You are on page 1of 53

SKENARIO 3

BERCAK MERAH & GATAL DI SELANGKANGAN

Seorang wanita berusia 28 tahun datang ke Poliklinik dengan


keluhan bercak merah & gatal terutama bila berkeringat di selangkangan
sejak 1 minggu yang lalu. Keluhan disertai dengan beruntus dan kulit yang
menebal berwarna gelap. Kelainan ini hilang timbul selama 6 bulan, hilang
apabila diobati dan timbul saat menstruasi atau menggunakan celana
berlapis. Riwayat keputihan disangkal. Kelainan ini di rasakan setelah berat
badan penderita bertambah.
Pada pemeriksaan generalis : dalam batas normal.
Pada pemeriksaan dermatologis : Regioner, bilateral pada ke -2 sisi medial
paha atas tampak lesi multipel, berbatas tegas, bentuk beraturan, ukuran
bervariasi dari diameter 0,03 cm sp 0,1 cm, kering, permukaan halus
dengan eflorosensi berupa plak eritem, sebagian likhenifikasi yang
hiperpigmentasi, pada bagian tengah tampak central healing dengan
ditutupi skuama halus.
Setelah mendapatkan terapi, penderita diminta untuk kontrol rutin dan
menjaga serta memelihara kesehatan kulit sesuai tuntunan ajaran Islam.

1 | Page

KATA SULIT
1. Likhenifikasi
: Penebalan kulit sehingga garis-garis lipatan kulit
tampak lebih jelas
2. Efloresensi : Kelainan pada kulit dapat dilihat dengan mata objektif
dan perlu diperiksa dengan perabaan
3. Lesi multipel
: Lesi dengan berbagai ukuran dan bentuk
4. Skuama
: Pengelupasan lapisan epidermis yang mati
5. Plak eritem : Kemerahan pada kulit akibat perubahan pembuluh darah
6. Central healing: Suatu wujud kelainan kulit dimana pada lesi tampak
bagian tengah bersih seolah-olah sudah sembuh, sedangkan bagian
tepi terlihat aktif
7. Beruntus : Kulit yang berisi cairan bernanah
8. Hiperpigmentasi : Penimbunan pigmen berlebih yang membuat kulit
tampak lebih hitam

PERTANYAAN
1. Apa hubungan antara menstruasi dengan gatal di selangkangan,
menebal, berwarna gelap dan beruntus?
2. Apa hubungan penyakit ini dengan berat badan yang meningkat?
3. Mengapa lesi ditemukan multiple bilateral, apakah selalu ditemukan
bilateral?
4. Apa yang menyebabkan kulit beruntus?
5. Dari mana asal penebalan kulit dan bagaimana prosesnya?
6. Apa obat yang digunakan pasien selama penyakit hilang timbul?
7. Kenapa gatal pada saat berkeringat?
8. Apa etiologi yang memungkinkan pada penyakit ini?
9. Apa diagnosis skenario ini? Bagaimana cara mendiagnosisnya?
10.
Central healing menandakan apa?
11.
Mengapa penyakit ini hilang timbul?
12.
Mengapa timbul hiperpigmentasi, skuama, central healing?
13.
Apakah harus dilakukan pengobatan secara terus menerus?
14.
Bagaimana cara menjaga kesehatan kulit menurut agama islam?

JAWAB
1. Karena menstruasi, suka memakai pembalut jadi basah dan lembab,
karena perubahan hormon menyebabkan hiperpigmentasi kulit, central
healing adalah ciri khas jamur
2. Berat badan meningkat paha membesar, lipatannya jadi sempit, sering
memakai celana berlapis jadi saat berkeringat menjadi lembab,
lembab memicu tumbuhnya jamur
3. Gesekan paha, jadi infeksi jamur menyebar kesebelahnya
4. Karena keringat
5. Penyakit hilang timbul dan kronis, karena pemakaian celana berlapis
jadi regenerasi terhambat, penggarukan
6. Obat antijamur
7. Berat badan meningkat paha membesar, lipatannya jadi sempit, sering
memakai celana berlapis jadi saat berkeringat menjadi lembab,
lembab memicu tumbuhnya jamur. Jadi lembab dan bisa menjadi gatal,
gatal karena ada jamur
8. Infeksi jamur, faktor pencetus pemakaian celana berlapis
3

9. Tinea kruris. Anamnesis (gatal pada selangkangan selama 1 minggu,


bercak merah) Pemeriksaan fisik (beruntus, kulit yang menebal
berwarna gelap), pemeriksaan penunjang (kultur jamur)
10.
Karena menstruasi, suka memakai pembalut jadi basah dan
lembab, karena perubahan hormon menyebabkan hiperpigmentasi
kulit, central healing adalah ciri khas jamur
11.
Mungkin pengobatan tidak tuntas
12.
Karena menstruasi, suka memakai pembalut jadi basah dan
lembab, karena perubahan hormon menyebabkan hiperpigmentasi
kulit, central healing adalah ciri khas jamur
13.
Penyebabnya infeksi jamur jadi pengobatan harus terus menerus
14.
Menjaga kebersihan diri

HIPOTESIS
Faktor pencetus 1.

Pemakaian celana berlapis

2.

Menstruasi

3.

Berkeringat

lembab

Anamnesis : Gatal

Pemeriksaan fisik: likhenifikasi, central healing,


dll

Pemeriksaan penunjang: Kultur

Infeksi jamur

Tatalaksana: Obat anti jamur, pengobatan terus menerus,


menjaga kebersihan diri

SASARAN BELAJAR
LI 1. Memahami dan menjelaskan anatomi kulit
LO 1.1Mikroskopik
LI 2. Memahami dan menjelaskan fisiologi kulit
LI 3. Memahami dan menjelaskan infeksi jamur
LO 3.1 Definisi
LO 3.2 Epidemiologi
LO 3.3

Etiologi

LO 3.4

Klasifikasi

LO 3.5

Patofisiologi

LO 3.6 Manifestasi klinis


LO 3.7

Diagnosis dan diagnosis banding

LO 3.8

Penatalaksanaan

LO 3.9

Komplikasi

LO 3.10 Pencegahan
LO 3.11 Prognosis
LI 4. Memahami dan menjelaskan menjaga kesehatan kulit dan menutup
aurat sesuai islam

LI 1. Memahami dan menjelaskan anatomi kulit


LO 1.1Mikroskopik
Adapun ciri-ciri kulit adalah:

Pembungkus yang elastis yang melindungi kulit dari pengaruh


lingkungan.

Alat tubuh yang terberat : 15 % dari berat badan.

Luas : 1,50 1,75 m.

Tebal rata rata : 1,22mm.

Daerah yang paling tebal (66 mm), pada telapak tangan dan
telapak kaki dan paling tipis (0,5 mm) pada daerah penis.

Kulit terbagi menjadi 3 lapisan:


1) Epidermis
Terbagi atas 5 lapisan:

keterangan:
A

Melanocyt

Langerhans cell

Merkels cell

Nervnda

1 = Stratum corneum
2 = Stratum granulosum
3 = Stratum spinosum
4 = Stratum basale
5 = Basal membran

a. Stratum korneum/Lapisan tanduk


Terdiri dari beberapa lapis sel gepeng yang mati dan tidak
berinti
Protoplasmanya telah berubah menjadi keratin (zat tanduk)
b. Stratum Lusidum
Lapisan sel gepeng tanpa inti
protoplasma berubah menjadi protein (eleidin)
Biasanya terdapat pada kulit tebal telapak kaki dan telapak
tangan
9

Tidak tampak pada kulit tipis


c. Stratum granulosum / Lapisan Granular
Merupakan 2 atau 3 lapis sel gepeng
Sitoplasma berbutir kasar yang terdiri atas keratohialin dan
terdapat inti diantaranya
Mukosa tidak mempunyai lapisan ini
d. Stratum spinosum / lapisan Malphigi
Lapisan epidermis yang paling tebal
Terdiri dari sel polygonal, besarnya berbeda-beda karena ada
proses mitosis
Protoplasmanya jernih karena banyak mengandung glikogen
dan inti terletak ditengah
Terdapat jembatan antarsel
protoplasma dan tonofibril

(intecelluler bridges)

yg tdd:

Perlekatan antar jembatan membentuk nodulus Bizzozero


Terdapat juga sel langerhans yang berperan dalam respon
respon antigen kutaneus. Seperti ditunjukan dibawah
e. Stratum basale
Terdiri dari sel sel kuboid yang tegak lurus terhadap dermis
Tersusun sebagai tiang pagar atau palisade
Lapisan terbawah dari epidermis
Mengadakan mitosis dan berfungsi reproduktif
Terdapat melanosit (clear cell) yaitu sel dendritik yang yang
membentuk melanin melindungi kulit dari sinar matahari.
Dengan sitoplasma yang basofilik dan inti gelap, mengandung
butir pigmen (melanosomes)

10

Setiap kulit yang mati banyak mengandung keratin yaitu protein


fibrous insoluble yang membentuk barier terluar kulit yang berfungsi:
Mengusir mikroorganisme patogen
Mencegah kehilangan cairan yang berlebihan dari tubuh
Unsur utam yang mengerskan rambut dan kuku.
Setiap kulit yang mati akan terganti tiap 3-4 minggu. Epidermis akan
bertambah tebal jika bagian tersebut sering digunakan. Persambungan
antara epidermis dan dermis di sebut rete ridge yang berfunfgsi sebagai
tempat pertukaran nutrisi yang essensial. Dan terdapat kerutan yang disebut
fingers prints.
2) Dermis (korium)
Merupakan lapisan dibawah epidermis. Terdiri dari jaringan ikat yang
terdiri dari 2 lapisan:
a. Pars papilare
o Bagian yang menonjol ke epidermis
o Berisi ujung serabut saraf dan pembuluh darah
b. Pars retikulare
o Bagian yang menonjol ke subkutan
o Terdiri atas: serabut-serabut penunjang (kolagen, elastin,
retikulin), matiks (cairan kental asam hialuronat dan
kondroitin sulfat serta fibroblas)

11

o Terdiri dari sel fibroblast yang memproduksi kolagen dan


retikularis yang terdapat banyak p. darah, limfe, akar
rambut, kelenjar kerngat dan k. sebaseus.
3) Jaringan Subkutan atau Hipodermis / Subcutis
Terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak di dalamnya. Pada
lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah dan getah
bening.
a. Sel lemak
o Sel lemak dipisahkan oleh trabekula yang fibrosa
o Lapisan terdalam yang banyak mengandung sel liposit yang
menghasilkan banyak lemak. Disebut juga panikulus adiposa
yang berfungsi sebagai cadangan makanan
o Berfungsi juga sebagai bantalan antara kulit dan setruktur
internal seperti otot dan tulang. Sebagai mobilitas kulit,
perubahan kontur tubuh dan penyekatan panas. Sebagai
bantalan terhadap trauma. Tempat penumpukan energi
b. Vaskularisasi
Dikulit diatur oleh 2 pleksus:
o Pleksus superfisialis
o Pleksus profunda
Adneksa Kulit
1) Kelenjar-Kelenjar Pada Kulit
a. Kelenjar keringat (glandula sudorifera)
Terdapat di lapisan dermis. Diklasifikasikan menjadi 2 kategori:
-

Kelenjar Ekrin terdapat disemua kulit

Melepaskan keringat sebgai reaksi penngkatan suhu


lingkungan dan suhu tubuh.

