Professional Documents
Culture Documents
persegi dan secara geografis terletak pada 0,30o LU sampai dengan 2,20o LS dan
119,45o sampai dengan 121,45o BT dengan batas wilayah administrasi sebagai berikut
Sulawesi Selatan;
287 Desa dan 9 Kelurahan – yaitu Kulawi, Pipikoro, Kulawi Selatan, Palolo, Dolo,
Balaesang, Damsol, Sojol. Sementara itu sampai dengan tahun 2008 berkembang dan
Sindue Tobata, Sindue Tombu Sabora, Marawola Barat, Kinovaro, Lindu, Dolo
Kecamatan yang berada di wilayah pesisir yang membentang dari arah selatan ke
44
Dari 13 Kecamatan tersebut, terdapat 3 kecamatan yang berada di bagian
Donggala, yang kesemuanya berbatasan langsung dengan Selat Makassar. Lebih dari
dibatasi oleh perairan Teluk Palu yang secara administratif pemerintahan berada di
Kota Palu. Masalah ini kemudian menjadi kendala dalam melakukan aktivitas
pada malam hari dan 34o – 37o C pada siang hari dengan kelembaban rata-rata 64%
sampai 85%, dengan curah hujan rata-rata tahunan antara 1.500 – 3.000 mm/tahun
kecuali wilayah Lembah Palu hanya mencapai 600 sampai 800 mm/tahun. Wilayah
Lembah Palu lebih dikenal dengan kondisi iklim tak kenal musim (Off Season).
Sementara itu, curah hujan rata-rata tahunan (1989 – 2002) di BPP Mantikole (20 km
selatan Palu) sebesar 1.482 mm, dengan rata – rata bulanan 75-170 mm. Data dari
stasiun Donggala menunjukkan curah hujan rata-rata tahunan sebesar 1.437 mm,
dengan rata-rata bulanan 72-192 mm. Berdasarkan distribusi curah hujan bulanan
menunjukkan bahwa daerah lembah Palu mempunyai musim kemarau cukup panjang
hampir sepanjang tahun, sedangkan musim hujan atau bulan basah pendek
45
Berdasarkan hasil registrasi penduduk akhir tahun 2005, jumlah penduduk
Kabupaten Donggala pertengahan Tahun 2005 mencapai 467.556 jiwa, yang terdiri
dari penduduk laki – laki 237.926 jiwa dan penduduk perempuan 229.630 jiwa. Atau
penduduk Tahun 2005 mencapai 473.272 jiwa atau mengalami pertumbuhan sebesar
dengan angka di bawah 1 % per tahunnya dan bahkan cenderung menurun pada
hampir semua sektor pada tahun 2006 – meskipun menunjukkan angka sangat
sementara sekali – dibanding pada tahun 2005 (angka sangat sementara), kecuali
Sementara itu, sektor industri pengolahan, dan listrik dan air bersih sama-
tidak signifikan bila dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2002
Tabel 1).
46
Tabel 1.
Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Donggala Atas Dasar Harga
Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha (%) Tahun 2002 - 2006
pertanian yang sampai pada tahun 2006 mencapai 49,27% atau terjadi penurun
sebesar 1,7 % bila dibanding pada tahun 2002 yang mencapai 50,97%. Penurunan
ini terjadi karena, peningkatan distribusi dari beberapa sektor seperti sektor
perdagangan, hotel dan restoran, sektor industri pengolahan, sektor angkutan dan
komunikasi, dan sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan. Untuk lebih
jelasnya distribusi antar berbagai sektor dapat dicermati pada Tabel 3 berikut.
Tabel 2
47
Distribusi PDRB Kabupaten Donggala Atas Dasar Harga Berlaku
Menurut Lapangan Usaha (%) Tahun 2002 - 2006
100,0 100,0
PDRB 100,00 100,00 100,00
0 0
Sumber : BPS Kabupaten Donggala, 2006
Tabel 3
48
Perbandingan PDRB Perkapita Kabupaten Donggala
Kecamatan Banawa Selatan, Sindue, dan Sirenja
Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2003 - 2007
Kabupaten / Tahun
No
Kecamatan 2003 2004 2005 2006* 2007**
Ket.: Pertumbuhan angka Perkapita Kecamatan tahun 2006 dan 2007 menggunakan
asumsi angka pertumbuhan sebesar 7,16 % dan 11,77 %
Propinsi Sulawesi Tengah memiliki sumber daya pesisir dan laut yang sangat
daerah. Salah Satu potensi sumber daya pesisir dan laut yang membentang dari
49
khususnya bagi masyarakat yang berada wilayah pesisir dan laut Kabupaten
Donggala.
