You are on page 1of 23

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga penulisan makalah ini
dapat diselesaikan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.
Makalah ini merupakan salah satu tugas kelompok mahasiswa
Poltekkes Mataram Semester III yang merupakan rangkaian dari proses
Kegiatan Belajar Mengajar.
Kami menyadari bahwa karena keterbatasan waktu dan
pengetahuan yang kami miliki, dalam pemaparan makalah ini masih
terdapat kekurangan, untuk itu kami sangat mengharapkan saran dan
masukan yang bersifat membangun guna memperbaiki laporan ini agar
menjadi lebih baik sehingga dapat member manfaat bagi kami maupun
orang lain.

Mataram, 14 Oktober 2011


Penyusun

Daftar ISI

Halaman judul.................................................................................

Kata pengantar...............................................................................

ii

Daftar Isi..........................................................................................

iii

BAB I Pendahuluan..........................................................................

1.1..............................................................................................Latar
Belakang................................................................................
1
1.2..............................................................................................Tujuan
..............................................................................................

BAB II Pembahasan.........................................................................

2.1 Pengertian...........................................................................

2.2 Macam-macam anemia.......................................................

2.3 Etiologi.................................................................................

2.4 Patifisiology.........................................................................

2.5 Manifestasi Klinis.................................................................

2.6 Komplikasi...........................................................................

2.7 Pemeriksaan penunjang......................................................

2.8 Penatalaksanaan Medis.......................................................

2.9 Pengobatan..........................................................................

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ANEMIA.........................

A.
B.
C.
D.

Pengkajian ...........................................................................
Diagnosa ..............................................................................
Intervensi/Implementasi Keperawatan..................................
Evaluasi................................................................................

7
9
10
17
3

BAB III Penutup................................................................................

18

3.1Kesimpulan...........................................................................

18

Daftar Pustaka

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Sistem hematologi terdiri dari darah beserta tempat produksi darah,
sum-sum tilang, dan kelenjar getah bening. Dan terdiri dari 3 sel
utama yaitu sel darah merah (RBC), sel darah putih (WBC) dan
platelet. Setiap jenis sel darah menjalani beberapa tahap
kematangan dan diferensiasi yang kompleks ketika berkenbang dari
stem sel ( sel induk) menjadi sel matur ( matang). Pada orang
dewasa, pembentukan sel darah merah berada dalam sum-sum
tulang. Darah terdiri dari komponen-komponen sel yang terkandung
dalam plasma (bagian cairan darah). Anemia adalah
berkurangnya secara signifikan masa RBC sehingga kapasitas darah
membawa oksigen menjadi berkurang(Fenstermacher & Hudson,
1997). Selama siklus hidup RBC , RBCs yang tua dipeccah oleh liver
dan limpa, dan dirubah menjadi bilirubin. Gangguan dalam rentang
hidup RBC akibat dari perusakan, underproduksi, atau pendarahan
bisa menyebabkan anemia.

1.2

Tujuan
Mengetahui pengertian Anemia, penyebab serta manifestasi
klinis
Mengetahui asuhan keperawatan terhadap pasien anemia

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian
Anemia merupakan kondisi di mana kurangnya kosentrasi sel darah
merah atau menurunnya kadar haemoglobin dalam darah di bawah
normal.
Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel
darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah
normal (Smeltzer, 2002 : 935).
2.2. Macam-macam anemia:
1. Anemia aplastik
Dalam anemia aplastik, lemak menggantikan sum-sum tulang
mengakibatkan penurunan sel prekursor semua sel darah dalam
sum-sum tulang. Anemia aplastiksifatnya kongenital, acquired atau
idiophatik.
2. Anemia defisiensi besi
Jenis anemia yang paling umum, ditandai dengan jumlah besi tubuh
turun.
3. Anemia megaloblastik
Anemia pernisiosa

: anemia megaloblastik yang

disebabkan oleh kekurangan vitamin B12.


