You are on page 1of 34

SUPERVISI SECARA UMUM DAN PENDIDIKAN DI DALAM PERUSAHAAN

A. Pendahuluan
Sesuai dengan perkembangan zaman masyarakat pendidikan kita sejak
zaman penjajahan Belanda hingga zaman kemerdekaan sampai sekarang maka
kewajiban dan tanggung jawab para pemimpin pendidikan umumnya dan kepada
sekolah khususnya perkembangan dan perubahan pula.
Di makalah ini kami mencoba membahas sedikit tentang pengertian
supervise, peran, fungsi, sasaran, dan manfaat supervise bagi guru dan siswa.
Dimana pengawas adalah proses dengan mana administrasi melihat apa
yang terjadi itu sesuai dengan apa yang seharusnya terjadi. Jadi, pengawasan
adalah fungsi administrative dalam setiap administrator memastikan bahwa apa
yang dikerjakan sesuai dengan dikehendaki.

B. Pengertian Supervisi
Perkataan supervise berasal dari bahasa Inggris supervision yang
terdiri dari dua perkataan ; super dan vision. Super berarti atas atau lebih,
sedangkan vision berarti melihat atau meninjau, menilik dan menilai dari apa
yang dilakukan oleh pihak atasan (orang yang memiliki kewenangan) terhadap
perwujudan kegiatan dan hasil kerja bawahan. Secara etimologi supervise berarti
: melihat atau meninjau dari atas atau menilik dan menilai dari atas yang
dilakukan oleh pihak atasan (orang yang memiliki kelebihan) terhadap apa saja
yang dikerjakan oleh bawahan.

Sedangkan menurut beberapa pemikiran mengemukakan bahwa


supervise itu adalah :
Menurut Hadavi Nawawi (1983)
Supervisi adalah pelayanan yang disediakan oleh pimpinan untuk membantu
guru-guru (orang-orang yang dipimpin) agar menjadi guru-guru personal yang
semakin cakap sesuai dengan perkembangan ilmu ahar mampu meningkatkan
efektifitas proses belajar-mengajar di sekolah.
Piet A. Sahertian (1981)
Supervisi adalah suatu program berencana untuk memperbaiki pengajaran.
Depdikbut (1984)
Supervisi adalah bantuan yang diberikan kepada seluruh staf untuk
mengembangun situasi belajar yang lebih baik.[1]

Jadi, supervisi adalah usaha dari petugas-petugas sekolah dalam memimpin


guru-guru dan petugas-petugas lainnya, dalam memperbaiki pengajaran,
termasuk menstimulit, menyeleksi pertumbuhan jabatan dan perkembangan
guru-guru dan merevisi tujuan-tujuan pendidikan, bahan-bahan pengajaran dan
metode-metode pengajar dan evaluasi pengajaran.[2]

C. Peran Supervisi
Menurut bukunya Yusuf A. Hasan dkk, mengemukakan bahwa peran
supervise adalah :
Sebagai nara sumber bagi guru dalam mencurahkan dan melaksanakan tugastugasnya, serta dalam melakukan evaluasi diri, sehingga guru dapat secara terus
menerus meningkatkan kinerjanya.
Sebagai fasilitator bahkan pembimbing yang membantu guru dalam mengatasi
hambatan yang dihadapi maupun dalam mengatasi kekurangan yang di alami.
Sebagai motivator yang dengan berbagai cara selalu mengupayakan agar guru
mau bekerja lebih sungguh-sungguh dan semangat.
Sebagai aparat pengendali mutu pengajaran yang secara pendidik dan
sistematik mengecek, menganalisis, mengevaluasi, dan mengarahkan serta
mengambil tindakan agar peningkatan efektivitas pengajaran terlaksana dengan
baik dan berhasil.
Sebagai peran tambahan, adalah sangat tepat jika seorang pengawas akademik
adalah juga seorang penilai dalam rangka program akreditasi sekolah.[3]

Menurut bukunya Saiful Akhyar Lubis peran supervisi adalah :


Memberi dukungan, membantu dan mengikut sertakan guru-guru agar menjadi
yang lebih baik.
Menciptakan suasana yang sedemikian rupa, agar guru-guru merasa aman dan
bebas dalam mengembangkan potensi dan daya kreasi mereka dengan penuh
tanggung jawab.[4]

Menurut bukunya Soetjipto dan Raflis Kosasi ada dua jenis supervise dilihat dari
peranannya.
Supervisi traktif, artinya supervise yang hanya berusaha melaksanakan
perubahan kecil karena menjaga kontinuitas.
Supervisi dinamik, yaitu supervise yang diarahkan untuk mengubah secara lebih
intensif praktek-praktek pengajaran tertentu.[5]

Sedangkan peranan supervisor dalam kegiatan supervise klinik diantaranya :


Sebagai mitra kerja.

Tugasnya disini adalah untuk membantu dan membina pelaksanaan pendidikan


di sekolah / madrasah tersebut agar berjalan dengan baik dan mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.
Sebagai pengawas
Dilihat dari luasnya masalah kepengawasan ini, maka para pakar
merumuskannya dalam tiga kelompok besar, yaitu pengawas melekat, pengawas
fungsional dan pengawas masyarakat.
Sebagai Pembina
Disamping berperan sebagai mitra kerja, para pengawas juga merupakan
tenaga-tenaga Pembina yang professional. Adapun persyaratan yang harus
dimiliki oleh seorang professional adalah memahami, menghayati dan trampil
dibidang tugas-tugasnya.
Sebagai monitor
Peran penting lain yang diperlu dilakukan oleh pengawas adalah memberi
dorongan atau motivasi kepada orang-orang yang disupervisi agar terus
mengembangkan wawasan dan kemampuan professional serta meningkatkan
kreatifitas dalam pelaksanaan tugas sehari-hari, baik sebagai guru maupun
kepala sekolah.[6]

D. Fungsi-Fungsi Supervisi
Fungsi-fungsi supervise pendidikan yang sangat penting diketahui oleh
para pemimpin termasuk kepala sekolah, adalah sebagai berikut :
Dalam bidang kepemimpinan
a)

Menyusun rencana dan policy bersama.

b)
Mengikutsertakan anggota-anggota kelompok / guru-guru pengawai dalam
berbagai kegiatan.
c)
Memberikan bantuan kepada anggota kelompok dalam menghadapi dan
memecahkan persoalan-persoalan.
d)
Membangkitkan dan memupuk semangat kelompok atau memupuk moral
yang tinggi kepada anggota kelompok.
e)

Mengikutsertakan semua anggota dalam menetapkan putusan-putusan.

f)
Membagi-bagi dan mendelegasikan wewenang dan tanggung jawab.
Kepada anggota kelompok, sesuai dan fungsi-fungsi dan kecakapan masingmasing.
g)

Mempertinggi daya kreatif pada anggota kelompok

h)
Menghilangkan rasa malu dan rendah diri pada anggota kelompok
sehingga mereka berani mengemukakan pendapat demi kepentingan bersama.

Dalam hubungan kemanusiaan

a)
Memanfaatkan kekeliruan ataupun kesalahan-kesalahan yang dialaminya
untuk dijadikan pelajaran demi perbaikan selanjutnya, bagi dirinya sendiri
maupun bagi anggota kelompok.
b)

Mengarahkan anggota kelompok kepada sikap-sikap yang demokrasi.

c)
Memupuk rasa saling menghormati diantara sesame anggota kelompok
dan sesame manusia.
d)

Menghilangkan rasa curiga-mencurigai anggota kelompok.

Dalam pembinaan proses kelompok


a)
Mengenal masing-masing pribadi anggota kelompok, baik kelemahan
maupun kemampuan masing-masing.
b)
Menimbulkan dan memelihara sikap percaya-mempercayai antara sesame
anggota maupun antara anggota dan pemimpin.
c)

Memupuk sikap dan kesediaan tolong-menolong.

d)

Memperbesar rasa tanggung jawab para anggota kelompok

e)
Menguasai teknik-teknik pemimpin rapat dan pertemuan-pertemuan
lainnya.

Dalam bidang administrasi personal


a)
Memilih personel yang memiliki syarat-syarat dan kecakapan yang
diperlukan untuk suatu pekerjaan.
b)
Menempatkan personel pada tempat dari tugas yang sesuai dengan
kecakapan dan kemampuan masing-masing.
c)
Mengusahakan susunan kerja yang menyenangkan dan meningkatkan daya
kerja serta hasil maksimal.

Dalam bidang evaluasi


a)
Menguasai dan memahami tujuan-tujuan pendidikan secara khusus dan
terinci
b)
Menguasai dan memiliki norma-norma atau ukuran-ukuran yang digunakan
sebagai kriteria penilaian
c)
Menguasai teknik pengumpulan data dan memperoleh data yang lengkap,
benar dan dapat dioleh menurut norma-norma yang ada.
d)
Menafsirkan dan menyimpulkan hasil-hasil penilaian sehingga mendapat
gambaran tentang kemungkinan-kemungkinan untuk mengadakan perbaikanperbaikan.[7]

Fungsi utama supervise pendidikan adalah :


1.
Menyelenggarakan inspeksi, yaitu sebelum memberikan pelayanan kepada
guru, supervisor lebih dahulu perlu mengadakan inspeksi sebagai usaha
mensurvei seluruh system pendidikan yang ada.
2.
Penilaian data dan informasi hasil inpeksi, yaitu data informasi yang telah
dihimpun, diolah sesuai prinsip-prinsip yang berlaku dalam penelitian.
3.
Penilaian, yaitu usaha mengetahui segala fakta yang mempengaruhi
kelangsungan persiapan, perencanaan, dan program dan evaluasi hasil
pengajaran.
4.
Latihan, berdasarkan hasil penelitian dan penilaian mungkin ditemukan
hal-hal yang dirasa kurang dilihat dari kemampuan guru terhadap beberapa
aspek yang berkaitan dengan pengajaran.
5.
Pembinaan atau pengembangan, yaitu lanjutan dan kegiatan
memperkenalkan cara-cara baru.[8]

E. Sasaran Supervisi
Dalam kegiatan supervise bimbingan dan konseling di sekolah, sasaran
dapat ditinjau dari dua aspek yang disupervisi dan orang yang melakukan
supervise.
a)

Aspek yang disupervisi

Administratif yang mencakup administrasi pelayanan bimbingan dan


konseling di sekolah.
Edukatif yang mencakup pelaksanaan bimbingan dan konseling.
b)

Orang yang melakukan supervise dan disupervisi

Orang dilakukan oleh pengawas dan atau kapala sekolah kepada :


1)

Kepala sekolah

2)

Guru pembimbing

3)

Siswa

Supervisi oleh kepala sekolah ditunjukan kepada :


1)

Guru pembimbing

2)

Siswa.[9]

F. Manfaat Supervisi Bagi Guru dan Murid


Manfaat supervise adalah untuk meningkatkan kemampuan profesional
guru dalam meningkatkan proses belajar mengajar melalui pemberian bantuan
yang terutama bercorak layanan profesional kepada guru.
1.

Manfaat supervise bagi guru

Djajadisastra (1976) mengemukakan kegunaan supervise pembelajaran


adalah :
a)

Memperbaiki tujuan khusus mengajar guru.

b)

Memperbaiki materi (bahan) dan kegiatan belajar mengajar

c)

Memperbaiki metode, yaitu cara mengorganisasi kegiatan belajar mengajar

d)

Memperbaiki penilaian atas media

e)

Memperbaiki penliaian proses belajar mengajar dan hasilnya

f)

Memperbaiki pembimbing siswa atas kesulitan dan hasilnya

g)

Memperbaiki sikap guru atas tugasnya.[10]

2.

