You are on page 1of 22

JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN

VOL. 6 NO. 1 Maret 2013

ISSN : 2086 4981

STUDI TEROWONGAN JALAN RAYA


PADANG SOLOK
Yoszi Mingsi Anaperta1

ABSTRACT
Padang Solok roadway has Solok hillsides are unstable due to pruning as well
as human activity itself, so it will be at high risk for landslide occurrence. The
tunnel is one of the transportation infrastructures that enable future in addressing
this matter. Most of the tunnels are now constructed by several methods, one of
which is the empirical method.
Rock mass classification is the forerunner of the empirical design method that is
widely used in rock engineering. This empirical method consists of the
classification system Tenaha with rock load concept, classification Laufer with the
concept of stand-up time, Deere classification with concept index Rock Quality
Designation (RQD), the concept of Rock Structure Rating (RSR) was developed
by Wickham, Geomechanics classification of Bieniawski with Classification (RMR
system) and the Q system by Carton.
The design of a tunnel construction is not only dealing with land that generally
considered to be isotropic (homogeneous and continuous), but often have to deal
with the rock mass is anisotropic and not continuous (discontinuous). These
discontinuous areas greatly affects the load calculation-load acting on the tunnel,
especially the rock mass above the hole openings in the works that will be useful
for
the
design
of
tunnel
support
and
the
tunnel
wall.
Empirical results of the calculations used in the Padang-Solok lane tunnel is
74.809 cm thick walls; width 10 m, height 6 m. Further study for the realization of
the tunnel need to be more thorough and focused.
Keywords : The Empirical Methode, Rock Quality Designation (RQD), the
concept of Rock Structure Rating (RSR), RMR system, Q system
INTISARI
Padang - Solok jalan Solok memiliki lereng bukit tidak stabil akibat pemangkasan
serta aktivitas manusia itu sendiri, sehingga akan beresiko tinggi untuk terjadinya
longsor. Terowongan adalah salah satu infrastruktur transportasi yang
memungkinkan masa depan dalam mengatasi masalah ini. Sebagian besar
terowongan sekarang dibangun dengan beberapa metode, salah satunya adalah
metode empiris.
Klasifikasi massa batuan adalah pelopor metode desain empiris yang banyak
digunakan dalam rekayasa batuan. Metode ini empiris terdiri dari sistem
klasifikasi Tenaha dengan konsep beban batu, klasifikasi Laufer dengan konsep
waktu stand-up, klasifikasi Deere dengan konsep indeks Batu Penunjukan
Kualitas (RQD), konsep Batu Struktur Penilaian (RSR) dikembangkan oleh

Dosen Jurusan Tambang FT UNP

65

JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN


VOL. 6 NO. 1 Maret 2013

ISSN : 2086 4981

Wickham , Geomechanics klasifikasi Bieniawski dengan klasifikasi (sistem RMR)


dan sistem Q oleh Karton.
Desain konstruksi terowongan tidak hanya berurusan dengan tanah yang
umumnya dianggap isotropik (homogen dan terus menerus), tetapi sering harus
berurusan dengan massa batuan anisotropik dan tidak kontinu (terputus).
Daerah-daerah terputus sangat mempengaruhi beban perhitungan-beban yang
bekerja pada terowongan, terutama massa batuan di atas lubang bukaan dalam
karya-karya yang akan berguna untuk desain dukungan terowongan dan dinding
terowongan.
Hasil empiris dari perhitungan yang digunakan di jalur terowongan Padang-Solok
adalah 74,809 cm dinding tebal, lebar 10 m, tinggi 6 m. Studi lebih lanjut untuk
realisasi terowongan perlu lebih menyeluruh dan terfokus.
Kata kunci:

