You are on page 1of 12
Poe eneer Se? rar eae re) PERV IMA rate yey RA rornta 7otd I py a Gat Boats jafsir adalah salah satu disiplin ilu yang, paling awal muncul dalam ranah stodial-Quran. Para ulama sepakat bahwa kemunculan imu tafsic berbarengan dengan awal penurunan al- Quran itu sendiri. ika tafsir diactikan oleh al Zueqpni dan Husein al-Dzahabi sebagai upaya untuk mengungkap makna yang dinginkan oleh Allah dalam ayat-ayat al-Quean sesuai batas kemampuan manusia, maka dalam prak tiknya, Muhammad SAW telah mengaplikasi- Kannya sejak pertama kali diangkat sebagai Rasul Seiring, perjalanan waktu, ilmu tafsic tems mengalami perkembangan. Corak dan metode penafsiran baru silth berganti bermun- culan, sebagai upaya mengungkap nilai-nilai al Quran agar sesuai dengan problematika zaman yang selalu berkembang. Akhie-akhir ini, se buah pendekatan baru terhadap al-Quran ditawarkan oleh para orientalis dan_sarjana Muslim liberal, Pendekatan baru itu bemama hermeneutika. Menurut para penggagas her- meneutikaal-Quran ini, perkembangan. ilmu tafsic masih bersifat ‘teoritis, teosentris, dan Hermeneutika al-Quran dalam Sorotan Jauhar Ridloni Marzuq “hermencuai? yang berarti penafsican atau interpretasi. Dilihat dari sejarahnya, heemencu- tika dikaitkan dengan tokoh Hermes dalam mitologi Yunani yang memupakan seorang penyampai pesan dewa kepada manusia. Secara sedethana, hermeneutika kemudian diactikan sebagai sebagai seni dan imu untuk menafsir kan teks-teks yang punya otoritas, khususnya teks suci Sebagai sebuah teori yang berkem bang di Barat, menurut Mu- hammmad Imarah, smeneutika merupakan upaya seorang, pembaca belum banyak bicaca tentang problem-problem untuk tumat dan soal-soal kemanusiaan. Di sinilah, membebas menurut- mereka, hermeneutika menjadi kan gerbang utama menuju pembacaan al-Quean dari yang ramah, membumi dan kontekstual. Benarkah? hererreseer dir Relativisme epistemologis dan kematian pengarang Hermeneutika hegemoni frerrremrr ny teks yang berasal dari Le asulullah SAW nikmat yang dulu Allah berikan “Dustal” Allah hersabda bahwa di dunia, kemudian cihisab satu. menyanggah. “Kamm besjuang: IKHLAS pada hari kiamat persatu, supaya dianggap sebagai 4 ynanti akan ada tiga “Apa yang telah kamu pemberani, dan keinginan itu fr golongan yang pertama kali lakukan di dunia dulu?" Allah sudsh kamu dapatkan di BL AUDA LID sib otch Aah SWT, ysits mengawal hisab dai golongan dunia” llth pun seorang marti, seorang pencari pejuang: smemerintahkan kepada imu, dan seorang, ali sedekah. “Saya berjuang untuk malaikat untuk menyeret dan Ketiga golongan itu akan menegakkan —_kalimat-Mu,” _-memasukkannya ke neraka. jawab pejuang i, } ditampakkan kepada mereka pomaeeres > IX Mengkaji al-Quran sat turun surat aH ayat 23 yang Tenuyata elu, Jka para sahabat cela besebut “ma” ameogirakan Kaun Mustinia untuk demi menjuvab senuaa al- Que, kta usta sting beiebut Tempetang melawan —usyikin untuk menghinda, Padsbal a-Qucan tidak menyeru Rec y Quis, esd peta mena ci Aepada kebukan (QS alist [LTE 9). Kite joy asi LY ff Pelakunya adalah Sead bin Khsitsamah dan memberkan dampak sgnfikan pad peau Kesehain yh ayahnya, Khaitsumah, Mereka berdua saling Kita OF erebut untuk memenvhi pan Lebih dati itu, susah paysh mempelijari a-Quean, f beiperang, Namun, Kedus bapak-anak ita juss ada sebagian Muslin yang mengstakin babwa a tak bisa ut betsama Kueos dalam Rela Quan yang ada saat ini bukanlah al Quaan seperti yang aya ada waite dan anuk-anak yang baros itwuckan Allah Repidt Nabi Muamauad. Meski pen ding dapatnya tcbantabkan sceaea logs dan tcologis, merska Takada yang mau mengaah, Raslulbh pun teup kuku bedkesimpulan denskian,Babkan dengaa gaya mndskukan undian uatuk meneatukan sapa sok jagoan, mereka mengungeyp al-Quian hanyaah has yang boleh beepeang dan sap yang barus da proses Koatemplai Mubaumad dengan Koad smenjags Ste did, sai teenyata measbak Saad, sang usyackat yang saat itu sedang beckembang, Pandangna anak, Sal pun itetphan untuk ut becpeang di Bada, seperti ini danggnp sebagu pandangan —progsesi dn sang aya, Khsitsamah harusmenjaga Keuagzanya, —_penyeguan, babkan pembubanvan, Mereka pun dengia [Namon sang yah belum tecma begitu sap “Wabsi smdah menggagas sckonstuks, telah kati pembacian anak, dalukan aku untuk char (brjhad).” pinta ling, dan Tain scbagninya. Seakanakin emia prodsk Kuitsamah kepada Sad peukican ulna Kia adslah sampsh yang memang harus “Tidak Aa Tai adalah pagan Ke spun” jaw ‘Tipe pelsjar seperti yang ditaurkan oleh CORE EEM Sind. “ky akan ecadabulkenm dalam perk lin, Muhammad al-Ghazl, yt aeseka yang pada hc abso Pee mon bukan vask yang” bass mulsi bela, asi Abad sadah eras meng, Pere ta Sang apah akhinya mengalsh. Sead pun pergi ber Kerudian asi Senin menguakan baba kta dan mereka POPU ecang essa Raul SAW di Bada Ta sah Seruan (paca ul fit PORPEPRAR a1 Curan telah ia java dengan sempuens Sementars —Jika demikion, maka uatuk apa kita mempelija sk PEPER OPM ios, Khsitsamah, bar bist memeauhi panglan jihad Quen? Di sina keseongan stad a-CQuran yang sti PRM pula Posing Uhud, Menyusul sing anak, Haitsanah pun sedang smenimpa paca pelajar Musim. Meccka tela ‘pug bersama pulubanwentara Mask anny, Terkutar pada Kajian tentang a-Qucan (neal howe Kish i atas adalah salah satu potct kesungguhan Qa), kemndian melupakan kya tethsdap al-Quean para Sahabut dalam menjwab seruan a-Quean, Mercka (arab fair), Belin lagi, feamework yang, mescka sel bedombelomba untuk mengamalkan ist a-Quean paki adalah femework sekulardikotomis yang_mem: sesegetn mungkin,Sahabat Tha Masud pemah besa, sabkan anaca hat dan aal,jva dan ag, lah dan bain, ‘Tika sescorang dana kami mempeijaispaluh eat al dunia dan akbirat, Framework kajian seperti ini daw lol is (Qe eink Rt shi ctl eet Me lecualetdh dem map pt, decbaya che eogieg pal BA sent roakoange dan mengualkan ising” (HR al ssme pula “Agar objek mempelgja abCoran, ea Tha ita haste duly mlepaska heakinan it teshdap. (QS al-An’am: Dengan Keadaan seperti ini, tk sald ja Rasollah al-Quran Kata mereka. Pada akhicnys, mereka pun men BRAS cnuhbiskan mereka sebagai genersi tersik umataya. liken