dilakukan oleh Badan Riset Kelautan dan Perikanan DKP bekerjasama dengan
Perikanan (WPP) Selat Makassar dan Laut Flores (WPP-4) sesuai luasan perairan
yang disurvei yaitu 12.321 km2 adalah sebesar 911.000 ton/tahun dengan tingkat
pemanfaatan yang tergolong tinggi yaitu 71,29%. Sumber daya ikan tersebut
terdiri dari kelompok jenis ikan pelagis besar dengan potensi sebesar 193.600
ton/tahun dengan tingkat pemanfaatan 43,96% dan ikan pelagis kecil dengan
masih terdapat jenis lainnya yang tingkat pemanfaatannya lebih besar dari potensi
Dari potensi tersebut, nilai potensi perikanan Kabupaten Donggala pada tahun
2003 sebesar 18.540 ton/tahun dengan tingkat pemanfaatan sebesar 71,52% (lihat
Tabel 4). Hal inipun baru mencakup survey yang dilakukan di sebagian wilayah
dibandingkan produksi ikan tertinggi sebesar 13.260 ton yang pernah dicapai
2003.
Tabel 4
50
Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP - 4
Selat Makassar dan Laut Flores, dan Perairan Laut
Kabupaten Donggala 2001
51
Potensi sumber daya tambang dan mineral di Kabupaten Donggala,
berdasarkan data terakhir sampai tahun 2007 (Dinas Pertambangan dan Energi
Propinsi Sulawesi Tengah, 2008) yang hingga kini masih belum terkelola dengan
mengalami perubahan dan pemisahan serta migrasi dari tempat asalnya karena
pengaruh tekanan dan temperatur yang tinggi dan dalam waktu yang lama.
Minyak dan gas bumi ini bermanfaat sebagai sumber energi/bahan bakar.
eksplorasi.
b. Batu Bara
dengan lempung sn batu pasir halus sampai kasar dengan ketebalan 0,15 – 3,
abu 9,68%, fix carbon 29,55%, belerang 1,26% dengan nilai kalori 4.130
Kcal.
c. Galena
52
Merupakan hasil proses hidrotermal. Bermanfaat untuk pembungkus
kabel, solder, amunisi, pembuatan lempeng Pb, baterai dan bahan tube.
Donggala.
d. Emas
228.700 Ha.
e. Granit
Siboang, Sabang sampai Malona (cadangan 12, 287 milyar m3), Kecamatan
dan air, bahan arsitektur dan ornamen. Terdapat di Kecamatan Banawa dan
Kecamatan Tawaeli.
g. Pasir Felspar-Kuarsa
53
Merupakan hasil pelapukan fisik (ides-integrasi) batuan granit yang
keramik, semen portland, isilator rendah sampai menengah, industri kaca dan
(cadangan 15,91 juta m3), Sepanjang pantai Sibayu, Tambu, Mepanga dan
Lambonga Kecamatan Balaesang (cadangan (22,72 juta m3), dan Pantai Lende
h. Batu Gamping
m3), dan Desa Kaliburu, Batusuya, Daerah Loro Kecamatan Sindue (12 Juta
m3).
i. Pospat
Sebagai hasil rekasi antara kotoran, urin, bangkai burung dan kelelawar
yang tinggai digua-gua dengan batu kapur. Bermanfaat sebagai bahan baku
pembuatan pupuk, korek api, pemurni gula dan fotografi. Terdapat di Desa
54
Kabupaten Donggala bila ditinjau dari aspek pengembangan dan peningkatan
sektor pertanian sangat potensial karena ditunjang oleh ketersediaan sumber daya
lahan yang masih sangat besar. Potensi lahan pertanian sebesar 404.965 Ha yang
terdiri dari lahan sawah sebesar 32.838 Ha, lahan kering 359.165 Ha, dan lahan
Tabel 5
Potensi dan Pemanfaatan Lahan di Kabupaten Donggala
Pemanfaata
Potensi
No. Jenis Lahan n %
(Ha) (Ha)
1. Lahan Sawah 32.838 31.715 96,58
2. Lahan Kering 359.165 25.987 7,24
3. Lahan Pekarangan 12.962 8.522 65,75
Jumlah 404.965 66.224 16,35
Sumber : BPS Kabupaten Donggala 2006, diolah
Ha, dan baru termanfaatkan sekitar 16,35% atau sebesar 66.224 Ha (16,35%).
usahatani padi sawah dan buah – buahan karena ditunjang oleh potensi
sumberdaya lahan yang luas, iklim dan letak geografis yang strategis.
