You are on page 1of 14

DAFTAR ISI

Daftar Isi 1
BAB I: Pendahuluan .. 2
BAB II: Pembahasan . 4
BAB III: Kesimpulan 14
Daftar Pustaka ...... 15

Kelompok 10 | Asplenia

BAB I
PENDAHULUAN

Tubuh manusia terdiri dari berbagai macam organ. Salah satu organ yang cukup penting
peranannya dalam sistem pertahanan tubuh adalah limpa/lien. Limpa merupakan organ sebesar
kepalan tinju yang lembut dan berongga-rongga, dan berwarna keunguan.

Limpa terdapat dibagian atas rongga perut, tepat dibawah lengkung tulang iga di sebelah kiri.
Limpa berfungsi sebagai 2 organ. Bagian yang putih merupakan sistem kekebalan untuk
melawan infeksi dan bagian yang merah bertugas membuang bahan-bahan yang tidak diperlukan
dari dalam darah (misalnya sel darah merah yang rusak).

Sel darah putih tertentu (limfosit) menghasilkan antibodi pelindung dan memegang peranan
penting dalam melawan infeksi. Limfosit dapat dibentuk dan mengalami pematangan di dalam
bagian putih limpa. Bagian merah limpa mengandung sel darah putih lainnya (fagosit) yang
mencerna bahan yang tidak diinginkan (misalnya bakteri atau sel yang rusak) dalam pembuluh
darah. Bagian merah memantau sel darah merah (menentukan sel yang abnormal atau terlalu tua
atau sel yang mengalami kerusakan) dan menghancurkannya. Karena itu, bagian merah ini
kadang disebut sebagai kuburan sel darah merah.

Bagian merah juga berfungsi sebagai cadangan untuk elemen-elemen darah, terutama sel darah
putih dan trombosit. Pada banyak binatang, bagian merah ini melepaskan elemen darah ke dalam
sirkulasi pada saat tubuh memerlukannya, tetapi pada manusia pelepasan elemen ini bukan
Kelompok 10 | Asplenia

merupakan fungsi limpa yang terpenting. Jika limpa diangkat melalui pembedahan
(splenektomi), tubuh akan kehilangan beberapa kemampuannya untuk menghasilkan antibodi
pelindung dan untuk membuang bakteri yang tidak diinginkan dari tubuh. Sebagai akibatnya,
kemampuan tubuh dalam melawan infeksi akan berkurang. Tidak lama kemudian, organ lainnya
(terutama hati) akan meningkatkan fungsinya dalam melawan infeksi untuk menggantikan
kehilangan tersebut, sehingga peningkatan risiko terjadinya infeksi tidak akan berlangsung lama.

Istilah asplenia menunjukan tidak adanya limpa. Individu dengan asplenia beresiko tinggi
terkena berbagai macam penyakit, terutama infeksi. Asplenia adalah salah satu istilah yang
digunakan untuk menunujukan kondisi ini. Istilah lainnya adalah Ivemark syndrome, right
isomerism sequence, bilateral right-sideness sequence, splenic agenesis syndrome, dan asplenia
dengan cardiovascular anomalies.

Kelompok 10 | Asplenia

BAB II
PEMBAHASAN

Anatomi dan Fisiologi Limpa/Spleen/Lien

Gambar 1. Struktur Limpa

Anatomi Lien
Lien/spleen/limpa merupakan organ RES (Reticuloendothelial system) yang terletak di cavum
abdomen pada regio hipokondrium sinistra. Lien terletak sepanjang costa IX, X, dan XI sinistra
dan ekstremitas inferiornya berjalan ke depan sampai sejauh linea aksillaris media. Lien juga
merupakan organ intraperitoneal.

Kelompok 10 | Asplenia

Morfologi Lien
Lien memiliki 2 facies, facies diaphragmatica yang berbentuk konvex dan facies visceralis yang
berbentuk lebih datar.

Facies diaphragmatica lien berhadapan dengan diaphragm dan costa IX- XI sinistra. Sedangkan
facies visceralis nya memiliki 3 facies, yaitu facies renalis yang berhadapan dengan ren sinistra,
facies gastric yang berhadapan dengan gaster, dan facies colica yang berhadapan dengan flexura
coli sinistra. Ketiga facies tsb bertemu pada hilus lienalis. Dimana hilus lienalis merupakan tmp
keluar dan masuknya dari vasa. N. lienalis. Pada hilus lienalis, juga merupakan tmp
menggantungnya cauda pancreas.

