You are on page 1of 12
ToCsC et ae) Ta aT OTC KAIRO Ley Ga [STIKAMAH BERJUANG RTT My DENGAN AL-QURAN eeeat ees ert eC mat Islam —meyakini — bahwa al-Quran adalah pedoman utara dalam menjalani Kehidupan di dunia ini, Al-Quran memberikan beksl untuk menjalani kehidupan di masa mendatang, melalui berbagai macam ilu pegetahuan sckaligus pelajacan berharga dari masa lalu agar manusia yang hidup setelahnya mengambil pelajaran dari mereka dan tidak melakukan kesalahan yang sama. Bentuk pela- jaan berharga ini seringkali digambarkan al-Quran melalui kish-kisah, seperti kisah- kisah nabi-nabi terdahulu dengan umat mere- ka, kisah-kisah hamba saleh, serta kaum-kaumn penentang Islam. Hal ini ditegaskan Allah dalam QS. Yusuf: 111—yang actinya:"Sesunggubmya pada kisab-Risab mereka itu ferdapat pensajaran basi orang-orang yang berakal. AlQuran itu tukanlab cerita yang. dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (Ritab-kital) sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu serta sebagai petunjuke ddan rabroat bagi Raum yang beriman.” Dalam kajian Uhm al-Quean, kisah- kisah tersebut dibahas secara Khusus dalam tema kisah-kisah al-Quran atau gashash al Quran, Secara etimologi, kata gashash merupa- kan bentuk jamak dari gisshab, Menurut Raghib al-Ashfahani, kata gasash berasal dari kata al ashsho yang, berarti mengikuti_jejak, misalnya aashasta atsarabn, yang artinya saya mengikuti atau mencari jejaknya, Sedangkan dari sisi terminologis, Manna‘al-Qatthan memaknai gasash alQuran sebagai pemberitaan tentang keadaan orang-orang terdahulu, berita-berita terdahulu serta kejadian-kejadian yang telah Meneguhkan Validitas Ki Anisa Nurrohmah DESEMELR ah-kisah al-Quran terjadi. Dari pengertian di atas, dapat diambil | kesimpulan bahwa Qasash memiliki beberapa Uunsur utama, yaitu: pertama, pelaku atau tokoh (at-syakbsiyab). Dalam al-Quran para pelaku | kisah tidak hanya dari manusia, tetapi juga malaikat, jin, dan bahkan hewan seperti semut Burung Hud-Hud. Kedua, peristiwa (aditsab). Unsur pokok dalam suatu cerita | adalah peristiwa, sebab tidak mungkin ada suatu kisah tanpa adanya peristiwa. Ketiga, percakapan (Siva). Pada umumnya percakapan (hiwar) terdapat pada kisah yang terdapat | dan banyak pelakunya, seperti kisah Nabi Yusuf aay TAWA "Dan barya kepada Allaah, | Aendaknya onang-orang ruckmin 1 bertawakal.” (QS. Ibrahim: 11) Ayat di atas_memerintahkan kepada orang-orang mukmin untuk selalu bertawakal kepada Allah SWT dalam segala hal. ‘Acti tawakal adalah berserah diri dan berpegang teguh kepada Allah SWT. Dari teguh. berserah iri definisi tadi, terdapat dua unsur pokok dalam tawakal, yaitu berserah diri dan berpegang Kedua-duanya memupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Tidak dapat dikatakan tawakal kalau belum Tidak dapat pula dikatakan tawakal kalau belum berpegang teguh kepada-Nya, Uinar bin Khattab RA berkata, bahwa bellu mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Sekirama bation benar-benar bertawakal kepada Alla dengan tawakal yang sebenar benasrya, singgu Fealian akan | Aber’ ricki (oles Alla, Bersorburg ko Hi 5 / ikchlas. 2 ELE i esunggubmya —Allab mensbeli dari ovang- orang yang beriman, baie dirt maupun barta mereka dengan menberiean surga untuk mereka. Mereka berperang di jalan Allah sebingga mereka monbura — atan tern, (sebagai) javyii yang benar dari Allah di dalae Tanrat, Inj don alQus'an. Dan siapakab jag Lebib mencpati janjinya slain Allah?” Maka bergembivalah dengan jal bell yang telab kamu lakakan ity, dan demikian itulab emenangan yang aging.” (QS. al-Taubah: 111) Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah SWT akan memberi balasan yang sangat besar kepada tiap mukmin yang — bersungguh ungguh dalam berjuang di jalan-Nya Perasaan putus asa seringkali muncul di benak kita ketika kita berusaha dan bejuang namun tak pemnah berhasil. Kendati demikian, kita tidak boleh menyerah dalam bejuang. Sejarah telah mengajackan kita arti sebuah istiqamah dalam berjuang di jalan Allah SWT. Kita tentuaya masih ingat peristiwa Sahabat nabi yang becnama Habbah, Ia merupakan seorang Sahabst abi yang scring mendapatkan siksaan dalam bejuang menegakkan agama Islam. Ia sering sekali dibaringkan ke dalam bara api hingga membuat bara api itu padam dikarenakan dacah dan lemak-lemak yang keluar daci badannya, Begitu pedih siksaan yang harus dialami oleh Sahabat-Sahabat terdahulu demi menegakkan agama Islam, namun mereka tidak pernah putus asa dan menyerah, Peristiwa di atas mengajarkan kepada kita, bahwa perjuangan menegakkan agama Islam bukan semata-mata untuk mencari sebuah kemenangan saja, melainkan suatu ujian yang harus kita jalani, Ujian tersebut mengajarkan umat Islam arti sebuah keikhlasan dan istikamah, karena kemenangan akan diberikan oleh Allah SWT jikalau mereka mampu menjalani ujian ini. Sebagai seorang pejuang agama Allah, kita harus Conner ae eee) Sosa etd Ce ame Ld LT trie ea CRE ad UE aed dengan Ooh eid surga untuk Erraee (QS: al- ETT ET rw ery) Istikamah dalam Berjuang Rizky Maratul mengutamakan kesabaran dan tidak boleh gegabah dalam bertindak. Oleh karenanya, seorang _ pejuang haruslah selalu istikamah dalam begjihad di jalan. Nya, sebagaimana Allah menjelaskan dalam firmnan-Nya: “Dan simggub, sebiranya Ran gugur di jalan Allah atax mati, pastla ampunan Allab dan rabmat-Nya Wbib baike (bagina) daripada apa (Barta mmpasan) yang mereka kampulkan.” (QS. Al Imran: 157), dan juga dalam sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Imam Muslim: “Amal yang paling disweai Allah SWT adalab anval yang dikeyjakan terus menerus walaupun jumlabnya wedibit.” Allah SWT menjelaskan dalam al-Quran bahwa seberat apapun ujian bagi kaum Muslim dalam — menegakkan —agamanya, hing mengharuskan mereka untuk besperang dan berjuang, mereka dituntut untuk bersabar atas ufian yang diberikan Allah SWT. Karena di situlsh letak ujian yang sesunggubnya, apakah hamba-Nya akan tetap berjuang dan bersabar atau berputus asa. Sesunggubnya —letak kemenangan mereka ialah ketika mereka mampu bersabar dan kuat menghadapi rintangan dan tetap beristiqamah, karena Allah SWT selalu menolong setiap hamba-Nya yang berada dalam kesusahan. Sebagimana firman-Nya dalam surat Al-Anfal ayat :17, ‘Maka (sesunggubya) bukanlab anu yang membundh mereka, melainban Allah yang membunuh mereka, dan bukan engha yang melempar Retika enghan melempar, tetapi Allab yang melempar (Allah berbuat demikian untuk. “membinasakan mereka) dan untuk memberi Remenangan kepada orang -orang, mutkonin, dengan kemenangan yang baie Sungguih Allah Maba Mendengar, Maba Mengetabui.” Dari penjelasan di atas, mari kita mulai mengintrospeksi dirt kita, sudahkah kita bersunggub-sungguh dan istikamah dalam menegakkan kebenaran agama Islam, serta ikhlas dan sabar dengan hanya mengaharapkan rmhmat dan rida-Nya? Marilah kita meneruskan perjuangan Rasulullah dan para Sahabatnya dalam menegakkan ajaran agama