55
Untuk mencermati peran serta atau partisipasi masyarakat dalam penataan
ruang pesisir dan laut – khususnya pada wilayah penelitian – tidak dapat terhindarkan
dari arah sejarah perjalanan bangsa pada masa sebelumnya, utamanya sejarah
perjalanan pemerintahan Indonesia periode Orde Baru yang syarat dengan sejarah
Dominasi negara tersebut, oleh Tarigan (2007) dipicu oleh 2 faktor tambahan
yaitu Pertama, besarnya oleh sumberdaya pembangunan yang dimiliki oleh negara;
Kedua, lemahnya daya tawar masyarakat sipil yang masih terkotak-kotak dalam
sepanjang tahun 1970 sampai dengan 1980-an, yang ditandai oleh aliran modal
pembangunan yang sangat besar dari dua sumber utama, yaitu eksploitasi kekayaan
emas hijau – yang ditopang sepenuhnya oleh investasi asing, dan bekalangan mulai
merambah pada kekayaan sumberdaya alam laut yang dikenal sebagai emas biru.
Sementara itu kondisi kedua ditandai oleh sebaran kekuatan masyarakat sipil dalam
berbagai kategori parokial sehingga gagal memberi tekanan efektif terhadap negara.
Dalam posisi inilah, negara mampu menunjukkan diri sebagai aktor dominan di
Memasuki era otonomi daerah yang syarat dengan kekuatan dan kemampuan
56
pembangunan daerah, tidak serta merta terlaksana dengan baik tanpa melibatkan
maupun kebijakan-kebijakan penataan ruang yang secara jelas dapat memberi nilai
penataan ruang perdesaan pesisir laut yang menjadi tema sentral dalam penelitian ini.
hal mengelola potensi sumber daya – alam dan manusia – yang dimiliki untuk
implikasi langsung maupun tidak langsung terhadap pencapaian hasil yang diperoleh
daerah dalam mengisi ruang pembangunan yang tersedia, utama peran serta
penataan ruang perdesaan pesisir laut di kabupaten donggala, satu hal yang umumnya
berlaku umum dalam wilayah penelitian adalah menyangkut situasi yang serba
terbatas dan disertai oleh berbagai kondisi yang menekan kehidupan, diantaranya:
rendahnya pendapatan; dan lemahnya posisi tawar dalam pembangunan. Jika diamati
57
secara lebih mendalam bahwa penyebab utama (mainstream) adalah terbatasnya
P
A
PRODUKTIVITAS PENDAPATAN R
T
SUMBER I
DAYA TEKNOLOGI S
MANUSIA I
P
POSISI
TAWAR KESENJANGAN A
S
I
AKSES
ORGANISASI
PEMBANGUNAN
menghadapi berbagai kendala yang secara umum, jika dikaitkan dengan tingkat
58
Dengan kebijakan yang ada, terbuka ruang bagi wilayah untuk merencanakan
penataan wilayahnya, dan kalaupun tidak menjadi ruang terbuka bagi orang luar
Tabel 6
Pernyataan Responden Terhadap Keberadaan Tata Ruang Wilayahnya
Pernyataan Responden Jumlah Persentasi
Ada 14 31
Belum 12 27
Tidak Tahu 19 42
Jumlah 45 100
Sumber: Data Primer 2008
mengenai aspek-aspek yang berkaitan dengan tata ruang di wilayahnya. Menurut Ali,
hasil akhir dari penelitian tersebut tidak pernah disampaikan kembali kepada mereka
Namun model partisipasi yang melibatkan secara penuh pernah dirasakan oleh
kelompok nelayan yang difasilitasi dengan LSM dalam merencanakan ruang dan
menyadari arti penting merencanakan wilayah kelola masyarakat dan arti penting
59
sumberdaya digunakan. Namun jumlah masyarakat yang terlibat relatif masih kecil
realitas objektif karena secara terbuka orang bisa saja memanfaatkan ruang hanya
dengan berbekal izin dari Kepala Desa. Sardin (51 tahun) mencontohkan banyaknya
tapi merupakan wilayah orang-orang yang di atas yang mempunyai pengetahuan dan
kekuasaan.
