Professional Documents
Culture Documents
NIM : 04121001037
a. makna klinis dari: (jawab juga hubungan kalo ada keluhan)
No postcoital bleeding Vivien, Fadok
No postcoital bleeding di interpretasikan pada kasus adalah normal,
jika terdapat postcoital bleeding biasanya mengindikasikan adanya erosi
servik, polip di sekviks, kehadiran AKDR, pemakaian pil KB, infeksi
vagina, PMS, infeksi di servik, Ca serviks, dan Ca uterus. Semua masalah
tersebut dapat mengganggu tinggakan fertilitas pada wanita.
Contohnya, pada penggunaan AKDR akan menghalangi pertemuan
antara sperma dengan oosit dengan cara menghambat jalur perjalanan
sperma. Sedangkan pemakaian pil KB akan mencegah terjadinya ovulasi
sehingga sehingga tidak akan terjadi konsepsi.
Distorsi kavum uteri seperti adanya mioma dan polip juga dapat
mengganggu transportasi spermatozoa. Infeksi di serviks juga dapat
menghalangi pertemuan sperma dan oosit. Kanalis servikalis berbentuk
lekukan dan dapat mengeluarkan sekret. Bentuk kanalis servikalis yang
normal
memungkinkan
adanya
penimbunan
dan
terpeliharanya
mengalami gejala nyeri pada punggung bagian bawah, sekret vagina yang
banyak dengan bau yang tidak sedap, periode menstruasi yang tidak teratur,
demam, dan kelelahan. Kerusakan yang berat pada organ reproduksi wanita
dapat menyebabkan komplikasi, seperti infertilitas dan kehamilan ektopik.
No chronic disease Dina, Fadok
Makna klinis dari riwayat tidak ada penyakit kronis. Berikut beberapa
penyakit kronis yang berpengaruh terhadap infertilitas pria:
a. Diabetes
Kerusakan akibat neuropati diabetik dapat menimbulkan ejakulasi
retrograde atau disfungsi ereksi.
b. Hipertensi
Dapat menimbulkan masalah ereksi, baik secara langsung maupun
sebagai efek samping pengobatan antihipertensif.
c. PJK (penyakit jantung coroner)
Pengerasan arteri yang terjadi, khususnya di penis, dapat menimbulkan
masalah pada ereksi. Hal yang sama juga berlaku pada obat-obatan
yang digunakan untuk PJK.
d. Gangguan neurologis:
Penyakit seperti multiple sklerosis, strok, dan trauma medulla spinalis
juga dapat menimbulkan masalah ereksi dan ejakulasi
e. Penyakit hati:
Manifestasi penyakit hati berupa hepatomegali dapat berhubungan
dengan metabolism hormon androgen.
f. Penyakit ginjal:
Pada gagal ginjal kronis, sisa metabolism tubuh akan menumpuk dan
mempengaruhi kualitas sperma serta menyebabkan masalah ereksi.
g. Kanker:
Kanker yang berpengaruh langsung pada traktus genitalia atau
endokrin dapat menyebabkan infertilitas secara langsung. Selain itu,
obat-obatan dan radiasi yang digunakan untuk terapi kanker juga bisa
menurunkan bahkan menghentikan produksi sperma.
BAGAIMANA
BISA
MENYEBABKAN
INFERTILITAS)
Height 160 cm, weight 55 kg, BMI 21 kg/m2 Vivien, Aziz
BP 110/70 mmHg, HR 80x/minute, RR 18x/minute Sarah, Fadok
Data
Nilai normal
Tekanan
Darah
Interpretasi
Hipotensi ringan
mmHg
Nadi 80 x/m
60-100 x/m
Normal
RR 18 x/m
12-24 x/m
Normal
Infertilitas
seringkali
disebabkan
oleh
penyakit
(immunologis)
Apabila embrio memiliki antigen yang berbeda dari ibu, maka tubuh
ibu memberikan reaksi sebagai respon terhadap benda asing. Reaksi ini
dapat menyebabkan abortus spontan pada wanita hamil.
o Gangguan pada pelepasan sel telur (ovulasi).Ovulasi atau proses
pengeluaran sel telur dari ovarium terganggu jika terjadi gangguan
hormonal. Salah satunya adalah polikistik. Gangguan ini diketahui
sebagai salah satu penyebab utama kegagalan proses ovulasi yang
normal. Ovarium polikistik disebabkan oleh kadar hormon androgen
yang tinggi dalam darah. Kadar androgen yang berlebihan ini
mengganggu hormon FSH (Follicle Stimulating Hormone) dalam
darah. Gangguan kadar hormon FSH ini akan mengkibatkan folikel sel
telur tidak bisa berkembang dengan baik, sehingga pada gilirannya
ovulasi juga akan terganggu.
o Gangguan pada leher rahim, uterus (rahim) dan Tuba fallopi (saluran
telur)
Dalam keadaan normal, pada leher rahim terdapat lendir yang dapat
mengalami
gangguan
pembuahan.
Diduga hal
ini
mempengaruhi
pembentukan
folikel.
Abnormalitas
servik
f. Motilitas tuba dan ujung fimbrienya dapat menurun atau hilang akibat
infeksi, adhesi, atau tumor
g. Traktus reproduksi internal yang abnormal
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan fisik
a. Hirsutisme diukur dengan skala Ferriman dan Gallway, jerawat
b. Pembesaran kel. Tiroid
c. Galaktorea
d. Inspeksi lendir serviks ditunjukkan dengan kualitas mucus
e. PDV untuk menunjukkan adanya tumor uterus / adneksa
2. Pemeriksaan penunjang
a. Deteksi ovulasi :
Anamnesis siklus menstruasi, 90 % siklus menstrusi teratur :siklus
ovulatoar
Peningkatan suhu badan basal, meningkat 0,6 - 1oC setelah ovulasi :
Bifasik
Uji benang lendir serviks dan uji pakis, sesaat sebelum ovulasi : lendir
serviks encer, daya membenang lebih panjang, pembentukan gambaran
perkiraan ovulasi
Keterbatasan : tidak bisa menilai
Kelainan Dinding tuba : kaku, sklerotik
Fimbria : Fimosis fimbria
Perlengketan genitalia Int.
