You are on page 1of 34

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN POST PARTUM DENGAN


PERSALINAN NORMAL
DI RUANG ALAMANDA RSUP DR. HASAN SADIKIN BANDUNG
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas bedside teaching Stase Keperawatan
Maternitas

Disusun oleh:
Dessy Angghita
PPN 14166

PROGRAM PROFESI NERS XIII


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMMANUEL
BANDUNG
2015

A. PENGERTIAN POST PARTUM


Post partum adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan kembali
sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil. Lama masa
nifas ini yaitu 6-8 minggu (Mochtar, 1998). Akan tetapi seluruh alat
genital akan kembali dalam waktu 3 bulan (Hanifa, 2002). Selain itu masa
nifas / purperium adalah masa partus selesai dan berakhir setelah kira-kira
6 minggu (Mansjoer et.All, 1993). Post Natal adalah Masa 6 minggu sejak
bayi lahir sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal
sebelum hamil. Period ini kadang-kadang disebut Puer Perium atau
trimester ke-4 kehamilan. (Bobak, 2005)
Post portum / masa nifas dibagi dalam 3 periode (Mochtar, 1998) :
1. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan
berdiri dan berjala
2. n-jalan.
3. Purperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia
yang lamanya mencapainya 6 8 minggu.
4. Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bila selama hamil / waktu persalinan mempunyai
komplikasi.
B. ANATOMI FISIOLOGI SISTEM REPRODUKSI WANITA
1. Genetalia Eksterna

Yang terdiri dari:


a. Tundun (Mons veneris)
Bagian yang menonjol meliputi simfisis yang terdiri dari jaringan
dan lemak, area ini mulai ditumbuhi bulu (pubis hair) pada masa
pubertas. Bagian yang dilapisi lemak, terletak di atas simfisis pubis.
b. Labia Mayora
Merupakan kelanjutan dari mons veneris, berbentuk lonjong. Kedua
bibir ini bertemu di bagian bawah dan membentuk perineum. Labia
mayora bagian luar tertutup rambut, yang merupakan kelanjutan dari
rambut pada mons veneris. Labia mayora bagian dalam tanpa
rambut, merupakan selaput yang mengandung kelenjar sebasea
(lemak). Ukuran labia mayora pada wanita dewasa panjang 7- 8 cm,
lebar 2 3 cm, tebal 1 1,5 cm. Pada anak-anak kedua labia mayora
sangat berdekatan.
c. Labia Minora
Bibir kecil yang merupakan lipatan bagian dalam bibir besar (labia
mayora), tanpa rambut. Setiap labia minora terdiri dari suatu jaringan
tipis yang lembab dan berwarna kemerahan;Bagian atas labia minora
akan bersatu membentuk preputium dan frenulum clitoridis,
sementara bagian. Di Bibir kecil ini mengeliligi orifisium vagina
bawahnya akan bersatu membentuk fourchette.
d. Klitoris
Merupakan bagian penting alat reproduksi luar yang bersifat erektil.
Glans clitoridis mengandung banyak pembuluh darah dan serat saraf
sensoris sehingga sangat sensitif. Analog dengan penis pada lakilaki. Terdiri dari glans, corpus dan 2 buah crura, dengan panjang
rata-rata tidak melebihi 2 cm.
e. Vestibulum (serambi)
Merupakan rongga yang berada di antara bibir kecil (labia minora).
Pada vestibula terdapat 6 buah lubang, yaitu orifisium urethra
eksterna, introitus vagina, 2 buah muara kelenjar Bartholini, dan 2

buah muara kelenjar paraurethral. Kelenjar bartholini berfungsi


untuk mensekresikan cairan mukoid ketika terjadi rangsangan
seksual. Kelenjar bartholini juga menghalangi masuknya bakteri
Neisseria gonorhoeae maupun bakteri-bakteri patogen.
f. Himen (selaput dara)
Terdiri dari jaringan ikat kolagen dan elastic. Lapisan tipis ini yang
menutupi sabagian besar dari liang senggama, di tengahnya
berlubang supaya kotoran menstruasi dapat mengalir keluar. Bentuk
dari himen dari masing-masing wanita berbeda-beda, ada yang
berbentuk seperti bulan sabit, konsistensi ada yang kaku dan ada
lunak, lubangnya ada yang seujung jari, ada yang dapat dilalui satu
jari. Saat melakukan koitus pertama sekali dapat terjadi robekan,
biasanya pada bagian posterior.
g. Perineum (kerampang)
Terletak di antara vulva dan anus, panjangnya kurang lebih 4 cm.
Dibatasi oleh otot-otot muskulus levator ani dan muskulus
coccygeus. Otot-otot berfungsi untuk menjaga kerja dari sphincter
ani.
2. Genetalia Interna

a. Vagina
Merupakan saluran muskulo-membraneus yang menghubungkan
rahim dengan vulva. Jaringan muskulusnya merupakan kelanjutan

dari muskulus sfingter ani dan muskulus levator ani, oleh karena itu
dapat dikendalikan. Vagina terletak antara kandung kemih dan
rektum. Panjang bagian depannya sekitar 9 cm dan dinding
belakangnya sekitar 11 cm. Bagian serviks yang menonjol ke dalam
vagina disebut portio. Portio uteri membagi puncak (ujung) vagina
menjadi:
1) Forniks anterior -Forniks dekstra
2) Forniks posterior -Forniks sisistra
Sel

dinding

vagina

mengandung

banyak

glikogen

yang

menghasilkan asam susu dengan pH 4,5. keasaman vagina


memberikan proteksi terhadap infeksi. Fungsi utama vagina:
1) Saluran untuk mengeluarkan lendir uterus dan darah menstruasi.
2) Alat hubungan seks.
3) Jalan lahir pada waktu persalinan.
b. Uterus
Merupakan Jaringan otot yang kuat, terletak di pelvis minor diantara
kandung kemih dan rektum. Dinding belakang dan depan dan bagian
atas tertutup peritonium, sedangkan bagian bawah berhubungan
dengan kandung kemih.Vaskularisasi uterus berasal dari arteri
uterina yang merupakan cabang utama dari arteri illiaka interna
(arterihipogastrika interna). Bentuk uterus seperti bola lampu dan
gepeng.
1) Korpus uteri : berbentuk segitiga
2) Serviks uteri : berbentuk silinder
3) Fundus uteri : bagian korpus uteri yang terletak diatas kedua
pangkal tuba.
Untuk mempertahankan posisinya, uterus disangga beberapa
ligamentum, jaringan ikat dan parametrium. Ukuran uterus
tergantung dari usia wanita dan paritas. Ukuran anak-anak 2-3 cm,
nullipara 6-8 cm, multipara 8-9 cm dan > 80 gram pada wanita
hamil. Uterus dapat menahan beban hingga 5 liter. Dinding uterus
terdiri dari tiga lapisan :

