Professional Documents
Culture Documents
Aktivitas menyendiri
Terstimulasi
Tenang
Ansietas berat, yakni ada sesuatu yang berbeda dan ada ancaman,
memperlihatkan respons takut dan distress. Menurut Videbeck (2008), respon
dari ansietas berat adalah sebagai berikut :
a. Respon fisik
Ketegangan otot berat
Hiperventilasi
Kontak mata buruk
Pengeluaran keringat meningkat
Bicara cepat, nada suara tinggi
Tindakan tanpa tujuan dan serampangan
Rahang menegang, mengertakan gigi
Mondar-mandir, berteriak
Meremas tangan, gemetar
b. Respon kognitif
Lapang persepsi terbatas
Proses berpikir terpecah-pecah
Sulit berpikir
Penyelesaian masalah buruk
Tidak mampu mempertimbangkan informasi
Hanya memerhatikan ancaman
Preokupasi dengan pikiran sendiri
Egosentris
c. Respon emosional
Sangat cemas
Agitasi
Takut
Bingung
Merasa tidak adekuat
Menarik diri
Penyangkalan
Ingin bebas
-
Panik, individu kehilangan kendali dan detail perhatian hilang, karena hilangnya
kontrol, maka tidak mampu melakukan apapun meskipun dengan perintah.
Menurut Videbeck (2008), respon dari panik adalah sebagai berikut :
a. Respon fisik
Flight, fight, atau freeze
Ketegangan otot sangat berat
Agitasi motorik kasar
Pupil dilatasi
Tanda-tanda vital meningkat kemudian menurun
Tidak dapat tidur
Hormon stress dan neurotransmiter berkurang
Wajah menyeringai, mulut ternganga
b. Respon kognitif
Persepsi sangat sempit
Pikiran tidak logis, terganggu
Kepribadian kacau
Tidak dapat menyelesaikan masalah
Fokus pada pikiran sendiri
Tidak rasional
Sulit memahami stimulus eksternal
Halusinasi, waham, ilusi mungkin terjadi
c. Respon emosional
Merasa terbebani
Merasa tidak mampu, tidak berdaya
Lepas kendali
Mengamuk, putus asa
Marah, sangat takut
Mengharapkan hasil yang buruk
Kaget, takut
Lelah
2. ETIOLOGI (PENYEBAB)
Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh orang yang mengalami
ansietas menurut Hawari, 2008 antara lain sebagai berikut :
Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung
Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut
Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang
Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan
Gangguan konsentrasi dan daya ingat
Keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang, pendengaran
berdenging (tinitus), berdebar-debar, sesak nafas, gangguan pencernaan,
gangguan perkemihan, sakit kepala dan sebagainya.
3. FAKTOR PREDISPOSISI
Stressor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
menyebabkan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Ketegangan dalam kehidupan
tersebut dapat berupa :
a. Peristiwa traumatik, yang dapat memicu terjadinya kecemasan berkaitan
dengan krisis yang dialami individu baik krisis perkembangan atau situasional.
b. Konflik emosional, yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan baik.
Konflik antara ide dan superego atau antara keinginan dan kenyataan dapat
menimbulkan kecemasan pada individu.
c. Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu berpikir
secara realitas sehingga akan menimbulkan kecemasan.
d. Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil
keputusan yang berdampak terhadap ego.
e. Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan ancaman
f.
benzodizepin,
karena
benzodiazepine
dapat
menekan
timbulnya
kecemasan
(Suliswati,
2005).
Stressor
presipitasi
tempat tinggal.
b. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal.
Sumber internal : kesulitan dalam berhubungan interpersonal di rumah
dan tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai ancaman
mengubah
cara
seseorang
mekanisme ini tidak membantu untuk mengatasi masalah secara realita. Untuk
menilai penggunaan makanisme pertahanan individu apakah adaptif atau tidak
adaptif, perlu di evaluasi hal-hal berikut :
- Perawat dapat mengenali secara akurat penggunaan mekanisme pertahanan
klien.
- Tingkat penggunaan mekanisme pertahanan diri terebut apa pengaruhnya
terhadap disorganisasi kepribadian.
- Pengaruh penggunaan mekanisme pertahanan terhadap kemajuan kesehatan
klien.
- Alasan klien menggunakan mekanisme pertahanan.
6. PENATALAKSANAAN ANSIETAS
Menurut Hawari (2008) penatalaksanaan ansietas pada tahap pencegahaan
dan terapi memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu
mencangkup fisik (somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial dan psikoreligius.
diazepam,
clobazam,
bromazepam,
lorazepam,
buspirone
HCl,
dan
dorongan agar pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan
menghadapi
stressor
psikososial
sehingga
mengalami
kecemasan.
Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan, agar
faktor keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor keluarga
Perilaku
Ansietas dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologis
dan perilaku yang secara tidak langunsg melalui timbulnya gejala atau
mekanisme koping sebagai upaya untuk melawan ansietas.
Faktor predisposisi
Faktor presipitasi
Sumber koping
Mekanisme koping
B. Diagnosa Keperawatan
Ansietas termasuk diagnosa keperawatan dalam klasifikasi The North
American Nursing Diagnosis Association (NANDA) (Nurjannah, 2004), faktor yang
berhubungan diantaranya :
-
Terpapar racun
Konflik yang tidak disadari tentang nilai-nilai utama atau tujuan hidup.
Berhubungan dengan keturunan atau hereditas.
Kebutuhan tidak terpenuhi
Transmisi interpersonal
Krisis situasional atau maturasional
Ancaman kematian
Ancaman terhadap konsep diri
Stress
Substance abuse
Perubahan dalam : status peran, status kesehatan, pola interaksi.
Fungsi peran
Lingkungan status ekonomi
mengambil keputusan.
Kecemasan berat berhubung dengan konflik perkawinan.
Kecemasan sedang berhubungan dengan tekanan finansial.
Ketidakefektifan koping individu berhubungan dengan kematian saudara.
(Nursing
Outcome
Classification)
dan
NIC
(Nursing
Intervensi
Classification), adapun NOC dan NIC untuk ansietas, adalah sebagai berikut :
NOC (Nursing Outcome Classification)
Nursing Outcome Classification (NOC) pada ansietas terdiri dari ansietas
kontrol dan mekanisme koping, yaitu sebagai berikut :
1. Ansietas kontrol, dengan ketentuan (1-5; tidak pernah, jarang, kadangkadang, sering, konsisten), dengan indikator :
a. Monitor intensitas kecemasan
b. Menyikirkan tanda kecemasan
c. Mencari informasi untuk menurunkan kecemasan
d. Merencanakan strategi koping
e. Menggunakan teknik relaksasi untuk menurunkan kecemasan
f. Melaporkan penurunan durasi dan episode cemas
g. Melaporkan tidak adanya manifestasi fisik dan kecemasan
h. Tidak ada manifestasi perilaku kecemasan
2. Koping, dengan ketentuan (1-5; tidak pernah, jarang, kadang-kadang, sering,
konsisten), dengan indikator :
a. Menunjukkan fleksibilitas peran
b. Keluarga menunjukkan fleksibilitas peran para anggotanya
c. Melibatkan angoota keluarga dalam membuat keputusan
d. Mengekspresikan perasaan dan kebebasan emosional
e. Menunjukkan strategi penurunan stress
SP (STRATEGI PELAKSANAAN)
Masalah Keperawatan
ANSIETAS
Tindakan Keperawatan
pada Pasien
SP I pasien
1. Identifikasi stressor
cemas.
2. Identifikasi koping
Tindakan Keperawatan
pada Keluarga
SP I keluarga
1. Mendiskusikan
masalah yang
dirasakan keluarga
maladaptif dan
dalam merawat
akibatnya.
pasien
2. Menjelaskan
pengertian, tanda
dan gejala ansietas
sedang yang dialami
pasien beserta
: nafas dalam.
6. Membimbing
proses terjadinya.
3. Menjelaskan cara-
memasukkan dalam
jadwal kegiatan.
SP II pasien
1. Validasi masalah dan
latihan sebelumnya.
mempraktekkan cara
2. Latih koping :
merawat pasien
beraktivitas.
3. Membimbing
cemas sedang.
2. Melatih keluarga
memasukkan dalam
melakukan cara
jadwal kegiatan.
merawat langsung
pasien cemas
SP III pasien
1. Validasi masalah dan
sedang.
SP III keluarga
1. Membantu keluarga
latihan sebelumnya.
membuat jadwal
aktivitas di rumah
raga.
3. Membimbing
memasukkan dalam
jadwal kegiatan.
