You are on page 1of 9

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan
Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang
kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Urin disaring di dalam
ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui
uretra. Cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa
yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh.
Dalam keadaan normal pada orang dewasa akan dibentuk 1200 1500 mL urin dalam
satu hari. Secara fisiologis maupun patologis volume urin dapat bervariasi. Pembentukan urin
dipengaruhi oleh cairan yang masuk dan jenis makanan. Diet tinggi protein akan
meningkatkan pembentukan urin sebab urea yang terbentuk pada proses mateabolisme
protein mempunyai efek diuretik. Pada suhu lingkungan tinggi, volume urin berkurang.
Volume urin yang diperlukan untuk mengekskresi produk metabolism tubuh adalah 500 mL.
Poliuria (volume urin menigkat) ditemukan pada berbagai keadaa. Pada diabetes
insipidus, akibat tidak adanya hormone anti diuretic, volume urin tiap hari dapat mencapai
10-20 L. Pada diabetes mellitus, volume urin dapat mencapai 5 6 L damal satu hari.
Oliguria (volume urin berkurang) ditemukan pada keadaan demam, nefritis akut,
glomerulonephritis kronis, gangguan hari akut, diare dan gagal jantung. Anuti (tidak
terbentuk urin) pada suatu periode tertentu dapat terjadi pada keadaan syok, nefritis akut,
keracunan air raksa atau batu ginjal.
Rasio antara urin siang hari (pukul 08.00 pukul 20.00) dan urin malam hari (pukul
20.00 pukul 08.00) adalah 2:1, kadang kadang 3:1. Pada kelainan ginjal rasio ini dapat
berubah bahkan terbalik.

Kandungan zat padat dalam urin 24 jam adalah sebagai berikut :


a.
b.
c.
d.
e.
f.

Klorida sebagai NaCl


Ca++, Mg++, dan iodium
Urea
Kreatinin
Amonia
Asam Urat

: 10 gram
: sedikit
: 20 30 gram
: 1,5 gram
: 0,7 gram
: 0,7 gram

Selain itu juga ditemukan sulfat, fosfat, oksalat, asam amino, vitamin, hormon dan enzim.
Salah satu komponen urin adalah indikan yang merupakan bagian terpenting dari sulfat
eterial urin. Indikan berasal dari pembusukan Triptofan dalam usus. Triptofan oleh bakteri
usus diubah menjadi indol, yang kemudian mengalami penyerapan kembali ke dalam darah
dan dibawah ke hati. Indol akan mengalami oksidasi dan konyugasi menjadi indokasi sulfat
(indikan). Jumlah indikan dalam urin mengambarkan proses pembusukan dalam usus, begitu
pula jumlah gula dalam urin menunjukkan ada atau tidaknya ngangguan metabolisis.
Berat jenis urin normal 1.003-1.303 tergantung pada jumlah zat-zat yang larut dalam
volume urin. Sifat dan susunan urin setiap 24 jam tidak banyak berubah, tetapi antara urin
sewaktu sepanjang hari dapat berbeda bermakna, oleh karna itu, sempel urin perlu dipilih
sesuai tujuan pemeriksaan, misalnya untuk analisis kuantitatif biasanya digunakan sampel
urin yang di kumpulkan selama 24 jam. Apabila sampel urin di biarkan tampa pengawet,
sifat dan susunan urin dapat berubah, misalnya menjadi lebih asam dan bila urin tersebut
mengandung gula kosentrasi gula yang terdapat di dalamnya dapat berkurang akibat bakteri
sehingga mempengaruhi hasil pemeriksaan seperti pengumpulan sampel urin 24 jam
pengawet urin biasa di pakai toluen sebanyak 10-15cml.
Pada keadaan abnormal dapat ditemukan glukosa, benda keton, protein dan berbagai
senyawa lain, seperti pigmen empedu, darah dan porfirin yang dapat digunakan untuk
membantu menegakkan diagnosis penyakit tertentu.
Dalam saluran kemih dapat terjadi pembentukan batu sebagai akibat menurunnya
kelarutan senyawa tertentu dalam urin. Kira kira satu per tiga bau saluran kemih terdiri dari
Ca fosfat, Ca karbonat dan Mg-amonium fosfat. Pembentukan batu terjadi akibat

