You are on page 1of 30

MAKALAH PENGEMBANGAN BAHAN AJAR FISIKA

CARA MENENTUKAN VALIDITAS, REALIBILITAS, PRAKTIKALITAS


EFEKTIVITAS BAHAN AJAR NON CETAK

OLEH
HAFIZHAH ARIEF
14175044

DOSEN PEMBIMBING
Prof. Dr. Festiyed, MS
Dr. Djusmaini Djamas, M.Si

PENDIDIKAN FISIKA PROGRAM PASCA SARJANA


UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2014
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya

sehingga

penulis

dapat

menyelesaikan

makalah

mata

kuliah
1

pengembangan bahan ajar fisika yang berjudul cara menentukan validitas, realibilitas,
praktikalitas efektivitas bahan ajar non cetak.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan untuk
melengkapi tugas mata pengembangan model pembelajaran fisika program studi
pendidikan fisika pasca sarjana Universitas Negeri Padang.
Dalam menyelesaikan makalah ini, Penulis banyak mendapat bantuan, saran
dan sumbangan pikiran dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang setulusnya kepada dosen
pembimbing mata kuliah pengembangan model pembelajaran fisika Prof. Dr.
Festiyed, MS dan Dr. Djusmaini Djamas, M.Si.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya baik dari
segi penyajian maupun penulisannya. Untuk itu, kritik dan saran yang bersifat
konstruktif dari semua pihak sangat penulis harapkan demi kesempurnaan makalah
ini. Akhir kata, penulis ucapkan terima kasih dan berharap semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Padang , November 2014

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................1
A.Latar belakang..................................................................................................................1
B.Rumusan masalah.............................................................................................................2
C.Tujuan penulisan..............................................................................................................2
D.Manfaat Penulisan............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................3
A.Konsep Pengembangan Bahan Ajar Non Cetak................................................................3
B.Validitas Bahan Ajar Non Cetak.......................................................................................9
C.Praktikalitas Bahan Ajar Non Cetak...............................................................................14
D.Efektivitas Bahan Ajar Non Cetak.................................................................................20\

BAB III PENUTUP...............................................................................................................23


A.Kesimpulan....................................................................................................................23
B.Saran...............................................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................24

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Salah satu kompetensi yang perlu dimiliki seorang pejabat fungsional Pengembang
Teknologi Pembelajaran adalah mengembangkan bahan ajar sebagai bagian dari tugas dan
pekerjaannya di instansi masing-masing. Bahan ajar ini perlu dikembangkan karena merupakan
bagian yang tidak terpisah dalam suatu rangkain proses pembelajaran, sehingga keberadaannya
sangat diperlukan baik oleh sasaran (pengguna) baik guru dan siswa, maupun instruktur dan
peserta pelatihan.

Keberadaan bahan ajar merupakan aspek yang penting sebagai penunjang keberhasilan
dalam pembelajaran. Soegiranto dalam Oni (2010: 83) mengungkapkan bahwa Bahan ajar
adalah bahan atau materi yang disusun oleh guru secara sistematis yang digunakan peserta didik
(siswa) dalam pembelajaran. Pengertian bahan ajar lainnya adalah bahan-bahan atau materi
pelajaran yang disusun secara lengkap dan sistematis berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran
yang digunakan guru dan siswa dalam proses pembelajaran; merupakan informasi, alat dan teks
yang diperlukan guru /instruktur untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran.
Hal ini senada dengan pernyataan oleh Depdiknas (2008: 3) bahwa Bahan ajar merupakan
bagian penting dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah. Melalui bahan ajar guru akan lebih
mudah dalam melaksanakan pembelajaran dan siswa akan lebih terbantu dan mudah dalam
belajar. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis.

Allah berfirman dalam Q.S Ali Imran ayat 37 :

Artinya : Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik, dan
mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allah menjadikan Zakariya pemeliharanya.
Setiap Zakariya masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya.
Zakariya berkata: "Hai Maryam dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?" Maryam
menjawab: "Makanan itu dari sisi Allah." Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa
yang dikehendaki-Nya tanpa hisab.

Bahan ajar bersifat sistematis artinya disusun secara urut, mengikuti proses
pengembangan sistem, sehingga memudahkan siswa belajar. Dalam mengembangkan bahan ajar
tentu banyak hal yang harus diperhatikan guru atau pendidik sesuai dengan prosedur pe
ngembangan baha ajar itu sendiri agar bahan ajar yang dihasilkan nantinya bisa merubah
perilaku belajar siswa atau peserta didik. Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah validitas,
praktikalitas, dan efektivitas bahan ajar tersebut.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada makalah ini adalah :
1. Bagaimana cara menentukan validitas bahan ajar non cetak?

2. Bagaimana cara menentukan praktikalitas bahan ajar non cetak?

3. Bagaimana cara menentukan efektivitas bahan ajar non cetak?


C. Tujuan penulisan
Tujuan dari studi khusus ini ada dua yaitu:

1. Untuk mengetahui cara menentukan validitas bahan ajar non cetak .

2. Untuk mengetahui cara menentukan praktikalitas bahan ajar non cetak.

3. Untuk mengetahui cara menentukan efektivitas bahan ajar non cetak.


D. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan dari makalah ini adalah :

1. Bagi pembaca dapat dijadikan pengalaman dan bekal ilmu pengetahuan.

2. Bagi mahasiswa dapat membantu memahami cara menentukan validitas, praktikalitas, dan
efektivitas bahan ajar.

3. Memenuhi persyaratan untuk mengikuti mata kuliah pengembangan bahan ajar Program
Studi Magister Pendidikan Fisika Fakultas Pasca Sarjana Universitas Negeri Padang.

BAB II
PEMBAHASAN

A.