Islam yang tiada henti-hentinys. Bahkan merekapun rela berjuang apa yang mereka punya, demi tegakkaya ajaran Islam. Wallabu a'lam bi al shawab dengan mengorbankan BGbGF1S TERR e O810t $21, 08ES BERS BOLE ‘Susman fedaks Bletin IQRA Kajian AL'JAZIKPM Kai Dewan Penasehat:Ketus [KP Cabuag Karo; Pembimbing: Bagi Keilmuan (KP aban Kary; Fenanggeng. aspdiana Toi; Perimpin Umum Youlidta Hiya Mik; Pemvimpin Redabst: Fig Air; Elitr:Joutar Riot Morag, Novan Havanyab;Layouter: Saefl Lui, is Yortal; Kru: my Mula, Wnbanmad Hai, Jkt Shodi,Wabammad Feira, Aina Wilda, Javharoton Nagy, Anise Nuerohmah, Ai Knriawat, Ptr Beek Rayo, Nor Fin! Qurot Nn, Kut AG, Usvatun Hasna ‘lamat Redaksi: Sessry Bam, ay 10, Nase iy, Bet 32206 ab Unum: Dede Permana, an berpegang tegublah kepada tali Allah dan jangantah ercenai berai, dan ingatlab nikmat Allab yang telab diberikannsa Repadanna hetibea kama saling bernuse han, maka disatubanlah hatinnn sebingga dengan nik terseut Ralian dapat sang seudara.” (QS. Ali Inman 103). Perbedaan dalam berpendapat sudah menjadi tabiat umum bagi manusia. Setiap manusia memniliki akal dan diberi- kan anugerah berupa kemampuan untuk berpikie yang dapat menghasilkan sebuah pemikican yang ia hasilkan melalui cara pandang dan wawasan yang ia miliki, Hal ini menimbulkan perspektif individual yang kemudian memberikannya sebuah maugif (posisi) techadap suatu permasalahan, ingin cenderung untuk setuju ataupun tidak, Dalam memenuhi hasratnya manusia sering menempuh berbagai cara, sehingga tidak heran apabila ada beberapa cara yang merugikan pihak lain dalam proses penggapaian tujuann- ya. Dalam hal ini, kita dapat memberikan contoh pada sebuah peritiwa yang berlarut-lacut antara Israel yang notabonenya Yahudi dengan rakyat Palestina yang mempertahankan tanah kelahican mereka. Untuk sementara, gencatan senjatn dapat dilaksanakan meskipun belum menyeluruh dalam kalangan militer Iseael sendiri. Sudah banyak korban yang berguguran dalam beberapa tragedi, termasuk juga tmagedi penembakan nukli dari kedua negara yang sedang bergesekan tersebut. Manusia secara fiteuh ingin mendapatkan ketenangan dan kedamaian dalam kehidupannya, Namun apabila terjadi sebuah perbedaan pandangan dan kepentingin yang dapat menyebabkan perpecahan suatu sekte, makhluk yang Allah berikan akal tersebut dapat saling bunuh membunuh antar sesama, menjadikan bumi yang Allah bentangkan untuk saling berperang, saling menghancurkan, dan menjauhkan nikmat Allah yang sangat besar techadap diei mereka sendici. Thnu Katsir menyatakan dalam kitab tafsienya, bahwa sebelum diciptakannya manusia, para malaikat sempat me- nanyakan hikmah dan urgensi rill terhadap penciptaan terse- but kepada Sang Khalik. Malaikat telah mengetahui tabiat Kkhas manusia yang identik dengan kerusakan dan juga per- tumpahan darab, kemudian malaikat bertanya untuk lebih mengetahui hal tersebut, karena jika hanya untuk beribadah menyembah dan mengagungkan Allah maka malaikat lebih mampu tanpa harus adanya penciptaan manusia. Namun Allah menjawab dalam firman-Nya, bahwa Allah lebih mengetahui tentang maslahat yang akan terjadi dari pencip- taan anak cucu Adam terscbut, karena kebaikan yang dapat diberikan melebihi kerusakan yang menjadi tabiat manusia itu sendiri Solusi peleraian yang konkret dalam menyelesaikan permasalahan tersebut haruslah dicari dan diupayakan dengan jiwa yang tenang, sehingga nantinya perpecahan tersebut dapat disatukan melalui jalan tengah yang disepaka- ti bersama oleh masing-masing kubu. Dengan komunikasi yang santai, serta mencari titik permasalahan yang ada dan ‘menerima kebenaran apa adanya dapat memberikan solusi bagi kedua belah pihak yang saling bersitegang. Perbedaan yang ada sepatutnya tidak dilandasi oleh suatu maksud yang ingin mengedepankan kepentingan pribadi ataupun golongan, terkadang sustu kelompok perlu mengorbankan kepentingannya senditi dan mengambil suatu manfaat dari solust yang ada demi mengusung ter~ wujudnya perdamaian yang diharapkan oleh fitrah dasac setiap manusia, Namun apabila Komunikasi tidak dapat dibangun dengan baik, akan muncul permasalahan yang dapat memberikan gangguan kestabilan keamanan yang berarti. Dalam kehidupan ini, perbedaan tidak perlu disikapi radikal olch tiap-tiap kelompok yang scring bergesekan. Kita dapat saja menganggap berbagai hal yang membuat kita berbeda dengan golongan lainnya sebagai “keberagaman” yang dianugerahkan untuk dapat saling mengenal watak dan karakteristik masing-masing, terlebih untuk bisa saling melengkapi antar sesama. Kepentingan demi kepentingan yang mengatas- namakan agama, politik, ekonomi sering dijadikan. sekadar tumbal yang digunakan sebagai tameng agresi milter. Se- bagaimana yang kita ketahui, dampak yang timbul dari hal ini tidak hanya memakan korban sedikit, bahkan beberapa makhluk hidup lainnya (baik di darat, sic maupun udara) juga mendapatkan percikan ulah manusia tersebut, tempat tinggal mereka ikut lenyap, keturmnan mereka ikut punah, ddan habitat alam tempat mezeka beradaptasi menjadi sirna. Oleh karena itulah, semua perbedaan yang ada hen- daknya disikapi dengan arif, agar tidak menimbulkan kon- flik-konflik baru yang mengancam kerukunan dan persatuan yang sedang dibangun, Manusia hendaknya meni ruas jari -jaci di tangan mereka, yang tidak sama tingginya namun selalu bersama erat ketika ingin menggapai sesuata, Mari bersatu, Mari memshami perbedaan sesamat aqme, CULE 2El, BER ORR (Ete Ba ADAYA | Al-Qu Dan Hakikat Keummian Nabi Muhammad Jauhar Ridloni Marzuq alam surat al-A’raf: 157-158 dan alJumuah: 2, al- Quean_menyebutkan bshwa Nabi Muhammad SAW diutus oleh Allah dalam keadsan smi dan dalam masyarakat yang xmmi pula. Kondisi keummian Nabi, menurut Thahir bin Asyur, disepakati oleh seluruh ulama Islam tanpa ada yang menyelisihi, karena telah menjadi satu fakta sejarah yang tak terbantahkan. Secara etimologis, menueut Thou Mandzuc, kata smi pada hakikatnya diambil dari “umm Gbu). Actinya, seorang yang wei adalah orang yang mengalami keadaan seperti ketika dia dilahirkan oleh ibunya, yaitu tidak bisa menulis dan membaca. Pengertian seperti ini diperkuat oleh pendapat al- Zaijaj, Tbau Qutaibah, Raghib al-Asfahani, dan para ahli Tafsic seperti al-Thabari, dan Fakhruddin al-Razi. Di antara argumen yang dijadikan landasan pendapat ini adalah QS. al-Ankabut: 46 dan salah satu siwayat yang menegaskan bahwa Rasulullah SAW peenah bersabda, “Kami adalah masyarakat yang ummi; kami tidak pandai menulis dan menbaca. Hitungan bulan itu begini, begini dan begini (sambil belian smenbacka jar’ jemari tangannya sebargak tga Ral untuk: menunjukkan jumlah 30), dan bitungan bulan juga begin, begini dan begin (sambil belian membukea jari-jemari tangannya seperti sebelumnya, dan menyerbunyitean ibn ari pada adegan yang ketiga untule mencunjukkan jumlah 29 bari)? (AR Bukhari Muslim). ini tak diterima begitu saja oleh Muslim wor Namun, pengerti: kalangan orientalis