Professional Documents
Culture Documents
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala Rahmat dan Hidayah Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan waktu yang ditentukan yang berjudul
tentang
Gangguan
Sistem
Kardiovaskuler
Pada
Lansia
Tugas ini dilakukan untuk menerapkan Teori yang diperoleh di bangku perkuliahan dan
memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Gerontik II.
Dalam kesempatan ini,kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ns. Sovia Susiyanti, S.Kep, sebagai dosen mata kuliah Keperawatan Gerontik II yang telah
memberikan petunjuk, saran dan bimbingan.
2. Semua Rekan Rekan yang telah membantu penulis dalam pelaksanaan dan penyusunan
makalah ini.
Makalah ini dibuat sebagai syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu
Keperawatan. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih ada kekurangan. Oleh sebab itu
penulis mengharapkan masukan demi kesempurnaan makalah ini agar dimanfaatkan
sebagaimana mestinya.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Menuanya organ tubuh tak lebih dari sebuah proses alamiah. Namun, "sangat sulit
membedakan antara penuaan normal yang tidak bisa dicegah dengan kerusakan organ akibat
penuaan yang sebenarnya dapat dicegah," ungkap dr. A. Muin Rahman, Sp.PD, KGer. dari
divisi Geriatri Ilmu Penyakit Dalam FKUI RSCM. Dari seluruh penyakit yang mendera
lansia, penyakit kardiovaskular menempati urutan paling atas. Kerusakan akibat penuaan
biasanya akan mengalami dua macam interaksi, yang berasal dari penuaan itu sendiri atau
proses patologis yang mengikuti penyakit jantung tersebut. Kelompok ini pun sering
mengalami
kelainan
klinis
akibat
komorbiditas
serta
polifarmasi.
Penyakit jantung merupakan penyakit yang mematikan. Di seluruh dunia, jumlah penderita
penyakit ini terus bertambah. Ketiga kategori penyakit ini tidak lepas dari gaya hidup yang
kurang sehat yang banyak dilakukan seiring dengan berubahnya pola hidup. Angka harapan
hidup yang semakin meningkat ditambah peningkatan golongan usia tua semakin
memperbesar jumlah penderita penyakit jantung yang sebagian besar diderita oleh orang tua.
(Wikipedia, 2008)
Sekitar 83 persen penderita gagal jantung merupakan lansia. Gagal jantung diastolik
merupakan masalah utama disfungsi pendarahan pada orang gaek. Dari para lansia berusia di
atas 80 tahun yang menderita gagal jantung, 70 persen di antaranya memiliki fungsi sistolik
yang normal. Sedangkan para penderita gagal jantung yang berusia di bawah 60 tahun hanya
kurang dari 10 persen yang fungsi sistoliknya masih bagus. Artinya, sebagian besar penderita
lansia tidak memiliki kelainan pada fungsi sistolik, namun mengalami kelainan diastole.
Sementara itu, hampir 75 persen pasien geriatri menderita gagal jantung, hipertensi dan atau
penyakit arteri koroner. Sedangkan para lansia penderita gagal jantung diastolik akan
mengalami gagal jantung dekompensasi karena biasanya tekanan darahnya relatif tinggi dan
tidak terkontrol. Selain itu, sulit membedakan secara klinis antara gagal jantung diastol atau
sistol karena keduanya sering bercampur pada orang tua. Gejala yang mendadak merupakan
tanda umum gagal jantung akibat kelainan fungsi diastol.
Gejala dan tanda gagal jantung akibat penuaan relatif sama pada gagal jantung orang
muda, namun biasanya gejala klinis dan keluhan utama pasien tua seringkali berbeda dan
sangat tersembunyi. Biasanya pasien tidak sadar dengan penyakitnya, yang dia alami ialah
sebuah perasaan yang tidak berharga, tidak berguna, dan relatif menerima keadaan apa
adanya seiring dengan bertambahnya usia. Namun biasanya, karena gagal jantung orang tua
cenderung berupa kegagalan diastol, maka gejalanya akan timbul tiba tiba dan membuat
orang tua jadi uring uringan.
