You are on page 1of 12

BAB I

PENDAHULUAN
Pancasila adalah sumber dari segala sumber hukum yang ada di Negara
Kesatuan Republik Indonesia, merupakan Maha karya pendahulu bangsa yang tergali
dari jati diri dan nilai-nilai adi luhur bangsa yang tidak dimiliki oleh bangsa lain.
Dengan berbagai kajian ternyata didapat beberapa kandungan dan keterkaitan antara
sila tersebut sebagai sebuah satu kesatuan yang tidak bisa di pisahkan dikarenakan
antar sila tersebut saling menjiwai satu dengan yang lain. Ini dengan sendirinya
menjadi ciri khas dari semua kegiatan serta aktivitas desah nafas dan jatuh bangunnya
perjalanan sejarah bangsa yang telah melewati masa-masa sulit dari jaman penjajahan
sampai pada saat mengisi kemerdekaan.
Ironisnya bahwa ternyata banyak sekarang warga Indonesia sendiri lupa dan
sudah asing dengan pancasila itu sendiri. Ini tentu menjadi tanda tanya besar kenapa
dan ada apa dengan kita sebagai anak bangsa yang justru besar dan mengalami
pasang surut masalah negara ini belum bisa mengoptimalkan tentang pengamalan
nilai-nilai Pancasila tersebut. Terlebih lagi saat ini dengan jaman yang disepakati
dengan nama Era Reformasi yang terlahir dengan semangat untuk mengembalikan
tata negara ini dari penyelewengan-penyelewengan sebelumnya.
Arah dan tujuan reformasi yang utama adalah untuk menanggulangi dan
menghilangkan dengan cara mengurangi secara bertahap dan terus-menerus krisis
yang berkepanjangan di segala bidang kehidupan, serta menata kembali ke arah
kondisi yang lebih baik atas system ketatanegaraan Republik Indonesia yang telah
hancur, menuju Indonesia baru. Pada masa sekarang arah tujuan reformasi kini tidak
jelas untungnya walaupun secara birokratis, rezim orde baru telah tumbang namun,
mentalitas orde baru masih nampak disana-sini. Sedangkan pancasila adalah sebagai
ideologi bangsa Indonesia yang merupakan hasil dari penggabungan dari nilai-nilai
luhur yang berasal dari akar budaya masyarakat Indonesia. Sebagai sebuah ideologi
politik, Pancasila bisa bertahan dalam menghadapi perubahan masyarakat, tetapi bisa
pula pudar dan ditinggalkan oleh pendukungnya.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Dinamika Pelaksanaan UUD 1945 Pada Masa Awal Kemerdekaan
Pada

awal

masa Indonesia setelah

memproklamasikan

kemerdekaan,

mengalami berbagai macam gangguan terutama dalam upaya untuk mempertahankan


kemerdekaannya.

Pada masa

ini,

kolonialisme

Belanda

berupaya

untuk

mengembalikan kekuasaannya di Indonesia dengan membonceng tentara sekutu.


Selain itu juga telah terjadi berbagaimacam pemberontakan yang bersumber pada
pertentangan

ideologi

yang

ingin

merubah

negara kesatuan

Republik Indonesia dengan ideologi lainnya. Antara lain pemberontakan PKI


di Madiun tahun 1948. PRRI Permesta, DI/TII dan lain sebagainya.
Sistem pemerintahan berdasarkan UUD 1945 belum dapat dilaksanakan. Pada
tahun ini di bentuklah DPA sementara, sedangkan DPR dan MPR belum
dapat dibentuk karena harus melalui pemilu. Waktu itu masih di berlakukan pasal
aturan peralihan pasal IV yang menyatakan, Sebelum Majelis Permusyawaratan
Rakyat,Dewan Perwakilan Rakyat, dan Dewan Pertimbangan Agung dibentuk
menurut Undang-Undang Dasar, segala kekuasaannya dijalankan oleh Presiden
dengan bantuan sebuah komite nasional.
Pada saat itu terjadilah suatu perkembangan ketatanegaraan Indonesia yaitu:
(1)

