You are on page 1of 64

KRB 3063 : PENGHAYATAN KARYA

AGUNG MELAYU

A) Insan Kamil

Kuliah Bersemuka 5
Akan membincangkan topik-topik berikut;

A) Insan

Kamil

B) Hikayat
C) Peranan

Abdullah

Karya Agung & Moden


dalam Pendidikan Sekolah
Rendah

1. Insan Kamil Menurut Islam


Kepercayaan

Nilai
Kejujuran

Insa
n
Kami
l
Cerdas serta
Pandai

Jasmani
Kuat dan
Keterampil
an

Insan Kamil Menurut Islam


1. Kepercayaan atau keimanan terletak
dalam hati dan fikiran. Keyakinan (atau
kepercayaan) ini meliputi keimanan
kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya,
rasul-rasul-Nya, kitab-kitab-Nya, hari
akhir dan taqdir (hari pembalasan) serta
beriman pada apa-apa yang telah
ditetapkan, baik dan buruk.

Keimanan merupakan amalan hati yang


tersembunyi, hanya Allah yang
mengetahui nilai keimanan seseorang itu.

2. Jasmani yang sihat, kuat dan


berketerampilan
Islam

menghendaki agar orang


Islam itu sihat mentalnya.
Kesihatan mental berkait rapat
dengan kesihatan jasmani.
Jasmani yang sempurna berkait
pula dengan pelaksanaan
ibadah dan usaha serta tenaga
dalam meneruskan kehidupan.

3. Cerdas serta pandai


Muslim

yang cerdas serta pandai memiliki


ilmu pengetahuan dan informasi serta dapat
menyelesaikan masalah dengan cepat dan
tepat.

Indikator

muslim intelek ialah mempunyai


kepakaran dalam bidang sains dan teknologi
yang berkualiti tinggi, memahami dan
mengapreasiasikan falsafah serta memiliki
rohani yang berkualiti tinggi.

4. Nilai Kejujuran

Manusia juga tidak selayaknya mengambil


jalan-jalan lain selainjalan yang lurus.
Misalnya:

Jalan Tirani (melanggar Nilai Pembebasan)

Jalan Seks Bebas (melanggar Nilai Keluarga)

Jalan Kekerasan (melanggar Nilai


Kemanusiaan)

Jalan Rasuah/Korupsi (melanggar Nilai


Keadilan)

Jalan Munafik (melanggar Nilai Kejujuran)

1. Dr. Ali Taqi (2008) menyatakan bahawa:


Insan kamil dalam kesuasateraan merupakan satu pergerakan ke bawah.
Allah sebagai Pencipta, Nabi Muhammad yakni Nur Muhammad sebagai pusat
logos, itu kita namakan kamal atau kesempurnaan.Ia turun kepada ahlul bait
sebagai penerus kelangsungan Islam yang sebenar yang kita namakan
wilayah.Mereka bukan hanya ilmuan tetapi cendekiawan kerana terlibat
dalam pembangunan masyarakat, gerakan kreativiti karyawan seni harus
menempuh laluan ini.
Barulah sampai kepada ayan sabitah atau idea umum di mana gestalt
pemikiran Melayu, ia adalah manfa'at dan faedah untuk masyarakat.
Idea umum itu disampaikan dengan makna, dan penuh pengertian lalu turun
kepada keindahan yang antaranya cultural literacy. Ini semua melibatkan
pengarang.
Dari situ, ia akan turun lagi di mana ia akan membentuk genre yang dipilih
pengarang . Ia kemudian turun lagi kepada khalayak yang akan menerimanya
dengan hati nurani kerana ada logos spiritual dan wilayah, lalu menerimanya
dengan emosi kerana ada keindahan pada karya."

2. Insan Kamil dalam Kesusasteraan


oleh Dr Ali Taqi (2008)

Insan Kamil dalam Kesusasteraan


oleh Dr. Samsina Abd. Rahman (2008)

3. Pengaruh Ibnu al-Arabi

Ahli tasawuf dalam dunia Islam yang berjasa besar


dalam perkembangan dan pengukuhan ilmu
tasawuf.

Pandangannya mempengaruhi ramai tokoh sufi &


tokoh tasawuf di nusantara

Salah satu pandangan sufistik Ibn Arabi yang


mewabah di kalangan sufi tanah air adalah teori
''insan kamil''.

Para sufi seperti Hamzah Fansuri, Syamsudin Pasai


dan Nuruddin al-Raniri sudah akrab dengan konsep
insan kamil dan masing-masing berusaha
menyebarkan dan mengembangkan fahaman
tersebut dengan cara mereka sendiri.

4. Trend Insan Kamil dalam


Kesusasteraan Nusantara

Secara umum, tasawuf akan dikaitkan dengan


tokoh berpengaruh yang bernama Ibn Arabi.
Muthahari dalam bukunya "Insan Kamil" menyebut
Muhyiddin Arabi al Andalusi Tha'i sebagai bapa
sufisme.

Pandangan Prof. Abdul Hadi WM., sejak abad ke17 karya-karya penting sufi terkemuka tersebar di
pusat-pusat studi keagamaan tanah air, seperti
pesantren dan akrab di kalangan para ulama
khususnya dalam kajian tasawuf dan tarekat.

Prof. Abdul Hadi WM. Menulis -Pada awal abad ke-17 M


kekuasaan Jawa berpindah ke Pedalaman, kegiatan
penulisan sufi berkembang di pedalaman di pesantren dan
pusat-pusat kekuasaan.

Di istana-istana raja Jawa, kegiatan penulisan sastra suluk


mula-mula digalakkan oleh Panembahan Seda Krapyak pada
permulaan abad ke-17 M. Perkembangan sastra suluk
semakin pesat pada masa pemerintahan Panembahan
Senapati di Mataram.