Metode Empiris, Penandaan Kualitas Batu (RQD), konsep Batu


Struktur Penilaian (RSR), sistem RMR, sistem Q

66

JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN


VOL. 6 NO. 1 Maret 2013
PENDAHULUAN
Propinsi
Sumatera
Barat
terletak di bagian tengah dari pantai
barat Pulau Sumatera dengan luas
sekitar 4. 143.271 ha (41.432,7 km2)
atau sepersepuluh dari luas Pulau
Sumatera dan terdiri dari 14
Kabupaten/Kotamadya dengan 98
Kecamatan.
Secara
geografis
propinsi Sumatera Barat terletak
antara 0 54' LU - 3 30' LS dan
antara 98 36' BT 101 53' BT,
dengan kondisi topografi sebahagian
besar adalah perbukitan. Kondisi
topografi
demikian
akan
menimbulkan permasalahan dihidang
perhubungan darat yang banyak
melewati lereng-lereng bukit terjal
sehingga
membutuhkan
waktu
perjalanan yang relatif lama untuk
sampai pada tujuan.
Jalur Padang-Solok merupakan
jalur yang sering dilewati oleh
kendaraan antar kota dan antar
propinsi yang membawa berbagai
macam barang dan jasa yang sangat
membutuhkan waktu perjalanan yang
relatif singkat. Seperti diketahui jalur
ini dibuat dengan jalan memotong
lereng-lereng bukit yang tidak stabil
sehingga akan beresiko tinggi
terjadinya
kelongsoran.
Apabila
terjadi kelongsoran, maka aktivitas
transportasi pada jalur tersebut akan
terganggu beberapa lama sampai
jalur tersebut selesai diperbaiki.
Tentunya hal ini akan menimbulkan
permasalahan
dihidang
perekonomian masyarakat. Untuk
mengatasi hal tersebut, diperlukan
suatu
jalur
alternatif
yang
menghubungkan
kedua
daerah
dengan membuat terowongan.
Terowongan merupakan salah
satu
alternatif
prasarana
perhubungan masa depan yang
memungkinkan untuk mempersingkat
waktu
perjalanan.
Selain
itu
pembuatan terowongan untuk lalu
lintas harus dilaksanakan dengan
alasan-alasan tertentu misalnya tidak
tersedianya lahan yang cukup untuk
lalu lintas perhubungan serta untuk

ISSN : 2086 4981

menembus rintangan akibat aktivitas


manusia misalnya permukiman yang
padat huni, kota, industri, tempattempat keramaian atau adanya
pegunungan terjal yang sulit untuk
dibuat jalur transportasi di permukaan
tanah.
PENDEKATAN DAN PEMECAHAN
MASALAH
Metode Rancangan Terowongan
Menurut Hoek dan Brown
(1980)
kebanyakan
terowongan
sekarang dibangun berdasarkan
beberapa metode sistem klasifikasi,
yang terdiri dari metode empiris,
metode
analitik
dan
metode
observasi. Dalam penelitian ini
metode yang digunakan adalah
metode empiris.
Metode empiris
Metode ini merupakan metode
yang banyak digunakan pada saat
sekarang. Metode ini dirumuskan
pertama kali oleh Terzaghi (seorang
geolog teknik terkemuka dan perintis
ilmu mekanika tanah dari Amerika
Serikat) yang kemudian dikenal
dengan sistem klasifikasi beban
batuan Terzaghi (1946). Pengalaman
membuktikan bahwa pada metode
Tarzaghi ditemukan kelemahan dan
kemudian dimodifikasi oleh Deere
(1970). Sistem yang baru ini
memperkenalkan
teknologi
penyangga batuan yang baru, yaitu
rock bolt dan shotcrete yang
digunakan untuk keperluan berbagai
proyek seperti terowongan, tambang,
lereng dan fondasi. Sekarang ini ada
beberapa sistem klasifikasi batuan
seperti yang terlihat pada Tabel 1.
Sistem klasifikasi beban batuan
Terzaghi
(1946)
merupakan
klasifikasi pertama diperkenalkan di
Amerika Serikat dengan penyangga
terowongan besi baja (steel support).
Klasifikasi Laufer (1958) memperkenalkan konsep Stand-up Time
dimana dapat ditentukan tipe dan
jumlah
penyangga
di
dalam
terowongan secara lebih relevan.

67

JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN


VOL. 6 NO. 1 Maret 2013
Klasifikasi Deere, et. al (1968)
memperkenalkan
indeks
Rock
Quality Designation (RQD) yang
merupakan suatu metode sederhana
dan praktis untuk mendeskripsikan
kualitas inti batuan dari lubang bor.
Konsep Rock Structure Rating (RSR)
dikembangkan oleh Wickham, et. al
(1972) di Amerika Serikat yang
merupakan sistem pertama yang
memberikan
gambaran
rating
klasifikasi untuk memberikan bobot
yang relatif penting dari parameter
klasifikasi.
Klasifikasi Bieniawski
(1974)
dengan
Geomechanics
Gasification (RMR system) dan Qsystem oleh Barton, et. al (1974)
dikembangkan secara terpisah dan
keduanya
menyediakan
data
kuantitatif untuk memilih penguatan
terowongan yang modern seperti
rock bolt dan shotcrete.

