Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Pancasila adalah sumber dari segala sumber hukum yang ada di Negara
Kesatuan Republik Indonesia, merupakan Maha karya pendahulu bangsa yang tergali
dari jati diri dan nilai-nilai adi luhur bangsa yang tidak dimiliki oleh bangsa lain.
Dengan berbagai kajian ternyata didapat beberapa kandungan dan keterkaitan antara
sila tersebut sebagai sebuah satu kesatuan yang tidak bisa di pisahkan dikarenakan
antar sila tersebut saling menjiwai satu dengan yang lain. Ini dengan sendirinya
menjadi ciri khas dari semua kegiatan serta aktivitas desah nafas dan jatuh bangunnya
perjalanan sejarah bangsa yang telah melewati masa-masa sulit dari jaman penjajahan
sampai pada saat mengisi kemerdekaan.
Ironisnya bahwa ternyata banyak sekarang warga Indonesia sendiri lupa dan
sudah asing dengan pancasila itu sendiri. Ini tentu menjadi tanda tanya besar kenapa
dan ada apa dengan kita sebagai anak bangsa yang justru besar dan mengalami
pasang surut masalah negara ini belum bisa mengoptimalkan tentang pengamalan
nilai-nilai Pancasila tersebut. Terlebih lagi saat ini dengan jaman yang disepakati
dengan nama Era Reformasi yang terlahir dengan semangat untuk mengembalikan
tata negara ini dari penyelewengan-penyelewengan sebelumnya.
Arah dan tujuan reformasi yang utama adalah untuk menanggulangi dan
menghilangkan dengan cara mengurangi secara bertahap dan terus-menerus krisis
yang berkepanjangan di segala bidang kehidupan, serta menata kembali ke arah
kondisi yang lebih baik atas system ketatanegaraan Republik Indonesia yang telah
hancur, menuju Indonesia baru. Pada masa sekarang arah tujuan reformasi kini tidak
jelas untungnya walaupun secara birokratis, rezim orde baru telah tumbang namun,
mentalitas orde baru masih nampak disana-sini. Sedangkan pancasila adalah sebagai
ideologi bangsa Indonesia yang merupakan hasil dari penggabungan dari nilai-nilai
luhur yang berasal dari akar budaya masyarakat Indonesia. Sebagai sebuah ideologi
politik, Pancasila bisa bertahan dalam menghadapi perubahan masyarakat, tetapi bisa
pula pudar dan ditinggalkan oleh pendukungnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Dinamika Pelaksanaan UUD 1945 Pada Masa Awal Kemerdekaan
Pada
awal
memproklamasikan
kemerdekaan,
Pada masa
ini,
kolonialisme
Belanda
berupaya
untuk
ideologi
yang
ingin
merubah
negara kesatuan
berubahnya
fungsi
komite
dari
pembantu
presiden menjadi badan yang diserahi kekuasaan legislatif dan ikut menetapkan
Garis-garis Besar Haluan Negara. Hal ini berdasarkan maklumat wakil presiden No.
X (iks) tanggal 16 Oktober 1945. Selain itu dikeluarkan juga maklumat
pemerintah tanggal 14 Nopember 1945. Yang isinya perubahan sistem pemerintahan
negara dari sistem Kabinet Presidensial menjadi sistem Kabinet Parlementer,
berdasarkan usul Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BP-KNIP). Akibat
perubahan tersebut pemerintah menjadi tidak stabil, Perdana Menteri hanya
bertahan beberapa bulan serta berulang kali terjadi pergantian.
Tanggal 3 November 1945 di keluarkan juga suatu maklumat yang
ditandatangani oleh Wakil Presiden yang isinya tentang pembentukan partai politik.
Hal ini bertujuan agar berbagai aliran yang ada didalam masyarakat dapat di
arahkan kepada perjuangan untuk memperkuat mempertahankan dengan persatuan
dan kesatuan.
