Professional Documents
Culture Documents
1.
2.
3.
4.
Fungsi proteksi
Fungsi absorpsi
Fungsi ekskresi
Fungsi pengindra (Sensori) :
Sehubungan dengan fungsinya sebagai alat peraba, kulit
dilengkapi dengan reseptor-reseptor khusus. Reseptor untuk rasa
sakit ujungnya menjorok masuk ke daerah epidermis. Reseptor untuk
tekanan, ujungnya berada di dermis yang jauh dari epidermis.
Reseptor untuk rangsang sentuhan dan panas, ujung reseptornya
terletak di dekat epidermis.
Badan Ruffini : panas
Badan Krause: dingin
Badan taktil Meissner dan Badan Ranvier: rabaan
Badan Paccini: tekanan
5. Fungsi pengaturan suhu tubuh
6. Fungsi pembentukan pigmen
7. Fungsi keratinisasi
8. Fungsi produksi vitamin D
9. Fungsi ekspresi emosi
III.TAHAPAN DALAM MEMBUAT DIAGNOSIS
DERMATOLOGIS
Penegakkan diagnosis mudah dilakukan dengan memperhatikan
tahap-tahap berikut:
1. Pendekatan terhadap pasien (anamnesis)
2. Pemeriksaan kelainan morfologi (deskripsi status dermatologis)
3. Pemeriksaan fisik kulit (tes klinis)
4. Pemeriksaan penunjang (pemeriksaan KOH, sediaan langsung,
pewarnaan gram, kultur, tzank test, indeks bakteri dan indeks
morfologi, pemeriksaan
histopatologis,
imunofluoresensi,
serologis, radiologis, pemeriksaan genetik, dan biomolekuler)
7
ANAMNESIS
Hal-hal yang perlu ditanyakan pada saat melakukan anamnesis:
1. Riwayat penyakit sekarang (present illness history) :
Kronologis timbulnya keluhan atau lesi secara sitematis,
berurutan, dan mencakup segala hal yang mendukung
diagnosis utama dan menyingkirkan diagnosis banding,
terdiri dari :
a. Keluhan utama : keluhan yang menyebabkan pasien
datang berobat (keluhan subyektif maupun obyekti).
b. Keluhan tambahan : keluhan lain yang terkait keluhan
utama maupun keluhan pasien selain keluhan utama
c. Onset (sejak kapan) : kapan lesi timbul, berapa lama ?
d. Progresi lesi dan keluhan : evolusi (bagaimana
perkembangan atau perubahan bentuk lesi ?) ; symptoms
atau gejala (pruritus, nyeri, perih,dan mati rasa);
e. Durasi (frekuensi) lesi dan keluhan : keparahan (sangat
nyeri atau sangat gatal); periodisitas (apakah lesi konstan
atau menetap); dan kapan-kapan saja lesi muncul ?
f. Hal-hal yang memperberat keluhan dan lesi : sinar
matahari, musim dingin, bahan kimia, produk topikal,
metal, hubungan dengan menstruasi ataupun kehamilan,
memburuk pada malam atau musim semi?
g. Hal-hal yang mengurangi keluhan dan lesi : misalnya
bila habis mandi keluhan gatal hilang ?
PEMERIKSAAN FISIK
10
Inspeksi kulit
Observasi tampilan keseluruhan pasien, termasuk
hygiene kulit, warna kulit dan variasinya, vaskularisasi,
keringat, edema, injury (perlukaan)
Warna kulit dipengaruhi oleh ras. Kulit abnormal
ditemukan : flushing, cyanosis, jaundice, pigmentasi
yang tidak teratur
Observasi dan dokumentasikan kelainan kulit yang
ditemukan
Palpasi kulit:
Pergunakan jari-jari tangan untuk memeriksa lesi. Sarung
tangan dispossible dapat digunakan untuk melindungi
pemeriksa ketika malakukan pemeriksaan luka
Pada palpasi, periksa kelembaban kulit, temperatur,
tekstur, turgor, dan lesi (kerusakan kulit)
11
12
Lebih
rendah
Sama rata
Perubahan
permukaan
Berisi
cairan
Pembuluh
darah
Papula
Erosi
Makula
Skuama
Vesikel
Purpura
Plak
Ulkus
Skar
atrofi
Patch
Krusta
Bula
Telangiektasis
Ekskoriasi
Pustula
Infark
Kista
Fisura
Abses
Wheal/Urtika
Likenifikasi
Nodul
Skar Hipertrofi
13
14
15
3. Eskoriasi
Hilangnya jaringan sampai stratum papilare di dermis.
