You are on page 1of 2

MELACAK AKAR KORUPSI DALAM

SEJARAH
I. Rasional
Seminar nasional ini mengambil tema Melacak
Akar Korupsi Dalam Sejarah berdasarkan
pemikiran bahwa wabah korupsi yang kini
melanda bangsa Indonesia bukan hanya merupakan
fenomena kontemporer melainkan fenomena
historis yang akarnya sudah ada dalam perjalanan
sejarah bangsa ini, baik sejarah nasional maupun
sejarah sosial mengenai pola asuh dalam keluarga.
Perilaku buruk seperti tipu-menipu, pemberian
upeti atau sogokan, penyalahgunaan wewenang dan
kekuasaan terjadi dalam hubungan sosial
antarindividu dan kelompok, baik dalam
lingkungan keluarga, lingkungan sosial yang lebih
sempit maupun dalam lingkungan masyarakat dan
negara yang lebih luas. Dalam pola asuh keluarga,
misalnya, terdapat orang tua yang sering menipu
anak
balitanya
yang
menangis
dengan
membohongi/menakut-nakutinya agar tangisannya
berhenti. Pola asuh seperti itu telah menanamkan
kebiasaan menipu yang berpengaruh terhadap
perkembangan kognisi dan afeksi anak. Tindakan
nyontek di sekolah dianggap perbuatan biasa
apalagi perbuatan itu tidak mendapat sanksi yang
keras dari gurunya yang bahkan ditemukan oknum
guru yang membocorkan jawaban ujian nasional
agar semua siswanya lulus. Setelah dewasa, pola
buruk seperti itu akan terinternalisasi dan menjadi
kebiasaan yang dianggap tidak salah. Lingkungan
sosial yang bersifat permisif terhadap tindakan
tipu-menipu seperti itu akan memperkuat budaya
korupsi yang terinternalisasi dalam perjalanan
sejarah seorang individu.
Pengalaman historis seseorang dalam hal
korupsi tidak jauh berbeda dengan perjalanan

bangsa ini dalam hal menerima tradisi buruk itu.


Hubungan patronase antara client dan patron
dalam masyarakat feodal kerajaan-kerajaan
Nusantara serta hubungan antara pamong pribumi
dengan penguasa kolonial dalam beberapa aspek
- telah mewariskan perilaku korup. Pola relasi
historis antargolongan dan status sosial ekonomi
yang sudah menjadi bagian dari memori kolektif
bangsa ini berpengaruh terhadap pola relasi suapmenyuap antargolongan pada masa kini.
Dalam sejarah masyarakat feodal sebelum
kedatangan bangsa-bangsa Barat ditemukan tradisi
upeti bangsawan rendahan kepada bangsawan yang
memiliki kekuasaan lebih tinggi. Tujuannya adalah
agar kedudukan lapisan bawah ini aman,
terlindung, tetap berkuasa, atau mendapat
legitimasi untuk melakukan eksploitasi terhadap
para pengikut di daerah kekuasannya. Pola relasi
seperti ini dipertahankan oleh Pemerintah Kolonial
Belanda dengan cara menempatkan pejabat-pejabat
pribumi di distrik tertentu untuk menguasai daerah
serta penduduknya. Pemerintah Kolonial Belanda
akan mempertahankan pejabat-pejabat pribumi
yang berhasil melaksana-kan kebijakannya dan
yang memberikan upeti kepada pejabat kolonial.
Upeti yang diberikan pejabat pribumi itu berasal
dari hasil eksploitasi mereka terhadap penduduk
pribumi. Pola relasi seperti ini telah melahirkan
kebiasaan bangsa pribumi yang memiliki
kedudukan tertentu menjilat penjajah (penguasa)
agar kedudukan mereka tetap dipertahankan.
Sedangkan rakyat jelata berusaha menyelamatkan
diri dari tekanan dan ancaman pamong praja yang
menjadi kepanjangan tangan penguasa kolonial
dengan berbagai cara termasuk, jika diperlukan,
mengorbankan sesamanya.
Masalah sosial yang muncul dalam sejarah
perjalanan bangsa ini tidak hanya menarik untuk