Lien memiliki 2 margo, yaitu margo anterior dan margo posterior. Selain itu, lien jg memiliki 2
ekstremitas, yaitu ekstremitas superior, dan ekstremitas inferior.

Gambar 2. Vaskularisasi Lien

Kelompok 10 | Asplenia

Vaskularisasi Lien
Lien di vaskularisasi oleh a. lienalis yang merupakan cabang dr truncus coeliacus/ triple hallery
bersama a. hepatica communis, dan a. gastric sinistra. Triple hallery sendiri merupakan cabang dr
aorta abdominalis yang dicabangkan setinggi Vertebra Thoracal XII Vertebrae Lumbal I
Sedangkan v. lienalis meninggalkan hilus lienalis berjalan ke posterior dr cauda dan corpus
pancreas utk bermuara ke v. portae hepatis bersama dengan v. mesenterica superior dan v.
mesenterica inferior.

Innervasi Lien
Lien di innervasi oleh persarafan simpatis oleh n. sympaticus sengmen Thoracal VI X dan
persarafan parasimpatisnya oleh n. Vagus (n.X)

Fungsi Lien
Fungsi lien meliputi:
- Hematopoesis
Pada manusia lien berfungsi pada awal perkembangan hematopoesis, khususnya dalam
perkembangan eritrosit selama 4 bulan pertama kehamilan. Setelah lahir, lien berfungsi
sebagai persiapan respon imun primer dan berhenti pada kehamilan 6 bulan.
- Mengaktifkan limfosit B dan limfosit T
Lien terdiri dari dua bagian yaitu pulpa alba (bagian yang putih) merupakan sistem
kekebalan untuk melawan infeksi. Pulpa alba menghasilkan limfosit, kemudian ke pulpa
rubra dan mencapai lumen sinusoid. Dan pulpa rubra (bagian yang merah) bertugas
membuang bahan-bahan yang tidak diperlukan dari dalam darah (misalnya sel darah merah
yang rusak).
- Membentuk antibody

Kelompok 10 | Asplenia

Limfosit B berperan dalam membentuk antibody terutama untuk melawan microorganisme


ekstraseluler.
- Fagositosis
Antigen difagosit oleh mikroba yang terdapat pada genjel billroth, zona marginalis pulpa
alba, arteri hulsen dan sel endotel.
- Menghancurkan eritrosit, trombosit dan leukosit yang tua
- Menyaring darah
Pembuangan materi tertentu dari darah, termasuk bakteri dan mikroorganisme lain

Pemeriksaan Lien
Pemeriksaan lien dilakukan utk mengetahui adanya splenomegali, spt pada kasus leukemia,
limpoma, dll. Utk mengetahui ada tidaknya splenomegali, dapat dilakukan pemeriksaan palpasi
dan perkusi

Palpasi lien
Lien apabila terjadi pembesaran, lien akan membesar kea rah caudomedioanterior. Oleh karena
itu, palpasi lien dilakukan sepanjang garis schuffner, yaitu garis yang terbentang dr Spina
Ischiadica Anterior Superior (SIAS) dextra melewati umbilicus smp ke arcus costae sinistra. Utk
mengetahui ukuran pembesarannya yaitu dengan membagi garis schuffner td mjd 8 bagian, yaitu
SI berawal pada arcus costae sinistra, SIV pada umbilicus dan SVIII pada SIAS dextra.
Perkusi Lien
Sedangkan utk melakukan perkusi pada lien, kita dapat melakukan nya pada area traube, atau
traubes space. Yaitu merupakan sebuah tempat yang terletak di ICS (Inter Costae Space/Spatium
Inter Costae) terbawah pada linea aksillaris media. Normalnya akan terdengar bunyi timpani, lalu
kita menyuruh pasien utk menarik nafas dalam dan ditahan, lalu kita lakukan perkusi kembali.

Kelompok 10 | Asplenia

Apabila tdk didapatkan splenomegali, maka akan terdengar bunyi timpani. Sedangkan bila
didapat kan splenomegali, maka akan didapatkan bunyi redup/pekak saat diperkusi. 1

Asplenia
Etiologi dan faktor risiko Asplenia
Seseorang yang asplenia dapat disebabkan karena adanya kelainan kongenital, post-splenectomy
(baik karena kecelakaan maupun pada penyakit-penyakit tertentu), dan sickle cell anemia.
Sedangkan faktor risiko yang berperan terhadap seseorang dilahirkan asplenia adalah orang yang
memiliki riwayat kelainan genetik pada keluarga (diketahui bahwa asplenia erat kaitannya gen
autosom resesif). Selain itu, secara epidemiologi, pasien dengan asplenia terdapat lebih banyak
pada laki-laki.2

Vaksin dan profilaksis pada Asplenia


Seperti yang kita tahu bahwa limpa memegang peranan penting dalam mencegah infeksi yang
berasal dari darah (Blood Borne) sehingga pada seseorang dengan asplenia, risiko terinfeksi oleh
pathogen yang melalui darah menjadi begitu besar.