Secara umum, lansia dengan gagal jantung mesti bed rest agar mengurangi risiko
tromboemboli dan kondisi lain yang membuat fisik menjadi lemah. Penggunaan stocking
untuk kompresi dibarengi antikoagulan (terbatas sampai gejala dekom berkurang) dapat
dilakukan guna menghindari emboli dan trombosis vena. Diet restriksi cairan tidak perlu
dilakukan karena biasanya orang tua yang sedang sakit akan sangat sulit untuk makan secara
normal. Lansia pun cenderung cardiac cahexia dengan mekanisme yang belum jelas, namun
menyebabkan sangat rendahnya absorbsi dan penimbunan lemak pada lansia dengan penyakit
jantung. Sebelum sampai pada tata laksana farmakologis, sangat penting peran dokter untuk
menyemangati hidup para lansia ini, mengajak keluarganya untuk merawat bersama, serta
meyakinkan bahwa mereka akan mendapatkan penanganan yang prima. Sebab, kekuatan
psikologis jauh lebih berarti mengingat banyaknya obat yang cenderung menjadi 'tidak
mempan' untuk orang-orang tua akibat penurunan fungsi organ yang hampir total.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
I. Tinjauan Umum
1.1. Penuaan Normal
Dengan meningkatnya usia, jantung dan pembuluh darah mengalami perubahan baik
struktural maupun fungsional. Secara umum, perubahan yang disebabkan oleh penuaan
berlangsung lambat dan dengan awitan yang tidak disadari. Penurunan yang terjadi secara
berangsur angsur ini sering terjad ditandai dengan penurunan tingkat aktivitas, yang
mengakibatkan penurunan kebutuhan darah yang teroksigenasi.
Tabel : Perubahan Normal Pada System Kardiovaskuler Akibat Penuaan.
Perubahan Normal Yang Berbubungan Dengan Penuaan Implikasi Klinis
Ventrikel kiri menebal
Katup jantung menebal dan membentuk penonjolan.
Jumlah sel pacemaker menurun.
Arteri menjadi kaku dan tidak lurus pada kondisi dilatasi.
Vena mengalami dilatasi, katup2 menjadi tidak kompeten. Penurunan kekuatan kontraktil.
Gangguan aliran darah melalui katup.
Umum terjadi disritmia.
Penumpulan respon baroreseptor dan penumpulan respon terhadap panas dan dingin.
Edema pada ektremitas bawah dengan penumpukan darah.
Prinsip mekanisme yang digunakan oleh jantung yang mengalami penuaan untuk
meningkatkan curah jantung adalah dengan meningkatkan volume akhir diastolic, yang
meningkatkan volume sekuncup (Dikenal sebagai Hukum Starling). Prinsip perubahan
fungsional terkait usia yang dihubungkan dengan pembuluh darah secara progresif
meningkatkan tekanan sistolik. American Heart Assosiation merekomendasikan bahwa nilai
sistolik 160 mmHg dianggap sebagai batas normal tertinggi untuk lansia.
2006).
Gagal jantung Kongsetif adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah dalam
jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap oksigen dan nutrient
dikarenakan adanya kelainan fungsi jantung yang berakibat jantung gagal memompa darah
untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan atau kemampuannya hanya ada kalau
disertai peninggian tekanan pengisian ventrikel kiri (Smeltzer & Bare, 2001).
Gagal jantung adalah merupakan suatu sindrom, bukan diagnosa penyakit. Sindrom gagal
jantung kongestif (Congestive Heart Failure / CHF) juga mempunyai prevalensi yang cukup
tinggi pada lansia dengan prognosis yang buruk. Prevalensi CHF adalah tergantung umur
atau age-dependent. Menurut penelitian, gagal jantung jarang pada usia di bawah 45 tahun,
tapi
menanjak
tajam
pada
usia
75
84
tahun.
Infark miokardium (kematian sel jantung) biasanya mendahului terjadinya gagal jantung.
Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif berhubungan dengan gagal jantung karena
kondisi yang secara langsung merusak serabut jantung menyebabkan kontraktilitas menurun.
Hipertensi Sistemik atau pulmonal (peningkatan after load) meningkatkan beban kerja
jantung dan pada gilirannya mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung. Peradangan dan
penyakit myocardium degeneratif, berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini
secara langsung merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun.