peningkatan ekskresi kalsium, infeksi dan peningkatan pH. Dalam urin juga dapat ditemukan
batu oksalat dan batu asam urat.
Dalam keadaan tertentu perlu dilakukan penetapan jumlah suatu zat dalam urin yang
kumpulkan 24 jam. Pada pengumpulan urin 24 jam ini perlu digunakan bahan pengawet
seperti toluene, sebab dapat terjadi perubahan senyawa dalam urin akibat kerja bakteri dalam
urin.
Pada wanita hamil dalam urin ditemukan hCG (Human Chorionic Gonadotropin)
yang dihasilkan oleh plasenta. Hormon ini memberi hasil positif pada uji kehamilan.
A. Tujuan Praktikum
a. Mengamati sifat fisik urin
b. Membuktikan adanya indikan dalam urin
c. Menetapkan kadar kraetinin urin
d. Menentukan kadar glukosa urin secara semikuantitatif
e. Membuktikan adanya protein dalam urin
f. Membuktikan adanya benda keton dalam urin

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Pengertian Urin
Urine atau air seni atau air kencing merupakan cairan sisa yang diekskresikan
oleh ginjal kemudian dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urine
diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal
dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Urine disaring di dalam ginjal, dibawa
melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra.
Urine normal biasanya berwarna kuning, berbau khas jika didiamkan berbau
ammoniak, pH berkisar 4,8 7,5 dan biasanya 6 atau 7. Berat jenis urine 1,002 1,035.
Volume normal perhari 600 1600 ml.1
Sampel yang digunakan pada praktikum pemeriksaan urin ini digunakan sampel
urin 24 jam yaitu urin yang dikumpulkan selama 24 jam. Urine yang pertama keluar dari
jam 7 pagi dibuang, berikutnya ditampung termasuk juga urine jam 7 pagi esok harinya.2
2.1.2 Proses Terbentuknya Urin
Penyaringan darah pada ginjal lalu terjadilah urine. Darah masuk ginjal melalui
pembuluh nadi ginjal. Ketika berada di dalam membrae glomenulus, zat-zat yang
terdapat dalam darah (air, gula, asam amino dan urea) merembes keluar dari pembuluh
darah kemudian masuk ke dalam simpai/kapsul bowman dan menjadi urine primer.
Proses ini disebut filtrasi.
Urine primer dari kapsul bowman mengalir melalui saluran-saluran halus (tubulus
kontortokus proksimal). Di saluran-saluran ini zat-zat yang masih berguna, misalnya
gula, akan diserap kembali oleh darah melalui pembuluh darah yang mengelilingi saluran
tersebut sehingga terbentuk urine sekunder. Proses ini disebut reabsorpsi. Urine sekunder
yang terbentuk kemudian masuk tubulus kotortokus distal dan mengalami penambahan

zat sisa metabolism maupun zat yang tidak mampu disimpan dan akhirnya terbentuklah
urine sesungguhnya yang dialirkan ke kandung kemih melalui ureter. Proses ini disebut
augmentasi. Apabila kandung kemih telah penuh dengan urine, tekanan urine pada
dinding kandung kemih akan menimbulkan rasa ingin buang air kecil atau kencing.
Banyaknya urine yang dikeluarkan dari dalam tubuh seseorang yang normal
sekitar 5 liter setiap hari. Faktor yang mempengaruhi pengeluaran urine dari dalam tubuh
tergantung dari banyaknya air yang diminum dan keadaan suhu apabila suhu udara
dingin, pembentukan urine meningkat sedangkan jika suhu panas, pembentukan urine
sedikit.
Pada saat minum banyak air, kelebihan air akan dibuang melalui ginjal. Oleh
karena itu jika banyak minum akan banyak mengeluarkan urine. Warna urine setiap orang
berbeda-beda. Warna urine biasanya dipengaruhi oleh jenis makanan yang dimakan, jenis
kegiatan atau dapat pula disebabkan oleh penyakit. Namun biasanya warna urine normal
berkisar dari warna bening sampai warna kuning pucat.3
2.1.3 Komposisi Urin
1. Air (seperti urea)
2.

Garam terlarut

3.