Pada masa ini sejumlah besar suluk-suluk pesisir disalin dan


disadur kembali ke dalam bahasa Jawa Baru. Di
antaranyaSuluk Wujilkarya Sunan Bonang, danSuluk
Malang Sumirangkarya Sunan Panggung (Poerbatjaraka
1938).

Pada masa ini juga karya Jalaluddin Rumi yang


masyhurDiwan-i Shamsi Tabrizdisadur ke dalam bahasa
Jawa di bawah judulSuluk Syamsi Tabriz.Sementara karyakarya Imam al-Ghazali, Abdul Karim al-Jili (al-Insan alKamil), Ibn `Arabi, dan karya sufi Arab dan Persia lain
mulai dipelajari secara meluas di berbagai pesantren

5. Insan Kamil dan Hamzah


Fansuri

Hamzah Fansuri merupakan tokoh sufi terkenal nusantara


yang pemikiran tasawufnya dipengaruhi oleh pandanganpandangan sufistik Ibn Arabi.

Hamzah Fansuri mempelajari tasawuf setelah menjadi


anggota tarekat Qadiriyah oleh Syek Abdul Qadir Jilani.

Mengembara ke berbagai pusat Islam seperti Baghdad,


Mekkah, Madinah dan Yerusalem, bila a kembali ke tanah
airnya mengembangkan ajaran tasawuf sendiri.

Ajaran tasawuf yang dikembangkannya banyak dipengaruhi


pemikiran wujudiyah Ibn `Arabi, Sadrudin al-Qunawi dan
Fakhrudin `Iraqi. Sedangkan karangan-karangan sastranya
banyak dipengaruhi Fariduddin al-Aththar, Jalaluddin alRumi dan Abdur Rahman al-Jami.

Pandangan Hamzah Fansuri terkait dengan


kemuliaan manusia dan insan kamil,

Dr. Abdul Hadi WM. menulis:


Dalam pandangan Hamzah Fansuri,
kemuliaan manusia terletak pada
kesempurnaannya dalam berhubungan
dengan Allah. Manusia yang paling
sempurna adalah mereka yang mampu
memanifestasikan keseluruhan sifat Tuhan
dalam diriya.

Syair Burung Pingai 0leh HF


Mazhar Allah akan rupanya
Asma Allah akan namanya

Kakinya Hannan dan Mannan

Malaikat akan tentaranya

Daim bertengger di tangan


Rahman

Akulah wasil' akan katanya

Ruh Allah akan nyawanya

Sayapnya bernama furqan

Sirr Allah akan angganya

Tubuhnya bersurat Qur'an

Nur Allah Akan matanya


Nur Muhammad daim
sertanya

Syair Burung Pingai 0leh HF

Syair di atas menggambarkan keadaan manusia yang telah


menyatu dengan Tuhan.Ia menggambarkan bagaimana
keseluruhan dirinya diliputi oleh asma' dan sifat Tuhan. Tidak
ada sisi dalam dirinya yang tidak diliputi Tuhan.. Dalam tataran
inilah manusia menjadi sempurna.

Hamzah Fansuri menggambarkan sosok insan kamil secara apik


dan elegan dan bagaimana ia menggunakan istilah manusia
sempurna atau insan kamil dalam beberapa penjelasannya.

Ini membuktikan bahwa beliau bukan hanya terpengaruh oleh


pandangan insan kamil Ibn Arabi tapi sebenarnya juga berusaha
mengembangkannya dengan bahasa yang lebih mudah dan
popular sehingga dapat dipahami dan kemudian diamalkan oleh
para muridnya dan umat Islam di Indonesia yang beminat
terhadap kajian tasawuf.

Tasawuf HF dalam karyanya

Hamzah Fansuri menjelaskan insan kamil secara lebih tajam ketika


beliau menjelaskan konsep mahabbah (cinta). Baginya, cinta hakiki
akan terbangun antaraasyiqdanma`syuqketika tidak ada lagi
godaan cinta dunia.

Maka pesalik harus berusaha sekuat tenaga untuk menghilangkan


noktah-noktah hitam dan merah akibat cinta. Sebagaimana disabdakan
oleh Rasulullah saw bahwa: "Cinta dunia adalah pangkal segala
kesalahan (dosa).

Cinta adalah hakikat Tuhan yang Wujud dalam alam. Ia menampakkan


dirinya berupa surah dalam diri manusia. Setiap manusia yang
menempah jalan menuju Tuhan mesti membersihkan diri dari sifat
duniawi. Sifat ketuhanan akan masuk dalam diri yang telah bebas dari
sifat duniawi. Seseorang yang telah mampu menampakkan sifat-sifat
ketuhanan dalam dirinya ia adalah insan kamil.

Dalam hal ini, Hamzah Fansuri mengatakan, "Akhir dari


perjalan seorang salik adalah mendapatkan cinta Ilahi yang
akan menjadikannya sebagai insan kamil." Penggapaian ini
berwujud pada kesadaran kesatuan pandang antara diri
dan Tuhan, seperti terungkap dalam sya'irnya:
Ma'bud itulah yang bernama haqiq
Sekalian alam di dalamnya ghariq
Olehnya itu sekalian fariq
Pada kunhi-nya tiada beroleh thariq

Tasawuf IK Syamsudin Pasai

Dalam kitabnyaMir`at al-Muhaqqiqin, Syamsudin Pasai (SP)


menerangkan bahwa rupa batin manusia merupakan salinan dari
wajah Tuhan. Tetapi hanya manusia yang telah mencapai
martabat insan kamil dapat kembali mencapai tipe ideal asalnya
yang rupa batinnya mengandung gambaran sifat ketuhanan.

Bagi SP sempurnanya makrifat seseorang terletak pada


penguasaan tujuh pengetahuan;

1. Pengetahuan tentang nama-nama-Nya;

2. Pengetahuan tentangtajalliIlahi;

3. Pengetahuan taklif Tuhan terhadap hamba-Nya;

4. Pengetahuan tentang kesempurnaan dan kekurangan wujud


alam semesta;

5. Pengetahuan mengenai alam akhirat;

6. Pengetahuan tentang hakikat diri;

7. Pengetahuan mengenai sebab-sebab dari penyakit batin dan


penawarnya (Ibid).