tata rung desanya. Hal ini dilandasi karena semakin terbukanya akses untuk orang
ruang pihak luar rrelatif sudah ada, namun masih dilakukan sebatas apa adanya.
fisik. Masyarakat masih kurang terlibat pada level kebijakan padahal hak partisipasi
60
Secara internal, kendala utama partisipasi masyarakat dalam setiap
keluarga lebih memikirkan pendapatan keluarganya dan kurang peduli dengan ruang
wilayah yang dimasuki orang luar. Hal umum yang menjadi perhatian masyarakat
aspek jaringan pemasaran hasil produksi – perikanan dan perkebunan – yang pada
pasar utama. Seperti halnya diungkapkan oleh Agus (salah seorang nelayan
tangganya dengan membangun relasi sosial dengan pemodal, tapi dari hubungan
nelayan miskin makin jauh dari partisipasi dan integrasi ke dalam masyarakat yang
lebih luas, hal ini disebabkan karena bentuk dari interaksi dan hubungan sosial di
selama ini belum melihat hubungan sosial yang tidak adil sebagai suatu masalah,
61
sehingga keberlangsungan hidup masyarakat nelayan sekalipun sebagai penerima
manfaat program pemberdayaan, namun tetap kembali pada masalah pola atau
institusi patron-klien seperti pelunasan kredit yang tidak pernah berakhir yang
ketidakpastian sehingga tidak ada pilihan lain bagi mereka dengan bergantung pada
Tabel berikut:
Tabel 7
Pernyataan Responden Terhadap Pelibatannya
dalam Program Pemberdayaan
Pernyataan Responden Jumlah Persentasi
Ya 18 40
Tidak 20 44
Tidak Tahu 7 16
Jumlah 45 100
Sumber: Data Primer 2008
proses selama ini diawali dengan musyawarah. Setelah itu masyarakat membentuk
kelompok yang diminta oleh pihak luar. Yang menyatakan tidak karena menganggap
bahwa pemberi bantuan (pihak luar) sudah menentukan sebelumnya tujuan dan
62
bentuk bantuannya. Keterlibatan masyarakat tidak terjadi pada saat awal dari
tersebut telah diambil. Kelompok yang dibentuk ini biasanya tergantung kepada pihak
fasilitator atau pelaksana proyek, tetapi mungkin saja menjadi kelompok yang
Yang tidak tahu umumnya kebingungan mengambil sikap karena disatu sisi
ada juga masyarakat yang diikutkan dalam perencanaan namun bersifat simbolis.
tidak mengetahui apa yang menjadi kebutuhan masyarakat. Dan hal yang paling
masyarakat untuk berargumentasi ketika ada proyek yang tidak sesuai dengan
pembicaraan awal.
mengungkapkan
63
Untuk keterlibatan masyarakat dalam program-program yang sifatnya
masyarakat dalam perencanan yang dibuat oleh masyarakat sendiri, hasilnya seperti
Tabel 8
Pernyataan Responden Terhadap Perencanaan Swakelolah
Pernyataan Responden Jumlah Persentasi
Ada 38 84
Belum 7 16
Jumlah 45 100
Sumber: Data Primer 2008
sosial yang biasa dimusyawarahkan hanya kepada urusan-urusan yang tidak sesuai
masyarakat. Dengan atau tanpa terkait pemerintah, masyarakat secara turun temurun
64
mensukseskan program atau agenda pemerintahan dengan memanfaatkan sumberdaya
menempatkan masyarakat sebagai subyek pembangunan, dalam arti mulai dari tahap
berdasarkan tujuan dan output program dengan bersandarkan kekuatan budaya lokal.
65
Lebih dari itu, Ahmad (Tokoh masyarakat desa Tanjung Padang Kecamatan
peraturan daerah, menyangkut sektor publik yang berkaitan dengan ruang mereka.
