Professional Documents
Culture Documents
10.2010.011
Apriliana Widiastuti
10.2010.048
Yoseph Kandars
10.2010.064
Gresia Kristi
10.2010.075
Marcella Deviana
10.2010.100
Cathelin Stella
10.2010.219
10.2010.255
10.2010.369
PENDAHULUAN
Di indonesia penyakit hubungan seksual sudah banyak menjalar
dengan perkembangan penularan yang sangat cepat dan dapat menurunkan
daya tahan tubuh. Dalam penelitian lebih lanjut dijumpai bahwa makin
bertambah penyakit yang timbul akibat hubungan seksual, dari sudut
etimologi ternyata penyakit hubungan seksual berkembang sangat cepat
berkaitan
dengan
pertambahan
dan
terjadinya
migrasi
penduduk,
mempertimbangkan
fisiologis,psikologis,sosial
dan
keempat
spiritual,
kebutuhan
keputusan
dasar
yaitu
hendaknya
juga
menggunakan
pendekatan
teori
etika
yang
cukup
banyak
jumlahnya.
Beauchamp and Childress(1994) menguraikan bahwa untuk mencapai ke
suatu keputusan etik diperlukan 4 kaidah dasar moral ( moral principle) dan
beberapa rules di bawahnya. Ke-4 prinsip dasar moral tersebut adalah:1
1. Prinsip otonomi: Prinsip moral yang menghormati hak-hak pasien,
terutama
hak
otonomi
determination).Otonomi
pasien
pasien
(the
dianggap
rights
cerminan
to
konsep
self
self
setelah
ia
menerima
dan
memahami
informasi
yang
diperlukan.
2. Prinsip beneficence: Prinsip moral yang mengutamakan tindakan
yang ditujukan ke kebaikan pasien. Dalam beneficence tidak hanya
dikenal perbuatan untuk kebaikan saja, melainkan juga perbuatan
yang sisi baiknya (manfaat) lebih besar dari sisi buruknya(mudharat).
3. Prinsip non-maleficence: Prinsip moral yang melarang tindakan
yang memperburuk keadaan pasien. Prinsip ini dikenal sebagai
primum non nocere atau above all do no harm.
4. Prinsip justice: Prinsip moral yang mementingkan fairness dan
keadilan dalam bersikap maupun dalam mendistribusikan sumber daya
(distributive justice).
Sedangkan
rules
benar,jujur,terbuka),
derivatnya
privacy
adalah
veracity
(menghormati
(berbicara
hak
privasi
dengan
pasien),
terkena
gonore, dan
Memberikan
pengobatan
kepada
kepada
pasien
untuk
mencegah
Non-Maleficence
Kewajiban dokter untuk menganut non-maleficence berdasarkan dalam
kondisi berikut ini :
1. Pasien dalam keadaan amat berbahaya atau berisiko kehilangan sesuatu
yang penting
2. Dokter sanggup mencegah bahaya atau kehilangan tersebut
3. Tindakan dokter terbukti efektif
4. Manfaat bagi pasien lebih besar daripada kerugian dokter
Justice
Memberikan pemeriksaan, pengobatan yang sesuai kepada pasien, dan
istrinya apabila instrinya juga terkena GO.
Otonomi
Memberikan informed concent secara jelas pada pasien dan istri pasien saat
datang untuk melakukan pemeriksaan.
Menyarankan kepada pasien untuk dapat terbuka kepada istrinya, untuk
mencegah terjadinya penularan GO yang dideritanya. Namun, pasien
memilih untuk tidak memberitahukan kepada istrinya.