Kecepatan sekresi keringat dikendalkan oleh saraf


simpatik. Pengeluaran keringat pada tangan, kaki, aksila,
dahi, sebagai reaksi tubuh terhadap setress, nyeri dll

Kelenjar Apokrin

12

Terdapat di aksil, anus, skrotum, labia mayora, dan


berm,uara pada folkel rambut

Kelenjar ininaktif pada masa pubertas,pada wanit a akan


membesar dan berkurang pada sklus haid

Kelenjar Apokrin memproduksi keringat yang keruh


seperti susu yang diuraikan oleh bajkteri menghasilkan
bau khas pada aksila

Pada telinga bagian luar terdapat kelenjar apokrin khusus


yang disebut K. seruminosa yang menghasilkan serumen
(wax)

2) Kelenjar Sebasea
Berfungsi mengontrol sekresi minyak ke dalam ruang antara folikel
rambut dan batang rambut yang akan melumasi rambut sehingga menjadi
halus lentur dan lunak.
Turunan Kulit
Rambut
Rambut merupakann bangunan berzat tanduk yang diproduksi oleh
folikel rambut yang merupakan pertumbuhan epitel permukaan kedalam
lapisan dermis dibawahnya. Pertumbuhan rambut berlangsung dalam bagian
pangkal folikel yang menggelembung dan disebut bulbus pili, yang terdiri
atas sel-sel epitelial yang aktif membelah dan mengitari suatu papila
jaringan ikat yang banyak mengandung pembuluh darah, dan saraf yang
penting bagi kelangsungan hidup folikel rambut. Papila dermis dalam bulbus
pili ini disebut papila pili. Batang rambut dibentuk oleh sel folikel yang paling
dalam yang membatasi papila yang disebut sel matriks. Sel-sel folikel
rambut merupakan lanjutan dari startum basal dan spinosum epidermis kulit.
Pada permulaan perkembangan semua sel pada folikel aktif bermitosis akan
tetapi seltelah folikel terdiferensiassi sempurna hanya tinggal sel-sel matriks
yang aktif bermitosis dan menghasilkan berbagai bagian rambut yaitu,
medula, korteks, dan kutikula rambut. Pigmen melanin ditemukan terjepit
diantara dan di dalam sel tersebut sehingga mewarnai rambut. M. arector pili
melekat ke sarung folikel dan berinsersi di daerah papila dermis pada
epidermis. Kontraksi ini menyebabkan rambut menegak dan menarik ke
dalam daerah tempat insersinya pada papila sehingga terjadi keadaan yang
tampak pada kulit yang merinding. Muskulus arektor pili dipersarafi oleh
sistem saraf simpatis dan penegakan rambut terjadi apabila kedinginan atau
ketakutan.
Kuku
13

Kuku berasal dari sel yang sama pada epidermis, mempunyai matriks
yang aktif bermitosis menghasilkan dasar kuku, yang merupakan lanjutan
stratum germinatif kulit. Bagian pangkal kuku diliputi suatu lipatan kulit yang
disebut eponikium atau kutikula. Lempeng kuku tumbuh dari dasar kuku
sebagai suatu lempeng zat tanduk.Dasar kuku merupakan lanjutan stratum
germinatif, terdiri atas sel-sel basal di atas membran basal dan dua atau tiga
lapisan spinosum. Di bagian proksimal kuku terdapat daerah putih yang
berbentuk bulan , disebut lunula. Stratum korneum yang mengeras di bawah
ujung bebas kuku disebut hiponikium.Pertumbuhan kuku bersifat kontinu dan
bisa digunakan sebagai indikator kesehatan seseorang seperti, adanya
lekukan dan kekeruhan sering ditemukan pada infeksi kuku.Kuku yang tipis,
mudah sobek, konkaf atau kuku sendok, menandakan adanya penyakit
seperti anemia kronik, sifilis dan demam rematik. Kuku yang kering dan
rapuh menunjukan defisiensi vitamin atau keadaan hipotiroid.
LI 2. Memahami dan menjelaskan fisiologi kulit
Kulit berfungsi untuk :
1.Proteksi
Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis atau
mekanis, gangguan kimiawi, gangguan bersifat panas, serta gangguan
infeksi luar terutama kuman/bakteri maupun jamur.
Gangguan fisik dan mekanik ditanggulangi dengan adanya bantalan
lemak subkutis, tebalnya lapisan kilit, dan serabut penunjang yang berfungsi
sebagai pelindung bagian luar tubuh. Gangguan sinar UV diatasi oleh sel
melanin yang menyerap sebagian sinar tersebut. Gangguan kimiawi
ditanggulangi dengan adanya lemak permukaan kulit yang berasal dari
kelenjar palit kulit yang mempunyai pH 5,0 6,5. Lemak permukaan kulit
juga berperan dalam mengatasi banyak mikroba yang ingin masuk ke dalam
kulit.
2.Absorpsi
Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan, maupun benda
padat. tetapi cairan yang mudah menguap lebih mungkin diserap kulit,
begitu pula zat yang larut dalam minyak. Permeabilitas kulit terhadap gas
CO2 atau O2 mengungkapkan kemungkinan kulit mempunyai peran dalam
fungsi respirasi. Kemampuan absorpsi tersebut dipengaruhi oleh tebal
tipisnya kulit, hidrasi, kelembaban, metabolisme dan jenis vehikulum.
3.Eksresi
Kelenjar-kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat sisa metabolisme berupa
NaCl. Urea, asam urat, dan ammonia. Sebum yang dihasilkan berfungsi
14

untuk melindungi kulit karena selain meminyaki kulit juga menahan


evaporasi air yang berlebihan sehingga kulit tidak menjadi kering.
4.Persepsi
Rangsang panas : badan-badan Ruffini di dermis dan subkutis.
Rangsang dingin : badan-badan Krause yang terletak di dermis.
Rangsang rabaan : badan taktil Meissner di papilla dermis dan badan Merkel
Ranvier di epidermis.
Rangsang tekan : badan Paccini di epidermis.
5.Pengaturan suhu tubuh
Termoregulasi kulit dilakukan dengan mengeluarkan keringat dan
mengerutkan pembuluh darah kulit.

6.Pembentukan pigmen
Perbandingan jumlah sel basal : melanosit adalah 10 : 1. Jumlah
melanosit dan jumlah serta besarnya butiran pigmen menentukan warna
kulit ras maupun individu. Pajanan sinar matahari mempengaruhi produksi
melanosom. Pigmen disebar ke epidermis melalui tangan-tangan dendrite,
sedangkan pada dermis melalui sel melanofag. Warna kulit juga dipengaruhi
oleh tebal tipisnya kulit, reduksi Hb, oksi Hb dan karoten.
7.Keratinisasi
Keratinosit dimulai dari sel basal yang mengadakan pembelahan, sel
basal yang lain akan berpindah ke atas dan berubah bentuknya menjadi sel
spinosum, makin ke atas makin gepeng dan bergranula menjadi sel
granulosum. Makin lama inti menghilangdan keratinosit ini menjadi sel
tanduk yang amorf. Proses ini berlangsung normal selama kira-kira 14-21
hari dan member perlindungan kulit terhadap infeksi secara mekanis
fisiologik.
8.Pembentukan vitamin D
Dimungkinkan dengan mengubah 7 dihidroksi kolesterol dengan pertolongan
sinar matahari.
9.Fungsi Ekspresi Emosi
Hasil gabungan fungsi yang telah disebut di atas menyebabkan kulit
mampu berfungsi sebagai alat untuk menentukan emosi yang terdapat
dalam jiwa manusia. Kegembiraan dapat dinyatakan oleh otot kulit muka
15

yang relaksasi dan tersenyum, kesedihan diutarakan oleh kelenjar air mata
yang meneteskan air matanya, ketegangan dengan otot kulit dan kelenjar
keringat, ketakutan oleh kontraksi pembuluh darah kapiler kulit sehingga
kulit menjadi pucat dan rasa erotik oleh kelenjar minyak dan pembuluh
darah kulit yang melebar sehingga kulit tampak semakin merah, berminyak,
dan menyebarkan bau khas.Semua fungsi kulit pada manusia berguna untuk
mempertahankan kehidupannya sama seperti organ tubuh lain.

LI 3. Memahami dan menjelaskan infeksi jamur


LO 3.1 Definisi
Dermatofitosis adalah setiap infeksi fungal superfisial yang disebabkan
oleh dermatofit dan mengenai stratum korneum kulit, rambut dan kuku,
termasuk onikomikosis dan berbagai macam bentuk tinea. Disebut juga
epidermomycosis dan epidermophytosis.
Jamur

dermatofit

dinamai

sesuai

dengan

genusnya

(mycrosporum,

trichophyton, dan epidermophyton) dan spesiesnya misalnya, microsporum


canis, t. rubrum. Beberapanya hanya menyerang manusia (antropofilik), dan
yang lainnya terutama menyerang hewan (zoofilik), walau kadang bisa
menyerang manusia. Apabila jamur hewan menimbulkan lesi dikulit pada
manusia, keberadaaan jamur tersebut sering menyebabkan suatu reaksi
inflamasi yang hebat (misalnya, cattle ringworm).
LO 3.2 Epidemiologi
Indonesia termasuk wilayah yang baik untuk pertumbuhan jamur, sehingga
dapat ditemukan hampir di semua tempat. Menurut Adiguna MS, insidensi
penyakit jamur yang terjadi di berbagai rumah sakit pendidikan di Indonesia
bervariasi antara 2,93%-27,6%. Meskipun angka ini tidak menggambarkan
populasi umum.

16

Dermatomikosis atau mikosis superfisialis cukup banyak diderita penduduk


negara tropis. Di Indonesia angka yang tepat, berapa sesungguhnya insiden
dermatomikosis belum ada. Di Denpasar, golongan penyakit ini menempati
urutan kedua setelah dermatitis. Angka insiden tersebut diperkirakan kurang
lebih sama dengan di kota-kota besar Indonesia lainnya. Di daerah
pedalaman angka ini mungkin akan meningkat dengan variasi penyakit yang
berbeda.
Sebuah

penelitian

retrospektif

yang

dilakukan

pada

penderita

dermatomikosis yang dirawat di IRNA Penyakit Kulit Dan Kelamin RSU Dr.
Soetomo Surabaya dalam kurun waktu antara 2 Januari 1998 sampai dengan
31 Desember 2002. Dari pengamatan selama 5 tahun didapatkan 19
penderita dermatomikosis. Kasus terbanyak terjadi pada usia antara 15-24
tahun (26,3%), penderita wanita hampir sebanding dengan laki-laki(10:9).
Dermatomikosis terbanyak ialah Tinea Kapitis, Aktinomisetoma, Tinea Kruris
et Korporis, Kandidiasis Oral, dan Kandidiasis Vulvovaginalis.
Jenis organisme penyebab dermatomikosis yang berhasil dibiakkan pada
beberapa rumah sakit tersebut yakni: T.rubrum, T.mentagrophytes, M.canis,
M.gypseum, M.tonsurans, E.floccosum, Candida albicans, C.parapsilosis,
C.guilliermondii, Penicillium, dan Scopulariopsis. Menurut Rippon tahun 1974
ada 37 spesies dermatofita yang menyebabkan penyakit di dunia.
Di luar seperti India, berdasarkan penelitian di India yang mengambil sampel
sebanyak 121 kasus (98 pria & 23 perempuan), dermatomikosis menempati
urutan pertama untuk kasus penyakit kulit, 103 kasus (70,5%), diikuti
candidiasis 30 kasus (20,5%) dan pitiriasis versikolor. Di Amerika endemik
dermatomikosis di daerah Utara dan barat Venezuela, brasil, dan beberapa
kasus di laporkan di Columbia dan argentina. Di Eropa infeksi tinea adalah
hal yang umum. Perkiraan insidensi penyakit ini sekitar 10-20%. Di Eropa
dermatomikosis merupakan penyakit kulit yang menempati urutan kedua.
17

Penyakit ini disebabkan oleh tinea pedis, tinea corporis, tinea cruris, dan
tinea rubrum. Tinea rubrum ditemukan pada 76,2% kasus dermatomikosis
melalui pemeriksaan sampel di Eropa.
Onset usia terjadi pada anak kecil yang baru belajar berjalan (toddlers) dan
anak usia sekolah. Paling sering menyerang anak berusia 6-10 tahun dan
juga pada usia dewasa.
Frekuensi infeksi pada spesies tertentu antara lain:

Sekitar 58% dermatofita yang terisolasi adalah trichophyton rubrum


27% Trichophyton mentagrophytes
7% Trichophyton verrucosum
3% Trichophyton tonsurans
Kecil dari 1 % yang terisolasi: Epidermophyton floccosum, Microsporum
audouinii, Microsporum canis, Microsporum equinum, Microsporum
nanum, Microsporum versicolor, Trichophyton equinum, Trichophyton
kanei, Trichophyton raubitschekii, and Trichophyton violaceum.10

LO 3.3

Etiologi

Berdasarkan

sifat

makro

dan

mikro,

dermatofita

dibagi

menjadi:

microsporum, tricopyton, dan epidermophyton. Yang paling terbanyak


ditemukan

di

Indonesia

adalah

T.rubrum.

dermatofita

lain

adalah:

E.floccosum, T.mentagrophytes, M. canis, M. gypseum, T.cocentricum,


T.schoeleini dan T. tonsurans.

