mendapat
pujian manusia atau hal-hal duniawi lainnya. Selain menjadi
syarat utama diterimanya ibadah, ikhlas merupakan inti
pokok ajaran Islam, Allah SWT berfirman, “Dar tidaklab
mereka diperintabkan Recuali supaya menyembah Allah dengan
memurikan ketaatan kepadaNya dalam (merjalankan) agama
ging lurus, dan supaya mereka mendivikan shalat dan menunatean
sgukat, Dan yang demikian ituab agama yang burns.” (QS al-
Bayyinah (98): 5).
Untuk menemukan keikhlasan dalam beribadah,
sctidaknya ada tiga hal yang perlu kita perhatikan. Pertama,
Juruskan iat semata-mata demi Allah, karena imbalan
amalan terantung pada niat yang kita tetapkan. Kedua,
bersihkan jiwa dari penyakit hati yang tercela, karena
penyakit itulah yang menghalangi amalan kita untuk sampai
kepada Allah. Ketia, jangan suka mengungkitungkit
perbustan baik, Karena hal itu adalah bagian dasi riya yang
bisa menghapus pahala amalan kita. Walla a‘lam,6 GUI |
i tengah perkem-
bangan ilmu penge
tahuan yang se-
makin pesat, ada
sebagian kalangan yang mengageap
agama adalsh salah satu faktor
uutama_keterbelakangan, Sebabnya,
agama dianggap memuat ajaran-
ajaran khurafat yang tidak masuk
akal, sehingga membuat manusia
kchilangan daya pikir dan tidak
memanfaatkan secara optimal akal
1 yang menjadi karunia terbesar mereka,
“Dalam \ Lalu, bagaimana al-Quean, sebagai
menjalani __pedoman abadi_ sepanjang_zaman_me-
keyakinan manding masalah alal? Apa Datasan-
beragama, batasan yang harus ditaati oleh skal?
Allah Dan bagaimana seharusnya kita men-
es goptimalkan peran akal? Penelitian ini
n manusia aa
Deere eet bertujuan mengetahui bagaimana
berpikir, sesungguhaya pandangan al Qur'an
sehingga tentang keberadaan dan kegunaan
mampu agama bagi manusia, bagsimana Al
menerimannya Qur'an menjelaskan kedudukan akal
dengan faausia alam ‘berugama: dan
peace bagaimana al Que‘an melihat hubungan
penuh yang ee ee
riltkutt oleh smanusia dengan Allah dan slam semesta
peronters secara lebih spesifik-teologis.
argumen Penghormatan al-Quran_terhadap
logis.” ‘Akal
BULETIN 1QRA™, EDISI PERDANA, OKTOBER 2012
emma scerreocrc
Al-Quran dan Akal
Ari Kurniawati
oS
Secara etimologi, kata akal berasal I
daci bahasa Arab “alaql” yang artinya |
mencegah. Dalam bahasa Arab, kata “al-aqi”
memiliki sinonim “al-hije” yang berasti
menawan atau mengikat. Daya bexpikir
manusia ini disebut akal karena ia mengikat
ddan mencegah sescorang. agar tak terjeru- |
mus dalam kesalaban atau dosa. Orang yang. |
berakal adalah orang: yang mampu mengikat
atau mengendalikan hava nafsunya, dan !
memberikan perlindungan sampai pada |)
batas-batas yang diperlukan. Dengan
demikian akal akan mampu melibat kebena-
san, 1
Aslam sejatinyn_adalah agama_yeng?
Sangat ‘menjunjuag tag; akal. Dalam
menjalani keyakinan beragama, Allah
memerintahkan manusia untuk selalu
berpikir, sehingga mampu menerimannya
dengan kesadaran penuh ditkuti dengan
argumen-argumen logis. Karena al-Quran
sangat menghargni akal, maka al-Quean pun
banyak memuji orang yang menggunakan
akal mereka, Allah berfisman, “Allah
‘meninggikan orang-orang yg beriman di. antara
alian dan orang-onang yang berilaw beberapa
dlergjat.” (Al-Mujadalab: 11).”
Dalam ayst lain Allah menegaskan
bahwa hanya oring-orang bespikitlah yang
‘mampu merenungi tanda-tanda kebesaran
Allah, baik yang terlukis dalam alam semes-
ta, maupun yang tertulis dalam al-Quean.