Endometriosis
9. Kista ovarium
10. Patensi tuba dapat dinilai :HSG, Hidrotubasi (Cairan), Pertubasi (gas CO2)
f. Pemeriksaan pelvis ultrasound
Untuk memvisualisasi jaringan pelvis, misalnya untuk identifikasi kelainan,
perkembangan dan maturitas folikuler, serta informasi kehamilan intra uterin.
g. Uji paska sanggama (UPS)
Syarat :Pemeriksaan Lendir serviks + 6 - 10 jam paska sanggama. Waktu
sanggama sekitar ovulasi, bentuk lendir normal setelah kering terlihat seperti
daun pakis.Menilai :
Reseptifitas dan kemampuan sperma untuk hidup pada lendir serviks.
h. Laparoskopi :
Gambaran visualisasi genitalia interna secara internal menyuluruh. Menilai
faktor :
1. Peritoneum/endometriosis
2. Perlengketan genitalia Interna
3. Tuba : patensi, dinding, fimbria
4. Uterus : mioma
5. Ovulasi : Stigma pada ovarium dan korpus luteum
Keterbatasan:
Tidak bisa menilai : Kelainan kavum uteri dan lumen tuba
Bersifat invasif dan operatif
G. Penatalaksanaan Medis
a. Medikasi
1. Obat stimulasi ovarium (Induksi ovulasi)
Klomifen sitrat
a. Meningkatkan pelepasan gonadotropin FSH & LH
b. Diberikan pd hari ke-5 siklus haid
c. 1 x 50 mg selama 5 hari
d. Ovulasi 5 - 10 hari setelah obat terakhir
e. Koitus 3 x seminggu atau berdasarkan USG transvaginal
f. Dosis bisa ditingkatkan menjadi 150 - 200 mg/hari
g. 3 - 4 siklus obat tidak ovulasi dengan tanda hCG 5000 - 10.000 IU
2. Epimestrol. Memicu pelepasan FSH dan LH, Hari ke 5 - 14 siklus haid, 5 10 mg/hari
3. Bromokriptin
Menghambat sintesis & sekresi prolaktin
Indikasi : Kdr prolaktin tinggi (> 20 mg/ml) dan Galaktore
Dosis sesuai kadar prolaktin :
Oligomenore 1,25 mg/hari
Gangguan haid berat : 2 x 2,5 mg/hari
Gonadotropin
HMG (Human Menopausal Gonadotropine)
FSH & LH : 75 IU atau 150 IU
Untuk memicu pertumbuhan folikel
Dosis awal 75 - 150 IU/hari selama 5 hari dinilai hari ke 5 siklus haid
4. HCG
5000 IU atau 10.000 IU, untuk memicu ovulasi
Diameter folikel17 - 18 mm dgn USG transvaginal
Mahal, sangat beresiko :
Perlu persyaratan khusus
Hanya diberikan pada rekayasa teknologi reproduksi
Catatan : Untuk pria diterapi dengan FSH, Testosteron
5. Terapi hormonal pada endometriosis
Supresif ovarium sehingga terjadi atrofi Endometriosis
6. Danazol
Menekan sekresi FSH & LH
Dosis 200 - 800 mg/hari, dosis dibagi 2x pemberian
7. Progesteron
8. Desidualisasi endometrium pada Atrofi jaringan Endometritik
9. Medroksi progesteron asetat 30 - 50 mg/hari
10. GnRH agonis
Menekan sekresi FSH & LH
Dosis 3,75 mg/IM/bulan
Tidak boleh > 6 bulan : penurunan densitas tulang
b. Tindakan Operasi Rekontruksi
Koreksi :
Kelainan Uterus
Kelainan Tuba : tuba plasti
Miomektomi
Kistektomi
Salpingolisis
Laparoskopi operatif dan Terapi hormonal untuk kasus endometriosis +
infertilitas
Tindakan operatif pada pria : Rekanalisasi dan Operasi Varicokel.
Serviks
Gangguan ovulasi
Endometriosis ringan
Infertilitas Idiopatik
Angka kehamilan 7 - 24 % siklus
2. Fertilisasi Invitro (FIV)
Fertilisasi diluar tubuh dengan suasana mendekati alamiah.Metode ini
menjadi alternatif atau pilihan terakhir
Syarat :
Uterus & endometrium normal, Ovarium mampu menghasilkan sel telur,
Mortilitas sperma minimal 50.000/ml
Angka kehamilan : 30 - 35 %
3. Intracytoplasmic Ssperm Injection (ICSI)
Injeksi sperma intra-sitoplasmik (intracytoplasmic sperm injection = ICSI)
merupakan teknik mikromanipulasi yang menyuntikkan satu spermatozoon
ke dalam sitoplasma oosit mature telah digunakan untuk penanganan
infertilitas pria sejak lebih dari satu dekade ini (Palermo et al, 1992).
Segera setelah itu diikuti dengan keberhasilan teknik ini pada pria
azoospermia
dengan
menyuntikkan
spermatozoa
dari
testis
dan
epididymis. Teknik ini memberikan harapan yang nyata pada pria infertil
dengan
oligo-astheno-teratozoospermia
berat
maupun
azoospermia,