secara aktif pada saat bersentuhan dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
yang bekerja di wilayah mereka, meskipun tidak sedikit pemerintah lokal memandang
Donggala, masih mengalami hambatan yang cukup berarti jika dikaitkan dengan
keterlibatan para pihak yang memiliki berbagai kepentingan ekonomi jangka pendek
yang ditentukan oleh kelompok elite yang secara dominan mewarnai penetapan tata
ruang, seperti halnya yang dilakukan oleh pemerintah daerah yang bersangkutan
Dalam arti, akses masyarakat yang luas terhadap informasi tata ruang,
kesadaran masyarakat yang tinggi tentang pentingnya berperan serta, dan kemampuan
pemerintah daerah yang hanya mengejar target PAD dengan memberikan akses yang
besar bagi kepentingan investasi daerah, utamanya penerbitan izin tambang galian C
66
dan hak pengusahaan hutan yang masuk dalam wilayah kelola masyarakat. Hal-hal
seperti inilah proses penetapan dan perubahan tata ruang seringkali berjalan tanpa
dan keberpihakan terhadap masyarakat lokal. Karena itu, pertimbangan terhadap tata
ruang maupun revisi tata ruang dalam kaitannya dengan peningkatan sumber-sumber
dalamnya aspek teknis, aspek lingkungan, dan aspek sosial dan budaya setempat
pembangunan daerah.
faktor-faktor yang mempengaruhi strategi penataan ruang perdesaan pesisir dan laut
mengambil sampel pada 29 desa pesisir dan laut di 3 kecamatan –di lokasi penelitian,
dan situasi lingkungan eksternal yang dapat berpengaruh terhadap penataan ruang
1. Faktor Internal
a. Kekuatan
Terdapat sejumlah kekayaan pesisir laut yang dapat dijadikan sumber daya
ekonomi baik sebahai bahan baku pabrik maupun barang jadi, seperti
67
2). Biodiversity dan Keanekaragaman Hayati.
3). Penduduk.
b. Kelemahan
1). Belum ada Peraturan Daerah yang spesifik tentang Penataan Ruang
2). Belum ada perencanaan strategis tentang perencanaan ruang pesisir dan
4). Belum ada lembaga lokal yang dapat mengelola, mengawasi, dan
bobot terbesar adalah potensi sumber daya ekonomi, sedangkan faktor kelemahan
yang sangat lemah adalah belum adanya perencanaan strategis dan penataan ruang
68
Tabel 9
Penilaian Identifikasi Faktor Internal Berdasarkan Rating Scale
Rensis Likert di Kabupaten Donggala
Nilai BOBOT
SWOT IDENTIFIKASI FAKTOR Urgensi FAKTOR
(NU) (BF)
69
2. Faktor Eksternal
a. Peluang
b. Ancaman
daerah dan perimbangan keuangan pusat dan daerah, dan Undang-Undang No. 26
Sedangkan ancaman yang akan muncul di wilayah pesisir jika masalah ini
didiamkan adalah persoalan eksploitasi Sumber Daya Pesisir & Laut secara massif
yang berakibat pada penghancuran ekosistem kehidupan wilayah pesisir & laut,
70
Tabel 10
Penilaian Identifikasi Faktor Eksternal Berdasarkan
Rating Scale Rensis Likert di Kabupaten Donggala
Nilai BOBOT
SWOT IDENTIFIKASI FAKTOR Urgensi FAKTOR
(NU (BF)
5 0.17
Undang-Undang Otonomi Daerah No. 32
& 33 tahun 2004 tentang pemerintahan
daerah dan perimbangan keuangan pusat
dan daerah, dan Undang-Undang No. 26
tahun 2007 tentang Penataan Ruang
3. Kuadran SWOT
71
Selanjutnya berdasarkan hasil perhitungan faktor internal (kekuatan dan
kelemahan) dan eksternal (peluang dan ancaman) -- lihat lampiran 7 dan 8, maka
a. Kuadran I
Oriented Strategy.
b. Kuadran II
c. Kuadran III
Kuadran III adalah Survival, dalam arti bahwa meskipun menghadapi peluang
d. Kuadran IV
72
Kuadran ini dikenal dengan nama Diversification, merupakan situasi yang
(+)
O = 1,24
II I
0,51
S = 1,37
W = 0,91
(+)
(-) 0,46
III IV
T = 0,73
(-)
Gambar 4.1
variabel peluang sebesar 1,24 dan variabel ancaman sebesar – 0,73. Atau nilai
absisnya adalah 0,51 dan ordinatnya adalah 0,46. Dengan demikian titik
73
pada posisi strategi pertumbuhan stabil (stable growth strategy) karena
(S – W) < (O – T).
