Professional Documents
Culture Documents
Pemeriksa
Tgl pemeriksaan
: 20 Agustus 2014
I. IDENTITAS PASIEN
NAMA
: Ny. DD
UMUR
: 34 th
ALAMAT
AGAMA
: Islam
PEKERJAAN
: Wiraswasta
STATUS
: Menikah
SUKU BANGSA
: Sunda
TANGGAL MASUK
: 19 Agustus 2014
Keluhan tambahan
- Kesadaran
: Kompos mentis
- GCS
: E4 M6 V5 = 15
E4 : Dapat membuka mata secara spontan
M6: Mengikuti perintah
V5 : Waktu bicara orientasi baik
- Vital sign
Tekanan darah
: 120/80 mmHg
Nadi
: 92x / menit
RR
: 24 x / menit
Suhu
: 36,80 C
- Gizi
: kesan cukup
Status Generalis
- Kepala
Rambut
Mata
Telinga
Hidung
Mulut
- Leher
Pembesaran KGB
Pembesaran tiroid
: Tidak ada
JVP
: Tidak meningkat
Trachea
: Letak ditengah
- Thorak
Cor
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Batas kiri
Batas atas
Pulmo
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
- Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
- Ekstremitas
Superior
Inferior
N. olfaktorius ( N. I )
Daya penciuman hidung
Kanan / Kiri
: ( N/N )
N. opticus ( N. II )
Tajam penglihatan
BS )
Lapang penglihatan
Tes warna
Fundus oculi
: Tidak dilakukan
:(-/-)
Endopthalmus
:(-/-)
Exopthalmus
:(-/-)
Pupil :
Diameter
: ( 3 mm / 3 mm )
Bentuk
: ( Bulat / Bulat )
Isokor / anisokor
: Isokor
Posisi
: ( Sentral / Sentral )
:(+/+)
:(+/+)
:(+/+)
Lateral
:(+/+)
Superior
:(+/+)
Inferior
:(+/+)
Obliqus, superior
:(+/+)
Obliqus, inferior
:(+/+)
:(+/+)
:(+/+)
5
N. trigeminus ( N. V )
Sensibilitas
Ramus oftalmikus
: ( Normal / Nomal )
Ramus maksilaris
: ( Nomal / Normal )
Ramus mandibularis
: ( Normal / Normal )
Motorik
M. maseter
:(+/+)
M. temporalis
:(+/+)
M. pterigoideus
:(+/+)
Reflek
:(+/+)
Reflek bersin
: (+/+)
N. fascialis ( N. VII )
Inspeksi wajah sewaktu :
Diam
: Simetris
Tertawa
: Simetris
Meringis
: Simetris
Bersiul
: Simetris
Menutup mata
: Simetris
: Simetris
: Simetris
Menggembungkan pipi
: Simetris
Sensoris
Pengecapan 2/3 depan lidah
:(+)
N. acusticus ( N. VIII )
N. cochlearis
Ketajaman pendengaran
:( + / +)
Tinitus
:(-/-)
N. vestibularis
Test vertigo
: Tidak dilakukan
6
Nistagmus
:(-/-)
:(-/-)
Posisi uvula
: Di tengah
Palatum mole
: Istirahat : Simetris
Bersuara : Terangkat
Arcus palatoglossus
: Istirahat : Simetris
Bersuara : Terangkat
Arcus pharingeus
: Istirahat : Simetris
Bersuara : Terangkat
Reflek batuk
: Tidak dilakukan
Reflek muntah
: Tidak dilakukan
Peristaltik usus
Bradikardi
: (-)
Takikardi
: (-)
N. accesorius ( N. XI )
M. sternocleidomastoideus
:(N/N)
M. trapezius
:(N/N)
N. hipoglossus ( N. XII )
Atropi
: (-)
Fasikulasi
: (-)
Deviasi
: (-)
: (-)
Kernig test
: Sulit dinilai
Lasseque test
: Sulit dinilai
Brudzinsky I
: Sulit dinilai