Kekurangan folat : kekurangan folat, tidak cukupnya masukan
asam folat, hal ini lebih banyak terjadi daripada kekurangan
vitamin B12.
4. Sickel cell anemia (SCA)
Kerusakan molekul Hb sehingga berbentuk seperti bulan sabit atau
biasanya dikenal dengan kerusakan genetik.
2.3. Etiologi
Penyebab tersering dari anemia adalah kekurangan zat gizi yang
diperlukan untuk sintesis eritrosit, antara lain besi, vitamin B12 dan
asam folat. Selebihnya merupakan akibat dari beragam kondisi seperti
2

perdarahan, kelainan genetik, penyakit kronik, keracunan obat, dan


sebagainya.
Penyebab umum dari anemia:

Perdarahan hebat

Akut (mendadak)

Kecelakaan

Pembedahan

Persalinan

Pecah pembuluh darah

Penyakit Kronik (menahun)

Perdarahan hidung

Wasir (hemoroid)

Ulkus peptikum

Kanker atau polip di saluran pencernaan

Tumor ginjal atau kandung kemih

Perdarahan menstruasi yang sangat banyak

Berkurangnya pembentukan sel darah merah

Kekurangan zat besi

Kekurangan vitamin B12

Kekurangan asam folat

Kekurangan vitamin C

Penyakit kronik

Meningkatnya penghancuran sel darah merah

Pembesaran limpa

Kerusakan mekanik pada sel darah merah

Reaksi autoimun terhadap sel darah merah

Hemoglobinuria nokturnal paroksismal

Sferositosis herediter

Elliptositosis herediter

Kekurangan G6PD

Penyakit sel sabit

Penyakit hemoglobin C

Penyakit hemoglobin S-C

Penyakit hemoglobin E

Thalasemia (Burton, 1990).

2.4. Patofisiologi
Nutrisi, pajanan toksik, inuasi tumor, atau kebanyakan akibat
penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui
perdarahan atau hemolisis (destruksi) pada kasus yang disebut terakhir,
4

masalah dapat akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan
ketahanan sel darah merah normal atau akibat beberapa factor diluar
sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system
fagositik atau dalam system retikuloendotelial terutama dalam hati dan
limpa. Sebagai hasil samping proses ini bilirubin yang sedang terbentuk
dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi
sel darah merah (hemolisis) segera direpleksikan dengan meningkatkan
bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang ; kadar 1,5
mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera. Anemia merupakan penyakit
kurang darah yang ditandai rendahnya kadar hemoglobin (Hb) dan sel
darah merah (eritrosit).
Fungsi darah adalah membawa makanan dan oksigen ke seluruh
organ tubuh. Jika suplai ini kurang, maka asupan oksigen pun akan
kurang. Akibatnya dapat menghambat kerja organ-organ penting, Salah
satunya otak. Otak terdiri dari 2,5 miliar sel bioneuron. Jika kapasitasnya
kurang, maka otak akan seperti komputer yang memorinya lemah,
Lambat menangkap. Dan kalau sudah rusak, tidak bisa diperbaiki
(Sjaifoellah, 1998).
2.5. Manifestasi klinis
Gejala klinis yang muncul merefleksikan gangguan fungsi dari
berbagai sistem dalam tubuh antara lain penurunan kinerja fisik,
gangguan neurologik (syaraf) yang dimanifestasikan dalam perubahan
perilaku, anorexia (badan kurus kerempeng), pica, serta
perkembangan kognitif yang abnormal pada anak. Sering pula terjadi
abnormalitas pertumbuhan, gangguan fungsi epitel, dan berkurangnya
keasaman lambung. Cara mudah mengenal anemia dengan 5L, yakni
lemah, letih, lesu, lelah, lalai. Kalau muncul 5 gejala ini, bisa dipastikan
seseorang terkena anemia. Gejala lain adalah munculnya sklera
(warna pucat pada bagian kelopak mata bawah). Anemia bisa
menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan kepala terasa