Manfaat supervise bagi murid

a)

Memperbaiki belajar siswa

b)
Hasil ujian murid, baik dari ujian akhir maupun ulangan-ulangan serta
pekerjaan rumah, tugas-tugas, dan sebagainya termasuk disini hasil tes yang
secara khusus dilakukan dalam rangka pengawasan.
3.
Murid makin berminat dan tertarik kepada mata pelajaran yang diajarkan.
Hal ini dapat dipantau melalui pengamatan dan pencatatan atas indicatorindikatornya.
4.
Murid tidak mendapat hambatan ketika mempelajari tingkat yang lebih
tinggi pada mata pelajaran tersebut maupun ketika mempelajari bidang lain
yang memerlukan penguasaan isi pelajaran yang telah dilaluinya.[11]

G. Kesimpulan
Supervisi adalah usaha dari petugas-petugas sekolah dalam memimpin guru dan
petugas-petugas lainnya, dalam memperbaiki pengajaran termasuk menstimulit,
menyeleksi pertumbuhan jabatan dan perkembangan guru-guru dan merevisi
tujuan-tujuan pendidikan, bahan-bahan pengajaran dan metode-metode
mengajar dan evaluasi pengajaran.
Peran supervise
Memberikan dukungan, membantu dan mengikutsertakan guru-guru agar
menjadi yang lebih baik.
Menciptakan suasana yang sedemikian rupa, agar guru-guru merasa aman dan
bebas dalam mengembangkan potensi dan daya kreasi mereka dengan penuh
tanggungjawab.
Fungsi supervise
a.

Dalam bidang kepemimpinan

b.

Dalam hubungan kemanusiaan

c.

Dalam pembinaan proses kelompok

d.

Dalam bidang administrasi personal

e.

Dalam bidang evaluasi

Sasaran supervise
Dapat ditinjau dari 2 aspek
a.

Aspek yang disupervisi

b.

Orang yang melakukan supervisi dan disupervisi

Manfaat supervise bagi guru dan siswa


a.

Bagi guru

Memperbaiki tujuan khusus mengajar guru.

Memperbaiki materi dan kegiatan belajar mengajar

Memperbaiki metode

Memperbaiki penilaian atas media dan lain-lain.

b.

Bagi murid

Memperbaiki tujuan belajar siswa

Memperbaiki hasil ujian murid

Murid makin berminat dan tertarik kepada mata pelajaran yang diajarkan.

Murid tidak mendapat hambatan ketika menghadapi tingkat yang sulit.

SUPERVISI PENDIDIKAN
Tata Suharta
1.

Konsep dasar supervisi Pendidikan

Membangun kualitas pendidikan sangat erat kaitannya dengan membangun


kualitas pembelajaran. Sementara kualitas pembelajaran sangat ditentukan oleh
kualitas tenaga pendidik (guru). Meski guru bukanlah satu-satunya instrumen
dalam dunia pendidikan, tetapi gurulah yang memegang peranan penting serta
sebagai ujung tombak sukses dan gagalnya suatu pendidikan. Dalam proses
pembelajaran seringkali guru melakukan kesalahan, oleh karena itu guru
memerlukan layanan supervisi (pembinaan) pengajaran, karakteristik dan
rasional. Lalu bagaimana yang harus dilakukan dalam supervisi pengajaran
sebagai upaya peningkatan kualitas guru?

Faktor lain yang mempengaruhi peningkatan mutu pendidikan, salah satunya


adalah peran kepala sekolah dan pengawas. Pengelolaan sekolah mencakup
beberapa unsur, antara lain mengembangkan dan merawat fasilitas sekolah;
merencanakan dan mengusahakan pengadaan sumber belajar, buku, alat, dan
bahan yang dibutuhkan guru untuk mengajar; bekerja sama dengan orang tua

dan masyarakat; namun yang paling penting adalah menjamin mutu pendidikan
yang diterima anak. Pengawas juga mempunyai potensi besar untuk
mempengaruhi kepala sekolah, guru, orang tua dan masyarakat di wilayahnya
supaya mereka secara aktif bekerja untuk meningkatkan mutu pendidikan di
sekolahnya. Ada beberapa kepala sekolah di masing-masing daerah yang
berperan aktif dalam pengelolaan sekolahnya seperti yang diinginkan, namun
masih banyak yang pasif dimana mereka hanya melakukan administrasi wajib
dan tidak berusaha mendorong kemajuan sekolahnya. Peran kepala sekolah dan
pengawas yang aktif akan mendorong kemajuan pendidikan di sekolahnya
berdasarkan pengalaman nyata di lapangan.
Permendiknas nomor 12 tahun 2007 mengamanatkan bahwa seorang pengawas
sekolah harus mampu dan menguasai melakukan penilaian kinerja baik kinerja
guru ,kepala sekolah ,dan staf (tenaga administrasi sekolah ) merupakan salah
satu kompetensi yang harus dikuasai pengawas sekolah/madrasah. Kompetensi
tersebut termasuk dalam dimensi kompetensi evaluasi pendidikan. Sedangkan
Salah satu isi dari PerMendiknas nomor 13 tahun 2007 adalah tentang
kompetensi manajerial kepala sekolah, kepemimpinan merupakan standar
kompetensi yang harus dimiliki oleh kepala sekolah. Atas dasar pokok pikiran
tersebut maka kepala sekolah harus mempunyai keterampilan dalam bidang
kepemimpinan dan pengawasan ( supervisi).
Dalam perkembangannya, Supervisor (pengawas dan kepala sekolah) lebih
diarahkan untuk memiliki serta memahami bahkan dituntut untuk dapat
mengamalkan apa yang tertuang dalam peraturan menteri tentang
kepengawasan. Tuntutan tersebut salah satunya tentang kompetensi dalam
memahami metode dan teknik dalam supervisi. Seorang supervisor adalah orang
yang profesional ketika menjalankan tugasnya, ia bertindak atas dasar kaidahkaidah ilmiah untuk meningkatkan mutu pendidikan. Untuk menjalankan
supervisi diperlukan kelebihan yang dapat melihat dengan tajam terhadap
permasalahan dalam peningkatan mutu pendidikan, menggunakan kepekaan
untuk memahaminya dan tidak hanya sekedar menggunakan penglihatan mata
biasa, sebab yang diamatinya bukan masalah kongkrit yang tampak, melainkan
memerlukan kepekaan mata batin. Supervisi mempunyai peran mengoptimalkan
tanggung jawab dari semua program. Supervisi bersangkut paut dengan semua
upaya penelitian yang tertuju pada semua aspek yang merupakan factor
penentu keberhasilan. Dengan mengetahui kondisi aspek-aspek tersebut secara
rinci dan akurat, dapat diketahui dengan tepat pula apa yang diperlukan untuk
meningkatkan kualitas organisasi yang bersangkutan.
Seorang supervisor membina peningkatan mutu akademik yang berhubungan
dengan usaha-usaha menciptakan kondisi belajar yang lebih baik berupa aspek
akademis, bukan masalah fisik material semata. Ketika supervisi dihadapkan
pada kinerja dan pengawasan mutu pendidikan oleh pengawas satuan
pendidikan, tentu memiliki misi yang berbeda dengan supervisi oleh kepala
sekolah. Hal ini bertujuan untuk memberikan pelayanan kepada kepala sekolah
dalam mengembangkan mutu kelembagaan pendidikan dan memfasilitasi kepala
sekolah agar dapat melakukan pengelolaan kelembagaan secara efektif dan
efisien.
Dalam konteks pengawasan mutu pendidikan, maka supervisi oleh pengawas
satuan pendidikan antara lain kegiatannya untuk melakukan suatu pengamatan

secara intensif terhadap kegiatan utama dalam sebuah organisasi dan


kelembagaan pendidikan dan kemudian ditindak lanjuti dengan pemberian feed
back. Mengacu pada pemikiran di atas, maka bantuan berupa pengawasan
profesional oleh pengawas satuan tenaga kependidikan tentunya diarahkan pada
upaya untuk meningkatkan pelaksanaan kegiatan kepala sekolah dalam
menetralisir, mengidentifikasi serta menemukan peluang-peluang yang dapat
diciptakan guna meningkatkan mutu kelembagaan secara menyeluruh.
2.

Pengertian Supervisi

Secara morfologis Supervisi berasalah dari dua kata bahasa Inggris, yaitu super
dan vision. Super berarti diatas dan vision berarti melihat, masih serumpun
dengan inspeksi, pemeriksaan dan pengawasan, dan penilikan, dalam arti
kegiatan yang dilakukan oleh atasan orang yang berposisi diatas, pimpinan-terhadap hal-hal yang ada dibawahnya. Supervisi juga merupakan kegiatan
pengawasan tetapi sifatnya lebih human, manusiawi. Kegiatan supervise bukan
mencari-cari kesalahan tetapi lebih banyak mengandung unsur pembinnaan,
agar kondisi pekerjaan yang sedang disupervisi dapat diketahui kekurangannya
(bukan semata-mata kesalahannya) untuk dapat diberitahu bagian yang perlu
diperbaiki. Jadi supervisi adalah segala bantuan yang diberikan pimpinan yang
tertuju kepada perkembangan dan pertumbuhan keahlian dan keterampilan staf/
pegawai dalam hal- hal yang inovatif.
Secara semantik Supervisi pendidikan adalah pembinaan yang berupa
bimbingan atau tuntunan ke arah perbaikan situasi pendidikan pada umumnya
dan peningkatan mutu mengajar dan belajar dan belajar pada khususnya.
Menurut Ngalim Purwanto (2010), supervisi ialah suatu aktivitas pembinaan yang
direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah dalam
melakukan pekerjaan secara efektif. Purwanto memandangkan sebagai
pembinaan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah dalam melakukan
pekerjaan secara efektif.
Menurut Nana Sudjana (2012), supervisi atau pengawasan pendidikan adalah
bantuan profesional kesejawatan yang dilakukan melalui dialog kajian masalah
pendidikan untuk menemukan solusi dalam meningkatkan kemampuan
profesional kepala sekolah, guru dan staf sekolah lainnya guna mempertinggi
kinerja sekolah menuju tercapainya mutu pendidikan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa Supervisi adalah pengawasan profesional dalam
bidang akademik yang dijalankan berdasarkan kaidah-kaidah keilmuan dalam
bidang pendidikan yang dilakukan lebih mendalam dari sekadar pengawasan
biasa untuk memperbaiki mutu pendidikan.
Kegiatan supervisi bukan mencari-cari kesalahan tetapi lebih banyak
mengandung unsur pembinnaan, agar kondisi pekerjaan yang sedang disupervisi
dapat diketahui kekurangannya (bukan semata-mata kesalahannya) untuk dapat
diberitahu bagian yang perlu diperbaiki. Supervisi dilakukan untuk melihat
bagian mana dari kegiatan sekolah yg masih negatif untuk diupayakan menjadi
positif, & melihat mana yang sudah positif untuk ditingkatkan menjadi lebih
positif lagi dan yang terpenting adalah pembinaannya
Orang yang melakukan supervise disebut supervisor. Dibidang pendidikan
disebut supervisor pendidikan. Menurut keputusan menteri pendidikan dan

