Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh:
1. Ukha Arif Fadhila
2. Widowati Dian P
3. Vito Nugraha
PPAk
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2015
PEMILIHAN SUMBER PEMBIAYAAN
Pembiayaan merupakan salah satu fungsi perusahaan yang penting bagi keberhasilan
usaha suatu perusahaan. Fungsi ini penting karena fungsi inilah yang melakukan usaha untuk
mendapatkan dana untuk usahanya. . Dana bisa diperoleh baik melalui pembiayaan dari dalam
perusahaan (internal financing) maupun pembiayaan dari luar perusahaan (external
financing). Sumber pembiayaan modal internal adalah pemanfaatan laba yang ditahan
(retained earnings) sedangkan sumber pembiayaan eksternal diperoleh perusahaan dengan
melakukan pinjaman kepada pihak lain atau menjual sahamnya kepada masyarakat (go public)
di pasar modal.
Keputusan pendanaan adalah keputusan yang dihadapi oleh menajemen keuangan
perusahaan menyangkut bentuk dan komposisi pendanaan yang akan digunakan untuk
memperoleh dana guna memenuhi kebutuhan perusahaan (Iriansyah dan Dana)
1. Dampak dari menahan laba (pendanaan internal)
Laba ditahan diperoleh dari hasil kegiatan operasi perusahaan dan sebagai sisa dokasi
dana yang tidak dibagikan sebagai dividen. Tujuan dari adanya penumpukan dana
cadangan adalah untuk investasi dalam pengembangan perusahaan dan meningkatkan
kinerja operasi (Purnamasari, 2009)
Investasi laba (earnings reinvestment) atau laba ditahan mengacu pada penahanan
laba dalam perusahaan untuk digunakan dalam bisnis perusahaan; yang disebut pula
pendanaan internal (internal financing). Reinvestasi laba sering diukur dengan rasio
penahanan. Rasio laba ditahan (earnings retention ratio) mencerminkan proporsi laba
ditahan, yang didefinisikan sebagai satu dikurangi dividend payout ratio
Besarnya laba ditahan/cadangan dipengaruhi oleh besarnya laba yang diperoleh
selama periode tertentu, dividend policy dan plowing back policy yang dijalankan oleh
perusahaan. Meskipun jumlah laba yang diperoleh selama periode tertentu besar, tetapi
oleh karena perusahaan mengambil kebijakan bahwa sebagian besar dari laba tersebut
dibagikan sebagai deviden, maka bagian laba yang ditahan akan kecil jumlahnya, dan
sebaliknya laba ditahan akan cenderung besar kalau perusahaan mengambil kebijakan
penanaman kembali dalam perusahaan yang besar.
2. Dampak dari pendanaan melalui modal (equity financing) dan distribusi laba
(distributing divedend)
Modal atau ekuitas secara akuntansi diartikan sebagai hak residual pemiIik setelah
semua aset dikurangi semua kewajiban (definisi dari sudut pandang pemilik) atau
merupakan "hutang" perusahaan kepada pemiIik (sudut pandang perusahaan). Komponen
pembentuk ekuitas yaitu investasi dari pemiIik yang berbentuk setoran modal atau kepe
milikan saham dan dana yang tidak dibagikan atau laba ditahan.
Berdasarkan PPh pasal 23 Dividen merupakan bagian laba yang diperoleh pemegang
saham atau pemegang polis asuransi atau pembagian sisa hasil usaha koperasi yang
diperoleh anggota koperasi. Untuk tujuan pajak, pengertian dividen dijelaskan pada Pasal
4 (1) (g) UU PPh 1984 memasukkan enam elemen dalam pengertian dividen, yaitu
a. Pencatatan tambahan modal yang dilakukan tanpa penyetoran
b. Penerimaan atau perolehan dari pembelian kembali sebagian atau seluruh saham yang
disetor
c. Pembayaran kembali sebagian atau seluruh penyetoran modal, sepanjang terdapat laba
dari tahun-tahun lampau. Kecuali dalam pengecilan modal statute
d. Pembayaran kepada atau penerbitan tanda-tanda laba
e. Laba yang dibagikan kepada pemegang obligasi yang berpartisipasi dalam laba
f. Pengeluaran perusahaan untuk keperluan pribadi persero yang dibebankan sebagai
biaya perusahaan
Teori Kebijakan Dividen
Kebijakan dividen (dividen policy) adalah rencana tindakan yang harus diikuti
dalam membuat keputusan dividen. Kebijakan deviden didefinisikan sebagai kebijakan
yang terkait dengan pembayaran dividen oleh perusahaan, berupa penentuan besarnya
pembayaran dan besarnya laba yang ditahan untuk kepentingan perusahaan.