al Quran sekeda huni hun at yang laak kj Dengan mesjaikan aL Quran sebagai pedoman hidup dan gm aaa yang tercakup perujuk jain, mereka mampu Keluar dai Kehidupa ya. Paahal Allah beriman, “Tei dab aad nian yang penuh Kesesstn-meauju. genes. pling ‘guog yang pemah cickamy zaman, Sees CR ead Deets Cras eats spor dengan Bera, saya aya dan spay ore orang Shat ini, al-Quean telah berusia 1446 tahun sek iiaran™ (QS Shad 29); “Daw af Quran it pertama kali itu ela malam 17 Ramadhan tabu can yang deal, maka ibaa da pertama kenabian. Dengan usa sepanjang itu, sudahkan al i rabact” (QS al-Aatam: 155). (Qusan menjadi pedonman kita sepesti para sahabst menjadi Kannya sebigsi pedoman? Sasa Reda uti A Kaj ALT JZ.BP airy Devo Pensa ete RW in a; Pembina Kenan HT ag ay minim: ayn Ta, Pein Reds Sl ay it: yr yk Layo: ara Ue emis, A ny bar, Wilh, oar Mehl, oka Rah, eal (hye Anis Nar aah, aia Alama eda: Ses Gay a, gt 286, WCOTICVAVR NO IIT EY | rien US a oc VT UDETE SDM AB Lag Siegth £15 va * thy a Spi tks 8y yp slats Alp bate * pital Bh ie p58 AUS BG My “eg a fo gual (sail 25 ci be sia “Maka apakab kamu (nusyrike Mekab) bendak: menbantabrya tentang apa yang tela dilibatnya? * Dan seswnggubrrya Mubaremad telab elibat Jbril itu alarm ruparyya yang ask) pada wately yang iain, * (yaitu) di Sidrat ak-Muntaba * Di dekatnya ada syrga tempat tnggat * (Mudranmad selbat Jibril) Retika Sidvatul Muntaba diliputi oleh sesuatn yang melipntinya. * Penglibatannya (Mubammad) tidak bespating dari yang dilbatrya itu dan tidak (pula) melampaninya. * Sesunggulnya dia telab metibat sebagian tanda-tanda (Rekuasean) Tubanya yong paling besor.” (An-Najen: 12-18). yatayat di atas merupakan potongan beberapa ayat dari surat al-Najm, Surat tersebut termasuk surat makiyah yang memiliki 62 ayat. Dinamai dengan surat an-Najm, karena surat tersebut diawali dengan ayat yang di dalamnya Allah bersumpah dengan nama bintang. Jika para pemerhati tafsic menga- takan bahwa sesuatu yang dijadikan sumpah mengandung isyarat kepada kita untuk meberikan perhatian lebih ter- hadapnya, maka fenomena perbintangan merupakan salah satu ilmu yang selayaknya diperhatikan secara lebih orang kaum Muslimin, Al-Quran, sebagai kalam Tuhan yang diturunk- an (laftzam mumazzalun) adalah bacaan yang sangat indah dan memiliki keterkaitan antara setiap bagiannya, Dalam al- Quran, kita tidak akan pemnah menemukan pertentangan; dalam actian suatu ayat tertentu menyucuh hal tertentu, kemudian ayat lainnya melarangnya, Antar ayat-pecayat, surat-persurat, dan bagian-bagian lainnya pun menyusun suatu bangunan indah yang saling melengkapi. Keis- inilah yang dimanfaatkan oleh para mufasic untuk memudahkan penafsicin sebuah ayat yang belum diketahui maksudnya Dalam konteks ayat-ayat yang kita bahas ini, Zaghlul al-Najjar, scorang ilmuwan Muslim yang konsern ibahas kemukjizatan al-Quean dari sisi sains, me: faatkan fenomena ketesaturan dan keterkaitan antar timewaat ayat-ayat tersebut sebagai upaya untuk menjelaskan salah satu nila kemukjizatan ilmiah al-Quran, terutama terkait peristiwa Isea-Mikraj yang dialami oleh Nabi Muhammad SAW. Dilihat dari sudut pandang sains dan ilmu penge- tabuan modern, ada beberapa hal yang menurut al-Najar bisa diambil dan dinilai sebagai hal yang menakjubkan, Pertama, penggunaan istilah yang sangat tepat, karena kata ‘lista dalam ayat ini diartikan sebagai perjalanan di malam hari, dan “al-mi'raj” diactikan scbagai_ terbang (mendaki) tinggi menuju langit. Kata-kata terse wee ew ew ee ew ew we ee ee eee ee ee but digunakan oleh al-Quean dengan tepat sesuai ‘makna yang dikandungknya. Dalam ilmu cksakta, sesuatu benda tidak bisa bergerak ke langit (atas) kecuali dengan langkah, yang, sedikit tertahan-tahan (a/-‘ung) dikarenakan adanya kekuatan gravitasi yang berbeda-beda dari benda-benda langit. Dengan itu semua, maka penggunaan kata cseMi-toi stan eLaMal-mrij) dalam ayat ini sangat tepat sesuai dengan penemuan. penemuan ilmiah terbaru, Kedva, adanya isyarat terhadap kuatnyn ikatan antara Masjid al-Haram dan Masjid al-Aqsa. Jika dalam bebecapa firman-Nya Allah memerin. tabkan kita untuk menyucikan Masjidil Haram, maka hal ini juga secara tersimt mengindikasikan pent- ingaya menyucikan Masjid al-Agsa, yaitu dengan cara menjaga dan memeliharanya. Adanya penyebutan Masjid Haram dan Masjid Aqsa dalam peristiwa Ista Mikraj adalah salah satu bentuk penegasan Allah atas kesucian Masjid Agsa sebagaimana sucinya Masjid Haram. Dengan demikian, ayat ini akan menarik perhatian kita semua untuk selalu memikirkan dan ikut andil dalam perjuangan pembebasan Palesti nna dari cengkeaman Zionis, Ketiga, jauhaya pesjalanan yang, dilakukan Mu SAW dalam peristiwa Ista Mikta) membuat akal manusia tidak sangpup menalacn: ya. Jauhnya jarak perjalanan dengan waktu tempuh yang sedemikian singkat membuat akal manusia benar-benar harus pasrah, Dengan demikian, kita Nabi nmnad semakin merasakan kebesaran Allah, di ‘mana Dia mampu mendekatkan tempat yang satu dengun yang lainnya, ‘menghentiken rotasi waktu untuk beberpa saat, serta_menyelamatkan tubuh —seorang —manusia yang sedemikian lemah dati serangan benda- benda angkasa yang sangat ganas, Hal ini tidak akan pernah bisa dilakukan kecuali atas kekuatan Allah Yang Maha Perkass. Walla a’tom. ee ee -=- 4 Tl Mengurai Perselisihan Riwayat Sabab N ul Risky Maratul Muallamah, alam pembahasan Ulumul Quran, terutama pada tema Asbab Nuzul, ada satu masalah yang, sering membingungkan banyak ka- langan. Masalah ini tak lain adalah adanya perbedaan riwayat tentang penyebab turunnya suatu ayat tertentu, Satu riwayat, misalnya, menjelaskan bahwa suatu ayat turin disebabkan suatu Kejadian tertentu dalam waktu dan tempat tertentu, sedangkan siwayat lain menjelaskan bahwa ayat tersebut turun dalam kejadian, waktu dan tem- pat yang berbeda dengan riwayat pertama, Terkait masalah ini, hal utama yang: harus kita adalah bahwa tidak semua riwayat yang berbicara ten pechatikan tang sebab turunnya sutau ayat erstatus sahih, Oleh Karena itu, perl dilakukan penelitian yang, seksama terhadap tersebut. Penelitian terkait_perbe- aan ciwayat itu bisa