kebudayaan nomor 0134/0/1977, temasuk kategori supervisor dalam pendidikan


adalah kepala sekolah, penelik sekolah, dan para pengawas ditingkatkan
kabupaten/kotamadya, serta staf di kantor bidang yang ada di tiap provinsi.
Jika supervisi dilaksanakan oleh kepala sekolah, maka ia harus mampu
melakukan berbagai pengawasan dan pengendalian untuk meningkatkan kinerja
tenaga kependidikan. Pengawasan dan pengendalian ini merupakan kontrol agar
kegiatan pendidikan di sekolah terarah pada tujuan yang telah ditetapkan.
Pengawasan dan pengendalian juga merupakan tindakan preventif untuk
mencegah agar para tenaga kependidikan tidak melakukan penyimpangan dan
lebih berhati-hati dalam melaksanakan pekerjaannya
Kegiatan supervisi sudah ada sejak masa penjajahan Belanda dahulu, yang
banyak dilakukan adalah Inspeksi, pemeriksaan, pengawasan atau penilikan.
Supervisi masih serumpun dengan inspeksi, pemeriksaan dan pengawasan, dan
penilikan. Tujuan pendidikan di masa penjajahan Belanda disesuaikan dengan
tujuan kolonialisme Belanda. Sedangkan tujuan pendidikan di Indonesia sekarang
harus sesuai dengan dasar dan tujuan Negara Republik Indonesia.
Tugas dan tanggung jawab kepala sekolah di masa penjajahan Belanda dapat
dikatakan berhasil sebagai pemimpin sekolah jika ia dapat memerintah dan
mengawasi para guru, menjalankan tugas sebaik-baiknya sesuai dengan
peraturan-peraturan serta ketentuan-ketentuan yang telah digariskan dan
ditetapkan dari atasannya. Berlainan dengan kepala sekolah sekarang setelah
Indonesia berkembang, sesuai dengan pendidikan di Negara kita Indonesia yang
bersifat nasional-demokratis, kepala sekolah tidak hanya bertanggung jawab
atas kelancaran jalannya sekolah secara teknis akademis saja.
3.

TUJUAN UMUM SUPERVISI

Tujuan umum Supervisi adalah memberikan bantuan teknis dan bimbingan


kepada guru dan staf agar personil tersebut mampu meningkatkan kwalitas
kinerjanya, dalam melaksanakan tugas dan melaksanakan proses belajar
mengajar. Adapun sasaran utama dari pelaksanaan kegiatan supervisi tersebut
adalah peningkatan kemampuan profesional guru (kemdikbud).
Secara operasional dapat dikemukakan beberapa tujuan konkrit dari supervisi
pendidikan yaitu :

Mengkoordinasi, memberikan rangsangan dan mengarahkan lembaga


agar mampu menjalankan perannya

Memberikan dorongan, bantuan profesional kepada personil (guru, kepala


sekolah dan staff lainnya) agar mampu menjalankan tugas dan fungsinya

Mengawasi kualitas pendidikan/pelatihan

Memotivasi personil (guru, kepala sekolah dan staff lainnya)

Dari beberapa rumusan tujuan supervisi di atas, dapat dikaji bahwa tujuan
supervisi tidak hanya untuk memperbaiki mutu mengajar guru, tetapi juga
membina pertumbuhan profesi guru dalam arti luas termasuk dalam hal fasilitas

yang menunjang kelancaran proses belajar mengajar, peningkatan mutu


pengetahuan dan ketrampilan guru, dan lain-lain.
Sedangkan fokus dari supervisi sesuai dari rumusan tujuan di atas adalah bukan
pada seseorang atau kelompok saja, akan tetapi semua orang seperti guru-guru,
kepala sekolah dan pegawai sekolah lainnya.
Sesuai rumusan di atas, maka usaha-usaha yang dapat dilakukan dalam rangka
terlaksananya tujuan supervisi dapat disimpulkan sebagai berikut:

Membangkitkan dan merangsang semangat guru-guru, kepala sekolah atau


pegawai lainnya dalam menjalankan tugasnya masing-masing dengan sebaikbaiknya

Berusaha mengembangkan, atau mencari metode-metode untuk


mendukung kemajuan dan kebaikan bersama

Membina kerja sama yang baik dan harmonis antara guru, murid, orangtua
siswa serta pegawai lainnya

Berusaha mempertinggi mutu dan pengetahuan guru-guru dan pegawai


lainnya antara lain dengan workshop, seminar, inservice-training, atau
upgrading.

4.

PERANAN DAN FUNGSI SUPERVISI

Pada beberapa kajian seperti yang diungkapkan oleh Gregorio (1966)


dikemukakan bahwa lima fungsi utama supervisi antara lain berperan sebagai
inspeksi, penelitian, pelatihan, bimbingan dan penilaian. Fungsi inspeksi antara
lain berperan dalam mempelajari keadaan dan kondisi sekolah, dan pada
lembaga terkait, maka tugas seorang supevisor antara lain berperan dalam
melakukan penelitian mengenai keadaan sekolah secara keseluruhan baik pada
guru, siswa, kurikulum tujuan belajar maupun metode mengajar, dan sasaran
inspeksi adalah menemukan permasalahan dengan cara melakukan observasi,
interview, angket, pertemuan-pertemuan dan daftar isian.
Fungsi penelitian adalah mencari jalan keluar dari permasalahan yang
berhubungan sedang dihadapi, dan penelitian ini dilakukan sesuai dengan
prosedur ilmiah, yakni merumuskan masalah yang akan diteliti, mengumpulkan
data, mengolah data, dan melakukan analisa guna menarik suatu kesimpulan
atas apa yang berkembang dalam menyusun strategi keluar dari permasalahan
diatas.
Fungsi pelatihan merupakan salah satu usaha untuk memecahkan masalah yang
sedang dihadapi, dan dalam pelatihan diperkenalkan kepada guru cara-cara baru
yang lebih sesuai dalam melaksanakan suatu proses pembelajaran, dan jenis
pelatihan yang dapat dipergunakan antara lan melalui demonstrasi mengajar,
workshop, seminar, observasi, individual dan group conference, serta kunjungan
supervisi.
Fungsi bimbingan sendiri diartikan sebagai usaha untuk mendorong guru baik
secara perorangan maupun kelompok agar mereka mau melakukan berbagai

perbaikan dalam menjalankan tugasnya, dan bimbingan sendiri dilakukan


dengan cara membangkitkan kemauan, memberi semangat, mengarahkan dan
merangsang untuk melakukan percobaan, serta membantu menerapkan sebuah
prosedur mengajar yang baru.
Fungsi penilaian adalah untuk mengukur tingkat kemajuan yang diinginkan,
seberapa besar telah dicapai dan penilaian ini dilakukan dengan beragai cara
seperti test, penetapan standar, penilaian kemajuan belajar siswa,melihat
perkembangan hasil penilaian sekolah serta prosedur lain yang berorientasi pada
peningkatan mutu pendidikan.

Adapun menurut Ngalim Purwanto, fungsi-fungsi supervisi pendidikan yang


sangat penting di ketahui oleh para pimpinan pendidikan termasuk kepala
sekolah, adalah sebagai berikut:
1) Dalam Bidang Kepemimpinan
a. Mengikutsertakan anggota-anggota kelompok dalam berbagai kegiatan
b. Memberikan bantuan kepada anggota kelompok dalam menghadapi dan
memecahkan persoalan-persoalan.
c. Mengikutsertakan semua anggota dalam menetapkan keputusan-keputusan.
d. Mempertinggi daya kreatif pada anggota kelompok.
2) Dalam Hubungan Kemanusiaan
a. Membantu mengatasi kekurangan ataupun kesulitan yang dihadapi anggota
kelompok.
b. Mengarahkan anggota kelompok kepada sikap-sikap yang demokratis.
c. Memupuk rasa saling menghormati di antara sesama anggota kelompok dan
sesama manusia.
3) Dalam Pembinaan Proses Kelompok
a. Mengenal masing-masing pribadi anggota kelompok, baik kelemahan maupun
kemampuan masing-masing.
b. Menimbulkan dan memelihara sikap saling mempercayai anatara sesama
anggota maupun antara anggota dan pimpinan.
c. Memperbesar rasa tanggung jawab para anggota kelompok.
d. Bertindak bijaksana dalam menyelesaikan pertentangan atau perselisihan
pendapat di antara anggota kelompok.
4) Dalam Bidang Administrasi Personil
a. Memilih personil yang memiliki syarat-syarat dan kecakapan yang diperlukan
untuk suatu pekerjaan.
b. Menempatkan personil pada tempat dan tugas yang sesuai dengan kecakapan
dan kemampuan masing-masing.

c. Mengusahakan susunan kerja yang menyenangkan dan meningkatkan daya


kerja serta hasil maksimal.
5) Dalam Bidang Evaluasi
a. Menguasai dan memahami tujuan-tujuan pendidikan secara khusus dan
terinci.
b. Menguasai dan memilki norma-norma atau ukuran-ukuran yang akan
digunakan sebagai kriterian penilaian.
c. Menguasai teknik-teknik pengumpulan data untuk memperoleh data yang
lenkap, benar, dan dapat diolah menurut norma-norma yang ada.
d. Menafsirkan dan menyimpulkan hasil-hasil penilaian sehingga mendapat
gambaran tentang kemungkinan-kemungkinan untuk mengadakan perbaikanperbaikan.

5.

JENIS SUPERVISI

Jenis supervisi ada 3 yaitu; Supervisi umum, Supervisi pengajaran,dan Supervisi


Klinis
Supervisi umum adalah supervisi yang dilakukan terhadap kegiatan-kegiatan
atau pekerjaan secara tidak langsung berhubungan dengan usaha perbaikan
pengajaran sepertis upervisi terhadap kegiatan pengelolaan bangunan dan
perlengkapan sekolah atau kantor-kantor pendidikan, supervisi terhadap
pengelolaan administrasi kantor, supervisi pengelolaan keuangan sekolah atau
kantor pendidikan dan sebagainya.
Sedangkan supervisi pengajaran adalah kegiatan-kegiatan kepengawasan yang
ditujukan untuk memperbaiki kondisi-kondisi baik personil maupun material yang
memungkinkan terciptanya situasi belajar mmengajar yang lebih baik demi
tercapainya tujuan pendidikan.
Supervisi klinis merupakan bagian dari supervisi pengajaran. Dikatakan supervisi
klinis karena prosedur pelaksanaannya lebih ditekankan pada mencari sebasebab atau kelemahan yang terjadi dalam proses pembelajaran, dan kemudian
secara langsung pula diusahakan bagaimana cara memperbaiki kelemahan atau
kekurangan tersebut. Sama halnya seperti seorang dokter yang akan mengobati
pasiennya.
Di dalam supervisi klinis cara memberikan obatnya dilakukan setelah supervisor
mengadakan pengamatan langsung terhadap cara mengajar guru dengan
mengadakan diskusi balikan di antara supervisor dan guru yang bersangkutan.
Menurut Richard waller, Supervisi klinik adalah supervise yag divokuskan pada
perbaikan pengajaran dengan melalui siklus yang sistematis dari tahap