Microsporum
Kelompok dermatofita yang bersifat keratofilik, hidup pada tubuh manusia
(antropofilik) atau pada hewan (zoofilik). Merupakan bentuk aseksual dari
jamur. Terdiri dari 17 spesies, dan yang terbanyak adalah:

SPECIES

CLASSIFICATION (NATURAL RESERVOIR)

Microsporum audouinii

Anthropophilic

Microsporum canis

Zoophilic (Cats and dogs)


18

Microsporum cooeki

Geophilic (also isolated from furs of cats, dogs,


and rodents)

Microsporum

Anthropophilic

ferrugineum
Microsporum gallinae

Zoophilic (fowl)

Microsporum gypseum

Geophilic (also isolated from fur of rodents)

Microsporum nanum

Geophilic and zoophilic (swine)

Microsporum persicolor

Zoophilic (vole and field mouse)

Spesies Microsporum.
Koloni mikrosporum adalah glabrous, serbuk halus, seperti wool atau powder.
Pertumbuhan pada agar Sabouraud dextrose pada 25C mungkin melambat
atau sedikit cepat dan diameter dari koloni bervariasi 1- 9 cm setelah 7 hari
pengeraman. Warna dari koloni bervariasi tergantung pada jenis itu. Mungkin
saja putih seperti wol halus yang masih putih atau menguning sampai
cinamon.

Epidermophyton
Jenis Epidermophyton terdiri dari dua jenis; Epidermophyton floccosum dan
Epidermophyton stockdaleae. E. stockdaleae dikenal sebagai non-patogenik,
sedangkan E. floccosum satu-satunya jenis yang menyebabkan infeksi pada
manusia. E. floccosum adalah satu penyebab tersering dermatofitosis pada
individu tidak sehat. Menginfeksi kulit (tinea corporis, tinea cruris, tinea
pedis) dan kuku (onychomycosis). Infeksi terbatas kepada lapisan korneum
kulit luar.koloni E. floccosum tumbuh cepat dan matur dalam 10 hari. Diikuti
inkubasi pada suhu 25 C pada agar potato-dextrose, koloni kuning kecoklatcoklatan

Tricophyton
19

Trichophyton adalah suatu dermatofita yang hidup di tanah, binatang atau


manusia. Berdasarkan tempat tinggal terdiri atas anthropophilic, zoophilic,
dan geophilic. Trichophyton concentricum adalah endemic pulau Pacifik,
Bagian tenggara Asia, dan Amerika Pusat. Trichophyton adalah satu
penyebab infeksi pada rambut, kulit, dan kuku pada manusia.

NATURAL

HABITATS

SPECIES
Species
Ajelloi
Concentricum
Equinum
Erinacei
Flavescens
Gloriae
Interdigitale
Megnini
Mentagrophytes

OF

TRICHOPHYTON

Natural Reservoir
Geophilic
Anthropophilic
zoophilic (horse)
zoophilic (hedgehog)
geophilic (feathers)
Geophilic
Anthropophilic
Anthropophilic
zoophilic
(rodents,
rabbit) /

Phaseoliforme
Rubrum
Schoenleinii
Simii
Soudanense
Terrestre
Tonsurans
Vanbreuseghemii
Verrucosum
Violaceum
Yaoundei
Spesies Trichophyton
LO 3.4

anthropophilic
Geophilic
Anthropophilic
Anthropophilic
zoophilic (monkey, fowl)
Anthropophilic
Geophilic
Anthropophilic
Geophilic
zoophilic (cattle, horse)
Anthropophilic
anthropophilic

Klasifikasi

TINEA KAPITIS
(Scalp ring worm ;Tinea Tonsurans)
20

Biasanya penyakit ini banyak menyerang anak-anak dan sering


ditularkan melalui binatang- binatang peliharaan seperti kucing, anjing dan
sebagainya.
Berdasarkan bentuk yangkhas Tinea Kapitis dibagi dalam 4 bentuk :
1. Gray pacth ring worm
Penyakit ini dimulai dengan papula merah kecil yang melebar ke
sekitarnya dan membentuk bercak yang berwarna pucat dan bersisik. Warna
rambut jadi abu-abu dan tidak mengkilat lagi, serta mudah patah dan
terlepas dari akarnya, sehingga menimbulkan alopesia setempat.
Dengan

pemeriksaan

sinar

wood

tampak

flouresensi

kekuning-

kuningan pada rambut yang sakit melalui batas "Grey pacth" tersebut. Jenis
ini biasanya disebabkan spesies Microsporum dan Trichophyton.

2. Black dot ring worm


Terutama disebabkan oleh T. tonsurans, T. violaseum, mentagrofites.
infeksi jamur terjadi di dalam rambut (endotrik) atau luar rambut (ektotrik)
yang menyebabkan rambut putus tepat pada permukaan kulit kepala. Ujung
rambut tampak sebagai titik-titik hitam diatas permukaan ulit, yang
berwarna kelabu sehingga tarnpak sebagai gambaran back dot". Biasanya
bentuk ini terdapat pada orang dewasa dan lebih sering pada wanita.
Rambut sekitar lesi juga jadi tidak bercahaya lagi disebabkan kemungkinan
sudah

terkena

infeksi

penyebab

utama

adalah

T.

tonsusurans

dan

T.violaseum.
21

3. Kerion
Bentuk ini adalah yang serius, karena disertai dengan radang yang
hebat yang bersifat lokal, sehingga pada kulit kepala tampak bisul-bisul kecil
yang berkelompok dan kadang-kadang ditutupi sisik-sisik tebal. Rambut di
daerah ini putus-putus dan mudah dicabut. Bila kerion ini pecah akan
meninggalkan suatu daerah yang botak permanen oleh karena terjadi
sikatrik. Bentuk ini terutama disebabkan oleh Mikosporon kanis, M. gipseum ,
T.tonsurans dan T. Violaseum.
4. Tinea favosa
Kelainan di kepala dimulai dengan bintik-bintik kecil di bawah kulit
yang berwarna merah kekuningan dan berkembang menjadi krusta yang
berbentuk cawan (skutula), serta memberi bau busuk seperti bau tikus
"moussy odor". Rambut di atas skutula putus-putus dan mudah lepas dan
tidak mengkilat lagi. Bila menyembuh akan meninggalkan jaringan parut dan
alopesia yang permanen. Penyebab utamanya adalah Trikofiton schoenleini,
T. violasum dan T. gipsum.
Oleh karena Tinea kapitis ini sering menyerupai penyakit-penyakit kulit
yang menyerang daerah kepala, maka penyakit ini harus dibedakan dengan
penyakit-penyakit bukan oleh jamur seperti: Psoriasis vulgaris dan Dermatitis
seboroika.
TINEA KORPORIS
(Tinea circinata=Tinea glabrosa)
Penyakit ini banyak diderita oleh orang-orang yang kurang mengerti
kebersihan dan banyak bekerja ditempat panas, yang banyak berkeringat
serta kelembaban kulit yang lebih tinggi. Predileksi biasanya terdapat
dimuka, anggota gerak atas, dada, punggung dan anggota gerak bawah.
Bentuk yang klasik dimulai dengan lesi-lesi yang bulat atau lonjong
dengan tepi yang aktif. Dengan perkembangan ke arah luar maka bercak22

bercak bisa melebar dan akhirnya dapat memberi gambaran yang polisiklis,
arsiner, atau sirsiner. Pada bagian tepi tampak aktif dengan tanda-tanda
eritema, adanya papula-papula dan vesikel, sedangkan pada bagian tengah
lesi relatif lebih tenang. Bila tinea korporis ini menahun tanda-tanda aktif jadi
menghilang

selanjutnya

hanya

meningggalkan

daerah-daerah

yang

hiperpigmentasi saja. Kelainan-kelainan ini dapat terjadibersama-sama


dengan Tinea kruris.
Penyebab utamanya adalah : T.violaseum, T.rubrum, T.metagrofites. M.
gipseum, M. kanis, M. audolini. penyakit ini sering menyerupai:
1. Pitiriasis rosea
2. Psoriasis vulgaris
3. Morbus hansen tipe tuberkuloid
4. Lues stadium II bentuk makulo-papular.
TINEA KRURIS
(Eczema marginatum."Dhobi itch", "Jockey itch")
Penyakit ini memberikan keluhan perasaan gatal yang menahun,
bertambah hebat bila disertai dengan keluarnya keringat. Kelainan yang
timbul dapat bersifat akut atau menahun. Kelainan yang akut memberikan
gambaran yang berupa makula yang eritematous dengan erosi dan kadangkadang terjadi ekskoriasis. Pinggir kelainan kulit tampak tegas dan aktif.
Apabila kelainan menjadi menahun maka efloresensi yang nampak
hanya makula yang hiperpigmentasi disertai skuamasi dan likenifikasi.
Gambaran yang khas adalah lokalisasi kelainan, yakni daerah lipat paha
sebelah dalam, daerah perineum dan sekitar anus. Kadang-kadang dapat
meluas sampai ke gluteus, perot bagian bawah dan bahkan dapat sampai ke
aksila.
Penyebab utama adalah Epidermofiton flokkosum, T. rubrum dan T.
mentografites.
Diagnosa Banding:
1. Kandidiasis inguinalis
23

2. Eritrasma
3. Psoriasis vulgaris
4. Pitiriasis rosea

TINEA MANUS DAN TINEA PEDIS


Tinea pedis disebut juga Athlete's foot = "Ring worm of the foot".
Penyakit ini sering menyerang orang-orang dewasa yang banyak bekerja di
tempat basah seperti tukang cuci, pekerja-pekerja di sawah atau orangorang yang setiap hari harus memakai sepatu yang tertutup seperti anggota
tentara. Keluhan subjektif bervariasi mulai dari tanpa keluhan sampai rasa
gatal yang hebat dan nyeri bila ada infeksi sekunder.
Ada 3 bentuk Tinea pedis:
1. Bentuk intertriginosa
Keluhan yang tampak berupa maserasi, skuamasi serta erosi, di celahcelah jari terutama jari IV dan jari V. Hal ini terjadi disebabkan kelembaban di
celah-ceIah jari tersebut membuat jamur-jamur hidup lebih subur. Bila
menahun dapat terjadi fisura yang nyeri bila kena sentuh. Bila terjadi infeksi
dapat menimbulkan selulitis atau erisipelas disertai gejala-gejala umum.
2. Bentuk hiperkeratosis

24

Terjadi penebalan kulit disertai sisik terutama ditelapak kaki, tepi kaki
dan punggung kaki. Bila hiperkeratosisnya hebat dapat terjadi fisura-fisura
yang dalam pada bagian lateral telapak kaki.
3. Bentuk vesikuler subakut
Kelainan-kelainan yang timbul di mulai pada daerah sekitar antar jari,
kemudian meluas ke punggung kaki atau telapak kaki. Tampak ada vesikel
dan bula yang terletak agak dalam di bawah kulit, diserta perasaan gatal
yang hebat. Bila vesikel-vesikel ini memecah akan meninggalkan skuama
melingkar yang disebut Collorette. Bila terjadi infeksi akan memperhebat dan
memperberat keadaan sehingga dapat terjadi erisipelas. Semua bentuk yang
terdapat pada Tinea pedis, dapat terjadi

pada

Tinea

manus, yaitu

dermatofitosis yang menyerang tangan. Penyebab utamanya ialah : T


.rubrum, T .mentagrofites, dan Epidermofiton flokosum.
Tinea manus dan Tinea pedis harus dibedakan dengan:
1. Dermatitis kontak akut alergis
2. Skabiasis
3. Psoriasispustulosa
TINEA UNGUIUM
(Onikomikosis = ring worm of the nails)
Penyakit ini dapat dibedakan dalam 3 bentuk tergantung jamur
penyebab dan permulaan dari dekstruksi kuku. Subinguinal proksimal bila
dimulai dari pangkal kuku, Subinguinal distal bila di mulai dari tepi ujung dan
Leukonikia trikofita bila di mulai dari bawah kuku. Permukaan kuku tampak
suram tidak mengkilat lagi, rapuh dan disertai oleh subungual hiperkeratosis.
Dibawah kuku tampak adanya detritus yang banyak mengandung elemen
jamur.
Onikomikosis ini merupakan penyakit jamur yang kronik sekali,
penderita minta pertolongan dokter setelah menderita penyakit ini setelah
beberapa lama, karena penyakit ini tidak memberikan keluhan subjektif,

