Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Sungai merupakan salah satu sumber air tawar yang sangat penting untuk kehidupan
manusia. Sugai, ekosistem lentik, ekosistem lotik, saling berhubungan. Manfaat sungai antara
lain adalah sebagai tempat budidaya ikan, tempat rekreasi, untuk pengairan, dll. Sungai juga
mempunyai peranan penting bagi binatang dan tumbuhan yang terdapat di dalam perairan
tersebut. Namun kebanyakan sungai di Indonesia telah mengalami penurunan fungsi akibat
berbagai aktifitas manusia, begitu juga dengan eksploitasi terhadap biota perairan dan
pembangunan yang begitu pesat. Praktikum Ekologi Perairan ini dilaksanakan di Sungai
Tambak Bayan untuk mengamati parameter fisik, kimia, dan biologi sungai tersebut,
sehingga dapat mengetahui kualitas perairan di Sungai Tambak Bayan.
Ekologi adalah salah satu dari sekian banyak divisi dasar biologi yang berkaitan
dengan prinsip-prinsip umum yang fundamental untuk semua kehidupan (Odum, 1996).
Daerah aliran sungai dibagi menjadi hulu sungai, hilir sungai, dan muara sungai (Satrodinata,
1980). Berdasarkan komposisi kimia yang terkandung dalam sungai ada 2 bagian sungai
yaitu sungai yang mengandung air sadah atau sungai karbonat dan sungai yang mengandung
air lunak atau sungai kloride (Livingstone, 1963). Karakter utama sungai ditentukan oleh
faktor pembatas yaitu kecepatan arus. Kecepatan arus dipengarui oleh lebar sungai,
kedalaman sungai, dan kemiringan sungai (Rein and Wood, 1976). Sementara arus di sungai
mempunyai arti penting untuk pergerakan ikan. Arus searah dari hulu sungai menyebabkan
ikan-ikan bergerak aktif melawan arus ke arah muara ( Wotton, 1992).
Penelitian Ekosistem Sungai ini bertujuan untuk mempelajari karakteristik ekosistem
sungai dan faktor-faktor pembatasnya, mempelajari cara-cara pengambilan data tolokukur
(parameter) fisik, kimia, biologi, mempelajari korelasi antara beberapa tolokukur lingkungan
dengan komunitas biota perairan (makrobentos) dan mempelajari kualitas perairan sungai
berdasarkan indeks diversitas biota perairan.
METODOLOGI
Praktikum dilaksanakan di Sungai Tambak Bayan, Sleman, Yogyakarta pada hari
Senin, 1 April 2013 pukul 13.30 WIB sampai selesai. Pada praktikum kali ini dilakukan
beberpa prinsip kerja mulai dari membagi perairan menjadi 4 stasiun. Setelah sampai di
stasiun, cuplikan plankton diambil dengan cara mengambil substrat dasar menggunakan plot
dari kayu. Setelah itu, substrat halus didapat kemudian pindahkan ke larutan fiksatif (formalin
dan alkohol). Setelah itu pada masing-masing stasiun dilakukan tolokukur lingkungan seperti
suhu dengan termometer, kecepatan arus dengan bola pingpong, derajat keasaman pH. Pada
kandungan DO digunakan metode Winkler, digunakan rumus = 1000/50 x Y x 0,1 mg/l.
Pengukuran kandungan CO2 bebas dengan metode alkalimetri dengan rumus 1000/50 x C x 1
mg/l. Pengukuran alkalinitas dengan metode Alkalimetri dengan rumus 1000/50 x C x 1 mg/l
= (X) dan 1000/50 x D x 1 mg/l = (Y) dengan alkalinitas total = (X) + (Y) mg/l. Untuk
pengukuran kepadatan plankton dan indeks diversitasnya dilakukan dengan pengamatan
mikroskopik dengan Sedgwick Rafter Counting Cell (SR) bervolume 1 ml. Sedangkan
densitas dan indeks diversitas plankton dihitung dengan menggunakan rumus Shannon
D= a
indv
L . Serta pengukuran
dan D=
idv
m2
Pada praktikum kali ini menggunakan bahan seperti kertas pH, larutan MnSO 4,
larutan reagen oksigen, larutan H2SO4 pekat, larutan 1/80 N Na2S2O3, indikator amilum dan
Phenolptalein, larutan MO, larutan formalin 4%, larutan BCC/MR. Selain itu digunakan alat
seperti : stopwatch, roll meter, meteran kain atau penggaris, termometer, botol oksigen, gelas
ukur, pipet tetes, pipet ukur, buret , ember plastik, petersen grab, surber, plot kayu, saringan,
mikroskop, kertas label dan pensil.