perencanaan, pengamatan, dan analsis intelektual yang intensif terhadap


penampilan mengajar sebenarnya dengan tujuan untuk menngadakan modifikasi
yang rasional. Ngalim purwanto,2010,90 Administrasi dan Supervisi
Pendidikan)
Keith Acheson dan Meredith D.Call mengemukakan bahwa Supervisi klinik
adalah proses membantu guru memperkecil ketidak sesuian(kesenjangan)
antara tingkah laku mengajar yang nyata dengan tingkah laku mengajar yang
ideal.
Secara teknik dikatakan bahwa supervise klinis adalah suatu model supervise
yang terdiri atas tiga fase, yaitu (1) Pertemuan perencanaan,(2) observasi
kelas,dan (3) pertemuan balik.
Dari kedua definisi tersebut John J.Bolla menyimpulkan Supervisi klinis adalah
suatu proses bimbingan yang bertujuan untuk membantu pengembangan
professional guru /calon guru, khususnya dalam penampilan mengajar,
berdasarkan observasi dan analisis data secara teliti dan objektif sebagai
pegangan untuk perubahan tingkah laku mengajar tersebut. (Ngalim
purwanto,2010,91 Administrasi dan Supervisi Pendidikan)
Menurut Ngalim Purwanto ( 2010 ; 91-92 ) adalah sebagai berikut :
1.
Bimbingan suprvisor kepada guru / calon guru bersifat bantuan, bukan
perintah atau instruksi.
2.
Jenis keterampilan yang akan disupervisi diusulkan oleh guru atau calon
guru yang akan disupervisi, dan disepakati melalui pengkajian bersama antara
guru dan supervisor.
3.
Meskipun guru atau calon guru menggunakan berbagai keterampilan
mengajar secara terintegrasi, sasaran supervisi hanya pada keterampilan
tertentu saja.
4.
Instrumen supervisi dikembangkan dan disepakati bersama antara
supervisor dan guru berdasarkan kontrak.
5.
Perbaikan dengan segera dan secara objektif ( sesuai data yang direkam
oleh instrumen observasi ).
6.
Meskipun supervisor telah menganalisis dan menginterpretasi data yang
direkam oleh instrumen observasi, di dalam diskusi atau pertemuan balikan guru
calon guru diminta terlebih dahulu menganalisis penampilannya.
7.
Supervisor lebih banyak bertanya dan mendengarkan daripada
memerintah atau mengarahkan.
8.

Supervisi berlangsung dalam suasana intim dan terbuka.

9.
Supervisi berlangsung dalam siklus yang meliputi perencanaan, observasi,
dan diskusi atau pertemuan balikan.
10. Supervisi klinis dapat dipergunakan untuk pembentukan dan peningkatan
dan perbaikan keterampilan mengajar ; di pihak lain dipakai dalam konteks
pendidikan prajabatan ( pre service dan inservice education ).

Keunggulan supervisi Klinis


a.
Kegiatan supervisi akan berlanhsung baik karena dapat mengumpulkan
informasi yang tepat, langsung dari guru sendiri, yang memang diperlukan dan
tepat untuk digunakan dalam pembinaan.
b.
Pihak pengawas atau kepala sekolah yang melaksanakan supervisi akan
merasa puas karena dapat memberikan bantuan yang tepat kepada guru yang
memerlukan.
c.
Oleh karena supervisi dilaksanakan berdasarkan hasil diskusi bersama
dengan guru dan dituliskan dalamm bentuk perencanaan maka langkah
kegiatannya menjadi pasti,setiap langkah dapat diikuti dan dicermati mana yang
sudah dapat terlaksana dan mana yang belum, sertadapat dikaji ulang untuk
peningkatan dilain waktu.
d.
Bagi pihak guru akan merasa lebih dekat dengan pengawas dan kepala
sekolah sehingga lama kelamaan tidak ada lagi yang perlu ditutupi. Dalam
kegiatan yang lainpun keterbukaan seperti itu akan tetap terpelihara.Situasi
inilah yang akan membantu menciptakan ilklim sekolah dengan suasana
harmonis dan penuh kekeluargaan.
e.
Guru akan merasa puas karena telah mendapatkan pembinaan yang
sesuai dengan yang diperlukan, yaitu memecahkan masalah yang dijumpai
secara tepat sasaran sehingga problema mengajar akan dapat teratasi.

6.

KAJIAN CIRI SUPERVISOR YANG BAIK

Jelas kiranya bahwa implementasi suatu konsep supervisi memerlukan adanya


suatu kepemimpinan pendidikan yang cukup baik. Untuk itu seorang supervisor
harus dibekali secara personal maupun profesional sifat-sifat dan pengetahuan
yang sesuai dengan profesi jabatannya. Setidaknya ada beberapa ciri atau sifat
seorang supervisor yang baik antara lain :
1.

Pribadi sebagai guru yang baik dan menyenangkan

2.

Memiliki pembawaan kecerdasan yang tinggi

3.
Memiliki pandangan yang luas mengenai proses pendidikan dalam
masyarakat
4.

Memiliki kecakapan melaksanakan human relation yang baik

5.
Cinta pada anak-anak dan menaruh minat terhadap masalah-masalah
belajar mereka
6.

Memiliki kecakapan dalam proses kelompok

7.

Cakap memimpin kelompok menurut prinsip-prinsip demokratis

8.
Memiliki keteguhan hati untuk mengambil tindakan cepat dan segera
memperbaiki terhadap kesalahan yang dilakukan
9.
10.

Mau menerima perubahan


Berani mengungkap pendapat dan gagasan

11. Harus dapat menjadi seorang generalis dalam approachnya terhadap


keseluruhan program
12.

Memiliki intuisi yang baik

13.

Memperluas kecakapannya dalam berbagai hal

14.

Melaksanakan hubungan yang kooperatif

15. Berusaha mencapai tujuan-tujuan yang lebih tinggi dan bersinergi dengan
anggota kelompok
16. Toleransi, jujur, tegas, rajin, dinamis, rendah hati, berkemauan keras,
mempunyai rasa humor, sabar dan tekun
Sifat dan karakter di atas seharusnya dimiliki oleh seorang pengawas dalam
rangka melaksanakan tugas pokoknya sebagai seorang pengawas/ supervisor
pendidikan pada sekolah yang dibinanya. Dengan demikian kehadiran pengawas
di sekolah bukan untuk mencari kesalahan sebagai dasar untuk memberi
hukuman akan tetapi harus menjadi mitra sekolah dalam membina dan
mengembangkan mutu pendidikan di sekolah sehingga secara bertahap kinerja
sekolah semakin meningkat menuju tercapainya sekolah yang efektif.
Supervisi dalam pendidikan (instructional supervision) diperlukan guru sebagai
umpan balik terhadap pengajarannya sehingga memperkuat keterampilan
mengajarnya untuk meningkatkan kinerjanya. Supervisi pendidikan
memfokuskan pada peningkatan pengajaran guru, dan pada gilirannya
meningkatkan kemampuan akademik siswa. Di sini supervisi pendidikan sebagai
alat untuk meningkatkan pengajaran guru, oleh karena itu dalam supervisi
supervisor harus berupaya meningkatkan perilaku,kemampuan, dan sikapsikap
guru.
7.

TEKNIK-TEKNIK SUPERVISI

Secara garis besar cara atau teknik supervisi dapat digolongkan menjadi dua
yaitu :
A.

Teknik perseorangan

Yang dimaksud dengan supervise secara perseorangan ialah supervise yang


dilakukan secara perseorangan, beberapa kegiatan diantaranya:
a)

Mengadakan kunjungan kelas (classroom visitation)

adalah kunjungan yang dilakukan oleh supervisor (kepala sekolah dan


pengawas) untuk melihat atau mengamati seorang guru yang sedang
mengajar.tujuan mengobservasi bagamana guru mengajar, masih terdapat
kelemahan atau kekurangan yang sekiranga masih perlu diperbaiki, selanjutnnya
diadakan diskusi untuk memberikan masukan untuk perbaikan proses belajarmengajar selanjutnya.
b)

Mengadakan kunjungan observasi (observation visits)

guru dari suatu sekolah dberi tugas untuk melihat/mengamati seorang guru
yang sedang mendemontrasikan cara-cara mengajar suatu mata pelajaran
tertentu,, misal cara menggunakan alat/ media yang baru, seperti audio visual

aids, cara mengajar dengan metode tertentu, seperti sosiodrama, problem


sulving, diskusi planel fish bolw, metode penemuan (discovery).
c)
Membimbing guru-guru tentang cara-cara mempelajari pribadi siswa dan
atau mengatasi problema yang dialalmi siswa Banyak masalah yang dialalmi
guru dalam mengatasi kesulitan belajar siswa misal siswa yang lamban dalam
belajar, tidak dapat memusatkan perhatian, siswa yang nakal disini wali kelas
adalah pembimbing yang utama, di beberapa sekolah dibentuk bagian
bimbingan dan konseling, masalah-masalah yang ditimbulkan oleh siswa itu
sendiri dan tidak dapat diatasi oleh guru kelas diserahkan kepada konselor.
Dalam hal ini sangat diperlukan peranan supervisor terutama kepala sekolah.
d)
Membimbing guru-guru dalam hal-hal yang berhubungan dengan
pelaksanaan kurikulum sekolah antara lain:
o

Menyusun program semester dan mingguan

Menyusun atau membuat satuan program pelajaran

Mengorganisasi kegiatan-kegiatan pengololaan kelas

Melaksanakan teknik-teknik evaluasi pengajaran

Mengadakan media dan sumber dalam PBM

o
Mengorganisasikegiatan-kegiatan siswa dalam bidang ektrakurikuler, study
tour, dsb.
B. Teknik Kelompok
ialah supervise yang dilakukan secara kelompok
a)

Mengadakan pertemuan atau rapat (meetings)

Kepala sekolah menjalankan tugas sesuai perencanaan seperti mengadakan


rapat kepada guru dalam rangka supervise yang berhubungan dengan dengan
pelaksanaan pengembangan kurikulum.
b)

Mengadakan diskusi kelompok (group discussions)

Diskusi kelompok dengan membentuk kelompokkelompok guru bidang studi


yang berminat mata pelajaran tertentu yang telah diprogramkan untuk
mengadakan pertemuan /diskusi guna membicarakan hal-hal yang berhubungan
dengan usaha pengembangan dan eranan proses belajar mengajar.
c)

Mengadakan penataran-penataran (inservice-training)

Penataran untuk guru bidang studi tertentu pada umumnya diadakan oleh pusat
atau wilayah, tugas kepala sekolah adalah mengelolah dan membimbing
pelaksanaan tindak lanjut (follow-up) dari hasil penataran, agar adapat
dipraktekkan oleh guru-guru. (Ngalim purwanto,2010,122 Administrasi dan
Supervisi Pendidikan)
Dari uraian di atas, ternyata banyak cara tentang teknik supervisi yang dapat
dilakukan seorang supervisor/pengawas. Namun kenyataan di lapangan
kebanyakan supervisi masih dianggap sebagai pelengkap saja. Sebagai
gambaran berupa analisis kondisi berkenaan dengan pelaksanaan supervisi guru
mata pelajaran di SD oleh pengawas sekolah, sebagai berikut:

Pertama, beberapa kenyataan di bidang mata pelajaran di sekolah-sekolah


menunjukan bahwa, masih ada para pengawas sekolah (pelaksana supervisi
mata pelajaran), entah itu Kepala Sekolah dan Pengawas yang memahami
supervisi identik dengan penilaian atau inpeksi terhadap para guru. Hal ini
karena dalam praktik pelaksanaan supervisinya, mereka cenderung menilai dan
mengawasi apa yang dikerjakan oleh guru, atau mencari-cari kekurangan dan
kesalahan para guru. Seringkali kekurangan ini diangkat sebagai temuan.
Semakin banyak temuan, maka dianggap semakin berhasil para pelaku supervisi
tersebut.
Kedua, pelaksanaan supervisi tidak lebih dari hanya sekedar petugas yang
sedang menjalankan fungsi administrasi, mengecek apa saja ketentuan yang
sudah dilaksanakan dan yang belum. Karena itu, bobot kegiatannya sangat
bersifat administratif. Hasil kunjungan itu kemudian disampaikan sebagai laporan
berkala, misalnya bulanan, yang ditujukan kepada atasannya.
Ketiga, lebih parah lagi, yakni banyak di antara petugas supervisi yang kurang
memahami hakikat dan subtansi pembelajaran di sekolah. Mereka tidak paham
tentang bagaimana melaksanakan pembelajaran yang sebenarnya. Sehingga
para pengawas itu tidak dapat memberikan arahan, contoh, bimbingan, dan
saran agar sesuatu proses pendidikan yang dilaksanakan di sekolah lebih baik
dari pada hasil yang dicapai sebelumnya.
Keempat, rasio jumlah pengawas sekolah dan jumlah sekolah secara kuantitatif
telah memenuhi ketentuan standar minimal mengenai jumlah sekolah yang
harus diawasi. Selain itu, latar belakang pendidikan dan pengalaman jabatan
terakhir yang sangat bervariasi, menunjukan beragamnya kemampuan serta
motivasi kinerja pengawas sekolah. Hal tersebut perlu mendapat perhatian para
pembina struktural pada tingkat regional

8.