dikaji dalam kehidupan berbangsa dan bernegara


melainkan juga bisa menjadi bahan pelajaran yang
menarik dikembangkan dalam pembelajaran
sejarah dan pelajaran lainnya di kelas. Melalui
kajian tersebut diharapkan para praktisi pendidikan
di lapangan serta para siswa di sekolah bisa
memiliki wawasan yang lebih luas tentang
pentingnya kejujuran dalam bermasyarakat dan
memiliki peran sebagai agent of change menuju
masyarakat yang bebas dari perbuatan kurupsi.
Nilai-nilai kejujuran, semangat pengabdian
tanpa pamrih serta semangat anti korupsi dimiliki
antara lain oleh sosok pemikir, guru, pendidik
seperti Prof. Helius Sjamsuddin, Ph.D., M.A yang
selama pengabdiannya dalam dunia akademik
selalu menjunjung tinggi nilai-nilai tersebut. Untuk
itu, acara seminar ini diselenggarakan sebagai
refleksi terhadap pengalaman-pengalaman beliau
sebagai Guru Besar Jurusan Pendidikan Sejarah
yang telah memasuki masa purnabhakti.
II. Maksud dan Tujuan
1. memperluas wawasan keilmiahan dalam
pengkajian persoalan kurupsi yang berakar
dalam perjalanan sejarah baangsa.
2. mengkaji pengalaman para praktisi dalam
pemberantasan korupsi dari jaman ke jaman.
3. melahirkan gagasaan baru tentang pendidikan
antikorupsi dalam kurikulum sekolah.
III. Waktu dan Tempat
Kegiatan seminar ini dilaksanakan pada:
Hari/Tanggal : Rabu, 20 Agustus 2008
Waktu
: 08.00 s/d selesai
Tempat
: Auditorium JICA UPI

IV. Pembicara
1. Prof. Dr. Jacob Sumardjo, Dosen STSI
Bandung, Kolumnis dan Pengamat SosialBudaya. Judul Makalah: Menggali Akar
Korupsi Dalam Perspektif Sejarah.
2. Prof. Dr. Krisna Harahap, SH., MH. (Hakim
Agung Ad Hoc Tipikor, Dosen STHB. Judul
makalah:
Penegakkan
Hukum
dalam
Pemberantasan Korupsi pada Masa Reformasi
3. Prof. Dr. H. S. Hamid Hasan, M.A (Ahli
Kurikulum,
UPI)
Judul
makalah:
Memasukkan
Gagasan
Pendidikan
Antikorupsi dalam Kurikulum.
4. Dr. H. Dadang Supardan, M.Pd (Ahli
Pendidikan UPI). Judul Makalah Korupsi
dalam Perspektif Ilmu Sosial
5. Dr. Agus Mulyana, M.Hum (Sejarawan UPI).
Judul Makalah Kerja Wajib dan Feodalisme:
Akar Sejarah Korupsi di Indonesia
V. Peserta Kegiatan
Peserta Seminar Nasional ini adalah para
peminat seperti guru, dosen, mahasiswa, umum,
dan undangan lainnya. Peserta dapat mendaftarkan
diri kepada panitia mulai tanggal 5-20 Agustus
2008,
dan
bisa
langsung
mendatangi
kesekretariatan panitia di Jurusan Pendidikan
Sejarah FPIPS UPI, Jl. Setiabudhi No. 229
Bandung
40154
atau
contact
person:
081321644435 (Wawan Darmawan, M.Hum) dan
Wildan, S.Pd (085221045707) atau lewat e-mail
pada walin_history@yahoo.co.id
Peserta dikenakan biaya pendaftaran sebesar Rp.
100.000,- (seratus ribu rupiah). Fasilitas seminat
terdiri dari Kit Seminar, Buku Sejarah dalam
Keberagaman , dan konsumsi. Biaya pendaftaran
dapat dibayarkan pada saat pendaftaran atau lewat

transfer pada rekening BNI Cabang UPI Bandung


No. 0022351409 atas nama Wawan Darmawan
====================================
Lembar Pendaftaram Peserta
Seminar Nasional
Yang bertanda tangan di bawah ini
Nama

: .........................................

SEMINAR NASIONAL

NIP

: .........................................

Sekolah/Univ

: .........................................

MELACAK AKAR KORUPSI


DALAM SEJARAH

Bersedia untuk mendaftar sebagai peserta Seminar


Nasional Sejarah pada 20 Agustus 2008.

........,.................2008

..................................

Catatan:
Lembar pendaftaran ini dapat diperbanyak

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH


FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Gedung Garnadi Lt.II FPIPS,
Jalan Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung 40154 Jawa Barat
Telp. (022) 2013163 Pes. 2510, Fax (022) 2013651

You might also like