dan beberapa _cendekiawa Kontemporer, seperti Mustafa Mandzur. Pengerti sebagai seorang yang buta huruf atau tak bisa baca-tulis ‘menurut mereka bertentangan dengan beberapa ayat dalam al Queansendiri, seperti QS. al-Jumuah: 2 dan QS. al-Bayyinah: 2. Apalagi, ayat-ayat yang pertama kali turun kepada Nabi banyak menyinggung masalah bacaan (gra) dan pena (galan). Ayat- ayat seperti ini, menurut mereka, tentu tidak akan bisa dimengerti oleh seorang yang buta huruf. Pendapat ini diperkuat juga dengan beberapa riwayat yang mengindikasikan kemampuan Nabi dalam menulis atau sebuah tulisan, Dalam salah satu Hadis yang diriwayatkan oleh al-Sya’bi, Rasulullah SAW disebutkan tidak meninggal dunia kecuali beliaw telah mampu membaca dan menuilis. Al-Nagqas, berdasarkan riwayat dari Abi Kabsyah al- Syaluli, juga menceritakan bahwa Rasulullah SAW pernah membaca sebuah lembasan untuk ’Uyainah bin Hishn, lalu menerangkan arti lembaran yang beliau baca. Terkait adanya beberapa riwayat yang mengindikasikan kemampuan Nabi dalam baca-tulis, Abdul Sabur Syahin menyebutkan ada tiga kemungkinan yang bisa disimpulkan dari ciwayat-riwayat itu. Kemungkinan perfama, Nabi Muhammad tidak bisa menulis dan membaca sama sckali scumur hidup RERKtiO LORA%. OH19d Kile SOP KEGR 8116 beliau. Kedua, Nabi pada awal masa kenabian belum bisa membaca, namun bisa membaca saat-saat sebelum meninggul. Kefiga, Nabi Muhammad bisa menulis. sejak pertama kali menerima wahyu kenabian. Dari ketiga kemungkinan di atas, kemungkinan pertama menjadi pendapat mayoritas ulama, baik dari messin, ali bahasa maupun ahli fikih. Selain diambil berdasarkan argumentasi ctimologis, fakta historis juga menguatkan pendapat pertama ini, Sementara pendapat kedua memang: diikuti oleh sebagian kecil ulama Muslim, namun mereka banyak mendapatkan bantahan dati golongan pertama, Sedangkan untuk pendapat terakhir, penulis tidak mendapatkan seorang ulama pun yang mengamini pendapat ini, kecuali dari kalangan orientalis seperti yang sudah disebutkan pada paragraf sebclumnya. Dari kuatnya argumen yang bisa dipegang, pendapat pertama tent terlihat paling kuat, Salah sata alasannys, riwayat-rivayat yang mengindikasikan kemampuan baca- tulis Nabi kebanyakan memiliki masalah dalam jalur transmisinya. Riwayat tentang jawaban Nabi “midza aqra?”, misalnya, dinilai oleh Ibnu Hajar sebagai Hadis mursal. Kemudian, yang sebenarmya tidak bisa diartikan secara tekstualis, Riwayat, tentang perdamaian Hudaibiyah yang menceritakan bahwa Suhail mengatakan kepada Nabi “uktub”, tidak harus diartikan secara literal sebagai tulislah”. Usb dalam riwayat di atas bisa diartikan dengan “istaktib”, atan “mintalah juru tulismu untuk menulis”. Pemakaian bahasa riwayat-riwayat sabi pun seperti ini lumeah terjadi, apalagi dalam tataran diplomasi antar sebuah golongan. Seorang penguasa atau saja sering dianggnp menulis sebuah surat, padahal ia tidak menulis dengan tangannya senditi, tapi meminta seorang, junu tulis untuk menuliskannya. Meski bukan dia yang menulis, surat tersebut tetap dianggap sebagai surat sang raja, bukan surat si jurw tli Sedangkan _perihal Rasul agar dihadickan lembaran kulit dan wadah tinta sebelum beliau wafat juga tidak otomatis mengindikasikan kemampuan beliau dalam baca-tulis, Menurut Mustafa al-A’deami, Rasulullah meminta lembacan kulit dan tinta bukan untuk menulis dengan tangannya, tapi untuk diserahkan kepada jum tulisnya agar wahyu yang beliau diktekan ditulis dengan segera. Jaci, permintaan di atas tidak dianggap anch oleh para Sahabat karena mereka tahu bahwa Rasulullah sering melakukan hal itu, bukan karena Sahabat tahu bahwa Nabi bisa menulis. permintaan Jika dinalar secara logika pun, keummian Nabi adalah fenomena yang sangat logis. Bagi kaum Muslimin, Nabi Muhammad adalah sosok yang sangat diagungkan. Setiap perkataan, perbuatan, sifat, dan segala hal yang berhubungan dengan beliau selalu direkam oleh para Sahabat dan diwariskan turun-temurun hingga saat ini, Ribuan, bahkan puluhan ribu Hadis yang saat ini terwariskan kepada kita menjadi bukti tak terbantahkan tentang keagungan Nabi terakhir ini. Lalu baguimana mungkin sesuatu yang, sangat penting, seperti masalah keummian ini, Input daci cekaman pata Sahabat dan tidak terdapat sedikitpun siwayat yang meneguskan bahwa Nabi Muhammad pernah menulis dengan tangannya senditi, atau membaca sebuah tulisan? Kalau Nabi bisa membaca dan menulis, pasti riwayat-riwayat seperti itu akan ditulis dalam buku-buku sejarah alu menjadi berita populer bagi manusia yang hidup semasa ataupun setelahnya Pertanyzan yang muncul kemudian, kenspa kalangan orientalis begitu bersemangat ingin membuktikan bahwa Nabi bukankah seorang tunaaksara, meskipun tak ada QADHAYA RY sedikitpun argumen yang mendukungnya? Tentu jawabannya bisa kita tebak dengan mudah. Skenario Allah menjadikan Muhammad sebagai Nabi yang tunaaksara adalah untuk menghilangkan kecaguan bahwa al-Quranbukan darinya, tapi dari Allah SWT. Semangat untuk meruntuhkan keummian Nabi tentu akan berimpliknsi pada keraguan terhadap eilabiaban sumber al-Quean, Jika mereka bisa membulktikan bahwa Nabi adalah seorang yang pandai baca-tulis, tentu pada akhienya mereka akan menyimpulkan bahwa al-Quran tak lain adalah karangan pribadi Nabi Muhammad SAW. Satu sebenarnya sudah cukup untuk membantah tuduhan panjang lebar itu. “Damn kam tidak pernah membaca sebelumnya (Al Quran) sesuatu kitab pun dan kame tidak (pernah) menulis suatu kitab dengan tangan kananmu. Andaikata (kamu pernah membaca dan menulis), maka benar-benar ragulah orang yang mengingkari(mu).” (QS. al-Ankabut : 48). ayat al-Quran ‘Tawakal Sambungan dari him. 1 sebagaimana seckor bunng diberi rizbi: di mana ia pergi pada pagi Dari dalam keadaan lapar, dan pulang di sore bari dalam keadaan Renyang (HR. Ahmad, Turmudgi dan Thnu Majab), Hadis di atas menjelaskan tentang hakikat tawakal yang digambarkan oleh Rasulullah SAW dengan perumpamasn seekor burung. Di mana burung pergi (mencari karunia Allah) pada pagi hari dengan perut kosong karena lapar, namun di sore hari ia pulang dalam keadaan perut kenyang dan terisi penuh, karena pada hakikatnya Allah lah yang memberikan rizkinya sesuai dengan kebutuhannya. Demikian juga dengan manusia, sekiranya manusia benarbenar bertawakal kepada Allah SWT dengan mengamalkan hakikat tawakal yang sesungguhnya, tentulah dari aspek rizki, Allah SWT akan memberikan rizki padanya sebagaimana seekor burung yang berangkat pada pagi hari dengan perut kosong dan pulang pada sore hari dengan perut kenyang: Menurut Than Jauzi tawakal merupakan amalan dan ubudish (penghambaan) hati dengan menyandarkan segala sesuatu hanya kepada Allah, dsigah (percaya) techadap-Nya, berlindung hanya kepada-Nya dan rida atas sesuatu yang menimpa dirinya dan berdasarkan keyakinan bahwa Allah akan memberikannya segala kecukupan bagi dirinya dengan ‘tetap melaksanakan “sebab-sebab” (faktor-faktor yang, mengarahkannya pada sesuatu yang dicarinya) serta usaha eras untuk dapat memperolehnya.” Sebagian orang menganggap bahwa tawakal adalah sikap pasrah tanpa melakukan usaha sama sekali. Padahal ‘tawakal haus didahului oleh usaha dan doa. Bagi kaum Muslim, doa dan tawakal harus saling beriringan, maka disunahkan bagi tiap Muslim untuk memperbanyak doa dan usahaketika dia erbenturan dengan sebuah masalah."Janganah kalion putus asa ates rabmat Allah, sesunggulviya tidak ada orang yang putas asa dengan rabmatNya kecnali orang yang kafis.” (QS. Yusi Setelah kita berdoa dan berusaha sekuat tenaga dan Kemudian bertawakal. Jika kemudian kita masih gagal, maka jangan pecnah putus asa dengan cahmat Allah. Mungkin saja dengan kegagalan itu kita mendapat hikmah yang lebih daci apa yang kita harapkan. Wallabu a'lam bi al-shawab. 