ToCsC et ae)
Ta aT OTC
KAIRO
Ley Ga
[STIKAMAH
BERJUANG
RTT My
DENGAN AL-QURAN
eeeat ees ert
eC
mat Islam —meyakini — bahwa
al-Quran adalah pedoman utara
dalam menjalani Kehidupan di
dunia ini, Al-Quran memberikan
beksl untuk menjalani kehidupan di masa
mendatang, melalui berbagai macam ilu
pegetahuan sckaligus pelajacan berharga dari
masa lalu agar manusia yang hidup setelahnya
mengambil pelajaran dari mereka dan tidak
melakukan kesalahan yang sama. Bentuk pela-
jaan berharga ini seringkali digambarkan
al-Quran melalui kish-kisah, seperti kisah-
kisah nabi-nabi terdahulu dengan umat mere-
ka, kisah-kisah hamba saleh, serta kaum-kaumn
penentang Islam. Hal ini ditegaskan Allah
dalam QS. Yusuf: 111—yang
actinya:"Sesunggubmya pada kisab-Risab mereka itu
ferdapat pensajaran basi orang-orang yang berakal.
AlQuran itu tukanlab cerita yang. dibuat-buat,
akan tetapi membenarkan (Ritab-kital) sebelumnya
dan menjelaskan segala sesuatu serta sebagai petunjuke
ddan rabroat bagi Raum yang beriman.”
Dalam kajian Uhm al-Quean, kisah-
kisah tersebut dibahas secara Khusus dalam
tema kisah-kisah al-Quran atau gashash al
Quran, Secara etimologi, kata gashash merupa-
kan bentuk jamak dari gisshab, Menurut Raghib
al-Ashfahani, kata gasash berasal dari kata al
ashsho yang, berarti mengikuti_jejak, misalnya
aashasta atsarabn, yang artinya saya mengikuti
atau mencari jejaknya, Sedangkan dari sisi
terminologis, Manna‘al-Qatthan memaknai
gasash alQuran sebagai pemberitaan tentang
keadaan orang-orang terdahulu, berita-berita
terdahulu serta kejadian-kejadian yang telah
Meneguhkan Validitas Ki
Anisa Nurrohmah
DESEMELR
ah-kisah al-Quran
terjadi. Dari pengertian di atas, dapat diambil |
kesimpulan bahwa Qasash memiliki beberapa
Uunsur utama, yaitu: pertama, pelaku atau tokoh
(at-syakbsiyab). Dalam al-Quran para pelaku |
kisah tidak hanya dari manusia, tetapi juga
malaikat, jin, dan bahkan hewan seperti semut
Burung Hud-Hud. Kedua, peristiwa
(aditsab). Unsur pokok dalam suatu cerita |
adalah peristiwa, sebab tidak mungkin ada
suatu kisah tanpa adanya peristiwa. Ketiga,
percakapan (Siva). Pada umumnya percakapan
(hiwar) terdapat pada kisah yang terdapat |
dan
banyak pelakunya, seperti kisah Nabi Yusuf
aay
TAWA
"Dan barya kepada Allaah,
| Aendaknya onang-orang ruckmin
1 bertawakal.” (QS. Ibrahim: 11)
Ayat di atas_memerintahkan
kepada orang-orang mukmin
untuk selalu bertawakal kepada
Allah SWT dalam segala hal.
‘Acti tawakal adalah berserah
diri dan berpegang teguh
kepada Allah SWT. Dari
teguh.
berserah iri
definisi tadi, terdapat dua unsur
pokok dalam tawakal, yaitu
berserah diri dan berpegang
Kedua-duanya
memupakan kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan. Tidak dapat
dikatakan tawakal kalau belum
Tidak dapat pula dikatakan
tawakal kalau belum berpegang
teguh kepada-Nya,
Uinar bin Khattab
RA berkata, bahwa bellu
mendengar Rasulullah SAW
bersabda, “Sekirama bation
benar-benar bertawakal kepada
Alla dengan tawakal yang sebenar
benasrya, singgu Fealian akan |
Aber’ ricki (oles Alla,
Bersorburg ko Hi 5 /
ikchlas.2 ELE i
esunggubmya —Allab
mensbeli dari ovang-
orang yang beriman,
baie dirt maupun barta
mereka dengan menberiean surga
untuk mereka. Mereka berperang
di jalan Allah sebingga mereka
monbura — atan tern,
(sebagai) javyii yang benar dari
Allah di dalae Tanrat, Inj
don alQus'an. Dan siapakab
jag Lebib mencpati janjinya
slain Allah?” Maka
bergembivalah dengan jal bell
yang telab kamu lakakan ity, dan demikian itulab
emenangan yang aging.” (QS. al-Taubah: 111)
Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah
SWT akan memberi balasan yang sangat besar
kepada tiap mukmin yang — bersungguh
ungguh dalam berjuang di jalan-Nya
Perasaan putus asa seringkali muncul di benak
kita ketika kita berusaha dan bejuang namun
tak pemnah berhasil. Kendati demikian, kita
tidak boleh menyerah dalam bejuang. Sejarah
telah mengajackan kita arti sebuah istiqamah
dalam berjuang di jalan Allah SWT. Kita
tentuaya masih ingat peristiwa Sahabat nabi
yang becnama Habbah, Ia merupakan seorang
Sahabst abi yang scring mendapatkan
siksaan dalam bejuang menegakkan agama
Islam. Ia sering sekali dibaringkan ke dalam
bara api hingga membuat bara api itu padam
dikarenakan dacah dan lemak-lemak yang
keluar daci badannya, Begitu pedih siksaan
yang harus dialami oleh Sahabat-Sahabat
terdahulu demi menegakkan agama Islam,
namun mereka tidak pernah putus asa dan
menyerah,
Peristiwa di atas mengajarkan kepada
kita, bahwa perjuangan menegakkan agama
Islam bukan semata-mata untuk mencari
sebuah kemenangan saja, melainkan suatu
ujian yang harus kita jalani, Ujian tersebut
mengajarkan umat Islam arti sebuah
keikhlasan dan istikamah, karena kemenangan
akan diberikan oleh Allah SWT jikalau
mereka mampu menjalani ujian ini. Sebagai
seorang pejuang agama Allah, kita harus
Conner ae
eee)
Sosa etd
Ce ame Ld
LT
trie ea
CRE ad
UE aed
dengan
Ooh eid
surga untuk
Erraee
(QS: al-
ETT ET rw ery)
Istikamah dalam Berjuang
Rizky Maratul
mengutamakan kesabaran dan tidak boleh
gegabah dalam bertindak.
Oleh karenanya, seorang _ pejuang
haruslah selalu istikamah dalam begjihad di jalan.
Nya, sebagaimana Allah menjelaskan dalam
firmnan-Nya: “Dan simggub, sebiranya Ran gugur di
jalan Allah atax mati, pastla ampunan Allab dan
rabmat-Nya Wbib baike (bagina) daripada apa (Barta
mmpasan) yang mereka kampulkan.” (QS. Al
Imran: 157), dan juga dalam sabda Rasulullah
SAW yang diriwayatkan oleh Imam Muslim:
“Amal yang paling disweai Allah SWT adalab anval
yang dikeyjakan terus menerus walaupun jumlabnya
wedibit.”
Allah SWT menjelaskan dalam al-Quran
bahwa seberat apapun ujian bagi kaum Muslim
dalam — menegakkan —agamanya, hing
mengharuskan mereka untuk besperang dan
berjuang, mereka dituntut untuk bersabar atas
ufian yang diberikan Allah SWT. Karena di
situlsh letak ujian yang sesunggubnya, apakah
hamba-Nya akan tetap berjuang dan bersabar
atau berputus asa. Sesunggubnya —letak
kemenangan mereka ialah ketika mereka mampu
bersabar dan kuat menghadapi rintangan dan
tetap beristiqamah, karena Allah SWT selalu
menolong setiap hamba-Nya yang berada dalam
kesusahan. Sebagimana firman-Nya dalam surat
Al-Anfal ayat :17, ‘Maka (sesunggubya) bukanlab
anu yang membundh mereka, melainban Allah yang
membunuh mereka, dan bukan engha yang melempar
Retika enghan melempar, tetapi Allab yang melempar
(Allah berbuat demikian untuk. “membinasakan
mereka) dan untuk memberi Remenangan kepada orang
-orang, mutkonin, dengan kemenangan yang baie
Sungguih Allah Maba Mendengar, Maba Mengetabui.”
Dari penjelasan di atas, mari kita mulai
mengintrospeksi dirt kita, sudahkah kita
bersunggub-sungguh dan istikamah dalam
menegakkan kebenaran agama Islam, serta
ikhlas dan sabar dengan hanya mengaharapkan
rmhmat dan rida-Nya? Marilah kita meneruskan
perjuangan Rasulullah dan para Sahabatnya
dalam menegakkan ajaran agama Islam yang
tiada henti-hentinys. Bahkan merekapun rela
berjuang apa yang
mereka punya, demi tegakkaya ajaran Islam.