berubahnya

fungsi

komite

nasional Indonesia pusat

dari

pembantu

presiden menjadi badan yang diserahi kekuasaan legislatif dan ikut menetapkan
Garis-garis Besar Haluan Negara. Hal ini berdasarkan maklumat wakil presiden No.
X (iks) tanggal 16 Oktober 1945. Selain itu dikeluarkan juga maklumat
pemerintah tanggal 14 Nopember 1945. Yang isinya perubahan sistem pemerintahan
negara dari sistem Kabinet Presidensial menjadi sistem Kabinet Parlementer,
berdasarkan usul Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BP-KNIP). Akibat
perubahan tersebut pemerintah menjadi tidak stabil, Perdana Menteri hanya
bertahan beberapa bulan serta berulang kali terjadi pergantian.
Tanggal 3 November 1945 di keluarkan juga suatu maklumat yang
ditandatangani oleh Wakil Presiden yang isinya tentang pembentukan partai politik.

Hal ini bertujuan agar berbagai aliran yang ada didalam masyarakat dapat di
arahkan kepada perjuangan untuk memperkuat mempertahankan dengan persatuan
dan kesatuan.
Sejak tanggal 14 Nopember 1945 kekuasaan pemerintah (eksekutif) dipegang
oleh Perdana Menteri sebagi pimpinan kabinet. Secara bersama-sama atau sendirisendiri, perdana menteri atu para menteri itu bertanggung jawap kepada KNPI, yang
berfungsi sebagai DPR, dan tidak bertanggung jawab kepada presiden sebagaimana
yang dikehendaki oleh UUD 1945. Hal ini berakibat semakin tidak setabilnya Negara
Republik Indonesia baik di bidang politik, ekonomi, pemerintahan maupun
keamanan. Semangat ideologi liberal itu kemudian memuncak dengan dibentuknya
Negara Federal yaitu negara kesatuan Republik Indonesia Serikat dengan
berdasar pada konstitusi RIS, pada tanggal 27 Desember 1949. Konstitusi RIS
tersebut sebagai hasil kesepakatan Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag
negeri Belanda.Syukurlah konstitusi itu tidak berlangsung lama dan Indonesia
kembali bersatu pada tahun 1950.Dalam negara RIS tersebut masih terdapat negara
bagian Republik Indonesia yang beribukota di Yogyakarta. Kemudian terjadilah suatu
persetujuan antara Negara RI Yogyakarta dengan negara RIS yang akhirnya
membuahkan kesepakatan untuk kembali, untuk membentuk negara Kesatuan
Republik Indonesia yang berdasarkan pada Undang-Undang Dasar Sementara sejak
17 agustus 1950 isi UUDS ini berbeda dengan UUD 1945 terutama dalam sistem
pemerintahan negara yaitu menganut sistem Parlementer, sedangkan UUD 1945
menganut sistem Presidensial.
Pada bulan September 1955 dan Desember 1955 diadakan pemilihan
umum,yang masing-masing untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan
anggota konstituante. Tugas konstituante adalah untuk membentuk, menyusun
Undang-Undang Dasar yang tetap sebagai pengganti UUDS 1950. Untuk mengambil
putusan mengenai Undang-Undang dasar yang baru ditentukan pada pasal 137 UUDS
1950 sebagai berikut :
1) Untuk mengambil putusan tentang rancangan Undang-Undang Dasar baru
sekurang-kurangnya 2/3 jumlah anggota konstituante harus hadir.

2) Rancangan tersebut diterima jika disetujui oleh sekurang-kurangnya 2/3


dari jumlah anggota yang hadir.
3) Rancangan yang telah diterima

oleh konstituante

dikirimkan

kepada

Presiden untuk disahkan oleh pemerintah.


4) Pemerintah harus mengesahkan rancangan itu dengan segera serta mengumumkan
Undang-Undang Dasar itu dengan keluhuran.
Dalam kenyataannya konstituante selama dua tahun dalam bersidang
belum mampu menghasilkan suatu keputusan tentang Undang-Undang Dasar yang
baru.Hal ini dikarenakan dalam sidang konstituante ,muncullah suatu usul untuk
mengembalikan Piagam Jakarta dalam pembukaan UUD baru. Oleh karena
itu Presiden pada tanggal 22 april 1959 memberikan pidatonya

didepan

siding Konstituante untuk kembali kepada UUD 1945. Hal ini diperkuat dengan
suatu alasan bahwa sidang Konstituante telah mengalami jalan buntu. Terutama
setelah lebih dari separuh anggota Konstituante menyatakan untuk tidak akan
menghadiri sidang lagi.
Atas dasar kenyataan tersebut maka Presiden mengeluarkan suatu dekrit yang
didasarkan pada suatu hukum darurat negara (Staatsnoodrecht). Hal ini menginggat
keadaan ketata negaraan yang membahayakan kesatuan, persatuan, keselamatan
serta keutuhan bangsa dan negara Repubik Indonesia.
Dekrit presiden 5 juli 1959 :

Menetapkan pembubaran konstituante.


