You are on page 1of 13

Learning Objectives:

1.
2.
3.
4.

Memahami prosedur pemeriksaan


Memahami diagnosa kasus pada skenario
Memahami rencana perawatan pada skenario
Memahami prognosis dari rencana perawatan
STEP 7

1. Prosedur pemeriksaan
Menurut ilmu kedokteran gigi, pedodonsia (pedodontics) adalah cabang ilmu
kedokteran gigi yang mencakup diagnosis, pencegahan, perawatan, pengobatan,
dan restorasi gigi anak-anak. Karena fokusnya ke anak-anak, maka dalam
pemeriksaannya dilakukan secara :
a.
b.
c.
d.
e.

Pelan dan hati-hati


Gerakan yang mudah
Melakukan tindakan tidak ragu-ragu
Penggunaan alat minimal
Penggunaan kata-kata yang mudah dimengerti
Untuk macam-macam dari pemeriksaannya adalah sebagai berikut :
1. Pemeriksaan Darurat
Pemeriksaan darurat ialah pemeriksaan yang dilakukan pada pasien yang

datang dengan keluhan utama yang dirasakan yang sedang dalam keadaan akut,
pemeriksaan langsung ditujukan pada regio/gigi yang dikeluhkan, kemudian
ditentukan diagnosanya dan dirawat keluhan utama tersebut. Pemeriksaan lengkap
pada pasien ini dilakukan pada kunjungan berikutnya setelah keluhan utama dapat
diatasi.
2. Pemeriksaan Ulang (pemeriksaan berkala)
Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan lanjutan dari pemeriksaan
sebelumnya yang dilakukan 3 bulan/6 bulan/1 tahun sekali, tergantung keadaan
gigi pasien. Pemeriksaan ini dipakai untuk menilai :
a. Hasil perawatan yang telah dilakukan
b. Pemeliharaan kesehatan gigi
c. Mencatat perubahan yang terjadi
3.

Pemeriksaan Lengkap
1

Prosedur yang dianjurkan pada pemeriksaan lengkap dilakukan pada


kunjungan pertama (jika mungkin), meliputi :
a.

Pencatatan Riwayat (Subyektif)


Riwayat ini memberikan informasi yang berguna dan merupakan dasar

dari rencana perawatan.


a. Sosial
Pemeriksaan sosial meliputi :

Nama (termasuk nama kecil).


Alamat, sekolah, kelas, saudara laki, perempuan, binatang peliharaan, kegiatan

yang disukai dirumah dan sekolah.


Pekerjaan ayah dan ibu.
Riwayat lain bila diperlukan,
Dokter yang merawat anak dapat diminta keterangan atau rujukan tentang
Riwayat Parental orang tua) untuk mendapatkan keterangan mengenai kelainan
herediter yang diderita anak, serta Riwayat pre natal (sebelum kelahiran) dan
natal (saat kelahiran) untuk mengetahui penyebab kelainan gigi (perubahan
warna, kelainan bentuk dan lain-lain)

b. Gigi
Yang termasuk disini adalah Keluhan, Riwayat kesehatan gigi sebelumnya,
Sikap anak terhadap setiap perawatan, dan Sikap orang tua terhadap perwatan
gigi.
Keluhan itu sendiri adalah keadaan /gejala yg diungkapkan pasien
sehubungan dengan keadaan abnormal yang sedang dialaminya. Pertanyaan
dilakukan secara terbuka, tidak sekedar memperoleh jawaban Ya dan Tidak .
Keluhan pertama diperlukan untuk mengidentifikasi masalah dengan tepat,
menentukan diagnosa dan melakukan perawatan selanjutnya

secara efisien.

c. Medis
Beberapa penyakit sistemik yang perlu ditanyakan kepada orang tua
pasien, misalnya penyakit jantung kongenital, demam rematik, kelainan darah,
penyakit saluran pernafasan, asma, hepatitis, ikhterus, alergi (penisilin, sulfa),
epilepsi, kelainan mental dan penyakit lain yang serius.
b. Pemeriksaan anak

a. Ekstra Oral : Penampilan umum, besar dan berat badan, Kulit, Mata, Bibir
b. Intra Oral