melayang. Jika anemia bertambah berat, bisa menyebabkan stroke


atau serangan jantung.
2.6. Komplikasi
Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang.
Akibatnya, penderita anemia akan mudah terkena infeksi. Gampang
batuk-pilek, gampang flu, atau gampang terkena infeksi saluran
napas, jantung juga menjadi gampang lelah, karena harus memompa
darah lebih kuat. Pada kasus ibu hamil dengan anemia, jika lambat
ditangani dan berkelanjutan dapat menyebabkan kematian, dan
berisiko bagi janin. Selain bayi lahir dengan berat badan rendah,
anemia bisa juga mengganggu perkembangan organ-organ
tubuh,termasuk otak (Sjaifoellah,1998).
2.7. Pemeriksaan penunjang
Jumlah darah lengkap (JDL) : hemoglobin dan hemalokrit menurun.
Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (aplastik); MCV
(molume

korpuskular rerata) dan MCH (hemoglobin korpuskular

rerata) menurun dan mikrositik dengan eritrosit hipokronik (DB),


peningkatan (AP). Pansitopenia (aplastik).
Jumlah retikulosit : bervariasi, misal : menurun (AP), meningkat
(respons
sumsum tulang terhadap kehilangan darah/hemolisis).
Pewarna sel darah merah : mendeteksi perubahan warna dan bentuk
(dapat mengindikasikan tipe khusus anemia).
LED : Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal :
peningkatan kerusakan sel darah merah : atau penyakit malignasi.
Masa hidup sel darah merah : berguna dalam membedakan diagnosa
anemia, misal : pada tipe anemia tertentu, sel darah merah
mempunyai waktu hidup lebih pendek.
Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB).
SDP : jumlah sel total sama dengan sel darah merah (diferensial)
mungkin meningkat (hemolitik) atau menurun (aplastik).
Jumlah trombosit : menurun caplastik; meningkat (DB); normal atau
tinggi (hemolitik).
Hemoglobin elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur
hemoglobin.
Bilirubin serum (tak terkonjugasi): meningkat (AP, hemolitik).
6

Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemi

sehubungan dengan defisiensi masukan/absorpsi.


Besi serum : tak ada (DB); tinggi (hemolitik).
TBC serum : meningkat (DB).Feritin serum : meningkat (DB).
Masa perdarahan : memanjang (aplastik).LDH serum : menurun (DB) .
Tes schilling : penurunan eksresi vitamin B12 urine (AP) .
Guaiak : mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan isi gaster,

menunjukkan perdarahan akut / kronis (DB).


Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak
adanya asam hidroklorik bebas (AP).
Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi : sel mungkin tampak
berubah dalam jumlah, ukuran, dan bentuk, membentuk,
membedakan tipe anemia, misal: peningkatan megaloblas (AP),
lemak sumsum dengan penurunan sel darah (aplastik).
Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa sisi
perdarahan : perdarahan GI(Doenges,1999).
2.8. Penatalaksanaan Medis
Tindakan umum : Penatalaksanaan anemia ditunjukan untuk mencari
penyebab dan mengganti darah yang hilang.
1. Transpalasi sel darah merah
2. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi.
3. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah
merah.
4. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang
membutuhkan oksigen
5. Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.
6. Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.
2.9. Pengobatan (untuk pengobatan tergantung dari
penyebabnya) :
1. Anemia defisiensi besi
Penatalaksanaan :
a). Usahakan makanan yang mengandung zat besi
b). Pemberian preparat fe
c). Perrosulfat 3x 200mg/hari/per oral sehabis makan
d). Peroglukonat 3x 200 mg/hari /oral sehabis makan.
2. Anemia pernisiosa : pemberian vitamin B12
3. Anemia asam folat : asam folat 5 mg/hari/oral

4. Anemia karena perdarahan : mengatasi perdarahan dan syok dengan


pemberian cairan dan transfusi darah.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ANEMIA


A. Pengkajian
Pengkajian pasien dengan anemia (Doenges, 1999) meliputi :
1) Aktivitas / istirahat
a. Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum.
b. Kehilangan produktivitas ; penurunan semangat untuk bekerja.
c. Toleransi terhadap latihan rendah.
d. Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak.
e. Tanda : takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau
istirahat.
f. Letargi, menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada
sekitarnya.
g. Kelemahan otot, dan penurunan kekuatan.
h. Ataksia, tubuh tidak tegak.
i. Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat.
2) Sirkulasi
Gejala : riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI
kronis,

menstruasi berat (DB), angina, CHF (akibat kerja jantung

berlebihan). Riwayat endokarditis infektif kronis.


