You are on page 1of 6

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan sejak awal selalu diarahkan pada upaya-upaya menjadikan manusia sebagai
subjek didik memiliki perbaikan-perbaikan dan perubahan-perubahan yang mengarah pada
realisasi idealitas manusia. Dalam rangka perwujudan keinginan inilah, maka banyak
pemikiran yang ditujukan untuk menciptakan kondisi-kondisi yang benar-benar akan
mendukung pelaksanaan suatu kegiatan kependidikan. Pemikiran-pemikiran dituangkan
dalam berbagai aliran filsafat pendidikan. Salah satunya adalah aliran filsafat progresivisme.
Aliran filsafat progresivisme merupakan salah satu aliran filsafat pendidikan modern.
Aliran ini memiliki pandangan-pandangan tersendiri terhadap kurikulum, asas belajar dan
budaya. Kurangnya pengetahuan saya akan aliran progresivisme, mendorong saya untuk
menuliskan makalah ini. Di dalam makalah akan dijelaskan mengenai aliran progresivisme
mulai dari sejarah, pengertian, landasan hingga pandangan terhadap kurikulum, asas belajar
dan budaya.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penulisan makalah ini adalah:
1. Bagaimana sejarah aliran progresivisme?
2. Apa pengertian aliran progresivisme?
3. Apa landasan filosofis alliran progsresivisme?
4. Bagaiamana asas belajar dalam aliran progresivisme?
5. Bagaimana pandangan aliran progresivisme terhadap kurikulum?
6. Bagaimana pandangan aliran progresivisme terntang budaya?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui sejarah aliran progresivisme
2. Untuk mengetahui pengertian aliran progresivisme
3. Untuk mengetahui landasan filosofis aliran progresivisme
4. Untuk mengetahui asas belajar dalam aliran progresivisme
5. Untuk mengetahui pandangan aliran progresivisme tentang kurikulum
6. Untuk mengetahui pandangan aliran progresivisme tentang budaya
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Aliran Progresivisme
Aliran progresivisme telah muncul pada abad ke-19, namun perkembangannya secara
pesat baru terlihat pada awal abad ke-20, terutama di negara Amerika Serikat. Bahkan
pemikiran yang dikembangkan aliran ini sesungguhnya memiliki benang merah yang secara

tegas dapat dilihat sejak zaman Yunani kuno, seperti Heraklitos (544-454 SM), Protagoras
(480-410 SM), Socrates (469-391 SM) dan Aristoteles (384-322 SM).
Aliran progresivisme lahir sebagai protes terhadap kebijakan-kebijakan pendidikan yang
konvensional yang bersifat formalis tradisional yang telah diwariskan oleh filsafat abad ke-19
yang dianggapnya kurang kondusif dalam melahirkan manusia-manusia yang sejati.
Progresivisme memandang bahwa metodologi pendidikan konvensional yang menekankan
pelaksanaan pendidikan melalui pendekatan mental dicipline, passive learning yang telah
menjadi karakteristik pendidikan selama ini tidak sesuai dengan watak humanitas manusia
yang sebenarnya.
Munculnya aliran progresivisme merupakan salah satu jawaban atas berbagai persoalan
yang berkenaan dengan problem pendidikan sebagai upaya menjadikan manusia sebagai
manusia sejati.
Dalam konteks pendidikan, perkembangan progresivisme tidak dapat dilepaskan dari
pemikiran Jhon Dewey, yaitu hidup selalu berubah dan selalu menuju pada pemaharuanpembaharuan. Baginya, aktivitas intelegensi manusia akan lebih menyenangkan jika
disentuhkan dengan praktik lain dalam kehidupan ini, yaitu seni. Seorang yang menempatkan
imaji seninya dalam titik-titik fokus argumentasinnya, maka ia akan dengan mudah pula
mengembangkan dirinya dalam pencarian-pencarian sains. Jhon Dewey juga memangdang
bahwa aktivitas intelek manusia baik dalam proses produktivitisnya, konsumsi dan ataupun
pada level kritik, keseluruhannya tidak lain adalah sebagai upaya seni.
Dalam gerakan perubahan sosial, progresivisme muncul pada tahun 1930-an. Aliran ini
memperlihatkan diri melalui upaya kerjasama Jhon L. Childs, George Counts dan Boyd H.
Bode, namun kemudian untuk beberapa waku asosiasi pendidikan progresif ini terpaksa
dibubarkan. Kegiatan kembali terlihat setelah munculnya tokoh-tokoh kontemporer seperti
George Axtelle, Williem O. Stanley, Ernest Bayles, Lawrence G. Thomas dan Frederick C.
Neff. Itulah sebabnya mengapa tokoh-tokoh yang terakhir ini yang paling terkenal sebagai
tokoh progresivisme.
B. Pengertian Aliran progresivisme
Progresivisme secara bahasa dapat diartikan sebagai aliran yang menginginkan kemajuankemajuan secara cepat. Dalam konteks filsafat pendidikan, progresivisme merupakan suatu
aliran yang menekankan bahwa pendidikan bukanlah sekadar upaya pemberian sekumpulan
pengetahuan kepada peserta didik, tetapi pendidikan berisi beragam aktivitas yang mengarah
pada pelatihan kemampuan berpikir siswa secara menyeluruh, sehingga mereka dapat
berpikir secara sistematis melalui cara-cara ilmiah (Muhmidayeli, 2013:151). Dengan
kepemilikan kemampuan yang baik, peserta didik akan terampil membuat keputusan-