Konsep Pengembangan Bahan Ajar Non Cetak


Pengembangan Bahan Ajar Non-Cetak menjadi hal yang sangat penting berkaitan dengan

upaya membantu peserta didik meraih kompetensinya dengan lebih cepat. Bahan Ajar Cetak
yang digunakan dalam pembelajaran sejauh ini dinilai belum mampu mengakomodasi seluruh
upaya penyampaian materi pembelajaran. Ketidakmampuan ini dapat ditemukan pada
berkembangnya materi pembelajaran yang pada kondisi tertentu sulit direpresentasikan secara
tertulis, pada akhirnya bisa dilakukan dengan bantuan teknologi informasi dan komunikasi
(Susuri, Ridwan : 2012).
Bahan ajar non cetak setidak tidaknya harus memiliki enam unsur, yaitu mencakup
tujuan, sasaran, uraian materi, sistematika sajian, petunjuk belajar, dan evaluasi. Sebuah bahan
ajar harus mempunyai tujuan. Tujuan harus dirumuskan secara jelas dan terukur mencakup
kriteria ABCD (audience, behavior, criterion, dan degree). Sasaran perlu dirumuskan secara
spesifik, untuk siapa bahan belajar itu ditujukan. Sasaran bukan sekedar mengandung pernyataan
subjek orang, Namun juga harus mencakup kemampuan apa yang menjadi prasyarat yang harus
sudah mereka kuasai agar dapat memahami bahan ajar ini.
Bahan ajar mempunyai peran penting dalam proses pembelajaran, yaitu acuan yang
digunakan oleh penatar atau petatar. Bagi petatar bahan ajar menjadi acuan yang diserap isinya
sehingga dapat menjadi pengetahuan dan bagi penatar bahan ajar ini menjadi acuan dalam
menyampaikan keilmuannya. Pengembangan bahan ajar oleh penatar membutuhkan kreativitas
untuk membuat sesuatu yang lain, unik, juga membutuhkan pengetahuan tentang lingkungan
sekitarnya agar bahan ajar yang dikembangkan sesuai dengan ketersediaan bahan/materi di
sekitarnya. Di samping itu penatar juga harus memiliki pengetahuan tentang beberapa faktor
yang perlu dipertimbangkan dalam pengembangan bahan ajar seperti kecermatan isi, ketepatan
cakupan, ketercernaan, penggunaan bahasa, ilustrasi, perwajahan/pengemasan serta kelengkapan
komponen bahan ajar.
1.

Kecermatan Isi

Mengandung dua hal yaitu Pertama, validitas isi atau kebenaran secara keilmuan. Kedua,
keselarasan isi atau kebenaran isi yang disusun berdasrkan sistem nilai yang dianut oleh suatu
masyarakat atau bangsa. Kedua hal itu akan menjadi system yang Akurat dan sahih sehingga
tidak ada konsep yang salah/keliru. Validitas isi menunjukkan tentang isi bahan ajar yang tidak
dikembangkan secara asal-asalan. Isi bahan ajar dikembangkan berdasarkan konsep dan teori
yang berlaku dalam bidang ilmu serta sesuai dengan kemutakhiran perkembangan bidang ilmu
dan hasil penelitian empiris yang dilakukan dalam bidang ilmu tersebut. Maka dengan demikian
isi bahan ajar dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Untuk dapat menjaga validitas isi,
dalam pengembangan bahan ajar, pembimbing harus selalu menggunakan buku acuan atau bahan
pustaka yang berisi hasil-hasil penelitian empiris, teori dan konsep yang berlaku dalam suatu
bidang ilmu, serta perkembangan mutakhir suatu bidang ilmu. Teori dan konsep yang berlaku
dalam suatu bidang ilmu dapat diperoleh di ensiklopedi ataupun buku teks bidang ilmu.
Sementara hasil penelitian empiris dan perkembangan mutakhir suatu bidang ilmu dapat
diperoleh dari berbagai jurnal penelitian yang tercetak ataupun jurnal elektronik. Dalam rangka
mengkaitkan bahan ajar dengan lingkungan sekitarnya serta wawasan budaya, pembimbing dapat
mengkaji dulu kemungkinan dan ketersediaan bahan di lingkungan sekitar dan budaya lokal yang
dapat digunakan untuk menjadi bahan ajar bagi suatu topik tertentu dari bidang suatu ilmu.
Dengan demikian dapat diperoleh bahan ajar yang sahih isinya , akrab lingkungan dan
berwawasan budaya dan tidak terdapat adanya kesalahan konsep. Keselerasan isi berarti
kesesuaian isi bahan ajar dengan sistem nilai dan falsafah hidup yang berlaku dalam negara atau
masyarakat. Dalam sitem nilai masyarakat inilah yang perlu diakomodasikan dalam bahan ajar.
Bahkan bahan ajar menjadi sarana untuk penyampaian sistem nilai tersebut dan pembelajaran
merupakan upaya pelestarian sistem nilai tersebut. Dan jika suatu saat ada bahan ajar yang
mengabaikan sistem nilai tersebut maka bahan ajar tersebut yang tidak tepat.
2.

Ketepatan Cakupan
Mengandung keluasan dan kedalaman materi atau kemutakhiran materi yang artinya

sebagai substansi bahan ajar sesuai dengan perkembangan terkini, serta keutuhan konsep yang
dibahas berdasarkan bidang ilmunya.

Keluasan dan kedalaman isi bahan ajar sangat

berhubungan dengan keutuhan konsep berdasarkan bidang ilmu ini di tentukan oleh suatu tujuan.
Pada tujuan tersebut dapat menentukan seberapa luas, dalam, dan utuh topik yang akan disajikan
kepada pembimbing. Kemudian kembangkanlah bahan ajar, materi pokok dan komponennya
5

berdasarkan pada materi yang telah ditentukan. Tentunya, tujuan pembelajaran atau topik tertentu
di sekolah Lanjutan Tingkat Pertama akan berbeda dengan tujuan pembelajaran atau topik yang
sama di Sekolah Menengah Umum. Dalam hal ini, keluasan maupun kedalamannya akan
berbeda, sehingga bahan ajarnya pun memiliki keluasan dan kedalaman yang berbeda.
3.