Palpitasi (takikardia kompensasi).
Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan
nadi melebar, hipotensi postural.
Disritmia : abnormalitas EKG, depresi segmen ST dan pendataran
atau depresi gelombang T; takikardia.
Bunyi jantung : murmur sistolik (DB).
Ekstremitas (warna) : pucat pada kulit dan membrane mukosa
(konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku.
Catatan: pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai keabuabuan).
Kulit seperti berlilin, pucat (aplastik, AP) atau kuning lemon terang
(AP).
Sklera : biru atau putih seperti mutiara (DB).
Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke kapiler dan
vasokontriksi kompensasi) kuku : mudah patah, berbentuk seperti
sendok (koilonikia) (DB).
8

Rambut : kering, mudah putus, menipis, tumbuh uban secara


premature (AP).

3) Integritas ego
Gejala : keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan
pengobatan, misalnya penolakan transfusi darah. Tanda : depresi.
4) Eleminasi
Gejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi
(DB). Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau
konstipasi.
Penurunan haluaran urine. Tanda : distensi abdomen.
Makanan/cairan
Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani
rendah/masukan produk sereal tinggi (DB).
Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring).
Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia.
Adanya penurunan berat badan.
Tidak pernah puas mengunyah atau peka terhadap es, kotoran,
tepung jagung, cat, tanah liat, dan sebagainya (DB).
Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat
dan vitamin B12). Membrane mukosa kering, pucat.
Turgor kulit : buruk, kering, tampak kisut/hilang elastisitas (DB).
Stomatitis dan glositis (status defisiensi).
Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah
(DB).
5) Neurosensori
Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak
mampuan berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan
bayangan pada mata.
Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ; parestesia tangan/kaki
(AP) ; klaudikasi. Sensasi manjadi dingin.
Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis.
Mental : tak mampu berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik :
hemoragis retina (aplastik, AP).
Epitaksis : perdarahan dari lubang-lubang (aplastik).
Gangguan koordinasi, ataksia, penurunan rasa getar, dan posisi,
tanda Romberg positif, paralysis (AP).
6) Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB)
9

7) Pernapasan
Gejala : riwayat TB, abses paru.
Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.
8) Keamanan .
Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,.
Riwayat terpajan pada radiasi; baik terhadap pengobatan atau

kecelekaan.
Riwayat kanker, terapi kanker.
Tidak toleran terhadap dingin dan panas.
Transfusi darah sebelumnya.
Gangguan penglihatan, penyembuhan luka buruk, sering infeksi.
Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati

umum.
Ptekie dan ekimosis (aplastik).
9) Seksualitas
Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau
amenore (DB).
Hilang libido (pria dan wanita). Imppoten.
Tanda : serviks dan dinding vagina pucat.
B. Diagnosa
1. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya
pertahanan sekunder (penurunan hemoglobin leucopenia, atau
penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan).
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna
makanan /absorpsi nutrient yang diperlukan untuk pembentukan sel
darah merah.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai oksigen (pengiriman) dan kebutuhan.
4. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan
komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient
ke sel.
5. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
perubahan sirkulasi dan neurologist.
10

6. Konstipasi atau Diare berhubungan dengan penurunan masukan diet;


perubahan proses pencernaan; efek samping terapi obat.
7. Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurang terpajan/mengingat ;
salah interpretasi informasi ; tidak mengenal sumber informasi.

C. Intervensi/Implementasi keperawatan
Intervensi dan implementasi keperawatan pasien dengan anemia
(Doenges, 1999) adalah :
1) Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya
pertahanan sekunder (penurunan hemoglobin leucopenia, atau
penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan).
Tujuan : Infeksi tidak terjadi.
Kriteria hasil :
- mengidentifikasi perilaku untuk mencegah/menurunkan risiko
infeksi.
- meningkatkan penyembuhan luka, bebas drainase purulen atau
eritema,

dan demam.

