You are on page 1of 12

MAKALAH

KHASIAT dan KANDUNGAN KIMIA TUMBUHAN PULAI (Alstonia


scholaris) SEBAGAI OBAT HERBAL ALTERNATIF

DISUSUN OLEH :

AHMAD MUHIBIN

KIMIA

081411531062

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS AIRLANGGA
2015

KATA PENGANTAR
1

Puji syukur kehadirat Allah yang Maha Esa karena atas rahmat dan
karunia-Nya makalah yang berjudul Khasiat dan Kandungan Kimia Tumbuhan
Pulai (Alstonia scholaris) Sebagai Obat Herbal Alternatif dapat terselesaikan.
Makalah ini secara umum membahas mengenai khasiat tumbuhan pulai sehingga
dapat digunakan sebagai obat herbal beserta cara-cara pembuatan obat herbal atau
ramuannya.
Kami menyadari bahwa makalah ini belum sempurna. Untuk itu, saran
dan kritik yang membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam makalah ini, semoga
makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Surabaya, 25 Desember 2014

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.
2.
3.
4.

Latar Belakang ... 4


Rumusan Masalah... 5
Tujuan.. 5
Manfaat 6

BAB II PEMBAHASAN

1. Tumbuhan Pulai
7
2. Khasiat dan Kandungan Kimia yang Terdapat
pada Tumbuhan Pulai.. 8
3. Cara Membuat Obat Herbal atau Ramuan Herbal .. 9
BAB III PENUTUP
1. Kesimpulan.. 12
2. Saran 12
DAFTAR PUSTAKA

13

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang

Seperti yang kita ketahui bersama bahwa Negara Indonesia adalah negara
kepulauan yang memiliki hutan terluas ke-9 di dunia. Hutan di Indonesia memiliki
kekayaan alam yang sangat melimpah, salah satunya adalah keanekaragaman
tumbuhan yang tumbuh di hutan. Tumbuh-tumbuhan tersebut dapat dimanfaatkan
sebagai bahan baku obat ataupun ramuan yang dapat mengobati berbagai macam
penyakit. Salah satu tumbuhan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah
tumbuhan Alstonia scholaris atau lebih dikenal dengan nama pulai. Tumbuhan
pulai (Alstonia scholaris (L.) R. Br) merupakan salah satu tumbuhan yang
termasuk dalam kategori tumbuhan obat langka (LIPI, 2001).
Tumbuhan yang termasuk suku apocynaceae ini mempunyai banyak manfaat.
Kayunya dapat dimanfaatkan untuk mainan anak-anak, papan gambar, bingkai
gambar, kerajinan seperti topeng, kotak korek api, perabotan rumah tangga,
batang korek api dan bahan dasar pembuat pensil (Samingan, 1982). Selain itu,
Pulai berkhasiat mengatasi demam, malaria, limfa membesar, batuk berdahak,
diare, disentri, kurang nafsu makan, perut kembung, sakit perut, kolik, anemia,
kencing manis (diabetes mellitus), wasir, gangguan haid, bisul, tekanan darah
tinggi (hipertensi), rematik akut, borok (ulcler), beri-beri, masa nifas, dan
payudara bengkak karena ASI (Agromedia, 2008: 204).
Masyarakat pada umumnya, banyak yang belum mengetahui khasiat dari
tumbuhan pulai, Mereka lebih memilih menggunakan obat-obatan sintesis hasil

industri daripada menggunakan obat-obatan herbal tradisional yang memiliki efek


samping yang lebih kecil dibandingkan dengan obat-obatan sintesis. Oleh karena
itu pada makalah ini, penulis akan memaparkan khasiat serta kandungan kimia
dari tumbuhan pulai dan juga cara membuat obat herbal atau ramuan herbal dari
tumbuhan pulai.

1.2.

Rumusan Masalah
a. Apa itu Tumbuhan Pulai ?
b. Apa kandungan yang terdapat dalam tumbuhan pulai ?
c. Bagaimana cara membuat obat herbal atau ramuan herbal dari
tumbuhan pulai?

1.3.

Tujuan
a. Sebagai tugas Makalah Mata Kuliah Wajib Umum (MKWU) bahasa
Indonesia.
b. Memberikan gambaran atau sudut pandang terkait khasiat dari
tumbuhan pulai.
c. Memberikan gambaran tentang cara membuat obat herbal atau ramuan
herbal dari tumbuhan pulai.

1.4.