Jaringan lunak

: Bibir/ mukosa lunak, gingivitis, retraksi ginggiva, lidah,

sinus
Higiene mulut
Oklusi

: Adanya karang gigi dan frekuensi menggosok gigi sehari


: Garis median, Keadaan gigi geligi ( missal : protrusi),

relasi molar, keadaan gigi-gigi anterior ( missal : open bite, deep bite atau

cross bite)
Indeks DMF-t
Indeks DMF-t digunakan untuk pencatatan gigi permanen.
Tujuan

dari

pengukuran

indeks

DMF-t

adalah

untuk

menentukan jumlah total pengalaman karies gigi. Untuk


pencatatan

indeks

DMF-t

digunakan

kriteria

sebagai

berikut:
a. Setiap gigi dicatat satu kali
b. D = Decay (rusak)
- Gigi mengalami karies
c. M = Missing (hilang)
- Gigi yang telah dicabut
- Karies yang tidak dapat diperbaiki dan indikasi cabut
d. F = Filled (tambal)
- Gigi yang ditambal tanpa disertai adanya karies
Untuk menentukan indeks DMF-t digunakan rumus
penghitungan sebagai berikut:
Indeks DMF-t = D + M + F / orang yang diperiksa
Indeks def-t
Penggunaan indeks def-t sama dengan DMF-t tetapi indeks
def-t digunakan untuk gigi sulung dengan kriteria sebagai
berikut :
d = decay (rusak)
e = extracted (indikasi cabut)
f = filled (ditambal)
Untuk cara penghitungannya sebagai berikut :
Indeks def-t = d + e + f / orang yang diperiksa
c. Pemeriksaan tambahan
a.. Ronsen foto

Untuk Mendeteksi dan melihat perluasan karies. Karies proksimal sering


dijumpai bila gigi molar sulung/tetap sudah mempunyai kontak sempurna (pada
gigi sulung, kontaknya merupakan kontak bidang dan gigi tetap kontak titik).
Oleh karena itu bila gigi sudah berkontak dengan sempurna sebaiknya
dilakukan pengambilan ronsen foto untuk mendeteksi karies yang sering tidak
terlihat dengan mata yang disebut dengan Hidden Caries (karies tersembunyi). Ini
digunakan untuk membantu menegakkan diagnosa.
Selain itu juga digunakan untuk melihat pertumbuhan dan posisi benih gigi
sulung/tetap serta melihat resobsi akar gigi sulung, ini berhubungan dengan
perawatan saluran akar.
b. Pemeriksaan bakteri
Dilakukan untuk mengetahui :

Aktifitas karies dengan Laktobasilus test atau Snyder test.


Sensitivitas test untuk membantu menentukan jenis antibiotik yang tepat.
Menilai sterilisasi saluran akar sesudah perawatan gigi tetap non vital.

c. Biopsi
Dilakukan bila dicurigai adanya pembengkakan yang mengarah ke kanker
atau tumor, sebaiknya biopsi dilakukan oleh dokter ahli dan dikirim ke bagian
Patologi Anatomi.
d. Studi model
Studi model yaitu model gigi yang dibuat dari gips, digunakan untuk :

Menjelaskan kepada orang tua tentang rencana perawatan yang akan

dilakukan (terutama berhubungan dengan perawatan orto)


Sebagai dokumentasi
Mengetahui dan menganalisa oklusi secara tepat.
2. Diagnosa
a. Pulpitis Reversible
Pulpitis reversible adalah inflamasi pulpa yang tidak parah. Jika penyebabnya
telah dihilangkan, inflamasinya akan pulih kembali dan pulpa akan kembali
normal. Biasanya pulpitis reversible tidak menimbulkan gejala (asimtomatik),
akan tetapi jika ada, gejala biasanya timbul dari suatu pola tertentu. Aplikasi
cairan atau udara dingin/panas misalnya, bisa menimbulkan nyeri tajam