PENDEKATAN SUPERVISI

Ada 3 pendekatan yang bisa dilakukan dalam supervisi pendidikan, yaiti :

Pendekatan direktif

Pendekatan non direktif

Pendekatan kolaboratif

Di dalam lingkungan sekolah yang pada intinya adanya proses kegiatan belajarmengajar yang dilakukan oleh guru kepada para peserta didiknya. Dalam hal ini
seorang guru merupakan faktor yang utama dalam proses peningkatan dan
perbaikan pengajaran. Untuk meningkatkan perbaikan dan kualitas kepala
sekolah disinilah seorang supervisor harus bisa melakukan pendekatan dan
teknik secara manusiawi karena setiap kepala sekolah mempunyai karakteristik
yang berbeda sehingga supervisor harus bisa menempatkan pendekatan dan
teknik dalam meningkatkan kinerja kepala sekolah harus sesuai dengan situasi
dan kondisi. Mempelajari berbagai pendekatan dalam supervisi memungkinkan
kepala sekolah untuk mempunyai wawasan yang luas tentang pekerjaan
supervisor.

Dalam proses pembinaan, kepala sekolah mengalami pertumbuhan secara terusmenerus. Tugas supervisi adalah membimbing sehingga makin lama kepala
sekolah makin dapat berdiri sendiri dan bertumbuh dalam jabatannya usaha
sendiri. Belajar harus dilakukan melalui pengamatan dan pemahaman dengan
pengalaman yang nyata. Melalui pendekatan-pendekatan di atas ini supervisor
percaya bahwa kepala sekolah/guru melakukan analisis dan memecahkan
masalah yang dihadapinya dalam mengelola lembaga pendidikan di tingkat
persekolahan.
Kepala Sekolah merasakan adanya kebutuhan bahwa ia harus berkembang dan
mengalami perubahan, selanjutnya ia bersedia mengambil tanggung jawab
terjadinya perubahan. Jika kondisi seperti ini ada, maka perbaikan pengajaran itu
dapat terjadi. Jadi supervisor berfungsi sebagai fasilitator dengan menggunakan
struktur formal sesedikit mungkin.
Pada kebanyakan kasus di lapangan, supervisor diidentikkan dengan tugas-tugas
yang teresan membebankan guru, kepala sekolah serta sekolah itu sendiri,
sehingga kesan ini muncul tentu tidak dengan sendirinya, oleh sebab itu langkah
yang harus dilakukakn oleh guru, kepala sekolah serta pengawas hendaknya
duduk bersama dan merumuskan kepentingan bersama yang berorientasi pada
kepentingan kelembagaan pendidikan secara menyeluruh.
Dengan prinsip pendekatan diatas, maka jelaslah masing-masing tugas, peran
serta fungsinya, dan yang lebih penting masing-masing dapat mengukur
efektifitas kinerja terkait baik di lingkungan guru, kepala sekolah ataupun
pengawas pendidikan.

9.

TIPE/MODEL SUPERVISI

Ada lima tipe supervisi, dari yang paling memberikan kebebasan kepada guru
dan staf tata usaha sampai pada yang paling ketat aturannya, dengan supervisor
sebagai penguasa kelima tipe tipe supervise tersebut adalah

Tipe inspeksi

Laises faire

Coursive

Training and guidance

Demokratis

1.

Tipe Inspeksi

Tipe seperti ini biasanya terjadi dalam administrasi dan model kepemimpinan
yang otokratis, mengutamakan pada upaya mencari kesalahan orang lain,
bertindak sebagai Inspektur yang bertugas mengawasi pekerjaan guru.
Supervisi ini dijalankan terutama untuk mengawasi, meneliti dan mencermati
apakah guru dan petugas di sekolah sudah melaksanakan seluruh tugas yang
diperintahkan serta ditentukan oleh atasannya. Supervisor juga mengukur sejauh

mana tugas-tugas yang diperintahkan tersebut sudah dapat diselesaikan, masih


membutuhkan bantuan dan pembinaaan.
2. Tipe Laissez Faire
Tipe ini kebalikan dari tipe sebelumnya. Kalau dalam supervisi inspeksi bawahan
diawasi secara ketat dan harus menurut perintah atasan, pada supervisi Laisses
Faire para pegawai dibiarkan saja bekerja sekehendaknya tanpa diberi petunjuk
yang benar. Misalnya: guru boleh mengajar sebagaimana yang mereka inginkan
baik pengembangan materi, pemilihan metode ataupun alat pelajaran. Supervisi
tipe Laisez faire memberi kebebasan gerak kepada pelaku untuk berinisiatif, bagi
pegawai yang kreatifitas tinggi akan maju sebaliknya bagi pegawai yang fasif.
3. Tipe Coersive
Tipe ini tidak jauh berbeda dengan tipe inspeksi. Sifatnya memaksakan
kehendaknya. Apa yang diperkirakannya sebagai sesuatu yang baik, meskipun
tidak cocok dengan kondisi atau kemampuan pihak yang disupervisi tetap saja
dipaksakan berlakunya. Guru sama sekali tidak diberi kesempatan untuk
bertanya mengapa harus demikian. Supervisi ini mungkin masih bisa diterapkan
secara tepat untuk hal-hal yang bersifat awal. Contoh supervisi yang dilakukan
kepada guru yang baru mulai mengajar. Dalam keadaan demikian, apabila
supervisor tidak bertindak tegas, yang disupervisi mungkin menjadi ragu-ragu
dan bahkan kehilangan arah yang pasti.
4. Tipe Training dan Guidance
Tipe ini diartikan sebagai memberikan latihan dan bimbingan. Hal yang positif
dari supervisi ini yaitu guru dan staf tata usaha selalu mendapatkan latihan dan
bimbingan dari kepala sekolah. Sedangkan dari sisi negatifnya kurang adanya
kepercayaan pada guru dan karyawan bahwa mereka mampu mengembangkan
diri tanpa selalu diawasi, dilatih dan dibimbing oleh atasannya.
5. Tipe Demokratis
Selain kepemimpinan yang bersifat demokratis, tipe ini juga memerlukan kondisi
dan situasi yang khusus. Tanggung jawab bukan hanya seorang pemimpin saja
yang memegangnya, tetapi didistribusikan atau didelegasikan kepada para
anggota atau warga sekolah sesuai dengan kemampuan dan keahlian masingmasing. Apabila dikaitkan dengan fungsi-fungsi manajemen, supervisi berada
atau terselip dalam fungsi dinamis, yaitu pengarahan, koordinasi, dan evaluasi.
Apabila kondisi dan situasi kepemimpinan sekolah memang kondusif untuk
terjadinya supervisi tipe demokratis, maka fungsi fungsi pengarahan,
koordinasi, dan evaluasi dapat terjadi bukan dari satu arah, tetapi kolaboratif ,
ada kerja sama semua pihak yang ada di dalam organisasi. Tanggung jawab
bukan hanya seorang pemimpin saja yang memegangnya, tetapi didistribusikan
atau didelegasikan kepada para anggota atau warga sekolah sesuai dengan
kemampuan dan keahlian masing-masing.
Apapun tipe yang dipilih oleh supervisor dalam dalam melaksanakan
supervisi namun tidak boleh melupakan prinsip-prinsip menjadi paduan kerja,
yaitu :
a.
Supervisi adalah pemberian bimbingan dan batuan kepada guru dan staf
tat usaha agar mampu meningkatkan kinerja.

b.
pemberian bimbingan dan batuan dilakukan secara langsung, tidak perlu
ada perantara.
c.
pemberian bimbingan dan batuan harus dikaitkan dengan peristiwa yang
memerlukan bimbingan.
d.
Kegiatan supervise dilakukan secara berkala agar terjadi mekanisme yang
ajek dan rutin.
e.
Supervise terjadi dalam suasana kondusif penuh sifat kekluargaan agar
terjalin kerja saa yang baik.
f.
Supervise dilakukan dengan menggunakan catatan agar apa yang
dilakukan dan ditemukan tidak hilang . Temuan dan hal-hal penting lainnya
merupakan bahan binaan yang sangat penting artinya dan dapat dibahas dalam
pertemuan rutin pengawas (KKPS) dan kepala sekolah (KKKS).
g.
Prinsip-prinsip supervisi yang dikemukakan oleh ngalim purwanto dan
oteng sutrisna lebih mengejar persyaratan yang perlu ditaati untuk dipenuhi bagi
petugas supervisor yang ingin sukses. ( Arikunto, 2004,25).

10.

PRINSIP SUPERVISI

Secara aplikatif prinsip-prinsip Supervisi adalah sebagai berikut :


Supervisi bersifat memberikan bimbingan dan memberikan bantuan kepada guru
dan staf sekolah lain untuk mengatasi masalah dan mengatasi kesulitan dan
bukan mencari-cari kesalahan.
Pemberian bantuan dan bimbingan dilakukan secara langsung, artinya bahwa
pihak yang mendapat bantuan dan bimbingan tersebut tanpa dipaksa atau
dibukakan hatinya dapat merasa sendiri serta sepadan dengan kemampuan
untuk dapat mengatasi sendiri.
Apabila supervisor merencanakan akan memberikan saran atau umpan balik,
sebaiknya disampaikan sesegera mungkin agar tidak lupa. Sebaiknya supervisor
memberikan kesempatan kepada pihak yang disupervisi untuk mengajukan
pertanyaan atau tanggapan.
Kegiatan supervisi sebaiknya dilakukan secara berkala misalnya 3 bulan sekali,
bukan menurut minat dan kesempatan yang dimiliki oleh supervisor.
Suasana yang terjadi selama supervisi berlangsung hendaknya mencerminkan
adanya hubungan yang baik antara supervisor dan yang disupervisi tercipta
suasana kemitraan yang akrab. Hal ini bertujuan agar pihak yang disupervisi
tidak akan segan-segan mengemukakan pendapat tentang kesulitan yang
dihadapi atau kekurangan yang dimiliki.
Untuk menjaga agar apa yang dilakukan dan yang ditemukan tidak hilang atau
terlupakan, sebaiknya supervisor membuat catatan singkat, berisi hal-hal
penting yang diperlukan untuk membuat laporan.
Karena prinsip-prinsip supervisi di atas merupakan kaidah-kaidah yang harus
dipedomani atau dijadikan landasan di dalam melakukan supervisi, maka hal itu
mendapat perhatian yang sungguh-sungguh dari para supervisor, baik dalam

konteks hubungan supervisor-guru, maupun di dalam proses pelaksanaan


supervisi.
Jadi dalam melaksanakan fungsi supervisi akademik, pengawas hendaknya dapat
berperan sebagai:
1.
Mitra guru dalam meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran dan
bimbingan di sekolah binaannya
2.
Inovator dan pelopor dalam mengembangkan inovasi pembelajaran dan
bimbingan di sekolah binaannya
3.