“Dan di bumi ini tedapat bagian-bagian yang
berdampingan, dan kebun Rebun anggur, onaman-
faraman dan pobon korma yang bercabang dan
yang tidak berabang, disinami dengon air yang
sama. Kami melebibhan sebabagian fanam
tanaman ity atas. sebabagion yang Inin tentang
rasanya. Sesinggubnya pada yang demitian itu
texdapet tanda-tanda (kebesasan Allah) bagi Basin
yang, berfkin?” (QS. Ae Rad: 4). “Ini (al
Quran) adalah sebuab Ritab yang Kami tenenkan
‘epadanu penuh dengan berkab, spaya merckamemperbatikan apatayatnya dan supaya orang-orang yang
berpikir- mendapat pelajaran.® (QS Shad: 29)” (QS. Yusuf,
ayat 2)
Selain menegaskan penghormatan techadap akal
dan orang-orang yang mau mempergunakan akal, Allah
pun mencela dengan keras orang-orang yang. tidak
menggunakan akal mereka, Tidak berfungsinya akal
tersebut, menurut al-Quean, adalah faktor utama lahienya
seseorang dari pintu hidayah, sehingga mereka tak
ubshnya seperti binatang-bintang gembalaan, Allah
berfirman, “Dan perumparmaan (orang orang yang. mensera)
‘orang.orang, Rajir adalah seperti penggembala yang memanggil
binatang yang tidak: mendengar selain panggilan dan seruan saja
Mercka tui, bisn dan buta, mata (ole sebab itu) mereka tae
mengerti: QS al-Bagatab:171).
Dalam ayat lain Allah bahkan menyatakan bah-
wa orang yang tidak berpikir adalah orang yang tuli, bisa
dan buta, Allah berfisman, “Dae di aniara mereka ad orang
| QADHAYA Wi
ying mendengarkanmu. Apakah kamu dapat meniadikan orang
‘nang, tlh itu sendengar walaupun mereka tidak. mengeti®” (QS
Yunus :42), “Mereka tidak akan memenmgi Rann dalam
eadaan bersatu padu, Recual dalam kanpumg-kannpamng yang
erbenteng, atau di bali. tembok, Permusuban antara sesama
mereka adalah sangat hebat. Kame kira mereka itu bersatu,
sedang hati mereka berpecab belab. Yang demitsian itu kavena
sexunggubreya mereka adalah kaum yang tidak mengeti.” (Q.S al-
Hasye : 14).
Mungkin ada pertanyaan, kenapa mereka
dibukumi sebagai orang yang buta, tuli dan bisu?
Jawabannya, karena akal adalah kunci utama untuk
‘memfingsikan’ ketiga indra terscbut. Jika fungsi utama
keetiga indea tersebut adalah untuk menerima informasi
dan input ari luar, maka fungsi itu sangat bergantung erat
pada peran akal. Jika pun seorang melihat, namun tidak
mencerna dan memikiekan apa yang, dia lihat, maka tak
akan pemnah ada informasi atau inpot positif yang bisa dia
eee eH He HH KH He HK He eH KH Ke Ke Ke He Ke Ke Ke eee
dapatkan,
Allah berficman, “Mata apakab mereka tidak: berjalan dé mika buni, lab mereka menpuoai bati yang dengan itu
mereka dapat menabani sian menpuryai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesinggubmya bukanlab mata itu
seg but, etapa bite, fala bat yang di dale dada,
Dampak-dampak Kebodohan
Selain menempatkan akal dalam posisi yang sangat istimewa, al-Quran juga mempethatikan jalan pikiran dan
penerapannya dalam kehidupan sehasi-hari melalui bimbingan dan petunjuk yang sempusna, Dalam hal ini, al-Quran
menjelaskan beberapa dampak yang akan ditumbulkan dari orang-orang yang tidak mempergunakan akal, baik
penguruh-pengaruh internal dalam pembentukan pribadi seseorng, maupun pengaruh eksternal yang bechubungan
dengan orang luar.
Pertama, orang.orang yang tidak mempergunakan akal tidak akan pernah memshammi ayat-ayat Allah, “Dan
_perumpamaan:perumparaan ini Kanci buat untuk: marasia dan tada yang memabaninya Rexoali orarg-orang yang, bert.” QS al-
Ankabut : 43); “Make ghakab mereka tidak begalon di muka bumi, lau mereka menpurya bati yang dengan itu mereka dapat
smemabarri ata mempurya telinga yang dengan itte mereka dapat mendengar? Karena sesunggubrsa bakanlal mata itu yang buta,
eee ee ee ee
Nee ee ee ee ee ee ee ee ee ee eK Ke
tesapi yang, buta, ialab bath yang di datane dada. (Q.S al-Hajh :
46)
Kedua, orangorang yang tidak mempergunakan
kal tidak akan pernah mau menerima kebaikan. “Dan
apabila ama menyeru (mereka) untuk (mengerjakan)
sembabyang, mereka menjadikannpa buah gekan dan permainan.
Yang deneikian itu adalab arena mereka benar-benar kaum yang
dake man mempergimatan akal. (QS al-Maidah ; 58). “Dan
adalah kebidkepan dunia ini seltin dari main main dan senda
gran belaka Dan sunggub kampuog akira itu lebih bait: bagi
orangorang yang bertakwa, Maka tidakkab kamu
‘memabaminga? (QS al-An'am 332).