keputusan terbaik untuk dirinya dan orang lain serta dengan mudah dapat menyesuaikan diri
dengan lingkungannya.
Aliran progrivisme berusaha mengembangkan asas progresivisme dalam semua aspek
kehidupan manusia, agar manusia dapat survive menghadapi semua tantangan hidup. Aliran
progresivisme dinamakan instrumentalisme, eksperimentalisme dan environmentalisme.
Dinamakan instrumentalisme karena aliran ini menganggap bahwa kemampuan inteligensi
manusia sebagai alat untuk hidup, untuk kesejahteraan dan untuk mengembangkan
kepribadian manusia. Dinamakan eksperimentalisme karena aliran ini mempraktikkan asas
eksperimen untuk menguji kebenaran suatu teori. Dinamakan environmentalisme karena
aliran ini menganggap lingkungan hidup dapat mempengaruhi pembinaan kepribadian (Syam,
dalam Jalaluddin 2013:78).
Aliran progresivisme memiliki kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan yang meliputi:
ilmu hayat, antropologi dan psikologi. Ilmu hayat menunjukkan bahwa manusia mengetahui
semua permasalahan dalam kehidupan. Antropologi menunjukkkan bahwa manusia
mempunyai kebudayaan dan mampu menciptakan budaya. Psikologi menunjukkan bahwa
manusia akan memikirkan tentang dirinya, lingkungan, pengalaman, sifat-sifat alam dan
mampu menguasai serta mengatur alam.
C. Landasan Filosofis Progresivisme
Progresivisme menganggap bahwa kemajuan-kemajuan yang telah dicapai oleh manusia
tidak lain adalah karena kemampuan manusia dalam mengembangkan berbagai ilmu
pengetahuan berdasarkan tata logis dan sistematisasi berpikir ilmiah. Oleh karena itu,
pendidikan bertugas untuk melatih kemampuan-kemampuan subjek didiknya dalam
memecahkan masalah kehidupan yang mengarah pada pengembangan ilmu pengetahuan
yang berguna bagi kehidupannya dalam masyarakat.
Aliran progresivisme memandang bahwa sesuatu yang riil adalah sesuatu yang dapat
dialami dan dipraktikkan dalam kehidupan nyata. Manusia adalah makhluk fisik yang
berevolusi secara biologis, sosial dan psikologis. Sesuai hakikatnya, manusia akan terus
mengalami perkembangan secara terus-menerus menuju arah yang lebi baik. Bahkan esensi
kemanusiaan tidak lain adalah semangat untuk mengadakan perubahan-perubahan menuju
kemajuan-kemajuan hidup. Oleh karena itu, lembaga pendidikan harus berfungsi sebagai
wahana penumbuhkembangan daya kreativitas subjek didiknya agar memiliki kemampuan
dalam mengatasi berbagai problem diri dan masyarakatnya.
Aliran ini bersikap anti pada sikap otoritarianisme dan absolutisme dalam bentuk apapun.
Bagi penganut aliran ini, sikap ini sangat tidak menghargai kemampuan dasar manusia yang
secara natural akann selalu mampu menghadapi dan memecahkan berbagai kesulitan hidup.