19k 6 Ea) I ara ulama dan abli Fikih sepakat bahwa sumber hukum yang dijadikan rujukan utama umat Islam adalah al- Quran dan Sunah, Seiring waktu hukum se- telah berjalan, sumber makin nas dan beraneka ragam, seperti ijmak para ulama dan metode giyas. Hal tersebut disebabkan munculnya permasa- lahan-permasalahan baru yang semakin kompleks di tengah- tengah umat. Secata tidak langsung, di antara sumber-sumber hukum tersebut, Khususnya al-Quran dan Sunah memiliki ikatan yang kuat, yaitu Sunah memiliki otoritas setelah al-Quran dalam menafsirkan al- 1) Quran. Dengan kata lain, perbuatan, perkataan dan keputusan Rasulullah merupakan penjelas IV techadap isi al-Quran. Di dalam buku Kajfa 1 Nata'amal ma’a alQuran, Yusuf al-Qaradhawi menjelaskan bahwa Sunah datang untuk men- jelaskan apa yang belum jelas di dalam al-Quean, mengkhususkan apa yang masih umum dan menyederhanakan apa yang masih kompleks Hal tersebut diperkuat dengan peckataan Imam Syalvi, “Setign hukum yang ditetapkan Rasulullah cela apa yas dipal’ olla dari al Quran.” Seiring waktu berjalan, kebutuhan umat Islam terhadap al-Quran semakin besar, terma- suk permasalahan-permasalahan yang dialan oleh umat Islam itu sendiri, —sehingga memunculkan keanekaragaman dalam metode penafsiran. Artinya, jika penafsiran al-Quean dampak J dengan. Sonahmasih tidak bisa_menemakan negatifnya, * pemahaman yang baik, maka umat Islam, ter tetapi juga I lebih pada masa Sahabat dan Tabiin, menggunakan perkataan sesama mereka, khu- perkembanga | mereka termasuk generasiterbaik —setelah israiliyat ' bangan metode penafsiran di atas menjadi tong- penafsiran, juga disebabken serangan para tidak berhenti menyebarkan israiliyat kepada susnya yang mereka percayai sebagai imam dari nyang Rasulullah, tersebut.” | gak awal kemunculan iscailiyat. Hal id V iusuh tslam, khususnya Yahudi dan Ni \kaum Muslim sebab mereka tah. bahwa akidah “Kita pun 1 Aarus selalu | waspada terhadap riwayat israiliyat, ' bukan hanya | karena ) selain mereka sendiri. Sebagaimana yang diketahui, dialami Pada akhirnya, proses singkat perkem. | dikarenakan semakin berkembangnya corak J 338g semakin gencar dan bertubi‘tubi. Mercks oor ooo _ Kedudukan Israiliyat \ i Dalam Penaisiran al-Quran Hilmy Mubarok dan keimanan umat Islam sangat_mudah digoyahkan dengan iscailiyyat. Secara etimologi, kata “Font ada- lah bentuk jarnak dari kata “is: yang | berarti kisah atau kejadian yang dinwayatkan atau bersumber dari Bani Ismail. Penamaan | Bani Istildinisbatkan kepada nenek moyang mereka, Israil AS atau dalam Islam lebih dikenal dengan Ya‘qub bin Ishak bin Ibea him AS. Namun kata tersebut selau dinis- batkan kepada kau Yahudi yang merupa- | kan keturunan Ya’qub yang tidak beriman kepada Nabi Isa As. Hal tersebut disebabkan | banyaknya riwayatisaliat yang bersurnber dari mereka. Adapun makna kata ésrail ada- lah hamba Allah, seperti yang disampaikan oleh Tbnu Abbas, isra’ dalam bahasa Ibrani bemakna seorang hamba ‘adu dan 4 ber- | maka Allah.” Sementara secara terminologi, makna | “Trl” banyak dikemukakan oleh lama klasik dan juga ulama kontemporer , seperti Husain al-Deahabi, Ramzi Naknaah dan Alla Wahib. Meski memberikan definisi yang berbeda-beda tentang makna istailiyyat, | namun mereka sepakat bahwa iscaliyat merupakan segala sesuatu yang masuk ke dalam Tafsir atau Hadis yang berasal dad dongeng-dongeng atau kisah-kisah zaman dahulu yang. periwayatannya dinisbatkan kepada Yahudi dan Nasrani atau selain dari mereka. Bahkan sebagian mufasic dan abli | Hadis mempecluas makna secara terminologi tersebut kepada segala sesuat yang di- masukkan atau disetpkanmusuh-musuh | Islam (kau Yahudi, Nasrani dan selain mereka) berupa kabar-kabar yang tidak memiliki rujukan yang pasti. Kabar-kabar tersebut sengaja dibuat-buat dan diselipkan | ke dalam tafsic dengan iat buruk untuk menghancurkan akidal umat Islam.” Masulznya italia ke dalam penafiienn y al-Quran diawali oleh masuknya — budaya Bani Tstail ke tengah-tengah Kehidupan | masyarakat Arab, Pada zaman dahulu, bang- sa Arab hidup bertetanggaan bersama Ahk | Kitab, terutama kau Yahudi. Selaia ita, masyatakat Arab ketika itu memiliki budaya Depergian ke Syam ketika musio panas dan | ke Yaman ketika musim dingin, di mana kedua tempat ini merupakan pemnukiman Ahli Kitab, schingga intecaksi di antara mereka pun tak dapat terelakkan. Akibatnya, J semakin banyak umat Islam waktu ity 7 gy st St St te mendapatkan pelajaran atau nasihat dari mereka, terutama tentang Hadis. Jamal Mushthafa al-Najar mencoba membagi perawi-perawi riwayat tersebut ke dalam tiga fase. Pertana, fase Sahabat. Di antara Sahabat yang masyhur meriwayatkan Hadis dari Ahli Kitab yaitu, Abu Hueairah, Ibnu Abbas, Abdullah bin Umar, Abdullah bin Salam dan Tamim al- Dariy. Kedua, fase Tabiin. Di antara Tabiin yang masyhur meriwayatkan Hadis daci Ahli Kitab yaitu Ka’ab Al-Akhbar dan Wahb bin Munabbih. Torathir, fase Tabi Tabiin. Dari kalangan mereka, yang masyhur meriwayatkan Hadis dari Ahlu Kitab antara lain’ Muhammad bin Saib al-Kalbi, Ibnu Juraij, Muqatil bin Sulaiman dan Muhammad bin Marwan al- Sada, Dalam menyikapi ismiliyat -khususnya yang datang dari kslangan Bani Istail- hampic kebanyakan ulama, baik Klasik atau kontemporer, menggabungkan tiga Hadis. Ini artinya, sejak Rasulullah masih hidup, batasan dalam perivayatan sudah diberikan. Pertama, Hadis yang diriwayatkan Abd Al- Razaq dalam musnadnya dari Ibnu Mas‘id, Rasulullah SAW besabda, “Janganlah alian berlanya kepada Abli Kitab, Sesunggubnya mercka tidak akan memberi kalian petunjuk, karena mereka sendiri telab sesat dan Ration Gika melakukaraya), maka fatian akan mendustakan yang hak, dan membenarkan yang batt [| nasnars Fy Demi Alla jika Musa AS ada di antara Ralian, ia tidak akon bertindak: (molakukan sesuatu), Recuak mengikatibe.” Kedua, Hadis dari Abdullah bin Umar, Rasulullah SAW bersabda, “Sampaikanlah davikn walan bara satu ayat, rinayatkanlah (cesuaty) dari Bani Isail tanpa merasa keberatan, barangsiapa yang ertusta dengan sengaja atas namaku, maka telab disiapan baginya (tempat) di datam