Materi organik
Secara kimiawi kandungan zat dalam urine diantaranya adalah sampah nitrogen

(ureum, kreatinin dan asam urat), asam hipurat zat sisa pencernaan sayuran dan buah,
badan keton zat sisa metabolisme lemak, ion-ion elektrolit (Na, Cl, K, Amonium, sulfat,Ca
dan Mg), hormon, zat toksin (obat, vitamin dan zat kimia asing), zat abnormal (protein,
glukosa, sel darah Kristal kapur dsb.4
2.1.2

Sifat fisik urin


A. Volume Urin
Untuk menetapkan kadar suatu senyawa dalam urin diperlukan urin yang dikumpulkan

dalam 24 jam. Pada keadaan normal volume urine selama 24 jam adalah : 600-1600 ml.2

Besarnya volume urin seseorang amat tergantung pada :


a. Intake cairan
b. Kehilangan cairan
c. Suhu badan
d. Suhu sekitarnya

: makan/minum
: keringat

Dalam keadaan normal , volume urin pada siang hari lebih banyak daripada malam hari.
Volume urin malam hari dapat lebih banyak daripada siang hari pada keadaan :
1.

Glomerulo tubulair dieses yang berat

2.

Gangguan pada absorbs usus

3.

Adison diseases

Poliuria (volume urin menigkat) ditemukan pada berbagai keadaa. Pada diabetes
insipidus, akibat tidak adanya hormone anti diuretik, volume urin tiap hari dapat mencapai
10-20 L. Pada diabetes mellitus, volume urin dapat mencapai 5 6 L damal satu hari.5
Penyebab terjadinya poliuri adalah :
1.

Kronik Renal Dieses

2.

Diabetes Insipidus

3.

Polydipsi

4.

Obat diuretika

Oliguria (volume urin berkurang) ditemukan pada keadaan demam, nefritis akut,
glomerulonephritis kronis, gangguan hari akut, diare dan gagal jantung. Anuti (tidak terbentuk
urin) pada suatu periode tertentu dapat terjadi pada keadaan syok, nefritis akut, keracunan air
raksa atau batu ginjal. 5
Penyebab terjadinya oligouri adalah :
A. Faktor renal

1.

Akut tubulair nekrosis.

2.

Akut glomerula nekrosis.

B. Faktor non renal


1.

Penurunan intake cairan.

2.

Peningkatan kehilangan cairan.

Rasio antara urin siang hari (pukul 08.00 pukul 20.00) dan urin malam hari (pukul
20.00 pukul 08.00) adalah 2:1, kadang kadang 3:1. Pada kelainan ginjal rasio ini dapat
berubah bahkan terbalik. 5
B. Berat Jenis Urin
Berat jenis (yang berbanding lurus dengan osmolalitas urin yang mengukur
konsentrasi zat terlarut) mengukur kepadatan air seni serta dipakai untuk menilai
kemampuan ginjal untuk memekatkan dan mengencerkan urin. Berat jenis urin sangat
erat hubungannya dengan diuresis, makin besar diuresis makin rendah berat jenisnya,
dan sebaliknya. Diuresis adalah keadaan peningkatan urine yang dibedakan menjadi
dieresis air dan dieresis osmotik.
Bila urine pekat terjadi retensi air dibandingkan zat terlarut dan bila urine encer
terjadi ekresi air yang lebih dibandingkan zat terlarut, kedua hal ini memiliki arti
penting dalam konservasi dan pengaturan osmolalitas cairan tubuh.2Pemeriksaan
berat jenis urine dapat dilakukan dengan cara Urinometer. Cara urinometer
merupakan cara pengukuran berat jenis dengan kapasitas pengapungan hydrometer
atau urinometer dalam suatu silinder yang terisi kemih. Urinometer akan mengapung
pada angkat dekat ujung yang menentukan berat jenis secara langsung, untuk
2.1.3

meyakinkan urinometer terapung bebas dapat memutar urinometer secara perlahan.


Uji Indikan
Indikan berasal dari pertumbuhan bakteri, sering di usus kecil. Indican merupakan
indole diproduksi oleh bakteri pada suatu asam amino tryptophan dalam usus
.Kebanyakan indol dibuang dalam kotoran. Sisanya akan diserap dan dimetabolisme serta
diekskresi sebagai indicant dalam urin. Urine normal, jumlah indicant tersekresinya kecil.
Hal ini meningkat dengan diet protein tinggi atau kurang efisiennya pencernaan protein.
Jika tidak benar dicerna, atau jika salah jenis protein yang dikosumsi, pembusukan usus
dapat terjadi.
Asam amino triptofan akan membentuk indol danskatol. Indol dan skatol akan
diserap dari usus, selanjutnya dalam hati akan dioksidasimenjadi indoksil. Indoksil akan

berkombinasi dengan sulfat (proses konjugasi) membentuk indikan (=indoksilsulfat).


