You are on page 1of 11

EKOSISTEM SUNGAI

Almira Islamei Pratiwi


12/331713/PN/12797
Teknologi Hasil Perikanan
INTISARI
Sungai merupakan ekosistem akuatik yang bergerak ke satu arah. Keadaan sungai dapat
dipengaruhi oleh besarnya frekuensi hujan, luas, bentuk, dan keadaan daerah penelitian serta
kemiringan tanah dan pengalirannya. Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mempelajari
karakteristik ekosistem sungai beserta faktor-faktor pembatasnya, mempelajari cara-cara
pengambilan data parameter fisik, kimia, dan biologi suatu perairan, dan mempelajari kualitas
perairan sungai berdasarkan indeks diversitas plankton, serta mempelajari korelasi antara
beberapa tolokukur lingkungan dengan komunitas biota perairan (makrobentos). Penelitian
ini diawali dengan pengukuran kecepatan air sungai, menghitung jumlah makrobentos
dengan memberi plot, pengukuran parameter fisik, kimia, dan biologi. Densitas makrobentos
pada setiap stasiun, dari stasiun I sampai stasiun IV yaitu 356,25 ; 437,5 ; 100 ; dan 43,75 ,
sedangian diversitas makrobentos yakni 0,35 ; 0 ; 1,405 ; 0,59.
Kata kunci : Densitas, Diversitas, Makrobentos, Plankton, Sungai.

PENDAHULUAN
Sungai merupakan salah satu sumber air tawar yang sangat penting untuk kehidupan
manusia. Sugai, ekosistem lentik, ekosistem lotik, saling berhubungan. Manfaat sungai antara
lain adalah sebagai tempat budidaya ikan, tempat rekreasi, untuk pengairan, dll. Sungai juga
mempunyai peranan penting bagi binatang dan tumbuhan yang terdapat di dalam perairan
tersebut. Namun kebanyakan sungai di Indonesia telah mengalami penurunan fungsi akibat
berbagai aktifitas manusia, begitu juga dengan eksploitasi terhadap biota perairan dan
pembangunan yang begitu pesat. Praktikum Ekologi Perairan ini dilaksanakan di Sungai
Tambak Bayan untuk mengamati parameter fisik, kimia, dan biologi sungai tersebut,
sehingga dapat mengetahui kualitas perairan di Sungai Tambak Bayan.
Ekologi adalah salah satu dari sekian banyak divisi dasar biologi yang berkaitan
dengan prinsip-prinsip umum yang fundamental untuk semua kehidupan (Odum, 1996).
Daerah aliran sungai dibagi menjadi hulu sungai, hilir sungai, dan muara sungai (Satrodinata,
1980). Berdasarkan komposisi kimia yang terkandung dalam sungai ada 2 bagian sungai
yaitu sungai yang mengandung air sadah atau sungai karbonat dan sungai yang mengandung
air lunak atau sungai kloride (Livingstone, 1963). Karakter utama sungai ditentukan oleh
faktor pembatas yaitu kecepatan arus. Kecepatan arus dipengarui oleh lebar sungai,
kedalaman sungai, dan kemiringan sungai (Rein and Wood, 1976). Sementara arus di sungai
mempunyai arti penting untuk pergerakan ikan. Arus searah dari hulu sungai menyebabkan
ikan-ikan bergerak aktif melawan arus ke arah muara ( Wotton, 1992).
Penelitian Ekosistem Sungai ini bertujuan untuk mempelajari karakteristik ekosistem
sungai dan faktor-faktor pembatasnya, mempelajari cara-cara pengambilan data tolokukur
(parameter) fisik, kimia, biologi, mempelajari korelasi antara beberapa tolokukur lingkungan
dengan komunitas biota perairan (makrobentos) dan mempelajari kualitas perairan sungai
berdasarkan indeks diversitas biota perairan.
METODOLOGI
Praktikum dilaksanakan di Sungai Tambak Bayan, Sleman, Yogyakarta pada hari
Senin, 1 April 2013 pukul 13.30 WIB sampai selesai. Pada praktikum kali ini dilakukan
beberpa prinsip kerja mulai dari membagi perairan menjadi 4 stasiun. Setelah sampai di
stasiun, cuplikan plankton diambil dengan cara mengambil substrat dasar menggunakan plot
dari kayu. Setelah itu, substrat halus didapat kemudian pindahkan ke larutan fiksatif (formalin
dan alkohol). Setelah itu pada masing-masing stasiun dilakukan tolokukur lingkungan seperti
suhu dengan termometer, kecepatan arus dengan bola pingpong, derajat keasaman pH. Pada
kandungan DO digunakan metode Winkler, digunakan rumus = 1000/50 x Y x 0,1 mg/l.
Pengukuran kandungan CO2 bebas dengan metode alkalimetri dengan rumus 1000/50 x C x 1
mg/l. Pengukuran alkalinitas dengan metode Alkalimetri dengan rumus 1000/50 x C x 1 mg/l
= (X) dan 1000/50 x D x 1 mg/l = (Y) dengan alkalinitas total = (X) + (Y) mg/l. Untuk
pengukuran kepadatan plankton dan indeks diversitasnya dilakukan dengan pengamatan
mikroskopik dengan Sedgwick Rafter Counting Cell (SR) bervolume 1 ml. Sedangkan
densitas dan indeks diversitas plankton dihitung dengan menggunakan rumus Shannon