neraka.” Ketiga, Hadis dari Abu Hurairah RA, Rasulullah berksta, “40? Kitab membaca Taweat dengan mengunakan Bahasa Irani dan menafiireannya dengan Babasa Arab kepada umat Islam, maka Rasilullah SAW bersabda, “Jangantah kalian memperapai Abli Kitab dan janganlab katian moendustai mercka, tetapi Ratakanlab ‘kami beriman Repada Alla dan apa yang diturunkan kepada kami...” (AR. Bukba). Secara kasat mata, tign Hadis tersebut seakan-akan saling bertentangan, Namun, Ramzi Nakna’ah di dalam bukunya, af Lsrdiliyydt wa atsarnba ff kutub al Tafitr mencoba menemukan jawabannya dengan menukil beberapa per- kataan ulama yang telah menggabungkan antara dalil-dalil tersebut dengan sempurna, Di antara yang dinukil olehnya adalah perkataan Ibnu Hajar Al-Asgalani yang mengatakan bahwa larangan tersebut (Hadis Nabi dari Tbnu Mas’ud) terjadi sebelum hukum-hukum dan kaidah-kaidah Islam tegak sempurna karena ditakutkan timbulnya sebuah fitnah, — - pScleniitnya Reta kekhawatian ita ilangy maka muncollah iin ‘Untuk melakukan tersebut, kasena di dalam mendengy riwayat dari mereka terdapat pelajaran, Selanjutnya yang dinukil adalah perkataan Tbnu Katsir yang men yatakan jika ada pernyataan bolehnya meriwayatkarf ddaci mereka, maka hal tersebut dibawa kepada hal yang memiliki kemungkinan benar dan tidak bertentangan dengan syatiat yang ada. Sedangkan apa yang diketahui atau diduga kebatilannya, menyimpang daci kebenaran yang ada di (tangan) kita yang datang dari Rasulullah, maka hal itu ditinggalkan dan ditolak serta tidak dipakai. I pea lama asibadau konicmaponer: dela nienplapt thwayst-cinmyablseailyat bia dikiasifkariion lke dilam tet poihl Pertoma, sseliyat yang sesuai dengan syanat Islam, periwayatanaya diperbolehkan hanya untuk sebagai saks: buksn untoly diyakini. Kedu, israiliyat yang bertentangan dengan syariat Islam, periwayatannya tidak diperbolehkan, kecuali untuk mem berithukan kebohongannya dan untuk diksitik kesalahanaya, Ketigy,jika iseniliar tersebur tidak dihnkumi benae atau sala maka diperbolehkan untuk menceritakannya dengan tidak mempercayai dan tidak juga meganggapnya sebagai Kabat yany [palsu (bohong). : Adapun dampak yang ditimbulkan israiliyat antama lain mengotori keimanan seseorang dan menggoyahkan akidahny: Dscchadap Allah, rasul dan malaikat Nye; membost agama Islam dipandang sebagsi gama yang penuh Khuraat, mampu pmenghilangkan kepercayaan umatterhadap ulama klaik, khususnya dari kalangan Sahabat dan Tabiin; dan ain sebagainya. | Pada akhienya, kita pun harus selalu waspada techadap riwayat Iscailiyat, bukan hanya karena dampak negatifinya, tetapl juga perkembangan yang dialami Iscailiyat tersebut. Dengan kata lain, penyebaran istailiat bukan hanya melalui periwayatarf Rani Israil ataupun mufasic terdahulu, tetapi_Iseailiyat yang dihasilkan_ oleh para mufasit dewasa ini merupakan penukilgy langsung dari ajacan agama Yahudi dan Nasrani. Sebagaimana yang kita ketahui, bahwa kitab-kitab mereka terus mengalami perubahan, dan perubahan tersebut sangat_mempengaruhi dahulu ketiganya tanpa mengambil riwayat israiliyat, meski ismailiyat tersebut sesuai dan bisa digunakan untuk menafs kan ayat tersebut. Wallabu a'lam bi al-shawab. keaneka ragaman Israiliyat, Oleh Karena itu, hendaknya para mufasir dan para pengkaji ilmu al-Quran harus berhati-hati dalam menghadapi israiliyat, dan tidak mudah terperdaya dengan cerita istaliyat tersebut, serta tidak menggunakannya dalam menafsirkan ayat- ayat al-Quean, Dengan kata lain, jika masih ada ayat-ayat al- Quran, Hadis sahih, dan juga pemikiran ulama terdahulu dalam menjelaskan ayat al-Quran, maka gunakanlah terlebih SOLNT4e TERR OmaRt 11a; ee on tT ree Tee Pe) munculnya Pee LET Pane red membuat Reh Ce ed st BIg (Oy) ae Sumbungan Menegulikan Vailas Kisah. dan kisah Nabi Musa. Isi_percakapan dalam al-Quran pada umumnya membie- arakan beberapa pokok-pokok —ajaran agama Islam, misalnya masalah kebang- kitan, pendidikan, dan keesasn Allah. Dalam bagian ini al-Quean menggunakan metode langsung, sehingga al-Quran menceritakan pelaku dalam bentuk aslinya. Hakikat pengulangan kisah dalam al- Quran Kisah-kisah al-Quran merupakan perantara yang efektif dalam metode pem- belajaran.AlLQuran tidak hanya menggunakan metode kisah untuk sebuah tujuan kecil, tetapi untuk tujuan agung yang bersumber dari Allah SWT, Dakwah yang menjadi tujuan utama dalam kisah- kisah al-Quran disebutkan dalam QS. al- Bayyinah: 5 yang artinya “padabal mereka hanya diperiniab untuk meryembab Allab, dengan ikblas meneati Nya semata-mata arena (menjalankan) agama.” Selain itu, makna, corak, dan tujuan setiap kisah dalam kisah-kisah al-Quran selalu mengandung unsur seni serta pesan moral yang berbeda-beda dalam mencer itakan hikmah dari Tuhan atas turnnya kisah tersebut. Hal ini mengakibatkan ada beberapa kisah yang seolah-olah diulang berkali-kali tapi Kenyataannya tidak, karena maksud yang tersirat dari setiap kisah di dalam beberapa surat berbeda-beda. Be- berapa ulama mempunyai pandangan yang berbeda mengenai pengulangan kisah, Salah satunya adalah Shalah Abdul Fattah al-Khalidiy. Dalam bukunya yang berjudul alQuran wa Nadbu Matba’in al Rubban, Khalidiy menyatakan bahwa bahwa pengu- langan kisah dalam al-Quran sebenamya tidak ada, sebab makna hakiki dari sma bukanlah pengulangan tetapi diversifikasi makna, Oleh Karena itulah, al-Quean men- gulang kisah tersebut berkali-kali, guna menyajikan maklumat serta tujuan bara dalam format ayat dan kalimat yang ber- eda. Pengulangan kisah ini mengandung beberapa hikmah, antaca lain: pertama, menjelaskan keindahan bahasa al-Quean, Kiseh yang diulang dikemukakan di tempat yang berbeda dengan menggunakan gaya bahasa yang berbeda antara satu dengan yang Iainnya, sehingga orang tidak akan merisa bosan untuk membacanya, se- baliknya, hal ini juste akan menambah makna-makna baru ke dalam jiwanya (yang \. Gch ta demain, pera ayat tebelarinys) x per tora’, DESEMBER 2017 72S ES eS eS ee ee eee ee ee eee N Kida, menunjukkan —kehebatan— al-Quran, Pengungkapan al-Quran techadap suatu. makna dalam berbagai kalimat mecupakan bukti bahwa al- Quean adalah kitab sekaligus mukjizat terbesar yang bersumber dari Allah SWT. Ketiga, agae pesan yang disampaikan al-Quran semakin melekat dalam jiwa pembaca. Banyaknya pengulangan ini merupa- kan salah satu metode al-Quean dalam menuturkan kisahnya sekaligus tanda betapa besarnya perhatian al-Quran terhadap kisah tersebut. Keempat, untuk mengungkapkan perbedaan tujuan dan maksud kisah tersebut, \ I I I I I I I Al-Quran adalah mukjizat teragung I Fakta yang berkembang pada masyarakat sekarang adalah munculnya pembaharu islam yang | membuat tipu daya dengan kisa-kisah al-Quran. Mereka merasa bahwa ditinya adalah bagian dari | Pejuang-pejuang Islam atau scorang pembary | sastra, padahal mereka just menjadikan gasash al- Qunm berstandae sama dengan coman-roman | sastra yang penuh dengan kebchongan dan khaya- lan, Hal ini