Menetapkan Undang-Undang dasar 1945 berlaku lagi bagi segenap bangsa
Indonesia serta tumpah darah Indonesia, terhitung mulai hari tanggal penetapan

dekrit ini, dan tidak berlakunya lagi Undang-Undang Dasar 1950.


Pembentukan majelis permusyawaratan rakyat sementara yang terdiri atas
anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat ditambah dengan utusan-utusan dari
daerah-daerah dan golongan-golongan serta Dewan Agung Sementara, akan
diselenggarakan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Dekrit itu diumumkan
oleh Presiden dari Istana Merdeka di hadapan rakyat pada tanggal 5 juli 1959,
pada hari minggu pukul 17.00 Dekrit tersebut dimuat dalam keputusan Presiden

No.150 tahun 1959 dan di umumkan dalam lembaran Negara Republik Indonesia
no.75 tahun 1959.
B. Dinamika Pelaksanaan UUD 1945 Pada Masa Orde Lama
Sejak dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 juli 1959 itu maka UUD 1945 berlaku
kembali di Negara Republik Indonesia. Sekalipun UUD 1945 secara yuridis formal
sebagai hukum dasar tertulis yang berlaku di Indonesia namun realisasi
ketatanegaraan Indonesia tidak melaksanakan makna dari UUD 1945 itu sendiri.Sejak
itu mulai berkuasa kekuasaan Orde Lama yang secara ideologis banyak dipengaruhi
oleh paham komunisme. Hal ini nampak adanya berbagai macam penyimpangan
ideologis yang dituangkan dalam berbagai bidang kebijaksanaan dalam negara.
Dikukuhkannya ideologi Nasakom, dipaksakannya doktrin Negara dalam
keadaan revolusi. Oleh karena revolusi adalah permanen maka Presiden sebagai
Kepala Negara yang sekaligus juga sebagai Pemimpin Besar Revolusi, diangkat
menjadi Pemimpin Besar Revolusi, sehingga Presiden masa jabatannya seumur
hidup.Penyimpangan

ideologis

maupun

konstitusional

ini

berakibat

pada

penyimpangan-penyimpangan konstitusional lainnya sebagai berikut,


1. Demokrasi di Indonesia diarahkan menjadi demokrasi terpimpin, yang dipimpin
oleh presiden, sehingga praktis bersifat otoriter.pada sebenarnya di negara
Indonesia

yang

berdasarkan

Pancasila

berazas-kan

kerakyatan,sehingga

seharusnya rakyatlah sebagai pemegang serta asal mula kekuasaan negara,


demikian juga sebagaimana yang tercantum dalam UUD 1945.
2. Oleh karena Presiden sebagai pemimpin besar revolusi maka memiliki wewenang
yang melebihi sebagaimana yang sudah di tentukan oleh Undang-Undang Dasar
1945, yaitu mengeluarkan produk hukum yang setingkat denganUndang-Undang
tanpa melalui persetujuan DPR dalam bentuk penetapanpresiden.
3. Dalam tahun 1960, karena DPR tidak dapat menyetujui rancangan pendapatan
dan Belanja Negara yang di ajukan oleh pemerintah. Kemudian presiden waktuitu
membubarkan DPR hasil pemilu 1955 dan kemudian membentuk DPR gotong
royong. Hal ini jelas-jelas sebagai pelanggaran konstitusional yaitukekuasaan
eksekutif di atas kekuasaan legislatif.

4. Pimpinan lembaga tertinggi dan tinggi negara dijadikan menteri negara,


yangberarti sebagai pembantu presiden.Selain penyimpangan-penyimpangan
tersebut

masih

ketatanegaraan

banyak
yang

penyimpangan-penyimpangan

seharusnya

berdasarkanpada

dalam

UUD

pelaksanaan

1945.

