Professional Documents
Culture Documents
LAPORAN KASUS
I.1 Identitas Pasien
Nama
Jenis kelamin
Umur
Status
Agama
Pekerjaan
Pendidikan
Alamat
: Tn. ES
: Laki-laki
: 73 tahun
: Menikah
: Islam
: Swasta
: SMP
: Cempaka Putih
I.2 Anamnesis
Auto-anamnesis pada tanggal 19 Maret 2015 Pukul 11.30 WIB di poliklinik Kulit
dan Kelamin RS Tk.II Moh Ridwan Meuraksa.
I.2.1 Keluhan Utama
Bercak menebal dan gatal di punggung kaki kanan sejak 10 hari SMRS
I.2.2 Keluhan Tambahan
Punggung kaki terasa kasar, kering, retak seperti luka iris dan kehitaman.
1.2.3 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke poliklinik kulit dan kelamin RS Tk. II Moh Ridwan
Meuraksa dengan keluhan bercak menebal dan gatal di punggung kaki kanan sejak
10 hari SMRS. Awalnya pasien mengaku tiba-tiba gatal yang sangat mengganggu
pada punggung kaki kanan, lalu timbul kemerahan. Gatal dirasakan hilang timbul
dan paling sering dirasakan pada malam hari. Karena sangat gatal, pasien sering
menggaruk sampai luka yang menyebabkan lukanya makin meluas. Pasien juga
mengeluh kulitnya menjadi terasa kasar, kering dan kehitaman.
3 hari SMRS, pasien mengaku kulit yang menebal, kasar, kering dan
kehitaman di punggung kaki kanan tersebut retak seperti luka iris dan dari
retakannya tersebut terlihat warna kekuningan hingga saat ini.
Pasien mengatakan bahwa keluhan seperti ini sering dirasakannya sejak 3
tahun dan selalu di tempat yang sama yaitu punggung kaki kanan. Pasien mengaku
jika keluhan timbul di akibatkan karena pasien sedang emosi. Pasien mempunyai
anak terakhir yang retardasi mental, anaknya itulah yang sering memicu emosinya.
: diakui 3 tahun
: disangkal
: diakui, herpes zoster pada tahun 2009
: disangkal
: diakui, Parkinson 4 tahun yang lalu.
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
Keadaan Umum
Kesadaran
BB : 36 kg
TB : 158 cm
BMI : 14.42
Vital sign
- Tekanan Darah
- Nadi
- RR
- Suhu
: Tampak Baik
: compos mentis, GCS = 15 E4M6V5
: 130/90 mmHg
: 84 x/menit
: 20 x/menit
: Afebris
Inspeksi
jejas (-)
Palpasi
: Vokal fremitus hemitoraks kanan sama dengan hemitoraks kiri
Perkusi
: Sonor di kedua lapang paru
Auskultasi : Suara Dasar Vesikuler (+) normal, Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-),
ekspirasi memanjang (-)
Cor
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
: S1 > S2, regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi
: datar
Auskultasi
: Bising usus (+) Normal
Perkusi
: Timpani, tes pekak alih (-), pekak sisi (-)
Palpasi
: Supel, undulasi (-), nyeri tekan (-)
Hepar : Tidak teraba
Lien : Tidak teraba
Ekstremitas
Superior
: Edema (-/-), akral dingin (-/-), sianosis (-/-)
Inferior
: edema (-/-), akral dingin (-/-), sianosis (-/-),
Status Dermatologis
Neurodermatitis
Psoriasis
Dermatitis Kontak Alergi
Dermatitis Kontak Iritan
Dermatitis Numularis
b. Medikamentosa
-
I.9 Prognosis
-
Quo ad vitam
: dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanactionam : dubia ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
NEURODERMATITIS SIRKUMSKIRPTA
II.1 Sinonim
Liken simpleks kronikus, Liken Vidal.1
II.2 Definisi
Peradangan kulit kronis, gatal, sirkumkrip, ditandai dengan kulit tebal dan garis
kulit tampak lebih menonjol (likenifikasi) menyerupai kulit batang kayu, akibat
garukan atau gosokan yang berulang-ulang karena berbagai rangsangan pruritogenik.1
II.3 Epidemiologi
Liken simpleks kronis jarang terjadi pada anak-anak. Insiden puncak terjadi pada
usia 30-50 tahun. Wanita lebih sering dibanding pria dan pada bangsa Asia. Pada wanita
sering terjadi Liken simpleks kronik pada leher belakang (Lichen Nuchae).1,2
II.4 Etiopatogenesis
Pruritus memainkan peran sentral dalam timbulnya pola reaksi kulit berupa
linkenifikasi dan pririgo nodularis. Hipotesis mengenai pruritus dapat oleh karena
adanya penyakit yang mendasari, misalnya gagal ginjal kronik, obstruksi saluran
empedu, limfoma Hodgkin, hipertiroidia, penyakit kulit seperti dermatitis atopik,
dermatitis kontak alergik, gigitan serangga, dan aspek psikologik dengan tekanan
emosi.1
Pada prurigo nodularis jumlah eosinofil meningkat. Eosinofil berisi protein X dan
protein kationik yang dapat menimbulkan degranulasi sel mas. Jumlah sel Langerhans
juga bertambah banyak. Saraf yang berisi CGRP (Calcitonin gene-related peptide) dan
SP (Subtance P), bahan imunoreaktif, jumlahnya didermis bertambah pada prurigo
nodularis, tetapi tidak pada neurodermatitis sirkumskripta. SP dan CGRP melepaskan
histamine dari sel mas yang selanjutnya akan memicu pruritus. Eksprei faktor
pertumbuhan saraf p75 pada membrane sel Schwan dan sel perineurum meningkat,
mungkin ini menghasilkan hiperplasi neural.1
kulit lain yang memberikan gejala pruritus, misalnya liken planus, liken amiloidosis,
psoriasis, dan dermatitis atopi.1
Gambaran histopatologisnya dapat berupa ortokeratosis, hipergranulosis,
akantosis (hiperplasi epidermal) dengan rate ridges yang memanjang teratur.