menyebabkan timbulnya pemahaman | bahwa tidak semua kisah dalam al-Quean adalah benar, Pemahaman seperti ini memahami kebena- | can yang ada dalam qashash alQmon scbagai | kebenaran semu, sekaligus menjadikan kebenaran tersebut sebagai simbol dari sebuah seni yang | cenderung mengekspresikan sebush unsur kebeba- san. I Pemahaman keliru seperti ini salah satunya diterukan dalam pemikican Ahmad Muhammad UI Khalafullah, kandidat doktor di Jamfah Fuad al- ‘Awal atau yang sekarang bernama Caio Universi- ty. Dalam’ disertasinya yang berjudul Fann al- | Qasbasiy fi a-Quran ia mengungkapkan bahwa kisah kisah dalam al-Quran adalah buah karya seorang | sastrawan. Ini artinya, ia mengatakan bahwa kisah- kisah dalam al-Quean bukan berasal dari Allah | SWT melainkan buatan dan Khayalan Nabi Mu- hammad SAW. Menurutnya, gasash al-Quran tidak membawa sejaruh yang benac, akan tetapi sastea- | wanlah yang menggambarkan kejadian-kejadian tersebut dengan jiwa seni mercka, Dalam pan- | dangannya, gasasb alQuran hanyalah rekayasa. be- berapa kisah, Tidak hanya itu, dalam kacamata I Khalafllah,ulama salaf telah melakukan kesalahan besar dalam memahami dan menggambarkan kisah al-Quran dalam tafsie mereka. Kesimpulan dari isi | disertasi Khalafullah menegaskan bahwa imajinasi sang penulis kisah adalah inti dari kisah tersebut, | sedangkan pelakunya adalah khayalan belaka. Tidak hanya itu, akibat pemahaman seperti ini, timbul | pemahaman. Iain bahwa bisa jadi peristiwn yang | dikisahkan peenah terjadi atau babkan tidak terjadi sama sckali, namun kemudian dikisahkan dengan | seni Kesastraan yang tinggi untuk menarik per- hatian pembaca. Begit pula kisah dalam al. J o Quran yang menurut Khalafullah tidak terbukti sejarahnya. Menucutnya, berbagai macam dalil serta riwayat penyampaian kisah yang berbeda-beda menunjukkan bahvwa kisah. al-Quran hanyalah kisah palsu. Lebih lanjut, Khalafullah juga mengataken bahwa kisah-kisah dalam al- Quran hanyalah sebuah dongeng, bualan dan khayalan. Al-Quran juga tidak mengisahkan peristiwa-peristiwa yang benar-benar terjadi, tetapi hanya mengisahkan ulang peristiwa yang terjadi pada masa Ahli Kitab yang mana mereka tidak mengetahuinya kecuali dari kitab samani sebelumnya atau hanya sekedar dongeng belaka. Khalafullah mengyamakan kebenaran sejarah al-Quran serta risalah yang dibawa Muhammad dengan apa yang dikabarkan oleh Ahli Kitab dalam kitab-kitab mereka. Dalil tentang hal ini, menurutnya ditegaskan Allah SWT dalam QS. al-Nisa: 157 yang berbunyi: “Maka jike Ramu Mubarmad) dala eran tnt apa yang Kami trenkan kepadanny naka beta -eebenaran pada dari Tubanors, scab itu janganla an sebalt-balt trmasek orang yang rag.” ‘Apa yang dikatakan Khalafullah adalah nol besar, sebab terdapat bebera- pa perbedaan fundamental yang membedakan al-Quean dengan kitab samani fainnya. Salah satunya mengenai tema atau judul pada setiap kisah al-Quran sarat dengan hikmah, sedangkan kisah dalam kitab semawi mengandung sedikit hikmah atau bahkan tidak ada sama sekali, Selain itu, metode pengisahan al- Quran dengan pengulangan berksli-kali juga berbeda dengan metode pengisa- han kita lainnya yang hanya sekali atau tanpa pengulangan. Pengulangan ini disebabkan al-Quean tidak hanya bermaksud menceritakan sisi sejarah dari suatu kisah, melainkan juga esensi utama kisal tersebut, yaitu dakwah. Pemikiran Khalafullah pada dasarnya tidak jauh ber- beda dengan pendapat kaum orientalis yang menyatakan bahwa al-Quran merupakan bush karya Muhammad, dan kisah-kisah yang ada di dalamnya mcrupakan kisah yang didapatkan Rasulullah dari lisan serta kitab suci kaum Yahudi dan Nasrani. Akibatnya, ia menyimpulkan bahwa kandungan al-Quran scrupa dengan kitab suci kaum Yahudi dan Nasca~ ni, Pemahaman seperti ini senada dengan pendapat salah satu orientalis Yahudi, Ignaz Goldziher, yang menyatakan bahwa semua perkara keagamaan yang disampaikan Rasulullah merupakan basil persinggungannya dengan pendeta- pendeta Yahudi dan Nasrani. Kendati demikian, Kha lafullah — tetap meyakini bahwa al-Quran telah bethasil mem- Sbawa peru bahan dalam kesasteaan Agab. Al Quran juga telah ber- hasil memuacullsan model-model sastra Arab yang baru dan imajinatif, yang faaaha ade en ‘mana pada masa itu model kisah imajinatif seperti ini hanya masyhur di kalangan masyarakat Yunani dan masih menjadi sesuatu. yang “baru” dalam kesastraan Arab. Keyakinan ini dikarenakan Khalafullah pada mulanya hanya bermaksud untuk mencoba melakukan pendekatan dalam menafsirkan al -Quean dengan metode manhaj aladady, sebuah metode yang baru didapatkanaya daci gurunya, Amin al-Khuli. Manba al adabiy merupakan sebuah metode penatsiran al-Quean dengan cara menghubungkan nas-nas al-Quran yang dikaji dengan realita sosial dan budaya yang tengah berkembang. Namun sayang, hasil kajian Khalafullah justeu bertentangan dengan metode yang disampaikan gurunya. Alih-alih menya- takan al-Quran relevan dengan perkembangan zaman, Kha- Jafullah justra menyatakan bahwa al-Quran adalah buatan Muhammad sekaligus produk perkembangan budaya Acab di masa itu. Dalam pandangan penulis, kesalahan Khalafullah dalam proyek disertasinya dikarenakan ia melupakan bahwa al-Quran adalah kitab suci sekaligus mukjizat terbesar yang diberikan Allah SWT kepada Nabi Muhammad. Tidak ada satu orang pun dari kalangan penyair Arab yang sanggup menanding) keindahan bahasa al-Quran, sekalipun dalam tingkatan satu ayat. Lantas, masihkah bisa dipercaya bila seorang Rasulullah yang, zeny bisa menciptakan al-Quran? Pada intinya, kisah-kisah yang dikemukakan al-Quean bukan sekadar untuk menambah pengetahuan yang kemudi- an dibuktikan dengan berbagai penemuan ilmiah. Lebih daci itu, al-Quran bermaksud menuntun manusia ke jalan yang benar melalui pelajaran berharga yang ada dalam kisah-kisah tersebut. Wallabu a'lam bi al-shawab. ‘ORM = Mahmud Syattut: Fakih dan Mufasir Abad Ke-20 ‘ Alfina Wildah amanya dikenang sebagai ulama yang mem- berikan andil besar dalam kemajuan pemikiran Islam. Pemikicanaya yang moderat dan fleksibel mampu menjadi jawabsn atas permasalahan- permasalahan yang tengah dihadapi umat Islam. Tidak hanya itu, konsep tematik yang dicetuskannya dalam penafsican beberapa surat al-Quran, menjadikan namanya dikenal tidak hanya sebagai ahli Fikih namun juga mufasir handal di abad ini Muhammad Imarah, dalam bukunya yang berjudul “Mahmud Syaltut” banyak menuliskan tentang kontribusi Mahmud Syaltut dalam kaneah pemikican Islam. Salah satunya, Mahmud Syaltut seringkali memberikan jawaban yang, sedikit berbeda dasi para pemikic Islam lainnya, Mahmud Syaltut dikenal sebagai ulama yang sering mengaplikasikan hukum-hukum Fikih dengan” permasalahan-permasalahan kontemporer, baik yang berkaitan dengan kehidupan schari- hari atau masalah-masalah keagamaan lainnya. Syekh Syaltut lahir pada tanggal 23 April 1893 M yang bertepatan dengan 6 Syawal 1310 Hi di Maniyyah Manshur, salah satu kawasan di provinsi