Wallabu a'lam bi al shawab
dengan mengorbankan
BGbGF1S TERR e O810t $21, 08ES BERS BOLE
‘Susman fedaks Bletin IQRA Kajian AL'JAZIKPM Kai
Dewan Penasehat:Ketus [KP Cabuag Karo; Pembimbing: Bagi Keilmuan (KP aban Kary; Fenanggeng.
aspdiana Toi; Perimpin Umum Youlidta Hiya Mik; Pemvimpin Redabst: Fig Air; Elitr:Joutar Riot Morag, Novan
Havanyab;Layouter: Saefl Lui, is Yortal; Kru: my Mula, Wnbanmad Hai, Jkt Shodi,Wabammad Feira, Aina Wilda,
Javharoton Nagy, Anise Nuerohmah, Ai Knriawat, Ptr Beek Rayo, Nor Fin! Qurot Nn, Kut AG, Usvatun Hasna
‘lamat Redaksi: Sessry Bam, ay 10, Nase iy, Bet 32206
ab Unum: Dede Permana,an berpegang tegublah kepada tali Allah dan jangantah
ercenai berai, dan ingatlab nikmat Allab yang telab
diberikannsa Repadanna hetibea kama saling bernuse
han, maka disatubanlah hatinnn sebingga dengan
nik terseut Ralian dapat sang seudara.” (QS. Ali Inman 103).
Perbedaan dalam berpendapat sudah menjadi tabiat
umum bagi manusia. Setiap manusia memniliki akal dan diberi-
kan anugerah berupa kemampuan untuk berpikie yang dapat
menghasilkan sebuah pemikican yang ia hasilkan melalui cara
pandang dan wawasan yang ia miliki, Hal ini menimbulkan
perspektif individual yang kemudian memberikannya sebuah
maugif (posisi) techadap suatu permasalahan, ingin cenderung
untuk setuju ataupun tidak,
Dalam memenuhi hasratnya manusia sering menempuh
berbagai cara, sehingga tidak heran apabila ada beberapa cara
yang merugikan pihak lain dalam proses penggapaian tujuann-
ya. Dalam hal ini, kita dapat memberikan contoh pada sebuah
peritiwa yang berlarut-lacut antara Israel yang notabonenya
Yahudi dengan rakyat Palestina yang mempertahankan tanah
kelahican mereka. Untuk sementara, gencatan senjatn dapat
dilaksanakan meskipun belum menyeluruh dalam kalangan
militer Iseael sendiri. Sudah banyak korban yang berguguran
dalam beberapa tragedi, termasuk juga tmagedi penembakan
nukli dari kedua negara yang sedang bergesekan tersebut.
Manusia secara fiteuh ingin mendapatkan ketenangan
dan kedamaian dalam kehidupannya, Namun apabila terjadi
sebuah perbedaan pandangan dan kepentingin yang dapat
menyebabkan perpecahan suatu sekte, makhluk yang Allah
berikan akal tersebut dapat saling bunuh membunuh antar
sesama, menjadikan bumi yang Allah bentangkan untuk saling
berperang, saling menghancurkan, dan menjauhkan nikmat
Allah yang sangat besar techadap diei mereka sendici.
Thnu Katsir menyatakan dalam kitab tafsienya, bahwa
sebelum diciptakannya manusia, para malaikat sempat me-
nanyakan hikmah dan urgensi rill terhadap penciptaan terse-
but kepada Sang Khalik. Malaikat telah mengetahui tabiat
Kkhas manusia yang identik dengan kerusakan dan juga per-
tumpahan darab, kemudian malaikat bertanya untuk lebih
mengetahui hal tersebut, karena jika hanya untuk beribadah
menyembah dan mengagungkan Allah maka malaikat lebih
mampu tanpa harus adanya penciptaan manusia. Namun
Allah menjawab dalam firman-Nya, bahwa Allah lebih
mengetahui tentang maslahat yang akan terjadi dari pencip-
taan anak cucu Adam terscbut, karena kebaikan yang dapat
diberikan melebihi kerusakan yang menjadi tabiat manusia itu
sendiri
Solusi peleraian yang konkret dalam menyelesaikan
permasalahan tersebut haruslah dicari dan diupayakan
dengan jiwa yang tenang, sehingga nantinya perpecahan
tersebut dapat disatukan melalui jalan tengah yang disepaka-
ti bersama oleh masing-masing kubu. Dengan komunikasi
yang santai, serta mencari titik permasalahan yang ada dan
‘menerima kebenaran apa adanya dapat memberikan solusi
bagi kedua belah pihak yang saling bersitegang.
Perbedaan yang ada sepatutnya tidak dilandasi oleh
suatu maksud yang ingin mengedepankan kepentingan
pribadi ataupun golongan, terkadang sustu kelompok perlu
mengorbankan kepentingannya senditi dan mengambil
suatu manfaat dari solust yang ada demi mengusung ter~
wujudnya perdamaian yang diharapkan oleh fitrah dasac
setiap manusia, Namun apabila Komunikasi tidak dapat
dibangun dengan baik, akan muncul permasalahan yang
dapat memberikan gangguan kestabilan keamanan yang
berarti.
Dalam kehidupan ini, perbedaan tidak perlu disikapi
radikal olch tiap-tiap kelompok yang scring
bergesekan. Kita dapat saja menganggap berbagai hal yang
membuat kita berbeda dengan golongan lainnya sebagai
“keberagaman” yang dianugerahkan untuk dapat saling
mengenal watak dan karakteristik masing-masing, terlebih
untuk bisa saling melengkapi antar sesama.
Kepentingan demi kepentingan yang mengatas-
namakan agama, politik, ekonomi sering dijadikan. sekadar
tumbal yang digunakan sebagai tameng agresi milter. Se-
bagaimana yang kita ketahui, dampak yang timbul dari hal
ini tidak hanya memakan korban sedikit, bahkan beberapa
makhluk hidup lainnya (baik di darat, sic maupun udara)
juga mendapatkan percikan ulah manusia tersebut, tempat
tinggal mereka ikut lenyap, keturmnan mereka ikut punah,
ddan habitat alam tempat mezeka beradaptasi menjadi sirna.
Oleh karena itulah, semua perbedaan yang ada hen-
daknya disikapi dengan arif, agar tidak menimbulkan kon-
flik-konflik baru yang mengancam kerukunan dan persatuan
yang sedang dibangun, Manusia hendaknya meni ruas jari
-jaci di tangan mereka, yang tidak sama tingginya namun
selalu bersama erat ketika ingin menggapai sesuata, Mari
bersatu, Mari memshami perbedaan sesamat
aqme, CULE 2El, BER ORR (EteBa ADAYA |
Al-Qu
Dan Hakikat Keummian Nabi Muhammad
Jauhar Ridloni Marzuq
alam surat al-A’raf: 157-158 dan alJumuah: 2, al-
Quean_menyebutkan bshwa Nabi Muhammad
SAW diutus oleh Allah dalam keadsan smi dan
dalam masyarakat yang xmmi pula. Kondisi keummian Nabi,
menurut Thahir bin Asyur, disepakati oleh seluruh ulama
Islam tanpa ada yang menyelisihi, karena telah menjadi satu
fakta sejarah yang tak terbantahkan.
Secara etimologis, menueut Thou Mandzuc, kata smi
pada hakikatnya diambil dari “umm Gbu). Actinya, seorang
yang wei adalah orang yang mengalami keadaan seperti ketika
dia dilahirkan oleh ibunya, yaitu tidak bisa menulis dan
membaca. Pengertian seperti ini diperkuat oleh pendapat al-
Zaijaj, Tbau Qutaibah, Raghib al-Asfahani, dan para ahli Tafsic
seperti al-Thabari, dan Fakhruddin al-Razi.
Di antara argumen yang dijadikan landasan pendapat ini
adalah QS. al-Ankabut: 46 dan salah satu siwayat yang
menegaskan bahwa Rasulullah SAW peenah bersabda, “Kami
adalah masyarakat yang ummi; kami tidak pandai menulis dan
menbaca. Hitungan bulan itu begini, begini dan begini (sambil belian
smenbacka jar’ jemari tangannya sebargak tga Ral untuk: menunjukkan
jumlah 30), dan bitungan bulan juga begin, begini dan begin (sambil
belian membukea jari-jemari tangannya seperti sebelumnya, dan
menyerbunyitean ibn ari pada adegan yang ketiga untule mencunjukkan
jumlah 29 bari)? (AR Bukhari Muslim).
ini tak diterima begitu saja oleh
Muslim
wor
Namun, pengerti:
kalangan orientalis dan beberapa _cendekiawa
Kontemporer, seperti Mustafa Mandzur. Pengerti
sebagai seorang yang buta huruf atau tak bisa baca-tulis
‘menurut mereka bertentangan dengan beberapa ayat dalam al
Queansendiri, seperti QS. al-Jumuah: 2 dan QS. al-Bayyinah: 2.