Ada berbagai pendapat ahli atau teori tentang kebijakan dividen sebagai berikut :
a. Teori Dividen Tidak Relevan dari Modigliani dan Miller.
Menurut Modigliani dan Miller (MM), nilai suatu
perusahaan tidak
ditentukan oleh besar kecilnya presentase laba yang dibayarkan kepada pemegang
saham dalam bentuk uang tunai atau DPR (Dividen Payout Ratio), tapi ditentukan oleh
laba bersih sebelum pajak atau EBIT (Earning Before Interest and Tax) dan kelas
resiko perusahaan. Jadi menurut MM, dividen adalah tidak relevan.
Pernyataan ini didasarkan pada beberapa asumsi penting yang lemah
seperti : (1) Pasar modal sempurna dimana semua investor adalah rasional,
(2Tidak ada biaya emisi saham baru jika perusahaan menerbitkan saham baru,
dan (3) Tidak ada pajak. Kebijakan investasi perusahaan tidak berubah.
Sedangkan kenyataannya : (1) Pasar modal yang sempurna sulit ditemui, (2)
Biaya emisi saham baru pasti ada, (3) Pajak pasti ada, dan (4) Kebijakan
investasi perusahaan tidak mungkin tidak berubah.
b. Teori Dividen yang Relevan (The Bird in the Hand) dari Gordon dan
Lintner
Teori ini menyatakan bahwa biaya modal sendiri perusahaan akan naik jika
presentase laba yang dibayarkan kepada pemegang saham dalam bentuk uang tunai
atau DPR (Dividen Payout Ratio) rendah karenainvestor lebih suka memandang
keuntungan keuntungan dividen dari pada Perolehan modal (Capital Gains).
Investor memandang keuntungan dividen (dividend yeld) lebih pasti dari pada
keuntungan capital gains
Laba ditahan adalah keuntungan dari dividen (dividen yield) ditambah
keuntungan dari capital gains (capital gains yield ). Modigliani dan Miller
menganggap bahwa argumen Gordon dan Lintner ini merupakan suatu .
Menurut MM, pada akhirnya investor akan kembali menginvestasikan dividen
yang diterima pada perusahaan yang sama atau perusahaan yang memiliki
risiko yang hampir sama.
c. Teori Signaling Hypothesis.
MM berpendapat bahwa suatu kenaikan dividen yang diatas biasanya
merupakan suatu tanda kepada para investor bahwa manajemen perusahaan
meramalkan suatu
penghasilan
yang
baik
dividen
masa
mendatang.
Aturan-aturan Hukum.
Berbagai aturan hukum penting untuk membuat batasan hukum yang
memungkinkan kebijakan dividen akhir perusahaan dapat berjalan.
a.
maksimum sebesar jumlah laba tahan, yaitu dari kas dengan membebankan
pengurangan ini ke akun laba ditahan.
b.
Aturan Insolvensi.
Insolvensi didefinisikan secara hukum sebagai kewajiban total
perusahaan yang melebihi aktivanya. Juga berarti ketidakmampuan
perusahaan untuk membayar para kreditornya ketika kewajibannya jatuh
tempo.
c.
3)
Likuiditas.
Likuiditas perusahaan merupakan pertimbangan utama dalam banyak
keputusan dividen. Karena dividen menunjukkan arus kas keluar, semakin besar
besar
mudah ke dana utang, pihak manajemen tidak perlu terlalu khawatir dengan
pengaruh dividen tunai terhadap likuiditasnya.
5)
Pengendalian.
Jika suatu perusahaan membayar dividen dalam jumlah yang cukup besar,
maka perusahaan perlu mengumpulkan modal di kemudian hari melalui penjualan
saham agar dapat membiayai berbagai peluang investasi yang menguntungkan.