Kabupaten Donggala lebih kecil dibandingkan dengan potensi yang ada, sehingga
usaha pertumbuhan daerah atau desa-desa yang berada di wilayah pesisir dan laut
bertahap.
strategi perencanaan yang disajikan dalam gambar matrik SWOT pada Tabel 11.
yang ada dijalankan dengan melaksanakan strategi SO, yaitu sebagai berikut:
Berkelanjutan;
74
Tabel 11
Strategi Penataan Ruang Perdesaan Pesisir dan Laut
Faktor
Internal Kekuatan Kelemahan
(Strengths) (Weaknesses)
Faktor
Eksternal
Strategi SO Strategi WO
Ancaman
(Threats) Strategi ST Strategi WT
1. Meningkatkan 1. Minimalisasi
kontrol dan pengawasan eksploitasi sumberdaya
terhadap eksploitasi sumberdaya Pesisir & Laut
pesisir & laut
2. Mempertahank
an & melindungi Biodiversity & 2. Meminimali
keanekaragaman hayati sasi penghancuran ekosistem
berdasarkan pertimbangan kehidupan wilayah Pesisir &
lingkungan dan Laut
keberlanjutannya
3. Menumbuhke 3. Meminimali
mbangkan Kearifan Budaya sasi Konflik Pengelolaan
Lokal yang bersentuhan dengan Sumberdaya Pesisir & Laut
Perlindungan terhadap
Pengelolaan Wilayah Pesisir &
75
Laut secara berkelanjutan
b. Menjalin hubungan kemitraan dan kerja sama Para Pihak dalam membuat
& Laut;
Tabel 12
Deskripsi Statistik
Observations 33 33 33 33
Sumber: Data Primer 2008
76
Pada Tabel tersebut menunjukkan bahwa data Produksi Sektor Unggulan
(Kakao) mempunyai standar deviasi yang sangat besar dengan nilai rata-ratanya,
yang memberi indikasi awal bahwa data tidak terdistribusi secara normal,
(semilog) dan log-linear (double log), untuk mendapatkan model yang terbaik
(goodness of fit).
penelitian, dalam bentuk lin-log dan log-log (double log), secara ringkas dapat
Tabel 13
Ringkasan Hasil Regresi
Model Lin-Log dan Model Log-Lin
Hasil regresi pada Tabel 13 dapat disimpulkan bahwa kedua bentuk fungsi
model mempunyai tanda koefisien yang sesuai secara teoritis. Model Log-Lin
77
mempunyai nilai koefisien determinasi (R2) dan nilai F yang tinggi dibanding
model Lin-Log.
deskriptif untuk dipakai sebagai salah satu kriteria memilih suatu model terutama
dikaitkan dengan uji keserasian dari model yang sedang ditaksir, di mana model
yang lebih baik adalah yang memiliki nilai R2 yang lebih tinggi (Insukindro,
1998: 1-2).
berikut :
a. Estimasi persamaan model alternatif yang dipilih, yaitu lin-log dan log-
log(double log).
b. Menentukan nilai fitted (F1 untuk model lin-log dan F2 untuk model log-
F2 dikurangi F1.
variabel bebas.
variable bebas.
78
LogPL = β 0 + β 1 JPdk + β 2 Kapita + β 3 LogKakao + β 4 Z2 ε
f. Lihat nilai p-value Z1 dan Z2. Jika Z1 signifikan secara statisitik, maka
hipotesis yang menyatakan bahwa model yang benar adalah lin-log ditolak,
Tabel 14
Hasil Uji MWD
Parameter /t-stat/ t-tabel Kesimpulan
Z1 0.262382 2,048 Signifikan
Z2 -0.484296 2,048 Signifikan
Sumber: Data Primer 2008
Berdasarkan hasil uji MWD model lin-log dan model log-lin (double log)
t-hitung < t-tabel. Berdasarkan uji MWD yang dikaitkan dengan koefisien determinasi
(R2), menunjukkan bahwa model log-lin lebih baik dari model lin-log dengan R2
Di mana,
β 0 : adalah konstanta
79
µ : faktor eror (error term)
berikut.
Tabel 15
Hasil Regresi Model Log-Lin
Variabel Koefisien /t-stat/ /p-value/ Keterangan
C 7.131606 12.88057 0.0000* Signifikan
Jpdk 0.000380 2.928825 0.0066* Signifikan
Kapita -0.000123 -1.302638 0.2029 tidak signifikan
LogKakao 0.0154807 2.294213 0.0292** Signifikan
*) signifikan pada α = 1% **) signifikan pada α = 5% df = 33
Sumber: Data Primer 2008
Dari Tabel di atas, maka dibuat estimasi model regresi sebagai berikut.