Konsultan pendidikan di sekolah binaannya

4.

Konselor bagi kepala sekolah, guru dan seluruh staf sekolah

5.

Motivator untuk meningkatkan kinerja semua staf sekolah

11.

KUALIFIKASI SUPERVISOR

Mengingat beratnya pekerjaan dan tanggung jawab seorang supervisor, maka


supervisor harus dibekali dengan kualifikasi yang handal. Setidaknya ada
beberapa kualifikasi supervisor, antara lain :
a.

Memiliki pengetahuan/kepandaian yang memadai

b.

Memiliki sikap yang baik

c.

Memiliki berbagai keterampilan

d.

Dapat merencanakan

e.

Dapat melakukan pekerjaan supervisi

f.

Menjalankan kontrol

Dengan kualifikasi di atas yang dimiliki oleh supervisor dapat sehingga


diharapkan supervisor :
1.

Mampu melakukan supervisi sesuai prosedur dan teknik-teknik yang tepat

2.
Mampu melakukan monitoring, evaluasi dan pelaporan program pendidikan
sesuai dengan prosedur yang tepat
3.

Memahami dan menghayati arti, tujuan dan teknik supervisi

4.

Menyusun program supervisi pendidikan

5.

Melaksanakan program supervisi pendidikan

6.

Memanfaatkan hasil-hasil supervisi

7.

Melaksanakan umpan balik dari hasil supervisi

Hambatan yang dihadapi pengawas terutama berkaitan dengan kondisi nyata


dilapangan bahwa pengawas sekolah memiliki citra yang kurang baik. Hal ini
sebagai dampak dari pelaksanaan tugas yang hanya menekankan pada aspek
administratif dari pada subtantif pengajaran. Jadi, faktor penghambat dalam
efektifitas pembinaan guru lebih pada faktor pribadi; yakni ketidakmampuan

para pengawas pendidikan untuk melaksanakan pembinaan professional guru


secara efektif karena keterbatasan pengetahuan, keterampilan, dan bahkan
kepribadiannya. Hal-hal yang memperburuk citra dan kinerja pengawas sekolah
adalah latar belakang pengawas yang tidak menguasai bidangnya serta tidak
cukup memiliki motivasi yang tinggi dalam menjalankan tugasnya.

12.

LINGKUP SUPERVISI PENDIDIKAN

Supervisi pendidikan tidak hanya mengawasi kondisi mengajar guru dan aspek
administrasi sekolah. Tetapi ruang lingkup supervisi pendidikan sangat luas dan
banyak, dimana tujuannya adalah untuk memperbaiki kondisi sekolah baik
secara fisik, akademik maupun segala sesuatu yang berhubungan dengan
sekolah.
Ruang lingkup supervisi antara lain :
a.

Kesiswaan

b.

Kurikulum dan pembelajaran

c.

Bahan ajar

d.

Metoda pengajaran

e.

Evaluasi

f.

Gadik

g.

Fasilitas Pendidikan

h.

Alat instruksi dan penolong instruksi

i.

Anggaran

Dari uraian di atas terlihat bahwa ruang lingkup tugas pengawas tidak hanya
berhubungan dengan guru dan pimpinan sekolah saja. Akan tetapi berhubungan
juga dengan semua yang berkaitan dengan sekolah, seperti siswa, orangtua
siswa maupun masyarakat secara umum.

Sebagai contoh kasus pada suatu sekolah, Kepala sekolah SMA NEGERI ANGIN
menyadari betul tentang masalah-masalah yang berkembang di sekolahnya,
sehingga dia berusaha sekuat tenaga mencurahkan pikiran dan tenaganya untuk
memecahkan masalah tersebut, sehingga pada gilirannya, maka tercetuslah
sebuah gagasan untuk mengundang pengawas ke sekolah SMA NEGERI ANGIN.
Idealnnya sebuah gagasan, maka sebelum pengawas datang ke sekolah
dimaksud, kepala sekolah menampaikan pesan berupa undangan kepada guruguru untuk dapat menerima pengarahan dari pengawas pendidikan yang dengan
sengaja dihadirkan ke sekolah tersebut guna mendapatkan pengarahan tentang
sekolah unggul dan berkualitas.
Berikutnya, maka berjalanlah pengarahan yang diberikan oleh pengawas
pendidikan di SMA Cengceremen, bahkan berjalan dalam durasi kurang lebih
selama dua jam pengawas memberikan gambaran yang cukup menyeluruh
tentang kualitas kelembagaan pendidikan, namun hal yang menarik dari diskusi
yang berkembang, ketika guru-guru menanyakan tentang cara yang harus
ditempuh dalam meningkakan disiplin siswa serta cara memelihara faslitas
sekolah dengan cara membuat laporan keuangan, bahkan ditambahkan pula
oleh kepala sekolah yang mempertanyakan tentang relevansi hal tersebut untuk
kalangan SMA.
Secara spontan pengawas memberikan pernyataan yang sangat
mencengangkan, yakni berupa ungkapan bahwa itu urusan saudara-saudara
untuk memikirkannya, pengawas sudah cukup banyak dibebani oleh tugastugasnya ditempat bekerja dan ditempat lain, begitu cetusnya. Akhirnya guruguru serta kepala sekolah merasa kecewa dengan pernyataan pengawas sepert
diatas.
Kasus lain yang muncul setelah pengawas meninggalkan tempat, maka kepala
sekolah SMA NEGERI ANGIN meminta guru-guru untuk tidak putus asa dan
tersinggung dengan ungkapan pengawas X, dan yang paling penting kepala
sekolah memberikan pernyataan yang sepertinya bersifat mendukung pengawas
dengan ungkapan ya sudahlah bagaimana pun mutu pendidikan merupakan
tanggung jawab bersama.
Namun secara spontan seorang guru bertanya pak, bagamimana kelanjutan
pembahasan masalah yang pernah bapak sampaikan kepada kami, dan kepala
sekolah pun pergi tanpa menghiraukan pertanyaan guru tersebut. Dari
pertanyaan terakhir, maka muncul berbagai isu yang berkembang baik pada
personal guru yang mencerminkan kinerja yang kurang kompeten serta
hubungan yang disharmonis antara guru, kepala sekolah dan pengawas
pendidikan
Memahami dan memaknai kasus diatas yang terjadi di SMA NEGERI ANGIN,
maka terdapat beberapa cara yang haus ditempu baik oleh guru, kepala sekolah
maupun pengawas pendidikan, yakni pengembangan mutu pendidikan
hendaknya dimulai dari adanya integritas, efektivitas dan kualitas sekolah.
Ketiga hal inilah sebenarnya yang mendorong berbagai komponen pendidikan
untuk mengembangkan sekolah menuju kearah kompetensi lembaga, sehingga
pada gilirannya untuk memaknai sebuah integritas kinerja yang menyatu, maka
diperlukan pula pemahaman mengenai input, transpormasi serta output

berdasarkan kriteria keefektipan yang masing-masing dikembangkan dalam


pengawasan mutu kelembagaan secara komprehenshif.
Menganalisa kasus diatas, maka di atas maka tugas pengawas seharusnya
mencakup: (1) inspecting (mensupervisi), (2) advising (memberi advis atau
nasehat), (3) monitoring (memantau), (4) reporting (membuat laporan), (5)
coordinating (mengkoordinir) dan (6) performing leadership dalam arti
memimpin dalam melaksanakan kelima tugas pokok tersebut (Ofsted, 2003).
Tugas pokok inspecting (mensupervisi) meliputi tugas mensupervisi kinerja
kepala sekolah, kinerja guru, kinerja staf sekolah, pelaksanaan kurikulum/mata
pelajaran, pelaksanaan pembelajaran, ketersediaan dan pemanfaatan
sumberdaya, manajemen sekolah, dan aspek lainnya seperti: keputusan moral,
pendidikan moral, kerjasama dengan masyarakat.
Tugas pokok advising (memberi advis/nasehat) meliputi advis mengenai sekolah
sebagai sistem, memberi advis kepada guru tentang pembelajaran yang efektif,
memberi advis kepada kepala sekolah dalam mengelola pendidikan, memberi
advis kepada tim kerja dan staf sekolah dalam meningkatkan kinerja sekolah,
memberi advis kepada orang tua siswa dan komite sekolah terutama dalam
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pendidikan.
Tugas pokok monitoring/pemantauan meliputi tugas: memantau penjaminan/
standard mutu pendidikan, memantau penerimaan siswa baru, memantau
proses dan hasil belajar siswa, memantau pelaksanaan ujian, memantau rapat
guru dan staf sekolah, memantau hubungan sekolah dengan masyarakat,
memantau data statistik kemajuan sekolah, memantau program-program
pengembangan sekolah.
Tugas pokok reporting meliputi tugas: melaporkan perkembangan dan hasil
pengawasan kepada Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, Propinsi dan/atau
Nasional, melaporkan perkembangan dan hasil pengawasan ke masyarakat
publik, melaporkan perkembangan dan hasil pengawasan ke sekolah binaannya.
Tugas pokok coordinating meliputi tugas: mengkoordinir sumber-sumber daya
sekolah baik sumber daya manusia, material, financial dll, mengkoordinir
kegiatan antar sekolah, mengkoordinir kegiatan preservice dan in service
training bagi Kepala Sekolah, guru dan staf sekolah lainnya, mengkoordinir
personil stakeholder yang lain, mengkoordinir pelaksanaan kegiatan inovasi
sekolah.
Tugas pokok performing leadership/memimpin meliputi tugas: memimpin
pengembangan kualitas SDM di sekolah binaannya, memimpin pengembangan
inovasi sekolah, partisipasi dalam memimpin kegiatan manajerial pendidikan di
Diknas yang bersangkutan, partisipasi pada perencanaan pendidikan di
kabupaten/kota, partisipasi pada seleksi calon kepala sekolah/calon pengawas,
partisipasi dalam akreditasi sekolah, partisipasi dalam merekruit personal untuk
proyek atau program-program khusus pengembangan mutu sekolah, partisipasi
dalam mengelola konflik di sekolah dengan win-win solution dan partisipasi
dalam menangani pengaduan baik dari internal sekolah maupun dari
masyarakat. Itu semua dilakukan guna mewujudkan kelima tugas pokok di atas.
Berdasarkan uraian tugas-tugas pengawas sebagaimana dikemukakan di atas,
maka pengawas satuan pendidikan banyak berperan sebagai: (1) penilai, (2)

peneliti, (3) pengembang, (4) pelopor/inovator, (5) motivator, (6) konsultan, dan
(7) kolaborator dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di sekolah
binaannya. Dikaitkan dengan tugas pokok pengawas sebagai pengawas atau
supervisor akademik yaitu tugas pokok supervisor yang lebih menekankan pada
aspek teknis pendidikan dan pembelajaran, dan supervisor manajerial yaitu
tugas pokok supervisor yang lebih menekankan pada aspek manajemen sekolah
(mengenai tugas supervisi pendidikan akan dijelaskan lebih detail pada kajian
bagian bawah).