Berdasarkan situasi semacam ini, pihak yang memiliki kendali atas perusahaan
dapat terdilusi jika pemegang saham mayoritas tidak dapat memesan saham
tambahan. Para pemegang saham ini mungkin lebih menginginkan pembayaran
dividen dalam jumlah rendah melakukan pendanaan investasi melalui laba
ditahan.
Tipe tipe Kebijakan Dividen.
a.
pembayaran dividen juga menurun, dan hal ini akan menyebabkan harga saham
menurun.
b.
terhadap
target
pembayaran
yang
membuktikan
terjadinya
peningkatan hasil.
c.
d.
e.
Rasio DPR digunakan sebagai proksi modal, karena rasio ini memperbandingkan
jumlah dividen yalg dibayarkan per lembar saham terhadap earning per share (EPS)
perusahaan, oleh Chen dan Steiner (1999) dalam Almilia dan SiIvy (2006) dirumuskan
sebagai berikut:
DPR = Dividen per lembar saham
EAT per lembar saham (EPS)
dimana:
Dividen per Iembar saham = dividen yang dibayarkan oIeh perusahaan
EAT per lembar saham = besarnya laba setelah pajak per saham
Semakin tinggi rasio ini akan menguntungkan para investor karena dividen yang
dibagikan relatif makin besar pula (dari laba bersih biasanya laba seteIah pajak), dan ini
berarti perusahaan mengalokasikan keuntungannya saat itu untuk para pemegang
sahamnya, walaupun memperlemah internal financial Iaba ditahan diperkecil. SebaIiknya
rasio yang semakin keciI akan merugikan para pemegang saham tetapi internal financial
perusahaan akan semakin kuat (Gitosudarmo dan Basri, 2000, dalal1 artikel IDS dan
pendanaan, 2003).
Rasio DPR dipengaruhi oIeh beberapa faktor, yaitu:
1. Kebutuhan dana untuk melunasi hutang, semakin besar dana untuk meIunasi hutang
(obligasi, hipotik) daIam tahun tersebut yang diambilkan dari kas maka akan menurunkan
DPR dan sebaIiknya.
2. Tingkat ekspansi yang direncanakan, semakin tinggi tingkat ekspansi yang
direncanakan oIeh perusahaan berakibat mengurangi DPR karena Iaba yang diperoleh
diprioritaskan untuk penambahan aktiva.
3. Pajak penghasilan, apabila para pemegang saham adalah ekonomi lemah yang bebas
pajak maka DPR lebih tinggi dibandingkan pemegang saham pada ekonomi kuat yang
kena pajak.
3. Dampak dari pendanaan melalui utang (debt financing) terutama oleh pemegang
sahamnya
Hutang mempakan salah satu bentuk pendanaan yang dipilih oleh pemsahaan untuk
mendanai kegiatan operasionalnya. Para pemilik pemsahaan (pemegang saham)
cenderung menghin dari hutang yang ekstrim baik hutang jangka pendek maupun jangka
panjang, karena akan menurunkan nilai perusahaan. Jika dipaksakan, memungkinkan
munculnya biaya kebangkrutan yang terdiri dari legal fee dan distress price (aset
perusalaan yang dihargai murah sewaktu dinyatakan bangkrut).
Apabila pendanaan didanai melalui hutang, maka peningkatan nilai peusahaan terjadi
akibat efek tax deductible, yaitu perusahaan yang memiliki hutang akan membayar bunga
pinjaman yang dapat mengurangi penghasilan kena pajak, yang dapat memberikan
manfaat bagi pemegang saham. (Wijaya et al, 2010)
Brigham dan Houston (2011) menyatakan bahwa utang mempunyai keunggulan
berupa pembayaran bunga dapat digunakan untuk mengurangi pajak sehingga biaya pajak
yang harus dibayar menjadi lebih rendah. Keadaan inilah yang telah mendorong adanya
penggunaan utang yang semakin besar di dalam struktur modal perusahaan.