Vaksin yang diberikan pada bayi dengan asplenia pada umumnya sama dengan yang dibutuhkan
bayi pada umumnya. Tetapi pada seorang asplenia dibutuhkan vaksinasi wajib tambahan, yaitu
vaksin untuk menghadapi bakteri yang memiliki kapsul seperti Haemophilus influenza (type b),
Streptococcus pneumonia, dan Neisseria meningitidis. Vaksin yang berperan menangani ketiga
mikroorganisme tersebut yaitu vaksin Hib, PCV7, dan MCV. Vaksin terhadap bakteri berkapsul
sangat dibutuhkan karena bakteri tersebut merupakan blood borne pathogen yang pada orang
Kelompok 10 | Asplenia

normal (non asplenia) dapat dieliminasi di dalam limpa baik melalui respon imun secara alamiah
maupun adaptif.

Selain vaksinasi, antimikroba profilaksis setiap hari dengan dosis rendah juga direkomendasikan
pada seorang asplenia, namun dosis dapat ditingkatkan setelah menjalani operasi kecil, misalnya
operasi pencabutan gigi, ataupun dapat diberikan juga sebelum menjali operasi besar yang
invasif. Perlu diketahui vaksinasi memang memberikan perlindungan, tetapi perlindungannya
tidak 100% sempurna, dikarenakan mutasi terus terjadi pada mikroorganisme sehingga vaksinasi
terhadap mikroorganisme dengan serotype tertentu belum tentu mempan pada serotype baru yang
lainnya.

Adapun tatacara pemberian vaksin pada pasien dengan asplenia, yaitu:


1. Vaksin diberikan 14 hari sebelum dilakukan splenectomy
2. Vaksin diberikan secepatnya begitu diagnosis asplenia ditegakkan
3. Untuk orang dewasa, vaksin yang diberikan antara lain:

Polyvalent pneumococcal vaccine (Pneumovax 23)

Haemophilus influenzae b vaccine (HibTITER)

Menactra (Usia 16-55: Meningococcal conjugate vaccine)

Menomune(Usia >55: Meningococcal polysaccharide vaccine)

4. Untuk anak-anak, vaksin tersebut diberikan setelah usia 2 tahun, namun untuk anak sebelum
berusia 2 tahun yang masih memiliki respon imun yang rendah terhadap T cell-independent
antigens, dapat diberikan Prevnar (PCV).3

Kelompok 10 | Asplenia

Gambar 3. Jadwal pemberian vaksinasi pada anak

Gambar 4. Tata cara pemberian vaksinasi pada asplenia


Gejala-gejala pada Asplenia
Asplenia dapat mempengaruhi sistem organ tubuh yang lainnya, yang menimbulkan tanda dan
gejala sesuai dengan organ yang terserang.

Organ-organ abdominal
Limpa. Sesuai dengan kondisi yang mempengaruhi, limpa selalu terserang pada asplenia.
Limpa berperan dalam sistem imun tubuh, sehingga seorang dengan asplenia mempunyai
Kelompok 10 | Asplenia

10

sistem imun yang abnormal dimana hal ini dapat meningkatkan resiko berkembangnya
infeksi dalam tubuh.
Saluran Cerna. Ada beberapa abnormalitas saluran cerna yang dapat muncul pada seorang
dengan asplenia. Gangguan saluran cerna yang paling sering terjadi berhubungan dengan
asplenia adalah malrotasi usus. Kadang-kadang masalah saluran cerna akan muncul
dengan gejala obstruksi pada sistem digestivus, dan pada keadaan ini dibutuhkan
emergency surgery.
Abdomen. Pada individu dengan asplenia dapat terjadi twisted pada abdomen yang
menyebabkan obstruksi pada sistem digestivus dan mengganggu suplai darah ke
abdomen (gastric volvulus)
Hepar. Pada keadaan normal, hepar terletak di sebelah kanan tubuh dan bentuknya tidak
simetris. Pada asplenia, dapat terjadi isomerism dari hepar. Hepar terletak di tengah tubuh
atau di sebelah kiri dengan lebih dari separuh hepar terletak di kiri atas daerah abdominal.
Kandung Empedu. Individu dengan asplenia, kandung empedunya dapat terletak di
bagian tengah tubuh.

