Professional Documents
Culture Documents
A.
1.
Etiologi
a.
b.
c.
d.
e.
3.
Patofisiologi
Bila semua proses diatas berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan
akan bergerak kea rah apendiks hingga timbul suatu massa lokal yang disebut
infiltrate appendikularis.
4.
Manifestasi klinis
a.
Nyeri pada umbilicus atau periumbilikus
b.
Nyeri menjalar ke kuadran kanan bawah, yang kan menetap dan diperberat
jika berjalan atau batuk.
c.
Anoreksia
d.
Mual dan muntah
e.
Demam ringan di awal penyakit dapat naik tajam pada peritonitis.
f.
Nyeri lepas dan spasme.
g.
Bising usus menurun atau tidak sama sekali
h.
Konstipasi
i.
Diare
j.
Disuria
k.
Iritabilitas
l.
Gejala berkembang cepat, kondisi dapat didiagnosis dalam 4 sampai 6 jam
setelah munculnya gejala pertama.
5.
Pemeriksaan penunjang
6.
Penatalaksanaan Appendisitis
Sebelum operasi
a. Pemasangan sonde lambung untuk dekompresi
b. Pemasangan kateter untuk control produksi urin
c. Rehidrasi
d. Antibiotic dengan spectrum luas, dosis tinggi, dan diberikan secara
intravena.
e. Obat obatan penurun panas, phenergan sebagai anti menggigil, largaktil
untuk membuka
pembuluh pembuluh darah perifer diberikan setelah rehidrasi tercapai .
f. Bila demam, turunkan segera sebelum diberikan anestesi.
Operasi
a. Apendiktomi
Proses keperawatan
Pengkajian
Anamnesa
Keluhan utama klien akan ditemukan nyeri pada daerah sekitar
epigastrium yang menjalar ke abdomen kanan bawah. Timbul nyeri perut kanan
bawah mungkin dalam waktu beberapa jam kemudian setelah nyeri di umbilicus
atau di epigastrium dirasakan dalam bebrapa waktu lalu. Sifat keluhan dirasakan
terus menerus, dapat hilang tau timbul nyeri dalam waktu yang lama. Keluhan
yang menyertai biasanya klien mengeluh rasa mual dan muntah, panas.
Riwayat kesehatan masa lalu biasanya berhubungan dengan masalah
kesehatan klien sekarang
-
Kebiasaan eliminasi.
Pemeriksaan fisik
-
Sirkulasi : takhikardia.
Aktivitas/istirahat : Malaise.
2.
Diagnosa keperawatan
3.
Resiko kekurangan volume cairan b/d mual dan muntah; kehilangan volume
cairan secara aktif; kegagalan mekanisme pengaturan; pembatasan pasca
operasi.
4.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan
ingesti; digesti; absorpsi.
5.
Cemas b/d perubahan status kesehatan; kemungkinan dilakukannya
operasi
6.
Resiko infeksi b/d tidak adekuatnya pertahanan tubuh ; prosedur invasiv
( insisi bedah ).
7.
Kurang pengetahuan b/d kurang terpaparnya informasi ; keterbatasan
kognitif.
3.
Skala nyeri 0
Renpra :
1.
2.
3.
Observasi tanda vital sesuai data focus dan tanda tanda komplikasi :
nyeri abdomen, demam, muntah, kekakuan abdomen, takikardi.
4.
Beri kesempatan untuk istirahat ( terutama ila nyeri timbul), lingkungan
yang tenang dan nyaman, minimalisasi stressor.
5.
6.
7.
Berikan informasi yang akurat termasuk penjelasan dan persiapan operasi
jika direncanakan.
Dx keperawatan II: Hipertermi b/d proses infeksi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama x24 jam diharapkan
suhu tubuh dalam batas normal
Kriteria hasil : Suhu 36 37 derajat Celcius
Renpra :
1.
2.
3.
Jelaskan pada klien pentingnya mempertahankan masukan cairan yang
adekuat untuk mencegah dehidrasi, seacara oral bila tidak ada kontra indikasi
atau secara IV
4.
Ajarkan upaya mengatasi hipertermi : kompres, sirkulasi cukup, pakaian
longgar dan kering, pembatasan aktivitas.
5.
Kolaborasi dengan dokter untuk terapi, pemeriksaan laboratorium dan
tindakan medic.
Dx keperawatan III : Cemas b/d perubahan status kesehatan; kemungkinan
dilakukannya operasi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan x24 jam diharapkan pasien
dalam keadaan tenang.
Kriteria hasil:
-
3.
4.
Daftar pustaka:
Mansjoer. Arif. et al. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi 3. Jakarta :
Media Aesculapius
Marylin E. Doengoes. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk
Perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Edisi 3. EGC. Jakarta.