Kemudahan
Berkaitan dengan konsep bahan ajar yang bisa dipahami dan dimengerti oleh siswa

sebagai pengguna sehingga sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai. Bahan ajar,
menggunakan media apapun, harus memiliki tingkat ketercernaan yang tinggi. Artinya bahan
ajar dapat dipahami dan isinya dapat dimengerti oleh peserta dengan mudah.
Allah berfirman dalam Q.S Alam Nasrah ayat 5 :

Artinya : Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan


Ada enam hal yang mendukung tingkat ketercernaan bahan ajar, sebagai berikut.
a. Pemaparan yang Logis
Bahan ajar dipaparkan secara logis, misalnya mulai dari yang umum ke yang khusus atau
sebaliknya (deduktif atau induktif), dari yang mudah ke yang sukar, atau dari yang inti ke
yang pendukung. Maka peserta dapat dengan mudah mengikuti pemaparan, dan dapat
segera mengkaitkan pemaparan tersebut dengan informasi yang sebelumnya.
b. Penyajian Materi yang Runtut
Bahan ajar disajikan secara sistematis, tidak meloncat-loncat. berkaitan antar materi/topik
dijelaskan dengan cermat, kemudian setiap topik disajikan secara sistematis dengan strategi
penyajian uraian. Urutan strategi penyajian dapat berubah-ubah sehingga tidak
membosankan, namun setiap bagian perlu diberi penjelasan yang memadai sehingga tidak
membingungkan peserta. Keruntutan penyajian isi bahan ajar mempermudah peserta dalam
belajar, dan juga menuntun peserta untuk terbiasa berpikir runtut.
c. Contoh dan Ilustrasi yang Memudahkan Pemahaman
Untuk menyajikan suatu topik dan memaparkan suatu pokok bahasan diperlukan contoh
dan ilustrasi yang dapat membantu dan mempermudah pemahaman peserta. Dalam
penyajian topik atau konsep yang bersifat abstrak, contoh dan ilustrasi memiliki peran yang
6

sangat penting. Contoh dan ilustrasi dapat dikembangkan dalam beragam bentuk, tercetaknarasi sebagai bagian dari penyajian isi bahan ajar dalam materi pokok yang berbentuk
cetak, poster, kartu-kartu (flipchart), atau dalam bentuk noncetak, seperti video, audio,
simulasi berbantuan atau juga dalam bentuk realita, model, atau bahan sesungguhnya untuk
didemonstrasikan kepada peserta. Prinsip utama dalam pemilihan contoh dan ilustrasi
adalah ketepatan contoh dan ilustrasi untuk memperjelas teori atau konsep yang dijelaskan
(bukan malah membuat peserta semakin bingung), serta menarik dan bermanfaat bagi
peserta.
d. Alat Bantu yang Memudahkan
Bahan ajar perlu memiliki alat bantu yang dapat mempermudah peserta dalam mempelajari
bahan ajar tersebut. Dalam bahan ajar cetak, alat bantu dapat berupa rangkuman untuk
setiap bab, penomoran, judul bab yang jelas, serta tanda-tanda khusus, misalnya tanda
tanya yang menandakan pertanyaan. Dalam bahan ajar noncetak, alat bantu juga dapat
berupa rangkuman, petunjuk belajar bagi peserta, serta tanda-tanda khusus yang dapat
diberlakukan serta dapat membantu peserta belajar, misalnya nada suara yang berbeda
dalam kaset audio, atau caption dalam program video. Dan yang perlu diperhatikan dalam
menggunakan alat bantu bahan ajar adalah prinsip konsistensi, artinya alat Bantu yang
simbol atau bentuknya sama harus digunakan dengan arti yang sama di semua isi bahan
ajar untuk mata pelajaran tertentu. Jadi, alat bantu yang simbolnya atau bentuknya sama
hendaknya tidak digunakan untuk arti yang berbeda-beda.
e. Format yang Tertib dan Konsisten
Bahan ajar perlu memelihara ketertiban dan konsistensi agar mudah dikenali, diingat, dan
dipelajari oleh peserta. Misalnya, jika guru menggunakan kertas merah untuk lembar kerja
peserta, maka seterusnya gunakanlah warna kertas merah untuk LKS. Dengan demikian,
setiap kali peserta melihat warna kertas merah, maka peserta akan menandai sebagai LKS.
Dalam bahan ajar cetak, konsistensi istilah sangat diperlukan sehingga peserta tidak
menggunakan berbagai istilah secara rancau. Dalam bahan ajar audio, intonasi suara dapat
digunakan sebagai tanda atau format untuk berhenti, mengulang, atau meneruskan
pembelajaran. Dalam hal ini, pembimbing diharapkan kreatif untuk menciptakan tandatanda dan formal khusus yang digunakan secara konsisten untuk mempermudah peserta
belajar.
7

f. Penjelasan Tentang Relevansi dan Manfaat Bahan Ajar


Dalam bahan ajar perlu ada penjelasan tentang manfaat dan kegunaan bahan ajar dalam
mata tataran. Bahan ajar dapat berperan sebagai bahan utama yang akan digunakan dalam
pembelajaran di kelas, atau sebagai alat bantu peserta belajar mandiri di rumah (buku kerja,
paket kerja mandiri), atau juga sebagai alat bantu peserta belajar dalam kelompok. Peran
ini perlu dijelaskan kepada peserta dengan cermat, sehingga peserta dapat menggunakan
bahan ajar dengan jelas. Di samping itu, bahan ajar juga perlu menjelaskan keterkaitan
antara topik yang dibahas dalam bahan ajar dengan topik-topik dalam mata pelajaran
lainnya. Dengan demikian, peserta dapat melihat keterkaitan topik bahan ajar dengan topik
lain, dan tidak terkesan bahwa masing-masing topik adalah berdiri sendiri-sendiri.
4.