68

ISSN : 2086 4981

JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN


VOL. 6 NO. 1 Maret 2013

ISSN : 2086 4981

Tabel 1. Klasifikasi massa batuan yang banyak digunakan


Naina klasifikasi
Penyusun
dan
Negara
Aplikasi
tahun
asal
Rock Load
Terzaghi, 1946
USA
Tunnels with steel support
Stand-up Time Laufer, 1958
Austria
Tunneling
NATM
Pacheretal, 1964
Austria
Tunneling
Rock
Quality Deere etat, 1967
USA
Core logging, Tunneling
Designation
RSR Concept
Wickham et al., 1973
USA
Tunneling
RMR System
Bieniawski, 1973
South Africa Tunnel, mines, slope,
(Geomechanics (last modified, 1979foundations
Classification) USA)
RMR
System Weaver,
1975 South Africa Rippability Mining
Extension
Laubscher, 1977 Oliver, South Africa Weatherability
1979 Ghose&Raju, 1981 South Africa Coal Mining
Moreno Tallon, 1982 India
Tunneling
Kendoski et al., 1983 Spain
Hard rock mining
Nakaoetal., 1983 Serafini USA
Tunneling
&
Pereira,
1983 Japan
Foundation
Gonzales de Vallejo, Portugal
Tunneling
1983
Unal,
1983 Spain
Roof bolting in coal mines
Romana, 1985 Newman, USA
Slope stability
1985 Sandbak, 1985 Spain
Coal mining
Smith,
1986 USA
Boreability
Venkateswarlu,
1986 USA
Dredgeability
Robertson, 1988
USA
Coal mining
India
Slope stability
Canada
Q-System
Barton etat, 1974
Norwey
Tunnels, chambers
Q-System
Kirsten,
South Africa Excavatabili
Extension
1982
South Africa ty
Kirsten,
Tunneling
1983
Strength-size
Franklin, 1975
Canada
Tunneling
Basic
International Society for
General communication
Geotechnical
Rock Mechanics (ISRM),
Description
1981
Unified
Williamson, 1984
USA
General communication
Clasification
Sumber : Hoek and Brown, 1980

69

JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN


VOL. 6 NO. 1 Maret 2013
HASIL DAN PEMBAHASAN
Evaluasi
Metode
Rancangan
Empiris
1. Metode
rock
load
clasification
Konsep umum dari
klasifikasi
Terzaghi
ditampilkan pada Gambar
13 dan dijelaskan pada
Tabel 2 dan Tabel 3. Tabel 2
menyatakan bahwa nilai
rock load digunakan untuk
mendeskripsikan
kondisi
tanah
jika
terowongan
terletak di bawah muka air
tanah.
Jika
terowongan

ISSN : 2086 4981

terletak di atas muka air


tanah, rock load untuk kelas
4-6
dapat
dikurangi
dengan 50 %. Revisi dari
koefisien
rock
load
klasifikasi Terzaghi diberikan
pada
Tabel
3,
yang
memperlihatkan
kondisi
batuan Terzaghi pada point
4, 5 dan 6 (pada Tabel 3)
harus dikurangi dengan 50
% dari nilai rock load awal
karena muka air tanah
efekya kecil terhadap rock
load.