Memberitahukan bahwa istri pasien harus diperiksa juga karena dicurigai
telah menderita GO juga, oleh karena itu perlu diperiksa dan dilakukan
pengobatan jika terbukti benar.
kedokterannya
berdasarkan
atas
permintaan
pasien
(prinsip
otonomi). 1
Akan tetapi, dokter tetap tidak bisa membiarkan istri si pasien tidak
mendapatkan pemeriksaan dan perawatan yang semestinya segera ia
dapatkan seperti si suaminya jika istrinya ternyata benar-benar tertular GO,
hal ini tidak adil bagi si istrinya (prinsip justice dan beneficence), oleh sebab
itu dokter mengusulkan kepada pasien agar ia mau membujuk istrinya untuk
general check up namun bilamana hasil pemeriksaan istrinya positif
menderita GO maka ada kemungkinan istrinya akan menyadari bahwa ia
mendapatkan penyakitnya dari si suami. Bila suaminya tidak mau membujuk
istrinya untuk diperiksa, maka nantinya bila suaminya sudah sembuh, ia bisa
tertular GO lagi dari istrinya yang belum mendapatkan terapi dan ini akan
semakin memperburuk keadaan (prinsip non-maleficence).
Komunikasi dan Informed Consent
Menurut PerMenKes no 290/MenKes/Per/III/2008 dan UU No. 29 Tahun
2004 Pasal 45 ayat 1 serta Manual Persetujuan Tindakan Kedokteran KKI
tahun 2008, Informed Consent adalah persetujuan tindakan kedokteran yang
diberikan oleh pasien atau keluarga terdekatnya setelah mendapatkan
penjelasan secara lengkap mengenai tindakan kedokteran yang akan
dilakukan terhadap pasien tersebut.3 Tujuan Informed Consent adalah
kepada
termasuklah
pasien
sebelum
mendapatkan
menerangkan
diagnosis
penyakit,
informed
prognosis
dan
consent
pilihan
Hak pasien
WMA telah mengeluarkan Declaration of Lisbon on the Rights of the Patient
(1991) yang menyatakan hak pasien adalah sebagai berikut:1
1. Hak memilih dokter secara bebas.
2. Hak dirawat oleh dokter yang bebas dalam membuat keputusan klinis
dan etis.
3. Hak untuk menerima atau menolak pengobatan setelah menerima
informasi yang adekuat.
4. Hak untuk dihormati kerahasiaan dirinya.
5. Hak untuk mati secara bermartabat.
6. Hak untuk menerima atau menolak dukungan spiritual atau moral.
Hak
Hak
Hak
Hak
Hak
Hak
atas informasi.
atas second opinion.
untuk memberi persetujuan atau menolak suatu tindakan medis.
untuk kerahasiaan.
untuk memperoleh pelayanan kesehatan.
untuk memperoleh ganti rugi apabila ia dirugikan akibat kesalahan
tenaga kesehatan.
dilakukan.
Hak untuk meminta pendapat dokter lain.
Hak mendapatkan pelayanan sesuai kebutuhan medis.
Hak untuk menolak tindakan medis.
Hak untuk mendapatkan isi rekam medis.
Rahasia Kedokteran
Rahasia kedokteran adalah suatu norma yang secara tradisional
dianggap sebagai norma dasar yang melindungi hubungan dokter dengan
pasien. Sumpah Hippocrates berbunyi:1
What I may see or hear in the course of treatment or even outside of
the treatment in regard to the life of men, which on no account one
must spread abroad, I will keep to myself holding such things shameful
to be spoken about. All that may come to my knowledge in the
exercise of my profession or not in the connection with it, or in daily
commerce with men, which ought not be spoken abroad, I will not
divulge abroad and will never reveal.
Demikian pula di dalam kode etik kedokteran Internasional terdapat
pasal yang berbunyi: A doctor shall preserve absolute secrecy on all he
knows about his patients because of the confidence entrusted in him.
Peraturan pemerintah No.10 tahun 1966 yang mengatur tentang wajib
simpan rahasia kedokteran mewajibkan seluruh tenaga kesehatan untuk
menyimpan segala sesuatu yang diketahuinya selama melakukan pekerjaan
dibidang kedokteran sebagai rahasia. Namun PP tersebut memberikan
pengecualian sebagaimana terdapat dalam pasal 2, yaitu apabila terdapat
peraturan perundang-undangan yang sederajat(PP) atau yang lebih tinggi
(UU) yang mengaturnya lain.