Manfaat
a. Memberikan pengetahuan bagi masyarakat terkait khasiat dari
tumbuhan pulai.
b. Memberikan pengetahuan kepada masyarakat terkait cara
memanfaatkan tumbuhan pulai.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Tumbuhan Pulai
Tumbuhan pulai atau yang lebih dikenal dengan nama ilmiah Alstonia
scholaris merupakan tumbuhan yang termasuk dalam suku kamboja. Tumbuhan
ini juga dikenal dengan nama lokal pule, kayu gabus, lamo, dan jelutung.
Tumbuhan pulai memiliki karakteristik seperti dibawah ini.
Tumbuhan ini berbentuk pohon dengan tinggi antara 20 25 meter.
Batangnya lurus dengan diameter yang dapat mencapai 60 cm,
6

berkayu, percabangan menggarpu. Kulit batang rapuh, rasanya


sangat pahit, bergetah putih. Daun tunggal, tersusun melingkar 4 9
helai, bertangkai yang panjangnya 7,5 15 mm, bentuknya lonjong
sampai lanset atau lonjong sampai bulat telur sungsang, permukaan
atas licin, permukaan bawah buram, tepi rata, pertulangan menyirip,
panjang 10 23 cm, lebar 3 7,5 cm, warna hijau. Perbungaan
majemuk tersusun dalam malai yang bergagang panjang, keluar dari
ujung tangkai. Bunga wangi berwarna hijau terang sampai putih
kekuningan, berambut halus yang rapat. Buah berupa buah bumbung
berbentuk pita yang panjangnya 20 50 cm, menggantung. Biji
kecil, panjang 1,5 2 cm, berambut pada bagian tepinya dan
berjambul pada ujungnya. Perbanyakan dengan biji atau setek batang
dan cabang (Dalimartha, 1999: 111)
Tumbuhan ini tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Di alam, jenis-jenis
Alstonia umumnya tumbuh di daerah terbuka, bersemak, atau hutan campuran,
pada ketinggian 50-1.500 m dpl (Hendrian dan Hadiah, 1999).
2.2.

Khasiat dan Kandungan kimia yang Terdapat Pada

Tumbuhan Pulai
Seperti yang kita ketahui sebelumnya bahwa tumbuhan pulai memiliki
banyak khasiat untuk mengobati berbagai macam penyakit. Dalimartha
mengatakan bahwa kulit kayu tumbuhan pulai dapat mengatasi demam, demam
pada malaria, limpa membesar, batuk berdahak, diare, disentri, kurang nafsu
makan, perut kembung, sakit perut, kolik, kencing manis (diabetes mellitus),
tekanan darah tinggi (hipertensi), wasir, anemia, gangguan haid, dan reumatik

akut. Pada kuda, kulit kayu pulai digunakan sebagai obat cacing. Daunnya dapat
digunakan untuk mengatasi borok, bisul, setelah melahirkan, beri-beri, dan
payudara bengkak karena bendungan ASI (2005: 37).
Selain itu, Tumbuhan ini juga berkhasiat sebagai peluruh dahak, peluruh haid,
stomakik, antipiretik, pereda kejang, menurunkan kadar gula (hipoglikemik),
tonik, dan antiseptik (Dalimartha, 1999: 111)
Tumbuhan pulai ini berkhasiat sebagai obat dikarenakan kandungan kimia
yang terkandung di dalam akar, batang, daun, dan bunganya. Kandungan kimia
yang terkandung dalam tumbuhan pulai yaitu kulit kayu mengandung alkaloida
ditain, ekitamin (ditamin), ekitenin, ekitamidin, alstonin, ekiserin, ekitin, ekitein,
porifin, dan triperten. Daunnya mengandung pikrinin (Yuliarti, 2010: 120).
Selain kandungan tersebut, masih terdapat kandungan kimia yang lain yaitu
saponin, flavonoid, polifenol, echikaoetchine, zat pahit echeretin, dan echicherin
yang memiliki efek farmakologis berupa sifat antipiretik, antimalaria,
antihipertensi atau antiandrenergik, serta melancarkan aliran darah (Utami & Tim,
2008: 48). Kemudian efek farmakologis lain dari hasil penelitian juga
menunjukkan hasil yang mendukung, Antara lain: Ekstrak air kulit kayu pulai
secara in vivo dapat menekan daya infeksi telur cacing gelang babi (Ascaris suum)
pada dosis 130 mg/ml dan secara in vitro menekan perkembangan telur berembrio
menjadi larva pada dosis 65 mg/ml (Theresia Ranti, 1991) dan Pemberian infus
10% kulit kayu pulai dengan dosis 0,7; 1,5 dan 39/kg bb kelinci mempunyai efek
hipoglikemik (Sulina, 1978).

Kandungan-kandungan kimia tersebut yang

membuat tumbuhan pulai ini kaya akan manfaat untuk mengobati berbagai
macam penyakit.
2.3.