Apalagi, ayat-ayat yang pertama kali turun kepada Nabi banyak
menyinggung masalah bacaan (gra) dan pena (galan). Ayat-
ayat seperti ini, menurut mereka, tentu tidak akan bisa
dimengerti oleh seorang yang buta huruf.
Pendapat ini diperkuat juga dengan beberapa riwayat
yang mengindikasikan kemampuan Nabi dalam menulis atau
sebuah tulisan, Dalam salah satu Hadis yang
diriwayatkan oleh al-Sya’bi, Rasulullah SAW disebutkan tidak
meninggal dunia kecuali beliaw telah mampu membaca dan
menuilis. Al-Nagqas, berdasarkan riwayat dari Abi Kabsyah al-
Syaluli, juga menceritakan bahwa Rasulullah SAW pernah
membaca sebuah lembasan untuk ’Uyainah bin Hishn, lalu
menerangkan arti lembaran yang beliau baca.
Terkait adanya beberapa riwayat yang mengindikasikan
kemampuan Nabi dalam baca-tulis, Abdul Sabur Syahin
menyebutkan ada tiga kemungkinan yang bisa disimpulkan dari
ciwayat-riwayat itu. Kemungkinan perfama, Nabi Muhammad
tidak bisa menulis dan membaca sama sckali scumur hidup
RERKtiO LORA%. OH19d Kile SOP KEGR 8116
beliau. Kedua, Nabi pada awal masa kenabian belum bisa
membaca, namun bisa membaca saat-saat sebelum
meninggul. Kefiga, Nabi Muhammad bisa menulis. sejak
pertama kali menerima wahyu kenabian. Dari ketiga
kemungkinan di atas, kemungkinan pertama menjadi
pendapat mayoritas ulama, baik dari messin, ali bahasa
maupun ahli fikih. Selain diambil berdasarkan argumentasi
ctimologis, fakta historis juga menguatkan pendapat
pertama ini, Sementara pendapat kedua memang: diikuti
oleh sebagian kecil ulama Muslim, namun mereka banyak
mendapatkan bantahan dati golongan pertama, Sedangkan
untuk pendapat terakhir, penulis tidak mendapatkan
seorang ulama pun yang mengamini pendapat ini, kecuali
dari kalangan orientalis seperti yang sudah disebutkan pada
paragraf sebclumnya.
Dari kuatnya argumen yang bisa dipegang, pendapat
pertama tent terlihat paling kuat, Salah sata alasannys,
riwayat-rivayat yang mengindikasikan kemampuan baca-
tulis Nabi kebanyakan memiliki masalah dalam jalur
transmisinya. Riwayat tentang jawaban Nabi “midza
aqra?”, misalnya, dinilai oleh Ibnu Hajar sebagai Hadis
mursal. Kemudian, yang
sebenarmya tidak bisa diartikan secara tekstualis, Riwayat,
tentang perdamaian Hudaibiyah yang menceritakan bahwa
Suhail mengatakan kepada Nabi “uktub”, tidak harus
diartikan secara literal sebagai tulislah”. Usb dalam
riwayat di atas bisa diartikan dengan “istaktib”, atan
“mintalah juru tulismu untuk menulis”. Pemakaian bahasa
riwayat-riwayat sabi pun
seperti ini lumeah terjadi, apalagi dalam tataran diplomasi
antar sebuah golongan. Seorang penguasa atau saja sering
dianggnp menulis sebuah surat, padahal ia tidak menulis
dengan tangannya senditi, tapi meminta seorang, junu tulis
untuk menuliskannya. Meski bukan dia yang menulis, surat
tersebut tetap dianggap sebagai surat sang raja, bukan surat
si jurw tli
Sedangkan _perihal Rasul agar
dihadickan lembaran kulit dan wadah tinta sebelum beliau
wafat juga tidak otomatis mengindikasikan kemampuan
beliau dalam baca-tulis, Menurut Mustafa al-A’deami,
Rasulullah meminta lembacan kulit dan tinta bukan untuk
menulis dengan tangannya, tapi untuk diserahkan kepada
jum tulisnya agar wahyu yang beliau diktekan ditulis
dengan segera. Jaci, permintaan di atas tidak dianggap
anch oleh para Sahabat karena mereka tahu bahwa
Rasulullah sering melakukan hal itu, bukan karena Sahabat
tahu bahwa Nabi bisa menulis.
permintaanJika dinalar secara logika pun, keummian Nabi adalah
fenomena yang sangat logis. Bagi kaum Muslimin, Nabi
Muhammad adalah sosok yang sangat diagungkan. Setiap
perkataan, perbuatan, sifat, dan segala hal yang berhubungan
dengan beliau selalu direkam oleh para Sahabat dan
diwariskan turun-temurun hingga saat ini, Ribuan, bahkan
puluhan ribu Hadis yang saat ini terwariskan kepada kita
menjadi bukti tak terbantahkan tentang keagungan Nabi
terakhir ini. Lalu baguimana mungkin sesuatu yang, sangat
penting, seperti masalah keummian ini, Input daci cekaman
pata Sahabat dan tidak terdapat sedikitpun siwayat yang
meneguskan bahwa Nabi Muhammad pernah menulis dengan
tangannya senditi, atau membaca sebuah tulisan? Kalau Nabi
bisa membaca dan menulis, pasti riwayat-riwayat seperti itu
akan ditulis dalam buku-buku sejarah alu menjadi berita
populer bagi manusia yang hidup semasa ataupun setelahnya
Pertanyzan yang muncul kemudian, kenspa kalangan
orientalis begitu bersemangat ingin membuktikan bahwa
Nabi bukankah seorang tunaaksara, meskipun tak ada
QADHAYA RY
sedikitpun argumen yang mendukungnya? Tentu jawabannya
bisa kita tebak dengan mudah. Skenario Allah menjadikan
Muhammad sebagai Nabi yang tunaaksara adalah untuk
menghilangkan kecaguan bahwa al-Quranbukan darinya, tapi
dari Allah SWT. Semangat untuk meruntuhkan keummian
Nabi tentu akan berimpliknsi pada keraguan terhadap
eilabiaban sumber al-Quean, Jika mereka bisa membulktikan
bahwa Nabi adalah seorang yang pandai baca-tulis, tentu
pada akhienya mereka akan menyimpulkan bahwa al-Quran
tak lain adalah karangan pribadi Nabi Muhammad SAW.
Satu sebenarnya sudah cukup untuk
membantah tuduhan panjang lebar itu. “Damn kam tidak
pernah membaca sebelumnya (Al Quran) sesuatu kitab
pun dan kame tidak (pernah) menulis suatu kitab dengan
tangan kananmu. Andaikata (kamu pernah membaca dan
menulis), maka benar-benar ragulah orang yang
mengingkari(mu).” (QS. al-Ankabut : 48).
ayat al-Quran
‘Tawakal Sambungan dari him. 1
sebagaimana seckor bunng diberi rizbi: di mana ia pergi pada pagi
Dari dalam keadaan lapar, dan pulang di sore bari dalam keadaan
Renyang (HR. Ahmad, Turmudgi dan Thnu Majab),
Hadis di atas menjelaskan tentang hakikat tawakal
yang digambarkan oleh Rasulullah SAW dengan
perumpamasn seekor burung. Di mana burung pergi (mencari
karunia Allah) pada pagi hari dengan perut kosong karena
lapar, namun di sore hari ia pulang dalam keadaan perut
kenyang dan terisi penuh, karena pada hakikatnya Allah lah
yang memberikan rizkinya sesuai dengan kebutuhannya.
Demikian juga dengan manusia, sekiranya manusia
benarbenar bertawakal kepada Allah SWT dengan
mengamalkan hakikat tawakal yang sesungguhnya, tentulah
dari aspek rizki, Allah SWT akan memberikan rizki padanya
sebagaimana seekor burung yang berangkat pada pagi hari
dengan perut kosong dan pulang pada sore hari dengan perut
kenyang:
Menurut Than Jauzi tawakal merupakan amalan dan
ubudish (penghambaan) hati dengan menyandarkan segala
sesuatu hanya kepada Allah, dsigah (percaya) techadap-Nya,
berlindung hanya kepada-Nya dan rida atas sesuatu yang
menimpa dirinya dan berdasarkan keyakinan bahwa Allah
akan memberikannya segala kecukupan bagi dirinya dengan
‘tetap melaksanakan “sebab-sebab” (faktor-faktor yang,
mengarahkannya pada sesuatu yang dicarinya) serta usaha
eras untuk dapat memperolehnya.”