Ketiga, ketidakfaahaman pada suatu. perkara
mengakibatkan kemunafikan dan ketidakadilan. “Dan
apabila kamn menyeru (mereka) untuk (mengerjakan)
sembahyang, mereka menjadikannya buah ejekan dan
permainan. Yang demikian itu adalah karena mereka
benar-benar kaum yang tidak max mempergunakan
akal:” (QS al-Maidah : 58) “Dan sesumggubmya untuk: orang.
‘orang yang xalim ada azab selain daripada itu Tetapi
ebarpakan mereka tidak mengetabni.” (QS at-Thue +47).
Keempat, tidak berpikit adalah faktor utama
dicampakkanya seorang hamba ke Neraka, “Dan mereka
berkata: ‘Sehiranya kami mendongarkan atau menikivkan
(pevingatan itu) niscaya tidabloh kami termasuk penbumi-
penser neraka yong meryala-ryala.” (QS al-Mulk: 10).
BULETIN 1QRA>, EOIST PERDANAse ac
oe
7H
Pe
tars
Pa
TELLS
pengarang teks.
i)
es
eed
ea
ee
Cr
taipa
Cae
BULETIN FORAY
Sumbungan Hermeneatika a Quran dalam Sorotan.
dikendalikan oleh Gereja, Dalam per-
jslanannya, hermeneutika mengilami
perkembangan yang sangat radial,
hhingga sampai pada batas-batas
ekstrim (ghiées). Pada abad ke-18,
metode hermeneutika telah mengganti
“makna” suatu teks (maksud yang
diinginkan oleh pengarang) menjadi
sekedar “simbol? (pemahaman yang,
ditangkap oleh seorang pembaca).
Lebih dari itu, teosi -hesmeneutika
bahkan dengan lantang —-mengu.
mumkan kematian seorang pengarang,
teks, Dengan kematian pengacang,
maka teks bersifat terbuka dan dapat
diinterpretasikan oleh siapapun, tanpa
ikatan apapun,
Dalam kondisi seperti ini, maka
sebuah teks, tegas Imacah, telah menjadi
barang mainan yang bisa dengan mudah
dipermainkan oleh seorang pembaca,
Sebuah teks, dalam teori hermencutika,
tidak harus dipshami berdasarkan ide st
pengarang, melainkan berdasarkan matesi
yang tertera dalam teks itu sendin. Karena
itu, Schleimacher menegaskan bahwa
seorang hermeneut dituntut untuk me.
mahami sebuah teks melebihi apa yang
dipahami oleh pembacanya, Teori herme-
neutika yang digagas oleh Schleiermacher
ini kemudian lebih dikenal dengan aliran
heemeneutika omantik.
Selain aliran hermeneutika roman-
tik, ada jugn aliran hermencutika historikal
yang didengungkan oleh Dilthey. Menusut
Dilthey, sebuah teks atau pernyataan tung-
gal dapat mempunyai makna yang ber-
macam-macam. tergantung pada konteks
historis di mana teks dan pernyataan itu
muneul. Setelah Dilthey, Gadamer datang
dengan aliran baru yang disebut herme-
neutika dialektik, yang menganggap bahwa
tidak ada satpun metode mutlak untuk
mencapai kebenaran, Menueut Gadamee,
ketika suatu teks dipublikasikan, maka teks
itu bukan lagi milik si penyusun, melainkan
milik setiap orang (pembaca), sehingga
mereka bebas menginterpretasikan seke-
hhendak mereka.
Untuk menengahi nilai subyektivi-
tas yang sangat kental pada tiga aliran
sebelumnya, Paul Ricoeur menggagas
sebuah alican baru yang dikenal dengan
heemencutika obycktif, Bagi Paul Ricocur,
dalam proses. pemahaman, —seorang
penafsir harus membebaskan diri daei
kontcks masa lampau (dckontekstualisasi)
dan masuk kembali dalam konteks masa
x
\
eae ee H- He He He Hee HK eK KH Ke Ke KK
‘N
ini (rekontekstualisasi). Dalam tataran ini, lanjut
Ricoeur, tugas seorang penafsir adalah membaca
“dati dalam” sebuah teks tanpa masuk dan mem
posisikan dici dalam teks tersebut, lalu mencocok-
kanya pada kondisi-kondisi sosial baru,
Dengan karakteristik dan latar belakang
seperti ini, maka menurut Syamsuddin Asif, herme-
neutika mengandung sejumlah asumst yang: harus
kita perhatikin, Ptama, hermeneutika mengangap
semua teks adalah sama, semuanya merupakan
produk manusia, Kedia, hermeneutika mengangpap
semua teks sebagai produk sejarah, Ketiga, praktisi
hermeneutika (hermeneut) dituntut untuk bersikap
skeptis, selalu meragukan kebenaran dari manapun
datanganya. Seosang hermeneut, lanjut Syamsud-
din, akan terus terperangkap dalam “lingkaran
hermeneutis” di mana suatu makna senantiasa
berubah. —Sedangkan —femhir, _hermeneutika
menghendakipelakunya untuk menganut celati-
visme epistemologis. Bagi seorang hermeneut,
tidak ada tafsic yang mutlk benar, semuanya
relatif, Yang benar menurut sescorang, boleh jadi
salah menurut orang lain,
‘Tuhan hanyalah khayalan
Dalam salah satu tesisnya, Adnin Armas
memprediksi, jika hetmeneutika diterapkan dalam
studi al-Quean akan menimbulkan “paradigma
baru” teehadap status al-Quran dan penafsirannya.