Brudzinky II
: Sulit dinilai
Sistem motorik
- Gerak
Inferior ka / ki
( - / aktif )
- Kekuatan otot
- Tonus
Superior ka / ki
(-/-)
2/5
0/1
Normotonus / Normotonus
Normotonus /Normotonus
- Klonus
-/-
-/-
- Atrophi
-/-
-/-
- Reflek fisiologis
- Reflek patologi
Bicep ( + / + )
Pattela ( + / + )
Trisep ( + / + )
Achiles ( + / + )
Hoffman trommer ( - / - )
Babinsky ( - / - )
Chaddock ( - / - )
Oppenheim ( - / - )
Schaefer ( - / - )
Gordon ( - / - )
Gonda ( - / - )
Sensibilitas
-
: ( - / - ) thigmanesthesia
Rasa nyeri
:(-/-)
: ( - / - ) hipesthesia
: ( - / - ) hipesthesia
: (+ / +)
Rasa getar
: tidak dilakukan
: (+ / +)
: (+ / +)
Grafognosis
:(-/-)
: sulit dinilai
Koordinasi
:(-/+)
:(-/+)
Miksi
Defekasi
: Incontinensia urin
: Normal
Salivasi
: Normal
Fungsi luhur
Fungsi bahasa
: Baik
Fungsi orientasi
: Baik
Fungsi memori
Fungsi emosi
: Stabil
RESUME
Pasien seorang perempuan berumur 34 tahun datang ke RSAM dengan keluhan
lengan dan tungkai kanan tidak dapat digerakkan dan mati rasa sejak 1 bulan
yang lalu. Selain itu, lengan dan tungkai kiri juga dirasakan melemah dan mati
rasa, punggung OS terasa seperti terbakar, dan leher terasa kaku. Kelemahan
anggota gerak dimulai dari lengan kiri lalu ke lengan kanan, diteruskan ke kedua
tungkai. Pasien mempunyai riwayat penyakit darah tinggi. Vital sign didapatkan:
tekanan darah 120/80mmHg, frekuensi nadi 92x/mnt, pernafasan 24x/mnt, suhu
tubuh 36,8o C. Pada pemeriksaan fisik ditemukan tetraparese dan penurunan
sensibilitas pada keempat anggota gerak. Fungsi saraf otonom juga terganggu.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Kesan:
- Tidak tampak kelainan
Tampak lesi isointens, homogen; batas tegas, tepi reguler, soliter, pada
T1W1, yang memberikan intensitas signal meningkat, hiperintens,
inhomogen, pada T2W1, di daerah intradural-ekstramedulla anterior,
setinggi bagian distal clivus sampai corpus vertebra C1, yang ke arah
lateral kanan dan kiri, meluas ke daerah extradural menekan radiks spinalis
segmen C1 bilateral, sedangkan ke arah posterior, mendesak dan menekan
mendulla spinalis proksimal serta menyebabkan stenosis foramen magnum
dan canalis spinalis di daerah tersebut.
Tampak lesi isointens, inhomogen, batas tidak tegas, tei irreguler, pada
T1W1, yang memberikan intensitas signal meningkat, hiperintens,
inhomogen, pada T2W1, di intra medulla oblongata bagian distal dan
medulla spinalis bagian proksimal, memanjang, sampai setinggi corpus
vertebrae C4.
Tampak multiple disc bulging pada discus intervertebralis C3-4, C4-5 dan
C5-6 dengan pereganagn ligamentum longitudinal anterior et posterior
yang masih utuh.