Tasawuf IK Nuruddin al-Raniri

Nama lengkap ialah al-`Alim Allama al-Mursyid ila alTariq al-Salama Maulana al-Syeikh Nuruddin Muhammad
ibn `Ali Hasan ji bin Muhammad Hamid al-Qurayshi alRaniri. Ulama keturunan India Arab ini lahir di Ranir,
Gujarat, pada tahun 1568 (Windstedt 1968:145; Ahmad
Daudy 1983:49)

Pada masa hidupnya Gujarat merupakan pelabuhan


dagang yang dikunjungi kapal-kapal dagang Arab,
Persia, Mesir, Turki dan Nusantara. Di sini bahasa Melayu
dipelajari oleh para pedagang dan pendakwah yang
akan berkunjung ke Nusantara.

Nuruddin tertarik mempelajari bahasa ini sejak usianya


masih muda dan berhasrat tinggal di negeri Melayu
mengikuti jejak bapa saudaranya yang pernah
berdakwah di Aceh pada abad ke-16 M.

Pergi ke Pahang, tinggal lama di situ dan memperdalam


penguasaannya terhadap bahasa dan kesusastraan
Melayu sehingga akhirnya mampu menulis kitab dan
karangan sastera dalam bahasa ini.

Ketika Sultan Iskandar Muda wafat pada tahun 1636 M,


segera dia pergi ke Aceh dan diterima sebagai ulama
istana oleh sultan yang baru Iskandar Tsani (1637-1641).
Di sini dia angkat sebagaimuftiatau qadi agung. Sejak
itulah kariernya sebagai penulis sastera kitab dan
ketatanegaraan mencapai puncaknya (Ibid).

Selain menguasai berbabagai cabang ilmu agama dan


kesusasteraan, Syekh Nuruddin juga menguasai ilmu
mantiq (logika) danbalaghah(retorika), dan ilmu
pengetahuan lain seperti sejarah, ilmu ketabiban
(kedoktoran) dan sebagainya.

Karangan Tasawur NR

Syair Pujian Kepada Nabi Muhamad Saw Walaupun tema tentang Nur
Muhammad dan pujian kepada beliau terdapat dalam syair-syair
makrifat, terdapat syair pujian khusus kepada beliau. Dalam
kesusastraan Arab disebutal-mada`ih al-nabawiyahdan di Persia
disebutna`tiya,dari perkataanna`atyang berarti pujian. Syair
jenis ini terkenal dalam kesusasteraan Melayu terutama Qasida alBurdah,Syaraf al-AnamdanQasida al-Barzanji. Di antaranya
ialahSyair Rampai Maulid, Syair Maulid Jawi, Nazam Dua Puluh
Lima Rasul, yang didahului dengan puji-pujian kepada nabi-nabi
sebelum Nabi Muhammad Saw Dimasukkan ke dalam kategori karya
bercorak tasawuf, karena penulisnya biasa adalah sufi atau guru
tariqat, dan dalam ungkapan-ungkapannya terdapat simbol-simbol
yang berlaku dalam sastera sufi. Misalnya perumpamaan terhadap
Nabi Muhammad Saw sebagai matahari yang menerangi dunia, bulan
purnama, kekasih Tuhan, teladan bagi sekalian ahli makrifat, dan
sebagainya.
(Dr. Abdul Hadi WM: Ibid)

Kesimpulan

Ibn Arabi menilai bahwa Insan kamil adalah ciptaan yang


azali dan abadi dan kalimat penentu dan komprehensif.
Dengan perantaranya, rahsia-rahsia Ilahi dan makrifatmakrifat hakiki mewujud. Insan kamil adalah wadah
seluruh fungsi individu dan duplikat asma-asma Ilahi dan
merupakan rahmat terbesar al Haqq bagi makhluk.

Berbeza dengan Ibn Arabi yang membahas teori insan


kamil dalam kerangka tasawuf, Murtadha Muthahari
menghuraikan konsep insan kamil dari perspektif AlQuran. Sebagaimana Ibn Arabi, Muthahari melihat insan
kamil sebagai manusia yang menangkap dan
mengembangkan asma Allah secara proporsional.

Sedangkan menurut Hamzah Fansuri, manusia


yang paling sempurna adalah mereka yang mampu
memanifestasikan keseluruhan sifat Tuhan dalam
diriya.

Adapun Syamsudin Pasai berpendapat bahwa rupa


batin manusia merupakan salinan dari wajah
Tuhan. Tetapi hanya manusia yang telah mencapai
martabat insan kamil dapat kembali mencapai
tipe ideal asalnya yang rupa batinnya mengandung
gambaran sifat ketuhanan.

Pembahasan tentang "Nur Muhammad" yang


dilakukan Nuruddin al-Raniri dan juga terdapat
dalam sastera Melayu menandakan betapa kuatnya
pengaruh pandangan insan kamil Ibn Arabi dalam
literatur dan khazanah tasawuf nusantara.

B) Hikayat Abdullah

Hikayat Abdullah ialah Karya Agung Melayu yang


dikarang ketika dunia Melayu sedang menghadapi
cabaran politik, ekonomi dan budaya yang luar biasa
dari dunia barat (Eropah)

Cabaran bermula dengan kejatuhan Melaka di tangan


Portugis pada tahun 1511 yang berterusan pada zaman
Abdullah Bin Abdul Kadir Munsyi pada pertengahan abad
ke-19. { Belanda pernah memerintah Melaka dari 1641
hinga 1824 dan selepas itu jatuh pula ke tangan
Inggeris.}

HA bukan sahaja menceritakan sebuah dunia peralihan


dari zaman kerajaan feudal Melayu Melaka ke zaman
kolonial Eropah (Portugis, Belanda dan Inggeris), tetapi
juga keruntuhan zaman feudal itu.