kita lakukan siwayat-riwayat ““Terkait masalah ini, hal utama yang harus kita perhatikan ada- lah bahwa tidak semua riwayat yang berbicara tentang sebab turunnya sutau ayat berstatus sahih, Oleh karena itu, perlu kuat. Contoh kasus ini terjadi pada QS al-Dhuha, di mana terdapat riwayat dari Jundub dan dari Hafsah bin Maisarah yang, keduanya membicarakan dua kejadian yang berbeda. Menurut al-Hafizh Ibnu Hajae, riwayat dari Hafsah bin Maisarah memang populee, akan tetapi sangatlah aneh bila dijadikan sebagai sebab turunnya ayat tersebut, Karena itu, Tbnu Hajar menegaskan bahwa yang patut dijadikan se- bbagai riwayat sebab turnnnya surat al-Dhuha adalah riwayat dari Jundub, karena ia berstatus sahih. Keempai,jika semua ciwayat menggunakan redaksi jelas dan bestams sahih, maka yang pera kita lakukan adalah menguatkan salah satu dasi dua riwayat tersebut (tarjih). Con- toh kasus ini terjadi pada QS al- Isra: 85, di mana ada riwayat dari Tbou Masud yang mengatakan ayat tunun ketika Rasulullah ditanya oleh seorang bahwa ini Yahudi tentang rub. Saat itu, Sa- dengan caea sebagai berikut: aaa eA ease ae habat Ibnu Masud sedang berada Pertana, spabila cedaksi ai BS rriwayat ai tempat kejadian. Sedangkan riwayat-riwayat itu tidak sccara jes menunjukkan sebab tusunaya suatu ayat, seperti redaksi Saat ini tara rengenaitrwsan ini” atau “saya merase ayat ini turin berkenaan in?”, maka bisa kita simpulkan bahwa si- wwayat-riwayat tersebut tidak berbicana tenting sebab turunnya aya; melainkan tafbiran seorang perawi terhadap smaksud yang terkandung dalam ayat tersebut. Keduo, apabila redaksi daci salah satu ciwayatnyn feucang jelas, maka yang menjadi pegangan adalah siwwayat yang jelas, Contoh kasus ini bisa dilihat dalam sivayat turunnya QS al-Bagarah 223, Riwayat daci Ibnu Umac discbutkan dengan redaksi “aya? iwi foram mengena_persoalan meniatang ister davi bnlakang”. Sedangkon dalam isvayat Jabir digunakan redaksi “orang-onang Yahual berkata, “Apabita (ai: laki mendatangs itera dari belabang, maka anakenya nanti akan bermata juli’, lal tunmlab ayat ini.” Dengan mem bandingkan kedua riwayat tersebut, maka paca ulama tafsie mengambil riwayat Kedua sebagai sebab turunnya ayat tescbut. Ketiga, redaksi jelas, tapi status teansmisinya berbeda, maka yang menjadi pegangan adalah yang jalur tansmisinya paling apabila semua riwayat_ menggunakan puLeTiN raRae dalam riwayat lain dikemukakan bahwa Ibnu ‘Abbas berkata, “Kawm Quraigy berkata kepada Raum Yabudi, Ajavilab kami sesuatu untuk ditanyakan Repada orang ini (Mubammad).’ Berkatalab orang Yabudi, ‘Coba tan- yokan Repadanya tentang rub? Mereka pun menoryakanya apada Nabi Muhammad, late turuntab ayat ab Isr’: 85.° Menjawab perselisihan antar dua siwayat ini, Imam al-Snyuthi menyatakan bahwa riwayat Ibnu Mas'ud lebih bisa dipegangn karena sebagai sumber rawi, ia ketika itu hadir pada waktu terjadinya. sedang Ibnu ‘Abbas hanya menceritakan dari apa yang diceriktakan orang, lain kepa- anya Kelima, apabila kedua riwayat yang berstatus sahih dan redaksinya jelas tersebut tidak memungkinkan untuk ditarjib, maka kita kumpulkan semua riwayat ita tanpa tarjih, dengan mengatakan bahwa ayat tersebut trun setelah dua kejadian itu. Contoh kasus ini terjadi pada QS al-Anfal : Tiomidai dan Tbnu Majah dati Tbnu Abbas, bahwa ayat ini turin berkenaan dengan Hilal bin Umayyah yang mengadu 1-62, di mana diciwayatkan oleh al-Bukhasi, at- kepada Rasulullah saw karena isterinya berzina, Kemudian dalam riwayat Jain, yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim dari Sahl bin Sa’ad mengatakan bahwa ‘Liwaimie datang kepada ‘Ashim bin “Adi sambil meminta bantuann: ya untuk menanyakan_perihal_seorang suami Suing Petia Spiked Boh sie yang, mendapatkan istri te C. put atau tidak? [Karena kedua kasus tersebut sama-sama kuat dan redaksprya jelas, maka par ulama berkesimpulan bahwa turunnya ayat itu diawali dengan kejadian yang berke dengad Hilal, kemudian diikuti olch perstiwa yang dialami oleh Gwaimie. Jadi, turunaya ayat tessebut bersamaan dengay dua kejadian itu, Dalam hal ini, Ibnu Hiajar mene gaskant bahwa turunnya satu ayat dengan dua kejadian bukanfkh suatu masalah, dan merupakan suatu hal yang sungatisa cites, Keenam, apabila antar kedua riwayat terscbut tidak memubgkinkan untuk dikumpulkan karena jaubnya jarak wwaktufpntara kedua kejadian dalam riwayat tersebut, maka edua yeiwayat itu dibiackan sedemikian supa, kerudian disimpulkan bahwa_ayat, tersebut_ tuum berulang-ulang n. Contoh kasus ini terjadi pada akhir surat al-Nahl, di mana riwayat al-Hakim, al-Baihagi dan al: Bazzar dasi Abu Huraimh menegaskan bahwa ayat ini turun pada saat Peang uhud. Sedangkan siwayat Hakim dan Tismidzi dari Ubay bin Ka‘ab menegaskan bahwa ayat ini turun ketika penakhukan Mekah. Karena antar kedua kejadian tersebut terbentang jarak yang cukup lama, maka para ulama tafsic menyimpulkan bahwa ayat itu turun dua bal ait hells Dering Usd den peasBlutan MEGS, Dari kasus yang disebutkan terakhir ini, kemng- kin ayat itu harus turun dua kali, padahal Rasulullah dan Baca Sahabat sudab hafal al-Quean dilv Menjafvab pertanyaan semacam ini, al-Zarkasyi menegaskan babwa » akan ada hal yang dipertanyakan, Misalnya, Kepee epala? turunnya suata ayat dalam beberapa Kejadian adalah’ se- bagi bentuk penghormatan Allah tethadap ayat tersebut; sckaigus mengingatkan kepada paen Sahabat agar ayaf ita tidak dilupakan, Selain dari itu, menurut hemat penplis, fenomena semacam ini juga sebagal pengingat akan ie fagaya roskoa den msihst yong teckandung, délam jut tersebut: Wallabu alan bis shana: I Inblas eribada.. Sambungan dar hm 1 Kepada golongin kedua, Allah menanyakan hal yang sama, “Apa yang kamu lakukan selama di dunia?” “Aku mencari ilmu kemudian mengajarkannya demi Engkau. Aku juga membaca al-Quran demi Engkau,” jawab golongan pencari ilu ini. “Kamu dusta!” Allah menyanggah. “Kamu ‘smencasi ilmu supaya dikatakan sebagai ulama. Kamu juga membaca al-Quran agar diangpap sebagai qari. Tujuan itu sudah kamu dapatkan di dunia.” Allah pun memerintahkan kepada para malaikat untuk menyeret dan melemparkannya ke