Kesimpulan:
Lesi isointens, homogen; batas tegas, tepi reguler, soliter, pada T1W1,
yang memberikan intensitas signal meningkat, hiperintens, inhomogen,
pada T2W1, di daerah intradural-ekstramedulla anterior, setinggi bagian
distal clivus sampai corpus vertebra C1, yang ke arah lateral kanan dan
kiri, meluas ke daerah extradural menekan radiks spinalis segmen C1
bilateral, sedangkan ke arah posterior, mendesak dan menekan mendulla
spinalis proksimal serta menyebabkan stenosis foramen magnum dan
canalis spinalis di daerah tersebut Sugestif SOL solid intaduralekstramedulla yang meluas ke ekstradural, ec. DD/ - Schwannoma
- Meningioma
Lesi isointens, inhomogen, batas tidak tegas, tei irreguler, pada T1W1,
yang memberikan intensitas signal meningkat, hiperintens, inhomogen,
pada T2W1, di intra medulla oblongata bagian distal dan medulla spinalis
bagian proksimal, memanjang, sampai setinggi corpus vertebrae C4, ec.
Myelitis, perlu dipertimbangkan (Bagaimana klinis dan lab?)
Multiple disc bulging pada discus intervertebralis C3-4, C4-5 dan C5-6
dengan pereganagn ligamentum longitudinal anterior et posterior yang
masih utuh.
DIAGNOSIS
- Klinis
- Topis
= Medula spinalis C1
- Etiologi
= Neoplasma
PENATALAKSANAAN
1. Umum
2. Medikamentosa :
IVFD RL gtt XX / mnt
11
Kortikosteroid
Antagonis Histamin H2 reseptor
Antipiretik Analgetik
Vitamin
PROGNOSA
-
Quo ad vitam
= Dubia ad bonam
Quo ad Fungsionam
= Dubia ad malam
Quo ad Sanationam
= Dubia ad bonam
12
PEMBAHASAN
1. Apakah Penegakan diagnosis sudah benar?
Diagnosis didasarkan atas anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang.
Anamnesis didasarkan pada penemuan klinis yaitu dengan cara menanyakan
gejala defisit neurologis baik saraf kranial maupun saraf otonom, fungsi
motorik dan sensorik serta tanda-tanda peningkatan TIK. Pertanyaan ini
dilengkapi dengan onset dan progresifitas.
Gejala yang timbul menunjukkan lokasi massa berada. Rasa panas, kesemutan
dan terbakar merupakan khas lesi pada medulla spinalis.
Anamnesis
- Keluhan/gejala defisit neurologik terjadi secara bertahap keluhan
dirasakan oleh OS sejak 7 bulan yang lalu dan terjadi secara bertahap.
Keluhan berupa otot yang terasa melemah, kesemutan, dan panas seperti
terbakar yang dimulai dari lengan kiri, ke lengan kanan, lalu ke leher dan
kepala dan terakhir kedua tungkai secara bersamaan.
- Timbul tanda dan gejala sesuai dengan lokasi massa berada
kelumpuhan terjadi pada lengan dan tungkai. Jika ke empat ekstremitas
terkena semua berarti terdapat lesi di bagian medula spinalis teratas yang
mensuplai saraf untuk semua organ. Organ paling atas yang mengalami
keluhan adalah kulit kepala. Kulit kepala mendapatkan suplai saraf dari
cervikal 2. Kemungkinan massa tumor berada ditingkat cervical 2 atau di
atas nya.
- Abnormal sensasi atau kehilangan sensasi pada ekstremitas. Seperti
sensasi dingin di lengan, tungkai atau di area lain gangguan sensorik
terjadi karena penekanan pada saraf sensorik yang menyuplai persarafan
pada organ tertentu, dalam hal ini adalah anggota gerak, dada, perut dan
punggung. Batas abnormal sensasi sensorik adalah setinggi vertebrae
paling atas yang mengalami penekanan oleh tumor.
13
- Rasa nyeri di punggung yang makin bertambah buruk apabila batuk, bersin
atau saat meregangkan otot dan dipengeruhi suhu
- Inkontinensia alvi dan urin gangguan saraf otonom terjadi karena
medula spinalis merupakan pusat saraf otonom, baik untuk parasimpatis
maupun simpatis. Pada kasusini gangguan parasimpatis menonjol yaitu
inkotinensia urin.
