You are on page 1of 1

Laparoskopi miomektomi

Laparoskopi miomektomi dapat dilakukan pada mioma yang dapat dilihat dengan mudah,
seperti pada subserous bagian superfisial atau mioma pedunkulata. Mioma ini dapat dihilangkan
dengan laparoskopi kanula dan dihilangkan dengan colpotomy sayatan. Laparoskopi koagulasi
mioma, atau myolysis, pertama kali dilakukan pada akhir 1980-an di Europe. Prosedur myolysis
digunakan sebagai alternatif konservatif untuk miomektomi pada wanita yang masih ingin
mempunyai anak. Dilaporkan dari 9 wanita yang menjalani cryomyolysis dengan MRI,
didapatkan pengurangan volume leiomyoma dari 65% pada 8 pasien, namun 1 pasien
memerlukan laparotomi dan miomektomi karena laserasi pembuluh darah. Telah dilaporkan
pecahnya uterus selama kehamilan setelah reseksi laparoskopi leiomyomata dan dikaitkan
dengan tidak sempurnanya pembentukan kembali dari miometrium. Namun masih belum jelas
terjadinya resiko yang tinggi dari rupture uteri setelah dilakukan miomektomi. Pada miomektomi
laparoskopi dilakukan pengambilan mioma dengan sayatan yang kecil. Pasien harus
dinformasikan tentang risiko miomektomi. Pasien juga harus diberitahu tentang kemungkinan
bahwa hysterectomy mungkin lebih diperlukan daripada myomectomy. Kebanyakan pasien
yang ingin mempunyai anak akan memilih miomektomi daipada histerektomi. Bagi mereka yang
ingin hamil, ditunda kehamilannya sekitar 4 sampai 6 bulan setelah prosedur operasi. Karena
terjadi gangguan miometrium setelah dilakukan miomektomi. Untuk infertilitas pasien
direkomendasikan 4 bulan setelah dilakukan evaluasi anatomi rongga rahim dan saluran tuba.
Embolisasi Uterus Arteri
Embolisasi arteri uterus pertama kali dilakukan pada tahun1995 untuk pengobatan mioma ,
selain itu, embolisasi arteri uterus telah digunakan untuk mengendalikan perdarahan panggul.
Prinsipnya adalah dengan membatasi suplai darah ke mioma yang dapat mengurangi volume
mioma. material embolisasi, partikel polivinil alkohol biasanya,disalurkan melalui kateter
transarterial fluoroscopically yang dimasukkan ke dalam arteri femoralis untuk menutup jalan
arteri yang mensuplai mioma. Prosedur ini dilakukan dengan intervensi radiologi. Karena
memperpendek waktu inap di rumah sakit, prosedur invasif minimal telah menjadi alternatif
baru yang menarik untuk operasi miomektomi atau histerektomi. Hal ini direkomendasikan
untuk pasien dengan mioma uteri yang besar dan memiliki gejala, wanita yang tidak ingin terapi
extirpative. Dari 80 pasien dengan mioma hypermenorrhea, 90% dilaporkan berhentinya gejala
setelah dilakukan embolisasi arteri uterus. Prosedur ini juga berefek samping dan
berkomplikasi. Nyeri bisa terjadi dan berlangsung selama lebih dari 2 minggu setelah dilakukan
procedure. Demam Postembolization, kegagalan regresi dari mioma, sepsis, dan bahkan
kematian telah dilaporkan setelah dilakukan embolization arteri uteri. Kegagalan ovarium juga
telah dilaporkan pada 1-2% pasien setelah prosedur embolisasi. Efek dari embolisasi arteri uterus
pada kesuburan masih dipertanyakan. Prosedur ini masih perlu dipertanyakan tentang
kekambuhan, efek jangka panjang pada kesuburan, dan keselamatan secara keseluruhan
dibandingkan dengan perawatan bedah konvensional. Embolisasi arteri uteri sebagai pilihan pada
rencana pengelolaan mioma yang bergejala, dan pilihan ini harus didiskusikan dengan pasien.

You might also like