Sebagian orang menganggap bahwa tawakal adalah
sikap pasrah tanpa melakukan usaha sama sekali. Padahal
‘tawakal haus didahului oleh usaha dan doa. Bagi kaum
Muslim, doa dan tawakal harus saling beriringan, maka
disunahkan bagi tiap Muslim untuk memperbanyak doa dan
usahaketika dia erbenturan dengan sebuah
masalah."Janganah kalion putus asa ates rabmat Allah,
sesunggulviya tidak ada orang yang putas asa dengan rabmatNya
kecnali orang yang kafis.” (QS. Yusi
Setelah kita berdoa dan berusaha sekuat tenaga dan
Kemudian bertawakal. Jika kemudian kita masih gagal, maka
jangan pecnah putus asa dengan cahmat Allah. Mungkin saja
dengan kegagalan itu kita mendapat hikmah yang lebih daci
apa yang kita harapkan. Wallabu a'lam bi al-shawab.
19k6 Ea)
I
ara ulama dan abli
Fikih sepakat
bahwa sumber hukum
yang dijadikan rujukan
utama umat Islam adalah al-
Quran dan Sunah, Seiring waktu
hukum se-
telah
berjalan, sumber
makin nas dan beraneka ragam,
seperti ijmak para ulama dan
metode giyas. Hal tersebut
disebabkan munculnya permasa-
lahan-permasalahan baru yang
semakin kompleks di tengah-
tengah umat.
Secata tidak langsung, di antara
sumber-sumber hukum tersebut,
Khususnya al-Quran dan Sunah
memiliki ikatan yang kuat, yaitu
Sunah memiliki otoritas setelah
al-Quran dalam menafsirkan al-
1) Quran. Dengan kata lain, perbuatan, perkataan
dan keputusan Rasulullah merupakan penjelas
IV techadap isi al-Quran. Di dalam buku Kajfa
1 Nata'amal ma’a alQuran, Yusuf al-Qaradhawi
menjelaskan bahwa Sunah datang untuk men-
jelaskan apa yang belum jelas di dalam al-Quean,
mengkhususkan apa yang masih umum dan
menyederhanakan apa yang masih kompleks
Hal tersebut diperkuat dengan peckataan Imam
Syalvi, “Setign hukum yang ditetapkan Rasulullah
cela apa yas dipal’ olla dari al Quran.”
Seiring waktu berjalan, kebutuhan umat
Islam terhadap al-Quran semakin besar, terma-
suk permasalahan-permasalahan yang dialan
oleh umat Islam itu sendiri, —sehingga
memunculkan keanekaragaman dalam metode
penafsiran. Artinya, jika penafsiran al-Quean
dampak J dengan. Sonahmasih tidak bisa_menemakan
negatifnya, * pemahaman yang baik, maka umat Islam, ter
tetapi juga I lebih pada masa Sahabat dan Tabiin,
menggunakan perkataan sesama mereka, khu-
perkembanga |
mereka termasuk generasiterbaik —setelah
israiliyat '
bangan metode penafsiran di atas menjadi tong-
penafsiran, juga disebabken serangan para
tidak berhenti menyebarkan israiliyat kepada
susnya yang mereka percayai sebagai imam dari
nyang
Rasulullah,
tersebut.” |
gak awal kemunculan iscailiyat. Hal id
V iusuh tslam, khususnya Yahudi dan Ni
\kaum Muslim sebab mereka tah. bahwa akidah
“Kita pun 1
Aarus selalu |
waspada
terhadap
riwayat
israiliyat, '
bukan hanya |
karena )
selain
mereka sendiri. Sebagaimana yang diketahui,
dialami
Pada akhirnya, proses singkat perkem.
| dikarenakan semakin berkembangnya corak
J 338g semakin gencar dan bertubi‘tubi. Mercks
oor ooo _
Kedudukan Israiliyat \
i Dalam Penaisiran al-Quran
Hilmy Mubarok
dan keimanan umat Islam sangat_mudah
digoyahkan dengan iscailiyyat.
Secara etimologi, kata “Font ada-
lah bentuk jarnak dari kata “is: yang |
berarti kisah atau kejadian yang dinwayatkan
atau bersumber dari Bani Ismail. Penamaan |
Bani Istildinisbatkan kepada nenek moyang
mereka, Israil AS atau dalam Islam lebih
dikenal dengan Ya‘qub bin Ishak bin Ibea
him AS. Namun kata tersebut selau dinis-
batkan kepada kau Yahudi yang merupa- |
kan keturunan Ya’qub yang tidak beriman
kepada Nabi Isa As. Hal tersebut disebabkan |
banyaknya riwayatisaliat yang bersurnber
dari mereka. Adapun makna kata ésrail ada-
lah hamba Allah, seperti yang disampaikan
oleh Tbnu Abbas, isra’ dalam bahasa Ibrani
bemakna seorang hamba ‘adu dan 4 ber- |
maka Allah.”
Sementara secara terminologi, makna |
“Trl” banyak dikemukakan oleh lama
klasik dan juga ulama kontemporer , seperti
Husain al-Deahabi, Ramzi Naknaah dan
Alla Wahib. Meski memberikan definisi
yang berbeda-beda tentang makna istailiyyat, |
namun mereka sepakat bahwa iscaliyat
merupakan segala sesuatu yang masuk ke
dalam Tafsir atau Hadis yang berasal dad
dongeng-dongeng atau kisah-kisah zaman
dahulu yang. periwayatannya dinisbatkan
kepada Yahudi dan Nasrani atau selain dari
mereka. Bahkan sebagian mufasic dan abli |
Hadis mempecluas makna secara terminologi
tersebut kepada segala sesuat yang di-
masukkan atau disetpkanmusuh-musuh |
Islam (kau Yahudi, Nasrani dan selain
mereka) berupa kabar-kabar yang tidak
memiliki rujukan yang pasti. Kabar-kabar
tersebut sengaja dibuat-buat dan diselipkan |
ke dalam tafsic dengan iat buruk untuk
menghancurkan akidal umat Islam.”
Masulznya italia ke dalam penafiienn y
al-Quran diawali oleh masuknya — budaya
Bani Tstail ke tengah-tengah Kehidupan |
masyarakat Arab, Pada zaman dahulu, bang-
sa Arab hidup bertetanggaan bersama Ahk |
Kitab, terutama kau Yahudi. Selaia ita,
masyatakat Arab ketika itu memiliki budaya
Depergian ke Syam ketika musio panas dan |
ke Yaman ketika musim dingin, di mana
kedua tempat ini merupakan pemnukiman
Ahli Kitab, schingga intecaksi di antara
mereka pun tak dapat terelakkan. Akibatnya, J
semakin banyak umat Islam waktu ity
7
gy st St St temendapatkan pelajaran atau nasihat dari mereka, terutama
tentang Hadis. Jamal Mushthafa al-Najar mencoba membagi
perawi-perawi riwayat tersebut ke dalam tiga fase. Pertana,
fase Sahabat. Di antara Sahabat yang masyhur meriwayatkan
Hadis dari Ahli Kitab yaitu, Abu Hueairah, Ibnu Abbas,
Abdullah bin Umar, Abdullah bin Salam dan Tamim al-
Dariy. Kedua, fase Tabiin. Di antara Tabiin yang masyhur
meriwayatkan Hadis daci Ahli Kitab yaitu Ka’ab Al-Akhbar
dan Wahb bin Munabbih. Torathir, fase Tabi Tabiin. Dari
kalangan mereka, yang masyhur meriwayatkan Hadis dari
Ahlu Kitab antara lain’ Muhammad bin Saib al-Kalbi, Ibnu
Juraij, Muqatil bin Sulaiman dan Muhammad bin Marwan al-
Sada,
Dalam menyikapi ismiliyat -khususnya yang datang dari
kslangan Bani Istail- hampic kebanyakan ulama, baik Klasik
atau kontemporer, menggabungkan tiga Hadis. Ini artinya,
sejak Rasulullah masih hidup, batasan dalam perivayatan
sudah diberikan. Pertama, Hadis yang diriwayatkan Abd Al-
Razaq dalam musnadnya dari Ibnu Mas‘id, Rasulullah SAW
besabda, “Janganlah alian berlanya kepada Abli Kitab,
Sesunggubnya mercka tidak akan memberi kalian petunjuk, karena
mereka sendiri telab sesat dan Ration Gika melakukaraya), maka
fatian akan mendustakan yang hak, dan membenarkan yang batt
[| nasnars Fy
Demi Alla jika Musa AS ada di antara Ralian, ia tidak akon
bertindak: (molakukan sesuatu), Recuak mengikatibe.” Kedua, Hadis
dari Abdullah bin Umar, Rasulullah SAW bersabda,
“Sampaikanlah davikn walan bara satu ayat, rinayatkanlah
(cesuaty) dari Bani Isail tanpa merasa keberatan, barangsiapa yang
ertusta dengan sengaja atas namaku, maka telab disiapan baginya
(tempat) di datam neraka.” Ketiga, Hadis dari Abu Hurairah RA,
Rasulullah berksta, “40? Kitab membaca Taweat dengan
mengunakan Bahasa Irani dan menafiireannya dengan Babasa
Arab kepada umat Islam, maka Rasilullah SAW bersabda,
“Jangantah kalian memperapai Abli Kitab dan janganlab katian
moendustai mercka, tetapi Ratakanlab ‘kami beriman Repada Alla
dan apa yang diturunkan kepada kami...” (AR. Bukba).