nesaka. Kepada yang ketiga, Allah menanyakan hal yang sama pula. “Apa yang kamu kerjakan dengan harta yang sudah Aku berikant kepadamnu?” “Aku tidak meninggalkan satu lahan kebaikan pun kecuali aku infakkan hartakn di dalamnya demi Engkau,” jawab golongan abli sedekah ini “Dusta!” Allah menyanggah, “Kamu mengerjakan hal itu supaya dlangpap sebagai demmawan, dan tujuan itu sudah kamu dapatkan (saat di dunia).” Allah pun ‘memerintahkan kepada malsikat untuk menyeret dan ‘memasukkannya ke neraka. (HR Muslim). Tkhlas adalah uh ibadah. Jika caga kita tak berfungsi tanpa uh, maka amal ibadah kita pun tak berguna tanpa keikhlasan, Hadis di atas adalah contoh tiga BULETIN 1aRA*, golongan manusia yang ibadabnya justru menjerumuskan mereka ke neraka, karena tidak dibarengi dengan niat yang iktlas. Menurut Ibnu al-Qayyim, ikhlas adalah mengkhusukan tujuan ibadah hanya kepada Allah SWT, dengan memurnikannya dari keinginan untuk mendapat pujian manusia atau hal-hal duniawi lainnya. Selain menjadi syarat utama diterimanya ibadah, ikhlas merupakan inti pokok ajaran Islam, Allah SWT berfirman, “Dar tidaklab mereka diperintabkan Recuali supaya menyembah Allah dengan memurikan ketaatan kepadaNya dalam (merjalankan) agama ging lurus, dan supaya mereka mendivikan shalat dan menunatean sgukat, Dan yang demikian ituab agama yang burns.” (QS al- Bayyinah (98): 5). Untuk menemukan keikhlasan dalam beribadah, sctidaknya ada tiga hal yang perlu kita perhatikan. Pertama, Juruskan iat semata-mata demi Allah, karena imbalan amalan terantung pada niat yang kita tetapkan. Kedua, bersihkan jiwa dari penyakit hati yang tercela, karena penyakit itulah yang menghalangi amalan kita untuk sampai kepada Allah. Ketia, jangan suka mengungkitungkit perbustan baik, Karena hal itu adalah bagian dasi riya yang bisa menghapus pahala amalan kita. Walla a‘lam, 6 GUI | i tengah perkem- bangan ilmu penge tahuan yang se- makin pesat, ada sebagian kalangan yang mengageap agama adalsh salah satu faktor uutama_keterbelakangan, Sebabnya, agama dianggap memuat ajaran- ajaran khurafat yang tidak masuk akal, sehingga membuat manusia kchilangan daya pikir dan tidak memanfaatkan secara optimal akal 1 yang menjadi karunia terbesar mereka, “Dalam \ Lalu, bagaimana al-Quean, sebagai menjalani __pedoman abadi_ sepanjang_zaman_me- keyakinan manding masalah alal? Apa Datasan- beragama, batasan yang harus ditaati oleh skal? Allah Dan bagaimana seharusnya kita men- es goptimalkan peran akal? Penelitian ini n manusia aa Deere eet bertujuan mengetahui bagaimana berpikir, sesungguhaya pandangan al Qur'an sehingga tentang keberadaan dan kegunaan mampu agama bagi manusia, bagsimana Al menerimannya Qur'an menjelaskan kedudukan akal dengan faausia alam ‘berugama: dan peace bagaimana al Que‘an melihat hubungan penuh yang ee ee riltkutt oleh smanusia dengan Allah dan slam semesta peronters secara lebih spesifik-teologis. argumen Penghormatan al-Quran_terhadap logis.” ‘Akal BULETIN 1QRA™, EDISI PERDANA, OKTOBER 2012 emma scerreocrc Al-Quran dan Akal Ari Kurniawati oS Secara etimologi, kata akal berasal I daci bahasa Arab “alaql” yang artinya | mencegah. Dalam bahasa Arab, kata “al-aqi” memiliki sinonim “al-hije” yang berasti menawan atau mengikat. Daya bexpikir manusia ini disebut akal karena ia mengikat ddan mencegah sescorang. agar tak terjeru- | mus dalam kesalaban atau dosa. Orang yang. | berakal adalah orang: yang mampu mengikat atau mengendalikan hava nafsunya, dan ! memberikan perlindungan sampai pada |) batas-batas yang diperlukan. Dengan demikian akal akan mampu melibat kebena- san, 1 Aslam sejatinyn_adalah agama_yeng? Sangat ‘menjunjuag tag; akal. Dalam menjalani keyakinan beragama, Allah memerintahkan manusia untuk selalu berpikir, sehingga mampu menerimannya dengan kesadaran penuh ditkuti dengan argumen-argumen logis. Karena al-Quran sangat menghargni akal, maka al-Quean pun banyak memuji orang yang menggunakan akal mereka, Allah berfisman, “Allah ‘meninggikan orang-orang yg beriman di. antara alian dan orang-onang yang berilaw beberapa dlergjat.” (Al-Mujadalab: 11).” Dalam ayst lain Allah menegaskan bahwa hanya oring-orang bespikitlah yang ‘mampu merenungi tanda-tanda kebesaran Allah, baik yang terlukis dalam alam semes- ta, maupun yang tertulis dalam al-Quean. “Dan di bumi ini tedapat bagian-bagian yang berdampingan, dan kebun Rebun anggur, onaman- faraman dan pobon korma yang bercabang dan yang tidak berabang, disinami dengon air yang sama. Kami melebibhan sebabagian fanam tanaman ity atas. sebabagion yang Inin tentang rasanya. Sesinggubnya pada yang demitian itu texdapet tanda-tanda (kebesasan Allah) bagi Basin yang, berfkin?” (QS. Ae Rad: 4). “Ini (al Quran) adalah sebuab Ritab yang Kami tenenkan ‘epadanu penuh dengan berkab, spaya mercka memperbatikan apatayatnya dan supaya orang-orang yang berpikir- mendapat pelajaran.® (QS Shad: 29)” (QS. Yusuf, ayat 2) Selain menegaskan penghormatan techadap akal dan orang-orang yang mau mempergunakan akal, Allah pun mencela dengan keras orang-orang yang. tidak menggunakan akal mereka, Tidak berfungsinya akal tersebut, menurut al-Quean, adalah faktor utama lahienya seseorang dari pintu hidayah, sehingga mereka tak ubshnya seperti binatang-bintang gembalaan, Allah berfirman, “Dan perumparmaan (orang orang yang. mensera) ‘orang.orang, Rajir adalah seperti penggembala yang memanggil binatang yang tidak: mendengar selain panggilan dan seruan saja Mercka tui, bisn dan buta, mata (ole sebab itu) mereka tae mengerti: QS al-Bagatab:171). Dalam ayat lain Allah bahkan menyatakan bah- wa orang yang tidak berpikir adalah orang yang tuli, bisa dan buta, Allah berfisman, “Dae di aniara mereka ad orang | QADHAYA Wi ying mendengarkanmu. Apakah kamu dapat meniadikan orang ‘nang, tlh itu sendengar walaupun mereka tidak. mengeti®” (QS Yunus :42), “Mereka tidak akan memenmgi Rann dalam eadaan bersatu padu, Recual dalam kanpumg-kannpamng yang erbenteng, atau di bali. tembok, Permusuban antara sesama mereka adalah sangat hebat. Kame kira mereka itu bersatu, sedang hati mereka berpecab belab. Yang demitsian itu kavena sexunggubreya