Professional Documents
Culture Documents
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga penulisan makalah ini
dapat diselesaikan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.
Makalah ini merupakan salah satu tugas kelompok mahasiswa
Poltekkes Mataram Semester III yang merupakan rangkaian dari proses
Kegiatan Belajar Mengajar.
Kami menyadari bahwa karena keterbatasan waktu dan
pengetahuan yang kami miliki, dalam pemaparan makalah ini masih
terdapat kekurangan, untuk itu kami sangat mengharapkan saran dan
masukan yang bersifat membangun guna memperbaiki laporan ini agar
menjadi lebih baik sehingga dapat member manfaat bagi kami maupun
orang lain.
Daftar ISI
Halaman judul.................................................................................
Kata pengantar...............................................................................
ii
Daftar Isi..........................................................................................
iii
BAB I Pendahuluan..........................................................................
1.1..............................................................................................Latar
Belakang................................................................................
1
1.2..............................................................................................Tujuan
..............................................................................................
BAB II Pembahasan.........................................................................
2.1 Pengertian...........................................................................
2.3 Etiologi.................................................................................
2.4 Patifisiology.........................................................................
2.6 Komplikasi...........................................................................
2.9 Pengobatan..........................................................................
A.
B.
C.
D.
Pengkajian ...........................................................................
Diagnosa ..............................................................................
Intervensi/Implementasi Keperawatan..................................
Evaluasi................................................................................
7
9
10
17
3
18
3.1Kesimpulan...........................................................................
18
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sistem hematologi terdiri dari darah beserta tempat produksi darah,
sum-sum tilang, dan kelenjar getah bening. Dan terdiri dari 3 sel
utama yaitu sel darah merah (RBC), sel darah putih (WBC) dan
platelet. Setiap jenis sel darah menjalani beberapa tahap
kematangan dan diferensiasi yang kompleks ketika berkenbang dari
stem sel ( sel induk) menjadi sel matur ( matang). Pada orang
dewasa, pembentukan sel darah merah berada dalam sum-sum
tulang. Darah terdiri dari komponen-komponen sel yang terkandung
dalam plasma (bagian cairan darah). Anemia adalah
berkurangnya secara signifikan masa RBC sehingga kapasitas darah
membawa oksigen menjadi berkurang(Fenstermacher & Hudson,
1997). Selama siklus hidup RBC , RBCs yang tua dipeccah oleh liver
dan limpa, dan dirubah menjadi bilirubin. Gangguan dalam rentang
hidup RBC akibat dari perusakan, underproduksi, atau pendarahan
bisa menyebabkan anemia.
1.2
Tujuan
Mengetahui pengertian Anemia, penyebab serta manifestasi
klinis
Mengetahui asuhan keperawatan terhadap pasien anemia
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian
Anemia merupakan kondisi di mana kurangnya kosentrasi sel darah
merah atau menurunnya kadar haemoglobin dalam darah di bawah
normal.
Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel
darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah
normal (Smeltzer, 2002 : 935).
2.2. Macam-macam anemia:
1. Anemia aplastik
Dalam anemia aplastik, lemak menggantikan sum-sum tulang
mengakibatkan penurunan sel prekursor semua sel darah dalam
sum-sum tulang. Anemia aplastiksifatnya kongenital, acquired atau
idiophatik.
2. Anemia defisiensi besi
Jenis anemia yang paling umum, ditandai dengan jumlah besi tubuh
turun.