Buhayrah, Mesic. Mabmud Syaltut telah menghafal al-Quean sejak belia. Pendidikannya berawal dari sebush madrasah kecil di kampungnya. Mahmud Syaltut kemudian melanjutkan studinya di Universitas Alex- andria dan berhasil merampungkanaya pada tahun 1918. Sejak tahun 1918 hingga beberapa tahun setelahnya Syaltut mengajar di Universitas Alexandria. Pada tahun 1919, kepiawaiannya dalam ilmu Fikih bechasil menacik hati Musthafa al-Maraghi, syekh al-Azhar ketika itu, Al- Maraghi kemudian memintanya untuk mengajar di al-Azhar. Pada Oktober 1929, Musthafa al-Maraghi mengunduckan diri dati jabatannya sebagai seorang syekh al-Azhar, Kepu tusan ini diambil al-Maraghi sebab ia merasa tidak leluasa melakukan pembaharuan di al-Azhar. Melihat hal ini, Syaltut tidak tinggal diam, Ia merupakan orang pertama yang me- nyuarakan ketidaksetujuannya ates pengunduran dici al- Maraghi ini, Bersama beberapa dosen al-Azhar lainnya, Syaltut mengasingkan disi dan menghindar daci al-Azhar guna me- nyuarakan penolakan mereka. Usaha Syaltut ini ternyata membuahkan hasil. Pada tahun 1935, al-Margahi diangkat Kembali sebagai syekh al-Azhar. Di tahun yang sama, Syaltut dan beberapa pengajae al-Azhar lainnya kembali aktif mengajae dial-Azhar. Pada tahun 1937, Syaltut ditunjuk sebagai delegasi al-Azhar dalam suatu seminar yang dihadiei para ulama dari berbagai belahan dunia, Mahmud Syaltut dikenal sebagai ulama pembabaru yang: banyak mencetuskan hukum-hukum Fikih kontemporer. Dalam bidang Tafsic, Syaltutdianggap sebagai salah satu ulama yang pertama kali menulis tentang ivaliyat, Dalam pandangan Syaltut, umat Islam harus bisa membedakan antara ismiliyat dan selainnya dalam menafsirkan dan memahami al-Quran, sehingga mezeka tidak terjebak dalam khurafat atau hal-hal mustahil lainnya Selain kepiawaiannya dalam bidang Tafsir dan Fikih, Syaltut juga dikenal sebagai tokoh yang menghargai semua mazhab. Ia juga dikenal tidak menjunjung tingg} fanatisme Yerhadap suatu mazhab, Bahkan, syekh Syaltut pernah ~ SUGNTIN 1408's BEEN | ~ mengeluarkan fatwa yang membuat masyarakat Mesir [ kkotika itu tercengang, ia membolehkan wargn Mesir menganut mazhab Je'fariyah, mazhab baru di antara | tujuh mazhab yang dianut warga Mesic (Syaffi, Hanafi, Maliki, Hanbali, Ja'fari, Zaidi, Tbadhi dan Dhahici) Syaltut juga mendirikan “Dar al-Tagrib Baina Mazahib al § -Islamiyah” untuk mendekatkan Syi’ah dan Sunni serta aliran mazhab lainnya. Oleh karena sikapnya yang penuh | toleransi inilah, ia pernah diutus Oleh Anwar Sadat, Beeaider: Melt katie ten, onak tmeenlaal Dna weratnar dl internasional yang berlangsung di Mesic. Pada 1958, Syaltut ditunjuk menjadi syekh al-Azhar. Di masa kepemimpinannya, Syaltut melakukan banyak sekali perubshan, Salah satunya mendirikan “Majma’ al- Buhuts al-Islamiyah”, sebuah tempat berkumpulnya para § tulama untuk membahas berbagai hal yang menyangkut kemaslahatan umat Islam. Tidak hanya itu, Syaltut juga | mendirikan “Madinah al-Bu'uts” dan “Ma*had al- I Buuts”, asrama dan madrasah untuk pelajar al-Azhat. Pada masa ini pula, al-Azhar mulai mengajarkan dan | memasukkan Bahasa Inggris dan hukum tata negara (Syarfah wa al-Qanun) ke dalam kurikulum pembelaja- | ran, Syaltut bahkan memasukkan materi tentang mazhab Syi'ah dalam matesi syariat Islam di al-Azher. Adapun | bbeberapa karyanya antara lain: “ALTsdam: al-Agida wa a. Spariah” dan “Tafsir al Quran al-Azpion.” Syekh Mahmud Syaltut wafat pada tahun 1963 M. Namanya terus dikenang sebagai sosok karismatik sekaligus abli Fikih dan mufasir yang banyak melakukan | perubahan dan pembaharuan dalam pemikiran Islam umumaya dan al-Azhae khususnya, Wellabw a'lam I 4 - BERINTERAKSI DENGAN AI-QURAN Jauharotun Naqiyah Jak kenal maka tak sayang. Demikian ungkapan yang sering terdengar. Perkenalan | yang baik harus dimulai dengan interaksi yang baik. Demikian pula halnya al-Quran, Bila tidak mengenalnya, maka bisa dipastikan tidak akan bisa memahaminya, Padahal, al-Quran adalah referensi utama dalam kebidupan. temnyata, tidak sedikit umat Muhammad yang merasa kebingungan ketika me- ¢ l TNamun | petkenalan untuk memahami al-Quran, dengan ans, Tidak ang it, lama mahami al-Quran, sebab mereka belum mengenal dan berinteraksi dengan al-Quran, Buku ini ditulis al-Qaradhawi sebagai jawaban atas kebingungan terscbut, scbagai media Dalam kancah pemikiean Islam kontemporer, nama Yusuf al-Qaradhawi bukantah nama yang asing. Ia dikenal olch para pemikie Islam lainnya scbagai condekiawan cemer- kelahiran Shafth Turab 1926 M ini juga terkenal dengan jy pemikirannya yang kritis dan berani, Ta tidak segan mengkritik berbagai pihak yang J memurunya elm, termasuk Pemerintah Mest. Keberanian ini tidak jarang mengantarkan Qardhawi mendekam di balik jeruji besi. Secara garis besar buku ini dibagi empat bal : pertama tentang karakteristik al-Quean, Reda mengenai tujuan-tujuan diturunkannya al-Quran, éetiga tentang kehati-hatian dalam I N bukan produk kebudayaan sepesti yang banyak diungkapkan oleh beberapa pemikie yang menye- leweng, Karakteristik lainnya antara Jain kitab yang terpelihara, mukjizat terbesar, kitab yang mudah dipahami semua golongan; kitab suet sepanjang masa; kitab bagi seluruh aguena, Pada pembshasan kedua, al-Qaradha menyebutkan setidaknya ada tujuh poin penting diturunkanaya al-Quran kepada umat manusia. Ketujub poin tersebut antara lain membetulkan akideh-akidah yang keliru; memuliakan manusia dan menghargai hak-hak mereka; menyeru pada kaum Muslim untuk bertaksva; membersikan jiwa manusia; membangun cumah tangga dan men- dukung penghargean atas wanita, membangun masyarakat berkualitas; dan sebagai dakwah pada selucuh umat manusia untuk saling tolong meno- Jong. Pada akhir pembahasan bab ini, al- Quradhawi jugn menjelaskan tentang urgensi Tafsic dan kaidah-kaidah dalam menafsitkan al- Quran, seperti: mengabungkan antara ringyab dan dizyak, menafsickan al-Quean dengan’ al- Quran; menafsickan al-Quean dengan Sunal mengedepankan penafsican Sahabat dan Tl dan lain sebagainya. Untuk pembahasan ketiga, al-Qaradhawi menyebutkan beberpa hal penting yang harus diperhatikan dalam memahami al-Quean, sching- ga tidak salah dalam menafsitkannya. Beberapa hal tersebut antara lain: harus tetap berpegang pada hal-hal yang, wbkam dan meninggalkan perkara yang mufasyabib, menempatkan nas sesusi maksudnys; tidak menasakb ayat al-Quean tanpa dalil kuat; mahir dalam Sunah dan Asar, mn, [ menafsickan al-Quean dan Acempat mengenai tafsir ‘ifmi. Dalam pembahasan pertama Qaradhawi berbicara tentang karakteristik dan ciri-ciei al-Quean. salah satunya adalah al-Quran mecupakan Kitab ilahi, Pada pembahasan ini Qaradhawi menegaskan behwa al-Quran adalah alam Tuhan, ft ol Ff dan tidak sembarangan memeccayai israiliyt. Adapun pembahasan terakhie dalam buku ini adalah pembahasan global tentang tafsir ‘ilmiy. Al-Qaradahawi-menyebutkan perdebatan antar ulama akan adanya corak penafsican ini, Salah satu