mereka adalah kaum yang tidak mengeti.” (Q.S al- Hasye : 14). Mungkin ada pertanyaan, kenapa mereka dibukumi sebagai orang yang buta, tuli dan bisu? Jawabannya, karena akal adalah kunci utama untuk ‘memfingsikan’ ketiga indra terscbut. Jika fungsi utama keetiga indea tersebut adalah untuk menerima informasi dan input ari luar, maka fungsi itu sangat bergantung erat pada peran akal. Jika pun seorang melihat, namun tidak mencerna dan memikiekan apa yang, dia lihat, maka tak akan pemnah ada informasi atau inpot positif yang bisa dia eee eH He HH KH He HK He eH KH Ke Ke Ke He Ke Ke Ke eee dapatkan, Allah berficman, “Mata apakab mereka tidak: berjalan dé mika buni, lab mereka menpuoai bati yang dengan itu mereka dapat menabani sian menpuryai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesinggubmya bukanlab mata itu seg but, etapa bite, fala bat yang di dale dada, Dampak-dampak Kebodohan Selain menempatkan akal dalam posisi yang sangat istimewa, al-Quran juga mempethatikan jalan pikiran dan penerapannya dalam kehidupan sehasi-hari melalui bimbingan dan petunjuk yang sempusna, Dalam hal ini, al-Quran menjelaskan beberapa dampak yang akan ditumbulkan dari orang-orang yang tidak mempergunakan akal, baik penguruh-pengaruh internal dalam pembentukan pribadi seseorng, maupun pengaruh eksternal yang bechubungan dengan orang luar. Pertama, orang.orang yang tidak mempergunakan akal tidak akan pernah memshammi ayat-ayat Allah, “Dan _perumpamaan:perumparaan ini Kanci buat untuk: marasia dan tada yang memabaninya Rexoali orarg-orang yang, bert.” QS al- Ankabut : 43); “Make ghakab mereka tidak begalon di muka bumi, lau mereka menpurya bati yang dengan itu mereka dapat smemabarri ata mempurya telinga yang dengan itte mereka dapat mendengar? Karena sesunggubrsa bakanlal mata itu yang buta, eee ee ee ee Nee ee ee ee ee ee ee ee ee ee eK Ke tesapi yang, buta, ialab bath yang di datane dada. (Q.S al-Hajh : 46) Kedua, orangorang yang tidak mempergunakan kal tidak akan pernah mau menerima kebaikan. “Dan apabila ama menyeru (mereka) untuk (mengerjakan) sembabyang, mereka menjadikannpa buah gekan dan permainan. Yang deneikian itu adalab arena mereka benar-benar kaum yang dake man mempergimatan akal. (QS al-Maidah ; 58). “Dan adalah kebidkepan dunia ini seltin dari main main dan senda gran belaka Dan sunggub kampuog akira itu lebih bait: bagi orangorang yang bertakwa, Maka tidakkab kamu ‘memabaminga? (QS al-An'am 332). Ketiga, ketidakfaahaman pada suatu. perkara mengakibatkan kemunafikan dan ketidakadilan. “Dan apabila kamn menyeru (mereka) untuk (mengerjakan) sembahyang, mereka menjadikannya buah ejekan dan permainan. Yang demikian itu adalah karena mereka benar-benar kaum yang tidak max mempergunakan akal:” (QS al-Maidah : 58) “Dan sesumggubmya untuk: orang. ‘orang yang xalim ada azab selain daripada itu Tetapi ebarpakan mereka tidak mengetabni.” (QS at-Thue +47). Keempat, tidak berpikit adalah faktor utama dicampakkanya seorang hamba ke Neraka, “Dan mereka berkata: ‘Sehiranya kami mendongarkan atau menikivkan (pevingatan itu) niscaya tidabloh kami termasuk penbumi- penser neraka yong meryala-ryala.” (QS al-Mulk: 10). BULETIN 1QRA>, EOIST PERDANA se ac oe 7H Pe tars Pa TELLS pengarang teks. i) es eed ea ee Cr taipa Cae BULETIN FORAY Sumbungan Hermeneatika a Quran dalam Sorotan. dikendalikan oleh Gereja, Dalam per- jslanannya, hermeneutika mengilami perkembangan yang sangat radial, hhingga sampai pada batas-batas ekstrim (ghiées). Pada abad ke-18, metode hermeneutika telah mengganti “makna” suatu teks (maksud yang diinginkan oleh pengarang) menjadi sekedar “simbol? (pemahaman yang, ditangkap oleh seorang pembaca). Lebih dari itu, teosi -hesmeneutika bahkan dengan lantang —-mengu. mumkan kematian seorang pengarang, teks, Dengan kematian pengacang, maka teks bersifat terbuka dan dapat diinterpretasikan oleh siapapun, tanpa ikatan apapun, Dalam kondisi seperti ini, maka sebuah teks, tegas Imacah, telah menjadi barang mainan yang bisa dengan mudah dipermainkan oleh seorang pembaca, Sebuah teks, dalam teori hermencutika, tidak harus dipshami berdasarkan ide st pengarang, melainkan berdasarkan matesi yang tertera dalam teks itu sendin. Karena itu, Schleimacher menegaskan bahwa seorang hermeneut dituntut untuk me. mahami sebuah teks melebihi apa yang dipahami oleh pembacanya, Teori herme- neutika yang digagas oleh Schleiermacher ini kemudian lebih dikenal dengan aliran heemeneutika omantik. Selain aliran hermeneutika roman- tik, ada jugn aliran hermencutika historikal yang didengungkan oleh Dilthey. Menusut Dilthey, sebuah teks atau pernyataan tung- gal dapat mempunyai makna yang ber- macam-macam. tergantung pada konteks historis di mana teks dan pernyataan itu muneul. Setelah Dilthey, Gadamer datang dengan aliran baru yang disebut herme- neutika dialektik, yang menganggap bahwa tidak ada satpun metode mutlak untuk mencapai kebenaran, Menueut Gadamee, ketika suatu teks dipublikasikan, maka teks itu bukan lagi milik si penyusun, melainkan milik setiap orang (pembaca), sehingga mereka bebas menginterpretasikan seke- hhendak mereka. Untuk menengahi nilai subyektivi- tas yang sangat kental pada tiga aliran sebelumnya, Paul Ricoeur menggagas sebuah alican baru yang dikenal dengan heemencutika obycktif, Bagi Paul Ricocur, dalam proses. pemahaman, —seorang penafsir harus membebaskan diri daei kontcks masa lampau (dckontekstualisasi) dan masuk kembali dalam konteks masa x \ eae ee H- He He He Hee HK eK KH Ke Ke KK ‘N ini (rekontekstualisasi). Dalam tataran ini, lanjut Ricoeur, tugas seorang penafsir adalah membaca “dati dalam” sebuah teks tanpa masuk dan mem posisikan dici dalam teks tersebut, lalu mencocok- kanya pada kondisi-kondisi sosial baru, Dengan karakteristik dan latar belakang seperti ini, maka menurut Syamsuddin Asif, herme- neutika mengandung sejumlah asumst yang: harus kita perhatikin, Ptama, hermeneutika mengangap semua teks adalah sama, semuanya merupakan produk manusia, Kedia, hermeneutika mengangpap semua teks sebagai produk sejarah, Ketiga, praktisi hermeneutika (hermeneut) dituntut untuk bersikap