10
Sesuatu rahasia hanya boleh dibuka jika adanya ijin atau persetujuan
atau kuasa dari pasien itu sendiri, perintah jabatan(pasal 51 KUHP), daya
paksa (pasal 48 KUHP) dan dalam rangka membela diri (pasal 49 KUHP)
serta dalam menyampaikan penyakit wabah, karantina,pelaporan statistik
kesehatan dan pembuatan visum et repertum.1
Kepercayaan merupakan bagian penting dalam hubungan dokterpasien. Untuk dapat menerima perawatan medis, pasien harus membuka
rahasia pribadi kepada dokter mengenai informasi yang mungkin tidak ingin
diketahui orang lain. Mereka memerlukan kepercayaan
11
(2)
sekurang-kurangnya
mencakup:
(4)Diagnosis dan tata cara tindakan medis; tujuan tindakan medis yang
dilakukan; alternatif tindakan lain dan risikonya; risiko dan komplikasi
yang mungkin terjadi; dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan.
(5)Persetujuan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2) dapat diberikan
baik secara bertulis maupun lisan.
(6)Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang mengandung risiko
tinggi harusdiberikan dengan persetujuan tertulis yang ditandatangani
oleh yang berhak memberikan persetujuan. 4
Pasal 48
(1)Setiap dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan prakrik kedokteran
wajib menyimpanrahasia kedokteran.
12
Pasal 51
Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran mempunyai
kewajiban. Merahasiakan segala sesuatu yang diketahui tentang pasien,
bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia.
Pasal 52
Pasien dalam, menerima pelayanan pada praktik kedokteran, mempunyai
hak:
(1)Mendapatkan
penjelasan
secara
lengkap
tentang
tindakan
medis
13
Pasal 3
Yang diwajibkan menyimpan rahasia yang dimaksud dalam pasal 1 ialah:
a.Tenaga kesehatan menurut pasal 2 UU tentang kesehatan b.Mahasiswa
kedokteran,
murid
yang
bertugas
dalam
lapangan
pemeriksaan,
pelanggaran
ketentuan
mengenai
wajib
simpan
rahasia
kedokteran, yang tidak atau tidak dapat dipidana menurut pasal 322 atau
pasal 112 KUHP, menteri kesehatan dapatmelakukan tindakan administrative
berdasarkan pasal UU tentang tenaga kesehatan.
Pasal 5
Apabila pelanggaran yang dimaksud dalam pasal 4 dilakukan oleh mereka
disebut dalam pasal 3 huruf b, maka menteri kesehatan dapat mengambil
tindakan-tindakan berdasarkan wewenang dan kebijaksanaannya.
Pasal 6
Dalam pelaksanaan peraturan ini, menteri kesehatan dapat mendengar
Dewan Pendinding Susila Kedokteran dan atau badan-badan lain bilamana
perlu.
14
Pasal 50 KUHP
Barang siapa melakukan perbuatan untuk melaksanakan ketentuan undangundang tidak dipidana.
PROSEDUR MEDIKOLEGAL
I. PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIK
Pasal 2. Permenkes No.585/MenKes/Per/IX/1989
(1)Semua tindakan medik yang akan dilakukan terhadap pasien harus
mendapat persetujuan.
(2)Persetujuan dapat diberikan secara tertulis maupun lisan.
15
Rahasia Kedokteran
Salah satu di antara beberapa kewajiban dokter adalah menyimpan
rahasia kedokteran. Yang dimaksudkan dengan rahasia kedokteran menurut
ketentuan Pasal 1 PP Nomor 10 Tahun 1966 tentang wajib simpan rahasia
kedokteran adalah segala sesuatau yang diketahui oleh orang-orang
tersebut dalam pasal 3 pada waktu atau selama melakukan pekerjaannya
dalam lapangan kedokteran. Di dalam penjelasan pasal 1 tentang kata-kata
segala sesuatu yang diketahui maksudnya adalah segala fakta yang
didapat dalam pemeriksaan pasien, interpretasinya untuk menegakkan
diagnosa dan melakukan pengobatan dari anamnesa, pemeriksaan jasmani,
pemeriksaan dengan alat kedokteran dan sebagainya.4
Kewajiban menyimpan rahasia kedokteran tersebut adalah merupakan
rahasia jabatan yang harus dipegang teguh oleh dokter dan merupakan
syarat yang senantiasa harus dipenuhi untuk menciptakan suasana saling
mempercayai dan mutlak dibutuhkan dalam hubungan dokter dengan
pasien.Rahasia jabatan dokter dimaksudkan untuk melindungi rahasia
penyakit pasien sehingga tetap terpelihara kepercayaan pasien terhadap
dokternya.Rahasia kedokteran dijelaskan dalam pasal 322 KUHP.