Intervensi :
1. Tingkatkan cuci tangan yang baik ; oleh pemberi perawatan dan pasien.
Rasional : mencegah kontaminasi silang/kolonisasi bacterial.
2. Pertahankan teknik aseptic ketat pada prosedur/perawatan luka.
Rasional : menurunkan risiko kolonisasi/infeksi bakteri.
3. Berikan perawatan kulit, perianal dan oral dengan cermat.
Rasional : menurunkan risiko kerusakan kulit/jaringan dan infeksi.
4. Motivasi perubahan posisi/ambulasi yang sering, latihan batuk dan
napas dalam.
Rasional : meningkatkan ventilasi semua segmen paru dan membantu
memobilisasi sekresi untuk mencegah pneumonia.
5. Tingkatkan masukkan cairan adekuat.
11

Rasional : membantu dalam pengenceran secret pernapasan untuk


mempermudah pengeluaran dan mencegah stasis cairan tubuh misalnya
pernapasan dan ginjal.
6. Pantau/batasi pengunjung. Berikan isolasi bila memungkinkan.
Rasional : membatasi pemajanan pada bakteri/infeksi. Perlindungan
isolasi dibutuhkan pada anemia aplastik, bila respons imun sangat
terganggu.
7. Pantau suhu tubuh. Catat adanya menggigil dan takikardia dengan atau
tanpa demam.
Rasional : adanya proses inflamasi/infeksi
membutuhkanevaluasi/pengobatan
8. Amati eritema/cairan luka.
Rasional : indikator infeksi lokal. Catatan : pembentukan pus mungkin
tidak ada bila granulosit tertekan.
9. Ambil specimen untuk kultur/sensitivitas sesuai indikasi (kolaborasi)
Rasional : membedakan adanya infeksi, mengidentifikasi pathogen
khusus dan mempengaruhi pilihan pengobatan.
10. Berikan antiseptic topical ; antibiotic sistemik (kolaborasi).
Rasional : mungkin digunakan secara propilaktik untuk menurunkan
kolonisasi atau untuk pengobatan proses infeksi local.
2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna
makanan /absorpsi nutrient yang diperlukan untuk pembentukan sel
darah merah. Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil :
menunujukkan peningkatan/mempertahankan berat badan dengan

nilai laboratorium normal.


tidak mengalami tanda mal nutrisi.
Menununjukkan perilaku, perubahan pola hidup untuk meningkatkan
dan atau mempertahankan berat badan yang sesuai.

intervensi :
1. Kaji riwayat nutrisi, termasuk makan yang disukai.
Rasional : mengidentifikasi defisiensi, memudahkan intervensi.
2. Observasi dan catat masukkan makanan pasien.
Rasional : mengawasi masukkan kalori atau kualitas kekurangan
konsumsi makanan.
3. Timbang berat badan setiap hari.
12

Rasional : mengawasi penurunan berat badan atau efektivitas


intervensi nutrisi.
4. Berikan makan sedikit dengan frekuensi sering dan atau makan
diantara waktu makan.
Rasional : menurunkan kelemahan, meningkatkan pemasukkan dan
mencegah distensi gaster
5. Observasi dan catat kejadian mual/muntah, flatus dan dan gejala lain
yang berhubungan.
Rasional : gejala GI dapat menunjukkan efek anemia (hipoksia) pada
organ.
6. Berikan dan Bantu hygiene mulut yang baik ; sebelum dan sesudah
makan, gunakan sikat gigi halus untuk penyikatan yang lembut.
Berikan pencuci mulut yang di encerkan bila mukosa oral luka.
Rasional : meningkatkan nafsu makan dan pemasukkan oral.
Menurunkan pertumbuhan bakteri, meminimalkan kemungkinan
infeksi. Teknik perawatan mulut khusus mungkin diperlukan bila
jaringan rapuh/luka/perdarahan dan nyeri berat.
7. Kolaborasi pada ahli gizi untuk rencana diet.
Rasional : membantu dalam rencana diet untuk memenuhi kebutuhan
individual.
8. Kolaborasi ; pantau hasil pemeriksaan laboraturium.
Rasional : meningkatakan efektivitas program pengobatan, termasuk
sumber diet nutrisi yang dibutuhkan.
9. Kolaborasi ; berikan obat sesuai indikasi.
Rasional : kebutuhan penggantian tergantung pada tipe anemia dan
atau adanyan masukkan oral yang buruk dan defisiensi yang
diidentifikasi.
3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai oksigen (pengiriman) dan kebutuhan.
Tujuan : dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.
Kriteria hasil :
- melaporkan peningkatan toleransi aktivitas (termasuk aktivitas
sehari-hari) menunjukkan penurunan tanda intolerasi fisiologis,
misalnya nadi, pernapasan, dan tekanan darah masih dalam rentang
normal.
Intervensi dan Implementasi:
1. Kaji kemampuan ADL pasien.
Rasional : mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan.
13