3. Anemia megaloblastik
Anemia pernisiosa
Perdarahan hebat
Akut (mendadak)
Kecelakaan
Pembedahan
Persalinan
Perdarahan hidung
Wasir (hemoroid)
Ulkus peptikum
Kekurangan vitamin C
Penyakit kronik
Pembesaran limpa
Sferositosis herediter
Elliptositosis herediter
Kekurangan G6PD
Penyakit hemoglobin C
Penyakit hemoglobin E
2.4. Patofisiologi
Nutrisi, pajanan toksik, inuasi tumor, atau kebanyakan akibat
penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui
perdarahan atau hemolisis (destruksi) pada kasus yang disebut terakhir,
4
masalah dapat akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan
ketahanan sel darah merah normal atau akibat beberapa factor diluar
sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system
fagositik atau dalam system retikuloendotelial terutama dalam hati dan
limpa. Sebagai hasil samping proses ini bilirubin yang sedang terbentuk
dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi
sel darah merah (hemolisis) segera direpleksikan dengan meningkatkan
bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang ; kadar 1,5
mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera. Anemia merupakan penyakit
kurang darah yang ditandai rendahnya kadar hemoglobin (Hb) dan sel
darah merah (eritrosit).
Fungsi darah adalah membawa makanan dan oksigen ke seluruh
organ tubuh. Jika suplai ini kurang, maka asupan oksigen pun akan
kurang. Akibatnya dapat menghambat kerja organ-organ penting, Salah
satunya otak. Otak terdiri dari 2,5 miliar sel bioneuron. Jika kapasitasnya
kurang, maka otak akan seperti komputer yang memorinya lemah,
Lambat menangkap. Dan kalau sudah rusak, tidak bisa diperbaiki
(Sjaifoellah, 1998).
2.5. Manifestasi klinis
Gejala klinis yang muncul merefleksikan gangguan fungsi dari
berbagai sistem dalam tubuh antara lain penurunan kinerja fisik,
gangguan neurologik (syaraf) yang dimanifestasikan dalam perubahan
perilaku, anorexia (badan kurus kerempeng), pica, serta
perkembangan kognitif yang abnormal pada anak. Sering pula terjadi
abnormalitas pertumbuhan, gangguan fungsi epitel, dan berkurangnya
keasaman lambung. Cara mudah mengenal anemia dengan 5L, yakni
lemah, letih, lesu, lelah, lalai. Kalau muncul 5 gejala ini, bisa dipastikan
seseorang terkena anemia. Gejala lain adalah munculnya sklera
(warna pucat pada bagian kelopak mata bawah). Anemia bisa
menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan kepala terasa
3) Integritas ego
Gejala : keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan
pengobatan, misalnya penolakan transfusi darah. Tanda : depresi.
4) Eleminasi
Gejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi
(DB). Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau
konstipasi.
Penurunan haluaran urine. Tanda : distensi abdomen.
Makanan/cairan
Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani
rendah/masukan produk sereal tinggi (DB).
Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring).
Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia.
Adanya penurunan berat badan.
Tidak pernah puas mengunyah atau peka terhadap es, kotoran,
tepung jagung, cat, tanah liat, dan sebagainya (DB).
Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat
dan vitamin B12). Membrane mukosa kering, pucat.
Turgor kulit : buruk, kering, tampak kisut/hilang elastisitas (DB).
Stomatitis dan glositis (status defisiensi).
Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah
(DB).
5) Neurosensori
Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak
mampuan berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan
bayangan pada mata.
Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ; parestesia tangan/kaki
(AP) ; klaudikasi. Sensasi manjadi dingin.
Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis.
Mental : tak mampu berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik :
hemoragis retina (aplastik, AP).
Epitaksis : perdarahan dari lubang-lubang (aplastik).
Gangguan koordinasi, ataksia, penurunan rasa getar, dan posisi,
tanda Romberg positif, paralysis (AP).
6) Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB)
9
7) Pernapasan
Gejala : riwayat TB, abses paru.
Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.
8) Keamanan .
Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,.
Riwayat terpajan pada radiasi; baik terhadap pengobatan atau
kecelekaan.
Riwayat kanker, terapi kanker.
Tidak toleran terhadap dingin dan panas.
Transfusi darah sebelumnya.
Gangguan penglihatan, penyembuhan luka buruk, sering infeksi.
Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati
umum.
Ptekie dan ekimosis (aplastik).
9) Seksualitas
Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau
amenore (DB).
Hilang libido (pria dan wanita). Imppoten.
Tanda : serviks dan dinding vagina pucat.