1) Peritonium
Meliputi dinding rahim bagian luar. Menutupi bagian luar
uterus. Merupakan penebalan yang diisi jaringan ikat dan
pembuluh darah limfe dan urat syaraf. Peritoneum meliputi tuba
dan mencapai dinding abdomen.
2) Lapisan otot
Susunan otot rahim terdiri dari tiga lapisan yaitu lapisan luar,
lapisan tengah, dan lapisan dalam. Pada lapisan tengah
membentuk lapisan tebal anyaman serabut otot rahim. Lapisan
tengah ditembus oleh pembuluh darah arteri dan vena.
Lengkungan serabut otot ini membentuk angka delapan
sehingga saat terjadi kontraksi pembuluh darah terjepit rapat,
dengan demikian pendarahan dapat terhenti. Makin kearah
serviks, otot rahim makin berkurang, dan jaringan ikatnya
bertambah. Bagian rahim yang terletak antara osteum uteri
internum anatomikum, yang merupakan batas dari kavum uteri
dan kanalis servikalis dengan osteum uteri histologikum
(dimana terjadi perubahan selaput lendir kavum uteri menjadi
selaput lendir serviks) disebut isthmus. Isthmus uteri ini akan
menjadi segmen bawah rahim dan meregang saat persalinan.
3) Endometrium
Pada endometrium terdapat lubang kecil yang merupakan muara
dari kelenjar endometrium. Variasi tebal, tipisnya, dan fase
pengeluaran lendir endometrium ditentukan oleh perubahan
hormonal dalam siklus menstruasi. Pada saat konsepsi
endometrium mengalami perubahan menjadi desidua, sehingga
memungkinkan terjadi implantasi (nidasi). Lapisan epitel
serviks berbentuk silindris, dan bersifat mengeluarakan cairan
secara terus-menerus, sehingga dapat membasahi vagina.
Kedudukan uterus dalam tulang panggul ditentukan oleh tonus
otot rahim sendiri, tonus ligamentum yang menyangga, tonus
otot-otot panggul.
c. Tuba Fallopii
6

Tuba fallopii merupakan tubulo-muskuler, dengan panjang 12 cm


dan diameternya antara 3 sampai 8 mm. fungsi tubae sangat penting,
yaiu untuk menangkap ovum yang di lepaskan saat ovulasi, sebagai
saluran dari spermatozoa ovum dan hasil konsepsi, tempat
terjadinya konsepsi, dan tempat pertumbuhan dan perkembangan
hasil konsepsi sampai mencapai bentuk blastula yang siap
melakukan implantasi.
d. Ovarium
Merupakan kelenjar berbentuk buah kenari terletak kiri dan kanan
uterus di bawah tuba uterina dan terikat di sebelah belakang oleh
ligamentum latum uterus. Setiap bulan sebuah folikel berkembang
dan sebuah ovum dilepaskan pada saat kira-kira pertengahan (hari
ke-14) siklus menstruasi. Ovulasi adalah pematangan folikel de
graaf dan mengeluarkan ovum. Ketika dilahirkan, wanita memiliki
cadangan ovum sebanyak 100.000 buah di dalam ovariumnya, bila
habis menopause. Ovarium yang disebut juga indung telur,
mempunyai 3 fungsi:
a. Memproduksi ovum
b. Memproduksi hormone estrogen
c. Memproduksi progesteron

Memasuki pubertas yaitu sekitar usia 13-16 tahun dimulai


pertumbuhan folikel primordial ovarium yang mengeluarkan
hormon estrogen. Estrogen merupakan hormone terpenting pada
wanita. Pengeluaran hormone ini menumbuhkan tanda seks
sekunder pada wanita seperti pembesaran payudara, pertumbuhan
rambut pubis, pertumbuhan rambut ketiak, dan akhirnya terjadi
pengeluaran darah menstruasi pertama yang disebut menarche.
Awal-awal menstruasi sering tidak teratur karena folikel graaf
belum melepaskan ovum yang disebut ovulasi. Hal ini terjadi karena
memberikan kesempatan pada estrogen untuk menumbuhkan tandatanda seks sekunder. Pada usia 17-18 tahun menstruasi sudah teratur

dengan interval 28-30 hari yang berlangsung kurang lebih 2-3 hari
disertai dengan ovulasi, sebagai kematangan organ reproduksi
wanita
C. ETIOLOGI
Dalam masa nifas, alat-alat genitalia internal maupun eksterna akan
berangsur-angsur

pulih

kembali

seperti

keadaan

sebelum

hamil.