PEMBAHASAN
Praktikum dilaksanakan di Sungai Tambak Bayan. Sungai ini biasa digunakan oleh
warga sekitar untuk keperluan rumah tangga, keperluan mandi dan minum hewan, bermain,
dan sebagainya. Meski telah mengalami penurunan fungsi dalam ekosistem karena berbagai
aktifitas manusia, namun sungai ini memiliki warna air yang cukup jernih. Pada praktikum
kali ini, sungai dibagi menjadi 4 stasiun pengamatan. Stasiun pengamatan 1 terletak dekat
dengan jalan raya. Kondisi wilayah untuk mencapai lokasi sangat licin dan terjal. Stasiun 1
memiliki arus air yang cukup besar, dasar sungainya berbatu. Disekitar sungai terdapat
banyak vegetasi tanaman, rumput liar, pohon-pohon yang rimbun dan masih banyak tanaman
lain. Airnya sangat jernih dan dingin. Pada saat dilakukan praktikum cuaca di stasiun 1 hujan
deras sehingga pada saar pengambilan data parameter fisik, kimia dan biologi sempat terhenti
beberapa saat.
Tabel hasil pengamatan parameter fisik, kimia, dan biologi ekosistem sungai.
Stasiun
Parameter
Fisik
Suhu udara (C)
Suhu air (C)
Kecepatan arus (m/s )
Debit (m3/s)
Kimia
DO (ppm)
CO2 (ppm)
Alkalinitas (ppm)
pH
Biologi
Densitas plankton (idv/L)
Diversitas plankton
Densitas Makrobentos (idv/m2)
27,5
28
0,48
0,43
26,67
28,33
0,84
1,7652
29
28
0,69
1,325
27,25
27,5
0,59
2,73
7,1
11,7
92
7
5,2
11,1
83
7
4,2
8,4
278
7
3,52
15,5
172
7,1
107,5
2,13
356,25
97,5
3,541
437,5
127,5
2,207
100
72,5
0,995
43,75
Diversitas Makrobentos
Densitas Gastropoda (idv/m2)
cuaca
vegetasi
0,35
102,99
Hujan deras
Pohon
rimbun
0
1723,7
Mendung
Pohon
Rindang
1,405
21,75
Hujan
Semak
semak
0,59
7,31
Mendung
Pohon
rindang
Berdasarkan hasil penelitian, kondisi stasiun suhu 1 menunjukkan bahwa suhu udara
27,5 C hal ini masih berada pada kisaran suhu normal, sedangkan suhu airnya 28 o C. Suhu
air lebih tinggi daripada suhu udara karena pada saat penelitian,kondisi cuaca sedang
mendung dan akhirnya hujan deras, sehingga terjadi penurunan suhu. Kecepatan arus dan
debit air cukup tinggi yaitu 0,48 m/s dan 0,43 m3/s. Hal ini disebabkan karena stasiun 1
mendekati hulu sungai. Hulu sungai memiliki ciri-ciri dasar perairannya berbatu dan arus air
yang deras. Parameter lain yang diamati adalah parameter kimia berupa DO, CO 2, dan
alkalinitas. Dari penelitian diketahui kandungan DO, CO2 dan alkalinitas berturut-turut adlah
7,1 ppm ; 11,7 ppm ; 92 ppm. Dan berada pada pH normal yakni 7. Kandungan DO lebih
rendah dari CO2 karena kurangnya cahaya yang masuk sehingga fotosintesis tidak berjalan
dengan lancar dan mengakibatkan kurangnya kandungan DO, namun proses respirasi
makrobentos tetap berjalan. Alkalinitasnya 92, semakin sedikit alkalinitas maka jumlah
nutrient yang ada dalam sungai lebih banyak. Untuk parameter biologi diperoleh densitas
plankton sebesar 107,5 indv/L, diversitas plankton sebesar 2,13. Densitas makrobentos
sebesar 356,25 indv/m2, diversitas makrobentos sebesar 0,35. Dan densitas gastropoda
sebesar 102,99 ind/m2. Hasil cukup tinggi untuk makrobentos jenis Melanoides sp. Hal ini
dipengaruhi oleh intensitas cahaya matahari yang langsung berhubungan dengan kadar CO2
bebas serta oksigen terlarut yang merupakan nutrisi bagi fitoplankton, sehingga semakin
banyak plankton, maka akan mempengaruhi diversitas gastropoda pada suatu wilayah sebagai
bahan makanannya (Fardiaz, 1992).
Dari praktikum diperoleh data dan grafik hubungan parameter vs stasiun. Mulai dari
parameter fisik yakni suhu air, suhu udara, dan kecepatan arus.
o
Suhu Udara
Suhu Air
Stasiun
Berdasarkan grafik tersebut diketahui suhu air tertinggi ada pada stasiun 2 dan suhu
udara tertinggi pada stasiun 3. Menurut Effendi (2003), suhu udara maupun suhu air pada
masing-masing stasiun berbeda-beda. Kualitas air secara umum menunjukkan mutu atau
kondisi air yang dikaitkan dengan dengan suatu kegiatan atau keperluan tertentu. Suhu air
sangat dipengaruhi oleh letak dan kedudukannya (tinggi rendahnya). Pada masing-masing
stasiun didapatkan suhu air antara lain 28o C ; 28,33o C ; 28o C ; 27,5o C. Suhu udara 27,5o C ;
26,67o C ; 29o C ; dan 27,5o C. Perbedaan naik turunnya suhu ini disebabkan oleh sinar
matahari yang masuk terhalang oleh vegetasi tanaman yang tumbuh di sepanjang sungai,
Suhu air yang rendah berkaitan dengan kandungan oksigen terlarutnya, karena semakin tinggi
suhu suatu perairan maka kadar oksigen terlarutnya rendah, begitu pula sebaliknya, semakin
rendah suatu perairan maka kadar oksigen terlarutnya semakin tinggi. (Siradz, 2001).