skeptis, selalu meragukan kebenaran dari manapun datanganya. Seosang hermeneut, lanjut Syamsud- din, akan terus terperangkap dalam “lingkaran hermeneutis” di mana suatu makna senantiasa berubah. —Sedangkan —femhir, _hermeneutika menghendakipelakunya untuk menganut celati- visme epistemologis. Bagi seorang hermeneut, tidak ada tafsic yang mutlk benar, semuanya relatif, Yang benar menurut sescorang, boleh jadi salah menurut orang lain, ‘Tuhan hanyalah khayalan Dalam salah satu tesisnya, Adnin Armas memprediksi, jika hetmeneutika diterapkan dalam studi al-Quean akan menimbulkan “paradigma baru” teehadap status al-Quran dan penafsirannya. Pendapat Schleiermacher yang _mengasnmsikan semua teks tidak memiliki keunikan, menurutnya, akan berimplikasi pada pandangan bahwa al- Quran tidak memiliki istimewaan apapun diban- ding teks-teks lainnya. Selain ity, pendekatan Dilthey yang menjadikan scjarah sebagai sumber pemahaman teks juga akan berindikasi pada pen- dapat bahwa al-Quran adalah teks sejacah dan dipengaruhi oleh Kondisi sosial budaya pada waktu ita, Dan pada kenyataannya, pendapat- pendapat seperti inilah yang dilontarkan oleh Nase Hamid Abu Zaid ketika mengksji al-Quean dengan metode —hermencutika _dialektiknya, _Selain menganggap al-Quean adalah sebuah teks yang terkonstruk oleh budaya yang saat itu sedang herkembang, Abu Zaid juga berpandangan bahwa wahyu atau kenabian adalah hasil dati proses kon- templasi dan interaksi tingkat tinggi yang dilakukan oleh seorang Nabi dengan alam malaika. Fenome- na seperti ini, tidak berbeda dengan interkasi seorang penyair dengan setan, atau serang dukun dengan jin. Perbedaan antara abi, penyair dan setan hanya pada tingkatan keknatan imajinasi mereka, bukan pada bentuk dan mekanismenya. Sclain Nast Hamid, tokoh lain yang, ter- penganih oleh metode hermeneutika adalah Mo- hammed Arkoun. Dengan hermeneutika historis, Ahoua bespendapat babs Macbat Ubmani isk I > lain hanyalah produk sosial-budaya masyarakat yang telah dijadi- kan sebagai sesuatu yang “tak teepikirkan”, disebabkan semata- mata kekuatan dan pemaksaan penguasa resmi, Menucut Ackoun, status al-Qur’an dalam bentuk tulisan telah berkurang, dari kitab yang diwahyukan (a/-itab at-nwba) menjadi sebuah buku biasa (itab ‘ad). Karena itu, Arkoun berpendapat bahwa Mushaf itu tidak layak untuk mendapatkan status kesucian, Para Muslim ortodoklah yang meninggikan korpus ini ke dalam. se- bbuah status sebagai firman Tuhan. Lebih jauh, Muhammad Imarah menegaskan bahwa penerapan metode hermencutika dalam pembacaan teks-teks keagamaaan telah ‘memannsiakan’ agama, menuhankan manusia, menjadikan pembaca sebagai sumber wahyu, menjadikan wahyu sebagai apa yang difahami oleh pembaca, menghancurkan nilai-nilai moral, melepaskan hukum-hukum agama dari sumber ketuhanan, hing- ga ‘membunuh’ Tuban, Hasan Hanafi, misalnya, dengan metode hermeneutika antropologisnya beranggapan bahwa Allah bukan- lah suatu Daat independen yang ada di luar manusia; melainkan schatas khayalan yang diciptakan oleh orang yang sedang berada dalam kondisi lemah, fat-sifat Allah seperti Maha Mengetahui, Mahatinggi, Maha Mendengar, Maha Melihat, dan sifatsifat absolut lainnaya, menuut Hasan Hanafi, adalah sifat-sifat yang digambarkan olch dengan kajian-kajian filsafat dan sejarah, Heemeneutika pun semakin ‘bikin masalah’ ketika digunakan sebagai manusia yang tidak mampu mencapai sifat-sifat itu. Selan- jutnya, menurut Hasan Hanafi, apa saja yang kita yakini dan kita agungkan untk menggantikan apa yang yang tidak mampu kita raih adalah Allah; dan apa saja yang kita inginkan, namun tidak bisa kita penuhi, maka itu juga Allah. Dengan demikian, maka Allah yang seakan-akan menunjukkan suatu dzat, ata sifat, atau perbuatan, pada hhakikatnya sekedar rintihan manusia dalam mengapre~ siasikan karakteristik-karakteristik utama disi_mercka sendi Mengkritik Kritikan neutika dalam studi al- Quran beranggapan bahwa metode ini adalah alternatif itu untuk menggantikan metode tafsic yang out of date, sekaligus sebagai upaya pembacaan kritis in yang, sedang berkembang, Jika toh benar tujuan ini yang mereka imginksn, maka weneutika justeu lebih layak untuk lebih dulu meceka kkcitik. Hermeneutika adalah objek utama yang harus mereka “baca ulang”. Dampak-dampak destruktif seperti disinggung sebelumnya tentu tidak bisa kita dipandang sebelah mata, Jika unsur-unsur ketuhanan, kenabian, kitab gaib, dan akhirat sudah dihilangkan, maka apalagi yang bisa dipertahankan dari Islam? Jika ada yang mengatakan hermencutika jugn mengandung nilai-nilai positif selain dari dampak negatif seperti yang, disebutkan sebelumnya, maka kita jawab kepada mereka 0g meskipun mengandung manfaat untuk manusia?” Sampai saat ini, hermeneutika teebukti sebagai disiplin ilmu yang sering digunakan untuk 'merusak’ keilmuan lain, Kondisi ini tampak. san he keras tetap dilaca at nyata ketika ia masuk dan bercampur pULETIN Tone pisau analisis untuk mengkaji tcks-teks keagamaan, khu- susnya al-Quran, Di sinilah, kita harus jeli menimbang. nimbang antara dampak positif' dan negatif yang dilahirkan oleh Filosofi pengharaman minuman keras di atas sangat tepat untuk kita jadikan parameter dalam menyoroti hermeneutika. hermeneutika. 