Sejak tanggal 14 Nopember 1945 kekuasaan pemerintah (eksekutif) dipegang
oleh Perdana Menteri sebagi pimpinan kabinet. Secara bersama-sama atau sendirisendiri, perdana menteri atu para menteri itu bertanggung jawap kepada KNPI, yang
berfungsi sebagai DPR, dan tidak bertanggung jawab kepada presiden sebagaimana
yang dikehendaki oleh UUD 1945. Hal ini berakibat semakin tidak setabilnya Negara
Republik Indonesia baik di bidang politik, ekonomi, pemerintahan maupun
keamanan. Semangat ideologi liberal itu kemudian memuncak dengan dibentuknya
Negara Federal yaitu negara kesatuan Republik Indonesia Serikat dengan
berdasar pada konstitusi RIS, pada tanggal 27 Desember 1949. Konstitusi RIS
tersebut sebagai hasil kesepakatan Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag
negeri Belanda.Syukurlah konstitusi itu tidak berlangsung lama dan Indonesia
kembali bersatu pada tahun 1950.Dalam negara RIS tersebut masih terdapat negara
bagian Republik Indonesia yang beribukota di Yogyakarta. Kemudian terjadilah suatu
persetujuan antara Negara RI Yogyakarta dengan negara RIS yang akhirnya
membuahkan kesepakatan untuk kembali, untuk membentuk negara Kesatuan
Republik Indonesia yang berdasarkan pada Undang-Undang Dasar Sementara sejak
17 agustus 1950 isi UUDS ini berbeda dengan UUD 1945 terutama dalam sistem
pemerintahan negara yaitu menganut sistem Parlementer, sedangkan UUD 1945
menganut sistem Presidensial.
Pada bulan September 1955 dan Desember 1955 diadakan pemilihan
umum,yang masing-masing untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan
anggota konstituante. Tugas konstituante adalah untuk membentuk, menyusun
Undang-Undang Dasar yang tetap sebagai pengganti UUDS 1950. Untuk mengambil
putusan mengenai Undang-Undang dasar yang baru ditentukan pada pasal 137 UUDS
1950 sebagai berikut :
1) Untuk mengambil putusan tentang rancangan Undang-Undang Dasar baru
sekurang-kurangnya 2/3 jumlah anggota konstituante harus hadir.
oleh konstituante
dikirimkan
kepada
didepan
siding Konstituante untuk kembali kepada UUD 1945. Hal ini diperkuat dengan
suatu alasan bahwa sidang Konstituante telah mengalami jalan buntu. Terutama
setelah lebih dari separuh anggota Konstituante menyatakan untuk tidak akan
menghadiri sidang lagi.
Atas dasar kenyataan tersebut maka Presiden mengeluarkan suatu dekrit yang
didasarkan pada suatu hukum darurat negara (Staatsnoodrecht). Hal ini menginggat
keadaan ketata negaraan yang membahayakan kesatuan, persatuan, keselamatan
serta keutuhan bangsa dan negara Repubik Indonesia.
Dekrit presiden 5 juli 1959 :
No.150 tahun 1959 dan di umumkan dalam lembaran Negara Republik Indonesia
no.75 tahun 1959.
B. Dinamika Pelaksanaan UUD 1945 Pada Masa Orde Lama
Sejak dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 juli 1959 itu maka UUD 1945 berlaku
kembali di Negara Republik Indonesia. Sekalipun UUD 1945 secara yuridis formal
sebagai hukum dasar tertulis yang berlaku di Indonesia namun realisasi
ketatanegaraan Indonesia tidak melaksanakan makna dari UUD 1945 itu sendiri.Sejak
itu mulai berkuasa kekuasaan Orde Lama yang secara ideologis banyak dipengaruhi
oleh paham komunisme. Hal ini nampak adanya berbagai macam penyimpangan
ideologis yang dituangkan dalam berbagai bidang kebijaksanaan dalam negara.