0.4
0.2
0
Stasiun
Kandungan DO VS Stasiun
8
7
6
5
DO (ppm) 4
3
2
1
0
Stasiun
Stasiun
stasiun 4 karena stasiun 4 berada pada bagian hilir yang merupakan daerah pengendapan
semua bahan yang terbawa oleh arus sungai
yang terdapat banyak bahan yang
mengakibatkan tercemarnya air. Daerah hilir mendapat cahaya matahari yang cukup namun
karena kadar O2 yang lebih sedikit maka proses respirasi tidak berjalan lancar dan
mengakibatkan meningkatnya kadar CO2.
Alkalinitas VS Stasiun
300
250
200
Alkalinitas ( ppm ) 150
100
50
0
Stasiun
pH VS Stasiun
7.15
7.1
pH 7.05
7
6.95
Stasiun
Grafik 6. pH vs Stasiun
Dari grafik diatas diketahui bahwa pH di air tiap stasiun adalah 7. pH netral adalah 7,
pH asam adalah 0 7 dan pH basa 714 (Purba, 1994). Sehingga dapat disimpulkan bahwa
pH masing-masing stasiun adalah netral. PH netral merupakan pH yang baik sebab dengan
netralnya pH maka makrobentos dapat berkembang dengan baik.
Selanjutnya adalah parameter biologi meliputi densitas plankton, densitas
makrobentos, diversitas plankton dan diversitas makrobentos.
60
40
20
0
Stasiun
200
100
0
Stasiun
Diversitas Plankton
Diversitas Makrobentos
1 2 3 4
Stasiun
plankton pada stasiun 2. Sedangkan diversitas makrobentos tertinggi ada pada stasiun 3.
Seharusnya diversitas makrobentos yang tertinggi ada pada stasiun 2 karena menurut teori
Fardiaz (1992), arus air yang sedang membawa tekanan dalam air yang menyebabkan
distribusi makrobentos terpusat pada daerah tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Sungai Tambak Bayan, dapat
disimpulkan bahwa perairan di Sungai Tambak Bayan tergolong baik. Namun stasiun 2
adalah daerah yang memiliki kualitas air paling baik hal ini dapat diketahui karena pada
stasiun 2 terdapat indeks diversitas plankton yang tinggi. Faktor-faktor yang menunjang
tingginya indeks diversitas plankton antara lain kondisi suhu air dan suhu udara yang
optimum, kadar DO yang tinggi, kadar cahaya matahari yang dapat diterima dengan baik, pH
yang netral, disamping itu juga memiliki kadar CO2 dan alkalinitas yang rendah.
KESIMPULAN
Kesimpulan dari praktikum ekologi perairan ekosistem sungai ini adalah Sungai
Tambak Bayan memiliki kualitas air yang masih tergolong baik dan belum terlalu tercemar
oleh limbah rumah tangga. Hasil pengamatan juga menunjukkan bahwa faktor-faktor
pembatas ekosistem sungai saling berhubungan dan saling mempengaruhi satu sama lain,
terutama dengan biota perairan yang hidup di perairan tersebut. Sungai Tambak Bayan secara
keseluruhan memiliki karakteristik dasar sungai yang berbatu, arus deras, dan terdapat
vegetasi tumbuhan yang cukup banyak di tiap stasiun. Dilakukan pengambilan tolokukur
lingkungan seperti suhu dengan termometer, kecepatan arus dengan bola pingpong, derajat
keasaman pH. Pada kandungan DO digunakan metode Winkler. Pengukuran kandungan CO 2
bebas dengan metode alkalimetri. Pengukuran alkalinitas dengan metode Alkalimetri. Untuk
pengukuran kepadatan plankton dan indeks diversitasnya dilakukan dengan pengamatan
mikroskopik dengan Sedgwick Rafter Counting Cell (SR) bervolume 1 ml. Sedangkan
densitas dan indeks diversitas plankton dihitung dengan menggunakan rumus Shannon
indv
L . Serta pengukuran
dan D=
idv
m2
SARAN
Seharusnya setiap masyarakat memiliki kesadaran yang besar terhadap pentingnya
manfaat sungai bagi kehidupan manusia. Sungai Tambak Bayan masih tergolong sungai yang
memiliki kualitas air yang baik sehingga dihimbau untuk mengelola dan melestarikannya
dengan baik, dengan begitu dapat dirasakan manfaatnya untuk kehidupan saat ini dan masa
yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Effendi, I. 2003. Pengantar Akuakultur. Penebar Swadaya. Jakarta
Fardiaz, S. 1992. Polusi Air dan Udara. Kanisius. Yogyakarta