Wiener H=- N 2log N dan

D= a

volume botol atau plankton


volume SR

indv
L . Serta pengukuran

volume sampel air

indeks densitas dan diversitas makrobentos dengan H=- N 2log N


indvd
luas plot

dan D=

idv
m2

Pada praktikum kali ini menggunakan bahan seperti kertas pH, larutan MnSO 4,
larutan reagen oksigen, larutan H2SO4 pekat, larutan 1/80 N Na2S2O3, indikator amilum dan
Phenolptalein, larutan MO, larutan formalin 4%, larutan BCC/MR. Selain itu digunakan alat
seperti : stopwatch, roll meter, meteran kain atau penggaris, termometer, botol oksigen, gelas
ukur, pipet tetes, pipet ukur, buret , ember plastik, petersen grab, surber, plot kayu, saringan,
mikroskop, kertas label dan pensil.
PEMBAHASAN
Praktikum dilaksanakan di Sungai Tambak Bayan. Sungai ini biasa digunakan oleh
warga sekitar untuk keperluan rumah tangga, keperluan mandi dan minum hewan, bermain,
dan sebagainya. Meski telah mengalami penurunan fungsi dalam ekosistem karena berbagai
aktifitas manusia, namun sungai ini memiliki warna air yang cukup jernih. Pada praktikum
kali ini, sungai dibagi menjadi 4 stasiun pengamatan. Stasiun pengamatan 1 terletak dekat
dengan jalan raya. Kondisi wilayah untuk mencapai lokasi sangat licin dan terjal. Stasiun 1
memiliki arus air yang cukup besar, dasar sungainya berbatu. Disekitar sungai terdapat
banyak vegetasi tanaman, rumput liar, pohon-pohon yang rimbun dan masih banyak tanaman
lain. Airnya sangat jernih dan dingin. Pada saat dilakukan praktikum cuaca di stasiun 1 hujan
deras sehingga pada saar pengambilan data parameter fisik, kimia dan biologi sempat terhenti
beberapa saat.
Tabel hasil pengamatan parameter fisik, kimia, dan biologi ekosistem sungai.
Stasiun
Parameter
Fisik
Suhu udara (C)
Suhu air (C)
Kecepatan arus (m/s )
Debit (m3/s)
Kimia
DO (ppm)
CO2 (ppm)
Alkalinitas (ppm)
pH
Biologi
Densitas plankton (idv/L)
Diversitas plankton
Densitas Makrobentos (idv/m2)