Perubahan-perubahan alat genital ini dalam keseluruhannya disebut


involusi (winknjosastro, 2006:237).
Setelah bayi lahir, uterus yang selama persalinan mengalami kontraksi dan
retraksi akan menjadi keras, sehingga dapat menutup pembuluh darah
besar yang bermuara pada bekas implantasi plasenta. Otot rahim terdiri
dari tiga lapis otot membentuk anyaman sehingga pembuluh darah dapat
tertutup sempurna, dengan demikian terhindari dari perdarahan post
partum (Manuaba, 1998 : 190).
D. FISIOLOGI
a) Involusi
Proses involusi mengurangi berat uterus dari 1000 gram seminggu
kemudian 500 gram, 2 minggu post partum 300 gram dan setelah 6
minggu post partum berat uterus menjadi 40 60 gram (berat uterus
normal : 30 gram). Involusi disebabkan oleh :
Kontraksi retraksi serabut otot uterus yang terjadi terus- menerus
sehingga mengakibatkan kompresi pembuluh darah darah dan
anemia setempat : Ishcemia.
Autolisis : sitoplasma sel yang berlebih akan tercerna sendiri
sehingga tertinggal jaringan fibroelastik dan jumlah remik sebagai
bukti kehamilan.
Atrofi : jaringan berfoliperasi dengan adanya estrogen kemudian
atrofi sebagai reaksi terhadap produksi estrogen yang menyertai
8

pelepasan plasenta. Selama involusi vagina mengeluarkan sekret


yang dinamakan lochea, yang dibagi menjadi 4, yaitu :
1. Hari ke 1 dan ke 2 Lochea Rubra, terdiri atas darah segar
bercampur sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, sisa-sisa
vernix caseosa lanugo dan mekonium.
2. Hari ke 3 dan 5 Lochea sanguilolenta, terdiri atas darah
bercampur lendir.
3. 1 minggu masa persalinan, lochea serosa berwarna agak
kuning.
4. Setelah 2 minggu (10-15) berwarna hanya cairan putih atau
kekuning-kuningan, warna itu disebabkan karena banyak
leukosit (Wiknjosastro, 2006 : 238).
b) Laktasi
Sejak kehamilan muda, sudah terdapat persiapan-persiapan pada
kelenjar-kelenjar mamae untuk menghadapi masa laktasi setelah
partus pengaruh menekan dari estrogen dan progesteron terhadap
hypofisis hilang. Laktasi mempunyai 2 pengertian, yaitu :
1. Pembentukan / produksi air susu.
2. Pengeluaran air susu.
Ada beberapa refleks yang berpengaruh terhadap kelancaran laktasi,
refleks yang terjadi pada ibu yaitu prolaktin dan let down. Kedua
refleks ini bersumber dan perangsang puting susu akibat isapan bayi
meliputi :

Refleks prolaktin
Sewaktu bayi menyusu, ujung saraf peraba yang terdapat pada
puting susu terangsang. rangsangan tersebut oleh serabut afferent
dibawa ke hipotalamus didasar otak. Lalu dilanjutkan ke bagian
depan kelenjar hipofise yang memacu pengeluaran hormon

prolaktin ke dalam darah melalui sirkulasi memacu sel kelenjar


memproduksi air susu.

Reflek Let Down


Rangsangan yang ditimbulkan bayi saat menyusu diantar ke bagian
belakang kelenjar hipofisis yang akan dilepaskan hormon.
Oksitosin masuk ke dalam darah dan akan memacu otot-otot polos
mengelilingi alveoli dan duktuli dan sinus menuju puting susu
(Huliana, 2003 : 33).

E. PERUBAHAN FISIOLOGIS DALAM MASA NIFAS


Masa nifas merupakan masa kembalinya organ-organ reproduksi seperti
sedia kala sebelum hakil, sehongga pada masa nifas banyak sekali
perubahan-perubahan yang terjadi, diantaranya (Huliana, 2003):
1.

Perubahan dalam system reproduksi


a. Perubahan dalam uterus/rahim (involusi uterus)
b. Involusi tempat plasenta
c. Pengeluaran lochea
d. Perubahan pada perineum, vulva, dan vagina

2.

Laktasi / pengeluaran Air Susu Ibu


Selama kehamilan horman estrogen dan progesterone menginduksi
perkembangan alveolus dan duktus lactiferas dari dalam mamae dan
juga merangsang kolostrum sesudah kelahiran bayi ketika kadar
hormone esdtrogen menurun memungkinkan terjadinya kenaikan
kadar hormone prolaktin dan produksi ASI pun dimulai.

3.

Perubahan system Pencernaan


Wanita mungkin menjadi lapar dan siap makan kembali dalam 1 jam
atau 2 jam setelah melahirkan. Konstipasi dapat terjadi pada masa
nifas awal dikarenakan kekurangan bahan makanan selama persalinan
dan pengendalian pada fase defekasi.

4.

Perubahan system perkemihan

10

Pembentukan air seni oleh ginjal meningkat, namun ibu sering


mengalami kesukaran dalam buang air kecil, karena :

Perasaan untuk ingin BAK ibu kurang


meskipun bledder penuh

Uretra tersumbat karena perlukaan/udema


pada dindingnya akibat oleh kepala bayi

5.

Ibu tidak biasa BAK dengan berbaring


Penebalan Sistem Muskuloskeletal

Adanya garis-garis abdomen yang tidak akan pernah menghilang


dengan sempurna. Dinding abdomen melunak setelah melahirkan
karena meregang setelah kehamilan. Perut menggantung sering
dijumpai pada multipara.
6.

Perubahan Sistem Endokrin


Kadar hormone-hormon plasenta, hormone plasenta laktogen (hpl)
dan chorionia gonadotropin (HCG), turun dengan cepat dalam 2 hari,
hpl sudah tidak terdeteksi lagi. Kadar estrogen dan progesterone
dalam serum turun dengan cepat dalam 3 hari pertama masa nifas.
Diantara wanita menyusui, kadar prolaktin meningkat setelah bayi
disusui.

7.

Perubahan Tanda-tanda Vital


Suhu badan wanita in partu tidak lebih dari 37,20C. Setelah partus
dapat naik 0,50C dari keadaan normal, tetapi tidak melebihi 38,00C
sesudah 12 jam pertama melahirkan. Bila >38,00C mungkin ada
infeksi. Nadi dapat terjadi bradikardi, bila takikardi dan badan tidak
panas dicurigai ada perdarahan berlebih/ada vitrum korelis pada
perdarahan. Pada beberapa kasus ditemukan hipertensi dan akan
menghilang dengan sendirinya apabila tidak ada penyakit-penyakit
lain dalam kira-kira 2 bulan tanpa pengobatan.

8.

Perubahan system kardiovaskuler


Sistem kardiovaskuler pulih kembali ke keadaan tidak hamil dalam
tempo 2 minngu pertama masa nifas. Dalam 10 hari pertama setelah
11

melahirkan peningkatan factor pembekuan yang terjadi selama


kehamilan masih menetap namun diimbangi oleh peningkatan aktifitas
fibrinolitik.
9.