Progresivisme berpendapat bahwa akal manusia bersifat aktif dan selalu ingin mencarai
tahu dan meneliti, sehingga ia tidak mudah menerima begitu saja suatu pandangan atau
pendapat sebelum ia benar-benar membuktikan kebenarannya secara empiris. Ilmu
pengetahuan lahir berdasarkan pada pembuktian-pembuktian eksperimentasi di dunia
empiris.
D. Asas Belajar dalam Aliran Progrisivisme
Filsafat progresivisme mempunyai konsep bahwa setiap peserta didik mempunyai akal
dan kecerdasan yang bersifat kreatif dan dinamis. Dengan sifat tersebut, peserta didik
menjadi individu yang aktif, kreatif dan dinamis untuk menghadapi dan memecahkan
masalah-masalah dalam kehidupannya.
Pendidikan sebagai wahana yang paling efektif dalam melaksanakan proses pendidikan
telah berorientasi pada sifat dan hakikat peserta didik sebagai manusia yang berkembang.
Usaha-usaha yang dilakukan adalah menciptakan kondisi edukatif, memberikan motivasimotivasi dan stimuli-stimuli sehingga akal dan kecerdasan peserta didik dapat berfungsi dan
berkembang dengan baik.
Bagi aliran progresivisme, sekolah yang ideal adalah sekolah yang isi pendidikannya
berintegrasi dengan lingkungan sekitar karena sekolah merupakan bagian dari masyarakat.
Filsafat progresivisme menghendaki isi pendidikan dengan bentuk belajar sambil berbuat atau
learning by doing (Zuhairini, dalam Jalaluddin 2013:86-87). Dengan kata lain, akal dan
kecerdasan harus dikembangkan dengan baik di sekolah. Dalam hal ini, sekolah tidak hanya
berfungsi sebagai pemindahan pengetahuan (transfer of knowleddge) , melainkan juga
berfungsi sebagai pemindahan nilai-nilai (transfer of value), sehingga anak terampil dan
berintelektual baik secara fisik maupun psikis.
Sekolah sebagai lingkungan pendidikan merupakan wadah pembinaan dan pendidikan
anak-anak didik dalam rangka menumbuhkembangkan seluruh potensi menuju arah yang
maksimal. Dalam hal ini, guru harus mengetahui tahap-tahap perkembangan anak didik lewat
ilmu psikologi pendidikan sehingga dapat menyediakan pembelajaran yang sesuai dengan
tingkat dan perkembangan psikologi anak.
Selain itu, guru juga harus memberikan kebebasan kepada anak didik untuk bersikap dan
berbuat sesuai dengan cara dan kemampuannya masing-masing. Hal ini bertujuan untuk
meningkatkan kecerdasan dan daya kreasi anak. Dengan kata lain, prinsip yang digunakan
adalah kebebasan perilaku anak didik sebagai subjek pendidikan, sedangkan guru sebagai
pelayan siswa.
E. Pandangan Progresivisme terhadap Kurikulum

Sikap progresivisme, memandang segala sesuatu berasaskan fleksibilitas dan dinamis,