2. Kaji kehilangan atau gangguan keseimbangan, gaya jalan dan


kelemahan otot.
Rasional: B12 mempengaruhi keamanan pasien/risiko cedera.
3. Observasi tanda-tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas.
Rasional : manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru
untuk membawa jumlah oksigen adekuat ke jaringan.
4. Berikan lingkungan tenang, batasi pengunjung, dan kurangi suara
bising, pertahankan tirah baring bila di indikasikan.
Rasional : meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan
oksigen tubuh dan menurunkan regangan jantung dan paru.
5. Gunakan teknik menghemat energi, anjurkan pasien istirahat bila
terjadi kelelahan dan kelemahan, anjurkan pasien melakukan
aktivitas semampunya (tanpa memaksakan diri).
Rasional : meningkatkan aktivitas secara bertahap sampai normal
dan memperbaiki tonus otot/stamina tanpa kelemahan.
Meingkatkan harga diri dan rasa terkontrol.
4) Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan
komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient
ke sel. Tujuan : peningkatan perfusi jaringan
Kriteria hasil : - menunjukkan perfusi adekuat, misalnya tanda vital
stabil.
intervensi dan Implementasi:
1. Awasi tanda vital kaji pengisian kapiler, warna kulit/membrane
mukosa, dasar kuku.
Rasional : memberikan informasi tentang derajat/keadekuatan
perfusi jaringan dan membantu menetukan kebutuhan intervensi.
2. Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi.
Rasional : meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan
oksigenasi untuk kebutuhan seluler. Catatan : kontraindikasi bila
ada hipotensi.
3. Awasi upaya pernapasan ; auskultasi bunyi napas perhatikan bunyi
adventisius.
Rasional : dispnea, gemericik menununjukkan gangguan jajntung
karena regangan jantung lama/peningkatan kompensasi curah
jantung.
4. Selidiki keluhan nyeri dada/palpitasi.
14

Rasional : iskemia seluler mempengaruhi jaringan miokardial/


potensial risiko infark.
5. Hindari penggunaan botol penghangat atau botol air panas. Ukur
suhu air mandi dengan thermometer.
Rasional : termoreseptor jaringan dermal dangkal karena
gangguan oksigen.
6. Kolaborasi pengawasan hasil pemeriksaan laboraturium. Berikan
sel darah merah lengkap/packed produk darah sesuai indikasi.
Rasional : mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan pengobatan
/respons terhadap terapi.
7. Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.
Rasional : memaksimalkan transport oksigen ke jaringan.
Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan
dengan perubahan sirkulasi dan neurologist.
Kriteria hasil : - mengidentifikasi factor risiko/perilaku individu
untuk mencegah cedera dermal.
intervensi dan implementasi:
1) Kaji integritas kulit, catat perubahan pada turgor, gangguan warna,
hangat local, eritema, ekskoriasi.
Rasional : kondisi kulit dipengaruhi oleh sirkulasi, nutrisi dan
imobilisasi
2) Jaringan dapat menjadi rapuh dan cenderung untuk infeksi dan
rusak.
Reposisi secara periodic dan pijat permukaan tulang apabila pasien
tidak bergerak atau ditempat tidur.
Rasional : meningkatkan sirkulasi kesemua kulit, membatasi iskemia
3) jaringan/mempengaruhi hipoksia seluler.
Anjurkan pemukaan kulit kering dan bersih. Batasi penggunaan
sabun.
Rasional : area lembab, terkontaminasi, memberikan media yang
sangat baik untuk pertumbuhan organisme patogenik. Sabun dapat
mengeringkan kulit secara berlebihan.
4) Bantu untuk latihan rentang gerak.
Rasional : meningkatkan sirkulasi jaringan, mencegah stasis.
Gunakan alat pelindung, misalnya kulit domba, keranjang, kasur
tekanan udara/air. Pelindung tumit/siku dan bantal sesuai indikasi.
(kolaborasi)