Pendapat Schleiermacher yang _mengasnmsikan
semua teks tidak memiliki keunikan, menurutnya,
akan berimplikasi pada pandangan bahwa al-
Quran tidak memiliki istimewaan apapun diban-
ding teks-teks lainnya. Selain ity, pendekatan
Dilthey yang menjadikan scjarah sebagai sumber
pemahaman teks juga akan berindikasi pada pen-
dapat bahwa al-Quran adalah teks sejacah dan
dipengaruhi oleh Kondisi sosial budaya pada waktu
ita,
Dan pada kenyataannya, pendapat-
pendapat seperti inilah yang dilontarkan oleh Nase
Hamid Abu Zaid ketika mengksji al-Quean dengan
metode —hermencutika _dialektiknya, _Selain
menganggap al-Quean adalah sebuah teks yang
terkonstruk oleh budaya yang saat itu sedang
herkembang, Abu Zaid juga berpandangan bahwa
wahyu atau kenabian adalah hasil dati proses kon-
templasi dan interaksi tingkat tinggi yang dilakukan
oleh seorang Nabi dengan alam malaika. Fenome-
na seperti ini, tidak berbeda dengan interkasi
seorang penyair dengan setan, atau serang dukun
dengan jin. Perbedaan antara abi, penyair dan
setan hanya pada tingkatan keknatan imajinasi
mereka, bukan pada bentuk dan mekanismenya.
Sclain Nast Hamid, tokoh lain yang, ter-
penganih oleh metode hermeneutika adalah Mo-
hammed Arkoun. Dengan hermeneutika historis,
Ahoua bespendapat babs Macbat Ubmani iskI >
lain hanyalah produk sosial-budaya masyarakat yang telah dijadi-
kan sebagai sesuatu yang “tak teepikirkan”, disebabkan semata-
mata kekuatan dan pemaksaan penguasa resmi, Menucut
Ackoun, status al-Qur’an dalam bentuk tulisan telah berkurang,
dari kitab yang diwahyukan (a/-itab at-nwba) menjadi sebuah
buku biasa (itab ‘ad). Karena itu, Arkoun berpendapat bahwa
Mushaf itu tidak layak untuk mendapatkan status kesucian, Para
Muslim ortodoklah yang meninggikan korpus ini ke dalam. se-
bbuah status sebagai firman Tuhan.
Lebih jauh, Muhammad Imarah menegaskan bahwa penerapan
metode hermencutika dalam pembacaan teks-teks keagamaaan
telah ‘memannsiakan’ agama, menuhankan manusia, menjadikan
pembaca sebagai sumber wahyu, menjadikan wahyu sebagai apa
yang difahami oleh pembaca, menghancurkan nilai-nilai moral,
melepaskan hukum-hukum agama dari sumber ketuhanan, hing-
ga ‘membunuh’ Tuban, Hasan Hanafi, misalnya, dengan metode
hermeneutika antropologisnya beranggapan bahwa Allah bukan-
lah suatu Daat independen yang ada di luar manusia; melainkan
schatas khayalan yang diciptakan oleh orang yang sedang berada
dalam kondisi lemah,
fat-sifat Allah seperti Maha Mengetahui, Mahatinggi, Maha
Mendengar, Maha Melihat, dan sifatsifat absolut lainnaya,
menuut Hasan Hanafi, adalah sifat-sifat yang digambarkan olch
dengan kajian-kajian filsafat dan sejarah, Heemeneutika
pun semakin ‘bikin masalah’ ketika digunakan sebagai
manusia yang tidak mampu mencapai sifat-sifat itu. Selan-
jutnya, menurut Hasan Hanafi, apa saja yang kita yakini
dan kita agungkan untk menggantikan apa yang yang
tidak mampu kita raih adalah Allah; dan apa saja yang kita
inginkan, namun tidak bisa kita penuhi, maka itu juga
Allah. Dengan demikian, maka Allah yang seakan-akan
menunjukkan suatu dzat, ata sifat, atau perbuatan, pada
hhakikatnya sekedar rintihan manusia dalam mengapre~
siasikan karakteristik-karakteristik utama disi_mercka
sendi
Mengkritik Kritikan
neutika dalam studi al- Quran beranggapan bahwa metode
ini adalah alternatif itu untuk menggantikan metode tafsic
yang out of date, sekaligus sebagai upaya pembacaan kritis
in yang, sedang berkembang,
Jika toh benar tujuan ini yang mereka imginksn, maka
weneutika justeu lebih layak untuk lebih dulu meceka
kkcitik. Hermeneutika adalah objek utama yang harus
mereka “baca ulang”. Dampak-dampak destruktif seperti
disinggung sebelumnya tentu tidak bisa kita dipandang
sebelah mata, Jika unsur-unsur ketuhanan, kenabian, kitab
gaib, dan akhirat sudah dihilangkan, maka
apalagi yang bisa dipertahankan dari Islam?