Secara klinis tampak adanya bintik perdarahan di kulit.
Garukan dapat menghasilkan lesi yang panjang, paralel
dan menyilang serta dapat menimbulkan krusta
kehitaman
4. Fisura
Hilangnya kontinuitas (kesinambungan) kulit sehingga
kulit pecah (diskontinuitas) tanpa kehilangan jaringan.
5. Likenifikasi
Penebalan kulit disertai relief kulit yang makin jelas,
disebabkan penebalan epidermis disertai perubahan
kolagen pada bagian superfisial dermis.
6. Sikatrik (skar)
Pembentukan jaringan baru, bila lebih banyak
mengandung jaringan ikat untuk mengganti jaringan yang
rusak akibat penyakit atau trauma pada dermis yang lebih
dalam dinamakan skar hipertrofi. Bila Pembentukan
jaringan baru yang sifatnya sedikit mengandung jaringan
ikat untuk mengganti jaringan yang rusak, dinamakan
skar atrofi.
16
17
18
Terminologi
Definisi
Contoh
Pityriasis versikolor
Makula
Exanthema eruption
(erupsi eksantem karena obat)
19
Eritrasma
Patch
Vitiligo
20
Trikoepitelioma
Papul
Plaque
Karbunkel
Nodul
21
Urtikaria
Wheal/urtika
Kista
22
Varisela
Miliaria kristalina
Vesikel
Pompholix
23
Pemfigoid bulosa
Impetigo bulosa
Bulla
24
Folikulitis
Psoriasis pustulosa
Pustula
25
Psoriasis vulgaris
Tinea korporis
Skuama
Dermatitis seboroik
Pityriasis Rosea
26
Impetigo krustosa
Krusta
Ekskoriasi
Pemfigus vulgaris
Erosi
Ulkus
Ecthyma
27
Lichenifikasi
Skar hipertrofi
28
Tinea pedis
Fisura
Hilangnya kontinuitas
(kesinambungan) kulit
sehingga kulit pecah
(diskontinuitas) tanpa
kehilangan jaringan.
Impetigo krustosa
Krusta
JUMLAH LESI :
1. Soliter ( tunggal) : : Hanya ada satu lesi
2. Multipel ( lebih dari satu ) : Banyak lesi berjumlah lebih dari 3
atau berjumlah banyak.
29
UKURAN LESI :
SUSUNAN LESI
30
A
Gambar 7.
A.
B.
31
Gambar 11.Lesi (erupsi makula dan papula) yang tersebar diseminata pada
trunkal pasien id reaction akibat diaper dermatitis
Type of Arrangement
Clustered / kelompokkelompok
Herpes simplex
32
Grouped / bergerombol
Lichen planus
Dermatitis herpetiformis
Allergic contact dermatitis
Linear
Herpes zoster
Zosteriform
Secondary syphilis
Lupus erythematosus
Urticaria
33
Dermatophytosis
Pityriasis rosea
Erythema annulare centrifugum
34
Konfluen
Drug hypersensitivity eruption
Viral exanthema
Urticaria
Tinea korporis
Polisiklik
35
KONFIGURASI LESI
1. Anular /Sirsiner : berbentuk cincin; yang menunjukkan bahwa pinggir
lesi berbeda dengan pusatnya, baik menonjol, bersisik, atau berbeda
warnanya (misalnya granuloma annulare, tinea corporis, eritema
annulare sentrifugum).
36
39
40
Tabel
Distribution on
Skin Disease
the Skin
Dermatitis kontak alergika
Regional
Unilateral
Tinea korporis
41
Tinea korporis
Herpes Zoster
Unilateral sesuai
dermatom
42
Bilateral
Dermatitis atopik
Simetris
Psoriasis vulgaris
43
Eritroderma
Generalisata
Vitiligo
Universal
44
Aplikasi klinis
Pada prakteknya dalam membuat status dermatologis, hendaknya
disusun secara sistematik :
1. Catat lokasi lesi (ada di regio mana)
2. Deskripsi lesi yang ditemukan sebutkan tipe lesi tersebut, misalnya
makula, papul, plak, vesikel, bula, nodul, ulkus dan seterusnya.
Dalam mendeskripsikan tipe lesi primer dan sekunder harus
disebutkan berurutan, dan lebih dahulu tentukan lesi dominan
yang terlihat.
3. Khusus untuk makula dan patch harus mendeskripsikan:
46
47
48
c)
d)
e)
f)
49
50
51
B.