25

tidak gatal, dan tidak sakit. Kadang-kadang penderita baru datang berobat
setelah seluruh kukunya sudah terkena penyakit.
Penyebab utama adalah : T. rubrum, T. mentagrophytes
Diagnosis banding:
1. Kandidiasis kuku
2. Psoriasis yang menyerang kuku
3. Akrodermatitis persisten

TINEA BARBAE
Penderita Tinea barbae ini biasanya mengeluh rasa gatal di daerah
jenggot, jambang dan kumis, disertai rambut-rambut di daerah itu menjadi
putus. Ada 2 bentuk yaitu superfisialis dan kerion
1) Superfisialis
Kelainan-kelainan berupa gejala eritem, papel dan skuama yang mulamula kecil selanjutnya meluas ke arah luar dan memberi gambaran polisiklik,
dengan bagian tepi yang aktif. Biasanya gambaran seperti ini menyerupai
tinea korporis.
26

2) Kerion
Bentuk ini membentuk lesi-lesi yang eritematous dengan ditutupi
krusta atau abses kecil dengan permukaan membasah oleh karena erosi.
Tinea barbae ini didiagnosa banding dengan :
1. Sikosis barbae (folikulitis oleh karena piokokus)
2. Karbunkel
3. Mikosis dalam

TINEA IMBRIKATA
Penyakit ini adalah bentuk yang khas dari Tinea korporis yang
disebabkan oleh Trikofiton konsentrikum. Gambaran klinik berupa makula
yang eritematous dengan skuama yang melingkar.
Apabila diraba terasa jelas skuamanya menghadap ke dalam. Pada
umumnya pada bagian tengah dari lesi tidak menunjukkan daerah yang
lebih tenang, tetapi seluruh makula ditutupi oleh skuama yang melingkar.
Penyakit

ini

sering

menyerang

seluruh

permukaan

tubuh

sehingga

menyerupai :
1. Eritrodemia
2. Pempigus foliaseus
3. Iktiosis yang sudah menahun

27

LO 3.5

Patofisiologi

Cara penularan jamur dapat secara langsung maupun tidak langsung.


Penularan langsung dapat secara fomitis, epitel, rambut yang mengandung
jamur baik dari manusia, binatang, atau tanah. Penularan tidak langsung
dapat melalui tanaman, kayu yang dihinggapi jamur, pakaian debu. Agen
penyebab juga dapat ditularkan melalui kontaminasi dengan pakaian,
handuk atau sprei penderita atau autoinokulasi dari tinea pedis, tinea
inguium, dan tinea manum.
Jamur ini menghasilkan keratinase yang mencerna keratin, sehingga
dapat memudahkan invasi ke stratum korneum. Infeksi dimulai dengan
kolonisasi hifa atau cabang-cabangnya didalam jaringan keratin yang
mati. Hifa ini menghasilkan enzim keratolitik yang berdifusi ke jaringan
epidermis dan menimbulkan reaksi peradangan. Pertumbuhannya dengan
pola radial di stratum korneum menyebabkan timbulnya lesi kulit dengan
batas yang jelas dan meninggi (ringworm). Reaksi kulit semula berbentuk
papula yang berkembang menjadi suatu reaksi peradangan.
Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya kelainan di kulit
adalah:
a. Faktor virulensi dari dermatofita
Virulensi ini bergantung pada afinitas jamur apakah jamur antropofilik,
zoofilik, geofilik. Selain afinitas ini massing-masing jamur berbeda pula
satu dengan yang lain dalam hal afinitas terhadap manusia maupun
bagian-bagian
dari
tubuh
misalnya: Trichopyhton
rubrum jarang
menyerang
rambut, Epidermophython
fluccosum paling
sering
menyerang liapt paha bagian dalam.
b. Faktor trauma
Kulit yang utuh tanpa lesi-lesi kecil lebih susah untuk terserang jamur.
c. Faktor suhu dan kelembapan
Kedua faktor ini jelas sangat berpengaruh terhadap infeksi jamur, tampak
pada lokalisasi atau lokal, dimana banyak keringat seperti pada lipat
paha, sela-sela jari paling sering terserang penyakit jamur.
d. Keadaan sosial serta kurangnya kebersihan
Faktor ini memegang peranan penting pada infeksi jamur dimana terlihat
insiden penyakit jamur pada golongan sosial dan ekonomi yang lebih
rendah sering ditemukan daripada golongan ekonomi yang baik
e. Faktor umur dan jenis kelamin (Boel, Trelia.Drg. M.Kes.2003)

28

Infeksi dermatofita melibatkan tiga langkah utama: perlekatan ke


keratinosit, penetrasi melalui dan diantara sel, dan perkembangan respon
host.
1. Perlekatan.
Jamur superfisial harus melewati berbagai rintangan untuk bisa melekat
pada jaringan keratin diantaranya sinar UV, suhu, kelembaban, kompetisi
dengan flora normal dan sphingosin yang diproduksi oleh keratinosit.
Asam lemak yang diproduksi oleh glandula sebasea juga bersifat
fungistatik.
2. Penetrasi.
Setelah terjadi perlekatan, spora harus berkembang dan menembus
stratum korneum pada kecepatan yang lebih cepat daripada proses
desquamasi. Penetrasi juga dibantu oleh sekresi proteinase, lipase dan
enzim mucinolitik, yang juga menyediakan nutrisi untuk jamur. Trauma
dan maserasi juga membantu penetrasi jamur kejaringan. Fungal mannan
didalam dinding sel dermatofita juga bisa menurunkan kecepatan
proliferasi keratinosit. Pertahanan baru muncul ketika begitu jamur
mencapai lapisan terdalam dari epidermis.
3. Perkembangan respons host.
Derajat inflamasi dipengaruhi oleh status imun pasien dan organisme
yang terlibat. Reaksi hipersensitivitas tipe IV, atau Delayed Type
Hipersensitivity (DHT) memainkan peran yang sangat penting dalam
melawan dermatofita. Pada pasien yang belum pernah terinfeksi
dermatofita sebelumnya, infeksi primer menyebabkan inflamasi minimal
dan trichopitin tes hasilnya negative.infeksi menghasilkan sedikit eritema
dan skuama yang dihasilkan oleh peningkatan pergantian keratinosit.
Dihipotesakan bahwa antigen dermatofita diproses oleh sel langerhans
epidermis dan dipresentasikan dalam limfosit T di nodus limfe. Limfosit T
melakukan proliferasi dan bermigrasi ketempat yang terinfeksi untuk
menyerang jamur. Pada saat ini, lesi tiba-tiba menjadi inflamasi, dan
barier epidermal menjadi permeable terhadap transferin dan sel-sel yang
bermigrasi. Segera jamur hilang dan lesi secara spontan menjadi sembuh
LO 3.6 Manifestasi klinis
Tinea Pedis
Infeksinya anthropophilic dermatophytes biasanya disebabkan oleh
adanya elemen hifa dari jamur yang mampu menginfeksi kulit. Skala
29

desquamasi kulit bisa terinfeksi di lingkungan selama berbulan-bulan atau


tahun. Oleh karena itu transmisi bisa terjadi dengan kontak tidak langsung
lama setelah infeksi terjadi.Bahan seperti karpet yang kontak dengan kulit
vektor sempurna. Begitu, transmisi dermatophytes suka Trichophyton
rubrum, T. interdigitale dan Epidermophyton floccosum yang biasnya pada
kaki. infeksi di sini sering kronis dan tidak menimbulkan keluhan selama
beberapa tahun dan hanya ketika menyebar kebagian lain, biasanya di kulit.

Tinea unguium (dermatophytic onycomicosis, ringworm of the nail)


Trichophyton rubrum dan T. interdigitale adalah spesies yang sering
menyebabkan tinea unguium. Dermatofita jenis unguium digolongkan
menjadi dua bagian utama: (1). Superficial white-onycomycosis yang
menempel atau membuat lubang pada permukaan kuku. (2). Invasif,
subungual dermatofita yang lateral dari proximal atau pun distal. Diikuti
dengan menetapnya infeksi pada dasar kuku. Onycomycosis subungual
distal adalah bentuk umum dari onycomycosis dermatofita. Jamur
menyerang bagian distal bantalan jari yang menyebabkan hiperkeratosis dari
bantalan kuku dengan onycolisis dan menyebabkan penebalan lempeng
kuku.
Seperti namanya onycomycosis subungual lateral dimulai dari bagian
lateral kuku dan sering menyebar melibatkan semua lempeng kuku. Pada
onycomycosis subungual proximal jamur menginvasi kebawah kutikula dan
menginfeksi bagian proximal daripada bagian distal karena spot yellow-white
akan menyerang lunula terlebih dahulu kemudian meluas ke lempeng kuku.
Tinea kruris (eczema marginatum, dhobie itch, ringworm of the
groin)
Tinea kruris adalah dermatofitosis pada lipat paha, daerah perineum,
dan sekitar anus. Kelainan ini dapat bersifat akut ataupun menahun, bahkan
dapat merupakan penyakit yang berlangsung seumur hidup. Lesi kulit dapat
berbatas pada daerah genito-krural saja, atau meluas ke daerah sekitar
anus, daerah gluteus, dan perut bagian bawah, atau bagian tubuh yang lain.
Kelainan kulit yang tampak pada sela paha merupakan lesi berbatas
tegas. Peradangan pada tepi lebih nyata daripada daerah di tengahnya.
Fluoresensi terdiri atas bermacam-macam bentuk yang primer dan sekunder
(polimorfik). Bila menahun dapat disertai bercak hitam dan bersisik. Erosi
dan keluarnya cairan terjadi akibat garukan. Dan tinea kruris merupakan
bentuk klinis tersering di Indonesia.
Dermatofit T rubrum menjadi penyebab yang paling umum untuk tinea
cruris. T rubrum menjadi dermatofit yang lazim 90% dari kasus tinea cruris,
diikuti T tonsurans ( 6%) dan T mentagrophytes ( 4%). Organisme lain,
30

termasuk E floccosum dan T verrucosum, menyebabkan suatu kondisi klinis


yang serupa. Infeksi T rubrum dan E floccosum lebih cenderung untuk
menjadi
kronis
dan
non-inflamatori,
sedangkan
infeksi
oleh
T
mentagrophytes sering dihubungkan dengan suatu presentasi klinis merah,
menyebabkan peradangan akut.
Agen yang pada umumnya menyebabkan tinea kruris antara lain: T.
rubrum, T. interdigitale dan E. floccosum.
Tinea kapitis
Tinea kapitis adalah kelainan pada kulit dan rambut kepala yang
disebabkan oleh spesies dermatofita. Kelainan ini dapat ditandai dengan lesi
bersisik, kemerahan, alopesia dan kadang-kadang terjadi gambaran klinis
yang lebih berat, yang disebut kerion. Ada tiga bentuk tinea kapitis:
1.

Gray patch ring-worm, merupakan tinea kapitis yang biasanya


disebabkan oleh genus microsporum dan sering ditemukan pada anakanak. Penyakit mulai dengan papul merah yang kecil di sekitar rambut.
Papul ini melebar dan membentuk bercak, yang menjadi pucat dan
bersisik. Keluhan penderita adalah rasa gatal. Warna rambut menjadi
abu-abu dan tidak berkilat lagi. Rambut mudah patah dan terlepas dari
akarnya sehingga mudah dicabut dengan pinset tanpa rasa nyeri.
Semua rambut di daerah tersebut terserang oleh jamur dan
menyebabkan alopesia setempat. Tempat-tempat terlihat sebagai gray
patch, yang pada klinik tidak menunjukan batas daerah sakit dengan
pasti. Pada pemeriksaan lampu wood terlihat fluoresensi hijau
kekuningan pada rambut yang sakit, melampaui batas dari gray patch
tersebut. Tinea kapitis disebabkan oleh microsporum audouini
biasanya disertai tanda peradangan, hanya sesekali berbentuk kerion.