Perubahan Sistem Hematologik


Leukocytosis yang diangkat sel-sel darah putih berjumlah 15.000
selama persalinan, selanjutnya meningkat sampai 15.000 30.000
tanpa menjadi patologis jika wanita tidak mengalami persalinan yang
lama/panjang. Hb, HCT, dan eritrosit jumlahmya berubah-ubah pada
awal masa nifas.

10.

Perubahan Psikologis Postpartum


Banyak

wanita

dalam

minggu

pertama

setelah

melahirkan

menunjukkan gejala-gejala depresi ringan sampai berat.


F. Perubahan psikologis post partum
Perubahan psikologis post partum menurut Rubin (1977) dibagi menjadi
tiga tahapan yaitu:
a. Fase Taking In
Fase ini merupakan fase ketergantungan dimana pada fase ini
perhatian klien hanya terfokus pada dirinya sendiri. Pada fase ini klien
cenderung pasif dan tergantung pada bantuan perawat dalam
menjalankan aktivitas hariannya. Fase ini berlangsung satu sampai
dua hari. Dalam fase ini klien belum menginginkan kontak dengan
bayinya tapi hanya terbatas pada informasi mengenai keadaan
bayinya. Pada fase ini kllien lebih senang mengenang mengenai
persalinan yang baru saja dilaluinya. Untuk pemulihan diperlukan
istirahat dan nutrisi yang cukup.
b. Fase Taking Hold
Fase taking gold ini adalah periode antara tingkah laku mandiri dan
ketergantungan. Pada fase ini klien mulai berinisiatif dan berusaha
untuk mandiri baik dalam memenuhi kebutuhan dirinya maupun

12

dalam merawat bayinya. Pada fase ini kllien perhatian lebih kepada
kemampuan mengatasi fungsi tubuhnya misalnya kelancaran BAK,
BAB, melakukan berbagai aktivitas seperti duduk dan berjalan.
Namun pada fase ini kepercayaan diri kllien masih kurang sehingga
klien seringkali mengatakan tidak mau atu tidak bias. Fase ini
berlangsung kurang lebih 10 hari.
c. Fase Letting Go
Fase ini merupakan periode kemandirian dalam peran baru. Pada fase
ini klien mulai merasakan bahwa dirinya dan bayi terikat satu sama
lain dan tidak terpisahkan. Klien mulai menyadari adanya peran dan
tanggung jawab baru. Dalam periode ini terjadi peningkatan
kemandirian dalam perawatan diri maupun bayinya. Klien mulai
melakukan adaptasi terhadap peran barunya.
Dalam melewati setiap fase, respon masing-masing individu berbeda
tergantung kepada kesiapan individu itu sendiri dalam menerima
kelahiran sang bayi. Pada beberapa individu ada yang mengalami
kekecewaan setelah melahirkan dimana individu tersebut menjadi
mudah tersinggung dan terluka sehingga nafsu makan dan pola dirinya
pun menjadi terganggu. Keadaan tersebut dikenal dengan istilah post
partum blues . Penyebab dari terjadinya post partum blues bias dari
pengaruh hormonal atau karena adanya peran trasisi. Menyusui,
mengganti popok, dan menjaga bayi merupakan pekerjaan baru bagi
klien yang dapat membuat klien tertekan. Tekanan yang dirasakan
klien ini dapat berkurang dengan cara mengekspresikan apa yang
dirasakan oleh klien misalnya dengan jalan menangis. Manifestasi
klinis lainnya adalah klien merasa kehabisan tenaga. Bila klien
sebagai keluarga kurang mengerti kekurangan ini maka akan timbul
perasaan bersalah yang akan mengakibatakan depresi post partum.
Karakteristik dari depresi adalah sebagai berikut:
-

Terjadi antara 2-3 minggu

13

Dimulai dari minggu atau bulan pertama sejak kelahiran bayi

Klien mengalami lebih dari perasaan cemas, dimana dia merasa


bahwa apapun yang dia lakukan salah sehingga klien mulai
menjaga jarak dengan bayinya. Manifestasi klinis dari post
partum bluse antara lain:
a. Kecewa
b. Mudah tersinggung dan terluka
c. Gangguan nafsu makan
d. Gangguan pola tidur

G. Aspek Psikologis dan Spiritual (Verney, 2002)


1. Pola pikir dan presepsi
Apakah ibu tahu mengenai cara pemberian ASI, memberikan makanan
tambahan pada bayi, merencanakan pemberian ASI sampai usia
berapa, jenis kelamin yang diharapkan, siapa yang membantu
perawatan bayi di rumah, apakah ibu tahu nutrisi menyusui, apakah
hasil ini diharapkan, rencana imunisasi, apakah ibu tahu cara
memandikan bayi dan merawat tali pusat
2. Pesepsi diri
Hal yang amat diperkirakan, diharapkan setelah menjalankan
perawatan, perubahan yang dirasakan setelah melahirkan.
3. Kosep diri
Meliputi: body image, peran diri, ideal diri, identifikasi diri dan harga
diri
4. Hubungan dan komunikasi
Meliputi: bicara klien, bahasa yang dipergunakan, orang tinggal
serumah, adat istiadat yang dianut yang memegang dalam peranan
keluarga, motivasi dari suami dan keluarga
5. Sistem nilai dan kepercayaan

14

Apakah ada gangguan diri klien, keyakinan dan kepercayaan klien


terhadap kesembuhan penyakitnya, agama yang dianut, apakah agama
penting untuk keluar kegiatan keagamaan yang dilakukan dirumah dan
kegiatan keagamaan yang dilakukan di rumah sakit
6. Kebiasaan seksual
Apakah ada gangguan dalam hubungan seksual dan pemahaman klien
tentang fungsi seksual post partum.
H. Tanda dan Gejala (Verney, 2002)
1.

Tekanan darah stabil

2.