27,5
28
0,48
0,43

26,67
28,33
0,84
1,7652

29
28
0,69
1,325

27,25
27,5
0,59
2,73

7,1
11,7
92
7

5,2
11,1
83
7

4,2
8,4
278
7

3,52
15,5
172
7,1

107,5
2,13
356,25

97,5
3,541
437,5

127,5
2,207
100

72,5
0,995
43,75

Diversitas Makrobentos
Densitas Gastropoda (idv/m2)
cuaca
vegetasi

0,35
102,99
Hujan deras
Pohon
rimbun

0
1723,7
Mendung
Pohon
Rindang

1,405
21,75
Hujan
Semak
semak

0,59
7,31
Mendung
Pohon
rindang

Berdasarkan hasil penelitian, kondisi stasiun suhu 1 menunjukkan bahwa suhu udara
27,5 C hal ini masih berada pada kisaran suhu normal, sedangkan suhu airnya 28 o C. Suhu
air lebih tinggi daripada suhu udara karena pada saat penelitian,kondisi cuaca sedang
mendung dan akhirnya hujan deras, sehingga terjadi penurunan suhu. Kecepatan arus dan
debit air cukup tinggi yaitu 0,48 m/s dan 0,43 m3/s. Hal ini disebabkan karena stasiun 1
mendekati hulu sungai. Hulu sungai memiliki ciri-ciri dasar perairannya berbatu dan arus air
yang deras. Parameter lain yang diamati adalah parameter kimia berupa DO, CO 2, dan
alkalinitas. Dari penelitian diketahui kandungan DO, CO2 dan alkalinitas berturut-turut adlah
7,1 ppm ; 11,7 ppm ; 92 ppm. Dan berada pada pH normal yakni 7. Kandungan DO lebih
rendah dari CO2 karena kurangnya cahaya yang masuk sehingga fotosintesis tidak berjalan
dengan lancar dan mengakibatkan kurangnya kandungan DO, namun proses respirasi
makrobentos tetap berjalan. Alkalinitasnya 92, semakin sedikit alkalinitas maka jumlah
nutrient yang ada dalam sungai lebih banyak. Untuk parameter biologi diperoleh densitas
plankton sebesar 107,5 indv/L, diversitas plankton sebesar 2,13. Densitas makrobentos
sebesar 356,25 indv/m2, diversitas makrobentos sebesar 0,35. Dan densitas gastropoda
sebesar 102,99 ind/m2. Hasil cukup tinggi untuk makrobentos jenis Melanoides sp. Hal ini
dipengaruhi oleh intensitas cahaya matahari yang langsung berhubungan dengan kadar CO2
bebas serta oksigen terlarut yang merupakan nutrisi bagi fitoplankton, sehingga semakin
banyak plankton, maka akan mempengaruhi diversitas gastropoda pada suatu wilayah sebagai
bahan makanannya (Fardiaz, 1992).
Dari praktikum diperoleh data dan grafik hubungan parameter vs stasiun. Mulai dari
parameter fisik yakni suhu air, suhu udara, dan kecepatan arus.
o

Suhu Udara & Suhu Air VS Stasiun


29.5
29
28.5
28
Suhu 27.5
27
26.5
26
25.5

Suhu Udara
Suhu Air

Stasiun

Grafik 1. Suhu Udara & Suhu Air vs Stasiun

Berdasarkan grafik tersebut diketahui suhu air tertinggi ada pada stasiun 2 dan suhu
udara tertinggi pada stasiun 3. Menurut Effendi (2003), suhu udara maupun suhu air pada
masing-masing stasiun berbeda-beda. Kualitas air secara umum menunjukkan mutu atau
kondisi air yang dikaitkan dengan dengan suatu kegiatan atau keperluan tertentu. Suhu air
sangat dipengaruhi oleh letak dan kedudukannya (tinggi rendahnya). Pada masing-masing
stasiun didapatkan suhu air antara lain 28o C ; 28,33o C ; 28o C ; 27,5o C. Suhu udara 27,5o C ;
26,67o C ; 29o C ; dan 27,5o C. Perbedaan naik turunnya suhu ini disebabkan oleh sinar
matahari yang masuk terhalang oleh vegetasi tanaman yang tumbuh di sepanjang sungai,
Suhu air yang rendah berkaitan dengan kandungan oksigen terlarutnya, karena semakin tinggi
suhu suatu perairan maka kadar oksigen terlarutnya rendah, begitu pula sebaliknya, semakin
rendah suatu perairan maka kadar oksigen terlarutnya semakin tinggi. (Siradz, 2001).