Secara kasat mata, tign Hadis tersebut seakan-akan
saling bertentangan, Namun, Ramzi Nakna’ah di dalam
bukunya, af Lsrdiliyydt wa atsarnba ff kutub al Tafitr mencoba
menemukan jawabannya dengan menukil beberapa per-
kataan ulama yang telah menggabungkan antara dalil-dalil
tersebut dengan sempurna, Di antara yang dinukil olehnya
adalah perkataan Ibnu Hajar Al-Asgalani yang mengatakan
bahwa larangan tersebut (Hadis Nabi dari Tbnu Mas’ud)
terjadi sebelum hukum-hukum dan kaidah-kaidah Islam
tegak sempurna karena ditakutkan timbulnya sebuah fitnah,
—
-
pScleniitnya Reta kekhawatian ita ilangy maka muncollah iin ‘Untuk melakukan tersebut, kasena di dalam mendengy
riwayat dari mereka terdapat pelajaran,
Selanjutnya yang dinukil adalah perkataan Tbnu Katsir yang men yatakan jika ada pernyataan bolehnya meriwayatkarf
ddaci mereka, maka hal tersebut dibawa kepada hal yang memiliki kemungkinan benar dan tidak bertentangan dengan syatiat
yang ada. Sedangkan apa yang diketahui atau diduga kebatilannya, menyimpang daci kebenaran yang ada di (tangan) kita yang
datang dari Rasulullah, maka hal itu ditinggalkan dan ditolak serta tidak dipakai.
I pea lama asibadau konicmaponer: dela nienplapt thwayst-cinmyablseailyat bia dikiasifkariion lke dilam tet poihl
Pertoma, sseliyat yang sesuai dengan syanat Islam, periwayatanaya diperbolehkan hanya untuk sebagai saks: buksn untoly
diyakini. Kedu, israiliyat yang bertentangan dengan syariat Islam, periwayatannya tidak diperbolehkan, kecuali untuk mem
berithukan kebohongannya dan untuk diksitik kesalahanaya, Ketigy,jika iseniliar tersebur tidak dihnkumi benae atau sala
maka diperbolehkan untuk menceritakannya dengan tidak mempercayai dan tidak juga meganggapnya sebagai Kabat yany
[palsu (bohong). :
Adapun dampak yang ditimbulkan israiliyat antama lain mengotori keimanan seseorang dan menggoyahkan akidahny:
Dscchadap Allah, rasul dan malaikat Nye; membost agama Islam dipandang sebagsi gama yang penuh Khuraat, mampu
pmenghilangkan kepercayaan umatterhadap ulama klaik, khususnya dari kalangan Sahabat dan Tabiin; dan ain sebagainya. |
Pada akhienya, kita pun harus selalu waspada techadap riwayat Iscailiyat, bukan hanya karena dampak negatifinya, tetapl
juga perkembangan yang dialami Iscailiyat tersebut. Dengan kata lain, penyebaran istailiat bukan hanya melalui periwayatarf
Rani Israil ataupun mufasic terdahulu, tetapi_Iseailiyat yang dihasilkan_ oleh para mufasit dewasa ini merupakan penukilgy
langsung dari ajacan agama Yahudi dan Nasrani. Sebagaimana
yang kita ketahui, bahwa kitab-kitab mereka terus mengalami
perubahan, dan perubahan tersebut sangat_mempengaruhi
dahulu ketiganya tanpa mengambil riwayat israiliyat, meski
ismailiyat tersebut sesuai dan bisa digunakan untuk menafs
kan ayat tersebut. Wallabu a'lam bi al-shawab.
keaneka ragaman Israiliyat,
Oleh Karena itu, hendaknya para mufasir dan para
pengkaji ilmu al-Quran harus berhati-hati dalam menghadapi
israiliyat, dan tidak mudah terperdaya dengan cerita istaliyat
tersebut, serta tidak menggunakannya dalam menafsirkan ayat-
ayat al-Quean, Dengan kata lain, jika masih ada ayat-ayat al-
Quran, Hadis sahih, dan juga pemikiran ulama terdahulu
dalam menjelaskan ayat al-Quran, maka gunakanlah terlebih
SOLNT4e TERR OmaRt 11a;ee on tT
ree Tee
Pe)
munculnya
Pee LET
Pane red
membuat
Reh
Ce ed
st BIg
(Oy) ae
Sumbungan Menegulikan Vailas Kisah.
dan kisah Nabi Musa. Isi_percakapan
dalam al-Quran pada umumnya membie-
arakan beberapa pokok-pokok —ajaran
agama Islam, misalnya masalah kebang-
kitan, pendidikan, dan keesasn Allah.
Dalam bagian ini al-Quean menggunakan
metode langsung, sehingga al-Quran
menceritakan pelaku dalam bentuk aslinya.
Hakikat pengulangan kisah dalam al-
Quran
Kisah-kisah al-Quran merupakan
perantara yang efektif dalam metode pem-
belajaran.AlLQuran tidak hanya
menggunakan metode kisah untuk sebuah
tujuan kecil, tetapi untuk tujuan agung
yang bersumber dari Allah SWT, Dakwah
yang menjadi tujuan utama dalam kisah-
kisah al-Quran disebutkan dalam QS. al-
Bayyinah: 5 yang artinya “padabal mereka
hanya diperiniab untuk meryembab Allab,
dengan ikblas meneati Nya semata-mata arena
(menjalankan) agama.”
Selain itu, makna, corak, dan tujuan
setiap kisah dalam kisah-kisah al-Quran
selalu mengandung unsur seni serta pesan
moral yang berbeda-beda dalam mencer
itakan hikmah dari Tuhan atas turnnya
kisah tersebut. Hal ini mengakibatkan ada
beberapa kisah yang seolah-olah diulang
berkali-kali tapi Kenyataannya tidak, karena
maksud yang tersirat dari setiap kisah di
dalam beberapa surat berbeda-beda. Be-
berapa ulama mempunyai pandangan yang
berbeda mengenai pengulangan kisah,
Salah satunya adalah Shalah Abdul Fattah
al-Khalidiy. Dalam bukunya yang berjudul
alQuran wa Nadbu Matba’in al Rubban,
Khalidiy menyatakan bahwa bahwa pengu-
langan kisah dalam al-Quran sebenamya
tidak ada, sebab makna hakiki dari sma
bukanlah pengulangan tetapi diversifikasi
makna, Oleh Karena itulah, al-Quean men-
gulang kisah tersebut berkali-kali, guna
menyajikan maklumat serta tujuan bara
dalam format ayat dan kalimat yang ber-
eda.
Pengulangan kisah ini mengandung
beberapa hikmah, antaca lain: pertama,
menjelaskan keindahan bahasa al-Quean,
Kiseh yang diulang dikemukakan di tempat
yang berbeda dengan menggunakan gaya
bahasa yang berbeda antara satu dengan
yang Iainnya, sehingga orang tidak akan
merisa bosan untuk membacanya, se-
baliknya, hal ini juste akan menambah
makna-makna baru ke dalam jiwanya (yang
\. Gch ta demain, pera ayat tebelarinys)
x
per
tora’, DESEMBER 2017
72S ES eS eS ee ee eee ee ee eee
N
Kida, menunjukkan —kehebatan— al-Quran,
Pengungkapan al-Quran techadap suatu. makna
dalam berbagai kalimat mecupakan bukti bahwa al-
Quean adalah kitab sekaligus mukjizat terbesar
yang bersumber dari Allah SWT. Ketiga, agae pesan
yang disampaikan al-Quran semakin melekat dalam
jiwa pembaca. Banyaknya pengulangan ini merupa-
kan salah satu metode al-Quean dalam menuturkan
kisahnya sekaligus tanda betapa besarnya perhatian
al-Quran terhadap kisah tersebut. Keempat, untuk
mengungkapkan perbedaan tujuan dan maksud
kisah tersebut,
\
I
I
I
I
I
I
I
Al-Quran adalah mukjizat teragung I
Fakta yang berkembang pada masyarakat
sekarang adalah munculnya pembaharu islam yang |
membuat tipu daya dengan kisa-kisah al-Quran.