Gambar 1. Konsep beban batuan terowongan oleh Terzaghi


(1946)

70

JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN


VOL. 6 NO. 1 Maret 2013

ISSN : 2086 4981

Tabel 2. Original Terzaghis Rock Load Clasification (1946)a,b

JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN


VOL. 6 NO. 1 Maret 2013

ISSN : 2086 4981

Tabel 3. Klasifikasi rock load Terzaghi yang umum digunakan a,b

JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN


VOL. 6 NO. 1 Maret 2013

ISSN : 2086 4981

2. Klasifikasi stand-up time


Stand-up time adalah
jangka
waktu
dimana
terowongan
dapat
stabil
tanpa penyangga sesudah
penggalian. Ada beberapa
faktor yang mempengaruhi
stand-up
time
seperti
orientasi
dari
sumbu
terowongan,
bentuk
penampang
terowongan,
metode
penggalian
dan
metode
penyangga.
Klasifikasi Laufer (1958) ini
tidak lama digunakan, karena
dimodifikasi beberapa kali
oleh engineer Austria yang
mempelopori pengembangan
New
Austria
Tunneling
Method (NATM).
3. Indeks rock quality
designation (RQD)
Untuk
menentukan
RQD, International Society for
Rock
Mechanics
(ISRM)
merekomendasikan
ukuran
inti paling kecil berdiameter
NX (54,7 mm) yang dibor
dengan menggunakan double
tube core barris. Hubungan
antara indeks RQD dengan
kualitas teknik dari batuan
(Deere,
et
al.
1968)
diperlihatkan pada Tabel 4

Gambar 2. Prosedur untuk


mengukur dan perhitungan RQD
(Deere, et al. 1968)
4. Konsep rock structure
rating (RSR)
Ada 2 faktor pada konsep
RSR yang harus diperhatikan
sehubungan dengan perilaku
massa batuan di dalam
terowongan:
a. Parameter geologi
1. Tipe batuan
2. Pola kekar (jarak ratarata kekar)
3. Orientasi kekar (dip
dan strike)
4. Tipe diskontinuitas
5. Major fault, shears dan
folds
6. Sifat-sifat material
batuan
7. Pelapukan atau
alterasi
b. Parameter konstruksi.
1. Ukuran terowongan
2. Arah penggalian
3. Metode penggalian

Tabel 4. Hubungan antara indeks


RQD dengan kualitas
teknik batuan

Perhitungan yang betul untuk


mengukur RQD diperlihatkan pada
gambar 2

Semua faktor di atas


dapat dikelompokan atas 3
parameter dasar yaitu A B

73

JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN


VOL. 6 NO. 1 Maret 2013
dan C (Tabel 6, 7 dan 8).
Ketiga parameter tersebut
adalah:
a. Paramater A: penilaian
umum dari struktur batuan
berdasarkan:
1. Tipe batuan asal
(Igeneous,
methamorphic,
sedimentary)
2. Kekerasan batuan
(keras, medium, lunak,
decomposed)
3. Struktur geologi
(masif, sedikit
dipatahkan/dilipat,
cukup dipatahkan/dilipat, secara
intensif
dipatahkan/dilipat)
b. Paramater B: efek pola
diskontinuitas terhadap
arah penggalian terowongan berdasarkan:
1. Jarak kekar
2. Orientasi kekar
(strike dan dip)
3. Arah penggalian
terowongan
c. Parameter C: efek aliran
air tanah berdasarkan:
1. Kualitas
massa
batuan total yang
disebabkan
oleh
kombinasi parameter
A dan B
2. Tidak seperti indeks
RQD yang hanya
dibatasi
pada
kualitas inti
3. Merupakan
klasifikasi
yang
lengkap
yang
mempunyai
input
dan output.
Nilai RSR untuk tiap
seksi
terowongan
diperoleh dengan menjumlahkan bobot nilai angka
untuk tiap parameter. RSR
mencerminkan
kualitas
massa batuan dengan
kebutuhan
akan

ISSN : 2086 4981

penyangga. Nilai RSR = A


+ B + C dengan nilai
maksimum 100.
Jika
digunakan
Tunnel Boring Machine
(TBM)
untuk
menggantikan
metode
penggalian
dengan
pemboran dan peledakan,
maka RSR harus dikoreksi
dengan
menggunakan
Adjustment Factor (AF)
untuk berbagai diamater
terowongan sebagai pada
Tabel 5.