15

Rasional : menghindari kerusakan kulit dengan mencegah


/menurunkan tekanan terhadap permukaan kulit.
5) Konstipasi atau Diare berhubungan dengan penurunan masukan
diet; perubahan proses pencernaan; efek samping terapi obat.
Tujuan : membuat/kembali pola normal dari fungsi usus.
Kriteria hasil : - menunjukkan perubahan perilaku/pola hidup, yang
diperlukan sebagai penyebab, factor pemberat.
Intervensi & Implementasi
1) Observasi warna feses, konsistensi, frekuensi dan jumlah.
Rasional : membantu mengidentifikasi penyebab /factor pemberat
dan intervensi yang tepat.
2) Auskultasi bunyi usus.
Rasional : bunyi usus secara umum meningkat pada diare dan
menurun pada konstipasi.
3) Awasi intake dan output (makanan dan cairan).
Rasional : dapat mengidentifikasi dehidrasi, kehilangan berlebihan
atau alat dalam mengidentifikasi defisiensi diet.
4) Dorong masukkan cairan 2500-3000 ml/hari dalam toleransi
jantung.
Rasional : membantu dalam memperbaiki konsistensi feses bila
konstipasi. Akan membantu memperthankan status hidrasi pada
diare.
5) Hindari makanan yang membentuk gas.
Rasional : menurunkan distress gastric dan distensi abdomen
6) Kaji kondisi kulit perianal dengan sering, catat perubahan kondisi
kulit atau mulai kerusakan. Lakukan perawatan perianal setiap
defekasi bila terjadi diare.
Rasional : mencegah ekskoriasi kulit dan kerusakan.
7) Kolaborasi ahli gizi untuk diet siembang dengan tinggi serat dan
bulk.
Rasional : serat menahan enzim pencernaan dan mengabsorpsi air
dalam alirannya sepanjang traktus intestinal dan dengan demikian
menghasilkan bulk, yang bekerja sebagai perangsang untuk
defekasi.
8) Berikan pelembek feses, stimulant ringan, laksatif pembentuk bulk
atau enema sesuai indikasi. Pantau keefektifan. (kolaborasi)
Rasional : mempermudah defekasi bila konstipasi terjadi.
16

9) Berikan obat antidiare, misalnya Defenoxilat Hidroklorida dengan


atropine (Lomotil) dan obat mengabsorpsi air, misalnya Metamucil.
(kolaborasi).
Rasional : menurunkan motilitas usus bila diare terjadi.
10) Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurang
terpajan/mengingat ; salah interpretasi informasi ; tidak mengenal
sumber informasi. Tujuan : pasien mengerti dan memahami
tentang penyakit, prosedur diagnostic dan rencana pengobatan.
Kriteria hasil : - pasien menyatakan pemahamannya proses
penyakit dan penatalaksanaan penyakit.
mengidentifikasi factor penyebab.
Melakukan tiindakan yang perlu/perubahan pola hidup
.
Intervensi & Implementasi
1) Berikan informasi tentang anemia spesifik. Diskusikan
kenyataan bahwa terapi tergantung pada tipe dan beratnya
anemia.
Rasional : memberikan dasar pengetahuan sehingga pasien
dapat membuat pilihan yang tepat. Menurunkan ansietas dan
dapat meningkatkan kerjasama dalam program terapi.
2) Tinjau tujuan dan persiapan untuk pemeriksaan diagnostic.
Rasional : ansietas/ketakutan tentang ketidaktahuan
meningkatkan stress, selanjutnya meningkatkan beban jantung.
Pengetahuan menurunkan ansietas.
3) Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang
penyakitnya.
Rasional : megetahui seberapa jauh pengalaman dan
pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.
4) Berikan penjelasan pada klien tentang penyakitnya dan
kondisinya sekarang.
Rasional : dengan mengetahui penyakit dan kondisinya
sekarang, klien dan keluarganya akan merasa tenang dan
mengurangi rasa cemas.
5) Anjurkan klien dan keluarga untuk memperhatikan diet
makanan nya.
Rasional : diet dan pola makan yang tepat membantu proses
penyembuhan.
17