HA dibahagikan kepada 29 bab; Antara bab


yang menarik
Pemecahan Kota Melaka (yang dibina Portugis) oleh Inggeris.
Pembukaan Singapura oleh Raffles.
Kedatangan
Lord Minto
ke Melaka
hendakialah:
menyerang Jawa.
HA dibahagi
kepada
29 bab.semasa
AntaraInggeris
yang menarik
Pengumpulan manuskrip-manuskrip Melayu oleh Raffles.
Penyerahan Kota Melaka oleh Inggeris kepada Melaka.
Sistem pendidikan peribumi.
Penubuhan sebuah sekolah sekular oleh Raffles di Singapura.
Kezaliman dan kemunduran sistem pemerintahan feudal Melayu.
Sistem kongsi gelap Cina, Tien Ti Hui, di Singapura.
Kepercayaan-kepercayaan kolot dalam masyarakat Melayu dan Cina di Melaka.
Perang Candu antara Inggeris dan China

Pembaharuan ABKAM dalam HA

Mengubah acuan fikiran orang Melayu dan kepercayaan


lama yang tidak progresif.

Membawa wawasan baharu untuk orang Melayu pada


zamannya.

Membandingkan kemajuan orang Barat dengan


kemunduran orang Melayu.

Mengkritik adat orang Eropah yang tidak sesuai dengan


budaya orang Melayu-Islam.

Menegur mulut manis Raffles sehingga orang Melayu di


Singapura tertipu dengan muslihat Raffles untuk
memindahkan penduduk Melayu dari kawasan
pembangunan ke kawasan terpencil di pinngir kota.

Hikayat Abdullah

Hikayat Abdullahatau juga dikenali sebagaiHikayat Abdullah


bin Abdul Kadir1849,Hikayat Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi
merupakan kisah pengembaraanAbdullah bin Abdul Kadir
Munsyi.

Ia selesai dikarang pada tahun 1845 dan pertama kali


diterbitkan pada tahun 1849. Terbitan rumi diterbitkan oleh
Pustaka Antarapada tahun 1907 bagi kegunaan teks di sekolahsekolah Melayu. Ia merupakan antara teks sastera Melayu yang
pertama diterbitkan secara komersial.

Gaya penulisan Abdullah yang unik dipaparkan secara jelas


dalam teks ini dan isinya disampaikan dalam bahasa Melayu
yang sederhana dan kontemporari. Tidak seperti karya-karya
klasik sastera Melayu yang kebiasaannya mengandungi fantasi
dan cerita legenda, karya Abdullah berkisarkan tentang
realisme.

Karya ini diklasifikasikan autobiografi Abdullah dan mengandungi


pandangan peribadi dari perspektif masyarakat Singapuradan
Melakapada awal abad ke-19.

Ia menceritakan sekilas tentang zaman kanak-kanaknya di Melaka,


pengalamannya sendiri seperti pembedahan yang dilakukan
kepadanya oleh seorang ahli bedah Inggeris atau kunjungannya ke
kem puak Tiandihui, satu kumpulan kongsi gelap Cina di pedalaman
Singapura .

HA juga mengisahkan acara seperti pengasasan Institusi Raffles,


perobohan kota A Famosa di Melaka, dan lawatan Lord Minto,
Gabenor-General India ke Melaka.

Sebahagian besar karyanya juga mengandungi pengamatan peribadi


tentang personaliti-personaliti pada zamannya, para pegawai dari
Inggeris Syarikat Hindia Timur Inggeris seperti Sir Stanford Raffles,
Kolonel Farguhardan John Crawfurd, Sultan Hussin Shah dari
Kesultanan Johor, Mubalighdan pedagang Amerika dan Eropah, dan
pedagang dari China.

GAYA Penulisan HA
Memperkenalkan genre autobiografi dan genre jurnalistik:
zaman Abdullah dianggap zaman peralihan dalam sejarah
kesusasteraan Melayu yang meninggalkan tradisi hikayat
lama masuk ke era penulisan baru.
Estetika bahasa ~ Indah dan menarik dari aspek susunan
bahasa dan nilai-nilai kesusasteraannya. Contoh:
Burung belibis di atas lantai,
rambai dalam padi;
Tuan Raffles orang yang
pandai,
Tahu sungguh mengambil
hati.

Juruju dengan durinya,


Di tepi jalan orang berlari;
Setuju pula dengan
isterinya,
Seperti bulan dengan
matahari.
(HA:206)

Sarat dengan fakta-fakta sejarah sebagai bahan rujukan


penting untuk mengetahui latar belakang negeri-negeri di
Asia Tenggara, terutamanya Singapura.

AM ~ Latar Belakang

Abdullah Bin Abdul Kadir Munsyi, dilahirkan di Melaka pada 12


Ogos 1796.

Anak kelima Abdul Kadir Ibrahim dengan isterinya yang kedua,


Salmah.

Moyang lelakinya, Syeikh Abdul Kadir, seorang Arab Yaman,


berhijrah ke Nagore di Selatan India dan berkahwin dengan
perempuan Tamil, seorang guru agama.

Datuknya, Muhammad Ibrahim, berpindah ke Melaka dan


berkahwin dengan gadis peranakan India, guru sekolah agama.

Bapa Abdullah, Abdul Kadir, merupakan ahli bahasa, guru agama,


jurutulis dan khatib, selain seorang ahli perniagaan yang berjaya.

Bapa Abdullah (yang menguasai bahasa Tamil, Hindi dan China)


juga seorang pendisiplin yang keras dan mendidik Abdullah
menjadi ahli dalam bahasa Melayu pada masa itu.