Cara Membuat Obat Herbal atau Ramuan Herbal

Untuk membuat obat herbal atau ramuan herbal kita tidak memerlukan caracara rumit seperti yang digunakan pada industri, kita hanya memerlukan cara-cara
tradisional yang lebih mudah untuk mengolah tanaman pulai agar menjadi obat
herbal. Cara-cara pengolahan tersebut antara lain:
A. Sakit Demam
Kulit batang pulai sebanyak 3 g dicuci bersih lalu direbus
dengan 1 gelas air selama 15 menit. Setelah dingin
disaring, tambahkan 1 sendok makan madu lalu diaduk
merata. Minum sekaligus.
B. Sakit Malaria
Kulit batang pulai yang sudah digiling menjadi bubuk,
diambil sebanyak 2 sendok makan. Rebus dengan 2 gelas
air bersih sampai tersisa 1 gelas. Setelah dingin disaring,
minum sekaligus. Lakukan setiap hari sampai sembuh.
Selama minum obat ini, hindari makanan yang asam dan
pedas. Bila penyakitnya berat, gunakan kulit pulai hitam.
C. Sakit Diare
Minumlah rebusan kulit batang pulai.
D. Untuk Memperkuat Lambung
Kulit batang pulai lapisan sebelah dalam diremas-remas
dalam air, minum.
E. Perut Kembung, Limpa Membesar
Kulit batang pulai bagian dalam. diremas-remas dengan
cuka, lalu minum.
F. Darah Tinggi
Kulit batang pulai 1/4 jari, daun kumis kucing dan daun
poncosudo sebanyak 1/5 genggam, daun pegagan, dan
daun meniran masing- masing 1/4 genggam, buah
ketapang 1 buah, gula enau 3 jari. Semua bahan dicuci

lalu dipotong-potong seperlunya. Rebus dengan 3 gelas


air bersih sampai tersisa 2 1/4 gelas. Setelah dingin
disaring, dibagi untuk 3 kali minum. Setiap kali minum
cukup 3/4 gelas.
G. Kencing Manis
Kulit batang pulai sebanyak 2 jari, dicuci lalu dipotongpotong seperlunya. Rebus dengan 3 gelas air bersih
sampai tersisa separonya. Setelah dingin disaring, minum
1/2 jam sebelum makan. Sehari 2 kali, masing-masing
3/4 gelas.
H. Beri-Beri
Ambil daun pulai yang masih muda sebanyak 16 lembar,
masukkan ke dalam bambu, lalu direbus dengan
air,bersih. Air rebusannya diminum pada pagi hari.
Lakukan setiap hari sampai sembuh (Dalimartha, 1999:
123-124)

BAB III

10

PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa tumbuhan pulai
memiliki banyak khasiat dan kandungan kimia yang dapat digunakan sebagai obat
herbal alternatif. Selain itu, cara pengolahannya yang mudah dan praktis dapat
mempermudah kita untuk menggunakannya sebagai obat herbal alternatif.
3.2.
Saran
Negara Indonesia memiliki hutan yang cukup luas. Di dalam hutan
tumbuh beranekaragam tumbuh-tumbuhan obat. Penelitian tentang khasiat-khasiat
tanaman obat yang ada di hutan Indonesia haruslah di dukung secara maksimal
oleh pemerintah dan semua elemen masyarakat agar penelitian memperoleh hasil
yang memuaskan dan dapat bermanfaat bagi masyarakat. Sehingga masyarakat
lebih memilih menggunakan obat herbal alami yang memiliki efek samping lebih
kecil daripada obat sintesis hasil industri.

DAFTAR PUSTAKA

11

Dalimartha, dr. Setiawan. 1999. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 1. Jakarta :
Trubus Agriwidya.
Dalimartha, dr. Setiawan. 2005. Tumbuhan Obat di Lingkungan Sekitar. Jakarta:
Puspa Swara.
Hendrian et.al. 1999. Koleksi Tumbuhan Obat Kebun Raya Bogor. Bogor: UPT
Balai Pengembangan Kebun Raya Bogor-LIPI.
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia [LIPI]. 2001. Tumbuhan Langka Indonesia.
Bogor : Puslitbang Biologi LIPI.
Redaksi Agromedia. 2008. Buku Pintar Tanaman Obat : 431 Jenis Tanaman
Penggempur Penyakit (Cetakan Pertama). Jakarta: PT. Agromedia
Pustaka.
Ranti, Theresia, JR Wattimena, dan Anna Setiadi Ranti. 1991. Aktivitas
Antiascaris dari Ekstrak Air Korteks Alstonia scholaris (L.) R.Br.
Bandung: Dept. Farmasi ITB.
Samingan, T. 1982. Dendrologi. Jakarta: PT. Gramedia.
Sulina, Kosasih Pandawinata, dan Mathilda B.W. 1978. Pengujian Beberapa Efek
Farmakologi Kulit Kayu Alstonia scholaris R. Br. pada Hewan
Percobaan. Bandung: Dept. Farmasi ITB.
Utami, dr. Prapti. Tim Lentera. 2008. Tanaman Obat untuk Mengatasi Diabetes
Mellitus (Edisi Revisi). Jakarta: PT. Agromedia Pustaka.
Yuliarti, Nurheti. 2010. Sehat, Cantik, Bugar dengan Herbal dan Obat
Tradisional. Yogyakarta: C.V. Andi Offset.

12

You might also like