1 oRENIN| « Muhammad Abdullah Darraz: x Filsuf Qurani, Penggagas Taisir Maudhwi Jauharotun Naqiyah ada pertengahan abad ke: 20, sebuah buku fenomenal tecbit di kawasan Arab dan Timur Tengah. Buku yang mengkaji al-Quran dengan paradigma ana itu berjudul “aNaba al Adgim: ‘Nadbarat Jadidah fé al Quem at Karin”. Saking “fenomenalnya buku ini, ng sastrawan ten Mesir, Rajab nimi mengatakan, “Kitab Naba’ al-Adzim adalah salah satu bentuk keajaib Imad dal ah studi al-Quean, Buku i dicing oleh kelugasan—bahasa, kekuatan logika, dan kejelasan argumen, Jika Saad Zaghlul menganggap buku Haz, al Quién karya Shadiq, al-Rafii sebagni seqpihan dari cahaya al-Quran, maka apa yang akan dikatakan oleh panglima int techadap ai Nabe at Adzin?” Buku itu adalah satu dari beberapa buku yang dikarang oleh Muhammad Abdullah Darcaz. Lahie di sebuah desa kecil di Maballah Diyay, Kafr al-Syaikh pada tahun 1894, Abdullah Darraz memulai pendidikan dasamya di Ma’had Iskandariyah pada tahun 1905 M. Tujuh tahun setelahnya, ia mendapatkan ijazah sekolah menengah atas (tsamanyjah) dari al: Azhar pada tahun 1912, kemudian gelae sarjana dari Madrasah Nidzamiyah pada tahun 1916 M. Saat masa-masa sekolah itu, Abdullah telah bahasa “Metode tafsir nd reg tematik) Pee Pd aeer Pree) Pra TU aed See Pa eae Dareaz mempelajasi Perancis, secara sungguh-sungguh. Tujuan_mempelajaci bahasa Perancis pada awalnya bukanlah karena kecintaannya terhadap bahasa tersebut, namun arena ingin menguasai bahasa bangsa penjajah yang telah menimbulkan kekacauan politik di hegerinya. sosial-politik di negerinya. Tanpa ia prediksi sebelumnya, penguasaannya tethadap bahasa Perancis ini ternyata ban- yak membantu Abdullah Darraz dala ‘memecahkan — permasalahan-permasalahan sosial-politik di negerinya Pada tahun 1936, Abdullah Dacraz berkesempatan berangkat ke Paris sebagai vutusan dari al-Azhar untuk melanjutkan studi pascasarjana dan doktoral. Di Perancis, ia menulis dua disertasi sekaligus, yaitu “alMadéhad ila a-Qurin al-Karin’? dan ‘Dustir ab-AkMlag fi al-Quré”. Dengan dua buah judul disertasinya ini, ia berhasil mendapatkan gelar doktor dari Universitas Sorbone dengan predikat summa cum laude pada tahun 1947, Abdullah hanya sebagai cendekiawan yang brilian, namun juga sebagai seorang filsuf, aim ulama dan pejuang yang abli dalam bidang al: Quran, tafsr,filsafat, etika dan pendidikan, Di masa hidupnya, Abdullah Dareaz dikenal sebagai seorang cendekiawan yang selalu bergelut dengan al-Quran, Menurut pengakuan orang-orang terdekatnya, bibir ‘Abdullah Darraz tak pernah kering dasi fal: Ifa al-Quean, ia bahkan mampu menghatamkan enam juz al-Quean, dengan tanpa sedikitpun melihat mushaf. Dengan kondisi seperti ini, maka tidak mengherankan jika Abdullah mampu melahirkan sebuah pemahaman baru nan otentik terhadap al-Quran. Abdullah Darraz mampu menggabungkan antara \ l I l dikenal ! I I I I I l I I I l sivayat yang, benar (anag! ab-shabd) dan y I I I I I I I I I I I I I I I l Darraz bukan Dalam 5 Darra penalaran yang tepat (alagl at-sbarid) dalam ayat-ayat al-Quean. Ia juga bechasil menggali kajian al-Quean dari sudut pandang sumber-sumber klasik, namun tidak melupakan konteks di mana dia hidup. Di sinilah, Abdullah Dareaz dianggap salah tokoh penting yang mampu smenggabungkan antara otentisitas ajaran Islan dan kondist sosial kemasyarakatan yang —_terus, beckembang. Metode tafsic maudhu't (tafsic tematik) yang saat ini diminati oleh para pengkajial-Quran adalah salah satu terobosan yang digagas oleh Abdullah Darraz. Dengan’ metode tafsir tematika ini, Abdullah Darmaz menegaskan bahwa al- Quran ibarnt rangkaian berlian yang saling bertautan tanpa ada cacat Dengan tafsir tematik pula, Abdullah Darraz seakan menegaskan bahwa al-Quean adalah kitab yang selalu relevan, membumi, dan mampu menyclesaikan setiap persoalan yang dialami oleh manusia Pada bulan Januari tahun 1958, malaikat maut menjemput Abdullah Darcaz ketika ia menghadiri Muktamar Islam Internasional di kota Lahore, Pakistan, Karya -karya Abdullah Dareaz banyak tersebar, baik menggunakan bahasa Arab maupun Pecancis. Sclain atNaba a/-Adgjm, arya monumental Abdullah Darraz yang lainnya adalah af Madebal ila al Quin, Dustin alARbltg fi at Qur‘in, dan abDin: Buloits Mumabbadah & | Dinisah Tarik al-Adyn. memahan ¢ i I I I I I I I I I I I I N Al-Quran sebagai Pedoman Maulidatul Hifdhiyah Malik Quran adalah kitab Allah yang disediakan menjadi petunjuk agi selucuh umat Islam, |: ‘mereka dalam menjalani kehidupan di dunia. Seumpama musafir, alQuran adalah peta bagi manusia dalam menjalani masa ‘percobaan’ di dunia, agar selamat sarpai tujuan (akbirat) tanpa tersesat. AlQuran dalam perannya sebagai sebuah petunjuk tidak memberatkan manusia dengan membebani 9j yang tidak mereka mampu. Secara umum, al- Quran hanya menyeru kepada manusia agar tidak menuruti hawa nafsunya dan teelalu berlebihan mengagungkan kehidupan dunia, Pada dasarnya keinginan-keinginan (baca: hawa nafsu) yang ada dalam dirt manusia selalu bertentangan dengan nilai-nilai yang dibawa oleh al-Quean, Namun satu hal yang harus digncisbawahi, justcu disitu lah letak ujian yang berikan Allah kepada manusia. Dunia, dan semua hal yang diberikin Allah kepada manusia hanyalah sebagai ujian, Dan agar manusia mampu melewati ujian tersebut dengan selamat, Allah telah memberikan pedoman yang sangat agung, yaitu al-Quran, Manusia, dengan panduan al-Quran dan karunia akalny akan mampu memilih fpakah ia akan melewati ujian tersebut dengan sukses ataupun sebaliknya. Hal inilah yang disampaikan oleh Muhammad al-Bahi dalam salah satu karyanya, filsafat di Jerman dan menyclesaikan progeam doktoralnya di Universitas Hambueg dalam bidang studi Islam dan filsafat. Menumt al-Bahi, al-Quran tidak pernah —dan tidak akan pernah- berubah, Yang bembah dan mengalamipenibahan adalah pemikiean dan pandangan manusia techadap al-Quran, Sccaca garis besar, buku ini dibagi menjadi dua bab: perfama tentang identitas al- Quran, dan éedua tentang upaya manusia dalam’ memahami al-Quran. Dalam bab pertama, Muhammad al-Bahi _berbicara tentang kemukjizatan dan pokok-pokok pembahasan yang dikandung oleh al-Quean. ‘Menurut al-Bahi, letak utama kemukjizatan al -Quean ada pada dua hal, yaitu. keindahan gaya bahasa dan berita-berita tentang masalah smasalah gaib. Sendangkan terkait pokok- pokok pembahasan al-Quran, al-Bahi menyebutkan ada tiga pokok utama pembahasan al-Quran, yaitu menyeru umatnya untuk beriman kepada risalah sebelum Muhammad SAW; menganjuckan umat Islam agar selalu bersatu; dan menyert umat manusia seluruhnya untuk —salingg menghargai dan hidup secara harmonis. Pada akhir pembahasan bab ini, al Bahi_ menegaskan bahwa _al-Quran mengajarkan pada mamusia agar tidak terlah condong pada kehidupan duniawi. Yang diperintahkan oleh al-Quean adalah agar manusia selahi introspeksi disi agae tidak keluar dari batasan-batasan yang, ditentukan “Nahwa al-Qur’in”, Muhammad al-Bahi adalah salah satu cendekiawan kontemporer Mesir yang lahic pada 1905 di kawasan