Indikan akan dieksresi kedalam urin dan merupakan salah satu sulfatetereal dalam urin.
Pada keadaan normal, dalam sehari diekskresi 10-20 mg. Variasi ekskresi
terutama ditentukan oleh jenis makanan. Makanan tinggi protein akan meningkatkan
ekskresi indikan dalam urin dan sebaliknya pada makanan tinggi karbohidrat. Bila terjadi
peningkatan proses pembusukan dalam usus atau bila ada stagnasi isi usus juga akan
terjadi peningkatan ekskresi indikan urin. Peningkatan indikan dalam urin juga dapat
ditemukan bila ada deomposisi protein dalam tubuh oleh bakteri, seperti gangrene.
Indikan dalam urin ditetapkan dengan uji obermeyer dimana gugus indoksil dari indikan
oleh pereaksi obermeyer yang mengandung FeCl3 dalam HCl pekat akan membentuk
warna biru yang larut dalam kloroform.
2.1.4

Penetapan kadar kreatinin urin (folin)


Pengukuran ekskresi kreatinin dalam urine secara simultan dengan cara
mengumpulkan urine dari waktu ke waktu dapat memberikan informasi tentang perkiraan
bersihan kreatinin. Cara kerja pengukuran ini adalah sebagai berikut.jumlah kreatinin
yang diekskresi dalam urine pada periode waktu tertentu adalah hasil kali volume urine
yang dikumpulkan (katakanalah V liter dalam 24 jam) dan konsentrasi kreatinin dalam
urine (U).

2.1.5

Uji Benedict semikuantitatif


Uji benedict adalah uji kimia untuk mengetahui kandungan gula (karbohidrat)
pereduksi. Gula pereduksi meliputi semua jenis monosakarida dan beberapa disakarida
seperti laktosa dan maltosa. Pada uji Benedict, pereaksi ini akan bereaksi dengan gugus
aldehid, kecuali aldehid dalam gugus aromatik, dan alpha hidroksi keton. Oleh karena itu,
meskipun fruktosa bukanlah gula pereduksi, namun karena memiliki gugus alpha
hidroksi keton, maka fruktosa akan berubah menjadi glukosa dan mannosa dalam suasana
basa dan memberikan hasil positif dengan pereaksi benedict.
Prinsip uji benedict adalah glukosa yang memiliki gugus aldehid/ keton bebas
mereduksi ion kupri dalam suasana alkalis membentuk kuprooksida yang tidak larut dan
berwarna merah bata. Jumlah endapan merah bata yang terbentuk sebanding dengan

2.1.6

kadar glukosa dalam urin.


Uji Protein

Untuk mengetahui keberadaan protein dalam urine. Proteinuria dapat menandakan


ekskresi ginjal yang abnormal (baik akibat glomerulus yang bocor secara abnormal
ataupun ketidakmampuan tubulus untuk mereabsorpsi protein secara normal); Proteinuria
bisa juga hanya mencerminkan adanya sel atau darah di dalam urine. Karena itu, periksa
juga ada tidaknya darah atau leukosit (sel darah putih) saat melakukan uji carik celup;
penapisan infeksi saluran kemih juga patut dikerjakan dengan mengirim specimen urine
untuk kultur.
2.1.7

Uji Keton
Untuk memeriksa adanya zat keton dalam urin. Keton merupakan produk dari
pemecahan asam lemak. Keberadaannya dalam urin biasanya mengindikasikan tubuh
lebih banyak menggunakan lemak untuk menyediakan energi ketimbang menyimpan
lemak tersebut untuk dipakai dikemudian hari. Keadaan ini dapat terjadi pada diabetes
yang tak terkendali, ketika glukosa tidak mampu memasuki sel (ketoasidosis diabetikum),
pada alkoholisme (ketoasidosis alkoholik), atau berkaitan dengan muntah atau kelaparan
berkepanjangan.

You might also like