Jika ada yang mengatakan hermencutika jugn
mengandung nilai-nilai positif selain dari dampak negatif
seperti yang, disebutkan sebelumnya, maka kita jawab
kepada mereka 0g
meskipun mengandung manfaat untuk manusia?” Sampai
saat ini, hermeneutika teebukti sebagai disiplin ilmu yang
sering digunakan untuk 'merusak’ keilmuan lain, Kondisi
ini tampak. san
he
keras tetap dilaca
at nyata ketika ia masuk dan bercampur
pULETIN Tone
pisau analisis untuk mengkaji tcks-teks keagamaan, khu-
susnya al-Quran, Di sinilah, kita harus jeli menimbang.
nimbang antara dampak positif' dan negatif yang
dilahirkan oleh Filosofi pengharaman
minuman keras di atas sangat tepat untuk kita jadikan
parameter dalam menyoroti hermeneutika.
hermeneutika.1 oRENIN| «
Muhammad Abdullah Darraz:
x
Filsuf Qurani, Penggagas Taisir Maudhwi
Jauharotun Naqiyah
ada pertengahan abad ke:
20, sebuah buku fenomenal
tecbit di kawasan Arab dan
Timur Tengah. Buku yang
mengkaji al-Quran dengan paradigma
ana itu berjudul “aNaba al Adgim:
‘Nadbarat Jadidah fé al Quem at Karin”.
Saking “fenomenalnya buku ini,
ng sastrawan ten Mesir,
Rajab nimi
mengatakan, “Kitab Naba’ al-Adzim
adalah salah satu bentuk keajaib
Imad
dal ah studi al-Quean, Buku i
dicing oleh kelugasan—bahasa,
kekuatan logika, dan kejelasan
argumen, Jika Saad Zaghlul menganggap buku
Haz, al Quién karya Shadiq, al-Rafii sebagni
seqpihan dari cahaya al-Quran, maka apa yang
akan dikatakan oleh panglima int techadap ai
Nabe at Adzin?”
Buku itu adalah satu dari beberapa
buku yang dikarang oleh Muhammad Abdullah
Darcaz. Lahie di sebuah desa kecil di Maballah
Diyay, Kafr al-Syaikh pada tahun 1894,
Abdullah Darraz memulai pendidikan dasamya
di Ma’had Iskandariyah pada tahun 1905 M.
Tujuh tahun setelahnya, ia mendapatkan ijazah
sekolah menengah atas (tsamanyjah) dari al:
Azhar pada tahun 1912, kemudian gelae sarjana
dari Madrasah Nidzamiyah pada tahun 1916 M.
Saat masa-masa sekolah itu, Abdullah
telah bahasa
“Metode tafsir
nd
reg
tematik)
Pee
Pd aeer
Pree)
Pra
TU aed
See
Pa
eae
Dareaz mempelajasi Perancis,
secara sungguh-sungguh. Tujuan_mempelajaci
bahasa Perancis pada awalnya bukanlah karena
kecintaannya terhadap bahasa tersebut, namun
arena ingin menguasai bahasa bangsa penjajah
yang telah menimbulkan kekacauan politik di
hegerinya. sosial-politik di negerinya. Tanpa
ia prediksi sebelumnya, penguasaannya
tethadap bahasa Perancis ini ternyata ban-
yak membantu Abdullah Darraz dala
‘memecahkan — permasalahan-permasalahan
sosial-politik di negerinya
Pada tahun 1936, Abdullah Dacraz
berkesempatan berangkat ke Paris sebagai
vutusan dari al-Azhar untuk melanjutkan
studi pascasarjana dan doktoral. Di
Perancis, ia menulis dua disertasi sekaligus,
yaitu “alMadéhad ila a-Qurin al-Karin’? dan
‘Dustir ab-AkMlag fi al-Quré”. Dengan dua
buah judul disertasinya ini, ia berhasil
mendapatkan gelar doktor dari Universitas
Sorbone dengan predikat summa cum laude
pada tahun 1947,
Abdullah
hanya sebagai cendekiawan yang brilian,
namun juga sebagai seorang filsuf, aim ulama
dan pejuang yang abli dalam bidang al:
Quran, tafsr,filsafat, etika dan pendidikan,
Di masa hidupnya, Abdullah Dareaz
dikenal sebagai seorang cendekiawan yang
selalu bergelut dengan al-Quran, Menurut
pengakuan orang-orang terdekatnya, bibir
‘Abdullah Darraz tak pernah kering dasi fal:
Ifa al-Quean, ia bahkan
mampu menghatamkan enam juz al-Quean,
dengan tanpa sedikitpun melihat mushaf.