74

JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN


VOL. 6 NO. 1 Maret 2013
Tabel 5. Adjustment Factor
untuk
berbagai
diameter
terowongan

Penaksiran kebutuhan rock


bolt
dibuat
dengan
menganggap
rock
load
terhadap kuat tarik dari rock
bolt. Untuk mendapatkan
hubungan pada diameter
rock bolt 25 mm dengan
beban kerja 24.000 lb
adalah sebagai berikut:

Spacing ( ft )

24
W

Dimana W adalah beban


batuan lb/ft2.
Tidak ada koreksi yang
dapat ditemukan antara
kondisi
geologi
dan
persyaratan
shotcrete,
sehingga
disarankan
hubungan empiris tersebut
di bawah ini

t 1

W
65 RSR
atau t D
1,25
150

Dimana :
t = tebal shotcrete (inch)
W = beban batuan (lb/ft2)
D = diameter terowongan
(ft)

75

ISSN : 2086 4981

JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN


VOL. 6 NO. 1 Maret 2013

ISSN : 2086 4981

Tabel 6. Rock structur parameter A : daerah geologi umum a

Tabel 7. Rock stucture rating, parameter B : pola kekar, arah penggalian a

JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN


VOL. 6 NO. 1 Maret 2013

ISSN : 2086 4981

Tabel 8. Rock structure rating, parameter C : air tanah, kondisi kekar a

77

JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN


VOL. 6 NO. 1 Maret 2013
Gambar 3 memperlihatkan kurva
untuk
menentukan
sistem
ground
support
tipikal
berdasarkan prediksi RSR yang
menyangkut kualitas massa
batuan sampai arah penggalian
terowongan. Kurva ini dapat
digunakan
untuk
bentuk
terowongan bulat atau tapal
kuda. Konsep RSR adalah
metode yang sangat berguna
untuk memilih penyangga steel
rib untuk terowongan batuan.

Gambar 3. Konsep RSR kurva


penyangga untuk terowongan
Ada 6 langkah dalam
menggunakan sistem klasifikasi
RMR ini:
1. Hitung rating total dari lima
parameter yang ada pada
Tabel 9 sesuai dengan
kondisi
lapangan
yang
sebenarnya
2. Tentukan kedudukan sumbu
terowongan terhadap jurus
(strike) dan kemiringan (dip)
bidang-bidang diskontinuitas
seperti
ditunjukan
pada
Tabel 10.
3. Setelah
langkah
kedua
ditentukan, maka raungnya
ditetapkan
berdasarkan
Tabel 11. Langkah ini
disebut
juga
sebagai

78

ISSN : 2086 4981

penyesuaian rating (rating


adjustment)
4. Jumlahkan
rating
yang
didapat
dari
langkah
pertama dengan rating yang
didapat dari langkah ketiga,
sehingga didapat rating total
sesudah penyesuaian. Dari
rating ini diketahui kelas dari
massa batuan berdasarkan
Tabel 12.
5. Setelah kelas massa batuan
diketahui
maka
dapat
diketahui stand-up time dari
massa
batuan
tersebut
dengan span tertentu serta
kohesi dan sudut geser
dalamnya seperti diperlihatkan
pada Tabel 13. Bieniawski
(1981)
menggambarkan
hubungan antara waktu stabil
tanpa penyangga (stand up
time) dengan span untuk
berbagai kelas massa batuan
menurut
klasifikasi
RMR
seperti terlihat pada Gambar 5
6. Berdasarkan pada klasifikasi
geomekanika ini, Bieniawski
memberikan petunjuk untuk
penggalian dan penyanggaan
terowongan batuan dalam
hubungan dengan sistem
RMR seperti diperlihatkan
pada Tabel 14

JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN


VOL. 6 NO. 1 Maret 2013
Tabel 9. Parameter klasifikasi dan ratingnya

ISSN : 2086 4981

JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN


VOL. 6 NO. 1 Maret 2013

ISSN : 2086 4981

Tabel 10. Efek orientasi jurus dan kemiringan diskontinuitas di dalam


penerowongan

Tabel 11. Penyesuaian rating untuk orientasi bidang-bidang diskontinuitas

elas massa batuan yang ditentukan dari rating total


Tabel 13. Arti dari kelas massa batuan

Gambar 5. Hubungan antara stand up time dengan span untuk berbagai


kelas massa batuan

80

JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN


VOL. 6 NO. 1 Maret 2013

ISSN : 2086 4981

Tabel 14. Petunjuk untuk penggalian dan penyangga terowongan batuan dengan sistem RMR

JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN


VOL. 6 NO. 1 Maret 2013

ISSN : 2086 4981

5. Klasifikasi Q-System
Kualitas massa batuan Q
secara total sebagai berikut :

ukuran penyangga yang


sesuai
seperti
diperlihatkan
pada
gambar 5.