Giza, Dalam jenjang karir studinya, al-Bahi tercatat pernah belajae Allah SWT. Sementara_ pada bab kedua, yaitu pembahasan tentang upaya manusia dalam mengkaji al-Quran, al-Bahi memasnkkan dua tema utama, yaitu masalah tafsie tematiks dan paham-paham yang menyimpang dari nilai- nilaial-Quean. Dalam pembahasan tafsir tematik, al-Bahi menjelaskan ada tiga tema penting yang dinngkap olch al-Quean, yaitu penentangan terhadap teadisi syicik, pem- benaran techadap kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh Ahlu Kitab, dan pem- bangunan masyarakat Islam scutuhnya, Se- mentara pada bagian paham-paham yang bertentangan dengan al-Quean al-Bahi_me- yebutkan dua paham yang dengan jelas bertentangan dengan al-Quran, yaitu paham orientalisme dan sckularisme. Meski pembahasan dalam buku i random dan kucang adanya keterkaitan antara satu tema dengan tema lainnya, namun buku ini tetap layak dibaca oleh para pengkaji al- Quran dan siapa saja yang: ingin mengetahui Islam lebih dalam. Sebagai pakar filsafat dan studi Islam, al-Bahi- menjelaskan dengan sangat gamblang posisi al-Quean dalam pernannya sebagai pedoman bagi manusia. ‘Terlepas dari beberapa kekurangan yang, ada, buku Naboo a/ Quin telah bethasil menja- wab tuduban-tuduhan kaum. kafir-orientalis tethadap otentisitas dan nilai-nilai agung al- Quran. Wallaba a'lam 64 al-shawa, soy temic a eet ees bens DR. Muhammad peer tg eter Maktabah AZ Beantin SETS CBE Byard SRS Bi crciy LQuran terkesan BULETIN IQR", EDISI PERDANA, OKTOBER 2017 12 TG Menjaga Warisan Ilmu Saeful Luthty slam merupakan agama yang kaya tradisi dan warisan sejarah, Bagian dari warisan sejarah ‘yang sampai saat ini masih selalu dilestarikan ‘adalah ilu, Dalam tradisi Islam, keontenti- kan sebuah disiplin ilmu sangat diperhatikan dan ddijaga, karena dalam doktrin Islam, ilu adalah agian daci_agama. Jika sumber dari segala ilmu adalah al-Quran, maka a-Quran adalah ‘hata’ paling utama yang harus selalu dijaga. ‘Tradisi Menghafal dan Menulis Hemat penulis, fenomena penjagaan warisan keilmuan yang begitu mengagumkan tidak luput dari dua faktor penting: pertama, kekustan budaya menghafal. Dalam sejarah Islam, budaya menghafal mempunyai peran yang, signifikan, teru- tama dalam menjaga orisinalitas al-Quran dan Sunnah, Dengan diturunkannya al-Quran kepada seorang wmmy (buta huruf), maka proses pe- nerimaan wahyu dari Malaikat Jibril pun dilakukan dengan cara hafalan, Demikian pula proses tranfor- ‘masi selanjutnya, yaitu dari Nabi kepada para Sa- hnabat, dan dari Sahabat satu ke Sahabat lainnya, Karena keterbatasan perantara baca tulis ketika itu, paca Sahabat pun dengan penuh semangat ‘menghafal ayat-ayat al-Quean yang meseka terima. Bahkan saking semangatnya, pada fase awal kemunculan Islam di Makkah, Ishirlah balagab- balagah cahasia untuk mengkaji al-Quran dan Sun- nah. Halagah seperti itu, ketika di Makkah disebut “Halgabar-Ridbwan”, sedangkan di Madinah disebut “Halgahath-Thaybab. Dasi halgab-balgab ini lahirlah para sahabat yang dikenal sebagai Ayfide (penghafal) al-Quran, sperti Abu Bakar as-Shiddiq, Umar bin Khattab, Ustman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Abdullah bin Masud, Muvadz bin Jabal, Ubayy bin Kalab, Zaid bin Tsabit, Abu Darda, Abu Huraicah, Say- yidah Aisyah, Sayyidah Hafshah, Sayyidah Ummu Salamah dan banyak Iainnys. Tradisi seperti. ini belum beshenti, dan masih selelu dilestarikan sam- pai sekarang. Selain diterapkan pada al-Quran, budaya menghafal pun juga diterapkan dalam mempelajari Hadis. Banyak sekali para sahabat yang menghafal dan_meriwayatkan ratusan, bahkan sibuan Hadis. Sebut saja di antaca mereka ada Abu Huraira yang, meciwayatkan 5.374 Hadis, Abdullah bin Umar yang, meriwayatkan 2.630 Hadis, Anas bin Malik yang meriwayatkan 2.278 Hadis, “Aisyah yang meri- ‘wayatkan 2.210 Hadis, Abdullah Bin Abbas yang mesiwayatkan 1.660 Hadis, Jabie bin Abdullah meriwayatkan 1.540 Hadis, dan Abu Said al-Khudsi yang meriwatkan 1.170 Hadis. BULETIN 1@RAy, EOIST PERDANA, ‘Tradisi seperti juga pun merambsh pada bidang lain, sepecti idmu Fikih, Bahasa, ‘Tafsir, dan lin sebagainya. Untuk mempermudah penguasaan materi sebuah disiplin ilmu, sebagaian ulama mem: buat singkasa dalam bentuk nadham atau yang: kita kkenal dengan istilah maf. Dengan demikian muncul Tah ungkapan “Man hafidza almutin bdza al- forin” (oarangsiapa yang hatal matan-matan satu keilmuan, maka akan menguasai kunci-kunci keilmuan tersebut), Keda, budaya mentlis dan berkarya, Menu lis mecupakan metode atau cara kedua umat Islam dalam menjaga warisan kelimuan mereka. Ini tee bukti sejak zaman Rasulullah SAW, di mana beliau mempunyai Auttdb alway! (penulis wahyu). Ketika ayat al-Quran turun Rasulullah langsung memerin- tahkan para Sahabatnya untuk menulis. “Tradisi seperti in berlanjut ketika Umar bin Khattab berinisiatif. untuk mengumpulkan sl-Quran pada masa Khalifh Abu Bakar as-Shiddig; kemudian diteruskan dengan penulisan ulang pada masa Kha- lifah Utsman bin Affan, Yang terjadi pada al-Quean, terjadi pula pada Hadis dan disiplin-disiplin kkcilmuan Islam lainnya, ‘Talaggi dan Sanad Sclain tradisi menghafal dan menulis, salah satu. keistimewaan tradisi keilmuan Islam adalah proses transformasinya dilaksanakan secara langsung, dari guru ke murid. Tradisi ini sudah dipraktikkan oleh Rasulullah, dan diteruskan oleh Sahabat, Tabi- in, hingga ulama salaf dan khalaf, Di sampingg mem- berikan pemahaman yang benar, talaaqi juga bee- ‘tujuan untuk melestarikan sanad atau isnad. Pada zaman Rasulullah SAW, sistem sanad dipraktikkan oleh para Sahabat dalam upaya melestarikan dan menjaga al-Quran dan Hadis. Namun pada perkem- bangannya, sistem sanad juga digunakan pada semua disiplin keilmuan. Karena begitu urgeanya tradisi sanad, Tbnu Sirin pernah berkata, “Iimu ini adalah bagian dari agama, maka perhatikanlah dari siapa kamu mengambil agamamu (jlmu tersebut).” Imam Mus Jim meriwayatkan dati Imam Abdullah bin Mubarak bahwa ia berkata, “Isnad adalah sebagian dari aga- ma. Jika tidak karena isnad, maka siapa saja bisa berkata apa saja sesuai keinginannya.” Wallabn a’lam.

You might also like