Karena

pelaksanaan yang inskonstitusional itulah maka berakibatpada ketidak stabilan


dalam bidang politik, ekonomi terutama dalam bidangkeamanan. Puncak dari
kekuasaan Orde Lama tersebut ditandai denganpemberontakan G30S.PKI. syukur
alhamdulillah pemberontakan tersebut dapatdigagalkan oleh rakyat Indonesia
terutama oleh generasi muda.Dengan dipelopori oleh pemuda, pelajar, dan
mahasiswa rakyat IndIndonesiamenyampaikan Tritula (Tri Tuntutan Rakyat) yang
meliputi,
a) Bubarkan PKI.
b) Bersihkan kabinet dari unsur-unsur KPI.
c) Turunkan harga/perbaikan ekonomi.
Gelombang gerakan rakyat semakin besar, sehingga presiden tidak mampulagi
mengembalikannya,maka keluarlah surat perintah 11 maret 1966 yangmemberikan
kepada

Letnan

Jenderal

Soeharto

untuk

mengambil

langkah-langkahdalam

mengembalikan keamanan negara. Sejak peristiwa inilah sejarahketatanegaraan


Indonesiadikuasai oleh kekuasaan Orde Baru (Dardji Darmodihardjo 1979).
Orde Lama berlangsung dari tahun 1945 hingga 1968. Dalam jangka waktu
tersebut, Indonesia menggunakan bergantian sistem ekonomi liberal dan sistem
ekonomi komando.Di saat menggunakan sistem ekonomi liberal, Indonesia
menggunakan sistem pemerintahan parlementer.Presiden Soekarno di gulingkan
waktu Indonesia menggunakan sistem ekonomi komando.
Pemerintahan Soekarno pada era 1960-an, masa ekonomi surut di
Indonesia.Saat itu harga-harga melambung tinggi, sehingga pada tahun 1966
mahasiswa turun ke jalan untuk mencegah rakyat yang turun.Mereka menuntut
Tritura. Jika saat itu rakyat yang turun, mungkin akan terjadi people power seperti
yang terjadi di Philipina.
Pemerintahan Rezim Militer (Orba) cukup baik pada era 1970-an dan 1980an, namun akhirnya kandas di penghujung 1990-an karena ketimpangan dari
pemerintah itu sendiri. Di pemerintahan Soekarno malah terjadi pergantian sistem

pemerintahan berkali-kali.Liberal, terpimpin, dsb mewarnai politik Orde Lama.


Rakyat muak akan keadaan tersebut. Pemberontakan PKI pun sebagian dikarenakan
oleh kebijakan Orde Lama. PKI berhaluan sosialisme/komunisme (Bisa disebut
Marxisme atau Leninisme) yang berdasarkan asas sama rata, jadi faktor
pemberontakan tersebut adalah ketidakadilan dari pemerintah Orde Lama.
C.

Dinamika Pelaksanaan UUD 1945 Pada Masa Orde Baru


Orde baru di bawah pimpinan Soeharto pada awalnya untuk mengembalikan

keadaan setelah pemberontakan PKI bertekad untuk mempelopori pembangunan


nasional Indonesia sehingga orde baru juga sering di istilahkan sebagai orde
pembangunan. Untuk itu MPRS mengeluarkan berbagai macam keputusan penting
antara lain sebagai berikut:
i. Tap MPRS No. XVIII/MPRS/1966 tentang kabinet Ampera yang isinyamenyatakan
agar presiden menugasi pengemban Super Semar, JenderalSoeharto untuk segera
membentuk kabinet Ampera.
ii. Tap MPRS No. XVII/MPRS/1966 yang dengan permintaan maaf, menarik kembali
pengangkatan pemimpin Besar Revolusi menjadi presiden seumur hidup.
iii. Tap MPRS No. XX/MPRS/1966 tentang memorandum DPRGR mengenai sumber
tertib hukum republik Indonesia dan tata urutan perundang -undangan.
iv. Tap MPRS No. XXII/MPRS/1966 mengenai penyederhanaan kepartaian, keormasan
dan kekaryaan.
v. Tap MPRS No. XXV/MPRS/1966 tentang pembubaran partai komunis Indonesia dan
pernyataan tentang partai tersebut sebagai partai terlarang diseluruh wilayah
Indonesia, dan larangan pada setiap kegiatan untuk menyebar luaskan atau
mengembangkan faham ajaran komunisme/Marxisme, Leninisme.
Pada saat itu bangsa Indonesia dalam keadaan yang tidak menentu baik yang
menyangkut

bidang

politik,

ekonomi

maupun

keamanan.