AM ~ Pendidikan

Abdullah telah berguru dengan semua pakar dalam


bahasa dan sastera Melayu seperti Khoja Muhammad,
Jamal Muhammad Bin Nor Muhammad Surati, Muhid Bin
Ahmad Lebai, Yahya Bin Abdul Wahid, Ismail Bin
Muhammad Arif Surati, Dato Sulaiman dan Dato Astur
serta bapanya sendiri, Abul Kadir Bin Muhammad
Ibrahim.

Ketika berusia 14 tahun, beliau telah menjadi seorang


sarjana Melayu yang terkenal. Banyak pegawai Kolonial
Inggeris, ahli perniagaan dan mubaligh Kristian Eropah
di Melaka dan Singapura belajar bahasa Melayu dengan
Abdullah, antaranya Milne dan Keasberry.

Dalam masa lebih empat dekad ini, Abdullah


menjadi guru bahasa Melayu, kerani dan semacam
setiausaha dan pembantu penyelidik kepada
Stamford Raffles, yang datang ke Melaka sebagai
wakil Gabenor Besar di India, Lord Minto serta
beberapa tokoh Eropah lain.

Gelaran Bapa Kesusasteraan Moden yang


diberikan oleh Barat ditolak kerana menurut Syed
Muhammad Naguib al-Attas ia bermula sejak awal
lagi sejak zaman pengarang Islam Aceh pada abad
ke-17.

Naskah HA

Kritikan dalam HA

Kritikannya yang pedas terhadap aspek negatif kepercayaan dan adat resam
masyarakat Melayu membuat beliau dianggap anti-Melayu dan pro-Inggeris.

Kritikan terhadap sistem pendidikan Melayu pada masa itu yang tidak menyediakan
tempat belajar bahasa Melayu sendiri dan pelajaran agama setakat membaca alQuran tanpa memahami isi kandungannya.

adalah sebesar-besar hairan dalam hatiku sebab


melihat adat orang-orang kita Melayu itu, yang tiada
diperbuat-buat oleh bangsa yang lain-lain dalam dunia
ini diperbuatnya! Adakah segala bangsa di dunia ini
membuangkan bahasanya sendiri, tiada bertempat
belajar bahasa itu, melainkan yang kulihat orang
Melayulah yang tiada mengendahkannya. Adapun
sebab diperbuatnya demikian itu, kerana nenek
moyang dahulu tiada berbuat demikian itu, kerana
nenek moyang dahulu tiada berbuat adat belajar
bahasanya itu; sampai sekarang ia tiada berani
membuat itu.

(HA; hlm. 350-351)

Sikap Abdullah dan kritikan tajam beliau merupakan hasil


daripada pemikiran dan ketajaman akal yang mendahului
zaman kesan didikan oleh ayahnya sendiri.

Tidak benar jika dikatakan beliau hanya mengkritik bangsa


Melayu kerana jika sesiapa membaca keseluruhan hikayat
tersebut, pasti jelas bahawa orang Inggeris, Amerika, Cina,
India, Jerman, Belanda, pendek kata apa yang dilalui dan
dijumpai serta dilihat sendiri oleh beliau di Melaka dan
Singapura, tidak terlepas daripada kritikan dan komentar
jujur Abdullah.

Namun yang paling ketara adalah, kritikan Abdullah kepada


raja-raja Melayu . Digambarkan bagaimana Sultan Husin
Syah yang tertipu kepada helah Inggeris kerana mahukan
sejumlah wang sebagai habuan dan gaji bulanan bersama
Temenggung. (HA:237-241)

Begitu juga beliau sangat kritikal kepada sikap sultan dan


kaum kerabatnya, seperti sultanah yang membunuh dan
menyeksa dengan sewenang-wenangnya hamba abdi
perempuan yang ada rupa kerana cemburu. Ini kerana risau
dijadikan oleh Sultan Husin Syah sebagai gundik. (HA:242)

Rumusan

HA ditutup dengan nasihat dan pandangan yang agak radikal kepada


raja Melayu pada zaman tersebut dan sebelumnya. Justeru tidak hairan
mengapa sesetengah cendekiawan Melayu tidak selesa malah
melabelkan beliau dengan pelbagai label termasuk Abdullah Paderi dan
sebagainya. (Rujuk: Hikayat Abdullah edisi semi klasik adaptasi oleh
Hamzah Hamdani, 2007: 382-391).

Perihal belia malah sehingga ditugaskan menyalin dan membaik pulih


terjemahan Kitab Injil ke dalam bahasa Melayu bertulisan Jawi, apakah
ia menyalahi hukum agama, masih boleh diperdebatkan.

Namun hakikatnya, jasa Abdullah Munsyi kepada korpus kesusasteraan


dan persuratan termasuk kewartawanan Melayu adalah sangat besar.
Tidak adil jika dinafikan segala sumbangan dan jasa beliau dalam
merekod peristiwa zaman dengan begitu cermat dan terperinci serta
telus.

Nasihat beliau mengenai kepentingan membaca hikayat klasik


Melayu:

Ketika itu aku suka membaca hikayat-hikayat kerana banyak faedah kuperoleh
daripadanya. Di situlah aku menemui rahsia-rahsia bahasa Melayu. Kalau aku
dengar ada orang menyimpan hikayat yang belum aku baca, sedaya mungkin aku
akan meminjamnya ataupun menyewanya. Setelah habis kubaca, barulah aku
pulangkan.
Dari situlah aku mendapat kefahaman mengenai tempat hentian dan kuat
perlahan dan sebagainya dalam bacaan. Pesanku kepada sekalian sahabat yang
membaca kisahku ini, jika hendak pandai dalam bahasa Melayu, rajinlah membaca
segala hikayat dalam bahasa Melayu. Di dalamnya tersembunyi perkara-perkara
yang mulia yang tidak kita ketahui faedahnya sekarang. Kemudian hari kelak ia
akan berguna apabila kita hendak mengarang, ataupun hendak menggunakannya.