2.

Kerion, merupakan tinea kapitis yang terutama disebabkan oleh


Microsporum canis (Mulyono, 1986). Bentuk yang disertai dengan
reaksi peradangan yang hebat. Lesi berupa pembengkakan
menyerupai sarang lebah, dengan sebukan radang di sekitarnya.
Kelainan ini menimbulkan jaringan parut yang menetap.

3.

Black dot ring-worm, merupakan tinea kapitis yang terutama


disebabkan oleh Trichophyton tonsurans dan Trichophyton violaceum
(Mulyono, 1986). Gambaran klinis berupa terbentuknya titik-titik hitam
pada kulit kepala akibat patahnya rambut yang terinfeksi tepat di
muara folikel. Ujung rambut yang patah dan penuh spora terlihat
sebagai titik hitam. Diagnosis banding pada tinea kapitis adalah
alopesia areata, dermatitis seboroik dan psoriasis (Siregar, 2005). 13

Tinea korporis (tinea sirsinata, tinea glabrosa, scherende flechte,


kurap, herpes sircine trichophytique)
31

Merupakan dermatofitosis pada kulit tubuh yang tidak berambut (glabrous


skin).
1.

Kelainan yang dilihat dalam klinik merupakan lesi bulat atu lonjong,
berbatas tegas terdiri dari eritema, squama, kadang-kadang dengan
vesikel dan papul ditepi. Daerah tengah biasanya tenang. Kadang
terlihat erosi dan krusta akibat garukan. Lesi-lesi pada umumnya
merupakan bercak-bercak terpisah satu dengan yang lain. Dapat
terlihat sebagai lesi dengan tepi polisiklik, karena beberapa lesi kulit
menjadi satu.

2.

Tinea korporis yang menahun tanda radang yang mendadak biasanya


tidak terlihat lagi. Kelainan ini dapat terjadi pada tiap bagian tubuh dan
bersama-sama dengan kelainan pada sela paha. Dalalm hal ini disebut
tinea korporis et kruris atau sebaliknya tinea kruris et korporis. Bentuk
menahun dari trichophyton rubrum biasanya dilihat bersama-sama
dengan tinea unguium.

3.

Bentuk khas dari tinea korporis yang disebabkan oleh trichophyton


concentricum disebut tinea imbrikata. Tinea imbrikata dimulai dengan
bentuk papul berwarna coklat, yang perlahan menjadi besar. Stratum
korneum bagian tengah ini terlepas dari dasarnya dan melebar. Proses
ini setelah beberapa waktu mulai lagi dari bagian tengah, sehingga
terbentuk lingkaran-lingkaran berskuama yang kosentris.

Bentuk tinea korporis yang disertai kelainan pada rambut adalah tinea
favosa atau favus. Penyakit ini biasanya dimulai dikepala sebagai titik kecil di
bawah kulit yang berwarna merah kuning dan berkembang menjadi krusta
berbentuk cawan (skutula) dengan berbagai ukuran. Krusta tersebut
biasanya tembus oleh satu atau dua rambut dan bila krusta diangkat terlihat
dasar yang cekung merah dan membasah. Rambut tidak berkilat lagi dan
terlepas. Bila tidak diobati, penyakit ini meluas keseluruh kepala dan
meninggalkan parut dan botak. Berlainan dengan tinea korporis yang
disebabkan oleh jamur lain, favus tidak menyembuh pada usia akil balik.
Biasanya tercium bau tikus (mousy odor) pada para penderita favus. Tiga
spesies dermatofita yang menyebabkan favus, yaitu trichophyton
schoenleini, trichophyton violaceum, dan microsporum gypseum. Berat
ringan bentuk klinis yang tampak tidak bergantung pada spesies jamur
penyebab, akan tetapi lebih banyak dipengaruhi oleh tingkat kebersihan,
umur, dan ketahanan penderita penderita.

LO 3.7

Diagnosis dan diagnosis banding

Anamnesis

32

Keluhan penderita adalah rasa gatal dan kemerahan di regio


inguinalis dan dapat meluas ke sekitar anus, intergluteal sampai
ke gluteus. Dapat pula meluas ke supra pubis dan abdomen
bagian bawah. Rasa gatal akan semakin meningkat jika banyak
berkeringat. Riwayat pasien sebelumnya adalah pernah memiliki
keluhan yang sama. Pasien berada pada tempat yang beriklim
agak lembab, memakai pakaian ketat, bertukar pakaian dengan
orang

lain,

aktif

berolahraga,

menderita

diabetes

mellitus.

Penyakit ini dapat menyerang pada tahanan penjara, tentara, atlit


olahraga dan individu yang beresiko terkena dermatophytosis.
Pemeriksaan Fisik dan Lab.
Efloresensi terdiri atas bermacam-macam bentuk yang primer dan
sekunder. Makula eritematosa, berbatas tegas dengan tepi lebih
aktif terdiri dari papula atau pustula. Jika kronis atau menahun
maka efloresensi yang tampak hanya makula hiperpigmentasi
dengan skuama diatasnya dan disertai likenifikasi. Garukan kronis
dapat menimbulkan gambaran likenifikasi.
1. Dengan Lampu Wood (Woods Lamp)
Suatu lampu UV (3500 Ao) yang dilengkapi dengan filter khusus
terbuat dari nickel oxyde & silica, shg. sinar yang keluar hanya
mempunyai gelombang 320-400 nm
Kalau sinar tsb. mengenai kulit yang mengandung jamur /
miselium maka kulit tersebut akan timbul fluoresensi.
Cara:

kulit

atau

rambut

yg

akan

diperiksa

harus

bersih,

pemeriksaan dilakukan di kamar gelap, lampu Wood diletakkan dg


jarak 10-15 cm dari permukaan kulit.
2. Dengan mikroskopis
Untuk melihat elemen jamur (skuama,kuku & rambut)
33

Menggunakan KOH 10-30 %


Bahan pemeriksaan: kulit, kuku & rambut , dibersihkan dg alkohol
70% utk mengangkat kotoran.
Bahan pemeriksaan kulit: skuama diambil dari daerah pinggir lesi
yg > aktif, bukan dari tengah lesi
Bahan pemeriksaan kuku: diambil dari bagian kuku yg diduga
terinfeksi dg skalpel / kuret kulit, diambil fragmen kuku
Bahan

pemeriksaan rambut: dipilih rambut yg tidak mengkilap

atau kusam
Skuama :
Skuama + KOH (10-20%) biarkan 5` - 10`
Dilihat

dibawah

mikroskop

dengan

pembesaran

lemah

&

diapragma ditutup atau dikecilkan


(+) : berarti ada jamurnya
Terlihat :
-

batang-batang seperti pita panjang

beruas-ruas

bercabang

pada ujungnya ada budding

fluorescensi kuning kehijauan

tidak terikat pada batas2 sel str. Corneum

Rambut

Potongan rambut + KOH 10-20% biarkan 10` - 15`


sesudah 15` dilihat dibawah mikroskop dengan pembesaran

lemah diapragma ditutup atau dikecilkan.


Kalau (+) akan tampak spora :
- Endothrix spora berderet-deret diantara cuticula dalam
-

rambut.
Ectothrix spora menempel pada rambut.

Kuku

34

Potongan-potongan kuku direndam dengan KOH 30 % dalam


tabung kecil, biarkan selama 48 jam dalam suhu kamar, kuku akan

hancur jadi bubur.


Dilihat dibawah mikroskop

diapragma ditutup / dikecilkan.


Kalau (+) : didapat spora dan atau mycelium

dengan

pembesaran

lemah

dan

3. Dengan cara kultur/biakan


Biakan diperlukan untuk identifikasi > akurat
Skuama, kuku & rambut yang telah dipotong kecil, diletakkan
media dengan alat (ose) kemudian tempatkan dalam ruang
dengan suhu kamar (udara kamar), kalau (+) akan ada koloni
dengan bentuk & warna yang berbeda tergantung dermatofitanya.
Kemudian koloni diambil sedikit dilihat dengan mikroskop untuk
mencari makrospora.
Spesifisitas mencapai 98%.
4. Dengan biopsi histopatologi
Dilakukan untuk penyakit jamur yang mengenai kulit & jaringan di
bawah kulit, seperti misetoma, kromomikosis & fimomikosis
subkutis
Kulit berpenyakit dibiopsi, kemudian dikirim ke PA
Dengan pulasan hematoksilin eosin dapat

dilihat adanya spora

atau miselium dalam stratum korneum


5. Dengan tes kulit
Bahannya untuk test : Trichophytin
disuntikkan secara intra kutan
Hasil :
(-) berarti tidak menderita atau baru saja terkena infeksi
(+) berarti menderita penyakit atau baru saja sembuh
Tanda (+) : ada urtika pada tempat suntikan

Diagnosis Banding

35

Gejala

Tinea
capitis
+
(pd kepala)

Allopecia

Batas

Tegas,
eromatous
Kusam,
mudah patah

Rambut

Allopecia
Areata
+
(Pd
kepala,
alis, janggut)
Tegas,
bulat/lonjong
patah

Skuama

Nyeri
Gatal
Papul
eritem

-/+
+
+

Trikotiloma
nia
+

Dermatitis
Seboroik
+

Tidak tegas

Tegas, tidak
erimatous
putus tidak Tidak patah
tepat pd kulit
kepala
Berminyak
dan
kekuningan
eritema

1. Allopecia Areata kebotakan rambut yang penyebabnya belum


diketahui. Dengan gejala adanya bercak kerontokan/kebotakan rambut
pada daerah kulit kepala, alis, janggut. Batasnya tegas bulat/lonjong,
tapi tidak ada sisik/skuama.
2. Trikotilomania kelainan berupa keinginan atau kesenangan menarik
rambut sendiri sehingga terjadi kebotakan rambut. Hal ini diduga
dipengaruhi oleh faktor psikis.
3. Dermatitis Seboroik peradangan kulit pada daerah yang banyak
terdapat kelenjar sebasea. Gejalanya dapat berupa eritema, skuama
yang berminyak berwarna kekuningan, dan batasnya tidak tegas.

LO 3.8

Penatalaksanaan

Pengobatan dermatofitosis sering tergantung pada klinis. Sebagai contoh lesi


tunggal pada kulit dapat diterapi secara adekuat dengan antijamur topikal.
walaupun pengobatan topikal pada kulit kepala dan kuku sering tidak efektif
dan

biasanya

membutuhkan

terapi

sistemik

untuk

sembuh.

Infeksi

dermatofitosis yang kronik atau luas, tinea dengan implamasi akut dan tipe
"moccasin" atau tipe kering jenis t.rubrum termasuk tapak kaki dan dorsum
kaki biasanya juga membutuhkan terapi sistemik. Idealnya, konfirmasi
36

diagnosis mikologi hendaknya diperoleh sebelum terapi sistemik antijamur


dimulai. Pengobatan oral, yang dipilih untuk dermatofitosis adalah:
Infeksi
Tinea

Rekomendasi
Terbinafine

unguium

mg/hr

(Onychomyc

untuk

kuku

osis)

tangan, 12

Alternatif
250 Itraconazole 200 mg/hr /3-5 bulan atau 400

minggu mg/hr seminggu per bulan selama 3-4


jari bulan berturut-turut.
Fluconazole 150-300 mg/ mgg s.d sembuh

minggu untuk kuku (6-12 bln) Griseofulvin 500-1000 mg/hr s.d


Tinea capitis

jari kaki
Griseofulvin

sembuh (12-18 bulan)


Terbinafine 250 mg/hr/4 mgg

500mg/day

Itraconazole 100 mg/hr/4mgg

10mg/kgBB/hari) Fluconazole 100 mg/hr/4 mgg

s/d

sembuh

Tinea

minggu)
Griseofulvin

corporis

mg/hr

(6-8
500 Terbinafine 250 mg/hr selama 2-4 minggu
sampai Itraconazole 100 mg/hr selama 15 hr atau

sembuh

(4-6 200mg/hr selama 1 mgg.

minggu), sering

Fluconazole 150-300 mg/mggu selama 4

dikombinasikan

mgg.

dengan
Tinea cruris

imidazol.
Griseofulvin
mg/hr

500 Terbinafine 250 mg/hr selama 2-4 mgg


sampai Itraconazole 100

sembuh (4-6 minggu)

mg/hr selama 15 hr atau 200 mg/hr selama


1 mgg.