Fase Kerja :
Apa yang bapak rasakan?, Bagaimana perasaan itu bisa muncul?. Apa yang bapak
lakukan jka perasaan itu cemas itu muncul?. Oh, jadi bapak mondar-mandir dan banyak
bicara jika perasaan cemas dan tidak nyaman itu muncul.Ada peristiwa apa sebelum
ansietas itu muncul? Atau adakah hal-hal yang bapak pikirkan sebelumnya? Jadi bapak
akan merasa cemas jika ada pekerjaan bapak yang belum bisa bapak selesaikan. Bisa kita
diskusikan apa yang membuat pekerjaan bapak tidak selesai? Oh, jadi bapak merasa beban
kerja yang diberikan diluar kesanggupan bapak untuk menyelesaikannya. . Apakah
sebelumnya bapak pernah mendapatkan beban kerja yang tinggi pula? Apakah bapak bisa
menyelesaikan pekerjaan tersebut? Wah, baik sekali, berarti dulu bapak mampu
menyelesaikan pekerjaan yang banyak. Bagaimana cara bapak menyelesaikan pekerjaan itu
waktu dulu?.
Fase Terminasi :
Bagaimana perasaan bapak setelah kita bincang-bincang?, Coba bapak sebutkan lagi apa
yang membuat Bapak cemas? apa perubahan yang bapak rasakan dengan kondisi
kecemasan,. Dua hari lagi saya akan datang untuk mengajarkan latihan relaksasi, jam
10.00 tempatnya disini ya Pak, Sekarang saya pamit dulu Assalamualaikum Wr Wb.
SP 2 : Mengontrol Kecemasan Dengan Relaksasi Nafas Dalam
Fase Orientasi :
Assalamualaikum Pak Ahmad, bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah bapak sudah
melatih cara mengalihkan situasi untuk menghilangkan kecemasan Bapak?, Sesuai janji
kita dua hari yang lalu, hari ini saya datang kembali untuk mendiskusikan tentang latihan
relaksasi dengan tehnik tarik napas dalam. Berapa lama kita akan berlatih pak?
Bagaimana jika 20 menit? Dimana kita diskusi? Bagaimana jika di halaman samping?
Fase Kerja :
Pak, kemarin waktu kita diskusi bapak mengatakan bahwa saat cemas rasanya seluruh
badan bapak tegang, baik fikiran maupun fisik, Nah, latihan relaksasi ini bermanfaat untuk
membuat fisik bapak rileks atau santai. Dalam latihan ini bapak harus memusatkan pikiran
dan perhatian bapak pada pernapasan, gerakan mengembang dan mengempisnya otot
dada bapak saat bernapas . Bisa kita mulai pak? Sekarang bapak silahkan duduk tegap
seperti saya. Pertama-tama: bapak tarik napas perlahan-lahan, dalam hitungan satu, bapak
pikirkan bahwa adara memasuki bagian bawah paru-paru bapak, pada hitungan dua bapak
bayangkan udara mengisi bagian tengah paru-paru bapak dan pada hitungan tiga bapak
bayangkan seluruh paru-paru bapak sudah terisi dengan udara, setelah itu tahan napas
dalam hitungan tiga setelah itu bapak hembuskan udara melalui mulut dengan meniup udara
perlahan-lahan. Nah, sekarang bapak lihat saya mempraktekkanya. Sekarang coba bapak
praktekkan! Wah, bagus sekali bapak sudah mampu melakukannya. Bapak bisa latih
kembali relaksasi nafas dalam.
Fase Terminasi :
Bagaimana perasaan bapak setelah latihan tarik nafas dalam ini? Coba bapak ulangi satu
kali lagi Bagus sekali. Setiap kali bapak mulai merasa cemas, bapak bisa langsung
praktekkan cara ini. Lusa saya akan datang lagi untuk mengajarkan latihan yang lain yaitu
dengan mengendurkan dan mengencangkan seluruh otot bapak. Seperti biasa pak Jam
10.00 WIB. Assalamualaikum Pak ahmad.
DAFTAR PUSTAKA
Wirnata, Made, Diagnosa Keperawatan NANDA NIC-NOC (terjemahan)
Hawari, D., 2008, Manajemen Stres Cemas dan Depresi, Balai Penerbit FKUI : Jakarta.
Ibrahim, Ayub Sani. 2007. Panik Neurosis dan Gangguan Cemas. Dua As-As : Jakarta
Kaplan, Harold I, dkk. 1998. Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat. Widya Medika : Jakarta
Mansjoer, A., 1999, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 1, Penerbit Aesculapius :
Jakarta.
Nurjannah, I., 2004, Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa Manajemen, Proses
Keperawatan dan Hubungan Terapeutik Perawat-Klien, Penerbit MocoMedia : Yogyakarta.
Stuart, G.W., dan Sundden, S.J., 1995, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 3, EGC :
Jakarta.
Suliswati, dkk., 2005, Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa, EGC : Jakarta.
Videbeck, S.J., 2008, Buku Ajar sKeperawatan Jiwa, EGC : Jakarta.