C. Peranan Karya Sastera


Agung Klasik dan Moden dalam
Pendidikan Sekolah Rendah

Pengenalan

Karya Agung Melayu merupakan karya klasik


warisan tamadun Melayu yang telah meninggalkan
pelbagai kesan ~ kesan budaya, pemikiran,
sejarah, pandangan dan falsafah hidup masyarakat
Melayu sejak zaman berzaman .

KA agung ini dijadikan bahan rujukan dan kajian


oleh sarjana dalam bidang bahasa, kesusasteraan,
antropologi & sosiologi dan psikolinguistik.

Khazanah kesusasteraan Melayu tradisional


meninggalkan pelbagai genre sastera seperti
hikayat, cerita berbingkai, kisah-kisah mitos dan
lagenda dan himpunan puisi lama

Ciri-ciri Karya Agung Melayu


1.Sastera

Istana berkisar tentang anak2 raja & berlatarkan

istana
2.Ditulis dalam bahasa Melayu yang baik
3.Menjadi warisan bangsa zaman berzaman
4.Meninggalkan kesan ilmu dan falsafah bangsanya
5.Menjadi cerminan kepada sistem sosial dan budaya
masyarakat Melayu
6.Menjadi asas untuk mengenali kehebatan tamadun Melayu
Melaka
7.Mendukung nilai falsafah yang tertentu untuk zaman
tersebut
8.Hasil kepengarangan iti dikaji, diteliti untuk mengetahui
sejarah, budaya dan sistem politik masyarakat zaman
tersebut.
9.Dapat menggambarkan idealisme, falsafah dan pandangan

Objektif PdP BM Sek.Rendah


Setelah mengikuti mata pelajaran Bahasa Melayu di
sekolah rendah murid dapat:
1.

mendengar, memahami dan menghayati


pertuturan yang terdapat dalam kehidupan
sehari-hari;

2.

bertutur dengan petah dan mengeluarkan buah


fikiran yang bernas serta menggunakan bahasa
yang sesuai dan bertatasusila;

3.

membaca untuk memahami isi bacaan yang


sesuai dengan kematangan;
menjadikan pembacaan sebagai satu kebiasaan
dan amalan bagi mendapatkan pengetahuan dan
hiburan;

4.

menulis pelbagai jenis karangan dan surat


kiriman mengikut tajuk dan format yang betul;

5.

memahami dan mengisi borang yang sesuai


dengan betul;

6.

menghargai dan menghayati nilai-nilai estetika


dalam karangan prosa dan puisi;

7.

menggunakan bahasa Melayu untuk


memperoleh pelbagai ilmu;

8.

menggunakan bahasa Melayu yang betul dalam


lisan dan penulisan;

9.

memberi makna dan menggunakan peribahasa


dalam konteks yang betul dan sesuai; dan

10.

menggunakan bahasa Melayu dengan berkesan


untuk berkomunikasi antara ahli masyarakat
yang berbilang keturunan

Rasional Sastera di SR

Bahasa Melayumempunyai nilai sastera,


budaya dan agama yang tinggi ~ boleh
menjadi pendorong yang kuat kepada
pengamalnya untuk menggerakkan
perkembangan ilmu pengetahuan.

Bahasa Melayu, sastera dan budaya akan


hidup bersama untuk membangunkan
masyarakat. Zaman Kesultanan Melayu
Melaka, BM sebagai lingua franca ~ bahasa
ilmu,bahasa sastera (penulisan), bhs
agama, perdagangan sedunia, & bahasa
politik.

BM juga berperanan menggerakkan


perkembangan Kesusasteran Melayu di
rantau ini. Bahasa dan sastera umpama
irama dan lagu.

Bahasa Melayu juga berpengaruh dan


berperanan yang besar dalam memupuk
kesenian bangsa. Tamadun besar dunia
(Yunani-Romawi, tamadun Islam, tamadun
India dan tamadun Cina mengekalkan fikiran
dan perasan kesenian bangsanya melalui
bahasa). Walau situasi politik-ekonomi dan
sosial yang berubah, bahasa tetap mampu
mengisi keperluan sesebuah tamadun.

Peranan subjek Kesusasteraan Melayu


1.

M/p KM telah diperkenalkan sejak tahun 1957.


Matlamatnya untuk membolehkan pelajar menjiwai unsur
dan nilai murni dari segi kerohanian, kemanusiaan,
kemasyarakatan, kebudayaan, kewarganegaraan,
menanam perasaan bangga dan cinta akan tanah air.

2.

Pendidikan KM dapat mencerminkan masyarakat yang


kreatif, mampu mengkaji keindahan karya sastera dan
menguasai kemahiran berbahasa bahasa Melayu.

3.

KM & pembentukan modal insan seimbang (ilmu &amalan)

4.

KM & proses pembentukan jati diri dan cinta akan warisan


budaya negara dapat dilentur

5.

Sastera berupaya melahirkan pemimpin yang seimbang


yang bijak pandai, berkuasa & mempunyai pegangan
moral yang tinggi.

6.

Di peringkat sekolah Kesusasteran Melayu satu cabang


ilmu dan senjata yang dapat meresapi dan berkembang
dalam pelbagai disiplin ilmu sejajar dengan konsep bahasa
merentas kurikulum.

7.

Pada peringkat IPT pelajar didedahkan dengan teknik


penulisan ilmiah, rencana dan penulisan kreatif dan
pelajar juga diberikan pengetahuan tentang dunia
penerbitan dan penyiaran selaras dengan matlamat
pembudayaan bahasa Melayu melalui sistem pendidikan.

8.

Pada zaman penjajahan bahasa dan sastera digunakan


oleh pertubuhan2 politik dalam menyampaikan madah dan
menyemarakkan semangat perjuangan

Sastera dari kaca mata.


8.

Shahnon Ahmad (1997: 25), kesusasteraan


berperanan sebagai satu cabang kesenian yang
berteraskan cinta. cinta kepada keindahan dan
cinta kepada kebenaran. Karya kesusasteraan
dicipta oleh para sasterawan untuk
membangunkan peribadi manusia supaya cinta
akan keindahan dan cinta akan kebenaran .