Tinea pedis

Fluconazole 150-300 mg/hr selama 4 mgg.


Terbinafine 250 mg/hr selama 2-4 mgg

Griseofulvin
500mg/hr

sampai Itraconazole 100

sembuh (4-6 minggu)

mg/hr selama 15 hr atau 200mg/hr selama


1 mgg.
Fluconazole 150-300 mg/mgg selama 4
37

Chronic

Terbinafine

mgg.
250 Itraconazole 200 mg/hr selama 4-6 mgg.

and/or

mg/hr

4-6 Griseofulvin 500-

widespread

minggu

selama

1000 mg/hr sampai sembuh (3-6 bulan).

nonresponsive
tinea.
Pilihan terapi oral untuk infeksi jamur pada kulit
I. OBAT ANTI JAMUR TOPIKAL
Obat anti jamur topikal digunakan untuk pengobatan infeksi lokal pada kulit
tubuh yang tidak berambut (glabrous skin), namun kurang efektif untuk
pengobatan infeksi pada kulit kepala dan kuku, infeksi pada tubuh yang
kronik dan luas, infeksi pada stratum korneum yang tebal seperti telapak
tangan dan kaki.
Efek samping yang dapat ditimbulkan oleh obat anti jamur topikal lebih
sedikit dibandingkan obat anti jamur sistemik.
GOLONGAN AZOL IMIDAZOL
Golongan azol imidazol ditemukan setelah tahun 1960, relatif berspektrum
luas, bersifat fungistatik dan bekerja dengan cara menghambat sintesis
ergosterol jamur yang mengakibatkan timbulnya defek pada membran sel
jamur. Obat anti jamur golongan azol seperti klotrimazol, ketokonazol,
ekonazol, oksikonazol, sulkonazol dan mikonazol, mempunyai kemampuan
menggangu kerja enzim sitokrom P-450 lanosterol 14-demethylase yang
berfungsi sebagai katalisator untuk mengubah lanosterol menjadi ergosterol.
Klotrimazol
Untuk pengobatan infeksi jamur pada kulit digunakan klotrimazol cream 1%,
dosis dan lamanya pengobatan tergantung dari kondisi pasien, biasanya
diberikan selama 2-4 minggu dan dioleskan 2 kali sehari.
Ekonazol
Untuk pengobatan infeksi jamur pada kulit digunakan ekonazol cream 1%,
dosis dan lamanya pengobatan tergantung dari kondisi pasien, biasanya
diberikan selama 2-4 minggu dan dioleskan 2 kali sehari.
38

Mikonazol
Untuk pengobatan infeksi jamur pada kulit digunakan mikonazol cream 2%,
dosis dan lamanya pengobatan tergantung dari kondisi pasien, biasanya
diberikan selama 2-4 minggu dan dioleskan 2 kali sehari.
Ketokonazol
Untuk pengobatan infeksi jamur pada kulit digunakan ketokonazol 1% cream,
dosis dan lamanya pengobatan tergantung dari kondisi pasien, biasanya
diberikan selama 2-4 minggu dan dioleskan sekali sehari.
Sulkonazol
Untuk pengobatan infeksi jamur pada kulit digunakan sulkonazol 1% cream
Dosis dan lamanya pengobatan tergantung dari kondisi pasien, biasanya
untuk pengobatan tinea korporis, tinea kruris dioleskan 1 atau 2 kali sehari
selama 3 minggu dan untuk tinea pedis dioleskan 2 kali sehari selama 4
minggu.
Oksikonazol
Untuk pengobatan infeksi jamur pada kulit digunakan oksikonazol 1% cream
ataau lotion. Dosis dan lamanya pengobatan tergantung dari kondisi pasien,
biasanya untuk pengobatan tinea korporis dan tinea kruris dioleskan 1 atau 2
kali sehari selama 2 minggu, untuk tinea pedis dioleskan 1 tatau 2 kali sehari
selama 4 mingggu.
Tiokonazol
Untuk infeksi pada kulit digunakan tiokonazol 1% cream, dosis dan lamanya
pengobatan tergantung dari kondisi pasien, biasanya untuk pengobatan
tinea korporis dioleskan 2 kali sehari selama 2-4 minggu, untuk tinea pedis
dioleskan 2 kali sehari selama 6 minggu, untuk tinea kruris dioleskan 2 kali
sehari selama 2 minggu.
GOLONGAN ALILAMIN / BENZILAMIN
Golongan alilamin yaitu naftifin, terbinafin dan golongan benzilamin yaitu
butenafin, bekerja dengan cara menekan biosentesis ergosterol pada tahap
awal proses metabolisme dan enzim sitokrom P-450 akan mengambat
aktifitas

squalene

menyebabkan

eposidase.

penumpukan

Dengan
squalene

berkurangnya
pada

sel

ergosterol,

jamur

dan

akan
akan

39

mengakibatkan kematian sel jamur. Alilamin dan benzilamin bersifat


fungisidal terhadap dermatofit.4
Naftifine
Untuk pengobatan digunakan naftifine hydrochloride 1% cream dioleskan 1
kali sehari selama 1 minggu.
Terbinafin
Digunakan terbinafin 1% cream yang dioleskan 1 atau 2 kali sehari, untuk
pengobatan tinea korporis dan tinea kruris digunakan selama 1-2 minggu,
untuk tinea pedis selama 2-4 minggu, untuk kandidiasis kutaneus selama 1-2
minggu.
Butenafin
Butenafin merupkan golongan benzilamin dimana struktur kimia dan aktifitas
anti jamurnya sama dengan golongan alilamin. Butenafine bersifat fungisidal
terhadap dermatofit dan dapat digunakan untuk pengobatan tinea korporis,
tinea kruris dan tinea pedis dan bersifat fungisidal. Dioleskan 1 kali sehari
selama 4 minggu.
GOLONGAN ANTI JAMUR TOPIKAL YANG LAIN
Amorolfin

4-6,21

Amorolfine merupakan derivat morpolin, bekerja dengan cara menghambat


biosintesis ergosterol jamur. Aktifitas spektrumnya yang luas, dapat
digunakan untuk pengobatan tinea korporis, tinea kruris, tinea pedis. Untuk
infeksi jamur pada kulit amorolfin dioleskan satu kali sehari selama 2-3
minggu sedangkan untuk tinea pedis selama > 6 bulan.
Siklopiroks
Siklopiroks merupakan anti jamur sintetik hydroxypyridone, bersifat
fungisida, sporosida dan mempunyai penetrasi yang baik pada kulit dan
kuku. Siklopiroks efektif untuk pengobatan tinea korporis, tinea kruris, tinea
pedis. Untuk pengobatan infeksi jamur pada kulit harus dioleskan 2 kali
sehari selama 2-4 minggu.
II. OBAT ANTI JAMUR SISTEMIK
Pemberian obat anti jamur sistemik digunakan untuk pengobatan infeksi
40

jamur superfisial dan sistemik (deep mikosis), obat-obat tersebut yaitu :


2-3,6-9,25-27
1. GRISEOFULVIN
Griseofulvin merupakan antibiotik antijamur
yang berasal dari spesies
Penicilium mold. Pertama kali diteliti digunakan sebagai anti jamur pada
tumbuhan dan kemudian diperkenalkan untuk pengobatan infeksi
dermatofita pada hewan. Pada tahun 1959, diketahui griseofulvin ternyata
efektif untuk pengobatan infeksi jamur superfisial pada manusia. Griseofulvin
merupakan obat anti jamur yang pertama diberikan secara oral untuk
pengobatan dermatofitosis.
Mekanisme kerja
Griseofulvin merupakan obat anti jamur yang bersifat fungistatik, berikatan
dengan protein mikrotubular dan menghambat mitosis sel jamur.
Aktifitas spektrum
Griseofulvin mempunyai aktifitas spektrum yang terbatas hanya untuk
spesies Epidermophyton floccosum, Microsporum spesies dan Trichophyton
spesies, yang merupakan penyebab infeksi jamur pada kulit, rambut dan
kuku.
Farmakokinetik
Pemberian griseofulvin secara oral dengan dosis 0,5 - 1 gr, akan
menghasilkan konsentrasi puncak plasma sebanyak 1 mikrogram / ml dalam
waktu 4 jam dan level dalam darah bervariasi. Griseofulvin mempunyai
waktu paruh di dalam plasma lebih kurang 1 hari, dan 50 % dari dosis oral
dapat di deteksi di dalam urin dalam waktu 5 hari dan kebanyakan dalam
bentuk metabolit.
Griseofulvin sangat sedikit diabsorpsi dalam keadaan perut kosong.
Mengkonsumsi griseofulvin bersama dengan makanan berkadar lemak
tinggi, dapat meningkatkan absorpsi mengakibatkan level griseofulvin dalam
serum akan lebih tinggi. Ketika diabsorpsi, griseofulvin pertama kali akan
berikatan dengan serum albumin dan distribusi di jaringan di ditentukan
dengan plasma free concentration. Selanjutnya menyebar melalui cairan
transepidermal dan keringat dan akan dideposit di sel prekusor keratin kulit
(stratum korneum) dan terjadi ikatan yang kuat dan menetap. Lapisan
keratin yang terinfeksi, akan digantikan dengan lapisan keratin baru yang
lebih resisten terhadap serangan jamur. Pemberian griseofulvin secara oral
akan mencapai stratum korneum setelah 4 - 8 jam.
Griseofulvin di metabolisme di hepar menjadi 6 desmethyl griseofulvin, dan
41

akan di ekskresikan melalui urin. Eliminasi waktu paruh 9-21 jam dan kurang
dari 1% dari dosis akan di jumpai pada urin tanpa perubahan bentuk.
Dosis
Griseofulvin terdiri atas 2 bentuk yaitu mikrosize (mikrokristallin) dan
ultramikrosize (ultramikrokristallin). Bentuk ultramikrosize, penyerapannya
pada saluran pencernaan 1,5 kali dibandingkan dengan bentuk mikrosize.
Pada saat ini, griseofulvin lebih sering digunakan untuk pengobatan tinea
kapitis. Tinea kapitis lebih sering dijumpai pada anak-anak disebabkan oleh
Trychopyton tonsurans.
Dosis griseofulvin (pemberian secara oral) yaitu dewasa 500 -1000 mg / hari
(mikrosize) dosis tunggal atau terbagi dan 330 375 mg / hari
(ultramikrosize) dosis tunggal atau terbagi. Anak - anak 2 tahun 10 - 15
mg / kg BB / hari (mikrosize), dosis tunggal atau terbagi dan 5,5 - 7,3 mg / kg
BB / hari (ultramikrosize) dosis tunggal atau terbagi. Lama pengobatan untuk
tinea korporis dan kruris selama 2 - 4 minggu, untuk tinea kapitis paling
sedikit selama 4 - 6 minggu, untuk tinea pedis selama 4 - 8 minggu dan
untuk tinea unguium selama 3 - 6 bulan.
Efek samping
Efek samping griseofulvin biasanya ringan berupa sakit kepala, mual,
muntah dan sakit pada abodominal. Timbunya reaksi urtikaria dan erupsi
kulit dapat terjadi pada sebagian pasien.
Interaksi obat
Absorbsi griseofulvin menurun jika diberikan bersama dengan fenobarbital
tetapi efek tersebut dapat di kurangi dengan cara mengkonsumsi
griseofulvin bersama makanan. Griseofulvin juga dapat menurunkan
efektifitas warfarin yang merupakan antikoagulan. Kegagalan kontrasepsi
telah dilaporkan pada pasien yang mengkonsumsi griseofulvin dan oral
kontrasepsi.
2. KETOKONAZOL
Ketokonazol diperkenalkan untuk pertama kalinya pada tahun 1977 dan di
Amerika Serikat pada tahun 1981. Ketokonazol merupakan antijamur
golongan imidazol yang pertama diberikan secara oral.
Mekanisme kerja
Ketokonazol bekerja menghambat biosintesis ergosterol yang merupakan
sterol utama untuk mempertahankan integritas membran sel jamur. Bekerja
42