6) Minta klien dan keluarga mengulangi kembali tentang materi


yang telah diberikan.
Rasional : mengetahui seberapa jauh pemahaman klien dan
keluarga serta menilai keberhasilan dari tindakan yang
dilakukan.

D. Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang
kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan
dengan cara berkesinambungan, dengan melibatkan pasien, keluarga
dan tenaga kesehatan lainnya. (Lynda Juall Capenito, 1999:28)
Evaluasi pada pasien dengan anemia adalah :
1) Infeksi tidak terjadi.
2) Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
3) Pasien dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.
4) Peningkatan perfusi jaringan.
5) Dapat mempertahankan integritas kulit.
6) Membuat/kembali pola normal dari fungsi usus.
7) Pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur
diagnostic dan rencana pengobatan.

18

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Anemia merupakan kondisi di mana kurangnya kosentrasi sel
darah merah atau menurunnya kadar haemoglobin dalam darah di
bawah normal yang disebabkan oleh kekurangan zat gizi yang
diperlukan untuk sintesis eritrosit, antara lain besi, vitamin B12 dan
asam folat. Selebihnya merupakan akibat dari beragam kondisi
seperti perdarahan, kelainan genetik, penyakit kronik, keracunan
obat, dan sebagainya. Yang ditandai dengan penurunan kinerja fisik,
gangguan neurologik (syaraf) yang dimanifestasikan dalam
perubahan perilaku, anorexia (badan kurus kerempeng), pica, serta
perkembangan kognitif yang abnormal pada anak. Sering pula
terjadi abnormalitas pertumbuhan, gangguan fungsi epitel, dan
berkurangnya keasaman lambung. Cara mudah mengenal anemia
dengan 5L, yakni lemah, letih, lesu, lelah, lalai. Kalau muncul 5
gejala ini, bisa dipastikan seseorang terkena anemia. Gejala lain
adalah munculnya sklera (warna pucat pada bagian kelopak mata
bawah). Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang
tenaga dan kepala terasa melayang. Jika anemia bertambah berat,
bisa menyebabkan stroke atau serangan jantung.

19

DAFTAR PUSTAKA

Boedihartono. 1994. Proses Keperawatan di Rumah Sakit. Jakarta.


Burton, J.L. 1990. Segi Praktis Ilmu Penyakit Dalam. Binarupa Aksara :
Jakarta
Carpenito, L. J. 1999. Rencana Asuhan keperawatan dan dokumentasi
keperawatan,
Diagnosis Keperawatan dan Masalah Kolaboratif, ed. 2. EGC : Jakarta
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk
perencanaan dan pendokumentasian pasien. ed.3. EGC : Jakarta
Effendi , Nasrul. 1995. Pengantar Proses Keperawatan. EGC : Jakarta.
Hassa. 1985. Ilmu Kesehatan Anak jilid 1. FKUI : Jakarta
http://id.wikipedia.org/wiki/Anemia
http://www.kompas.com/ver1/Kesehatan/0611/30/104458.htm
Noer, Sjaifoellah. 1998. Standar Perawatan Pasien. Monica Ester : Jakarta.
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7.
EGC : Jakarta.

20

You might also like