13.

EFEKTIVITAS SUPERVISI

Indikasi supervisi dikatakan efektif, dilihat dari 4 hal yaitu:


a.

Pendelegasian

Supervisor harus dapat membawa timnya ke arah target/ ssaran yang


ditetapkan, mendelegasikan tugas-tugas kepada para guru, staf/pegawai
terutama yang bersifat teknis lapangan.
b.

Keseimbangan

Supervisor harus dapat menyeimbangkan penggunaan otoritas seperti kapan


menahan diri, kapan mengoptimalkan kreativitas
guru/ staf/ pegawai,
bersikap tegas, kapan harus memberi kesempatan guru/ staf/ pegawai
menyampaikan pendapat, menerapkan contoh konkrit, menerapkan disiplin
waktu.
c.

Jembatan

Supervisor harus dapat menyampaikan visi misi yang telah ditetapkan, harus
dapat menyalur berbagai aspirasi guru, staf/ pegawainya, menemukan
kepentingan berama, melakukan pengambilan keputusan secara adil, dapat
menanggulangi konflik.
d.

Komunikasi

Seorang supervisor seharusnya mampu berkomunikasi multiarah yang


mencakup kemampuan mendengarkan keluhan, masukan dan pertanyaan para
guru, staf, pegawai. Mampu mengkomunikasikan tugas-tugas secara efektif
serta.menggunakan bahasa yang baik dan jelas dalam melaksanakan tugastugas dan dapat dipahami oleh kemampuan berpikir para guru/staf / pegawai
Beberapa kenyataan di bidang mata pelajaran di sekolah-sekolah menunjukan
bahwa, masih ada para pengawas sekolah (pelaksana supervisi mata pelajaran),
entah itu Kepala Sekolah dan Pengawas yang memahami supervisi identik
dengan penilaian atau inpeksi terhadap para guru.
Hubungan supervisor dan guru masih ada jarak yang jauh sehingga supervisi
hanya sebagai alat untuk mencari kesalahan guru.Hal ini karena dalam praktik
pelaksanaan supervisinya, mereka cenderung menilai dan mengawasi apa yang
dikerjakan oleh guru, atau mencari cari kekurangan dan kesalahan para guru.

Seringkali kekurangan ini diangkat sebagai temuan. Semakin banyak temuan,


maka dianggap semakin berhasil para pelaku supervisi tersebut.
Lebih parah lagi, yakni banyak di antara petugas supervisi yang kurang
memahami hakikat dan subtansi keberadaannya di Sekolah. Mereka tidak paham
tentang bagaimana melaksanakan pembelajaran yang sebenarnya. Sehingga
para pengawas itu tidak dapat memberikan arahan, contoh, bimbingan, dan
saran agar sesuatu proses pendidikan yang dilaksanakan di sekolah lebih baik
dari pada hasil yang dicapai sebelumnya.
Pengawasan menjadi efektif jika diperhatikan faktor-faktor yang menjadi
penyebabnya, diantaranya melakukan kajian komprehenshif tentang teknik
supervisi yang digunakan oleh supervisor yang menggunakan pendekatan
dengan cara melakukan observasi tanpa melakukan analisis dan interpretasi. Jika
tahapan supervisi dibagi menjadi tiga bagian ( pembicaraan awal, observasi,
analisis dan interpretasi serta pembicaraan akhir), maka supervisi dilakukan
sebagai berikut :
1. pembicaraan awal

Dalam pembicaraan awal, supervisor memancing apakah dalam mengajar


guru menemui kesulitan. Pembicaraan ini dilakukan secara informal.
2. observasi
Jika perlu bantuan, maka supervisor mengadakan observasi kelas. Dalam
observasi supervisor masuk kelas dan duduk di belakang tanpa mengambil
catatan. Ia mengambil kegiatan kelas.
3. Analisis dan Interpretasi

Sesudah melakukan observasi, supervisor kembali ke kantor dan memikirkan


kemungkinan kekeliruan guru dalam melaksanakan proses belajar-mengajar. Jika
menurut supervisor, jika guru telah menemukan jawaban maka supervisor maka
tidak akan memberi nasihat kalau tidak di minta.
4. pembicaraan akhir

jika perbaikan telah dilakukan, pada periode tertentu guru dan supervisor
mengadakan pembicaraan akhir. Dalam pembicaraan akhir, supervisor berusaha
membicarakan apa yang sudah di capai guru, dan menjawab kalau ada
pertanyaan dan menanyakan kalu guru-guru perlu bantuan lagi.
5. laporan
laporan disampaikan secara deskripsi dengan interpretasi berdasarkan judgment
supervisor. Laporan ini ditulis untuk guru, kepala sekolah atau atasan kepala
sekolah ( Kadis ), untuk bahan perbaikan selanjutnya.

14.

KETERAMPILAN SUPERVISOR

Seorang supervisi (supervisor) harus memiliki keterampilan sebagai berikut:


Keterampilan teknis yaitu; bisa melakukan hal-hal yang bersifat teknis yang
cukup mengenai penyeesaian pekerjaan di organisasinya, menguasai it yang
cukup untuk memberikan pengarahan, jika ia merasa masih kurang perlu
meningkatkan diri sebelum para guru/ staf/ pegawainya meningkatkan diri
mereka.
Dalam memberikan pengarah pada anak buah untuk melakukan pekerjaan,
seorang supervisor perlu memiliki keterampilan teknis yang cukup yang
menyangkut teknis penyelesaian pekerjaan di unit yang terkait.. Supervisor di
bidang IT perlu memiliki pengetahuan dan keterampilan IT yang cukup untuk
memberikan pengarahan. Supervisor di bidang pemasaran asuransi, perlu
mengetahui benar produk-produk asuransi dan cara-cara praktis dan efektif
untuk memasarkan produk-produk asuransi tersebut. Jikadirasa masih kurang,
supervisor perlu meningkatkan diri sebelum membantu anak buah untuk
meningkatkan diri mereka.
Keterampilan interpersonal yaitu; keterampilan dalam berhubungan dengan
orang lain atau melakukan sosialisasi, termasuk didalamnya komunikasi
hubungan antar manusia yang baik.
Keterampilan ini menuntut seorang supervisor untuk mengelola hubungan baik
dengan berbagai pihak (anak buah, karyawan dan manajer di divisi lain baik
yang terkait langsung ataupun tidak langsung, supplier, klien, pimpinan
perusahaan, dan karyawan lainnya). Keterampilan ini juga mencakup
kemampuan menangani konflik di tempat kerja, menangani karyawan yang sulit
diajak bekerja sama. Supervisor atau manajer yang memiliki keterampilan ini
akan lebih mudah menggalang dukungan dari berbagai pihak untuk mendukung
keputusan yang dibuat dan menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan, serta
mencari solusi dari masalah-masalah yang dihadapi.
Keterampilan manajerial, yaitu; terampil dalam memimpin, menggunakan
wewenang (termasuk gaya kepemimpinan), merencanakan, mengarahkan dan
mengendalikan, melakukan pengambilan keputusan.
Seorang manajer atau supervisor diberikan tanggung jawab untuk membuat
berbagai keputusan di departemen atau divisi yang dipimpinnya: keputusan
menunda sebuah pekerjaan, memulai sebuah pekerjaan, menentukan apakah
pekerjaan bisa diselesaikan oleh sumber daya manusia yang ada atau butuh
bantuan konsultan dari luar. Semua keputusan mempengaruhi kelancaran

jalannya kegiatan operasional dan berdampak pada tercapainya target yang


telah ditetapkan.
Keterampilan administrasi, yaitu; keterampilan membuat dan mamatuhi
prosedur operasional, peraturan, pedoman perilaku yang berlaku, membuat
laporan dinas, laporan buanan, menyusun anggaran, membuat proposal, dan
melakuan administratif lain yang sesuai dengan jenis pekerjaan yang
ditekuninya.
Keterampilan ini antara lain mencakup pengetahuan dan keterampilan membuat
mematuhi prosedur operasional, peraturan atau pedoman perilaku yang berlaku,
membuat laporan dinas, laporan bulanan, menyusun anggaran, membuat
proposal, dan melakukan pekerjaan administratif lainnya yang sesuai dengan
jenis pekerjaan yang ditekuni. Keterampilan ini seringkali dilupakan oleh
perusahaan ketika mempromosikan seseorang sebagai manajer atau supervisor.
Umumnya para manajer atau supervisor baru hanya diberikan training untuk
memantapkan keterampilan teknis dan meningkatkan keterampilan manajerial,
tanpa memperhatikan keterampilan administratif.
5.
Keterampilan konseptual yaitu; mampu melihat ke depan, mengantisipasi
apa yang terjadi, tahu apa yang harus dilakukan ( disebut juga visi), serta
mampu membuat konsep/ perencanaan untuk menterjemahkan visi menjadi
aksi/ tindakan
Jadi seorang supervisor perlu membekali diri dengan keterampilan yang penting
ini, misalnya mengembangkan keterampilan untuk mengambil keputusan yang
didasarkan pada informasi yang berhasil dikumpulkan (information based
decision making), baik melalui data statistik ataupun hasil survei lainnya,
metode keputusan yang didasarkan pada penyelesaian masalah (problem-based
decision making), dan pengambilan keputusan yang didasarkan pada hasil
(result-based decision making).
Disamping hal tersebut, supervisor juga memiliki peran Disamping hal tersebut,
supervisor juga memiliki peran sebagai peneliti, konsultan dan penasehat,
fasilitator, motivator dan pelopor pembaharuan. Sebagai peneliti, supervisor
dituntut untuk mengenal dan memahami masalah-masalah yang berhubungan
dengan pengajaran, oleh sebab itu, ia perlu mengidentifikasi masalah-masalah
pengajaran dan mempelajari faktor-faktor atau penyebab ketidakberhasilan
sebuah proses pengajaran.
Hal diatas memiliki kesamaan seperti tugas supervsor sebagai agen pembaharu,
yakni hendaknya jangan ada kesan bahwa supervisor terlena dan memiliki
kepuasan degan hasil yang dicapai, namun hendaknya pengawas harus menjadi
pemrakarsa dalam melakukan perbaikan, penyempurnaan serta terus beusaha
untuk menggali potensi-potensi berdasarkan kebutuhan-kebutuhan bersamaan
dengan perkembangan dunia pendidikan yang semakin menggelobal, oleh sebab
itu supervsor harus menyusun program latihan dan pengembangan dengan cara
merencanakan pertemuan atau penataran serta kegiatan sejenis.

15.

TUGAS SUPERVISI PENDIDIKAN

Secara umum rincian tugas seorang supervisor adalah sebagai berikut:


1.

Menghadiri rapat/ pertemuanorganisasi dan antar organisasi

2.

Melatih, membina, dan memelihara kelompok guru/ staf/ pegawai

3.
Melakukan observasi/ pengamatan dan wawancara terhadap pekerjaan dan
hasil kerja guru/ staf/ pegawai
4.

Membimbing pelaksanaan program testing

5.