- Kelemahan otot terutama pada kaki dan progresif.
- Kontraksi otot seperti fasikulasi atau spasme.
Pemeriksaan fisik ditemukan:
- Abnormal reflek yaitu hiperrefleksia
- Peningkatan tonus otot
- Kehilangan rasa nyeri
- Kehilangan rasa sensasi suhu
- Kelemahan otot
- Rasa kaku dan nyeri pada tulang belakang
Pada tes rasa raba ditemukan perbedaan rasa raba pada leher ketika
menggunakan kapas. Perbedaan rasa raba berada pada ketinggian 2 cm di atas
tiroid.
14
Gambar 2.1 (A) Tumor intradural-intramedular, (B) Tumor intradural-ekstramedular, dan (C)
Tumor Ekstradural
1. Tumor Ekstradural
Tumor ekstradural adalah tumor spinal yang berasal dari vertebra dan ruang
epidural. Rusaknya tulang dapat menimbulkan instabilitas dan fraktur tulang
belakang. Perluasan tmor ekstradural dapat menimbulkan kompresi medulla
spinalis dan radikulopati.
Tumor metastatik merupakan tumor ekstradural yang tersering, biasanya
daerah sumsum tulang belakang toraks dan lumbal. Tumor primer terseringnya
adalah limfoma, keganasan paru-paru, payudara, dan prostat, diikuti oleh
ginjal, kolon, tiroid, sarkoma, dan melanoma. Deksametason harus diberikan
sambil menunggu pembedahan atau penyinaran dilakukan. Pembedahan hanya
dapat meningkatkan harapan hidup penderita keganasan yang sudah metastasis,
prognosis hidupnya adalah diatas 6 bulan.
16
17
Dua per tiga dari ependydoma muncul pada daerah lumbosakral. Diperkirakan
60% dari astrositoma spinalis berlokasi di segmen servikal dan servikotorakal.
Tumor ini jarang ditemukan pada segmen torakal, lumbosakral atau pada conus
medularis.Astrositoma biasanya bersifat infiltratif hingga eksisi komplit hampir
mustahil dilakukan. Prognosis astrositoma lebih buruk dibandingkan
ependimoma.
PATOFISIOLOGI
Penyebab tumor medula spinalis primer sampai saat ini belum diketahui secara
pasti. Beberapa penyebab yang mungkin dan hingga saat ini masih dalam tahap
penelitian adalah virus, kelainan genetik, dan bahan-bahan kimia yang bersifat
karsinogenik. Adapun tumor sekunder (metastasis) disebabkan oleh sel-sel kanker
yang menyebar dari bagian tubuh lain melalui aliran darah yang kemudian
menembus dinding pembuluh darah, melekat pada jaringan medula spinalis yang
normal dan membentuk jaringan tumor baru di daerah tersebut.
Proses perkembangan tumor medula spinalis masih belum dapat dijelaskan.
Kemungkinan ada pengaruh dari gen meskipun tidak selalu ada kelainan genetik
yang diturunkan. Pengaruh lingkungan juga diduga berperan penting, misalnya
paparan dari zat-zat kimia. Pada beberapa kasus, tumor medula spinalis
berhubungan dengan syndrom genetik contohnya neurofibromastosis 2 (NF2) dan
von Hippel-Lindau disease. Astrositoma dan neuroependimoma merupakan jenis
yang tersering pada pasien dengan neurofibromatosis tipe 2 (NF2), di mana pasien
dengan NF2 memiliki kelainan pada kromosom 22. Spinal hemangioblastoma
dapat terjadi pada 30% pasien dengan Von Hippel-Lindou Syndrome sebelumnya,
yang merupakan abnormalitas dari kromosom 3.