PEMERIKSAAN SENSIBILITAS
I. Pemeriksaan rasa raba
1. Pemeriksaan rasa raba di kulit tubuh
a) Menyapa pasien dan perkenalkan diri, sampaikan tujuan
pemeriksaan
b) Penderita duduk berhadapan dengan pemeriksa
c) Sepotong kapas yang dilancipkan dipakai untuk memeriksa rasa
raba
d) Periksalah dengan ujung dari kapas yang dilancipi secara tegak
lurus pada kelainan kulit yang dicurigai (dari tengah ke tepi lesi)
e) Sebelumnya kita menerangkan bahwa bilamana merasa tersentuh
bagian tubuhnya dengan kapas, ia harus menunjukkan kulit yang
disentuh dengan jari telunjuknya, ini dikerjakan dengan mata
terbuka
f) Bilamana hal ini telah jelas, maka pasien diminta menutup
matanya , kalau perlu matanya ditutup dengan sepotong kain /
karton
g) Kelainan-kelainan dikulit diperiksa secara bergantian dengan kulit
yang normal disekitarnya untuk mengetahui ada tidaknya anestesi
Gambar 28. Tes raba dengan ujung kapas yang disentuhkan pada les2.
52
53
Gambar 28. Tes rasa nyeri dengan ballpen pada telapak tangan
Kesimpulan nila rasa (+) V dan Bila (-) X
54
2.
Gambar 28. Tes rasa nyeri dengan ballpen pada telapak kaki
Kesimpulan nila rasa (+) V dan Bila (-) X
55
Gambar 27. Tes rasa nyeri dengan ujung jarum suntik yang disentuhkan pada lesi
Kesimpulan nila rasa (+) V dan Bila (-) X
56
57
Pada penderita dermatitis atopik, garis merah yang terjadi tidak segera
disusul dengan daerah kemerahan tetapi malah disusul warna putih pucat
selama 2-3 menit.
58
B. Fenomena Koebner
PEMERIKSAAN KLINIS PADA PURPURA : TES DIASKOPI
Pemeriksaan secara diaskopi, yaitu cara memeriksa dengan menekan
lesi kulit menggunakan benda transparan, misalnya kaca obyek atau spatel
plastik, digunakan untuk membedakan antara eritema (akibat vasodilatasi)
dengan purpura (akibat ekstravasasi eritrosit); juga warna apple jelly
(kekuningan) dapat terlihat pada lupus vulgaris
59
Gambar
Nikolskys sign atau Nikolskys sign type 1 pada pemfigus vulgaris, steven
johnsons syndrome dan toxic epidermal necrolysis , staphylococcal scalded skin syndrome
(S4)
60
2.
Cara kedua dengan menekan bula maka bula akan meluas karena
cairan di dalamnya mengalami tekanan disebut dengan Nikolskys sign
type
Gambar
asboe
hansen
sign
62
63
64
Penutup
Untuk menegakkan diagnosis penyakit kulit perlu dipahami dan dikuasai
morfologi serta terminologi baku, kemudian dilatihkan pada aplikasi klinis.
Anamnesis sangat penting membantu mencari etio-patogenesis penyakit.
Melakukan inspeksi dan palpasi kulit hendaknya dilakukan secara
sistematik. Jelaskan lokasi dan morfologi dengan menggunakan
terminologi yang telah umum dipakai secara nasional maupun
internasional.
Filosofi :
Untuk membaca kata, seseorang harus mengenal huruf;
Untuk membaca kulit, seseorang harus mengenal lesi-lesi pokok.
Untuk memahami sebuah paragraf, seseorang harus mengetahui
bagaimana kata-kata dirangkai;
untuk mengetahui diagnosis banding, seseorang harus mengetahui
lesi-lesi pokok apa yang ada, bagaimana mereka berkembang, dan
bagaimana mereka tertata dan tersebar.
Marilah kita selalu membaca dan membuka diri untuk ide dan hal-hal baru.
65
I.
II.
III.
IV.
66
Skor
1 2
Banda Aceh,2014
Instruktur
Keterangan Skor
0 = Tidak dilakukan
1 = Dilakukan, dengan banyak perbaikan ( lebih dari 50 %)
2 = Dilakukan, dengansedikit perbaikan (kurang dari 50%)
3 = Dilakukan dengan sempurna
Cakupan penguasaan keterampilan :
(Skor/ yang didapat / Skor Total) x 100% = ......%
DAFTAR PUSTAKA
Bagian Penyakit Dalam FKUI, 2006, Ilmu Penyakit Dalam Jilid I, Edisi
IV : Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Indonesia, FKUI :
Jakarta.
67
68