Kecepatan Arus VS Stasiun


1
0.8
0.6
Kecepatan Arus (m )

0.4
0.2
0

Stasiun

Grafik 2. Kecepatan Arus vs Stasiun


Grafik kecepatan arus vs stasiun di atas menunjukkan bahwa kuat arus stasiun 2
adalah yang paling besar yakni sebesar 1,84 m/s. Sedangkan stasiun 1 mempunyai kecepatan
arus yang paling kecil yaitu 0,48 m/s. Untuk kecepatan arus pada stasiun 3 dan 4 adalah 0,69
m/s dan 0,59 m/s. Perbedaan ini disebabkan oleh adanya hambatan substrat-substrat besar
seperti bebatuan yang dapat memperlambat aliran dan kecepatan sungai (Moss, 2010). Selain
itu sampah organik juga berpengaruh dalam pengukuran kecepatan arus sungai.
Selanjutnya parameter kimia, didapat dari grafik hubungan DO, CO2 bebas,
alkalinitas, dan pH yang masing- masing versus stasiun 1 sampai 4.

Kandungan DO VS Stasiun
8
7
6
5
DO (ppm) 4
3
2
1
0

Stasiun

Grafik 3. Kandungan DO vs Stasiun


Dari grafik tersebut diketahui kandungan DO paling tinggi terdapat pada stasiun 1
yaitu 7,1 ppm. Teori menjelaskan bahwa kadar DO dipengaruhi oleh ketinggian lokasi sungai.
Hal ini sudah sesuai dengan teori yang ada. Kadar oksigen terlarut didapatkan hasil 7,1 ppm ;
5,2 ppm ; 4,2 ppm ; dan 3,52 ppm. Kadar DO pada perairan alami biasanya kurang dari 10
ppm. Oleh karena itu kadar oksigen terlarut dapat dijadikan ukuran untuk menentukan derajat
kualitas air. Penurunan DO dalam air merupakan indikasi kuat adanya pencemaran, terutama
pencemaran bahan organik (Fardiaz, 1992). Penurunan ini terutama terjadi pada daerah aliran
sungai bagian tengah dan hilir. Hal ini sangat terkait dengan populasi penduduk dan kegiatan
industri yang lebih intensif di daerah ini.

Kandungan CO2 Bebas VS Stasiun


20
15
Kandungan CO2 ( ppm) 10
5
0

Stasiun

Grafik 4. Kandungan CO2 bebas vs Stasiun


Stasiun 4 memiliki kandungan CO2 bebas yang paling tinggi yaitu 15,5 ppm dan
stasiun 3 merupakan stasiun yang paling rendah kandungan CO 2 bebasnya yaitu 8,4 ppm.
Menurut Widiastuti (1983), rendahnya kandungan CO2 bebas disebabkan juga oleh sintesis
CO2 yang dilakukan fitoplankton. Sedangkan kandungan CO 2 bebas tertinggi berada pada

stasiun 4 karena stasiun 4 berada pada bagian hilir yang merupakan daerah pengendapan
semua bahan yang terbawa oleh arus sungai
yang terdapat banyak bahan yang
mengakibatkan tercemarnya air. Daerah hilir mendapat cahaya matahari yang cukup namun
karena kadar O2 yang lebih sedikit maka proses respirasi tidak berjalan lancar dan
mengakibatkan meningkatnya kadar CO2.