Suhu 37 C bila lebih selama 2 hari berturut dalam 10 hari dicurigai


adanya infeksi (suhu tubuh diperiksa 15 menit selam 1 jam, selama
jam pertama pemulihan. Jika para meter telah stabil dalam batas
normal pemeriksaan diulang 2 kali dengan selang waktu 30 menit).

3.

Pembengkakaan payu dara (engorgemen).

4.

Tinggi fundus uteri 4 cm di bawah umbilicus

5.

Lochea lubra (1-3 hari pertama melahirkan)

6.

Diastasis rekti abdominis

7.

Distensi kandung kemih

8.

Kolostrum (+)

9.

Luka episiotomi masih basah

10.

Varises pada sekitar kaki dan sekitar anus

11.

Susah BAK 2 hari post partum

12.

Denyut nadi 60-70x/menit

13.

Gangguan kenyamanan perineum

14.

Ada lochea:
-

Lubra: hari ke1-3 berwarna merah

Sanginolenta: 3-7 hari (putih bercampur merah)

Serosa: 7-14 hari berwarna kekuningan

Lochea alva: setelah hari ke-14 berwarna putih

15

(Manuaba, 1990)

I. TANDA-TANDA BAHAYA POSTPARTUM

Perdarahan vagina yang hebat atau tiba-tiba


bertambah banyak

Pengeluaran vagina yang baunya menusuk

Rasa sakit di bagian bawah abdomen atau


punggung

Sakit kepala terus-menerus, nyeri ulu hati, atau


masalah penglihatan

Pembengkakan di wajah/tangan

Demam, muntah, rasa sakit waktu BAK,


merasa tidak enak badan

Payudara yang berubah menjadi merah, panas,


dan atau terasa sakit

Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang


sama

Rasa sakit, merah, lunak, dan pembengkakan


di kaki

Merasa sedih, merasa tidak mampu mengasuh


sendiri bayinya/diri sendiri

Merasa sangat letih/nafas terengah-engah


(Manuaba, 1990)

16

J. ADAPTASI KELUARGA (Bobak, 2005)


1. Peran transisi
Proses menjadi orang tua. Tugas, tangung jawab dan sikap yang
membentuk peran menjadi orang tua dirumuskan oleh steeled an
Pollack (1968) sebagai fungsi menjadi ibu. Ini merupakan peruses
orang dewasa (pribadi yang matang, penyayang, mampu dan mandiri)
mulai mengasuh seorang bayi menjadi orang tua merupakan suatu
proses yang terdiri dari dua komponen, untuk pekembangan dan
keberadaan bayi, dua komponentersebut adalah:
a. Keterampilan kognitif motoric
Komponenpertama dalam proses menjadi orang tua melibatkan
aktivitas perawatan anak, seperti memberi makan, menggendong
mengenakan pakaian dan membersihkan bayi, menjaganya dari
bahaya dan memungkinkannya untuk bisa bergerak. Aktivitas
yang berorientasi pada tugas ini atau keterampilan kognitif
motorik

tidak

telihat

secara

ototmatis

setelah

bayi

lahir.kemampuan orang tua dalam hal ini dipengaruhi oleh


pengalaman pribadinya dan budayanya.
b. Keterampilan kognitif- afektif
Komponen psikologis dalam menjadi orang tua,sifat keibuan,
kebapak kan tampaknya berakar dari pengalaman orang tua
dimasa kecil saat mengalami dan menerima kasih sayang dari
ibunya. Keterampilan kognitif afektif menjadi orang tua ini
meliputi: sikap yang lembut, waspada, dan memberi perhatian
terhadap kebutuhan dan keinginan anak suatu hubungan orang tua
dengan anak yang positif ialah saling memberi satu sama lain.
2. Penerimaan peran
Selama periode pasca partum, tugas dan tanggungjawab baru muncul
dan kebiasaan lama perlu diubah atau dtambahdengan yang baru. Ibu
dan ayah memberi respon terhadap perubahan peran orang tua melalui
perjalan waktu. Tugas dan tanggungjawab orang tua :

17

a. Orang tua harus menerima keadaan anak yang sebenarnya dan


tidak terus terbawa dengan khayalan dan impian yang dimilikinya
tentang figur anak idealnya
b. Orang tua perlu menyakini bahwa bayinya yang baru lahir adalah
seorang pribadi yang terpisah dari diri mereka
c. Orang tua harus bisa menguasai cara merawat bayinya
d. Orang tua harus menetapkan criteria evaluasi yang baik dan dapat
dipakai untuk menilai kesuksesan atau kegagalan hal-hal yang
dilakukan pada bayinya
e. Orang tua harus menetapkan suatu tempat bagi bayi baru lahir
didalam keluarga
f. Orang tua pelu menetapkan keunggulan hubungan dewasa mereka
untuk mempertahankan keluarga sebagai suatu kelompok
K. PERAWATAN POST PARTUM (Bobak, 2005)
Perawatan post partum dimulai sejak kala uri dengan menghindarkan
adanya kemungkinan perdarahan post partum dan infeksi. Bila ada laserasi
jalan lahir atau luka episiotomi, lakukan penjahitan dan perawatan luka
dengan baik. Penolong harus tetap waspada sekurang-kurangnya 1 jam
post partum, untuk mengatasi kemungkinan terjadinya perdarahan post
partum. Delapan jam post partum harus tidur telentang untuk mencegah
perdarahan post partum. Sesudah 8 jam, pasien boleh miring ke kanan atau
ke kiri untuk mencegah trombhosis. Ibu dan bayi dapat ditempatkan dalam
satu kamar. Pada hari seterusnya dapat duduk dan berjalan. Diet yang
diberikan harus cukup kalori, protein, cairan serta banyak buah-buahan.
Miksi atau berkemih harus secepatnya dapat dilakukan sendiri, bila pasien
belum dapat berkemih sendiri sebaiknya dilakukan kateterisasi. Defekasi
harus ada dalam 3 hari post partum. Bila ada obstipasi dan timbul
komprestase hingga vekal tertimbun di rektum, mungkin akan terjadi
febris. Bila hal ini terjadi dapat dilakukan klisma atau diberi laksan per os.

