Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh:
Dessy Angghita
PPN 14166
a. Vagina
Merupakan saluran muskulo-membraneus yang menghubungkan
rahim dengan vulva. Jaringan muskulusnya merupakan kelanjutan
dari muskulus sfingter ani dan muskulus levator ani, oleh karena itu
dapat dikendalikan. Vagina terletak antara kandung kemih dan
rektum. Panjang bagian depannya sekitar 9 cm dan dinding
belakangnya sekitar 11 cm. Bagian serviks yang menonjol ke dalam
vagina disebut portio. Portio uteri membagi puncak (ujung) vagina
menjadi:
1) Forniks anterior -Forniks dekstra
2) Forniks posterior -Forniks sisistra
Sel
dinding
vagina
mengandung
banyak
glikogen
yang
1) Peritonium
Meliputi dinding rahim bagian luar. Menutupi bagian luar
uterus. Merupakan penebalan yang diisi jaringan ikat dan
pembuluh darah limfe dan urat syaraf. Peritoneum meliputi tuba
dan mencapai dinding abdomen.
2) Lapisan otot
Susunan otot rahim terdiri dari tiga lapisan yaitu lapisan luar,
lapisan tengah, dan lapisan dalam. Pada lapisan tengah
membentuk lapisan tebal anyaman serabut otot rahim. Lapisan
tengah ditembus oleh pembuluh darah arteri dan vena.
Lengkungan serabut otot ini membentuk angka delapan
sehingga saat terjadi kontraksi pembuluh darah terjepit rapat,
dengan demikian pendarahan dapat terhenti. Makin kearah
serviks, otot rahim makin berkurang, dan jaringan ikatnya
bertambah. Bagian rahim yang terletak antara osteum uteri
internum anatomikum, yang merupakan batas dari kavum uteri
dan kanalis servikalis dengan osteum uteri histologikum
(dimana terjadi perubahan selaput lendir kavum uteri menjadi
selaput lendir serviks) disebut isthmus. Isthmus uteri ini akan
menjadi segmen bawah rahim dan meregang saat persalinan.
3) Endometrium
Pada endometrium terdapat lubang kecil yang merupakan muara
dari kelenjar endometrium. Variasi tebal, tipisnya, dan fase
pengeluaran lendir endometrium ditentukan oleh perubahan
hormonal dalam siklus menstruasi. Pada saat konsepsi
endometrium mengalami perubahan menjadi desidua, sehingga
memungkinkan terjadi implantasi (nidasi). Lapisan epitel
serviks berbentuk silindris, dan bersifat mengeluarakan cairan
secara terus-menerus, sehingga dapat membasahi vagina.
Kedudukan uterus dalam tulang panggul ditentukan oleh tonus
otot rahim sendiri, tonus ligamentum yang menyangga, tonus
otot-otot panggul.
c. Tuba Fallopii
6
dengan interval 28-30 hari yang berlangsung kurang lebih 2-3 hari
disertai dengan ovulasi, sebagai kematangan organ reproduksi
wanita
C. ETIOLOGI
Dalam masa nifas, alat-alat genitalia internal maupun eksterna akan
berangsur-angsur
pulih
kembali
seperti
keadaan
sebelum
hamil.
Refleks prolaktin
Sewaktu bayi menyusu, ujung saraf peraba yang terdapat pada
puting susu terangsang. rangsangan tersebut oleh serabut afferent
dibawa ke hipotalamus didasar otak. Lalu dilanjutkan ke bagian
depan kelenjar hipofise yang memacu pengeluaran hormon
2.
3.
4.
10
5.
7.
8.
10.
wanita
dalam
minggu
pertama
setelah
melahirkan
12
dalam merawat bayinya. Pada fase ini kllien perhatian lebih kepada
kemampuan mengatasi fungsi tubuhnya misalnya kelancaran BAK,
BAB, melakukan berbagai aktivitas seperti duduk dan berjalan.
Namun pada fase ini kepercayaan diri kllien masih kurang sehingga
klien seringkali mengatakan tidak mau atu tidak bias. Fase ini
berlangsung kurang lebih 10 hari.
c. Fase Letting Go
Fase ini merupakan periode kemandirian dalam peran baru. Pada fase
ini klien mulai merasakan bahwa dirinya dan bayi terikat satu sama
lain dan tidak terpisahkan. Klien mulai menyadari adanya peran dan
tanggung jawab baru. Dalam periode ini terjadi peningkatan
kemandirian dalam perawatan diri maupun bayinya. Klien mulai
melakukan adaptasi terhadap peran barunya.