80
/p-value) : (0.0000) (0.0066) (0.2029) (0.0292)
R2 : 0.328784
Adjusted R2 : 0.259347
F-hitung : 4.735046
D-W-hitung : 1.614142
berikut :
Kapita (pendapatan per kapita) bertambah sebesar 1 maka akan menurunkan rata-
3. Uji Statistik
3.3.1 Uji p-value. Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas
81
disimpulkan bahwa variabel bebas Jumlah Penduduk (Jpdk) dan variabel
Pemanfaatan Lahan (PL) pada derajad kepercayaan 99% dan 95%. Sedangkan
variabel bebas Pendapatan per Kapita desa sampel (Kapita) secara signifikan
3.3.2 Uji-F. Uji ini dilakukan untuk menguji apakah keseluruhan variabel
H1 : α≠ β 1≠ β 2≠ β 3≠ 0
Jika nilai F-hitung > F-tabel , maka Ho ditolak yang berarti bahwa
(0,05, k-1, n-k)
perubahan pada variabel yang dijelaskan dan bila nilai F-hitung < F-tabel(0,05, k-1, n-k) ,
tidak dapat menjelaskan secara nyata perubahan pada variabel yang dijelaskan.
Hasil analisis regresi – model penelitian ini – dalam bentuk log-lin diperoleh
nilai F-hitung sebesar 4.735046 (lampiran 12) sedangkan nilai F-tabel(0,05; k-1; n-k) sebesar
2.95. Karena F-hitung > F-tabel bermakna Ho berhasil ditolak dan variabel-variabel
kemampuan variasi variabel bebas menjelaskan variasi variabel tak bebas yang
82
dinyatakan dalam persen. Berdasarkan analisis regresi diperoleh R2 sebesar
0.328784 (Lampiran 12) yang mengandung arti bahwa sekitar 32,88 % variasi
variabel tak bebas PL (pemanfaatan lahan) dapat dijelaskan oleh variasi variabel
bebas.
4. Uji Ekonometri
Dari model yang terpilih, perlu dilakukan uji yang berkaitan dengan uji
kesalahan atau residual dari model yang diamati tidak memiliki varians yang
(χ 2
-hitung ) = 4.540943 < χ 2
-tabel = 12,5916 (pada α =0,05; df=6). Melalui uji
lebih variabel bebas dapat dinyatakan sebagai kombinasi dari variabel bebas
lainnya. Menurut Frisch, suatu model regresi terkena multikolinearitas bila terjadi
83
hubungan linear yang perfect atau exact di antara beberapa atau semua variabel
bebas dari suaru model regresi (Modul Pelatihan Ekonometrika Dasar, 2001:245).
dan statistik F yang signifikan, tetapi tingkat signifikan variabel bebas melalui uji
p-value atau t-statistik sangat sedikit. Hasil regresi atau estimasi model dalam
penelitian ini (model log-linier), menunjukkan nilai R2 sebesar 32,88% dan diikuti
uji p-value pada variabel bebas Jumlah Penduduk (Jpdk) dan Produksi Sektor
Unggulan Kakao (Kakao) signifikan secara statistik dan 1 variabel bebas lainnya
tidak signifikan.
nya;
Pedoman yang digunakan adalah jika nilai R2 langkah pertama lebih tinggi
dari r2 parsial, maka tidak terdapat gejala multikoliniaritas. Hasil regresi parsial
antarvariabel bebas, dapat dicermati melalui Tabel 16. Dari Tabel tersebut
menunjukkan bahwa nilai R2 model empiris lebih tinggi dari nilai r2 parsial
84
yang mengidiksikan nilai lebih tinggi dari nilai R2 model empiris. Dengan
Tabel 16
Hasil Regresi Antarvariabel Bebas
Menurut Farrar dan Glauber
Regresi r2 dibanding R2 Multikolinieritas
r2 Jpdk, Kapita, LogKakao 0.208661 < 0.328784 Rendah
2
r Kapita, Jpdk, LogKakao 0.330190 < 0.328784 Tinggi
r2 LogKakao,Jpdk, Kapita 0.175368 < 0.328784 Rendah
Sumber: Data Primer 2008
dokumen, tetapi hal yang utama yang harus dipikirkan adalah peran serta masyarakat
pembangunan daerah – menjadi penting dalam kerangka perencanaan tata ruang yang
responsif sebagai sebuah proses pengambilan keputusan yang tanggap pada preferensi
masyarakat sebagai pengguna akhir produk tata ruang. Sehingga yang terjadi adalah
85
ruang yang tidak dipahami oleh masyarakat dan bahkan partisipasi masyarakat
bahwa penataan ruang perdesaan pesisir dan laut di Kabupaten Donggala, menyimpan
Jika dicermati lebih runut, wilayah perdesaan pesisir dan laut di Kabupaten
Donggala, banyak menyimpan deposit sumberdaya alam laut dan darat yang secara
signifikan sangat luas yang membujur dari arah selatan ke utara – merupakan
investasi alamiah yang sangat berharga – tetapi belum terkelola secara optimal
gamping sebagai bahan dasar semen maupun tambang galian golongan C yang
86
4. Potensi biodiversity dan keanekaragaman kehidupan bawah laut,
perdesaan pesisir dan laut di Kabupaten Donggala, hal yang sangat mungkin
pembangunan.