9.

6. A. Samad Said (1997: 35) sastera sebagai


rakman dan renungan interaksi insan seni dengan
masyarakat dan masalah mereka. Setiap karya
mendekatkan insan seni itu kepada sebahagian
kecil cakerawala Tuhan yang luas,
mengarapkannya dengan sesama makhluk.
Oleh latar dan pengaruh itu, sastera mestilah
berkhasiat untuk batiniah dan minda manusia.

10.

Usman Awang (1997: 41) peranan sastera meliputi


semua aspek kehidupan manusia secara luas.

11. Hubungan simbiosis bahasa & sastera


Ilmu sastera tidak boleh disampaikan
melalui ragam bahasa rendah (bertaraf
dialek atau kedaerahan). Oleh itu, secara
memahami, mempelajari dan mentelaah
karya sastera memerlukan ilmu bantu, iaitu
bahasa yang merangkumi semantik, mantik,
psikologi, linguistik dan sebagainya.

Pengajaran Tatabahasa
Secara Tidak Langsung

Awang Sariyan (2006: 184) dalam kertas kerjanya bertajuk Penerapan


Tatabahasa Dalam Karya Kreatif menerangkan bahawa adanya hubungan antara
ilmu bahasa dengan penghasilan karya kreatif.

Sebagaimana kita maklum bahasa ialah alat pengucapan atau sebagai alat
penyampaian karya sastera. Biar dengan gaya bahasa yang indah atau kaku,
bahasa tetap dipergunakan sebagai alat untuk berkarya. Ilmu bahasa sebenarnya
mempunyai pertalian yang amat erat dengan penghasilan karya kreatif dan oleh
sebab itu tidak harus dianggap sebagai batu penghalang dalam usaha
menonjolkan gaya bahasa yang indah.

Penulis atau sasterawan amat beruntung jika memiliki ilmu tersebut sebagai
asas berkarya. Sebagai seorang penulis perlu menguasai beberapa aspek bahasa
seperti morfologi, sintaksis, fonologi dan semantik. Keempat-empat aspek
tersebut sebenarnya digunakan oleh para penulis setiap kali mereka berkarya.

Secara ringkas, morfologi ialah bidang yang berhubung dengan pembentukan


kata, sintaksis ialah bidang yang berhubung dengan pembentukan ayat.
Manakala fonologi pula ialah bidang yang berhubung dengan sistem bunyi
sesuatu bahasa dan yang akhir ialah semantik bidang yang berhubung dengan
makna.

A. Morfologi

Morfologi ialah ilmu tentang pembentukan kata.

Dalam setiap bahasa, ada dua unit morfologi, iaitu morfen


dan kata.

Morfen pula terbahagi dua, iaitu morfen bebas dan morfen


terikat. Morfen bebas ialah morfen yang dapat berdiri
sendiri. Morfen terikat pula ialah morfen yang tidak dapat
wujud sendiri dan hanya dapat berfungsi jika digabungkan
dengan morfen bebas.

Kata pula terbentuk daripada satu morfen atau lebih. Kata


yang terdiri darpada satu morfen sahaja dapatlah dianggap
morfen bebas, contohnya: pandang, besar, lari dan
sebagainya. Contoh kata yang terdiri daripada lebih satu
morfen ialah memandang, berlari dan membesar dan
sebagainya.

Tiga proses bahasa yang berlaku dalam morfologi ialah


pengimbuhan, penggandaan dan penggabungan. Proses
pengimbuhan menghasilkan kata terbitan.

Contoh imbuhan awalan;

Perhatikanlah bagaimana proses tersebut diterapkan dalam


penulisan dengan meneliti contoh yang berikut:

Dia tersentak cemas apabila mendengar ratapan dan raungan


yang melengking ngeri tiba-tiba. Serta merta, matanya meliar
mencari suara pengait yang sombong dan bongkak. Dipelupuh
isterinya hingga bergulingan dan akhirnya terhenti dilopak
berhampiran kebun asparagus.
(Azmah Nordin, Syumul: 2004-2005)
Awalan meN digunakan oleh Azmah Nordin sebagai penanda kata
kerja aktif mendengar. Tanpa awalan tersebut, kata dengar
menjadi kata kerja pasif untuk pelaku pertama dan kedua yang
ternyata tidak boleh digunakan untuk pelaku ketiga dia seperti
dalam ayat di atas. Dengan menggunakan awalan meN pula, kata
kerja kait dapat dibentuk menjadi nama (pelaku), iaitu pengait.
Akhirnya awalan di pada kata kerja dipelupuh ialah bentuk kerja
fasih yang terbit daripada kata pelupuh (mempelupuh).

Contoh - penggandaan

Contoh penggandaan dan penggabungan dapat diperhatikan pada


petikan di bawah ini:
Tiga orang kanak-kanak lagi dicampakkan oleh sebuah kenderaan yang
entah datang dari mana. Tiba-tiba saja pada suatu pagi mereka melihat
ada sebuah van berwarna putih berhenti di luar pintu pagar. Sekejap
sahaja van itu terus berlalu menuju ke Lebuh Raya Timur Barat, cuba
memecut dan terhinggut-hinggut di atas jalan lori balak yang berlekuklekak. Di luar pintu pagar, tiga orang kanak-kanak yang comot terintairintai hendak masuk. Pintu pagar pun dibuka. Semuanya tidak
menangis. Bagaikan mereka sudah biasa dengan keadaan begitu.

(Fatimah Busu, Salam Maria: 388)


Dengan menerapkan kata ganda kanak-kanak, terhinggut-hinggut,
berlekak-lekuk dan terintai-rintai, terhasil satu kesinambungan antara
frasa-frasa yang menjadi predikat, iaitu
memecut dan terhinggut-hinggut: jalan lori balak dan berlekaklekuk, comot dan terintai-intai.