18

Bila pasien mengeluh adanya mules, dapat diberi analgetika atau sedatif
agar dapat istirahat. Perawatan mamae harus sudah dirawat selama
kehamilan, areola dicuci secara teratur agar tetap bersih dan lemas, setelah
bersih barulah bayi disusui.

19

L. Pathways (Corwin, 2009)


post partum

Letting go phase

Estrogen & Progesteron


menurun

Kehadiran anggota
baru

Involusi uterus
Oksitosin meningkat
Kontraksi
uterus lambat

Prolaktin
meningkat

Kontraksi uterus

Isapan bayi
adekuat

Isapan bayi
tidak adekuat

Oksitosin meningkat

Pembendungan ASI

Laserasi jalan lahir


Atonia uteri
perdarahan
Vol. Cairan turun

Ketidakefektifan
Perfusi Jaringan
Perrifer

Pelepasan jaringan
endometrium
Servik & vagina

Vol. darah turun


Anemia akut
Hb O2 turun
hipoksia

Resiko syok
hipovolemik

cemas

perubahan
pola peran

Ansietas
Lokhea
keluar
Kurang perawatan

Port of the entri

Kelemahan umum

Payudara bengkak

Resiko infeksi

Invasi bakteri
Daya tahan
tubuh turun

Duktus & alveoli


kontraksi

efektif

Tidak efektif

ASI keluar

ASI tidak keluar

Kuman
mudah masuk

Intoleransi
aktivitas

20

Defisit
perawatan diri

Ibu tidak tahu


bagaimana cara
menyusui bayinya

Kurang
Pengetahuan

Nyeri Akut

M. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian

Nama Klien digunakan untuk membedakan antar klien yang satu


dengan yang lain (Sastrawinata, 1983 : 154)

Umur : Untuk mengetahui masa reproduksi klien beresiko tinggi


atau tidak, < 16 tahun atau > 35 tahun.

Suku / Bangsa :Untuk menentukan adat istiadat / budayanya

Agama : Untuk menentukan bagaimana kita memberikan dukungan


kepada ibu selama memberikan asuhan.

Pekerjaan

ekerjaan ibu yang berat bisa mengakibatkan ibu

kelelahan secara tidak langsung dapat menyebabkan involusi dan


laktasi terganggu sehingga masa nifas pun jadi terganggu pada ibu
nifas normal.

Alamat :Untuk mengetahui keadaan lingkungan dan tempat tinggal.


Anamnesa (Data Subjektif)
Tanggal / jam :Untuk mengetahui kapan klien datang dan
mendapatkan pelayanan.
Keluhan : Untuk mengetahui keluhan yang dirasakan ibu
setelah melahirkan.
Riwayat kehamilan dan persalinan :Untuk mengetahui apakah
klien melahirkan secara spontan atau SC. Pada ibu nifas
normal klien melahirkan spontan.
Riwayat persalinan :

Jenis Pesalinan :Spontan atau SC. Pada ibu nifas normal


klien melahirkan normal.

Komplikasi dalam persalinan :Untuk mengetahui selama


persalinan normal atau tidak.

21

Placenta

ilahirkan secara spontan atau tidak, dilahirkan

lengkap atau tidak, ada kelainan atau tidak, ada sisa


placenta atau tidak.

Tali pusat :Normal atau tidak, normalnya 45-50 cm.

Perineum :Untuk mengetahui apakah perineum ada


robekan atau tidak. Pada nifas normal perineum dapat utuh
atau ada robekan, pada nifas normal pun bisa juga
dilakukan episotomi.

Perdarahan :
Untuk mengetahui jumlah darah yang keluar pada kala I, II,
III selama proses persalinan, pada nifas normal pendarahan
tidak boleh lebih dari 500 cc.

Proses persalinan Bayi

Tanggal lahir : untuk mengetahui usia bayi

Tekanan darah pada nifas normal < 120 / 80 mmHg.

Nadi pada nifas normal 80 100 x/menit Pernapasan


pada nifas normal 16 20 x/menit, suhu normalnya 36BB
dan PB : untuk mengetahui BB bayi normal atau tidak
Normalnya > 2500 gr

BBLR < 2500 gr, makrosomi > 4000 gr.

Cacat bawaan : bayi normal atau tidak

Air ketuban : Air ketubannya normal atau tidak. Normalnya


putih keruh. Banyaknya normal atau tidak normalnya 5001000 cc.

Pemeriksaan Fisik (Data Objektif) (Winkjosastro, 2006)


a. Keadaan umum : untuk mengetahui keadaan ibu secara umum
nifas normal biasanya baik.
b. Keadaan emosional
22

Untuk mengetahui apakah keadaan emosional stabil / tidak dan


apakah terjadi post partum blues (depresi) pada post partum
pada klien tersebut. Pada ibu nifas normal keadaan emosional
stabil.
c. Tanda Vital
36,40C sampai 37,40C.
d. Pemeriksaan fisik

Muka
-

Kelopak mata : ada edema atau tidak

Konjungtiva : Merah muda atau pucat

Sklera : Putih atau tidak

Mulut dan gigi : Lidah bersih, gigi : ada karies atau tidak
ada.

Leher
- Kelenjar tyroid ada pembesaran atau tidak
- Kelenjar getah bening : ada pembesaran atau tidak.

Dada
-

Jantung : irama jantung teratur

Paru-paru : ada ronchi dan wheezing atau tidak

Payudara
Bentuk simetris atau tidak, puting susu menonjol atau tidak,
pengeluaran colostrum (Mochtar, 1990 : 102).

Punggung dan pinggang


Posisi tulang belakang : normal atau tidak dan tidak normal
bila ditemukan lordosis.
CVAT : ada / tidak nyeri ketuk. Normalnya tidak ada.