Mereka merasa bahwa ditinya adalah bagian dari |
Pejuang-pejuang Islam atau scorang pembary |
sastra, padahal mereka just menjadikan gasash al-
Qunm berstandae sama dengan coman-roman |
sastra yang penuh dengan kebchongan dan khaya-
lan, Hal ini menyebabkan timbulnya pemahaman |
bahwa tidak semua kisah dalam al-Quean adalah
benar, Pemahaman seperti ini memahami kebena- |
can yang ada dalam qashash alQmon scbagai |
kebenaran semu, sekaligus menjadikan kebenaran
tersebut sebagai simbol dari sebuah seni yang |
cenderung mengekspresikan sebush unsur kebeba-
san. I
Pemahaman keliru seperti ini salah satunya
diterukan dalam pemikican Ahmad Muhammad UI
Khalafullah, kandidat doktor di Jamfah Fuad al-
‘Awal atau yang sekarang bernama Caio Universi-
ty. Dalam’ disertasinya yang berjudul Fann al- |
Qasbasiy fi a-Quran ia mengungkapkan bahwa kisah
kisah dalam al-Quran adalah buah karya seorang |
sastrawan. Ini artinya, ia mengatakan bahwa kisah-
kisah dalam al-Quean bukan berasal dari Allah |
SWT melainkan buatan dan Khayalan Nabi Mu-
hammad SAW. Menurutnya, gasash al-Quran tidak
membawa sejaruh yang benac, akan tetapi sastea- |
wanlah yang menggambarkan kejadian-kejadian
tersebut dengan jiwa seni mercka, Dalam pan- |
dangannya, gasasb alQuran hanyalah rekayasa. be-
berapa kisah, Tidak hanya itu, dalam kacamata I
Khalafllah,ulama salaf telah melakukan kesalahan
besar dalam memahami dan menggambarkan kisah
al-Quran dalam tafsie mereka. Kesimpulan dari isi |
disertasi Khalafullah menegaskan bahwa imajinasi
sang penulis kisah adalah inti dari kisah tersebut, |
sedangkan pelakunya adalah khayalan belaka. Tidak
hanya itu, akibat pemahaman seperti ini, timbul |
pemahaman. Iain bahwa bisa jadi peristiwn yang |
dikisahkan peenah terjadi atau babkan tidak terjadi
sama sckali, namun kemudian dikisahkan dengan |
seni Kesastraan yang tinggi untuk menarik per-
hatian pembaca. Begit pula kisah dalam al. J
oQuran yang menurut Khalafullah tidak terbukti sejarahnya. Menucutnya,
berbagai macam dalil serta riwayat penyampaian kisah yang berbeda-beda
menunjukkan bahvwa kisah. al-Quran hanyalah kisah palsu.
Lebih lanjut, Khalafullah juga mengataken bahwa kisah-kisah dalam al-
Quran hanyalah sebuah dongeng, bualan dan khayalan. Al-Quran juga tidak
mengisahkan peristiwa-peristiwa yang benar-benar terjadi, tetapi hanya
mengisahkan ulang peristiwa yang terjadi pada masa Ahli Kitab yang mana
mereka tidak mengetahuinya kecuali dari kitab samani sebelumnya atau hanya
sekedar dongeng belaka. Khalafullah mengyamakan kebenaran sejarah al-Quran
serta risalah yang dibawa Muhammad dengan apa yang dikabarkan oleh Ahli
Kitab dalam kitab-kitab mereka. Dalil tentang hal ini, menurutnya ditegaskan
Allah SWT dalam QS. al-Nisa: 157 yang berbunyi: “Maka jike Ramu
Mubarmad) dala eran tnt apa yang Kami trenkan kepadanny naka beta
-eebenaran pada dari Tubanors, scab itu janganla an sebalt-balt trmasek
orang yang rag.”
‘Apa yang dikatakan Khalafullah adalah nol besar, sebab terdapat bebera-
pa perbedaan fundamental yang membedakan al-Quean dengan kitab samani
fainnya. Salah satunya mengenai tema atau judul pada setiap kisah al-Quran
sarat dengan hikmah, sedangkan kisah dalam kitab semawi mengandung sedikit
hikmah atau bahkan tidak ada sama sekali, Selain itu, metode pengisahan al-
Quran dengan pengulangan berksli-kali juga berbeda dengan metode pengisa-
han kita lainnya yang hanya sekali atau tanpa pengulangan. Pengulangan ini
disebabkan al-Quean tidak hanya bermaksud menceritakan
sisi sejarah dari suatu kisah, melainkan juga esensi utama
kisal tersebut, yaitu dakwah.
Pemikiran Khalafullah pada dasarnya tidak jauh ber-
beda dengan pendapat kaum orientalis yang menyatakan
bahwa al-Quran merupakan bush karya Muhammad, dan
kisah-kisah yang ada di dalamnya mcrupakan kisah yang
didapatkan Rasulullah dari lisan serta kitab suci kaum Yahudi
dan Nasrani. Akibatnya, ia menyimpulkan bahwa kandungan
al-Quran scrupa dengan kitab suci kaum Yahudi dan Nasca~
ni, Pemahaman seperti ini senada dengan pendapat salah
satu orientalis Yahudi, Ignaz Goldziher, yang menyatakan
bahwa semua perkara keagamaan yang disampaikan
Rasulullah merupakan basil persinggungannya dengan
pendeta-
pendeta Yahudi
dan Nasrani.
Kendati
demikian, Kha
lafullah — tetap
meyakini bahwa
al-Quran telah
bethasil mem-
Sbawa peru
bahan dalam
kesasteaan
Agab. Al Quran
juga telah ber-
hasil
memuacullsan
model-model
sastra Arab
yang baru dan
imajinatif, yang
faaaha ade en
‘mana pada masa itu model kisah imajinatif seperti ini hanya
masyhur di kalangan masyarakat Yunani dan masih menjadi
sesuatu. yang “baru” dalam kesastraan Arab. Keyakinan ini
dikarenakan Khalafullah pada mulanya hanya bermaksud
untuk mencoba melakukan pendekatan dalam menafsirkan al
-Quean dengan metode manhaj aladady, sebuah metode yang
baru didapatkanaya daci gurunya, Amin al-Khuli. Manba al
adabiy merupakan sebuah metode penatsiran al-Quean
dengan cara menghubungkan nas-nas al-Quran yang dikaji
dengan realita sosial dan budaya yang tengah berkembang.
Namun sayang, hasil kajian Khalafullah justeu bertentangan
dengan metode yang disampaikan gurunya. Alih-alih menya-
takan al-Quran relevan dengan perkembangan zaman, Kha-
Jafullah justra menyatakan bahwa al-Quran adalah buatan
Muhammad sekaligus produk perkembangan budaya Acab di
masa itu.
Dalam pandangan penulis, kesalahan Khalafullah
dalam proyek disertasinya dikarenakan ia melupakan bahwa
al-Quran adalah kitab suci sekaligus mukjizat terbesar yang
diberikan Allah SWT kepada Nabi Muhammad. Tidak ada
satu orang pun dari kalangan penyair Arab yang sanggup
menanding) keindahan bahasa al-Quran, sekalipun dalam
tingkatan satu ayat. Lantas, masihkah bisa dipercaya bila
seorang Rasulullah yang, zeny bisa menciptakan al-Quran?
Pada intinya, kisah-kisah yang dikemukakan al-Quean
bukan sekadar untuk menambah pengetahuan yang kemudi-
an dibuktikan dengan berbagai penemuan ilmiah. Lebih daci
itu, al-Quran bermaksud menuntun manusia ke jalan yang
benar melalui pelajaran berharga yang ada dalam kisah-kisah
tersebut. Wallabu a'lam bi al-shawab.‘ORM = Mahmud Syattut:
Fakih dan Mufasir Abad Ke-20 ‘
Alfina Wildah
amanya dikenang sebagai ulama yang mem-
berikan andil besar dalam kemajuan pemikiran
Islam. Pemikicanaya yang moderat dan fleksibel
mampu menjadi jawabsn atas permasalahan-
permasalahan yang tengah dihadapi umat Islam. Tidak hanya
itu, konsep tematik yang dicetuskannya dalam penafsican
beberapa surat al-Quran, menjadikan namanya dikenal tidak
hanya sebagai ahli Fikih namun juga mufasir handal di abad ini
Muhammad Imarah, dalam bukunya yang berjudul
“Mahmud Syaltut” banyak menuliskan tentang kontribusi
Mahmud Syaltut dalam kaneah pemikican Islam. Salah
satunya, Mahmud Syaltut seringkali memberikan jawaban yang,
sedikit berbeda dasi para pemikic Islam lainnya, Mahmud
Syaltut dikenal sebagai ulama yang sering mengaplikasikan
hukum-hukum Fikih dengan” permasalahan-permasalahan
kontemporer, baik yang berkaitan dengan kehidupan schari-
hari atau masalah-masalah keagamaan lainnya.