sementara. Jika stimuli dihilangkan, yang secara normal tidak menimbulkan nyeri
atau ketidaknyamanan, nyeri akan reda segera. Stimuli panas atau dingin
menghasilkan respons nyeri yang berbeda-beda pada pulpa normal. Jika panas
diaplikasikan pada gigi yang pulpanya tidak terinflamasi, akan timbul respon awal
yang lambat; intensitas nyerinya akan makin naik jika suhunya dinaikkan.
Sebaliknya, nyeri sebagai respons terhadap aplikasi dingin pada pulpa normal
akan segera terjadi; intensitas nyeri cenderung menurun jika stimulus dinginnya
dipertahankan tetap.
Pulpitis reversibel yang simtomatik, seacara klinik ditandai dengan gejala
sensitif dan rasa sakit tajam yang hanya sebentar. Lebih sering diakibatkan oleh
rangsangan dingin daripada panas. Ada keluhan rasa sakit bila kemasukan
makanan, terutama makanan dan minuman dingin. Rasa sakit hilang apabila
rangsangan dihilangkan, rasa sakit yang timbul tidak secara spontan.
Cara praktis untuk mendiagnosa pulpitis reversibel adalah:
- Anamnesa: ditemukan rasa sakit / nyeri sebentar, dan hilang setelah rangsangan
dihilangkan
- Gejala Subyektif: ditemukan lokasi nyeri lokal (setempat), rasa linu timbul bila
ada rangsangan, durasi nyeri sebentar.
- Gejala Obyektif: kariesnya tidak dalam (hanya mengenai enamel, kadangkadang mencapai selapis tipis dentin), perkusi, tekanan tidak sakit.
- Tes vitalitas: gigi masih vital
b. Pulpitis Ireversible
Definisi pulpitis irreversibel adalah suatu kondisi inflamasi pulpa yang
persisten, dapat simtomatik atau asimtomatik yang disebabkan oleh suatu
stimulus/jejas, dimana pertahanan pulpa tidak dapat menanggulangi inflamasi
yang terjadi dan pulpa tidak dapat kembali ke kondisi semula atau normal.
Pulpitis irreversibel akut menunjukkan rasa sakit yang biasanya
disebabkan oleh stimulus panas atau dingin, atau rasa sakit yang timbul secara
spontan. Rasa sakit bertahan untuk beberapa menit sampai berjam-jam, dan tetap
ada setelah stimulus/jejas termal dihilangkan.

Pulpitis irreversibel kebanyakan disebabkan oleh kuman yang berasal dari


karies, jadi sudah ada keterlibatan bakterial pulpa melalui karies, meskipun bisa
juga disebabkan oleh faktor fisis, kimia, termal, dan mekanis. Pulpitis irreversibel
bisa juga terjadi dimana merupakan kelanjutan dari pulpitis reversibel yang tidak
dilakukan perawatan dengan baik.
Pada awal pemeriksaan klinik pulpitis irreversibel ditandai dengan suatu
paroksisme (serangan hebat), rasa sakit dapat disebabkan oleh hal berikut:
perubahan temperatur yang tiba-tiba, terutama dingin; bahan makanan manis ke
dalam kavitas atau pengisapan yang dilakukan oleh lidah atau pipi; dan sikap
berbaring yang menyebabkan bendungan pada pembuluh darah pulpa. Rasa sakit
biasanya berlanjut jika penyebab telah dihilangkan, dan dapat datang dan pergi
secara spontan, tanpa penyebab yang jelas. Rasa sakit seringkali dilukiskan oleh
pasien sebagai menusuk, tajam atau menyentak-nyentak, dan umumnya adalah
parah. Rasa sakit bisa sebentar-sebentar atau terus-menerus tergantung pada
tingkat keterlibatan pulpa dan tergantung pada hubungannya dengan ada tidaknya
suatu stimulus eksternal. Terkadang pasien juga merasakan rasa sakit yang
menyebar ke gigi di dekatnya, ke pelipis atau ke telinga bila bawah belakang yang
terkena.
Secara mikroskopis pulpa tidak perlu terbuka, tetapi pada umunya terdapat
pembukaan sedikit, atau kalau tidak pulpa ditutup oleh suatu lapisan karies lunak
seperti kulit. Bila tidak ada jalan keluar, baik karena masuknya makanan ke dalam
pembukaan kecil pada dentin, rasa sakit dapat sangat hebat, dan biasanya tidak
tertahankan walaupun dengan segala analgesik. Setelah pembukaan atau draenase
pulpa, rasa sakit dapat menjadi ringan atau hilang sama sekali. Rasa sakit dapat
kembali bila makanan masuk ke dalam kavitas atau masuk di bawah tumpatan
yang bocor.
Cara praktis untuk mendiagnosa pulpitis ireversibel adalah:
- Anamnesa: ditemukan rasa nyeri spontan yang berkepanjangan serta menyebar
- Gejala Subyektif: nyeri tajam (panas, dingin), spontan (tanpa ada rangsangan
sakit), nyeri lama sampai berjam-jam.