Abdomen
Bekas luka operasi : untuk mengetahui apakah pernah SC
atau operasi lain.
Konsistensi : keras atau tidak benjolan ada atau tidak

23

Pembesaran Lien (liver) : ada atau tidak

e. Uterus
Untuk mengetahui berapa TFU, bagaimana kontraksi uterus,
konsistensi uterus, posisi uterus. Pada ibu nifas normal TFU 2
jari di bawah pusat kontraksinya baik. Konsistensinya keras
dan posisi uterus di tengah.
f. Pengeluaran lochea
Untuk mengetahui warna, jumlah, bau konsistensi lochea pada
umumnya ada kelainann atau tidak. Pada ibu nifas yang normal
1 hari post partum loceha warna merah jumlah + 50 cc, bau :
dan konsistensi encer (Mochtar, 1998 : 116).
g. Perineum
Untuk mengetahui apakah ada perineum ada bekas jahitan atau
tidak, juga tentang jahitan perineum klien. Pada nifas normal
perineum bisa juga terdapat ada bekas jahitan bisa juga tidak
ada, perineumnya bersih atau tidak.
h. Kandung kemih
Untuk mengetahui apakah kandung kemih teraba atau tidak,
para ibu nifas normal kandung kemih tidak teraba.
i. Extremitas atas dan bawah
-

Edema : ada atau tidak

Kekakuan otot dan sendi : ada atau tidak

Kemerahan : ada atau tidak

Varices : ada atau tidak

Reflek patella : kanan kiri +/-, normalnya +

Reflek lutut negatif pada hypovitaminase B1 dan penyakit


urat syarat

24

Tanda hooman :

+/-+ bila tidak ditemukan rasa nyeri

(Mochtar, 1998 : 102)

2.

Analisa Data (Dongoes, 1999)


No
Data
1. DS: klien mengatakan nyeri

Etiologi
Post Partum

pada luka episiotomi

DO: - klien meringis

Luka episiotomi, edema,

menahan nyeri

Masalah
Nyeri

memar jalan lahir

- skala nyeri >2

- tampak enggan bergerak

Korteks cerebri

Nyeri dipersepsikan

2.

Gangguan rasa nyaman nyeri


Post Partum
Mobilitas

DS: klien mengatakan sakit


untuk bergerak pada luka

episiotomi

Luka episiotomi, edema,

DO: - aktivitas dibantu oleh

memar jalan lahir

perawat dan keluarga

- klien terlihat diam saja di

Korteks cerebri

tempat tidur

- saat bergerak klien terlihat

Nyeri dipersepsikan

kesakitan

- Luka episiotomi masih

Gangguan rasa nyaman nyeri

basah

keterbatasan gerak

gangguan mobilitas fisik

25

fisik
terganggu

ambulasi terganggu
3.

DS: klien mengatakan takut

Post Partum

DO: - klien terlihat khawatir

- klien selalu bertanya

Kecemasan

merupakan hal yang baru

tentang kondisi dirinya dan


anaknya

kurang informasi

- klien selalu bertanya

tentang perawatan anaknya

kurang pengetahuan tentang


perawatan post partum

stres bagi ibu

Cemas

4.

DS: klien mengatakan lemas

Post Partum

DO: - klien tampak pucat dan

gelisah

Resiko
perdarahan

sisa plasenta

kontraksi uterus tidak


adekuat

5.

resiko perdarahan
Post Partum

Resti

ada perdarahan

Infeksi

DO: - lochea (+)

perdarahan/involusi uteri

- warna normal

- ibu PP spontan

lochea/vagina/vulva kotor

DS: klien mengatakan masih

- keluaran lochea/softex

penuh

port dentry mikroorganisme

Resti infeksi
26

3.

Diagnosa Keperawatan (NANDA, 2012)


1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan luka episiotomi.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri.
3. Gangguan rasa aman cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
tentang perawatan post partum dan perawatan bayi baru lahir.
4. Resiko perdarahan berhubungan dengan kontraksi uterus tidak adekuat.
5. Resti infeksi berhubungan dengan perdarahan atau lochea pervagina

27

4. Intervensi Keperawatan (NANDA, NIC, NOC, 2012)


No
Diagnosa
1
Gangguan rasa

Tujuan
Tupan :

nyaman : Nyeri b.d

Nyeri berkurang atau teratasi

luka episiotomi

Tupen :

Intervensi
- Atur posisi klien dengan senyaman
mungkin sesuai kebutuhan klien
mengungkapkan pengalaman yang

keperawatan selama 3x24 jam

lalu dan nyeri persalinan, beri

nyeri berkurang atau teratasi,

ucapan selamat atas kelahiran

dengan criteria :

bayinya

Klien tidak mengeluh nyeri

Nyeri hilang atau berkurang

Skala nyeri menurun 0 1

Klien bebas untuk bergerak


atau beraktivitas

rasa nyeri

- Beri kesempatan klien

Setelah dilakukan intervensi

Rasional
- Membantu mengurangi

- Beri perawatan rutin selama post


partum
- Ajarkan teknik relaksasi dan napas
dalam
- Ciptakan lngkungan yang tenang

Klien tampak tidak menahan

- Sarana distraksi dari


pengaruh nyeri
- Kecemasan karena kurang
informasi dapat
meningkatkan rasa nyeri
- Menngkatkan rasa control
dan menurunkan
ketidaknyamanan after
pain
- Mengurangi stimulasi dan

nyeri

meningkatkan ketegangan
persepsi nyeri

2.

Gangguan

Tupan :

- Kaji kemampuan kliein dalam


28

- Mengidentifikasi sehingga

mobilitas fisik b.d Mobilitas terpenuhi


nyeri

pemenuhan ADL nya

bantuan yang diberkan

Tupen :

dapat disesuaikan dengan

Setelah dilakukan intervensi

kemampuan klien

keperawatan selama 8 jam


mobilitas terpenuhi, engan
criteria :

- Bantu ADL klien sesuai

- ADL tetap terpenuhi

kemampuannya
- Dekatkan alat-alat untuk

- ADL klien terpenuhi

- Kebutuhan ADL terpenhi

memenuhi ADL agar mudah

dengan bantuan minimal

- Personal hygiene terpenuhi

dijangkau

dan melatih klien untuk


ambulasi
- Mempercepat

- Lakukan perawatan perineum


setiap hari

penyembuhan luka
episiotomi sehingga klien
cepat mandiri melakukan

Gangguan

rasa Tupan :