Pasal 322 KUHP
18
DAMPAK HUKUM
Dampak hukum yang mungkin timbul dari keputusan dokter seperti dalam
pasal 4 PP no 10/1966, tindak pidana yang dikenakan adalah berdasarkan
pasal 322 yang seperti berikut:
Pasal 322 KUHP:
(1)Barang siapa dengan sengaja membuka rahasia yang wajib disimpannya
karena jabatan atau pencariannya baik yang sekarang maupun yang
dahulu, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau
pidana denda paling banyak sembilan ribu rupiah.
(2)Jika kejahatan dilakukan terhadap seseorang tertentu, maka perbuatan itu
hanya dapat dituntut atas pengaduan orang itu.
Pelanggaran kewajiban untuk menjaga rahasia medis dapat dikenakan
beberapa sanksi, antaranya ialah:
19
Dalam
peraturan
No.16/KKI/PER/VIII/2006
tentang
Konsil
TataCara
Kedokteran
Penanganan
Indonesia
Perlanggaran
memberitahu
istri
pasien
mengenai
suaminya,
takut
terjadi
menyimpan
rahasianya.
Walaupun
dokter
mengetahui
bahwa
penyakit ini bisa kambuh kembali walaupun laki-laki tersebut sudah berobat
(fenomena ping-pong). Maka, dokter harus mengambil tindakan yang benar
dengan mengobati pasien laki-laki tersebut dan juga sang istrinya, tanpa
membuka rahsia jabatan. Harus dijelaskan perjalanan penyakit GO dengan
detail,menghindari hubungan seksual sebelum sembuh dan memakai
kondom
jika
tidak
dapat
dihindarkan
serta
pentingnya
patuh
pada
22
PENUTUP
23
untuk
kasus-kasus
tertentu
seperti
penyakit
yang
boleh
memberitahu
menasehati
keadaan
dirinya
pasien
kepada
secara
tidak
keluarganya
langsung
dan
untuk
menjelaskan
komplikasi atau bahaya yang mungkin timbul kepada mereka jika dia tetap
tidak mahu memberitahu ahli keluarganya tanpa campur tangan secara
langsung dari si dokter dan terserah pasien bagaimana untuk menjelaskan
agar tidak timbul masalah di dalam keluarganya.
Jadi, peran dokter adalah menjelaskan sedetail mungkin mengenai
penyakit yang pasien deritai dari perjalanan penyakit, diagnosa,cara
penularan,pengobatan
dan
prognosis
sehingga
mereka
benar-benar
diterapkan
pada
setiap
dokter.Dalam
kasus
ini,
dokter
dialami sang suami, namun dokter tetap informed consent akan penyakit
gonore supaya sang suami tahu akan komplikasi yang bisa didapat jika tidak
diobati. Oleh itu, dokter tidak dikenakan tindak pidana karena tetap menjaga
rahasia kedokteran.Etika profesi kedokteran harus ada pada seorang dokter
dan diterapkan tanpa melanggar hak-hak pasien.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sampurna B., Syamsu Z., Siswaja T.D. Bioetik, Kode etik kedokteran
Indonesia, Rahasia kedokteran, Informed consent, Pelanggaran etik dan
disiplin profesi kedokteran. Bioetik Dan Hukum Kedokteran Pengantar Bagi
Mahasiswa Kedokteran Dan Hukum.Pustaka Dwipar. Jakarta; 2007. pg 2932,49-51,53, 77-83,138-9.
2. Williams J. World Medical Association: Medical Ethics Manual.2 nd Edition.
2009.
3. Peraturan
medikolegal.
Perundang-Undangan
Cetakan
kedua.
Bidang
Bagian
Kedokteran.
kedokteran
forensik
Prosedur
Fakultas
25