B. Sintaksis

Sintaksis berhubung dengan pembentukan ayat. Dalam


hierarki tatabahasa, sintaksis menduduki tempat tertinggi.

Ayat mengandungi fikiran yang lengkap. Perkara yang paling


penting dalam sintaksis yang dapat membantu penulis
menggunakan bahasa yang baik, lancar dan berkesan ialah
pola-pola ayat.

Pola bererti acuan. Pola atau acuan ayat terbentuk


daripada dua unsur utama, iaitu subjek dan predikat.
Dengan berpegang kepada dasar ini, penulis tidak akan
menghasilkan ayat-ayat yang tergantung.

Pola ayat boleh dibahagikan kepada ayat selapis, ayat


berlapis, ayat berkait dan ayat bercampur.

Ayat inti ialah ayat yang paling ringkas subjek dan


predikatnya. Maksud subjek ayat itu tidak mempunyai
penerangan atau tidak bergabung dengan subjek lain dan
predikatnya pun tidak berpenerangan, berpelengkap atau
berklausa.

C. Semantik

Penerapan semantik dalam penghasilan


karya juga tidak kurang pentingnya. Gaya
bahasa semantik, dapat membantu
penulis dalam hal diksi, metafora, simili,
hiperbola dan personifikasi.

Justeru, peranan sastera agung klasik dan


moden di sekolah rendah adalah
menerapkan aspek gaya bahasa semantik
yang mampu menimbulkan nilai estetik
dalam proses apresiasi karya sastera
dalam kalangan murid-murid.

Awang Sariyan (2006: 184) dalam Kertas Kerjanya yang


bertajuk Penerapan Tatabahasa Dalam Karya Kreatif
menyatakan penulis yang dapat menguasai pelbagai
pola ayat amat beruntung.

Kepelbagaian struktur ayat merupakan satu cara yang


paling penting untuk menimbulkan kesan kepada
pembaca.

Sesungguhnya hal tersebut adalah suatu ujian kejayaan


terhadap penulis dalam hal penggunaan bahasa.

D. Diksi
1.

Diksi ialah pemilihan kata yang betul atau tepat dan


berkesan. Kesukaran untuk membuat pemilihan kata yang
tepat timbul kerana banyak sekali kata yang menunjukkan hal
atau keadaan yang hampir sama tetapi konotasinya yang
berlainan.
i. Misalnya, kata kacak, tampan, macho dan sebagainya
masing-masing menunjukkan erti yang hampir-hampir sama
tetapi secara konotatif, masing-masing kata itu mempunyai
erti yang lebih khusus.
ii. Contoh lain, kata rumah, istana, mahligai, pondok dan
teratak memanglah mempunyai erti yang sama, iaitu tempat
kediaman, maka itu ia dikatakan bersinonim.
iii. Tetapi masing-masing kata itu sebenarnya mempunyai
erti khusus yang tidak menunjukkan kata reference yang
sama. Maka dalam hal seperti ini bersinonim tidak semestinya
mempunyai erti yang benar-benar sama.

Metafora
bolehlah ditakrifkan sebagai ungkapan atau simpulan
bahasa bermakna bandingan atau analogi. Metafora
dapat berdiri sendiri sebagai unit sendiri mengambil
tempat dan fungsi sendiri dalam struktur sintaksis.
Contoh:
i. berkepak putih di sayap zaman
(Ahmad Sarju, Sajak Burung-Burung Di Puncak
Gunung)
ii. sambil membina jambatan kasih
(Zaitun Ajmain, Sajak Erti Persahabatan)

Simili
didefinisikan sebagai perbandingan sesuatu objek
dengan sesuatu objek dengan menggunkan kata
sebagai, umpama, seperti, laksana dan sebagainya.
Contoh:
i. Merompak kemanusiaan seperti dihalalkan
(Borhan Md Zain, Sajak Bila Matahari Berlabuh)
ii. Bagai kilat senja memecah sinar
(Ahmad Sarju, Sajak Burung-Burung Di Puncak
Gunung)

Personifikasi
Merupakan salah satu gaya bahasa yang banyak digunakan
dalam penulisan kreatif. Personifikasi ialah gaya bahasa
yang memberikan sifat kemanusiaan kepada objek-objek
bukan manusia. Contoh:
i. Jan berasa sangat bosan pada pagi itu, udara di luar
cukup sejuk. Tambahan pula Wind Child menggigit kulit.
Rakan-rakan lain, penghuni rumah orang tua yang
kebanyakkannya perempuan telah keluar menyertai acara
Walden Walkers di side walk sekitar kawasan Walden
Place.
(Abdullah Tahir, Cerpen Penantian di Walden Place:40)
ii. Lalu dengan cepat ia merayu
(Jasni Mat Lani, Sajak Sebatang Pohon.)

Penutup

Apabila berbicara tentang bahasa dan Kesusasteran Melayu


akan mengajak kita bersedia berpadu tenaga membina,
memupuk dan mengembangkannya.

Oleh itu, peranan bahasa dan sastera, umpama irama dan lagu.
Kata sepakat antara bahasa dan sastera akan mampu
menunjukkan fikiran, kreativiti dan aktiviti.

Bahasa ialah alat komunikasi utama dan asas pembinaan


sesebuah tamadun. Tamadun menjadi kekal dan bertahan
melalui tradisi ilmu.

Jadi bahasa Melayu dan Kesusasteran Melayu berperanan


membawa dan menggerakkan kehidupan kebudayaan
bangsanya meliputi akal fikiran dan daya ciptaan dalam segala
tuntutan dan keperluan.

Bahasa Melayu sudah sedia mampu dan oleh sebab itu mesti
digerakkan untuk mengisi fikiran dan pemikiran dalam bidang
pencapaian ilmu pengetahuan tinggi, kesusasteraan, falsafah
dan imej warisan tamadun.

Sekian.
Selamat menghadapi
peperiksaan
fadzilahamzah@usm.my

You might also like