Jantung
Banyak neonatus dengan asplenia muncul dengan sianosis dan distress respiratory yang
berat. Itu adalah gejala yang sering terlihat pada seorang dengan kelainan jantung.
Kebanyakan penderita asplenia mempunyai kelainan pada struktur dan posisi dari
jantung. Kelainan jantung yang paling sering terlihat pada asplenia adalah anomalous
pulmonary venous return. Dan posisi jantung pada penderita asplenia berada di sebelah
kanan tubuh meskipun ada juga yang di kiri.

Paru-paru

Kelompok 10 | Asplenia

11

Dalam keadaan normal, paru-paru terbagi atas 2 lobus. Paru yang sebelah kanan
mempunyai 3 lobus dan paru sebelah kiri mempunyai 2 lobus. Tetapi pada asplenia, tiap
paru-paru mempunyai 3 lobus. Selain itu, pada paru-paru dapat ditemukan pneumonia
oleh karena infeksi Streptococcus Pneumonia.
Pemeriksaan penunjang:
Pada pemeriksaan laboratorium, mungkin didapatkan leukositosis ataupun left shift yang
disebabkan oleh karena adanya infeksi Pneumococcus.
Test untuk mengetahui adanya badan Heinz dan badan Howell-Jolly pada darah
disarankan sebagai metode untuk mengetahui apakah ada asplenia. Badan Howell-Jolly
adalah sel yang unik yang terdapat pada darah penderita asplenia, tetapi dapat juga hadir
pada darah penderita anemia tipe tertentu. Oleh sebab itu, test ini seharusnya tidak
digunakan sebagai test diagnostik dari asplenia.
Beberapa abnormalitas pada asplenia dapat dideteksi sebelum kelahiran, jika termasuk
asplenia kongenital. Posisi jantung dan beberapa kelainan jantung dapat didiagnosis
dengan fetal echocardiogram (pemeriksaan ultrasound pada jantung janin) pada akhir
trimester kedua dan trimester ketiga kehamilan. Fetal echocardiogram harus dilakukan
selama kehamilan jika pasangan tersebut sudah mempunyai anak dengan asplenia.
Selain itu pada pemeriksaan X-Ray mungkin didapatkan adanya infiltrate ataupun
konsolidasi karena infeksi pneumococcus.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien asplenia sebenarnya adalah dengan pemberian vaksin dan
profilaksis secara rutin, namun bila telah terjadi gangguan pada organ lainnya,
penatalaksanaan yang diberikan adalah bersifat kausal.
Prognosis

Kelompok 10 | Asplenia

12

Tanpa pengobatan, prognosis dari asplenia sangat buruk, 80% mengalami kematian
dalam setahun. Penyebab kematian biasanya komplikasi dari kelainan jantung. Namun
demikian, dengan operasi yang benar penderita asplenia dapat hidup lebih lama.

BAB III
KESIMPULAN
Pasien asplenia memiliki angka kematian yang tinggi. Hal ini dikarenakan menurunnya
pertahanan tubuh terhadap mikroorganisme berkapsul yang menyebar lewat darah, seperti
Haemophilus influenza (type b), Streptococcus pneumonia, dan Neisseria meningitidis.
Yang di mana peranan pertahanan tubuh tersebut dipegang oleh limpa. Oleh karena itu
pemberian vaksin dan profilaksis secara rutin diperlukan untuk mencegah infeksi lebih
lanjut.

DAFTAR PUSTAKA
1. Medscape. Spleen Anatomy. [Updated Jun 27, 2011]. Available at: http://emedicine.
medscape.com/article/1948863-overview#a1. Accessed on: March 23, 2012.
2. Medscape.
Pediatric
Asplenia.
[Updated
Jul
6,
2010].
Available

at:

http://emedicine.medscape.com/article/885226-overview#a0104. Accessed on: March 23,


2012.
Kelompok 10 | Asplenia

13

3. Williams DN, Bhavjot K. Postsplenectomy care strategies to decrease the risk of infection.

Postgrad Med 1996: 100: 195-8,201,205.

Kelompok 10 | Asplenia

14

You might also like