Ditemukan sebukan sel radang limfosit, magrofag, fibroblast, dan histiosit di sekitar
pembulh dermis atas. Pada prurigo nodularis akantosis pada bagian tengah lebih tebal,
menonjol lebih tinggi dari permukaan, sel schwan berpoliperasi, dan terliat hiperplasi
neural. Kadang juga terdapat krusta yang menutup sebagian epidermis.1
Dermatitis atopi (DA) adalah peradangan kulit kronik residif disertai gatal
yang umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak, sering berhubungan
dengan peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi pada penderita atau
keluarganya. Lokasi lesi pada remaja adalah lipatan siku/lutut, samping leher, dahi
dan sekitar mata.3
Pada dewasa distribusi lesi kurang karakteristik, sering mengenai tangan dan
pergelangan tangan, dapat pula berlokasi setempat misalnya pada bibir (kering,
pecah, bersisik), vulva, putting susu atau scalp. Kadang-kadang lesi meluas dan
paling parah didaerah lipatan, mengalami likenifikasi. Lesi kering, agak menimbul,
papul datar cenderung berkonfluens menjadi plak likenifikasi dan sedikit skuama.i
Bisa didapati eksoriasi dan eksudasi akibat garukan dan akhirnya hiperpigmentsi.
Pruritus adalah gejala subjektif yang paling dominan, dan terutama dirasakan pada
malam hari. bagaimana mekanisme timbulnya pruritus masih belum jelas.
Histamine yang keluar akibat degranulasi sel mas bukanlah satu-satunya penyebab
pruritus. Disangkakan sel peradangan, ambang rasa gatal yang rendah akibat
kekeringan kulit, perubahan kelembaban udara, keringat berlebihan, bahan iritan
konsentrasi rendah serta stress juga terkait dengan timbulnya pruritus. Umumnya
DA remaja dan dewasa berlangsung lama kemudian cenderung membaik setelah
usia 30 tahun, jarang sampai usia pertengahan dan sebagian kecil sampai tua.3
II.8 Penatalaksanaan
1. Non-medikamentosa
Perlu dijelaskan kepada pasien bahwa garukan akan memperburuk keadaan
penyakitnya, maka hindari garukan pada lesi.1
2. Medikamentosa
Untuk mengurangi rasa gatal dapat diberikan antipruritus, kortikosteroid
topical atau intralesi, produk ter. Antipruritus dapat berupa antihistamin yang
mempunyai efek sedative (contoh : hidroksizin, difenhidramin, prometazin) atau
tranquilizer. Dapat pula diberikan secara topical krim doxepin 5% dalam jangka
pendek (maksimum 8 hari). kortikosteroid yang dipakai biasanya berpotensi kuat,
bila perlu ditutup dengan penutup impermeable; kalau masih tidak berhasil dapat
diberikan secara suntikan intralesi. Salep kortikosteroid dapat pula dikombinasi
dengan ter yang mempunyai efek antiinflamasi. Ada pula yang mengobati dengan
UVB dan PUVA. Perlu dicari kemungkinan ada penyakit yang mendasarinya, bila
memang ada harus juga diobati.1
II.9 Prognosis
Prognosis bergantung pada penyebab pruritus (penyakit yang mendasari), dan
stasus psikologik penderita
DAFTAR PUSTAKA
1. Sularsito SA, Djuanda S. Dermatitis dalam : Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke-5. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2007. Hal.1478.
2. Siregar R, R. S. 2003. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit 2nd Ed. Jakarta; EGC.
3. Saoutra
Andre.
Neurodermatitis
Sirkumkripta.
Diunduh
dari
:
http://www.scribd.com/doc/50423503/Neurodermatitis-sirkumkripta