RQD Jr Jw
Jn Ja SRF

Dimana :
RQD =
rock
quality
designation
Jn
= joint set number
Jr
= joint roughness
number
Ja
= joint alteration
number
Jw
= joint water reduction
number
SRF
= stress reduction
factor
Nilai Q dihubungkan dengan
kebutuhan
penyangga
terowongan
dengan
menetapkan
dimensi
ekivalen
(equivalen
dimension)
dari
galian.
Dimensi ekivalen merupakan
fungsi dari ukuran dan
kegunaan dari galian, didapat
dengan
membagi
span,
diameter atau tinggi dinding
galian dengan harga yang
disebut excavation support
ratio (ESR).

Gambar 5. Hubungan antara


dimensi ekivalen dengan kualitas
massa batuan (Barton et, 1974)
Untuk
menentukan
penyangga
sementara
(temporary support), indeks
Q harus ditambah menjadi
5Q atau ESR ditambah
menjadi 1,5 ESR. Panjang
baut
(L) ditentukan dari
persamaan:

2 0,15 B
ESR

dimana B adalah lebar


lubang bukaan. Sedangkan
sapan atau tinggi (m) untuk beban batuan (rock
Dimensi ekivalen
ESR
load)
dapat
digunakan
persamaan berikut :

2
Proof Jn1 / 2 Jr 1 Q 1 / 3
3

Tabel 15. Harga ESR

HASIL DAN PEMBAHASAN


Prosedur Klasifikasi
1. Klasifikasi Kondisi Massa
Batuan
Klasifikasi
massa
batuan
dilakukan
untuk
mendapatkan
bebanbeban yang bekerja pada
terowongan. Pada tulisan ini,
digunakan
metoda
empiris yang terdiri dari
sistem klasifikasi menurut
Terzaghi
(1946),
Rock
Strukture
Rating
(RSR)

Hubungan antara indeks


Q dan dimensi ekivalen
dapat
menentukan

82

JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN


VOL. 6 NO. 1 Maret 2013
concept oleh Wickham et. al
(1972),
Geomechanics
Clasification (RMR system)
oleh Bieniawski (1974) serta
sistem klasifikasi menurut QSystem oleh Barton et. al
(1974). Sedangkan untuk
data
lapangan
dan
laboratorium yang digunakan
berdasarkan data yang telah
ada pada jalur Padang-Solok
yang rawan terhadap bahaya
longsoran. Data tersebut
diambil dari berbagai instansi
terkait dan dari berbagai
sumber
lainnya.
Data
laboratorium dan lapangan
tersebut
adalah sebagai
berikut :
Data laboratorium :
- c = 0,58 kg/cm2
- = 1,090
- = 0,001809 kg/cm3
- c = 9,08 kg/cm2
Data lapangan :
- i (kemiringan lereng) = 600
-h
= 57 m

jari-jari
bukaan
=5m
- = 1,809 gr/cm3 =
1809 kg/m3
-

Berikut ini adalah hasil


perhitungan keempat sistem
klasifikasi yaitu Terzaghi,
RSR, RMR dan Q-System
yaitu pada tabel 16.
Tabel 16. Tabulasi dari perhitungan
klasifikasi massa batuan
Sistem
klasifikasi
Terzaghi
RSR
RMR
Q-System

ISSN : 2086 4981

Hasil
Very blocky
and seamy
77
43 fair rock
mass
8,76
fair
rock mass

2. Beban Batuan (Rock Load)


Data yang diperlukan
untuk mendapatkan beban
batuan (rock load) adalah
sebagai berikut :

83

JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN


VOL. 6 NO. 1 Maret 2013

ISSN : 2086 4981

Tabel 17 Tabulasi perolehan beban batuan (rock load)

3. Self Supporting Span dan


Maximum Span (RMR dan
Q System)
Dengan
menggunakan
Gambar 16 akan diperoleh
self supporting span dan

maximum
span
seperti
diperlihatkan pada tabel...
Tabel 18. Self supporting
span dan maximum span
pada sistem klasifikasi RMR
dan Q System

84

JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN


VOL. 6 NO. 1 Maret 2013
4. Stand-up time
Untuk RMR = 43 dan span =
6m; stand-up time kira-kira
20 jam atau sekitar 1 hari.