yang secara jelas dan spesifik mengenai penataan ruang perdesaan pesisir dan
kejelasan dalam penataan ruang yang dapat dijadikan dasar dalam proses
pemanfaatan ruang.
yang tidak saja merupakan salah satu bagian wilayah yang terluas di Propinsi
Sulawesi Tengah, akan tetapi potensi sumberdaya alam yang sangat melimpah –
87
hingga kini belum terkelola secara optimal – dapat menjadi lahan investasi yang
lokal menjadi salah satu aspek yang sangat berpengaruh terhadap penataan ruang
perdesaan pesisir dan laut Kabupaten Donggala. Meskipun selama ini dirasakan
beralasan, disamping budaya lokal yang menjadi jati diri masyarakat tidak harus
Kabupaten Donggala, khususnya tradisi budaya pesisir dan laut yang dimiliki
utama yang dihadapi masyarakat di wilayah perdesaan pesisir dan laut Kabupaten
produksi hasil lautnya, hingga kini masih menggunakan teknologi alat tangkap
tidak sedikit terjebak dalam pola hubungan eksploitatif yang diciptakan oleh
88
dalam wilayah mesin produksi yang menguntungkan pemilik modal. Pola ini
bukan hanya sebatas pada sektor perikanan tetapi juga turut mempengaruhi sektor
pemilik modal.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
89
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan, maka
Partisipasi aktif masyarakat terjadi pada kegiatan yang diinisiasi oleh masyarakat
masih dominannya peran piha luar dalam mengambil keuntungan dari kondisi
masyarakat.
Peraturan Daerah tentang Pengelolaan & Pemanfaatan Sumber Daya Pesisir dan
90
Laut secara Berkelanjutan; menjalin hubungan kemitraan dan kerja sama Para
3. Untuk uji F dalam bentuk log-lin secara serempak dapat menjelaskan secara
nyata (signifikan) perubahan pada variabel yang dijelaskan. Sedangkan dalam uji
Donggala adalah variabel Jumlah Penduduk (Jpdk) dan variabel Produksi sektor
unggulan kakao (Kakao) pada derajad kepercayaan 99% dan 95%. Sedangkan
variabel bebas Pendapatan per Kapita desa sampel (Kapita) secara signifikan
penataan ruang. Disamping itu, kondisi bentang alam Kabupaten Donggala yang
partisipasi masyarakat masih rendah, tetapi beberapa hal yang terpenting dan
budaya lokal, serta pengembangan modal dan teknologi dalam pengelolaan dan
91
B. Saran – Saran
pengelolaan sumber daya alam dan wilayah. Kebijakan yang berbasis pada
bertanggung jawab atas keamanan wilayah pesisir dan laut sebagai basis wilayah
perlu komitmen yang tinggi dari pengambil kebijakan dengan menghilangkan ego
sektoral dan memperkuat aspek relasi pemangku kepentingan. Hal yang penting
merencanakan arah penataan ruang yang dilandasi oleh rasa keadilan dan
2. Agar strategi perencanaan tata ruang terkelola baik maka harus dilakukan
wilayah dan sumber daya alam. Semangat kolektif dari kelembagaan lokal akan
92
diperkuat dengan pembuatan peraturan daerah tentang wilayah pesisir, yang lebih
ruang perdesaan pesisir, seperti: jumlah rumah tangga yang memiliki mobil, jarak
Catata
93
- Bulan Syafar =
94