Dalam keadaan

yangdemikian inilah pada bulan Pebruari 1967 DPRGR mengeluarkan suatu resolusi
yaitu meminta MPR(S) agar mengadakan sidang istimewa pada bulan maret 1967.
Sidang istimewa tersebut mengambil suatu keputusan sebagai berikut :

1. Presiden Soekarno tidak dapat memenuhi tanggungjawab konstitusional dan tidak


menjalankan GBHN sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945.
2. Sidang menetapkan berlakunya Tap No. XV/MPRS/1966 tentang pemilihan/
penunjukan wakil presiden dan tata cara pengangkatan pejabat presiden dan
mengangkat Jenderal Soeharto. Pengembangan Tap. No. 6

IX/MPRS/1966,

sebagai pejabat presiden berdasarkan pasal 8 Undang-Undang Dasar 1945 hingga


dipilihnya presiden oleh MPR hasil pemilihan umum.
Dalam masa orde baru ini (1967-1997) pelaksanaan UUD 1945 belum juga
murni dan konsekuen, praktis kekuasaan presiden tidak secara langsung kekuasaan
lembaga tertinggi dan tinggi negara dibawah kekuasaan presidan tetapi seluruhnya
hampir dituangkan dalam mekanisme peraturan antara lain :
1.
2.
3.

UU no.16/1969 dan UU no.5/1975 tentang kedudukan DPR, MPR, DPRD.


UU no.3/1975 dan UU no.3/1985 tentang parpol dan golkar.
UU no.15/969 dan UU no.4/1975 tentang pemilu.
Pada masa awal kekuasaan Orde Baru berupaya untuk memperbaiki nasib

bangsa dalam berbagai bidang antara lain dalam bidang politik, ekonomi,
soaial,budaya maupun keamanan. Di bidang politik dilaksanakanlah pemilu yang
dituangkan dalam Undang-Undang No.15 tahun 1969 tentang pemilu umum,
Undang-Undang No.16 tentang susunan dan kedudukan majelis permusyawaratan
rakyat, dewan perwakilan rakyat dan dewan perwakilan rakyat daerah. Atas
dasar ketentuan undang-undang tersebut kemudian pemerintah Orde Baru berhasil
mengadakan pemilu pertama.
Pada awalnya bangsa Indonesia memang merasakan perubahan peningkatan
nasib bangsa dalam berbagai bidang melalui suatu program negara yang dituangkan
dalam GBHN yang disebut pelita (pembangunan lima tahun). Hal ini wajar dirasakan
oleh bangsa Indonesia karena sejak tahun 1945 setelah kemerdekaan nasib bangsa
Indonesia senantiasa dalam kesulitan dan kemiskinan.Namun demikian lambat laun
program-program negara buakannya diperuntukan kepada rakyat melainkan demi
kekuasaan. Mulailah ambisi kekuasaan orde baru menjalar keseluruh sandi-sandi
kehidupan ketatanegaraan Indonesia. Kekuasaan orde baru menjadi otoriter namun
seakan-akan dilaksanakan secara demokratis.