Penggunaan Bahasa
Mengandung tehnik pemilihan ragam bahasa yang efektif, komunikatif, dan dialogis agar

pesan dapat dicerna dengan baik. serta penggunaan kalimat efektif, dan penyusunan paragraf
yang bermakna. Dalam mengembangkan bahan ajar, Penggunaan bahasa yang meliputi
pemilihan ragam bahasa, pemilihan kata, penggunaan kalimat efektif, dan penyusunan paragraph
yang bermakna, sangat berpengaruh terhadap manfaat bahan ajar. Walaupun isi bahan ajar Anda
sudah cermat, menggunakan format yang konsisten, serta dikemas dengan menarik, namun jika
bahasa yang Anda gunakan tidak dimengerti oleh peserta, maka bahan ajar Anda tidak akan
bermakna apa-apa. Bukan hanya dalam pengembangan bahan ajar cetak seperti buku kerja
peserta, lembar kerja peserta, tetapi juga dalam pengembangan bahan ajar noncetak, seperti kaset
audio, video, bahan ajar berbasiskan komputer, dan lain-lain. Ragam Bahasa mengacu pada
ragam bahasa baku atau formal dan ragam bahasa nonformal atau komunikatif. Ragam bahasa
baku banyak digunakan dalam laporan penelitian, karya ilmiah, surat-surat resmi, buku teks,
siaran pers, dan lain-lain. Namun tulisan yang menggunakan ragam bahasa baku terkesan sangat
kaku, formal dan cenderung membosankan. Oleh karena itu, ragam bahasa baku jarang
digunakan dalam pengembangan bahan ajar. Bahan ajar yang baik diharapkan dapat memotivasi
peserta untuk membaca, mengerjakan tugas-tugasnya, serta menimbulkan rasa ingin tahu peserta
untuk melakukan eksplorasi lebih lanjut tentang topik yang dipelajarinya. Dengan demikian,
ragam bahasa yang digunakan dalam bahan ajar biasanya ragam bahasa nonformal atau bahasa
8

komunikatif yang lugas dan luwes. Ragam bahasa komunikatif yang sebaiknya digunakan dalam
penulisan atau pengembangan bahan ajar sangat dipengaruhi oleh pemilihan kata serta
penggunaan kalimat yang efektif. Walaupun ragam bahasa komunikatif yang digunakan,
hendaknya kaidah bahasa yang baik dan benar tidak ditinggalkan atau dilanggar. Kata yang
dipilih hendaknya jenis kata yang singkat dan lugas, bukan kata atau istilah yang asing atau tidak
banyak dikenal peserta. Jika diperlukan pengenalan istilah teknis yang berlaku dalam bidang
ilmu tertentu, maka istilah tersebut perlu diberi batasan yang jelas. Penggunaan kalimat efektif
menekankan perlunya penyampaian informasi dilakukan melalui kalimat positif dan aktif, dan
sedapat mungkin menghindarkan penggunaan kalimat negatif dan pasif. Kalimat positif dan aktif
dipercaya dapat menimbulkan motivasi peserta untuk melakukan tugas-tugas yang ditetapkan
dalam bahan ajar, dan lebih mudah dimengerti oleh peserta. Sementara itu penggunaan kalimat
negatif dan pasif, kadangkala dapat membingungkan peserta. Selanjutnya, penyusunan paragraph
mempersyaratkan adanya gagasan utama untuk setiap paragraf, serta keterpaduan, keruntutan
dan koherensi antar kalimat dalam sebuah paragraf. Gagasan utama, yang berbentuk kalimat
topik, dapat ditempatkan di bagian awal maupun akhir paragraf. Panjang pendek sebuah paragraf
tergantung pada kemampuan penulis dan kebutuhannya. Keruntutan dan kekompakan hubungan
antar kalimat dalam sebuah paragraf (koherensi) sangat penting untuk membuat suatu paragraf
menjadi bermakna. Pada gilirannya, kalimat yang runtut dan kompak akan memudahkan peserta
memahami ide/konsep yang disajikan dalam paragraf tersebut.
5.

Kelengkapan Komponen
Bertujuan pada paket bahan ajar yang dapat berfungsi sebagai komponen utama,

komponen pelengkap, dan komponen evaluasi hasil belajar. Idealnya, bahan ajar merupakan
paket multikomponen dalam bentuk multimedia. Paket tersebut mempunyai sistematika
penyampaian dan urutan materi yang baik, meliputi penyampaian tujuan belajar, memberi
bimbingan tentang strategi belajar, menyediakan latihan yang cukup banyak, memberi saransaran untuk belajar kepada peserta, serta memberikan soal-soal untuk dikerjakan sendiri oleh
peserta sebagai cara untuk mengukur kemampuan diri sendiri dan umpan baliknya. Paket bahan
ajar memiliki tiga komponen inti, yaitu komponen utama, komponen pelengkap, dan komponen
evaluasi hasil belajar. Komponen utama berisi informasi atau topik utama yang ingin
disampaikan kepada peserta, atau harus dikuasai peserta. Bahan ajar utama akan menjadi lebih
mudah dipahami oleh peserta jika dilengkapi dengan komponen pelengkap. Komponen
9

pelengkap ini dapat berupa informasi/topik tambahan yang terintegrasi dengan bahan ajar utama,
atau informasi/topik pengayaan wawasan peserta. Komponen pelengkap biasanya terdiri dari
bahan pendukung cetak (materi pengayaan, bacaan, jadwal, silabus, peta materi, kliping kasus),
bahan pendukung noncetak (perluasan wawasan materi dalam media noncetak, peta materi dalam
bentuk program komputer, video, kaset, web suplemen, simulasi komputer, kit), panduan peserta
(peta materi, petunjuk belajar, latihan dan tugas, tips, kata-kata sukar, pemilahan materi),
panduan guru (peta materi, petunjuk bagi guru, konsep inti topik atau pokok bahasan, latihan dan
tugas, rangkuman materi) dan lain-lain yang diperlukan peserta untuk mempelajari suatu topik
yang disajikan. Sedangkan komponen evaluasi hasil belajar terdiri dari perangkat soal/butir tes.
Komponen evaluasi hasil belajar ini nantinya akan terpisahkan dari komponen utama dan
komponen pelengkap (Aris, 2014).
B.
1.