- Gejala Obyektif: karies profunda, kadang-kadang profunda perforasi, perkusi


dan tekan kadang-kadang ada keluhan.
- Tes vitalitas: peka pada uji vitalitas dengan dingin, sehingga keadaan gigi
dinyatakan vital.
c. Nekrosi Pulpa Parsialis
Nekrosis pulpa parsialisbiasanya tidak menimbulkan gejala tetapi dapat
juga disertai dengan episode nyeri spontan atau nyeri ketika ditekan (dari
periapeks). Gejala klinis nekrosis pulpa parsialis:
- Pada anamnesa terdapat keluhan spontan.
- Pada pemeriksaan obyektif dengan jarum Miller terasa sakit sebelum apikal.
Pemeriksaan klinis dari nekrosis pulpa parsialis:
- Tes termis: bereaksi atau tidak bereaksi.
- Tes jarum Miller: bereaksi.
- Pemeriksaan rontgenologis: terlihat adanya perforasi
b. Nekrosis Pulpa Totalis
Nekrosis totalis biasanya asimtomatik, tetapi bisa juga ditandai dengan nyeri
spontan dan ketidaknyamanan nyeri tekan (dari periapeks). Diskolorisasi gigi
merupakan indikasi awal matinya pulpa. Dapat dilihat dari penampilan mahkota
yang buram atau opak dan perubahan warna gigi menjadi keabu-abuan atau
kecoklatan serta bau busuk dari gigi. Gigi dengan pulpa nekrotik tidak bereaksi
terhadap tes termal dingin, tes pulpa listrik, atau tes kavitas. Namun, gigi dengan
pulpa nekrotik sering kali sensitive terhadap perkusi dan palpasi asalkan disertai
dengan inflamasi periapikal. Gambaran radiografi umumnya menunjukkan suatu
kavitas atau tumpatan besar, jalan terbuka ke saluran akar, dan penebalan ligament
periodontal. Kadang-kadang gigi yang tidak mempunyai tumpatan atau kavitas
pulpanya mati karena akibat trauma.
3. Rencana perawatan
Perawatan pulpa gigi sulung berbeda dengan perawatan gigi permanen. Hal ini
disebabkan morfologi gigi sulung yang kecil, ruang pulpa yang besar dan
kecepatan terkenanya pulpa oleh karies.
a. PULPOTOMI

Definisi
Pengambilan pulpa yang telah mengalami infeksi di dalam kamar pulpa dan
meninggalkan jaringan pulpa dibagian radikular.
Pulpotomi dapat dibagi 3 bagian :
1. Pulpotomi vital.
2. Pulpotomi devital / mumifikasi / devitalized pulp amputation.
3. Pulpotomi non vital / amputasi mortal.
Keuntungan dari pulpotomi :
1) Dapat diselesaikan dalam waktu singkat satu atau dua kali kunjungan.
2) Pengambilan pulpa hanya di bagian korona hal ini menguntungkan karena
pengambilan pulpa di bagian radikular sukar, penuh ramikasi dan sempit.
3) Iritasi obat obatan instrumen perawatan saluran akar tidak ada.
4) Jika perawatan ini gagal dapat dilakukan pulpektomi.
1. Pulpotomi Vital
Definisi :
Pulpotomi vital atau amputasi vital adalah tindakan pengambilan jaringan pulpa
bagian koronal yang mengalami inflamasi dengan melakukan anestesi, kemudian
memberikan medikamen di atas pulpa yang diamputasi agar pulpa bagian
radikular tetap vital. Pulpotomi vital umunya dilakukan pada gigi sulung dan gigi
permanen muda. Pulpotomi gigi sulung umunya menggunakan formokresol atau
glutaradehid.
Indikasi
1) Gigi sulung dan gigi tetap muda vital, tidak ada tanda tanda gejala
peradangan pulpa dalam kamar pulpa.
2) Terbukanya pulpa saat ekskavasi jaringan karies / dentin lunak prosedur pulp
capping indirek yang kurang hati hati, faktor mekanis selama preparasi kavitas
atau trauma gigi dengan terbukanya pulpa.
3) Gigi masih dapat dipertahankan / diperbaiki dan minimal didukung lebih dari
2/3 panjang akar gigi.
4) Tidak dijumpai rasa sakit yang spontan maupun terus menerus.
Kontra indikasi