Syekh Syaltut lahir pada tanggal 23 April 1893 M yang
bertepatan dengan 6 Syawal 1310 Hi di Maniyyah Manshur,
salah satu kawasan di provinsi Buhayrah, Mesic. Mabmud
Syaltut telah menghafal al-Quean sejak belia. Pendidikannya
berawal dari sebush madrasah kecil di kampungnya. Mahmud
Syaltut kemudian melanjutkan studinya di Universitas Alex-
andria dan berhasil merampungkanaya pada tahun 1918. Sejak
tahun 1918 hingga beberapa tahun setelahnya Syaltut mengajar
di Universitas Alexandria. Pada tahun 1919, kepiawaiannya
dalam ilmu Fikih bechasil menacik hati Musthafa al-Maraghi,
syekh al-Azhar ketika itu, Al- Maraghi kemudian memintanya
untuk mengajar di al-Azhar.
Pada Oktober 1929, Musthafa al-Maraghi mengunduckan
diri dati jabatannya sebagai seorang syekh al-Azhar, Kepu
tusan ini diambil al-Maraghi sebab ia merasa tidak leluasa
melakukan pembaharuan di al-Azhar. Melihat hal ini, Syaltut
tidak tinggal diam, Ia merupakan orang pertama yang me-
nyuarakan ketidaksetujuannya ates pengunduran dici al-
Maraghi ini, Bersama beberapa dosen al-Azhar lainnya, Syaltut
mengasingkan disi dan menghindar daci al-Azhar guna me-
nyuarakan penolakan mereka. Usaha Syaltut ini ternyata
membuahkan hasil. Pada tahun 1935, al-Margahi diangkat
Kembali sebagai syekh al-Azhar. Di tahun yang sama, Syaltut
dan beberapa pengajae al-Azhar lainnya kembali aktif mengajae
dial-Azhar. Pada tahun 1937, Syaltut ditunjuk sebagai delegasi
al-Azhar dalam suatu seminar yang dihadiei para ulama dari
berbagai belahan dunia,
Mahmud Syaltut dikenal sebagai ulama pembabaru yang:
banyak mencetuskan hukum-hukum Fikih kontemporer.
Dalam bidang Tafsic, Syaltutdianggap sebagai salah satu ulama
yang pertama kali menulis tentang ivaliyat, Dalam pandangan
Syaltut, umat Islam harus bisa membedakan antara ismiliyat
dan selainnya dalam menafsirkan dan memahami al-Quran,
sehingga mezeka tidak terjebak dalam khurafat atau hal-hal
mustahil lainnya
Selain kepiawaiannya dalam bidang Tafsir dan Fikih,
Syaltut juga dikenal sebagai tokoh yang menghargai semua
mazhab. Ia juga dikenal tidak menjunjung tingg} fanatisme
Yerhadap suatu mazhab, Bahkan, syekh Syaltut pernah
~
SUGNTIN 1408's BEEN |
~
mengeluarkan fatwa yang membuat masyarakat Mesir [
kkotika itu tercengang, ia membolehkan wargn Mesir
menganut mazhab Je'fariyah, mazhab baru di antara |
tujuh mazhab yang dianut warga Mesic (Syaffi, Hanafi,
Maliki, Hanbali, Ja'fari, Zaidi, Tbadhi dan Dhahici)
Syaltut juga mendirikan “Dar al-Tagrib Baina Mazahib al §
-Islamiyah” untuk mendekatkan Syi’ah dan Sunni serta
aliran mazhab lainnya. Oleh karena sikapnya yang penuh |
toleransi inilah, ia pernah diutus Oleh Anwar Sadat,
Beeaider: Melt katie ten, onak tmeenlaal Dna weratnar dl
internasional yang berlangsung di Mesic.
Pada 1958, Syaltut ditunjuk menjadi syekh al-Azhar.
Di masa kepemimpinannya, Syaltut melakukan banyak
sekali perubshan, Salah satunya mendirikan “Majma’ al-
Buhuts al-Islamiyah”, sebuah tempat berkumpulnya para §
tulama untuk membahas berbagai hal yang menyangkut
kemaslahatan umat Islam. Tidak hanya itu, Syaltut juga |
mendirikan “Madinah al-Bu'uts” dan “Ma*had al- I
Buuts”, asrama dan madrasah untuk pelajar al-Azhat.
Pada masa ini pula, al-Azhar mulai mengajarkan dan |
memasukkan Bahasa Inggris dan hukum tata negara
(Syarfah wa al-Qanun) ke dalam kurikulum pembelaja- |
ran, Syaltut bahkan memasukkan materi tentang mazhab
Syi'ah dalam matesi syariat Islam di al-Azher. Adapun |
bbeberapa karyanya antara lain: “ALTsdam: al-Agida wa a.
Spariah” dan “Tafsir al Quran al-Azpion.”
Syekh Mahmud Syaltut wafat pada tahun 1963 M.
Namanya terus dikenang sebagai sosok karismatik
sekaligus abli Fikih dan mufasir yang banyak melakukan |
perubahan dan pembaharuan dalam pemikiran Islam
umumaya dan al-Azhae khususnya, Wellabw a'lam I
4
-BERINTERAKSI DENGAN AI-QURAN
Jauharotun Naqiyah
Jak kenal maka tak sayang. Demikian ungkapan yang sering terdengar. Perkenalan |
yang baik harus dimulai dengan interaksi yang baik. Demikian pula halnya
al-Quran, Bila tidak mengenalnya, maka bisa dipastikan tidak akan bisa
memahaminya, Padahal, al-Quran adalah referensi utama dalam kebidupan.
temnyata, tidak sedikit umat Muhammad yang merasa kebingungan ketika me-
¢
l
TNamun
| petkenalan untuk memahami al-Quran,
dengan
ans, Tidak ang it, lama
mahami al-Quran, sebab mereka belum mengenal dan berinteraksi dengan al-Quran, Buku
ini ditulis al-Qaradhawi sebagai jawaban atas kebingungan terscbut, scbagai media
Dalam kancah pemikiean Islam kontemporer, nama Yusuf al-Qaradhawi bukantah
nama yang asing. Ia dikenal olch para pemikie Islam lainnya scbagai condekiawan cemer-
kelahiran Shafth Turab 1926 M ini juga terkenal dengan jy
pemikirannya yang kritis dan berani, Ta tidak segan mengkritik berbagai pihak yang
J memurunya elm, termasuk Pemerintah Mest. Keberanian ini tidak jarang mengantarkan
Qardhawi mendekam di balik jeruji besi.
Secara garis besar buku ini dibagi empat bal
: pertama tentang karakteristik al-Quean,
Reda mengenai tujuan-tujuan diturunkannya al-Quran, éetiga tentang kehati-hatian dalam
I
N
bukan produk kebudayaan sepesti yang banyak
diungkapkan oleh beberapa pemikie yang menye-
leweng, Karakteristik lainnya antara Jain kitab
yang terpelihara, mukjizat terbesar, kitab yang
mudah dipahami semua golongan; kitab suet
sepanjang masa; kitab bagi seluruh aguena,
Pada pembshasan kedua, al-Qaradha
menyebutkan setidaknya ada tujuh poin penting
diturunkanaya al-Quran kepada umat manusia.
Ketujub poin tersebut antara lain membetulkan
akideh-akidah yang keliru; memuliakan manusia
dan menghargai hak-hak mereka; menyeru pada
kaum Muslim untuk bertaksva; membersikan jiwa
manusia; membangun cumah tangga dan men-
dukung penghargean atas wanita, membangun
masyarakat berkualitas; dan sebagai dakwah pada
selucuh umat manusia untuk saling tolong meno-
Jong. Pada akhir pembahasan bab ini, al-
Quradhawi jugn menjelaskan tentang urgensi
Tafsic dan kaidah-kaidah dalam menafsitkan al-
Quran, seperti: mengabungkan antara ringyab
dan dizyak, menafsickan al-Quean dengan’ al-
Quran; menafsickan al-Quean dengan Sunal
mengedepankan penafsican Sahabat dan Tl
dan lain sebagainya.
Untuk pembahasan ketiga, al-Qaradhawi
menyebutkan beberpa hal penting yang harus
diperhatikan dalam memahami al-Quean, sching-
ga tidak salah dalam menafsitkannya. Beberapa
hal tersebut antara lain: harus tetap berpegang
pada hal-hal yang, wbkam dan meninggalkan
perkara yang mufasyabib, menempatkan nas
sesusi maksudnys; tidak menasakb ayat al-Quean
tanpa dalil kuat; mahir dalam Sunah dan Asar,
mn,
[ menafsickan al-Quean dan Acempat mengenai tafsir ‘ifmi. Dalam pembahasan pertama Qaradhawi
berbicara tentang karakteristik dan ciri-ciei al-Quean. salah satunya adalah al-Quran mecupakan
Kitab ilahi, Pada pembahasan ini Qaradhawi menegaskan behwa al-Quran adalah alam Tuhan,
ft ol Ff
dan tidak sembarangan memeccayai israiliyt.