Validitas Bahan Ajar Non Cetak


Pengertian validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan suatu tes/ instumen.

Suatu tes/ instrumen dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Tes
memiliki validitas yang tinggi jika hasilnya sesuai dengan kriteria, dalam arti memiliki
kesejajaran antara tes dan kriteria (Arikunto, 1999: 65).
Validitas desain merupakan proses kegiatan untuk menilai apakah rancangan suatu
produk secara rasional akan lebih efektif dari yang lama atau tidak. Dikatakan secara rasional,
karena validasi ini bersifat penilaian berdasarkan penilaian rasional, belum fakta lapangan.
Validasi produk dapat dilakukan dengan cara menghadirkan beberapa pakar atau tenaga
ahli yang sudah berpengalaman untuk menilai produk baru yang dirancang tersebut. Setiap pakar
diminta untuk menilai desain tersebut, sehingga selanjutnya dapat diketahui kekuatan dan
kelemahannya. Validasi desain dapat dilakukan dalam forum diskusi. Sebelum diskusi peneliti
mempresentasikan proses penelitian sampai ditemukan desain tersebut, berikut keunggulannya
(Sugiyono, 2009).
2.

Langkah-langkah menentukan validitas


Dalam mengembangkan suatu bahan non cetak, instrumen yang digunakan untuk menguji
validitas adalah lembar validasi berupa angket.
Langkah-langkah uji validitas :
10

a. Meminta kesediaan dosen dan guru yang telah banyak memiliki pengalaman mengajar
untuk menjadi validator dari bahan ajar non cetak yang telah dikembangkan.
b. Memberikan skor jawaban dengan kriteria berdasarkan skala Likert seperti yang
dimodifikasi Riduan (2012: 27) sebagai berikut
Tabel 1. Kriteria pemberian skor jawaban validitas
Skor
Kriteria
4
Sangat Setuju
3
Setuju
2
Tidak Setuju
1
Sangat Tidak Setuju
Sumber : Skala Likert yang dimodifikasi Riduan (2012)
c. Meminta validator untuk memberikan saran atas penilian yang diberikan terhadap
pengembangan bahan ajar noncetak berdasarkan item-item yang terdapat pada uji validitas.
Jika masih banyak terdapat kesalahan dalam pengembangan bahan ajar non cetak, maka
perlu dilakukannya revisi agar benar-benar valid atas bahan ajar yang dikembangkan.
d. Juka telah valid, maka ditentukan skor tertinggi.
Skor tertinggi = jumlah validator x jumlah indikator x skor maksimum.
e. Menentukan jumlah skor dari masing-masing validator dengan menjumlahkan semua skor
yang diperoleh dari masing-masing indikator.
f. Penentuan nilai validitas dengan cara:

%
g. Memberikan penilaian validitas dengan kriteria seperti yang dikemukakan oleh Purwanto
(2009: 82):
Tabel 2. Kriteria pemberian nilai validitas
Nilai Validitas (%)
Kriteria
90-100
Sangat Valid
80-89
Valid
60-79
Cukup Valid
0-59
Tidak Valid
Sumber : Purwanto (2009)

11

Uji coba validitas dapat dilakukan uji coba terbatas dengan jumlah 3-5 orang validator
dan 20-30 orang siswa yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda-beda atau heterogen
(cara pengambilan subjek menggunakan teknik random sampling).
3.

Contoh Instrumen Validitas


INSTRUMEN VALIDITAS
Judul bahan ajar
Mata pelajaran
Penulis
Evaluator
Tanggal

: ..............................
: ..............................
: ..............................
: ..............................
: ..............................

Petunjuk pengisian : Berikanlah tanda check (v) pada kolom yang paling sesuai dengan
penilaian anda
1 = Sangat tidak setuju
2 = Tidak setuju
3 = Setuju
4 = Sangat setuju
No
A
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

PERNYATAAN

Substansi Materi
Materi pada LKS integrasi MSTBK berbasis ICT sudah
sesuai dengan kaidah keilmuan Fisika
Cakupan materi pada LKS integrasi MSTBK berbasis ICT
sesuai dengan silabus
Materi pada LKS integrasi MSTBK berbasis ICT sudah
menunjukkan adanya integrasi
Penggunaan Matematika pada LKS integrasi MSTBK
berbasis ICT dapat digunakan untuk mendukung pencapaian
kompetensi siswa
Pengetahuan teknologi yang disajikan pada
LKS integrasi MSTBK berbasis ICT sesuai dengan materi
bahan ajar
Penyajian materi bencana alam yang disajikan pada LKS
integrasi MSTBK berbasis ICT sesuai dengan materi bahan
ajar
Integrasi nilai karakter dalam LKS integrasi MSTBK
berbasis ICT sudah sesuai dengan karakteristik materi
pembelajaran
Kalimat yang digunakan pada LKS integrasi MSTBK
berbasis ICT sudah sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia
Paragraf yang digunakan pada LKS integrasi MSTBK
berbasis ICT sudah sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia
Tanda baca yang ada pada LKS integrasi MSTBK berbasis
12