Alkalinitas VS Stasiun
300
250
200
Alkalinitas ( ppm ) 150
100
50
0

Stasiun

Grafik 5. Alkalinitas vs Stasiun


Alkalinitas tertinggi berada pada stasiun 3 yakni 278 ppm dan stasiun 2 memiliki
kadar alkalinitas terendah yakni 83 ppm. Hal ini dipengaruhi oleh kadar CO 2 bebas dalam
perairan kecil. Menurut Pratiwi (2004) besarnya alkalinitas menunjukkan kuantitas air untuk
menetrakan kation hidrogen. Alkalinitas yang rendah menyebabkan nutrien bebas di air, dan
mengakibatkan banyaknya organisme yang hidup.

pH VS Stasiun
7.15
7.1
pH 7.05
7
6.95

Stasiun

Grafik 6. pH vs Stasiun
Dari grafik diatas diketahui bahwa pH di air tiap stasiun adalah 7. pH netral adalah 7,
pH asam adalah 0 7 dan pH basa 714 (Purba, 1994). Sehingga dapat disimpulkan bahwa

pH masing-masing stasiun adalah netral. PH netral merupakan pH yang baik sebab dengan
netralnya pH maka makrobentos dapat berkembang dengan baik.
Selanjutnya adalah parameter biologi meliputi densitas plankton, densitas
makrobentos, diversitas plankton dan diversitas makrobentos.

Densitas Plankton VS Stasiun


140
120
100
80
Densitas Plankton ( indv / m2 )

60
40
20
0

Stasiun

Grafik 7. Densitas plankton vs Stasiun


Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa densitas plankton terbanyak ada di stasiun
3 , dan stasiun 2 memiliki densitas plankton paling rendah. Terjadi perbedaan densitas
plankton dari stasiun 1 sampai stasiun 4. Menurut Suwignyo (2005) hal ini disebabkan oleh
pengaruh persebaran makanan dan nutrisi yang tidak merata di sepanjang aliran sungai.
Kondisi yang sesuai untuk kehidupan plankton adalah stasiun 2 sebab arusnya sedang dengan
kandungan nutrien yang cukup.
Kehidupan organisme perairan ini dapat dipengaruhi oleh parameter yang lain juga
seperti parameter fisika dan kimia. Jika nilai parameter fisik yang meliputi suhu air, suhu
udara, kecepatan arus dan debit air serta parameter kimia yang meliputi DO, CO 2, alkalinitas,
dan pH normal maka kehidupan organisme perairan akan stabil. Sebaliknya jika nilai
parameter fisik dan kimia tidak normal maka kehidupan organisme perairan juga tidak akan
stabil, bahkan menyebabkan kematian

Densitas Makrobentos VS Stasiun


500
400
300
Densitas ( indv / m2)

200
100
0

Stasiun

Grafik 8. Densitas Makrobentos vs Stasiun


Dari grafik diatas dapat diketahui densitas makrobentos vs stasiun dari stasiun 1
sampai stasiun 4 adalah 356,25 indv/m2 ; 437,5 indv/m2 ; 100 indv/m2 ; dan 43,75 indv/m2
dan densitas makrobentos paling tinggi ada di stasiun 2, dan terendah pada stasiun 4. Hal ini
disebabkan karena arus air yang sedang membawa tekanan dalam air sehingga menyebabkan
distribusi makrobentos terpusat pada stasiun 2. Selain itu intensitas cahaya matahari dan
kadar nutrisi yang ada pada stasiun 2 memungkinkan jumlah makrobentos secara optimal
berkembang pada stasiun ini (Fardiaz, 1992).

Diversitas Plankton & Makrobentos VS Stasiun


4
3.5
3
2.5
2
Div Plankton & Makrobentos
1.5
1
0.5
0

Diversitas Plankton
Diversitas Makrobentos

1 2 3 4

Stasiun

Grafik 9. Diversitas Plankton & Makrobentos vs Stasiun


Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa stasiun 2 memiliki diversitas plankton
paling tinggi dan stasiun 3 memiliki diversitas makrobentos yang paling tinggi. Kondisi
lingkungan yang optimum dan kandungan nutrien yang baik menyebabkan pertumbuhan
plankton pada stasiun 2 tinggi. Tidak hanya kandungan nutrien, kadar DO yang tinggi serta
kadar CO2 dan alkalinitas yang rendah juga merupakan pendukung tingginya diversitas