Adapun pembahasan terakhie dalam
buku ini adalah pembahasan global tentang
tafsir ‘ilmiy. Al-Qaradahawi-menyebutkan
perdebatan antar ulama akan adanya corak
penafsican ini, Salah satu tokoh yang, me-
nolak corak penafsiran ini antars lain Amin
al-Khuli dan Abu Ishaq al-Syathibi, Adapun
tokoh yang menerima penafsiran ini ialah
Abu al-Fadli al-Mussi dan Jalaludin al-
Suyuthi, Tidak hanya itu, al-Quradhawi juga
menyebutkan salah satu nama ulama Klasife
yang dianggap sebagai ulama yang pertama
kali menyebutkan corak penafsican ini, yaitu
‘Abu Hamid al-Ghazali. Hal ini terlihat pada
beberapa ungkapan dan riwayat dalam
berbagai karyanya. Adapun al-Qaradhawi
sendici emda di tengah-tengah kedua kubu
ini, Dalam pandangan al-Qaradhawi, cork
penafsican seperti ini diperbolehkan sclama
seorang mufasic memperhatikan batasan-
batasan tertentu, seperti tidak sembarang menakwilkan ayat yang
berkaitan dengan sains, menghindari pemshaman yang cenderung bart
muncul di masa sekarang yang tidak disertai dengan dalil dan lain se-
bagaiaya.
Dengan pembahasan sistematis seperti ini, buku ini sangat layzk
dibaca dan dijadikan pengantar dalam memahami al-Quran. Selain itu,
Klasifikasi pembahasan serta korelasi pembahasan antar bab akan sangat
memudahkan bagi para pembaca untuk memahaminya, Wallaby a'lan bi
at-shawab.
BOP Tew sth
Areas
STN Rete
OU Relat
Boi To
Barons
Perea
BS utes
sory
Kairo
[Orc ty
ylieeDee
Bia ry
eMC ey
Reson s
BULETIN 1QRA*, EDIS! 111, DESEMBER 2012f
—_
N|
Ea
Menyikapi lsu Kesetaraan Gender
Rusydiana Tsani
alah satu doktrin sentral yang diusung oleh kaum
feminisme adalah equality (persamaan). Doktein ini
menuntut persamaan antara laki-laki dan pecempu-
an di dalam segala aspek kehidupan. Persamaan
inilah yang kini menjadi salah satu worldview Barat
posmodera. Akan tetapi jilka ditelusuri lebih lajut, equality
dalam feminism temnyata tidak mengandung keadilan yang
sebenarnya, sebab sejarah kebudayaan Barat mempunyai
andil besar dalam membentuk pemahaman mereka seputar
persamaan antara laki-laki dan perempuan,
Pemahaman equality yang mereka bawa ini dipicu
oleh pandangan buruk masyarakat Barat tehadap per-
empuan. Hal ini dapat kita lihat dalam buku John Macy
Ellman, Thinking About Women, yang terbit pada tahun
1968 di New York. Buku ini mengungkapkan tentang
pelecehan-pelecehan orang Barat sejak zaman dahulu
terhadap perempuan. Buku ini juga mengungkapkan bahwa
Gereja menuding kaum perempuan sebagai makhluk pem-
awa sial dan malapetaka. Lebih dari itu, korban inkuisisi
(embaga yang mengeksekusi para pembangkang, Gereja)
ternyata banyak dari kalangan perempuan, serta banyak lagi
peristiwa-peristiwa yang menggambarkan tentang keben-
cian masyarakat Barat terhadap perempuan.
Oleh karena itu, tidak mengherankan jika di kemudi-
an hari, muncullah perlawanan yang dilakukan oleh kau
perempuan untuk membela hak-hak mereka dalam perca-
turan masyarakat Barat. Bentuk perlawanan tersebut ber-
macam-macam, bahkan akhic-akhir ini mulai menjucus
kepada hal-hal yang tidak masuk akal. Mereka berpikic
bahwa perempuan harus bebas dari kekusaan kau laki-
aki sebebas-bebasnya, Tidak hanya itu, perlawanan yang
mereka lakukan juga menuntut kesetaraan, salah satunya
kesetaraan dalam berbagai macam pekerjaan, tidak ingin
menikah, melahirkan ataupun menyusui, dan lain se-
bagainys.
Kesetaraan dalam kewajiban beribadah
Secara umum, seperti yang dikataken oleh Muham-
mad Abduh, Islam memandang laki-laki dan perempuan
dalam posisi yang sama, tanpa adanya perbedaan. Masing-
masing mempunyai kewajiban dan tanggungjawab yang
sama dalam melaksanakan ibadah kepada-Nya. Hampi
selurmh syariat Islam dan hukum-hukumnya berlaku untuk
selumh kaum Adam dan kaum Hawa secara seimbang,
Begitupula janji pabala dan ancaman siksaan, seperti yang
telah dijelaskan dalam al-Quran tentang hal ini: "Dan td
blab Ak ciptaken jin dan manusia melainkan untuk beribada
Repada-Ku." (QS. at Deariyat : 56), dan juga pada ayat lain
yang berbunyi: "Barangsigba yang mengerjakan amal saleb, baik
‘aki taki maupan perempuan dalam Readaan beriman, maka
sesunggubnya akan Kani berikean kepadanya kebidpan yang bik
dan sesunggubrgca akan Karn beri balasan Repada mereka dengan
pabala sang lebib baike dari apa yang telah mereka kegakan." (OS.
al Nabl : 97).
Perbedaan kodrat
‘Akan tetapi, bukan berarti dengan begitu laki-laki dan
perempuan setara dalam segala hal. Menyetarakan keduanya
dalam semua peran, kedudukan, status sosial, pekerjaan, jenis
kewajiban dan bak sama dengan melanggar kodrat. Karena,
tidak dapat dipungkici bahwa antara laki-laki dan perempuan
terdapat perbedaan mendasar, hingga jika kita melihat
Keduanya secara kasat mata sekalipun. Secara biologis dan
kemampuan fisik, lakilaki dan perempuan jelas berbeda.
Begitu pun dari sisi sifst, pemikiean-akal, kecendecungan,
emosi dan potensi masing-masing juga berbeda.
Dari sini, kesctaraan atau persamaan (fasv)ab atau
equalib), antara laki-laki dan perempuan bukanlah nilai yang
yang berasal dari pandangan Islam, Islam memandang keadi-
lan antara laki-laki dan perempuan, bukan kesetaraan. Kon-
sep kesetaraan bertolak belakang dengan prinsip keadilan,
kacena adil adalah menempatkan sesuatu pada tempatnya,
memberikan hak kepada yang berhak menerimanya.
Lagipula dalam sejarah Islam, tidak terdapat adanya
penindasan dan penganiayaan yang dilakukan kepada kau
perempuan. Berbeda dengan apa yang telah dilakukan orang
Barat pada zaman dabulu terhadap kaum Hawa, sehingga
tidaklah tepat jika kita memaksakan equadity versi Barat untuk
diterapkan dalam kehidupan Muslimat. Bagaimanapun juga,
pengalaman Barat tersebut merupakan pengalaman Iokal
yang akibatnya diterapkan secara global.
Sikap seorang Mukmin dan Mukminah
Dari perbedaan-perbedaan hukum yang telah Allah
SWT tetapkan kepada lakilaki dan perempuan, maka kita
dapat mengambil beberapa sikap:
Pertama, beriman dan menerima _perbedaan-
perbedaan antara lakilaki dan perempuan baik secara fisik,
psikis atau hukum gar’, serta hendakaya masing-masing
merasa rida dengan kodrat Allah SWT dan ketetapan-
ketetapan hukum-Nya.
Kedua, tidak boleh bagi masing-masing dari laki-laki
atau perempuan menginginkan sesuat yang telah Allah
Khususkan bagi salah satunya dalam perbedaan-perbedaan
hukum tersebut dan mengembangkan perasaan iri satu sama
lain disebabkan perbedaan-perbedaan tersebut. Allah SWT
berfienan: “Dan jangenlab kamu isi hati terhadap apa yang
dikanmiakan Allh kepada sebabagian kamu lebib: banyak dari
sebabagian yang lain. (Kavena) bagi orang lak-lak ada babagian dvi
‘apa yang yang mereka usabakan, dan mobonlab kepada Allah seba-
agian dari karunia-Nya. Sesunggubmya Allah Maba Mengetabni
segata sesuatu.” (QS. al- Nisa: 32).
Ketiga, jika al-Quran dengan jelas melacang untuk
sekadar iri, maka apalagi mengingkari dan menentang, perbe-
daan-perbedsan yar’ antara lakilaki dan perempuan ini
dengan menyebarkan popaganda isu kesetaraan gender. Hal
ini tidak boleh bahkan termasuk kekufuran, karena ia meru-
pakan bentuk penentangan tehadap kehendak Allah SWT
yang bersifat kauni, Wallabu a'lan bi al shawab,