Penafsiran dan penuangan pasal-pasal Undang-Undang Dasar 1945 tidak


dilaksanakan sesuai dengan amanat sebagaimana tertuang dan terkandung dalam
Undang-Undang Dasar tersebut melainkan dimanipulasikan demi kekuasaan. Bahkan
pancasila pun diperalat demi legitimasi kekuasaan dan tindakan presiden.Hal ini
terbukti dengan adanya ketetapan MPR No.II/MPR/1978. Tentang P-4 yang dalam
kenyataannya sebagai media untuk propaganda kekuasaan orde baru.Realisasi UUD
1945 lebih banyak memberikan porsi atas kekuasaan presiden.Walupun sebenarnya
UUD 1945 tidak mengamanatkan demikian.
E. Dinamika pelaksanaan pada masa reformasi
Masa Orde Baru di bawah kepemimpinan presiden Soeharto sampai tahun
1998 membuat pemerintahan Indonesia tidak mengamanatkan nilai-nilai demokrasi
seperti yang tercantum dalam Pancasila, bahkan juga tidak mencerminkan
pelaksanaan demokrasi atas dasar norma-norma dan pasal-pasal UUD 1945.
Pemerintahan dicemari korupsi, kolusi dan nepotisme(KKN). Keadaan tersebut
membuat rakyat Indonesia semakin menderita.Terutama karena adanya krisis moneter
yang melanda Indonesia yang membuat perekonomian Indonesia hancur. Hal itu
menyebabkan munculnya berbagai gerakan masyarakat yang dipelopori oleh generasi
muda Indonesia terutama mahasiswa sebagai gerakan moral yang menuntut adanya
reformasi disegala bidang Negara. Keberhasilan reformasi tersebut ditandai dengan
turunnya presiden Soeharto dari jabatannya sebagai presiden dan diganti oleh Prof.
B.J Habibie pada tanggal 21 mei 1998. Kemudian bangsa Indonesia menyadari bahwa
UUD 45 yang berlaku pada jaman orde baru masih memiliki banyak kekurangan,
sehingga perlu diadakan amandemen lagi.
Berbagai macam produk peraturan perundang-undangan yang dihasilkan
dalam reformasi hukum antara lain UU. Politik Tahun 1999, yaitu UU. No.2tahun
1999, tentang partai politik, UU. No.3 tahun 1999, tentang pemilihan umumdan UU.
No. 4 tahun 1999 tentang susunan dan kedudukan MPR, DPR, dan DPRD;
UUotonomi

daerah,

yaitu

meliputi

UU.

No.25

tahun

1999.

Tentang

pemerintahandaerah, UU. No.25 tahun 1999, tentang perimbangan keuangan antar

pemerintahanpusat dan daerah dan UU. No.28 tahun 1999 tentang penyelenggaraan
negara yangbersih dan bebas dari KKN. Berdasarkan reformasi tersebut bangsa
Indonesia sudah mampu melaksanakan pemilu pada tahun 1999 dan menghasilkan
MPR, DPR dan DPRD hasil aspirasi rakyat secara demokratis.

10

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pada awal masa Indonesia setelah memproklamasikan kemerdekaan, Sistem
pemerintahan berdasarkan UUD 1945 belum dapat dilaksanakan. Pada tahun ini di
bentuklah DPA sementara, sedangkan DPR dan MPR belum dapat dibentuk karena
harus melalui pemilu. Waktu itu masih di berlakukan pasal aturan peralihan pasal IV
yang menyatakan, Sebelum Majelis Permusyawaratan Rakyat,Dewan Perwakilan
Rakyat, dan Dewan Pertimbangan Agung dibentuk menurut Undang-Undang Dasar,
segala kekuasaannya dijalankan oleh Presiden dengan bantuan sebuah komite
nasional.
Sejak dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 juli 1959 itu maka UUD 1945 berlaku
kembali di Negara Republik Indonesia.Dengan dipelopori oleh pemuda, pelajar, dan
mahasiswa rakyat IndIndonesiamenyampaikan Tritula (Tri Tuntutan Rakyat) yang
meliputi,
a.
b.
c.

Bubarkan PKI.
Bersihkan kabinet dari unsur-unsur KPI.
Turunkan harga/perbaikan ekonomi.
Beberapa peristiwa pada Orde Lama yang mengaburkan identitas nasional kita

adalah; Pemberontakan PKI pada tahun 1948, Demokrasi Terpimpin, Pelaksanaan


UUD Sementara 1950, Nasakom dan Pemberontakan PKI 1965. Pelaksanaan UUD
1945 pada masa Orde Baru masih terjadi banyak penyimpangan meskipun telah
dilakukan berbagai upaya oleh MPRS untuk mengatasinya yakni salah satunya
dengan mengeluarkan Tap MPRS dan sidang istimewa yang dilakukan oleh MPRS
Pelaksanaan dinamika UUD 1945 pada orde reformasi masih banyak
penyimpangan yang terjadi karena pada masa ini belum semua UUD 1945
dilaksanakan dan masih adanya korupsi, kolusi dan nepotisme. Sehingga
memunculkan orde ini terjadi krisis ekonomi, krisis social, krisis politik dan krisis
hukum.
DAFTAR PUSTAKA

11

Kaelan. 2010. Pendidikan Pancasila. Jogjakarta: Paradigma


https://ayundamutiara.wordpress.com/2013/04/28/dinamika-pelaksanaan-uud-1945di-indonesia/

12

You might also like