Bab Iv

You might also like

You are on page 1of 14

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


4.1.1 Tes Ninhidrin
Tabel. 1 Hasil Pengamatan untuk Tes Ninhidrin

NO

Larutan protein dan


asam amino

Warna
Dengan
Ninhidrin

Setelah pemanasan

1.

Asam aspartat

Bening

Bening

2.

Albumin

Bening

Ungu

3.

Glisin

Bening

Biru Keunguan

4.

Alanin

Bening

Biru Keunguan

4.1.2

Tes Gugus R dari Asam Amino Sistein

Tabel. 2 Hasil Pengamatan untuk Tes Gugus R dari Asam Amino Sistein

NO

4.1.3

Larutan protein dan


asam amino

Warna
Dengan Natrium
nitroprusida

Setelah
pemanasan

1.

Asam aspartat

Kuning

Kuning

2.

Albumin

Kuning

Kuning

3.

Glisin

Kuning

Kuning

4.

Alanin

Kuning

Kuning

5.

Sistein

Kuning

Orange Bening

Tes Biuret

Tabel. 3 Hasil Pengamatan untuk Tes Biuret

Larutan protein
dan asam amino

NO

Warna
NaOH 2,5 M

CuSO4 0,01 M

CuSO4 0,01
M berlebih

1.

Asam aspartat

Bening

Bening

Biru

2.

Albumin

Ungu

Bening

Ungu

3.

Glisin

Bening

Bening

Biru

4.

Alanin

Bening

Bening

Biru

4.1.4

Tes Hopkins-Cole

Tabel. 4 Hasil Pengamatan untuk Tes Hopkins-Cole

NO

1.

4.1.5

Larutan protein dan


asam amino
Asam aspartat

Warna
Dengan
Glioksilik

Dengan Asam
Sulfat

Bening

Bening

2.

Albumin

Bening

Ungu Kecoklatan
(terdapat tiga fasa, di
bawah kuning muda,
tengah warna ungu
kecoklatan, dan di
atas putih

3.

Glisin

Bening

Putih Keruh

4.

Alanin

Bening

Bening

Tes Millon

Tabel. 5 Hasil Pengamatan untuk Tes Millon

NO

Larutan protein dan


asam amino

Warna
Dengan Millon

Setelah Pemanasan

Bening

Bening

Endapan putih

Endapan Merah

1.

Asam aspartat

2.

Albumin

3.

Glisin

Bening

Bening

4.

Alanin

Bening

Bening

4.2 Reaksi
4.2.1 Tes Ninhidrin
Asam Aspartat
O

OH

C
C
O

ninhidrin

OH

HOOC

CH2

CH
NH2

COOH

Glisin

OH

OH

H2N

CH C OH
H

Glisin

Ninhidrin
O

O
H

CH

O C O

NH3

OH
O

hidrindantin
O

O
OH
OH
O

Ninhidrin

Albumin

H
N

HO
O

hidrindantin

3 H2O

OH
O
diketohidrindilen-diketohidrindamin

O
OH

+ HO

OH

HC

SO3H

SO3H

CHCOOH
H

OH +
N

OH

H2SO4

NH2

CH2CHCOOH

N
H

- H2O

NH
HO

CH
C

+
N
H

CH3 CH

COOH

N
CH

O
COOH

OH

Alanin
O

OH

OH

H2N CH C OH
CH3

Alanin

Ninhidrin
O

O
H

CH

O C O

NH3

OH
O

hidrindantin
O

O
OH

OH

Ninhidrin

HO
O

4.2.2

OH

O
diketohidrindilen-diketohidrindamin

hidrindantin

Reaksi Gugus Rantai Samping (gugus R)