tokoh yang, me- nolak corak penafsiran ini antars lain Amin al-Khuli dan Abu Ishaq al-Syathibi, Adapun tokoh yang menerima penafsiran ini ialah Abu al-Fadli al-Mussi dan Jalaludin al- Suyuthi, Tidak hanya itu, al-Quradhawi juga menyebutkan salah satu nama ulama Klasife yang dianggap sebagai ulama yang pertama kali menyebutkan corak penafsican ini, yaitu ‘Abu Hamid al-Ghazali. Hal ini terlihat pada beberapa ungkapan dan riwayat dalam berbagai karyanya. Adapun al-Qaradhawi sendici emda di tengah-tengah kedua kubu ini, Dalam pandangan al-Qaradhawi, cork penafsican seperti ini diperbolehkan sclama seorang mufasic memperhatikan batasan- batasan tertentu, seperti tidak sembarang menakwilkan ayat yang berkaitan dengan sains, menghindari pemshaman yang cenderung bart muncul di masa sekarang yang tidak disertai dengan dalil dan lain se- bagaiaya. Dengan pembahasan sistematis seperti ini, buku ini sangat layzk dibaca dan dijadikan pengantar dalam memahami al-Quran. Selain itu, Klasifikasi pembahasan serta korelasi pembahasan antar bab akan sangat memudahkan bagi para pembaca untuk memahaminya, Wallaby a'lan bi at-shawab. BOP Tew sth Areas STN Rete OU Relat Boi To Barons Perea BS utes sory Kairo [Orc ty ylieeDee Bia ry eMC ey Reson s BULETIN 1QRA*, EDIS! 111, DESEMBER 2012 f —_ N| Ea Menyikapi lsu Kesetaraan Gender Rusydiana Tsani alah satu doktrin sentral yang diusung oleh kaum feminisme adalah equality (persamaan). Doktein ini menuntut persamaan antara laki-laki dan pecempu- an di dalam segala aspek kehidupan. Persamaan inilah yang kini menjadi salah satu worldview Barat posmodera. Akan tetapi jilka ditelusuri lebih lajut, equality dalam feminism temnyata tidak mengandung keadilan yang sebenarnya, sebab sejarah kebudayaan Barat mempunyai andil besar dalam membentuk pemahaman mereka seputar persamaan antara laki-laki dan perempuan, Pemahaman equality yang mereka bawa ini dipicu oleh pandangan buruk masyarakat Barat tehadap per- empuan. Hal ini dapat kita lihat dalam buku John Macy Ellman, Thinking About Women, yang terbit pada tahun 1968 di New York. Buku ini mengungkapkan tentang pelecehan-pelecehan orang Barat sejak zaman dahulu terhadap perempuan. Buku ini juga mengungkapkan bahwa Gereja menuding kaum perempuan sebagai makhluk pem- awa sial dan malapetaka. Lebih dari itu, korban inkuisisi (embaga yang mengeksekusi para pembangkang, Gereja) ternyata banyak dari kalangan perempuan, serta banyak lagi peristiwa-peristiwa yang menggambarkan tentang keben- cian masyarakat Barat terhadap perempuan. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika di kemudi- an hari, muncullah perlawanan yang dilakukan oleh kau perempuan untuk membela hak-hak mereka dalam perca- turan masyarakat Barat. Bentuk perlawanan tersebut ber- macam-macam, bahkan akhic-akhir ini mulai menjucus kepada hal-hal yang tidak masuk akal. Mereka berpikic bahwa perempuan harus bebas dari kekusaan kau laki- aki sebebas-bebasnya, Tidak hanya itu, perlawanan yang mereka lakukan juga menuntut kesetaraan, salah satunya kesetaraan dalam berbagai macam pekerjaan, tidak ingin menikah, melahirkan ataupun menyusui, dan lain se- bagainys. Kesetaraan dalam kewajiban beribadah Secara umum, seperti yang dikataken oleh Muham- mad Abduh, Islam memandang laki-laki dan perempuan dalam posisi yang sama, tanpa adanya perbedaan. Masing- masing mempunyai kewajiban dan tanggungjawab yang sama dalam melaksanakan ibadah kepada-Nya. Hampi selurmh syariat Islam dan hukum-hukumnya berlaku untuk selumh kaum Adam dan kaum Hawa secara seimbang, Begitupula janji pabala dan ancaman siksaan, seperti yang telah dijelaskan dalam al-Quran tentang hal ini: "Dan td blab Ak ciptaken jin dan manusia melainkan untuk beribada Repada-Ku." (QS. at Deariyat : 56), dan juga pada ayat lain yang berbunyi: "Barangsigba yang mengerjakan amal saleb, baik ‘aki taki maupan perempuan dalam Readaan beriman, maka sesunggubnya akan Kani berikean kepadanya kebidpan yang bik dan sesunggubrgca akan Karn beri balasan Repada mereka dengan pabala sang lebib baike dari apa yang telah mereka kegakan." (OS. al Nabl : 97). Perbedaan kodrat ‘Akan tetapi, bukan berarti dengan begitu laki-laki dan perempuan setara dalam segala hal. Menyetarakan keduanya dalam semua peran, kedudukan, status sosial, pekerjaan, jenis kewajiban dan bak sama dengan melanggar kodrat. Karena, tidak dapat dipungkici bahwa antara laki-laki dan perempuan terdapat perbedaan mendasar, hingga jika kita melihat Keduanya secara kasat mata sekalipun. Secara biologis dan kemampuan fisik, lakilaki dan perempuan jelas berbeda. Begitu pun dari sisi sifst, pemikiean-akal, kecendecungan, emosi dan potensi masing-masing juga berbeda. Dari sini, kesctaraan atau persamaan (fasv)ab atau equalib), antara laki-laki dan perempuan bukanlah nilai yang yang berasal dari pandangan Islam, Islam memandang keadi- lan antara laki-laki dan perempuan, bukan kesetaraan. Kon- sep kesetaraan bertolak belakang dengan prinsip keadilan, kacena adil adalah menempatkan sesuatu pada tempatnya, memberikan hak kepada yang berhak menerimanya. Lagipula dalam sejarah Islam, tidak terdapat adanya penindasan dan penganiayaan yang dilakukan kepada kau perempuan. Berbeda dengan apa yang telah dilakukan orang Barat pada zaman dabulu terhadap kaum Hawa, sehingga tidaklah tepat jika kita memaksakan equadity versi Barat untuk diterapkan dalam kehidupan Muslimat. Bagaimanapun juga, pengalaman Barat tersebut merupakan pengalaman Iokal yang akibatnya diterapkan secara global. Sikap seorang Mukmin dan Mukminah Dari perbedaan-perbedaan hukum yang telah Allah SWT tetapkan kepada lakilaki dan perempuan, maka kita dapat mengambil beberapa sikap: Pertama, beriman dan menerima _perbedaan- perbedaan antara lakilaki dan perempuan baik secara fisik, psikis atau hukum gar’, serta hendakaya masing-masing merasa rida dengan kodrat Allah SWT dan ketetapan- ketetapan hukum-Nya. Kedua, tidak boleh bagi masing-masing dari laki-laki atau perempuan menginginkan sesuat yang telah Allah Khususkan bagi salah satunya dalam perbedaan-perbedaan hukum tersebut dan mengembangkan perasaan iri satu sama lain disebabkan perbedaan-perbedaan tersebut. Allah SWT berfienan: “Dan jangenlab kamu isi hati terhadap apa yang dikanmiakan Allh kepada sebabagian kamu lebib: banyak dari sebabagian yang lain. (Kavena) bagi orang lak-lak ada babagian dvi ‘apa yang yang mereka usabakan, dan mobonlab kepada Allah seba- agian dari karunia-Nya. Sesunggubmya Allah Maba Mengetabni segata sesuatu.” (QS. al- Nisa: 32). Ketiga, jika al-Quran dengan jelas melacang untuk sekadar iri, maka apalagi mengingkari dan menentang, perbe- daan-perbedsan yar’ antara lakilaki dan perempuan ini dengan menyebarkan popaganda isu kesetaraan gender. Hal ini tidak boleh bahkan termasuk kekufuran, karena ia meru- pakan bentuk penentangan tehadap kehendak Allah SWT yang bersifat kauni, Wallabu a'lan bi al shawab,

You might also like