ICT sudah sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia


B
1
2
3
4
5
6
C
1
2
3
4
5
6
7
8
C
1
2
3
4
5
6

Tampilan Komunikasi Visual


Navigasi yang digunakan pada LKS integrasi MSTBK
berbasis ICT mudah dioperasikan
Ukuran huruf pada LKS integrasi MSTBK berbasis ICT
proporsional dan konsisten dengan ukuran ruang bahan ajar
Video dan gambar yang ditampilkan pada LKS integrasi
MSTBK berbasis ICT sesuai dengan materi pembelajaran
Komposisi warna pada LKS integrasi MSTBK berbasis ICT
sudah tepat
Animasi yang ditampilkan pada LKS integrasi MSTBK
berbasis ICT sesuai dengan materi pembelajaran
Layout yang digunakan pada LKS integrasi MSTBK berbasis
ICT menarik dan proporsional
Desain Pembelajaran
Judul LKS integrasi MSTBK berbasis ICT sudah sesuai
dengan kompetensi dasar
Indikator pencapaian yang disusun pada LKS integrasi
MSTBK berbasis ICT sudah sesuai dengan kompetensi dasar
Materi pembelajaran pada LKS integrasi MSTBK berbasis
ICT sudah sesuai dengan kompetensi dasar
Contoh soal pada LKS integrasi MSTBK berbasis ICT sudah
sesuai dengan indikator pencapaian
Latihan pada LKS integrasi MSTBK berbasis ICT sudah
sesuai dengan indikator pencapaian
Referensi yang dicantumkan pada LKS integrasi MSTBK
berbasis ICT sudah sesuai dengan ketentuan cara penulisan
Integrasi MSTBK pada materi LKS berbasis ICT telah sesuai
dengan kompetensi dasar
Integrasi MSTBK pada latihan LKS berbasis ICT telah sesuai
dengan indikator pencapaian
Pemanfaatan Software
Interaktivitas menu utama pada LKS integrasi MSTBK
berbasis ICT sudah mempermudah pengguna untuk masuk ke
bahan ajar
Interaktivitas latihan pada LKS integrasi MSTBK berbasis
ICT sudah memberikan umpan balik ke pengguna
Interaktivitas evaluasi pada LKS integrasi MSTBK berbasis
ICT sudah memberikan umpan balik ke pengguna
Software pendukung Ulead Video untuk mengedit video dan
GOM Player untuk memutar video dalam LKS integrasi
MSTBK berbasis ICT sudah bekerja dengan baik
Software pendukung Macromedia Flash untuk menjalankan
animasi dalam LKS integrasi MSTBK berbasis ICT sudah
bekerja dengan baik
LKS integrasi MSTBK berbasis ICT asli hasil karya Tim
Peneliti
13

TOTAL

1. Komentar
Kemukakanlah tanggapan Bapak/Ibu setelah mengamati dan menganalisis LKS Fisika Berbasis ICT
dengan Mengintegrasikan MSTBK Materi Gerak dan Sifat Elastik untuk Mencapai Kompetensi Siswa
Kelas XI SMA ini.
a. Kelebihan
...........................................................................................................................

........................

........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
........................................................................................................................................
...............................................................................................................................................................
........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
b. Kelemahan
.........................................................................................................................................
.......................................................................................................................................................
.....................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.........................................................................................................................................

2. Saran-saran
Kemukakanlah saran-saran Bapak/Ibu yang dapat digunakan untuk perbaikan dan penyempurnaan
LKS Fisika Berbasis ICT dengan Mengintegrasikan MSTBK Materi Gerak dan Sifat Elastik untuk
Mencapai Kompetensi Siswa Kelas XI SMA ini.
............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
14

................................................................................................................................................
.....................................................................................................................................................................................

C.
1.

Praktikalitas Bahan Ajar Non Cetak


Pengertian praktikalitas
Dalam kamus besar bahasa Indonesia kepraktisan diartikan sebagai suatu yang bersifat

praktis atau efisien. Arikunto (2010) mengartikan kepraktisan dalam evaluasi pendidikan
merupakan

kemudahan-kemudahan

yang

ada

pada

instrument

evaluasi

baik

dalam

mempersiapkan, menggunakan, menginterpretasi/ memperoleh hasil, maupun kemudahan dalam


menyimpanya.
Kepraktisan juga merupakan salah satu ukuran suatu instrumen evaluasi dikatakan baik
atau tidak. Bila guru menggunakan esay tes untuk mengukur tanggapan siswa terhadap suatu
produk pembelajaran, dan jumlah siswa yang dibimbingnya mencapai dua ratus orang, maka
upaya ini cenderung tidak praktis. Diperlukan cara lain untuk menilai tanggapan siswa tersebut,
misalnya dengan tes lisan terhadap hasil diskusi kelompok. Kepraktisan diartikan pula sebagai
kemudahan dalam penyelenggaraan, membuat instrumen, dan dalam pemeriksaan atau
penentuan keputusan yang objektif, sehingga keputusan tidak menjadi bias dan meragukan.
Kepraktisan dihubungkan pula dengan efisien dan efektifitas waktu dan dana. Sebuah tes
dikatakan baik bila tidak memerlukan waktu yang banyak dalam pelaksanaannya, dan tidak
memerlukan dana yang besar atau mahal.
Kepraktisan sebuah alat evaluasi lebih menekankan pada tingkat efisiensi dan efektivitas
alat evaluai tersebut, beberapa kriteria yang dikemukakan oleh Gerson, dkk dalam mengukur
tingkat kepraktisan, diantaranya adalah:
1.

Waktu yang diperlukan untuk menyusun tes tersebut

2.

Biaya yang diperlukan untuk menyelenggarakan tes tersebut

3.

Waktu yang diperlukan untuk melaksanakan tes

4.

Tingkat kesulitas menyusun tes

5.

Tingkat kesulitan dalam proses pemeriksaan tes

6.