Sistein
O
HS - CH2 - CH - C - OH + Fe(CN)5 - NO - Na + NH4OH
NH2
O
NH4 - Fe(CN)5 - NO - S - CH2 - CH - C - OH + NaOH
NH2

HOOC

CH2 CH

COOH + Fe(CN)5

NO

Na + NH4OH

NH2

Asam Aspartat

CH
NH2

COOH + Fe(CN)5

NO

3 H2O

Na + NH4OH

Glisin

Alanin

H3C

CH

COOH + Fe(CN)5

NO

Na + NH4OH

NH2
4.2.3 Reaksi Biuret
Alanin
H3C

CH

COOH

NaOH

CuSO4

NH2

Glisin
2H CHNH2 COOH + NaOH + CuSO4

Asam Aspartat
COOH - CH2 CHNH2 COOH

Albumin

+ NaOH + CuSO4

O
2NH2

CH

NH

CH

CH

NH

R
O

2NH2

O
CH

R
O

NH

CH

OH + 2NaOH

O
NH

CH

ONa + CuSO4

R
O

O
NH

CH

CH

NH

OH

+ Na2SO4 + H2O

Cu2+
O
OH

O
CH

NH

4.2.4

CH
NH2

Glisin

CH
R

Reaksi Hopkins-Cole
Alanin
H3 C

COOH

Pereaksi Hopkins

NH

CH

+ Pereaksi Hopkins

COOH

NH2

Asam Aspartat
COOH - CH2 CHNH2 COOH
Albumin
H

+ Pereaksi Hopkins
O

OH

HO

OH

HC

SO3H

SO3H

CHCOOH
H

OH

+
N

OH

H2SO4

NH2

CH2CHCOOH

- H2O

NH

N
HO

CH

+
N

COOH

CH3 CH

CH

O
COOH

OH

4.2.5

Reaksi Millon
Albumin

HO

CH2

CH

COOH + Hg(NO3)2

NH2

HOOC

CH2

CH2

Hg

CH2

CH
NH2

Alanin

H3C

CH
NH2

COOH

Hg(NO3)2

COOH + 2HN
O3

Glisin
H

CH

COOH

Hg(NO3)2

NH2

4.3

Asam Aspartat
COOH - CH2 CHNH2 COOH

Hg(NO3)2

Pembahasan
Ninhidrin adalah reagen yang berguna untuk mendeteksi asam amino dan

menetapkan konsentrasinya dalam larutan. Senyawa ini merupakan hidrat dari


triketon siklik, dan bila bereaksi dengan asam amino akan menghasilkan zat
warna ungu. Pada percobaan ini dilakukan tes Ninhidrin dengan menggunakan
larutan sampel berupa larutan protein dan beberapa jenis asam amino (glisin,
alanin, asam aspartat) yang ditambahkan dengan larutan Ninhidrin 0,1 %
kemudian dipanaskan. Penambahan ninhidrin ini untuk memberikan warna
spesifik pada protein dan asam-asam amino.
Pada tes ninhidrin, penambahan ninhidrin pada ketiga larutan asam
amino tidak memberikan perubahan secara visual, sedangkan larutan protein
dalam hal ini albumin menghasilkan endapan berwarna putih. Setelah pemanasan,
aendapan putih pada albumin berubah menjadi warna merah, sedangkan glisin dan
alanin menghasilkan warna biru keunguan, dan asam aspartat tidak mengalami
perubahan warna.
Berdasarkan teori, tes ninhidrin akan memberikan warna yang sama pada
semua asam amino . Pada albumin sendiri yang merupakan polimer asam amino
terbentuk larutan berwarna kuning. Sedangkan pada albumin yang merupakan
polimer asam amino dengan tes ninhidrin memberikan warna putih keruh, setelah
pemanasan warnanya berubah menjadi abu-abu, warna yang terbentuk merupakan
warna spesifik tes ninhidrin untuk protein albumin. Adapun hasil pengamatan

menunjukkan bahwa pada larutan asam amino glisin dan alanin pada tes ninhidrin
larutan akan berubah dari tak berwarna menjadi biru violet sedangkan asam
aspartat tidak menghasilkan perubahan warna. Kompleks yang terbentuk adalah
mengandung dua molekul ninhidrin yang bereaksi dengan amonia asam amino
setelah asam amino dioksidasi. Hal ini menunjukkan bahwa asam amino alanin
dan glisin mengandung gugus -amino bebas, tidak terjadi pada albumin karena
pada molekul ini terjadi substitusi gugus -amino dan asam aspartat tidak
mengandung gugus -amino bebas.
Reaksi gugus rantai samping digunakan untuk identifikasi gugus
sulfuhidril pada protein. Natrium Nitroprussida dalam larutan amoniak akan
menghasilkan warna merah dengan protein yang mempunyai gugus SH bebas.
Jadi, protein yang mengandung sistein dapat memberikan hasil positif. Gugus SS- pada Sistein juga dapat memberikan hasil positif apabila direduksi terlebih
dahulu. Pada percobaan ini, kita akan gunakan bahan kristal sistein hidroklorida,
dengan adanya natrium nitroprussida larutan ini akan memberikan warna
kekuningan dan berwarna orange bening jika ditambahkan dengan ammonium
hidroksida. Perubahan warna merah disebabkan karena terjadi rekasi redoks
dimana ion Fe3+ direduksi menjadi ion Fe2+ dan NH3 dioksidasi menjadi ion NH4+.
Adanya perubahan warna ini memberikan hasil yang positif yang menandakan
terdapat asam amino sistein. Pada uji reaksi gugus samping digunakan beberapa
kristal sistein hidroklorida yang dilarutkan dalam akuades, hal ini bertujuan untuk
melarutkan kristal sisteina hidroklorida sehingga mudah bereaksi dengan natrium
nitroprussida dan NH4OH. Natrium nitroprussida berfungsi sebagai pemberi
kompleks warna sedangkan NH4OH berfungsi sebagai larutan basa untuk
mempercepat terjadinya reaksi. Karena asam amino sistein mempunyai gugus
HS yang dapat bereaksi dengan nitroprussida dalam suasana basa yang akan