B. Diagnosa
1. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya
pertahanan sekunder (penurunan hemoglobin leucopenia, atau
penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan).
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna
makanan /absorpsi nutrient yang diperlukan untuk pembentukan sel
darah merah.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai oksigen (pengiriman) dan kebutuhan.
4. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan
komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient
ke sel.
5. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
perubahan sirkulasi dan neurologist.
10
C. Intervensi/Implementasi keperawatan
Intervensi dan implementasi keperawatan pasien dengan anemia
(Doenges, 1999) adalah :
1) Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya
pertahanan sekunder (penurunan hemoglobin leucopenia, atau
penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan).
Tujuan : Infeksi tidak terjadi.
Kriteria hasil :
- mengidentifikasi perilaku untuk mencegah/menurunkan risiko
infeksi.
- meningkatkan penyembuhan luka, bebas drainase purulen atau
eritema,
dan demam.
Intervensi :
1. Tingkatkan cuci tangan yang baik ; oleh pemberi perawatan dan pasien.
Rasional : mencegah kontaminasi silang/kolonisasi bacterial.
2. Pertahankan teknik aseptic ketat pada prosedur/perawatan luka.
Rasional : menurunkan risiko kolonisasi/infeksi bakteri.
3. Berikan perawatan kulit, perianal dan oral dengan cermat.
Rasional : menurunkan risiko kerusakan kulit/jaringan dan infeksi.
4. Motivasi perubahan posisi/ambulasi yang sering, latihan batuk dan
napas dalam.
Rasional : meningkatkan ventilasi semua segmen paru dan membantu
memobilisasi sekresi untuk mencegah pneumonia.
5. Tingkatkan masukkan cairan adekuat.
11
intervensi :
1. Kaji riwayat nutrisi, termasuk makan yang disukai.
Rasional : mengidentifikasi defisiensi, memudahkan intervensi.
2. Observasi dan catat masukkan makanan pasien.
Rasional : mengawasi masukkan kalori atau kualitas kekurangan
konsumsi makanan.
3. Timbang berat badan setiap hari.
12
15
D. Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang
kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan
dengan cara berkesinambungan, dengan melibatkan pasien, keluarga
dan tenaga kesehatan lainnya. (Lynda Juall Capenito, 1999:28)
Evaluasi pada pasien dengan anemia adalah :
1) Infeksi tidak terjadi.
2) Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
3) Pasien dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.
4) Peningkatan perfusi jaringan.
5) Dapat mempertahankan integritas kulit.
6) Membuat/kembali pola normal dari fungsi usus.
7) Pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur
diagnostic dan rencana pengobatan.
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Anemia merupakan kondisi di mana kurangnya kosentrasi sel
darah merah atau menurunnya kadar haemoglobin dalam darah di
bawah normal yang disebabkan oleh kekurangan zat gizi yang
diperlukan untuk sintesis eritrosit, antara lain besi, vitamin B12 dan
asam folat. Selebihnya merupakan akibat dari beragam kondisi
seperti perdarahan, kelainan genetik, penyakit kronik, keracunan
obat, dan sebagainya. Yang ditandai dengan penurunan kinerja fisik,
gangguan neurologik (syaraf) yang dimanifestasikan dalam
perubahan perilaku, anorexia (badan kurus kerempeng), pica, serta
perkembangan kognitif yang abnormal pada anak. Sering pula
terjadi abnormalitas pertumbuhan, gangguan fungsi epitel, dan
berkurangnya keasaman lambung. Cara mudah mengenal anemia
dengan 5L, yakni lemah, letih, lesu, lelah, lalai. Kalau muncul 5
gejala ini, bisa dipastikan seseorang terkena anemia. Gejala lain
adalah munculnya sklera (warna pucat pada bagian kelopak mata
bawah). Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang
tenaga dan kepala terasa melayang. Jika anemia bertambah berat,
bisa menyebabkan stroke atau serangan jantung.
19
DAFTAR PUSTAKA
20