GEJALA DAN TANDA
Keluhan pertama dari tumor medula spinalis dapat berupa nyeri radikuler, nyeri
vertebrae, atau nyeri funikuler. Secara statistik adanya nyeri radikuler merupakan
indikasi pertama adanya space occupying lesion pada kanalis spinalis dan disebut
18
pseudo neuralgia pre phase. Dilaporkan 68% kasus tumor spinal sifat nyerinya
radikuler, laporan lain menyebutkan 60% berupa nyeri radikuler, 24% nyeri
funikuler dan 16% nyerinya tidak jelas. Nyeri radikuler dicurigai disebabkan oleh
tumor medula spinalis bila:
Nyeri radikuler hebat dan berkepanjangan, disertai gejala traktus piramidalis
Lokasi nyeri radikuler diluar daerah predileksi HNP
seperti C5-7, L3-4, L5 dan S1
Tumor medula spinalis yang sering menyebabkan nyeri radikuler adalah tumor
yang terletak intradural-ekstramedular, sedang tumor intramedular jarang
menyebabkan nyeri radikuler. Pada tumor ekstradural sifat nyeri radikulernya
biasanya hebat dan mengenai beberapa radiks.
Tumor-tumor intrameduler dan intradural-ekstrameduler dapat juga diawali
dengan gejala TTIK seperti: hidrosefalus, nyeri kepala, mual dan muntah,
papiledema, gangguan penglihatan, dan gangguan gaya berjalan. Tumor-tumor
neurinoma dan ependimoma mensekresi sejumlah besar protein ke dalam likuor,
yang dapat menghambat aliran likuor di dalam kompartemen subarakhnoid spinal,
dan kejadian ini dikemukakan sebagai suatu hipotesa yang menerangkan kejadian
hidrosefalus sebagai gejala klinis dari neoplasma intraspinal primer.
19
Magnum
Servikal
kelemahan ekstremitas.
Menimbulkan tanda-tanda sensorik dan motorik mirip lesi radikular
yang melibatkan bahu dan lengan dan mungkin juga menyerang
tangan. Keterlibatan tangan pada lesi servikalis bagian atas (misal,
diatas C4) diduga disebabkan oleh kompresi suplai darah ke kornu
20
21
Kauda
Ekuina
khas lainnya adalah nyeri tumpul pada sakrum atau perineum, yang
kadang-kadang menjalar ke tungkai. Paralisis flaksid terjadi sesuai
dengan radiks saraf yang terkena dan terkadang asimetris.
DIAGNOSIS
Diagnosis didasarkan atas anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang.
1. Penemuan klinis
Anamnesis
-
Timbul tanda dan gejala sesuai dengan lokasi massa berada berupa nyeri
radikuler.
Pemeriksaan fisik
-
Kelemahan otot
2. Pemeriksaan tambahan
-
Pemeriksaan LCS
Citology
Myelogram
Spinal CT Scan
22
Spine MRI
Spine X-Ray
Tumor primer dan tumor metastasis dapat memberikan gambaran klinis yang
sama karena berada pada bagian yang sama. Penting untuk membedakan kedua
asal tumor tersebut karena terapi yang berbeda. Untuk dapat membedakannya bisa
dari waktu terlihat gejala, demografi dan lokasi. Berikut tercantum pada tabel 1.
Primary Tumor
Metastatic Tumor
Percentage
95
Presentation:
Demographics
Younger
Older
Vertebral body/posterior
elements
Longer duration
Vertebral body
En bloc
Piecemeal
Radiation
Proton beam
Conventional
Chemotherapy
Unlikely
Common
Cure
Palliation
Location
Time to presentation
Treatment:
Surgery
Treatment goal
Shorter duration
High
Setelah dapat membedakan antara tumor primer atau sekunder, kita bisa
melanjutkan langkah selanjutnya. Apabila tumor primer maka lakukan biopsi
untuk mengetahui sitologi dari sel tumor sehingga bisa menentukan jenis tumor
jinak atau tumor ganas. Selain itu, biopsi dan sitologi dapat pula untuk
23
menentukan staging. Alur tercantum pada gambar 2.2. Staging tercantum pada
Tabel 2.