Dalam melewati setiap fase, respon masing-masing individu berbeda
tergantung kepada kesiapan individu itu sendiri dalam menerima
kelahiran sang bayi. Pada beberapa individu ada yang mengalami
kekecewaan setelah melahirkan dimana individu tersebut menjadi
mudah tersinggung dan terluka sehingga nafsu makan dan pola dirinya
pun menjadi terganggu. Keadaan tersebut dikenal dengan istilah post
partum blues . Penyebab dari terjadinya post partum blues bias dari
pengaruh hormonal atau karena adanya peran trasisi. Menyusui,
mengganti popok, dan menjaga bayi merupakan pekerjaan baru bagi
klien yang dapat membuat klien tertekan. Tekanan yang dirasakan
klien ini dapat berkurang dengan cara mengekspresikan apa yang
dirasakan oleh klien misalnya dengan jalan menangis. Manifestasi
klinis lainnya adalah klien merasa kehabisan tenaga. Bila klien
sebagai keluarga kurang mengerti kekurangan ini maka akan timbul
perasaan bersalah yang akan mengakibatakan depresi post partum.
Karakteristik dari depresi adalah sebagai berikut:
-
13
14
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Kolostrum (+)
9.
10.
11.
12.
13.
14.
Ada lochea:
-
15
(Manuaba, 1990)
Pembengkakan di wajah/tangan
16
tidak
telihat
secara
ototmatis
setelah
bayi
17
18
Bila pasien mengeluh adanya mules, dapat diberi analgetika atau sedatif
agar dapat istirahat. Perawatan mamae harus sudah dirawat selama
kehamilan, areola dicuci secara teratur agar tetap bersih dan lemas, setelah
bersih barulah bayi disusui.
19
Letting go phase
Kehadiran anggota
baru
Involusi uterus
Oksitosin meningkat
Kontraksi
uterus lambat
Prolaktin
meningkat
Kontraksi uterus
Isapan bayi
adekuat
Isapan bayi
tidak adekuat
Oksitosin meningkat
Pembendungan ASI
Ketidakefektifan
Perfusi Jaringan
Perrifer
Pelepasan jaringan
endometrium
Servik & vagina
Resiko syok
hipovolemik
cemas
perubahan
pola peran
Ansietas
Lokhea
keluar
Kurang perawatan
Kelemahan umum
Payudara bengkak
Resiko infeksi
Invasi bakteri
Daya tahan
tubuh turun
efektif
Tidak efektif
ASI keluar
Kuman
mudah masuk
Intoleransi
aktivitas
20
Defisit
perawatan diri
Kurang
Pengetahuan
Nyeri Akut
M. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pekerjaan
21
Placenta
Perdarahan :
Untuk mengetahui jumlah darah yang keluar pada kala I, II,
III selama proses persalinan, pada nifas normal pendarahan
tidak boleh lebih dari 500 cc.
Muka
-
Mulut dan gigi : Lidah bersih, gigi : ada karies atau tidak
ada.
Leher
- Kelenjar tyroid ada pembesaran atau tidak
- Kelenjar getah bening : ada pembesaran atau tidak.
Dada
-
Payudara
Bentuk simetris atau tidak, puting susu menonjol atau tidak,
pengeluaran colostrum (Mochtar, 1990 : 102).
Abdomen
Bekas luka operasi : untuk mengetahui apakah pernah SC
atau operasi lain.
Konsistensi : keras atau tidak benjolan ada atau tidak
23
e. Uterus
Untuk mengetahui berapa TFU, bagaimana kontraksi uterus,
konsistensi uterus, posisi uterus. Pada ibu nifas normal TFU 2
jari di bawah pusat kontraksinya baik. Konsistensinya keras
dan posisi uterus di tengah.
f. Pengeluaran lochea
Untuk mengetahui warna, jumlah, bau konsistensi lochea pada
umumnya ada kelainann atau tidak. Pada ibu nifas yang normal
1 hari post partum loceha warna merah jumlah + 50 cc, bau :
dan konsistensi encer (Mochtar, 1998 : 116).
g. Perineum
Untuk mengetahui apakah ada perineum ada bekas jahitan atau
tidak, juga tentang jahitan perineum klien. Pada nifas normal
perineum bisa juga terdapat ada bekas jahitan bisa juga tidak
ada, perineumnya bersih atau tidak.
h. Kandung kemih
Untuk mengetahui apakah kandung kemih teraba atau tidak,
para ibu nifas normal kandung kemih tidak teraba.
i. Extremitas atas dan bawah
-
24
Tanda hooman :
2.
Etiologi
Post Partum
menahan nyeri
Masalah
Nyeri
Korteks cerebri
Nyeri dipersepsikan
2.
episiotomi
Korteks cerebri
tempat tidur
Nyeri dipersepsikan
kesakitan
basah
keterbatasan gerak
25
fisik
terganggu
ambulasi terganggu
3.
Post Partum
Kecemasan
kurang informasi
Cemas
4.
Post Partum
gelisah
Resiko
perdarahan
sisa plasenta
5.
resiko perdarahan
Post Partum
Resti
ada perdarahan
Infeksi
perdarahan/involusi uteri
- warna normal
- ibu PP spontan
lochea/vagina/vulva kotor
- keluaran lochea/softex
penuh
Resti infeksi
26
3.
27
Tujuan
Tupan :
luka episiotomi
Tupen :
Intervensi
- Atur posisi klien dengan senyaman
mungkin sesuai kebutuhan klien
mengungkapkan pengalaman yang
dengan criteria :
bayinya
rasa nyeri
Rasional
- Membantu mengurangi
nyeri
meningkatkan ketegangan
persepsi nyeri
2.