ISSN : 2086 4981

H = 57 meter (rata-rata dari


permukaan tanah)
ri (lebar bukaan) = 5 meter
= v = h = . h = 1809 kg/m3
x 57 m = 10,31 kg/cm2
Diperoleh nilai tebal dinding tebal
terowongan adalah 74,809 m

5. Rekomendasi penyangga
Terzaghi
: Ribs at 1,5
m, concrete lining
RSR
: (Gambar 4)
6H25 ribs on
2 m centres
plus concrete
lining
RMR
: (Tabel 14)
systematic
bolt 4 m long,
spaced 1,5 m
in crown and
walls with wire
mesh
Q-System
: spot bolting
spacing 1 m

Geometri Terowongan
1. Alinemen vertikal
Kelandaian
maksimum
mutlak ditetapkan 4% lebih
tinggi
dari
pada
nilai
maksimum
standar.
Sehingga untuk kecepatan
20 sampai 80 km/jam
diberikan gradien sebesar 8
sampai 13 %.
2. Kestabilan lereng
Data tanah adalah c = 0,58
kg/cm2 dan = 0,001809
kg/cm3, sudut kemiringan
talud = 600 > 530, maka
lingkaran
kritis
nya
merupakan toe circle. Untuk
nilai = 600 maka angka
stabilitas
m
=
0,187
sehingga
diperoleh
nilai
tinggi kritis dari talud adalah
Hcr = 17,145 m
Dari hasil perhitungan jari-jari
r = 15,53 m dan nilai Fs =
1,706. dengan nilai Fs =
1,706 maka talud tersebut
dikatakan stabil dari bahaya
longsor.

Tabel 19. Tabulasi masing-masing


sistem klasifikasi dari
metoda
rancangan
empiris

Disain Dinding Terowongan


Pada disain tebal dinding
terowongan ini, sebagian data
telah didapatkan dari sistem
penyanggaan yang telah dibahas
sebelumnya. Jenis batuan:
Jenis batuan :
= 1809 kg/m3 = 0,001809
kg/cm3
c = 9,08 kg/cm2
= 1,09
c = 0,58 kg/cm2
Pi = c . cot = 0,58 . cot 1,090 =
30,48 kg/cm2

KESIMPULAN
1. Dari
analisis
yang
telah
dilakukan, maka dapat diambil
beberapa kesimpulan sebagai
berikut:

85

JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN


VOL. 6 NO. 1 Maret 2013

ISSN : 2086 4981

[4] Rai Made, A. 1988. Mekanika


BAtuan.
Laboratorium
Geoteknik. Pusat Studi ANtar
Universitas Rekayasa. Istitut
Teknologi Bandung. Bandung.

Item

Terzaghi RSR RMR QSyste


m
Rock Very
77
43
8,76
Quali blocky
ty
and
seamy
Rock
4,8
N/Aa 5,7
N/Aa
load
height
(m)
Rock
8683,2
8300, 8905, 2160
load
54
52
(kg/m2)
Stand- N/Aa
N/A3 20
N/Aa
up time
jam
2. Penyangga
yang
direkomendasikan adalah :
Terzaghi
: Ribs at 1,5 m,
concrete lining
RSR
: 6H25 ribs on 2 m
centres plus concrete lining
RMR
: systematic bolt 4 m
long spaces 1,5 m
Q-System : spot bolting
spacing 1 m
3. Untuk ketebalan dinding
terowongan, dihitung dengan
cara silinder dinding tebal,
sehingga diperoleh ketebalan
dinding yang disarankan adalah
setebal 74,809 cm
4. Lebar dan tinggi terowongan
adalah 10 m dan 6 meter
DAFTAR KEPUSTAKAAN
[1] AASHTO. 1984. A Policy on
Geometric Design of Highway
and Street. National Press
Building, Wasington, D. C.
[2] Himpunan Mahasiswa Tambang
Institut Teknologi Bandung.
1995.
Prosiding
Seminar
Nasional Terowongan. ITB.
Bandung.
[3] Hoek, E., and Brown, E.T. 1980.
Underground Excavations in
Rock. Institution of Mining and
Mettalurgy, London.

86

You might also like