1) Rasa sakit spontan.


2) Rasa sakit terutama bila diperkusi maupun palpasi.
3) Ada mobiliti yang patologik.
4) Keadaan umum yang kurang baik, di mana daya tahan tubuh terhadap infeksi
sangat rendah.
5) Perdarahan yang berlebihan setelah amputasi pulpa.
2. Pulpotomi Devital (Mumifikasi = Devitalized Pulp Amputation)
Definisi :
Pulpotomi devital atau mumifikasi adalah pengembalian jaringan pulpa yang
terdapat dalam kamar pulpa yang sebelumnya di devitalisasi, kemudian dengan
pemberian pasta anti septik, jaringan dalam saluran akar ditinggalkan dalam
keadaan aseptik. Untuk bahan devital gigi sulung dipakai pasta para formaldehid.
Indikasi
1) Gigi sulung dengan pulpa vital yang terbuka karen karies atau trauma.
2) Pada pasien yang tidak dapat dilakukan anestesi.
3) Pada pasien yang perdarahan yang abnormal misalnya hemofili.
4) Kesulitan dalam menyingkirkan semua jaringan pulpa pada perawatan
pulpektomi terutama pada gigi posterior.
5) Pada waktu perawatan pulpotomi vital 1 kali kunjungan sukar dilakukan karena
kurangnya waktu dan pasien tidak kooperatif.
Kontra indikasi
1) Kerusakan gigi bagian koronal yang besar sehingga restorasi tidak mungkin
dilakukan.
2) Infeksi periapikal, apeks masih terbuka.
3) Adanya kelainan patologis pulpa secara klinis maupun rontgenologis.
3. Pulpotomi Non Vital (Amputasi Mortal)
Definisi :
Amputasi pulpa bagian mahkota dari gigi yang non vital dan memberikan
medikamen / pasta antiseptik untuk mengawetkan dan tetap dalam keadaan
aseptik.
Tujuan:

Mempertahankan gigi sulung non vital untuk space maintainer


Indikasi:
1) Gigi sulung non vital akibat karies atau trauma.
2) Gigi sulung yang telah mengalami resorpsi lebih dari 1/3 akar tetapi masih
diperlukan sebagai space maintainer.
3) Gigi sulung yang telah mengalami dento alveolar kronis.
4) Gigi sulung patologik karena abses akut, sebelumnya abses harus dirawat
dahulu.
b. PULPEKTOMI
Definisi
Pengambilan seluruh jaringan pulpa dari kamar pulpa dan saluran akar. Pada gigi
molar sulung pengambilan seluruh jaringan secara mekanis tidak memungkinkan
sehubungan bentuk morfologi saluran akar yang kompleks.
Pulpektomi dapat dilakukan dengan 3 cara :
1) Pulpektomi vital.
2) Pulpektomi devital.
3) Pulpektomi non vital.
Indikasi
1) Gigi sulung dengan infeksi melebihi kamar pulpa pada gigi vital atau non vital.
2) Resorpsi akar kurang dari 1/3 apikal.
3) Resorpsi interna tetapi belum perforasi akar.
4) Kelanjutan perawatan jika pulpotomi gagal.
Kontra indikasi
1) Bila kelainan sudah mengenai periapikal.
2) Resorpsi akar gigi yang meluas.
3) Kesehatan umu tidak baik.
4) Pasien tidak koperatif.
5) Gigi goyang disebabkan keadaan patologis
Pilihan kasus pulpektomi untuk gigi sulung yaitu pada gigi yang pulpanya telah
mengalami infeksi dan jaringan pulpa di saluran akar masih vital. Jika dibiarkan
dalam keadaan ini pulpa mengalami degenerasi / nekrose yang akan menimbulkan