menghasilkan warna merah. Hasil ini menunjukkan bahwa dalam asam amino
sistein terdapat gugus sulfuhidril.
Reaksi biuret dapat digunakan untuk mengidentifikasikan protein. Dalam
larutan basa, biuret memberikan warna violet dengan CuSO4, karena terbentuk
kompleks Cu2+ dengan gugus CO dan gugus NH dari rantai peptida dalam suasana
basa. Pada uji tes ini, digunakan beberapa contoh larutan asam amino dan larutan
protein (albumin) yang ditambahkan dengan larutan NaOH dan larutan CuSO 4
yang akan memberikan warna spesifik sehingga akan menyebabkan terjadinya
perubahan warna.
Dari hasil percobaan di atas dimana pada keempat larutan ketika di
tambahkan larutan NaOH 2,5 M dan CuSO 4 0,01 M tidak terjadi perubahan warna
yang signifikan. NaOH disini berfungsi memberikan suasana basa pada larutan
asam amino dan protein. Tetapi saat larutan albumin di tambahkan dengan CuSO4
berlebih terjadi perubahan yaitu larutan menjadi warna ungu, sedangkna glisin,
asam aspartat dan alanin, juga berubah warna menjadi warna biru. Hal ini terjadi
karena protein memiliki ikatan polipeptida yang apabila bertemu dengan pereaksi
biuret akan membentuk kompleks Cu dengan gugus -CO dan gugus -NH dari
rantai polipeptida dalam suasana basa. Dari percobaan ini didapatkan bahwa
albumin memberikan reaksi positif terhadap penambahan CuSO4. Penambahan
CuSO4 berlebih memperlihatkan perubahan intensitas warna semakin tua.
Reaksi Hopkins-Cole merupakan reaksi khas untuk penentuan gugus indol
spesifik untuk asam amino triptofan. Senyawa-senyawa indolik dengan aldehid
tertentu (asam glioksilik, metanol, para metil amino-benzaldehida) dalam suasana
asam dan dingin memberikan warna violet.
Pada uji ini, akan ditentukan adanya gugus indol spesifik, dimana larutan
sampel dicampurkan dengan pereaksi Hopkins yang akan membantu memberikan
tanda spesifik. Kemudian larutan tersebut dipipet dan dimasukkan dalam tabung
berisi H2SO4 pekat. H2SO4 digunakan untuk memberikan suasana asam pada

reaksi sehingga reaksi berlangsung dengan baik. Dengan demikian, akan timbul
perubahan warna dalam hal ini hanya albumin yang menghasilkan perubahan
warna yaitu berwarna ungu dan terdiri dari 3 fasa (bagian bawah berwarna kuning
muda, di atas putih dan di tengah berwarna kecoklatan). Albumin mengandung
asam amino triptofan yang mempunyai gugus indol spesifik, karena dapat
direaksikan dengan pereaksi Hopkins-Cole yang mengandung asam glioksilat.
Pereaksi ini dibuat dari asam oksalat dengan serbuk magnesium dalam air. Setelah
dicampur dengan pereaksi Hopkins-Cole, asam sulfat ditambahkan sehingga
membentuk lapisan di bawah larutan protein kemudian akan terjadi cincin ungu
pada batas antara kedua lapisan tersebut. Namun lama kelamaan akan berubah
warna menjadi kuning.
Reaksi Millon digunakan untuk mengidentifikasi adanya tirosin dalam
molekul protein. Pereaksi Millon terdiri dari larutan merkuri dan ion merkurano
dalam asam nitrat dan asam nitrous.
Pada reaksi ini, larutan contoh berupa albumin dan asam amino
direaksikan dengan reagen Millon dan dipanaskan. Kemudian ditambahkan lagi
pereaksi Millon berlebih dan dipanaskan lagi sehingga nantinya akan timbul
perubahan warna. Penambahan Millon disini berfungsi untuk membantu
menentukan adanya gugus hidroksifenil spesifik yang ditandai dengan hilangnya
endapan merah pada larutan.
Berdasarkan hasil percobaan diatas, didapatkan bahwa larutan albumin
setelah penambahan pereaksi Millon terbentuk endapan putih yang segera berubah
warnanya menjadi merah saat dipanaskan. Bila ditambahkan reagen Millon
berlebih dan dipanaskan lagi maka endapan merahnya akan tertarik ke permukaan
(terjadi proses koagulasi) dan cairan di bawahnya menjadi bening. Adanya warna
merah bata yang dihasilkan pada saat penambahan albumin dengan Millon
menunjukkan reaksinya positif sebab pereaksi Millon dapat bereaksi dengan

gugus fenol dari asam amino yang terdapat pada albumin. Albumin yang
mengandung tirosin akan memberikan uji positif yang mengandung gugus fenol.

You might also like