dengan cara menginhibisi enzim sitokrom P-450, C-14--demethylase yang


bertanggungjawab merubah lanosterol menjadi ergosterol, hal ini akan
mengakibatkan dinding sel jamur menjadi permiabel dan terjadi
penghancuran jamur.
Aktifitas spektrum
Ketokonazol mempunyai spekrum yang luas dan efektif terhadap
Blastomyces
dermatitidis,
Candida
spesies,
Coccidiodes
immitis,
Histoplasma capsulatum, Malassezia furfur, Paracoccidiodes brasiliensis.
Ketokonazol juga efektif terhadap dermatofit tetapi tidak efektif terhadap
Aspergillus spesies dan Zygomycetes.
Farmakokinetik
Ketokonazol yang diberikan secara oral, mempunyai bioavailabilitas yang
luas antara 37% - 97% di dalam darah. Puncak waktu paruh yaitu 2 jam dan
berlanjut 7-10 jam. Ketokonazol mempunyai daya larut yang optimal pada
pH dibawah 3 dan akan lebih mudah diabsorbsi.
Ketokonazol mempunyai ikatan yang kuat dengan keratin dan mencapai
keratin dalam waktu 2 jam melalui kelenjar keringat eccrine. Penghantaran
akan menjadi lebih lambat ketika mencapai lapisan basal epidermis dalam
waktu 3 - 4 minggu. Konsentrasi ketokonazol masih tetap dijumpai,
sekurangnya 10 hari setelah obat dihentikan.
Ketokonazol mempunyai distribusi yang luas melalui urin, saliva, sebum,
kelenjar keringat eccrine, serebrum, cairan pada sendi dan serebrospinal
fluid (CSF). Namun, ketokonazol 99% berikatan dengan plasma protein
sehingga level pda CSF rendah.
Ketokonazol dimetabolisme di hati dan diubah menjadi metabolit yang tidak
aktif dan diekskresi bersama empedu ke dalam saluran pencernaan.
Dosis
Dosis ketokonazol yang diberikan pada orang dewasa 200 mg / hari, dosis
tunggal dan untuk kasus yang serius dapat ditingkatkan hingga 400 mg /
hari sedangkan dosis untuk anak-anak 3,3 6,6 mg / kg BB, dosis tunggal.
Lama pengobatan untuk tinea korporis dan tinea kruris selama 2 - 4 minggu.
Efek samping
Anoreksia, mual dan muntah merupakan efek samping yang sering di
jumpai. Ketokonazol juga dapat menimbulkan efek hepatotoksik yang ringan
tetapi kerusakan hepar yang serius jarang terjadi. Peninggian transaminase
sementara dapat terjadi pada 5-10% pasien. Efek samping yang serius dari
43

hepatotoksik adalah idiosinkratik dan jarang ditemukan yaitu 1:10000 dan


1:15000, biasanya djumpai pada pasien yang mendapat pengobatan lebih
dari 2 minggu. Untuk pengobatan jangka waktu yang lama, dianjurkan
dilakukan pemeriksaan fungsi hati. Dosis tinggi ketokonazol (>800 mg/hari)
dapat menghambat sintesis human adrenal dan testikular steroid yang dapat
menimbulkan alopesia, ginekomasti dan impoten.
Interaksi obat
Konsentrasi serum ketokonazol dapat menurun pada pasien yang
mengkonsumsi obat yang dapat menurunkan sekresi asam lambung seperti
antasid, antikolinergik dan H2-antagonis sehingga sebaiknya obat ini di
berikan setelah 2 jam pemberian ketokonazol. Ketokonazol dapat
memperpanjang waktu paruh seperti terfenadin, astemizol dan cisaprid
sehingga sebaiknya tidak diberikan bersama dan juga dapat menimbulkan
efek samping kardiovaskular seperti pemanjangan Q-T interval dan torsade
de pointes.
Ketokonazol juga dapat memperpanjang waktu paruh dari midazolam dan
triazolam dan dapat meningkatkan level siklosporin dan konsentrasi serum
dari warfarin. Pemberian bersama ketokonazol dengan rifampicin dapat
menurunkan efektifitas ke dua obat.
3. ITRAKONAZOL
Itrakonazol diperkenalkan pada tahun 1992 merupakan sintesis derivat
triazol.
Mekanisme kerja
Mekanisme kerja itrakonazol dengan cara menghambat 14--demethylase
yang merupakan suatu enzim sitokrom P-450 yang bertanggung jawab untuk
merubah lanosterol menjadi ergosterol pada dinding sel jamur.
Aktifitas spektrum
Itrakonazol mempunyai aktifitas spektrum yang luas terhadap Aspergillosis
spesies, Blastomyces dermatitidis, Candida spesies, Coccidiodes immitis,
Cryptococcus neoformans, Histoplasma capsulatum, Malassezia furfur,
Paracoccidiodes brasiliensis, Scedosporium apiospermum dan Sporothrix
schenckii. Itrakonazol juga efektif terhadap dematiaceous moulds dan
dermatofit tetapi tidak efektif terhadap Zygomycetes.
Farmakokinetik
Absorbsi itrakonazol tidak begitu sempurna pada saluran gastrointestinal
(55%) tetapi absorbsi tersebut dapat ditingkatkan jika itrakonazol dikonsumsi
44

bersama makanan. Pemberian oral dengan dosis tunggal 100 mg,


konsentrasi puncak plasma akan mencapai 0,1-0,2 mg/L dalam waktu 2-4
jam.
Itrakonazol mempunyai ikatan protein yang tinggi pada serum melebihi 99%
sehingga konsentrasi obat pada cairan tubuh seperti pada CSF jumlahnya
sedikit. Namun sebaliknya konsentrasi obat di jaringan seperti paru-paru,
hati dan tulang dapat mencapai 2 atau 3 kali lebih tinggi dibandingkan pada
serum. Konsentrasi itrakonazol yang tinggi juga ditemukan pada stratum
korneum akibat adanya sekresi obat pada sebum. Itrakonazol tetap dapat
ditemukan pada kulit selama 2-4 minggu setelah pengobatan dihentikan
dengan lama pengobatan 4 minggu sedangkan pada jari kaki itrakonazol
masih dapat ditemukan selama 6 bulan setelah pengobatan dihentikan
dengan lama pengobatan 3 bulan.
Kurang dari 0,03% dari dosis itrakonazol akan di ekskresi di urin tanpa
mengalami perubahan tetapi lebih dari 18% akan di buang melalui feces
tanpa mengalami perubahan. Itrakonazol di metabolisme di hati oleh sistem
enzim hepatik sitokrom P- 450. Kebanyakan metabolit yang tidak aktif akan
di ekskresi oleh empedu dan urin. Metabolit utamanya yaitu
hidroksitrakonazol yang merupakan suatu bioaktif.
Dosis
Dosis pengobatan untuk dermatofitosis adalah 100 mg/hari. Lama
pengobatan untuk tinea korporis atau tinea kruris adalah selama 2 minggu
tetapi untuk tinea manus dan tinea pedis adalah selama 4 minggu.
Efek samping
Efek samping yang sering dijumpai adalah masalah gastrointestinal seperti
mual, sakit pada abdominal dan konstipasi. Efek samping lain seperti sakit
kepala, pruritus dan ruam allergi.
Efek samping yang lain yaitu kelainan test hati yang dilaporkan pada 5%
pasien yang ditandai dengan peninggian serum transaminase, ginekomasti
dilaporkan terjadi pada 1% pasien yang menggunakan dosis tinggi,
impotensi dan penurunan libido pernah dilaporkan pada pasien yang
mengkonsums itrakonazol dosis tinggi 400 mg /hari atau lebih.
Interaksi obat
Absorbsi itrakonazol akan berkurang jika diberikan bersama dengan obatobat yang dapat menurunkan sekresi asam lambung seperti antasid, H2antagonis, omeprazol dan lansoprazol.
Itrakonazol dan metabolit utamanya merupakan suatu inhibitor dari sistem
45

enzim human hepatic sitokrom P-450-3A4 sehingga pemberian itrakonazol


bersama dengan obat lain yang metabolismenya melalui sistem tersebut
dapat meningkatkan konsentrasi azol, interaksi obat ataupun ke duanya.
Itrakonazol dapat memperpanjang waktu paruh dari obat-obat seperti
terfenadin, astemizol, midazolam, triazolam, lovastatin, simvastatin, cisaprid,
pimozid, quinidin. Itrakonazol juga dapat meningkatkan konsentrasi serum
digoxin, siklosporin, takrolimus dan warfarin.
4. FLUKONAZOL
Flukonazol merupakan suatu hidrofilik dari sintetik triazol, terdapat dalam
bentuk oral dan parenteral. Ditemukan pada tahun 1982 dan di perkenalkan
pertama kali di Eropa kemudian di Amerika Serikat.
Mekanisme kerja
Flukonazol mempunyai mekanisme kerja yang sama dengan triazol lain yaitu
merupakan suatu inhibitor yang poten terhadap biosintesis ergosterol,
bekerja dengan menghambat sistem enzim sitokrom P-450 14-demethylase dan bersifat fungistatik.
Aktifitas spektrum
Flukonazol paling aktif terhadap Candida spesies, Coccidioides imminitis dan
Cryptococcus neoformans. Mempunyai aktifitas yang terbatas terhadap
Blastomyces dermatitidis, Histoplasma capsulatum dan Sprothrix schenckii.
Flukonazol juga efektif terhadap dermatofit tetapi tidak efektif untuk moulds
termasuk Aspergillus spesies dan Zygomycetes. Walaupun flukonazol efektif
terhadap Candida spesies tetapi resisten untuk Candida krusei dan Candida
glabrata.
Farmakokinetik
Flukonazol secara cepat dan sempurna diserap melalui saluran
gastrointestinal. Bioavailabilitas oral flukonazol melebihi 90 % pada orang
dewasa. Konsentrasi puncak plasma dicapai setelah 1 atau 2 jam pemberian
oral dengan eliminasi waktu paruh plasma 30 jam (20-50 jam) setelah
pemberian oral. Absorbsi flukonazol tidak dipengaruhi oleh kadar asam
lambung (pH).
Pemberian secara oral dengan dosis tunggal ataupun multiple lebih dari 14
hari maka flukonazol akan mengalami penetrasi yang luas ke dalam cairan
dan jaringan tubuh. Flukonazol bersifat hidrofilik sehingga lebih banyak
ditemukan di dalam cairan tubuh dan dijumpai di dalam keringat dengan
konsentrasi tinggi. Ikatan flukonazol dengan protein biasanya rendah (12%)
sehingga sirkulasi obat yang tidak berikatan tinggi.
46