Dikukuhkannya ideologi Nasakom, dipaksakannya doktrin Negara dalam
keadaan revolusi. Oleh karena revolusi adalah permanen maka Presiden sebagai
Kepala Negara yang sekaligus juga sebagai Pemimpin Besar Revolusi, diangkat
menjadi Pemimpin Besar Revolusi, sehingga Presiden masa jabatannya seumur
hidup.Penyimpangan
ideologis
maupun
konstitusional
ini
berakibat
pada
yang
berdasarkan
Pancasila
berazas-kan
kerakyatan,sehingga
masih
ketatanegaraan
banyak
yang
penyimpangan-penyimpangan
seharusnya
berdasarkanpada
dalam
UUD
pelaksanaan
1945.
Karena
Letnan
Jenderal
Soeharto
untuk
mengambil
langkah-langkahdalam
bidang
politik,
ekonomi
maupun
keamanan.
Dalam keadaan
yangdemikian inilah pada bulan Pebruari 1967 DPRGR mengeluarkan suatu resolusi
yaitu meminta MPR(S) agar mengadakan sidang istimewa pada bulan maret 1967.
Sidang istimewa tersebut mengambil suatu keputusan sebagai berikut :
IX/MPRS/1966,
bangsa dalam berbagai bidang antara lain dalam bidang politik, ekonomi,
soaial,budaya maupun keamanan. Di bidang politik dilaksanakanlah pemilu yang
dituangkan dalam Undang-Undang No.15 tahun 1969 tentang pemilu umum,
Undang-Undang No.16 tentang susunan dan kedudukan majelis permusyawaratan
rakyat, dewan perwakilan rakyat dan dewan perwakilan rakyat daerah. Atas
dasar ketentuan undang-undang tersebut kemudian pemerintah Orde Baru berhasil
mengadakan pemilu pertama.
Pada awalnya bangsa Indonesia memang merasakan perubahan peningkatan
nasib bangsa dalam berbagai bidang melalui suatu program negara yang dituangkan
dalam GBHN yang disebut pelita (pembangunan lima tahun). Hal ini wajar dirasakan
oleh bangsa Indonesia karena sejak tahun 1945 setelah kemerdekaan nasib bangsa
Indonesia senantiasa dalam kesulitan dan kemiskinan.Namun demikian lambat laun
program-program negara buakannya diperuntukan kepada rakyat melainkan demi
kekuasaan. Mulailah ambisi kekuasaan orde baru menjalar keseluruh sandi-sandi
kehidupan ketatanegaraan Indonesia. Kekuasaan orde baru menjadi otoriter namun
seakan-akan dilaksanakan secara demokratis.
daerah,
yaitu
meliputi
UU.
No.25
tahun
1999.
Tentang
pemerintahanpusat dan daerah dan UU. No.28 tahun 1999 tentang penyelenggaraan
negara yangbersih dan bebas dari KKN. Berdasarkan reformasi tersebut bangsa
Indonesia sudah mampu melaksanakan pemilu pada tahun 1999 dan menghasilkan
MPR, DPR dan DPRD hasil aspirasi rakyat secara demokratis.
10
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pada awal masa Indonesia setelah memproklamasikan kemerdekaan, Sistem
pemerintahan berdasarkan UUD 1945 belum dapat dilaksanakan. Pada tahun ini di
bentuklah DPA sementara, sedangkan DPR dan MPR belum dapat dibentuk karena
harus melalui pemilu. Waktu itu masih di berlakukan pasal aturan peralihan pasal IV
yang menyatakan, Sebelum Majelis Permusyawaratan Rakyat,Dewan Perwakilan
Rakyat, dan Dewan Pertimbangan Agung dibentuk menurut Undang-Undang Dasar,
segala kekuasaannya dijalankan oleh Presiden dengan bantuan sebuah komite
nasional.
Sejak dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 juli 1959 itu maka UUD 1945 berlaku
kembali di Negara Republik Indonesia.Dengan dipelopori oleh pemuda, pelajar, dan
mahasiswa rakyat IndIndonesiamenyampaikan Tritula (Tri Tuntutan Rakyat) yang
meliputi,
a.
b.
c.
Bubarkan PKI.
Bersihkan kabinet dari unsur-unsur KPI.
Turunkan harga/perbaikan ekonomi.
Beberapa peristiwa pada Orde Lama yang mengaburkan identitas nasional kita
11
12