Gangguan
Tupan :
- Mengidentifikasi sehingga
Tupen :
kemampuan klien
kemampuannya
- Dekatkan alat-alat untuk
dijangkau
penyembuhan luka
episiotomi sehingga klien
cepat mandiri melakukan
Gangguan
rasa Tupan :
ADL
- Mengetahui tingkat
pengetahuan klien
kurangnya
Tupen :
bayi
pengetahuan
tentang
- Meningkatkan
29
post
partum
perawatan bayi
baru lahir
sehingga dapat
menurunkan kecemasan
- Meningkatkan koping,
- Anjurkan keluarga untuk memberi
resiko perdarahan
Tupen :
Setelah dilakukan intervensi
5.
Merupa
Resiko
infeksi
Menget
ahui indikasi terjadinya
anemia
-
Mengga
- TD normal
tinggi Tupan :
b.d Infeksi tidak terjadi
dalam tubuh
- Menjaga kebersihan
sehingga terhindar dari
perdarahan
atau Tupen :
lochea pervaginam
infeksi
- Anjurkan ibu untuk membersihkan
BAB/BAK
dihindari
criteria :
- Tanda tanda infeksi tidak
ada
- Bau lochea normal
31
K. Discharge Planning
Rencana pengajaran sebelum ibu pulang ke rumah harus didasarkan
pengkajian sistematis kebutuhan ibu untuk belajar dan bukan terhadap
persepsi perawat tentang apa yang dianggap sebagai informasi yang penting
(blackburn, dkk, 1999).
Discharge planning dapat meliputi:
1. Cara perawatan bayi di rumah
2. Cara menyusui, memberi susu botol
3. Cara memandikan bayi
4. Mengganti popok bayi
Selain itu dapat juga: tanda bahaya post partum (fisik)
1. Demam atau dengan tanpa menggigil
2. Bau rabas vagina yang tidak enak atau mengiritasi
3. Lochea atau rabas vagina keluaar secara berlebihan
4. Lochea kembali berwarna merah terang setelah sebelumnya berwarna
merah karat
5. Daerah tungkai bawah membengkak, nyeri kemerahan atau panas jika
disentuh
6. Pembengkakan yang terlokalisasi atau rasa nyeri, panas dipayudara
7. Suatu sensasi terbakar selama berkemih atau tidak bisa berkemih
8. Nyeri di pelvis atau perineum
M. Home Care (Blackburn, dkk, 1999)
Perawatan di rumah: kriteris hasil akhir pemulihan fisiologis, involusi dan
pemulihan pada ibu.
a. Menulis tanda-tanda masalah yang harus segera dilaporkan kepada
dokter
b. Menyebutkan pemahaman tentang temuan normal
c. Memastikan rasa nyeri semakin berkurang dikontrol dengan upaya
pemberian rasa nyaman yang diprogramkan
d. Memastikan pola yang mencerminkan istirahat yang adekuat
32
e. Kontrol ulang post partum: Periksa BB, TD,vagina < perineum dan
rahim
f. Pada minggu keenam dilihat perkembangan kesehatan ibu dan keluhan,
lochea, menstruasi, sakit pad pinggul, hemoroid, keluhan BAB dan
BAK, pemeriksaan kesehatan yang lain seperti ; Hb, urine, edema kaki,
payudara, muskulus rektus abdominis.
33
DAFTAR PUSTAKA
Badan Penerbit Universitas Diponegoro.1991. Pelatihan Gawat Darurat
Prenatal. Semarang : CV. Grafika Karya.
Bobak. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas.Edisi : 4. Jakarta: EGC
Carpenito, L. J. 1997. Hand Book of Nursing Diagnosis. Edisi VI. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran, EGC.
Cunningham, Lynda Juall. 2000. Diagnosa Keperawatan Buku Saku Edisi 8.
Jakarta: EGC. Alih bahasa: Monica Ester.
DEPKES RI Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Jakarta. 1995. Pencegahan dan
Penanganan Perdarahan Pasca Persalinan. Jakarta : DEPKES RI
Doenges, M. E. 1999. Nursing Care Plans, Guidelines for Planning and
Documentating Patient Care. Edisi III. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran, EGC.
Huliana, Mellyana. 2003. Perawatan Ibu Pasca Melahirkan. Jakarta : Puspa
Swara.
Ibrahim,C. 1981. Perawatan Kebidanan. Jakarta: PT Brahtara Karya Aksara
Long, Barbara. C. 1996. Essential of Medical Surgical Nursing. Cetakan I.
Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.
Penerbit CV. Mosby Company, St. Louis, USA
Sastrawinata, Sulaiman. 1983. Obstetri Fisiologi. Bandung : EGC.
Wiknjosastro Hanifa. 2006. Ilmu Kebidanan, Edisi Ketiga. Jakarta : YBP-SP.
Varney dkk. 2002. Buku Saku Bidan . Jakarta: EGC
34