24
Staging
Description
Treatment
S1 (latent):
Benign
No growth
Well-defined capsule
Nonoperative (unless
decompression/stabilization
required)
S2 (active):
Thin capsule
Intralesional curettage
Slow growth
Reactive pseudocapsule
S3 (aggressive):
Rapid growth
Capsule incomplete
Wide reactive
pseudocapsule
Low grade (I):
IA (confined to
Wide pseudocapsule
IIA (confined to
Pseudocapsule infiltrated by
vertebra)
tumor
adjuvant therapy
Distant metastasis
Malignant vertebra)
IB (paravertebral
extension)
High grade (II):
IIB (paravertebral
extension)
therapy
25
Gambar 2.2. Alur penegakan diagnosis dan staging hingga pemilihan terapi bedah.
26
TERAPI
Penatalaksanaan untuk sebagian besar tumor baik intramedular maupun
ekstramedular
adalah
dengan
pembedahan.
Tujuannya
adalah
untuk
27
d. Radiasi
Terapi radiasi direkomendasikan umtuk tumor intramedular yang tidak dapat
diangkat dengan sempurna. Dosisnya antara 45 dan 54 Gy.
e. Pembedahan
Tumor biasanya diangkat dengan sedikit jaringan sekelilingnya dengan teknik
myelotomy. Aspirasi ultrasonik, laser, dan mikroskop digunakan pada
pembedahan tumor medula spinalis.
Indikasi pembedahan:
Tumor dan jaringan tidak dapat didiagnosis (pertimbangkan biopsi bila lesi
dapat dijangkau). Catatan: lesi seperti abses epidural dapat terjadi pada
pasien dengan riwayat tumor dan dapat disalahartikan sebagai metastase.
Medula spinalis yang tidak stabil (unstable spinal).
Kegagalan radiasi (percobaan radiasi biasanya selama 48 jam, kecuali
signifikan atau terdapat deteriorasi yang cepat); biasanya terjadi dengan
tumor yang radioresisten seperti karsinoma sel ginjal atau melanoma.
Rekurensi (kekambuhan kembali) setelah radiasi maksimal.
KOMPLIKASI
Komplikasi yang mungkin pada tumor medula spinalis antara lain:
Paraplegia
Quadriplegia
Infeksi saluran kemih
Kerusakan jaringan lunak
Komplikasi pernapasan
PROGNOSIS
Tumor dengan gambaran histopatologi dan klinik yang agresif mempunyai
prognosis yang buruk terhadap terapi. Pembedahan radikal mungkin dilakukan
pada kasus-kasus ini. Pengangkatan total dapat menyembuhkan atau setidaknya
pasien dapat terkontrol dalam waktu yang lama. Fungsi neurologis setelah
28
pembedahan sangat bergantung pada status pre operatif pasien. Prognosis semakin
buruk seiring meningkatnya umur (>60 tahun).
29
DAFTAR PUSTAKA
1. Hakim, A.A. 2006. Permasalahan serta Penanggulangan Tumor Otak dan
Sumsum Tulang Belakang. Medan: Universitas Sumatera Utara
2. Huff, J.S. 2010. Spinal Cord Neoplasma. [serial online].
http://emedicine.medscape.com/article/779872-print. [ 20 Agustus 2014].
3. American Cancer Society. 2009. Brain and Spinal Cord Tumor in Adults.
[serial online]. http://www.cancer.org/acs/groups/cid/documents/
webcontent/003088-pdf. [20 Agustus 2014].
4. Harrop, D.S. and Sharan, A.D. 2009. Spinal Cord Tumors - Management
of
Intradural
Intramedullary
Neoplasms.
[serial
online].
Treatment.
[serial
online].
30
31
32