yang tercermn dalam pandangannya mengenai kurikulum sebagai pengalaman yang edukatif,
bersifat eksperimentalis dan adanya rencana dan susunan yang teratur (Jalaludin, 2013:90).
Dari pernyataan tersebut, dapat dikatakan bahwa progresivisme menginginkan sekolah yang
memiliki kurikulum yang bersidfat fleksibel (tidak kaku, tidak menolak peruubahan, tidak
terikat oleh doktrin tertentu), luas dan terbuka. Dengan berpijak pada prinsip tersebut, maka
kurikulum dapat direvisi dan dievaluasi setiap saat sesuai dengan kebutuhan setempat.
Kurikulum dipusatkan pada pengalaman (kurikulum eksperimental) yang didasarkan atas
kehidupan manusia dalam berinteraksi dengan lingkungan yang kompleks. Untuk itu,
manusia memerlukan kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan demi kelangsungan
hidupnya. Oleh karena itu, manusia harus belajar dari pengalamannya.
Progresivisme tidak menghendaki adanya mata pelajaran yang diberikan terpisah, tetapi
harus terintegrasi dalam unit. Kurikulum dalam progresivisme bersifat eksperimental atau
tipe core curriculum. Core curriculum mengandung ciri-ciri integrated curriculum, dengan
menggunakan metode problem solving (Zuhairini dalam Jalaludin, 2013:92). Dengan adanya
mata pelajaran yang terintegrasi dalam unit, diharapkan anak dapat berkembang secara fisik
maupun psikis dan dapat menjangkau aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik.
Dalam penerapan metode problem solving, anak didik dituntuk untuk dapat
memfungsikan kecerdasannya dengan jalan dihadapkan pada materi-materi pelajaran yang
menantang siswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Siswa dituntut dapat
berpikir ilmiah seperti menganalisis, melakukan hipotesis dan menyimpulkan, dan
penekanannya terletak pada kemampuan intelektualnya.
Melalui proses pendidikan dengan menggunakan kurikulum yang bersifat integrated
kurikulum dengan metoe pendidikan belajar sambil berbuat (learning by doing) dan metode
problem solving (pemecahan masalah) diharapkan anak didik menjadi maju dan mempunyai
kecakapan praktis serta dapat memecahkan problem sosial sehari-hari dengan bijak.
F. Pandangan Progresivisme tentang Budaya
Kebudayaan sebagai hasil budi manusia, dalam berbagai bentuk dan manifestasinya,
sepanjang sejarah dikenal sebagai milik manusia yang tidak kaku (Jalaluddin, 2013:94).
Filsafat progresivisme menganggap bahwa pendidikan telah mampu mengubah dan membina
manusia untuk menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan kultural dan tantangan
zaman, sekaligus membantu manusia menghadapi transisi zaman tradisional untuk memasuki
zaman modern.
Manusia sebagai makhluk berakal dan berbudaya terus melakukan perubahan. Dengan
sifatnya yang dinamis dan kreatif, manusia terus berevolusi meningkatkan kualitas hidup ke

arah yang lebih maju. Dengan rangsangan dari lingkungan, terutama lewat pendidikan,
potensi manusia untuk berpikir, berkreasi, berbudaya dapat berkembang. Bagi aliran
progresivisme, semakin tinggi tingkat berpikir seseorang, maka semakin tinggi pula tingkat
budaya dan peradabannya.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Progresivisme merupakan suatu aliran yang menekankan bahwa pendidikan bukanlah
sekadar upaya pemberian sekumpulan pengetahuan kepada peserta didik, tetapi pendidikan
berisi beragam aktivitas yang mengarah pada pelatihan kemampuan berpikir siswa secara
menyeluruh, sehingga mereka dapat berpikir secara sistematis melalui cara-cara ilmiah
Aliran progresivisme memandang bahwa sesuatu yang riil adalah sesuatu yang dapat
dialami dan dipraktikkan dalam kehidupan nyata. Aliran ini bersikap anti pada sikap
otoritarianisme dan absolutisme. Progresivisme berpendapat bahwa akal manusia bersifat
aktif dan selalu ingin mencarai tahu dan meneliti, sehingga ia tidak mudah menerima begitu
saja suatu pandangan atau pendapat sebelum ia benar-benar membuktikan kebenarannya
secara empiris.
Dalam asas belajar, prinsip yang digunakan adalah kebebasan perilaku anak didik sebagai
subjek pendidikan, sedangkan guru sebagai pelayan siswa. Kurikulum dalam progresivisme
bersifat eksperimental atau tipe core curriculum. Core curriculum mengandung ciri-ciri
integrated curriculum, dengan menggunakan metodde problem solving.
B. Saran
Diharapkan para mahasiswa sebagai calon pendidik agar lebih meluangkan waktunya
untuk membaca tulisan-tulisan mengenai berbagai aliran filsafat pendidikan untuk menambah
wawasan.

You might also like