Dengan kondisi seperti ini, maka
tidak mengherankan jika Abdullah
mampu melahirkan sebuah pemahaman baru
nan otentik terhadap al-Quran. Abdullah
Darraz mampu menggabungkan antara
\
l
I
l
dikenal !
I
I
I
I
I
l
I
I
I
l
sivayat yang, benar (anag! ab-shabd) dan y
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
l
Darraz bukan
Dalam 5
Darra
penalaran yang tepat (alagl at-sbarid) dalam
ayat-ayat al-Quean. Ia juga
bechasil menggali kajian al-Quean dari sudut
pandang sumber-sumber klasik, namun tidak
melupakan konteks di mana dia hidup. Di
sinilah, Abdullah Dareaz dianggap salah
tokoh penting yang mampu smenggabungkan
antara otentisitas ajaran Islan dan kondist
sosial kemasyarakatan yang —_terus,
beckembang. Metode tafsic maudhu't (tafsic
tematik) yang saat ini diminati oleh para
pengkajial-Quran adalah salah satu
terobosan yang digagas oleh Abdullah
Darraz. Dengan’ metode tafsir tematika ini,
Abdullah Darmaz menegaskan bahwa al-
Quran ibarnt rangkaian berlian yang saling
bertautan tanpa ada cacat Dengan tafsir
tematik pula, Abdullah Darraz seakan
menegaskan bahwa al-Quean adalah kitab
yang selalu relevan, membumi, dan mampu
menyclesaikan setiap persoalan yang dialami
oleh manusia
Pada bulan Januari tahun 1958,
malaikat maut menjemput Abdullah Darcaz
ketika ia menghadiri Muktamar Islam
Internasional di kota Lahore, Pakistan, Karya
-karya Abdullah Dareaz banyak tersebar, baik
menggunakan bahasa Arab maupun Pecancis.
Sclain atNaba a/-Adgjm, arya monumental
Abdullah Darraz yang lainnya adalah af
Madebal ila al Quin, Dustin alARbltg fi at
Qur‘in, dan abDin: Buloits Mumabbadah & |
Dinisah Tarik al-Adyn.
memahan¢
i
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
N
Al-Quran sebagai Pedoman
Maulidatul Hifdhiyah Malik
Quran adalah kitab Allah yang disediakan menjadi petunjuk
agi selucuh umat Islam,
|:
‘mereka dalam menjalani kehidupan di dunia. Seumpama musafir, alQuran adalah peta
bagi manusia dalam menjalani masa ‘percobaan’ di dunia, agar selamat sarpai tujuan
(akbirat) tanpa tersesat. AlQuran dalam perannya sebagai sebuah petunjuk tidak
memberatkan manusia dengan membebani 9j
yang tidak mereka mampu. Secara umum, al-
Quran hanya menyeru kepada manusia agar tidak menuruti hawa nafsunya dan teelalu berlebihan
mengagungkan kehidupan dunia,
Pada dasarnya keinginan-keinginan (baca: hawa nafsu) yang ada dalam dirt manusia
selalu bertentangan dengan nilai-nilai yang dibawa oleh al-Quean, Namun satu hal yang harus
digncisbawahi, justcu disitu lah letak ujian yang berikan Allah kepada manusia. Dunia, dan semua
hal yang diberikin Allah kepada manusia hanyalah sebagai ujian, Dan agar manusia mampu
melewati ujian tersebut dengan selamat, Allah telah memberikan pedoman yang sangat agung,
yaitu al-Quran, Manusia, dengan panduan al-Quran dan karunia akalny
akan mampu memilih
fpakah ia akan melewati ujian tersebut dengan sukses ataupun sebaliknya.
Hal inilah yang disampaikan oleh Muhammad al-Bahi dalam salah satu karyanya,
filsafat di Jerman dan menyclesaikan progeam
doktoralnya di Universitas Hambueg dalam
bidang studi Islam dan filsafat.