Hubungan Pajak Penghasilan dengan Keputusan Pendanaan
1. Pajak Penghasilan dengan Hutang
Keputusan pendanaan menjadi re1evan dalam keadaan ada pajak (Modigliani dan
Miller, 1958, dalam Husnan dan Pudjiastuti, 2004). Hal ini dikarenakan bunga yang dibayar
oleh perusahaan merupakan pengurang pajak penghasilan (tax deductibility of interest
payment). Dengan memasukkan unsur pajak, kebanyakan pakar keuangan setuju bahwa
hutang memiliki dampak positif atas penilaian total perusahaan (Horne dan Wlchowicz,
2007). Hutang digunakan untuk pendanaan maupun investasi seperti pembelian aktiva tetap
yang memiliki tax shield atau perlindungan pajak, karena depresiasi aktiva tetap yang
merupakan dana non cash dapat digunakan llntuk mengurangi beban pajak yang ditanggung
perusahaan.
https://sites.google.com/a/gasy.web.id/evaluasi/refferensi/jurnal/pengaruh-laba-bersih-danarus-kas-operasi-terhadap-kebijakan-dividen-pada-perusahaan-manufaktur-yang-go-publik
http://www.slideshare.net/azizasw/presentasi-pendanaan-bab16-kel09-azizasw
http://www.slideshare.net/abeyow/pendanaan-ii
http://www.slideshare.net/abeyow/pendanaan
http://indraputrabintan.blogspot.com/2012/04/kebijakan-dividen.html#.VRegPiw1jIU
http://iamluckyone.blogspot.com/2011/05/kebijakan-dividen.html
http://ekonomi.kabo.biz/2011/05/kebijakan-dividen.html
http://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=4&cad=rja&uact=8&ved=0CDgQFjAD&url=http
%3A%2F%2Fdownload.portalgaruda.org%2Farticle.php%3Farticle%3D189491%26val
%3D6467%26title%3D%25C3%25A2%25E2%2582%25AC%25C5%2593PENGARUH
%2520DEBT%2520FINANCING%2520DAN%2520EQUITY%2520FINANCING
%2520TERHADAP%2520%2520PROFIT%2520EXPENSE%2520RATIO
%2520PERBANKAN%2520SYARIAH%2520%25C3%25A2%25E2%2582%25AC
%25C5%2593%2520%2520%2528Studi%2520pada%2520Bank%2520Muamalat
%2520Indonesia%2520dan%2520Bank%2520Syariah%2520Mandiri
%2529&ei=R6QXVaCyK4KwuAT9p4HIDg&usg=AFQjCNFlD96UVUQUlFzdLlRbZTVe4QDYQ&bvm=bv.89381419,d.c2E
http://www.pajak.go.id/sites/default/files/Buku%20PPh%20Upload.pdf
Akuntansi Pajak\By Prof. Dr. Gunadi, M.Sc., Akt.
https://books.google.co.id/books?
id=b4rgSr6Be2sC&pg=PA133&lpg=PA133&dq=uu+distribusi+laba&source=bl&ots=VsOeN1Nyo&sig=C9JQgl1Zt5txVgwnFB08FI3cmw&hl=en&sa=X&ei=M9MUVdTdOMS9ugT4woLYDg&ved=0
CEUQ6AEwBQ#v=onepage&q=uu%20distribusi%20laba&f=true
Brigham, Eugene F. dan Houston, Joel f. 2011. Manajemen Keuangan. Edisi Sebelas. Jakarta:
Salemba Empat.
Iriansyah, Salman H. dan Dana, I Made. Pengaruh Profitabilitas, Pajak, dan Pertumbuhan
Perusahaan terhadap keputusan pendanaan pada Perusahaan industri rokok yang terdaftar di
Bursa efek indonesia periode 2007-2010. Fakultas Ekonomi Universitas Udayana, Bali,
Indonesia
Kartika, Andi. 2009. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Struktur modal pada Perusahaan
Manufaktur yang Go Public di BEI. Jurnal Dinamika Keuangan dan Perbankan Vol.1 No.2
Hal 105-122.
Purnamasari, Yenny. 2009. Pajak Penghasilan dan Keputusan Pendanaan (Studi Empiris pada
Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia). Jurnal Akuntansi Kontemporer Vol. 1 No. 1
Hal 33-46.
Wijaya, Lihan R.P., Bandi, dan Wibawa, Anas. 2010. Pengaruh Keputusan Investasi,
Keputusan Pendanaan, dan Kebijakan Dividen terhadap Nilai Perusahaan. Simposium
Nasional Akuntansi XIII.
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan (PPh)
http://ekonomister.blogspot.com/2010/10/keputusan-pendanaan.html