Metabolisme flukonazol terjadi di hepar dan diekskresi melalui urin dimana


80 % dari dosis obat akan di ekskresi tanpa perubahan dan 11% di ekskresi
sebagai metabolit.
Efek samping
Efek samping yang sering di jumpai adalah masalah gastrointestinal seperti
mual, muntah, diare, sakit pada abdominal dan juga sakit kepala. Efek
samping lain yaitu hipersensitiviti, agranulositosis, exfoliatif skin disoders
seperti Steven Johnson- sindrom, hepatotoksik, trombositopenia dan efek
pada sistem saraf pusat.
Interaksi obat
Flukonazol dapat meningkatkan efek atau level dari obat yaitu astemizol,
amitriptilin, kafein, siklosporin, fenitoin, sulfonilureas, terfenadin, theofilin,
warfarin dan zidovudin. Pemberian bersama flukonazol dengan cisapride
ataupun terfenadin merupakan kontra indikasi oleh karena dapat
menimbulkan disaritmia jantung yang serius dan torsade de pointes.
Flukonazol juga dapat berinteraksi dengan tolbutamid, glipizid dan gliburid
yang menimbulkan efek hipoglikemi.
Level atau efek flukonazol dapat menurun oleh karbamazepin, isoniazid,
phenobarbital, rifabutin dan rifampin dan akan meningkat oleh simetidin dan
hidroklorothiazid.
5. TERBINAFIN
Terbinafin merupakan anti jamur golongan alilamin yang dapat diberikan
secara oral. Pertama kali ditemukan pada tahun 1983, di gunakan di Eropa
sejak tahun 1991 dan di Amerika Serikat pada tahun 1996.
Mekanisme Kerja
Terbinafin bekerja menghambat sintesis ergosterol (merupakan komponen
sterol yang utama pada membran plasma sel jamur), dengan cara
menghambat kerja squalene epoxidase (merupakan suatu enzim yang
berfungsi sebagai katalis untuk mengubah squalene menjadi squalene-2,3
epoxide). Dengan berkurangnya ergosterol yang berfungsi untuk
mempertahankan pertumbuhan membran sel jamur sehingga pertumbuhan
akan berhenti, disebut dengan efek fungistatik dan dengan adanya
penumpukan squalene yang banyak di dalam sel jamur dalam bentuk
endapan lemak sehingga menimbulkan kerusakan pada membran sel jamur
disebut dengan efek fungisidal.
Aktifitas spectrum
47

Terbinafin merupakan anti jamur yang berspektrum luas. Efektif terhadap


dermatofit yang bersifat fungisidal.
Farmakokinetik
Terbinafin di absorbsi dengan baik jika diberikan dengan cara oral yaitu 70%
dan akan tercapai konsentrasi puncak dari serum berkisar 0,8-1,5 mg/L
setelah pemberian 2 jam dengan 250 mg dosis tunggal. Pemberian bersama
makanan tidak mempengaruhi absorbsi obat.
Terbinafin bersifat lipofilik dan keratofilik, terdistribusi secara luas pada pada
dermis, epidermis, jaringan lemak dan kuku. Konsentrasi plasma terbinafin
terbagi dalam tiga fase dimana waktu paruh terbinafin yang terdistribusi di
dalam plasma yaitu 1,1 jam ; eliminasi waktu paruh yaitu 16 dan 100 jam
setelah pemberian 250 mg dosis tunggal ; setelah 4 minggu pengobatan
dengan dosis 250 mg /hari terminal waktu paruh rata-rata yaitu 22 hari di
dalam plasma. Di dalam dermis- epidermis, rambut dan kuku eliminasi waktu
paruh rata-rata yaitu 24-28 hari.
Terbinafin dapat mencapai stratum korneum, pertama kali melalui sebum
kemudian bergabung dengan basal keratinosit dan selanjutnya berdifusi ke
dermis- epidermis tetapi terbinafin di dalam kelenjar keringat ekrine tidak
terdeteksi. Terbinafin yang diberikan secara oral akan menetap di dalam kulit
dengan konsentrasi di atas MIC untuk dermatofit selama 2-3 minggu setelah
obat di hentikan. Terbinafin dapat terdeteksi pada bagian distal dari nail
plate dalam waktu 1 minggu setelah pengobatan dan level obat yang efektif
dicapai setelah 4 minggu pengobatan. Terbinafin tetap akan dijumpai di
dalam kuku untuk jangka waktu yang lama setelah pengobatan dihentikan.
Terbinafin di metabolisme di hepar dan metabolit yang tidak aktif akan di
ekskresi melalui urin sebanyak 70% dan melalui feces sebanyak 20%.
Dosis
Terbinafin tersedia dalam bentuk tablet 250 mg tetapi tidak tersedia dalam
bentuk parenteral.
Oral terbinafin efektif untuk pengobatan dermatofitosis pada kulit dan kuku.
Dosis terbinafin oral untuk dewasa yaitu 250 mg/hari tetapi pada pasien
dengan ganguan hepar atau fungsi ginjal (kreatinin clearence < 50 ml/menit
atau konsentrasi serum kreatinin > 300 mol/ml) dosis harus diberikan
setengah dari dosis diatas. Pengobatan tinea pedis selama 2-6 minggu, tinea
korporis dan kruris selama 2-4 minggu sedangkan infeksi pada kuku tangan
selama 3 bulan dan kuku kaki selama 6 bulan atau lebih.
Efek samping

48

Efek samping pada gastrointestinal seperti diare, dyspepsia, sakit di


abdominal sering dijumpai. Jarang dijumpai pasien yang menderita
kerusakan hepar dan meninggal akibat mengkonsumsi terbinafin untuk
pengobatan infeksi kuku. Terbinafin tidak direkomendasikan untuk pasien
dengan penyakit hepar yang kronik atau aktif.
Interaksi obat
Terbinafin tidak mempunyai efek clearance terhadap obat lain yang
metabolismenya melalui hepatik sitokrom P-450. Namun konsentrasi darah
akan menurun jika terbinafin di berikan bersama rifampicin yang merupakan
suatu inducer yang poten terhadap sistem enzim hepatik sitokrom P-450.
Level darah pada terbinafin dapat meningkat jika pemberiannya bersama
cimetidin yang merupakan sitokrom P-450 inhibitor.
Ramona Dumasari Lubis : Pengobatan Dermatomikosis, 2008 USU eRepository 2009
LO 3.9

Komplikasi

Bisa terjadi infeksi sekunder oleh bakteri atau candida


Hiperpigmentasi karena infeksi jamur kronik
Efek samping pemakaian obat steroid topikal dapat mengakibatkan
eksaserbasi penyakit
Allopecia permanen &kerion (tinea capitis)
Onychomycosis (tinea manus/pedis)

LO 3.10 Pencegahan
Tinea capitis

Jaga kebersihan diri, terutama terhadap lembab


Jaga imun tubuh dengan konsumsi makanan bergizi dan hidup sehat
Hindari kontak dengan pernderita/hewan piaraan.

Tinea Cruris

Menjaga berat badan ideal


Mengeringkan badan setelah mandi
Hindari memakai pakaian yang terlalu ketat
Bedak antijamur untuk mengurangi resiko berulang

Tinea Manus

49

Menjaga kebersihan tangan dan kaki dengan sering mencucinya


Menjaga kaki agar tetap kering, dan tidak lembab

LO 3.11 Prognosis
Prognosis penyakit ini baik dengan diagnosis dan terapi yang tepat asalkan
kelembapan dan kebersihan kulit selalu dijaga. Baik dengan kepatuhan
berobat dan menghindari factor resiko yang baik dan tindakan pencegahan
berikutnya untuk menghindari infeksi berulang.

LI 4. Memahami dan menjelaskan menjaga kesehatan kulit dan


menutup aurat sesuai islam
Islam adalah agama yang sangat memperhatikan kebersihan, tidak hanya
kebersihan batiniah, tetapi juga kebersihan lahiriah (fisik). Dalam Al Quran
serta hadits Rasulullah saw. bertebaran perintah, langsung maupun tidak
langsung, yang memerintahkan seorang muslim untuk senantiasa menjaga
kebersihan.
Salah satu hadits yang terkait dengan hal itu adalah sebagai berikut.
Bersihkanlah dirimu karena sesungguhnya Islam itu bersih. (Riwayat Ibnu
Hibban).
Kebersihan bahkan merupakan salah satu prasyarat dari hadirnya cinta Allah
Swt.

kepada

seorang

hamba,

Innallha

yuhibbul

mutathahirna;

sesungguhnya Allah sangat mencintai orang-orang yang membersihkan


dirinya.
Bagian tubuh manusia yang sangat diperhatian Islam untuk dibersihkan
adalah kulit. Kulit dapat diibaratkan sebagai kertas pembungkus ajaib yang
memiliki kemampuan melindungi tubuh dari mikroorganisme penyebab
penyakit. Jika tubuh dianggap sebagai kastil yang dikepung musuh, kita bisa
menyebut kulit sebagai dinding kastil yang kuat.

50

Wudu merupakan salah satu mekanisme canggih yang Allah Swt. tetapkan
atas orang beriman untuk menjaga kebersihan kulit ini. Apabila ada najis
atau kotoran yang menempel pada kulit, ibadah shalat yang dilaksanakan
bisa menjadi batal. Itulah mengapa Allah dan Rasul-Nya memerintahkan kita
untuk berwudu menjelang shalat. Penemuan-penemuan ilmiah terbaru
semakin menguatkan pandangan bahwa wudu sangat efektif untuk menjaga
kesehatan kulit manusia.
Pakaian gaya Barat dirancang bukannya untuk menutup aurat, tetapi untuk
mendatangkan syahwat. Akibatnya, pergaulan antara pria dan wanita
cenderung tidak mengenal kehormatan diri dan tidak lagi didasari oleh iman
dan akhlaq yang terpuji. Sikap dan perilaku tidak terhormat seperti
digambarkan di atas sangat dibenci oleh Islam. Sehingga untuk mencegah
dan menangkalnya, Islam telah mensyariatkan pemakaian jilbab bagi wanita
muslim.
Allah SWT berfirman :
Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan
istri orang-orang mukmin: Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke
seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah
dikenal sehingga mereka tidak diganggu. (Al-Ahzab: 59)
Ayat ini menegaskan bahwa wanita-wanita mukmin diperintah untuk
menjulurkan jilbabnya, yakni memakai hijab untuk menutup auratnya.
Adapun yang dimaksud dengan jilbab atau hijab itu adalah sejenis baju
kurung dengan kerudung yang longgar bentuknya, yang didesain supaya
dapat menutup kepala, muka, dan dada. Model pakaian seperti itu sudah
umum dipakai oleh kaum muslimah karena merupakan simbol penampilan
wanita pribadi yang shalihah.

51

Rasulullah saw bersabda, Wahai Asma, sesungguhnya wanita itu bila sudah
menstruasi (baligh) tidak pantas terlihat tubuhnya kecuali ini dan ini. Dan
beliau menunjukkan muka dan telapak tangannya. (HR Abu Dawud dan
Aisyah)
Syariat Islam mewajibkan wanita mengenakan jilbab, yakni berpakaian yang
benar-benar menutup aurat, tidak lagi agar kaum wanita tidak terjerumus
menjadi alat penggoda bagi setan untuk melecehkan akhlaq dan nilai-nilai
kemanusiaan..

Dengan

kata

lain,

jilbab

dapat

dikategorikan

sebagai

pengontrol perilaku wanita guna menyelamatkan kehormatan dirinya dari


berbagai macam godaan dan rongrongan setan.
DAFTAR PUSTAKA
Arnold, Odum, James.Andrew's :Desease of the skin, .8th ed ,London. WBSounders
Co., 1989 : 347-349.
Balus, L: Grigoriu D : Pityriasis versicolor. CILAG-LTD 1982.
Budi mulja, U : Mikosis. Dalam ilmu penyakit kulit dan kelamin, Jakarta FK UI. 1987
: 84-88
Emmons. CW , Binford. CH, Utz, JP & Kwon Chung: Medical Mycology, 3 rd ed.
Philadelphia, Lea & Febiger. 1977
Jawetz, Melnick & Adelberg : Mikrobiologi Kedokteran. Edisi 20, EGC Jakarta 1996.
Kenneth J. Ryan: Sherris Medical Micribiology .Pretice Hall International Inc , 1994.
Kuswadji : Dermatimikosis. Budimulja U, Sunoto, Tjokronegoro A . Penyakit Jamur,
Jakarta FKUI. 1983
Rippon.J : Superfisialis Infections.in Medical Mycology, second ed Tokyo, WB
saunders Co. 1988
52

Siregar.S: Penyakit Jamur Kulit. EGC Jakarta.1982


Depkes RI Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Buku
Pedoman Nasional Pemberantasan Kusta. 2005.
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.2011.FKUI
Lesson, C.Roland.1996. Buku Ajar Histologi. Jakarta : EGC
Mansjoer, arif,dkk.2008.Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid Dua.Jakarta:Media
Aesculapius FKUI
Sjamsoe Daili, Emmi S. 2003. Kusta. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia : Jakarta.
Sherwood, Lauralee.2001.Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 2. Jakrta:EGC

53

You might also like