Menumt al-Bahi, al-Quran tidak
pernah —dan tidak akan pernah- berubah,
Yang bembah dan mengalamipenibahan
adalah pemikiean dan pandangan manusia
techadap al-Quran,
Sccaca garis besar, buku ini dibagi
menjadi dua bab: perfama tentang identitas al-
Quran, dan éedua tentang upaya manusia
dalam’ memahami al-Quran. Dalam bab
pertama, Muhammad al-Bahi _berbicara
tentang kemukjizatan dan pokok-pokok
pembahasan yang dikandung oleh al-Quean.
‘Menurut al-Bahi, letak utama kemukjizatan al
-Quean ada pada dua hal, yaitu. keindahan
gaya bahasa dan berita-berita tentang masalah
smasalah gaib. Sendangkan terkait pokok-
pokok pembahasan al-Quran, al-Bahi
menyebutkan ada tiga pokok utama
pembahasan al-Quran, yaitu menyeru
umatnya untuk beriman kepada risalah
sebelum Muhammad SAW; menganjuckan
umat Islam agar selalu bersatu; dan menyert
umat manusia seluruhnya untuk —salingg
menghargai dan hidup secara harmonis.
Pada akhir pembahasan bab ini, al
Bahi_ menegaskan bahwa _al-Quran
mengajarkan pada mamusia agar tidak terlah
condong pada kehidupan duniawi. Yang
diperintahkan oleh al-Quean adalah agar
manusia selahi introspeksi disi agae tidak
keluar dari batasan-batasan yang, ditentukan
“Nahwa al-Qur’in”, Muhammad al-Bahi adalah salah satu cendekiawan kontemporer Mesir yang
lahic pada 1905 di kawasan Giza, Dalam jenjang karir studinya, al-Bahi tercatat pernah belajae
Allah SWT.
Sementara_ pada bab kedua, yaitu
pembahasan tentang upaya manusia dalam
mengkaji al-Quran, al-Bahi memasnkkan dua
tema utama, yaitu masalah tafsie tematiks dan
paham-paham yang menyimpang dari nilai-
nilaial-Quean. Dalam pembahasan tafsir
tematik, al-Bahi menjelaskan ada tiga tema
penting yang dinngkap olch al-Quean, yaitu
penentangan terhadap teadisi syicik, pem-
benaran techadap kesalahan-kesalahan yang
dilakukan oleh Ahlu Kitab, dan pem-
bangunan masyarakat Islam scutuhnya, Se-
mentara pada bagian paham-paham yang
bertentangan dengan al-Quean al-Bahi_me-
yebutkan dua paham yang dengan jelas
bertentangan dengan al-Quran, yaitu paham
orientalisme dan sckularisme.
Meski pembahasan dalam buku i
random dan kucang adanya keterkaitan antara
satu tema dengan tema lainnya, namun buku
ini tetap layak dibaca oleh para pengkaji al-
Quran dan siapa saja yang: ingin mengetahui
Islam lebih dalam. Sebagai pakar filsafat dan
studi Islam, al-Bahi- menjelaskan dengan
sangat gamblang posisi al-Quean dalam
pernannya sebagai pedoman bagi manusia.
‘Terlepas dari beberapa kekurangan yang, ada,
buku Naboo a/ Quin telah bethasil menja-
wab tuduban-tuduhan kaum. kafir-orientalis
tethadap otentisitas dan nilai-nilai agung al-
Quran. Wallaba a'lam 64 al-shawa,
soy temic
a eet
ees
bens
DR. Muhammad
peer tg
eter
Maktabah
AZ
Beantin
SETS CBE
Byard
SRS Bi crciy
LQuran
terkesan
BULETIN IQR", EDISI PERDANA, OKTOBER 201712
TG
Menjaga Warisan Ilmu
Saeful Luthty
slam merupakan agama yang kaya tradisi dan
warisan sejarah, Bagian dari warisan sejarah
‘yang sampai saat ini masih selalu dilestarikan
‘adalah ilu, Dalam tradisi Islam, keontenti-
kan sebuah disiplin ilmu sangat diperhatikan dan
ddijaga, karena dalam doktrin Islam, ilu adalah
agian daci_agama. Jika sumber dari segala ilmu
adalah al-Quran, maka a-Quran adalah ‘hata’
paling utama yang harus selalu dijaga.
‘Tradisi Menghafal dan Menulis
Hemat penulis, fenomena penjagaan
warisan keilmuan yang begitu mengagumkan tidak
luput dari dua faktor penting: pertama, kekustan
budaya menghafal. Dalam sejarah Islam, budaya
menghafal mempunyai peran yang, signifikan, teru-
tama dalam menjaga orisinalitas al-Quran dan
Sunnah, Dengan diturunkannya al-Quran kepada
seorang wmmy (buta huruf), maka proses pe-
nerimaan wahyu dari Malaikat Jibril pun dilakukan
dengan cara hafalan, Demikian pula proses tranfor-
‘masi selanjutnya, yaitu dari Nabi kepada para Sa-
hnabat, dan dari Sahabat satu ke Sahabat lainnya,
Karena keterbatasan perantara baca tulis ketika itu,
paca Sahabat pun dengan penuh semangat
‘menghafal ayat-ayat al-Quean yang meseka terima.