Penyakit jantung lain, terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang sebenarnya, yang
secara langsung mempengaruhi jantung. Mekanisme biasanya terlibat mencakup gangguan
aliran darah yang masuk jantung (stenosis katub semiluner), ketidakmampuan jantung untuk
mengisi darah (tamponade, pericardium, perikarditif konstriktif atau stenosis AV),
peningkatan mendadak after load.
Faktor Sistemik
Terdapat sejumlah besar factor yang berperan dalam perkembangan dan beratnya
gagal jantung. Meningkatnya laju metabolisme (missal : demam, tirotoksikosis). Hipoksia
dan anemi juga dapat menurunkan suplai oksigen ke jantung. Asidosis respiratorik atau
metabolic
dan
abnormalita
elektronik
dapat
menurunkan
kontraktilitas
jantung.
Grade gagal jantung menurut New York Heart Association, terbagi dalam 4 kelainan
fungsional :
I.
II.
III.
IV.
c. Batuk
d. Mudah lelah, Terjadi karena curah jantung yang kurang yang menghambat jaringan
dan sirkulasi normal dan oksigen serta menurunnya pembuangan sisa hasil
katabolisme. Juga terjadi karena meningkatnya energi yang digunakan untuk bernafas
dan insomnia yang terjadi karena distress pernafasan dan batuk.
e. Kegelisahan atau kecemasan, Terjadi karena akibat gangguan oksigenasi jaringan,
stress akibat kesakitan bernafas dan pengetahuan bahwa jantung tidak berfungsi
dengan baik.
Gagal jantung Kanan :
a. Kongestif jaringan perifer dan visceral
b. Oedema ekstremitas bawah (oedema dependen), biasanya oedema pitting,
penambahan BB.
c. Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadi akibat
pembesaran vena hepar
d. Anoreksia dan mual, terjadi akibat pembesaran vena dan statis vena dalam rongga
abdomen.
e. Kelemahan.
f. Gejala
g.
h.
Klasik
Pada
Lansia
Dispnea
Ortopnea.
Dispnea noktural paroksimal (PND).
Edema dependen perifer.
2.4. Patofisiologi
Jantung yang normal dapat berespon terhadap peningkatan kebutuhan metabolisme
dengan menggunakan mekanisme kompensasi yang bervariasi untuk mempertahankan
kardiak output, yaitu meliputi :
a. Respon system saraf simpatis terhadap barroreseptor atau kemoreseptor
b. Pengencangan dan pelebaran otot jantung untuk menyesuaikan terhadap peningkatan
volume
c. Vaskontriksi arteri renal dan aktivasi system rennin angiotensin
d. Respon terhadap serum sodium dan regulasi ADH dan reabsorbsi terhadap cairan
Kegagalan mekanisme kompensasi dapat dipercepat oleh adanya volume darah
sirkulasi yang dipompakan untuk melawan peningkatan resistensi vaskuler oleh
pengencangan jantung. Kecepatan jantung memperpendek waktu pengisian ventrikel dari
arteri coronaria. Menurunnya COP dan menyebabkan oksigenasi yang tidak adekuat ke
miokardium. Peningkatan dinding akibat dilatasi menyebabkan peningkatan tuntutan oksigen
dan pembesaran jantung (hipertrophi) terutama pada jantung iskemik atau kerusakan yang
menyebabkan kegagalan mekanisme pemompaan.
WOC (Web Of Causation)
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
2.6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan gagal jantung dengan sasaran :
1) Untuk menurunkan karja jantung
2) Untuk meningkatkan curah jantung dan kontraktilitas miokard
3) Untuk menurunkan retensi garam dan air.
Terapi Non Farmakologis :
1) Istirahat untuk mengurangi beban kerja jantung
2) Oksigenasi
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Marilyn C, Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian
perawatan
pasien,
Edisi
Jakarta:
EGC,
1999
Hudak, Gallo, Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik, Edisi IV, Jakarta, EGC: 1997
Price, Sylvia, Patofisiologi: Konsep Klinis Proses Proses Penyakit, Edisi 4, Jakarta: EGC,
1999
Smeltzer, Bare, Buku Ajar keperawatan Medical Bedah, Bruner & Suddart, Edisi 8, Jakarta,
EGC,
2001
Angela, et.al, 1996. Essentials of gerontological nursing, adaptation to the aging process, JB
Lipincott,
Annete, GL. 1996. Gerontological nursing, Mosby year Book, St, Louis Miss.
comp.