10

tanda dan gejala negatif, keadaan akan berkelanjutan. Pulpektomi masih dapat
dilakukan tetapi keberhasilannya akan menurun karena degenerasi pulpa
bertambah luas.
Indikasi tersebut di atas ada hubungan dengan faktor faktor lainnya seperti :
Berapa lama gigi masih ada di mulut.
Kepentingan gigi di dalam mulut (space maintainer).
Apakah gigi masih dapat direstorasi.
Kondisi jaringan apikal.
1). Pulpektomi vital :
Defenisi :
Pengambilan seluruh jaringan dalam ruang pulpa dan saluran akar secara vital.
Indikasi
1) Insisivus sulung yang mengalami trauma dengan kondisi patologis.
2) Molar sulung kedua, sebelum erupsi molar permanen pada umur 6 tahun.
3) Tidak ada bukti bukti kondisi patologis dengan resorpsi akar yang lebih dari
2/3
2). Pulpektomi devital
Definisi :
Pengambilan seluruh jaringan pulpa dalam ruang pulpa dan saluran akar yang
lebih dahulu dimatikan dengan bahan devitalisasi pulpa.
Indikasi
Sering dilakukan pada gigi posterior sulung yang telah mengalami pulpitis atau
dapat juga pada gigi anterior sulung pada pasien yang tidak tahan terhadap
anestesi.Pemilihan kasus untuk perawatan pulpektomi devital ini harus benar
benar dipertimbangkan dengan melihat indikasi dan kontra indikasinya.
Perawatan pulpektomi devital pada gigi sulung menggunakan bahan devitalisasi
yang mengandung para formaldehid seperti toxavit dan lain lain.
3). Pulpektomi non vital
Definisi :
Gigi sulung yang dirawat pulpektomi non vital adalah gigi sulung dengan
diagnosis gangren pulpa atau nekrose pulpa.

11

Indikasi
1) Mahkota gigi masih dapat direstorasi dan berguna untuk keperluan estetik.
2) Gigi tidak goyang dan periodontal normal.
3) Belum terlihat adanya fistel.
4) Ro-foto : resorpsi akar tidak lebih dari 1/3 apikal, tidak ada granuloma pada
gigi-geligi sulung.
5) Kondisi pasien baik.
6) Keadaan sosial ekonomi pasien baik.
Kontra indikasi
1) Gigi tidak dapat direstorasi lagi.
2) Kondisi kesehatan pasien jelek, mengidap penyakit kronis seperti diabetes,
TBC dan lain-lain.
3) Terdapat pembengkokan ujung akar dengan granuloma (kista) yang sukar
dibersihkan.
4. Prognosis
Keberhasilan suatu perawatan dibidang kesehatan gigi anak ditentukan oleh
banyak hal antara lain adanya bimbingan orang tua terhadap anak yang
dipengaruhi oleh motivasi orang tua dalam berperilaku sehat, kerjasama antara
dokter gigi pasien anak dan orang tua juga berperan penting dalam keberhasilan
perawatan gigi anak.

12

DAFTAR PUSTAKA
Andlaw RJ, Rock WP. 1992. Perawatan Gigi Anak: A Manual of Pedodontics. 2nd
ed. Alih Bahasa. Agus Djaya. Jakarta: Widya Medika
Ingle JI. Bakland LK.2002. Endodontics. 5th ed. Ontario: BC Decker Inc.
Tarigan R. Perawatan Pulpa Gigi (Endodonti). 1994. 1st ed. Jakarta: Widya
Medika
Ranly DM. 1994. Pulpotomy Therapy In Primary Teeth: New Modalities For Old
Rationales. Pediatric Dentistry.
Kennedy DB. 1993. Konservasi Gigi Anak: Pediatric Operative Dentistry. 3rd ed.
Alih Bahasa. Narlan Sumawinata. Jakarta: EGC,

13

You might also like