Menulis dan mengembangkan materimateri kurikulum

6.
Melakukan penilaian dan penseleksian terhadap berbagai program-program
kegiatan, sarana dan bahan ajar
7.

Menyiapkan laporan tertulis tentang kunjungan kelas

8.

Menyusun tes standar dan

9.

Memimpin guru/ staf / pegawai sebagai bawahannya

mengintepretasikan data tes

10. Memahami tujuan lembaga dan mengusahakan agar hasil kerja guru/ staf/
pegawainya menunjang tujuan lembaga
11. Membimbing guru/ staf/ pegawai dalam menyusun dan mengembangkan
sumber-sumber dan bahan ajar
12. Mengorganisasikan dan merevisi kurikulum bersama dengan kelompok
guru
13. Merencanakan demonstrasi mengajar
14. Mendelegasikan dan menjadwalkan tugas
15. Memotivasi guru untuk menggali potensi dan bakatnya mengajar agar aktif,
dinamis dan kreative serta mandiri.
Begitu kompleksnya tugas dari supervisor, maka hal yang harus diperhatikan
adalah dengan meningkatkan etos kerja supervisor, dalam hal ini kepala sekolah
berkewajiban untuk meneliti dan menganalis masalah-masalah yang terjadi di
lingkungan sekolah yang sesuai dengan tugasnya. Apabila di lihat dari fungsi
administrasi pendidikan tugas dari Supervisor adalah untuk mengkondisikan dan
mengefektifkan program-program sekolah secara efisien baik dari relationship
maupun hubungannya dengan masyarakatnya. Sebagai pelaksana di dalam
pendidikan, supervisor merupakan salah aset dalam membentuk pembentukan
konsep-konsep yang telah dirancang dalam program-program saat ini, contohnya
saja di dalam melakukan peranannya supervisor harus bisa memberikan
bimbingan dan pengawasan yang pada intinya kepada guru, supervisor harus
memberikan empati dan simpati secara human relationship untuk menjalin
komunikasi yang baik.

16.

Motivasi supervisor

Motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan


seseorang agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif dan terintegrasi
dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan. Jadi motivasi
mempersoalkan bagaimana caranya mengarahkan daya dan potensi
bawahannya, agar mau bekerja sama secara produktif, berhasil mencapai dan
mewujudkan tujuan yang telah ditentukan. Pentingnya motivasi karena motivasi
adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan dan mendukung perilaku manusia,
supaya mau bekerja giat dan antusias mencapai hasil yang optimal. Motivasi
akan berakibat pada kepuasan kerja, Kepuasan kerja berkenaan dengan
kesesuaian antara harapan seseorang dengan imbalan yang disediakan.
Seorang supervisor tidak akan bekerja secara profesional apabila ia tidak
memiliki motivasi kerja yang tinggi dalam mengerjakan tugas-tugasnya.
Sebaliknya, betapapun tingginya motivasi kerja seorang supervisor, ia tidak akan
bekerja secara profesional apabila ia tidak memiliki kemampuan yang tinggi
dalam mengerjakan tugas-tugasnya.Berdasarkan rasional tersebut seorang
supervisor, di samping membina kompetensi atau kemampuan atau
keterampilan guru, perlu membina motivasi kerja guru dan motivasi terhadap diri
sendiri. Abilitas dan motivasi adalah sebagai faktor-faktor yang berinteraksi
dengan kinerja. Abilitas seseorang dapat ditentukan oleh skill dan
pengetahuan,sedangkan skill dapat dipengaruhi oleh kecakapan. Kepribadian
dan pengetahuan dapat dipengaruhi oleh pendidikan, pengalaman latihan dan
minat.
Motivasi pada dasarnya dapat bersumber pada diri seseorang yang sering
dikenal sebagai motivasi internal dan dapat bersumber dari luar diri seseorang
yang disebut motivasi eksternal. Motivasi sangat penting dalam menunjang
keberhasilan pencapaian tujuan supervisi. Motivasi dapat diartikan sebagai
kekuatan, dorongan, kebutuhan, semangat, tekanan, atau mekanisme psikologis
yang menyebabkan individu atau kelompok mencapai hasil optimal sesuai yang
diharapkan. Dalam arti kognitif, motivasi diasumsikan sebagai aktivitas individu
untuk menentukan kerangka dasar tujuan dan penentuan prilaku untuk
mencapai tujuan prilaku tersebut. Dalam arti afektif, motivasi diartikan sebagai
sikap dan nilai dasar yang dianut seseorang atau kelompok bertindak atau tidak
bertindak.
Mengingat pentingnya motivasi bagi supervisor, maka seorang supervisor perlu
memiliki motivasi untuk bisa tumbuh dan berkembang mencapai hasil kinerja
yang optimal. Kinerja yang optimal bisa dicapai apabila seseorang memiliki
motivasi berprestasi tinggi dengan ciri-ciri sebagai berikut:
Tekun menghadapi tugas,
ulet menghadapi kesulitan,

tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi,


ingin mendalami pekerjaan yang dipercayakan kepadanya,
selalu berusaha untuk berprestasi sebaik mungkin,
menunjukan minat yang positif,
lebih senang bekerja mandiridan bosan terhadap tugas-tugas yang rutin,
senang memecahkan persoalan yang dialami selama bekerja

Disamping memotivasi diri sendiri seorang supervisor harus melaksanakan


fungsi bimbingan supervisor, yaitu usaha untuk memotivasi guru baik secara
perorangan maupun kelompok agar mereka mau melakukan berbagai perbaikan
dalam menjalankan tugasnya, dan bimbingan sendiri dilakukan dengan cara
membangkitkan kemauan, memberi semangat, mengarahkan dan merangsang
untuk melakukan percobaan, serta membantu menerapkan sebuah prosedur
mengajar yang baru.
Dalam kaitannya dengan peranan gaya kepemimpinan supervisor dalam
meningkatkan motivasi guru, perlu dipahami bahwa setiap pemimpin
bertanggung jawab mengarahkan apa yang baik bagi bawahannya, dan dia
sendiri harus berbuat baik. Pemimpin juga harus menjadi contoh, sabar, dan
penuh pengertian. Fungsi pemimpin hendaknya diartikan seperti motto Ki Hajar
Dewantoro; Ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri
Handayani. Di sini seorang supervisor harus mampu menempatkan dirinya
menjadi pemimpin yang demokratis dengan mengambil peran sebagaimana
diungkapkan Ki Hajar Dewantoro di atas, sehingga mampu membengkitkan
motivasi bawahannya. Oleh karena itu tugas kepala sekolah selaku manager
adalah melakukan penilaian terhadap kinerja guru. Penilaian ini penting untuk
dilakukan mengingat fungsinya sebagai alat motivasi bagi pimpinan kepada guru
maupun bagi guru itu sendiri.

17.

Supervisor sebagai pemimpin metanoiac

Supervisor mempunyai tanggung jawab terhadap kepemimpinannya dan


mempunyai suatu wewenang untuk melakukan suatu kegiatan supervisi. Dalam
melakukan tugas supervisi seorang Supervisor membina dan membantu guru
dalam memberikan penjelasan mengenai program-program operasional agar
mudah dimengerti. Supervisi sebagai usaha menstimulasi, mengkoordinasi dan
membimbing secara kontinyu pertumbuhan guru-guru dan sekolah secara
individual maupun kolektif agar lebih mengerti dan lebih efektif dalam
mewujudkan seluruh fungsi pengajaran. Supervisi sebagai suatu teknik
pelayanan yang mempunyai tujuan utama yaitu mempelajari dan memperbaiki
secara bersama-sama faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan anak didik.
Pengertian supervisi disimpulkan sebagai suatu usaha untuk menstimulasi para
guru agar termotivasi dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari. Supervisi juga

merupakan langkah evaluasi terhadap kegiatan belajar mengajar, sehingga para


guru yang kinerjanya kurang perlu diadakan perbaikan, dan yang sudah baik
dapat diteruskan dan ditingkatkan.
Kemampuan supervisi kepala sekolah cenderung kepada kemampuan kepala
sekolah dalam merangsang, membimbing dan mendorong para guru agar
meningkatkan profesionalitas-nya dalam bentuk aktivitas berupa tindakan
partisipatif bersama-sama para guru, menyelesaikan inovasi yang sesuai untuk
diterapkan di sekolah, membantu kesulitan para guru menggunakan strategis
perencanaan dalam melaksanakan tugas, dan membantu para guru dalam
menyebarkan kebiasaan baru yang dipercaya mampu membawa perubahan
positif bagi sekolah. Selama ini guru melihat kepala sekolah sebagai pemimpin
sekaligus seorang supervisor yang harus dihormati/dijunjung tinggi, sikap seperti
ini nampak pada waktu kegiatan pelaksanaan supervisi. Seorang kepala sekolah
yang sedang melakukan kegiatan supervisi dikenal seperti polisi sekolah,
sehingga memunculkan rasa ketakutan, keminderan para guru yang pada
akhirnya akan berdampak pada kinerja guru.
Sebagian besar persepsi guru mengatakan bahwa seorang kepala sekolah secara
administrasi adalah pemimpin dan yang berhak melakukan kegiatan supervisi.
Secara yuridis keorganisasian guru berada di bawah pengawasan kepala sekolah.
Meskipun demikian, dalam suatu instansi pendidikan, kepala sekolah tidak akan
bisa bekerja memajukan lembaganya manakala tidak ada guru dan mungkin
akan berlaku sebaliknya guru tidak akan bisa harmonis kalau tidak ada yang
memimpin dan mengarahkan.
Kegiatan supervisi yang dilakukan kepala sekolah dimaksudkan untuk
mengarahkan para guru agar mempunyai kinerja yang baik dalam menjalankan
semua tugas dan tanggung jawabnya kepada Masyarakat dan kepada Allah Swt.
Masih terdapat sorotan masyarakat, bahwa masih banyak guru sebagai tenaga
pendidik bertindak kurang profesional, terutama berkaitan dengan keberhasilan
kinerja guru yang belum maksimal. Hal ini dapat dibuktikan dari dua belas
kompetensi guru yang seharusnya dikuasai dan dijalankan oleh para guru
banyak yang belum terpenuhi, seperti penguasaan guru tentang landasan
pendidikan masih kurang, dan belum seluruhnya guru yang bisa menafsirkan dan
mempublikasikan hasil-hasil penelitian, dan sebagainya.
Dalam kaitan peran kepemimpinan supervisor, banyak hasil-hasil studi yang
menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan yang terdapat dalam setiap organisasi
merupakan faktor yang berhubungan dengan produktifitas dan efektifitas
organisasi

DAFTAR PUSTAKA

Depdikbud. Pedoman Kerja Pelaksanaan Supervisi. Jakarta : Depdikbud,1996

------------- .Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya. Jakarta :


Depdikbud, 1996.
------------- Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan
Angka Kreditnya Jakarta: Depdikbud, 1998

Nana Sudjana. Dasar-Dasar Proses Belajar-Mengajar Bandung : Sinar Baru, 1998


-------------- Pengawas dan Kepengawasan. Jakarta: Binamitra Publishing, 2012
-------------- Supervisi Pendidikan Konsep dan Aplikasinya bagi Pengawas Sekolah.
Jakarta: Binamitra Publishing, 2012

Nuraedi. Metode dan Teknik Supervisi bagi Pengawas Satuan Pendidikan.


Jakarta ,2008

You might also like