Tingkat kesulitan melakukan intrepetasi terhadap hasil tes

15

Kepraktisan alat evaluasi akan memberikan manfaat yang besar bagi pelaksanaan
maupun bagi peserta didik karena dirancang sedemikian sistematis terutama materi instrumen
tersebut.
Berkaitan kepraktisan dalam penelitian pengembangan Van den Akker (1999:10) menyatakan :
Practically refers to the extent that user (or other expert) consider the intervention as
appealing and usable in normal conditions
Artinya, kepraktisan mengacu pada tingkat bahwa pengguna (atau pakar-pakar lainnya)
mempertimbangkan intervensi dapat digunakan dan disukai dalam kondisi normal.
Untuk mengukur tingkat kepraktisan yang berkaitan dengan pengembangan instrument
berupa

materi

pembelajaran,

Nieveen

(1999)

berpendapat

bahwa

untuk

mengukur

kepraktisannya dengan melihat apakah guru (dan pakar-pakar lainnya) mempertimbangkan


bahwa materi mudah dan dapat digunakan oleh guru dan siswa. Khusus untuk pengembangan
model yang dikembangkan dalam penelitian pengembangan, model tersebut dikatakan praktis
jika para ahli dan praktisi menyatakan bahwa secara teoritis bahwa model dapat diterapkan di
lapangan dan tingkat keterlaksanaannya model tersebut termasuk kategori baik. Istilah baik
ini masih memerlukan indikator-indikator yang diperlukan untuk menentunkan tingkat
kebaikan dari keterlaksanaan model yang di kembangkan.
Berkaitan dengan kepraktisan di tinjau dari apakah guru dapat melaksanakan
pembelajaran di kelas. Biasanya peneliti dan observer mengamati aktivitas yang dilakukan guru
dalam pelaksanaan pembelajaran. Misalnya, melihat kegiatan guru dalam mempersiapkan siswa
untuk belajar, memeriksa pekerjaan siswa, dll.
2.

Langkah-langkah menentukan praktikalitas


Uji Praktikalitas dilakukan dengan langkah-langkah:
a. Uji praktikalitas oleh guru
1) Peneliti memberikan bahan ajar cetak atau non cetak yang telah di validasi dan direvisi
kepada guru.
2) Peneliti memberi pengarahan tentang cara pengisian angket kepada guru.
3) Peneliti memberikan petunjuk singkat bahan ajar cetak ataupun non cetak yang telah
dikembangkan.

16

4) Guru menggunakan bahan ajar berdasarkan petunjuk yang sudah ada dalam
pembelajaran.
5) Peneliti meminta guru untuk mengisi angket praktikalitas bahan ajar cetak atu pun non
cetak yang dikembangkan.
b. Uji praktikalitas oleh peserta didik
1) Peneliti memberikan pengarahan cara pengisian angket kepada peserta didik.
2) Peneliti membagikan bahan ajar cetak ataupun non cetak yang dikembangkan kepada
masing-masing peserta didik.
3) Peneliti memberikan petunjuk singkat penggunaan bahan ajar cetak ataupun non cetak
yang dikembangkan kepada peserta didik.
4) Peseta didik menggunakan bahan ajar yang telah dikembangkan di dalam proses
pembelajaran.
5) Peneliti meminta peserta didik untuk mengisi angket praktikalitas bahan ajar cetak atau
non cetak (Kustiawan M, 2012).
Pada uji coba praktikalitas sama seperti uji coba validitas. Uji coba praktikalitas dapat
dilakukan uji coba terbatas dengan jumlah 3-5 orang guru dan 20-30 orang siswa yang memiliki
tingkat kemampuan yang berbeda-beda atau heterogen (cara pengambilan subjek menggunakan
teknik random sampling).
Analisis praktikalitas digunakan dengan nilai persentase (%)

Setelah persentase nilai praktikalitas diperoleh, dilakukan pengelompokkan sesuai


kriteria yang dikemukakan oleh Purwanto (2009: 102-103) berikut ini:
Tabel 5. Kriteria pemberian nilai praktikalitas
Nilai Praktikalitas (%)
Kriteria Reabilitas
86 100
Sangat Praktis
76 85
Praktis
60 75
Cukup Praktis
55 59
Kurang Praktis
54
Kurang Praktis Sekali
Sumber : Purwanto (2009)
3.

Contoh instrumen praktikalitas

17

ANGKET TANGGAPAN GURU TERHADAP PENGGUNAAN BAHAN AJAR NON CETAK


Petunjuk : Berikut ini dikemukakan sejumlah pernyataan sehubungan denga tanggapan guru
fisika yang mengajar di SMA terhadap bahan ajar non cetak. Untuk itu Bapak dan
Ibu sebagai praktisi dapat memberikan tanda cek (v) pada kolom yang sesuai dengan
yang dirasakan untuk beberpa pilihan yaitu :
1
2
3
4
N
O

Sangat Tidak Setuju


Tidak Setuju
Setuju
Sangat Setuju

PERNYATAAN

ST
S

A
Isi Bahan Ajar
1
Sudah sesuai dengan kompetensi inti
Saran Perbaikan Jika STS/TS:
2
Sudah sesuai dengan setiap kompetensi dasar
Saran Perbaikan Jika STS/TS:
3
Relevan dengan karakteristik siswa
Saran Perbaikan Jika STS/TS:
4
Substansi materi sudah benar
Saran Perbaikan Jika STS/TS:
B
Kaidah
1
Bahan ajar memperjelas dan mempermudah pemahaman
Saran Perbaikan Jika STS/TS:
2
Bahan ajar mengoptimalkan waktu belajar
Saran Perbaikan Jika STS/TS:
3
Pesan yang terkandung dalam bahan ajar mudah ditangkap
Saran Perbaikan Jika STS/TS:
4
Bahan ajar dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi siswa
Saran Perbaikan Jika STS/TS:
5
Bahan ajar dapat memperlihatkan akhlak siswa
Saran Perbaikan Jika STS/TS:
B
Penyajian
1
Gambar yang digunakan dalam bahan ajar jelas
18