- Kaji tingkat pengetahuan klien

ADL
- Mengetahui tingkat

aman : cemas b.d Cemas berkurang / teratasi

tentang perawatan post partum dan

pengetahuan klien

kurangnya

Tupen :

bayi

sehingga intervensi dapat

pengetahuan

Setelah dilakukan intervensi

tentang

ditentukan dengan tepat

perawatan keperawatan selama 1 2

- Meningkatkan

29

post

partum

dan kurang, dengan criteria :

perawatan bayi

- Klien tidak merasa cemas,


takut

- Health education tentang

pengetahuan klien tentang

perawatan post partum dan bayi

perawatan post partum

baru lahir

dan bayi baru lahir,

- Klien terlihat tenang

sehingga dapat

- Ekspresi wajah klien segar

menurunkan kecemasan

- TTV dalam batas normal

- Meningkatkan koping,
- Anjurkan keluarga untuk memberi

Resiko perdarahan Tupan :

dukungan pada klien


- Observasi tanda tanda vital

cemas dapat dikurangi


-

b.d kontraksi uterus Perdarahan tidak terjadi

kan indicator terjadinya

yang tidak adekuat

resiko perdarahan

Tupen :
Setelah dilakukan intervensi

- Monitor HB dan leukosit

keperawatan dalam waktu 3 4


jam perdarahan tidak terjadi,
dengan criteria :

5.

Merupa

Resiko
infeksi

Menget
ahui indikasi terjadinya

- Kolaborasi dengan dokter untuk


pemberian cairan infus

anemia
-

Mengga

- Perdarahan di uterus tidak ada

nti kekurangan volume

- Klien tidak tampak pucat

darah dan cairan elektrolit

- TD normal
tinggi Tupan :
b.d Infeksi tidak terjadi

- Berikan perawatan perineum setiap


hari
30

dalam tubuh
- Menjaga kebersihan
sehingga terhindar dari

perdarahan

atau Tupen :

lochea pervaginam

Setelah dilakukan intervensi

infeksi
- Anjurkan ibu untuk membersihkan

- Menjaga kebersihan klien

keperawatan selama 7 jam

vagina dengan benar setelah

sehingga infeksi dapat

infeksi tidak terjadi, dengan

BAB/BAK

dihindari

criteria :
- Tanda tanda infeksi tidak
ada
- Bau lochea normal

- Deteksi dini terhadap


- Bantu adanya tanda tanda infeksi
saat melakukan perawatan
perineum

31

adanya infeksi perinum

K. Discharge Planning
Rencana pengajaran sebelum ibu pulang ke rumah harus didasarkan
pengkajian sistematis kebutuhan ibu untuk belajar dan bukan terhadap
persepsi perawat tentang apa yang dianggap sebagai informasi yang penting
(blackburn, dkk, 1999).
Discharge planning dapat meliputi:
1. Cara perawatan bayi di rumah
2. Cara menyusui, memberi susu botol
3. Cara memandikan bayi
4. Mengganti popok bayi
Selain itu dapat juga: tanda bahaya post partum (fisik)
1. Demam atau dengan tanpa menggigil
2. Bau rabas vagina yang tidak enak atau mengiritasi
3. Lochea atau rabas vagina keluaar secara berlebihan
4. Lochea kembali berwarna merah terang setelah sebelumnya berwarna
merah karat
5. Daerah tungkai bawah membengkak, nyeri kemerahan atau panas jika
disentuh
6. Pembengkakan yang terlokalisasi atau rasa nyeri, panas dipayudara
7. Suatu sensasi terbakar selama berkemih atau tidak bisa berkemih
8. Nyeri di pelvis atau perineum
M. Home Care (Blackburn, dkk, 1999)
Perawatan di rumah: kriteris hasil akhir pemulihan fisiologis, involusi dan
pemulihan pada ibu.
a. Menulis tanda-tanda masalah yang harus segera dilaporkan kepada
dokter
b. Menyebutkan pemahaman tentang temuan normal
c. Memastikan rasa nyeri semakin berkurang dikontrol dengan upaya
pemberian rasa nyaman yang diprogramkan
d. Memastikan pola yang mencerminkan istirahat yang adekuat

32

e. Kontrol ulang post partum: Periksa BB, TD,vagina < perineum dan
rahim
f. Pada minggu keenam dilihat perkembangan kesehatan ibu dan keluhan,
lochea, menstruasi, sakit pad pinggul, hemoroid, keluhan BAB dan
BAK, pemeriksaan kesehatan yang lain seperti ; Hb, urine, edema kaki,
payudara, muskulus rektus abdominis.

33

DAFTAR PUSTAKA
Badan Penerbit Universitas Diponegoro.1991. Pelatihan Gawat Darurat
Prenatal. Semarang : CV. Grafika Karya.
Bobak. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas.Edisi : 4. Jakarta: EGC
Carpenito, L. J. 1997. Hand Book of Nursing Diagnosis. Edisi VI. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran, EGC.
Cunningham, Lynda Juall. 2000. Diagnosa Keperawatan Buku Saku Edisi 8.
Jakarta: EGC. Alih bahasa: Monica Ester.
DEPKES RI Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Jakarta. 1995. Pencegahan dan
Penanganan Perdarahan Pasca Persalinan. Jakarta : DEPKES RI
Doenges, M. E. 1999. Nursing Care Plans, Guidelines for Planning and
Documentating Patient Care. Edisi III. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran, EGC.
Huliana, Mellyana. 2003. Perawatan Ibu Pasca Melahirkan. Jakarta : Puspa
Swara.
Ibrahim,C. 1981. Perawatan Kebidanan. Jakarta: PT Brahtara Karya Aksara
Long, Barbara. C. 1996. Essential of Medical Surgical Nursing. Cetakan I.
Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.
Penerbit CV. Mosby Company, St. Louis, USA
Sastrawinata, Sulaiman. 1983. Obstetri Fisiologi. Bandung : EGC.
Wiknjosastro Hanifa. 2006. Ilmu Kebidanan, Edisi Ketiga. Jakarta : YBP-SP.
Varney dkk. 2002. Buku Saku Bidan . Jakarta: EGC

34

You might also like