plankton pada stasiun 2. Sedangkan diversitas makrobentos tertinggi ada pada stasiun 3.
Seharusnya diversitas makrobentos yang tertinggi ada pada stasiun 2 karena menurut teori
Fardiaz (1992), arus air yang sedang membawa tekanan dalam air yang menyebabkan
distribusi makrobentos terpusat pada daerah tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Sungai Tambak Bayan, dapat
disimpulkan bahwa perairan di Sungai Tambak Bayan tergolong baik. Namun stasiun 2
adalah daerah yang memiliki kualitas air paling baik hal ini dapat diketahui karena pada
stasiun 2 terdapat indeks diversitas plankton yang tinggi. Faktor-faktor yang menunjang
tingginya indeks diversitas plankton antara lain kondisi suhu air dan suhu udara yang
optimum, kadar DO yang tinggi, kadar cahaya matahari yang dapat diterima dengan baik, pH
yang netral, disamping itu juga memiliki kadar CO2 dan alkalinitas yang rendah.
KESIMPULAN
Kesimpulan dari praktikum ekologi perairan ekosistem sungai ini adalah Sungai
Tambak Bayan memiliki kualitas air yang masih tergolong baik dan belum terlalu tercemar
oleh limbah rumah tangga. Hasil pengamatan juga menunjukkan bahwa faktor-faktor
pembatas ekosistem sungai saling berhubungan dan saling mempengaruhi satu sama lain,
terutama dengan biota perairan yang hidup di perairan tersebut. Sungai Tambak Bayan secara
keseluruhan memiliki karakteristik dasar sungai yang berbatu, arus deras, dan terdapat
vegetasi tumbuhan yang cukup banyak di tiap stasiun. Dilakukan pengambilan tolokukur
lingkungan seperti suhu dengan termometer, kecepatan arus dengan bola pingpong, derajat
keasaman pH. Pada kandungan DO digunakan metode Winkler. Pengukuran kandungan CO 2
bebas dengan metode alkalimetri. Pengukuran alkalinitas dengan metode Alkalimetri. Untuk
pengukuran kepadatan plankton dan indeks diversitasnya dilakukan dengan pengamatan
mikroskopik dengan Sedgwick Rafter Counting Cell (SR) bervolume 1 ml. Sedangkan
densitas dan indeks diversitas plankton dihitung dengan menggunakan rumus Shannon

Wiener H=- N 2log N dan


volume botol atau plankton
D= a
volume SR

volume sampel air

indv
L . Serta pengukuran

indeks densitas dan diversitas makrobentos dengan H=- N 2log N


indvd
luas plot

dan D=

idv
m2

SARAN
Seharusnya setiap masyarakat memiliki kesadaran yang besar terhadap pentingnya
manfaat sungai bagi kehidupan manusia. Sungai Tambak Bayan masih tergolong sungai yang
memiliki kualitas air yang baik sehingga dihimbau untuk mengelola dan melestarikannya
dengan baik, dengan begitu dapat dirasakan manfaatnya untuk kehidupan saat ini dan masa
yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Effendi, I. 2003. Pengantar Akuakultur. Penebar Swadaya. Jakarta
Fardiaz, S. 1992. Polusi Air dan Udara. Kanisius. Yogyakarta

Livingstone. 1963. Ecology of Fishes. Academic Press. London


Moss, B.R. 2010. Ecology of Fresh Water. Rary J Gippel. New York
Odum, E.P. 1966. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi Ketiga. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta
Pratiwi, N. d.k.k.2004. Panduan Pengukuran Kualitas Air Sungai. Institut Pertanian Bogor.
Bogor
Purba, M. 1994. Kimia SMA. Gramedia. Jakarta
Rein and Wood. 1976. Marine Biology. Rinehart and Winston. NC, New York
Sastrodinata. 1980. Irigasi. Sumur Bandung. Bandung
Siradz, S.A. 2001. Monitoring dan Pengendalian Pencemaran Logam-Logam Berat pada
Beberapa Sungai di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Fakultas Pertanian UGM.
Yogyakarta
Suwignyo. 2005. Ekologi Perairan. Gramedia. Jakarta
Widiastuti, E. 1983. Kualitas Air Kali Talung Rintingan dan Kemelimpahan Makrobentos.
Thesis IPB. Bogor
Wotton. 1992. Invertebrate Fossils. MC Graw Hil Book Company. NC, New York

You might also like