Bahkan saking semangatnya, pada fase awal
kemunculan Islam di Makkah, Ishirlah balagab-
balagah cahasia untuk mengkaji al-Quran dan Sun-
nah. Halagah seperti itu, ketika di Makkah disebut
“Halgabar-Ridbwan”, sedangkan di Madinah disebut
“Halgahath-Thaybab.
Dasi halgab-balgab ini lahirlah para sahabat
yang dikenal sebagai Ayfide (penghafal) al-Quran,
sperti Abu Bakar as-Shiddiq, Umar bin Khattab,
Ustman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Abdullah
bin Masud, Muvadz bin Jabal, Ubayy bin Kalab,
Zaid bin Tsabit, Abu Darda, Abu Huraicah, Say-
yidah Aisyah, Sayyidah Hafshah, Sayyidah Ummu
Salamah dan banyak Iainnys. Tradisi seperti. ini
belum beshenti, dan masih selelu dilestarikan sam-
pai sekarang.
Selain diterapkan pada al-Quran, budaya
menghafal pun juga diterapkan dalam mempelajari
Hadis. Banyak sekali para sahabat yang menghafal
dan_meriwayatkan ratusan, bahkan sibuan Hadis.
Sebut saja di antaca mereka ada Abu Huraira yang,
meciwayatkan 5.374 Hadis, Abdullah bin Umar
yang, meriwayatkan 2.630 Hadis, Anas bin Malik
yang meriwayatkan 2.278 Hadis, “Aisyah yang meri-
‘wayatkan 2.210 Hadis, Abdullah Bin Abbas yang
mesiwayatkan 1.660 Hadis, Jabie bin Abdullah
meriwayatkan 1.540 Hadis, dan Abu Said al-Khudsi
yang meriwatkan 1.170 Hadis.
BULETIN 1@RAy, EOIST PERDANA,
‘Tradisi seperti juga pun merambsh pada
bidang lain, sepecti idmu Fikih, Bahasa, ‘Tafsir, dan
lin sebagainya. Untuk mempermudah penguasaan
materi sebuah disiplin ilmu, sebagaian ulama mem:
buat singkasa dalam bentuk nadham atau yang: kita
kkenal dengan istilah maf. Dengan demikian muncul
Tah ungkapan “Man hafidza almutin bdza al-
forin” (oarangsiapa yang hatal matan-matan satu
keilmuan, maka akan menguasai kunci-kunci
keilmuan tersebut),
Keda, budaya mentlis dan berkarya, Menu
lis mecupakan metode atau cara kedua umat Islam
dalam menjaga warisan kelimuan mereka. Ini tee
bukti sejak zaman Rasulullah SAW, di mana beliau
mempunyai Auttdb alway! (penulis wahyu). Ketika
ayat al-Quran turun Rasulullah langsung memerin-
tahkan para Sahabatnya untuk menulis. “Tradisi
seperti in berlanjut ketika Umar bin Khattab
berinisiatif. untuk mengumpulkan sl-Quran pada
masa Khalifh Abu Bakar as-Shiddig; kemudian
diteruskan dengan penulisan ulang pada masa Kha-
lifah Utsman bin Affan, Yang terjadi pada al-Quean,
terjadi pula pada Hadis dan disiplin-disiplin
kkcilmuan Islam lainnya,
‘Talaggi dan Sanad
Sclain tradisi menghafal dan menulis, salah
satu. keistimewaan tradisi keilmuan Islam adalah
proses transformasinya dilaksanakan secara langsung,
dari guru ke murid. Tradisi ini sudah dipraktikkan
oleh Rasulullah, dan diteruskan oleh Sahabat, Tabi-
in, hingga ulama salaf dan khalaf, Di sampingg mem-
berikan pemahaman yang benar, talaaqi juga bee-
‘tujuan untuk melestarikan sanad atau isnad. Pada
zaman Rasulullah SAW, sistem sanad dipraktikkan
oleh para Sahabat dalam upaya melestarikan dan
menjaga al-Quran dan Hadis. Namun pada perkem-
bangannya, sistem sanad juga digunakan pada semua
disiplin keilmuan.
Karena begitu urgeanya tradisi sanad, Tbnu
Sirin pernah berkata, “Iimu ini adalah bagian dari
agama, maka perhatikanlah dari siapa kamu
mengambil agamamu (jlmu tersebut).” Imam Mus
Jim meriwayatkan dati Imam Abdullah bin Mubarak
bahwa ia berkata, “Isnad adalah sebagian dari aga-
ma. Jika tidak karena isnad, maka siapa saja bisa
berkata apa saja sesuai keinginannya.” Wallabn a’lam.