TS

SS

Saran Perbaikan Jika STS/TS:


2
Suara yang dihasilkan bahan ajar terdengar jelas
Saran Perbaikan Jika STS/TS:
3
Animasi yang digunakan dalam bahan ajar menarik
Saran Perbaikan Jika STS/TS:
4
Urutan penyajian bahan ajar sudah baik
Saran Perbaikan Jika STS/TS:
5
Pemberian motivasi dalam tampilan bahan ajar sudah baik
Saran Perbaikan Jika STS/TS:
6
Informasi yang diberikan sudah lengkap
Saran Perbaikan Jika STS/TS:
N
PERNYATAAN
O
A
Isi Bahan Ajar
1
Sudah sesuai dengan kompetensi inti
2
Sudah sesuai dengan setiap kompetensi dasar
3
Relevan dengan karakteristik siswa
4
Substansi materi sudah benar
B
Kaidah
1
Bahan ajar memperjelas dan mempermudah pemahaman
2
Bahan ajar mengoptimalkan waktu belajar
3
Pesan yang terkandung dalam bahan ajar mudah ditangkap
4
Bahan ajar dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi siswa
5
Bahan ajar dapat memperlihatkan akhlak siswa
B
Penyajian
1
Gambar yang digunakan dalam bahan ajar jelas
2
Suara yang dihasilkan bahan ajar terdengar jelas
3
Animasi yang digunakan dalam bahan ajar menarik
4
Urutan penyajian bahan ajar sudah baik
5
Pemberian motivasi dalam tampilan bahan ajar sudah baik
6
Informasi yang diberikan sudah lengkap
Tanggapan dan saran :

ST
S

TS

SS

Tanggapan
Tanggapan Bapak/ Ibu setelah mengamati dan mempelajari bahan ajar non cetak
............................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................
Saran
Saran yang dapat digunakan untuk perbaikan dan penyempurnaan bahan ajar non cetak
19

............................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................

ANGKET TANGGAPAN SISWA TERHADAP PENGGUNAAN BAHAN AJAR NON CETAK


Petunjuk : Berikut ini dikemukakan sejumlah pernyataan sehubungan dengan tanggapan siswa
terhadap bahan ajar non cetak. Untuk itu kepada siswa agar dapat memberikan tanda
cek (v) pada kolom yang sesuai dengan yang dirasakan untuk beberpa pilihan yaitu :
1
2
3
4

Sangat Tidak Setuju


Tidak Setuju
Setuju
Sangat Setuju

N
PERNYATAAN
O
1
Bahan ajar memiliki tampilan yang menarik
Saran Perbaikan Jika STS/TS:
2
Bahan ajar dapat mempermudah pemahaman
Saran Perbaikan Jika STS/TS:
3
Bahan ajar mengoptimalkan waktu belajar saya
Saran Perbaikan Jika STS/TS:
4
Pesan yang terkandung dalam bahan ajar mudah ditangkap
Saran Perbaikan Jika STS/TS:
5
Bahan ajar yang digunakan dapat meningkatkan motivasi saya
Saran Perbaikan Jika STS/TS:
6
Gambar yang digunakan dalam bahan ajar jelas
Saran Perbaikan Jika STS/TS:
7
Suara yang dihasilkan bahan ajar terdengar jelas
Saran Perbaikan Jika STS/TS:
8
Animasi yang digunakan dalam bahan ajar menarik
Saran Perbaikan Jika STS/TS:
9
Urutan penyajian bahan ajar sudah baik
Saran Perbaikan Jika STS/TS:
10 Informasi yang diberikan sudah lengkap
Saran Perbaikan Jika STS/TS:
N
PERNYATAAN
O
1
Bahan ajar memiliki tampilan yang menarik
20

ST
S

TS

SS

ST
S

TS

SS

2
Bahan ajar memperjelas dan mempermudah pemahaman
3
Bahan ajar mengoptimalkan waktu belajar saya
4
Pesan yang terkandung dalam bahan ajar mudah ditangkap
5
Bahan ajar yang digunakan dapat meningkatkan motivasi saya
6
Gambar yang digunakan dalam bahan ajar jelas
7
Suara yang dihasilkan bahan ajar terdengar jelas
8
Animasi yang digunakan dalam bahan ajar menarik
9
Urutan penyajian bahan ajar sudah baik
10 Informasi yang diberikan sudah lengkap
Tanggapan dan saran :
Tanggapan
Kemukakan komentar dan tanggapanmu setelah belajar menggunakan bahan ajar non cetak ini
............................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................
Saran
Kemukakan saran-saranmu yang dapat dipergunakan untuk perbaikan dan penyempurnaan bahan
ajar ini
............................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................
D.
1.

Efektivitas Bahan Ajar Non Cetak


Pengertian efektivitas
Menurut Reigeluth (1999), aspek penting dalam keefektifan (efek potensial) dari suatu

instrument, teori, atau model adalah mengetahui tingkat/derajat dari penerapan teori, atau model
dalam suatu situasi tertentu. Tingkat keefektifan ini menurut Mager, biasanya dinyatakan dengan
suatu skala numeric yang didasarkan pada kriteria tertentu. (Reiguluth, 1999).
Berkaitan dengan keefektifan pengembangan instrument, model, teori dalam dunia
pendidikan, Van den Akker (1999:10) menyatakan :
Effectiveness refer to the extent that the experiences and outcomes with the intervention are
consistent with the intended aims
21

Artinya, keefektifan mengacu pada tingkatan bahwa pengalaman dan hasil intervensi
konsisten dengan tujuan yang dimaksud.
Keefektifan suatu bahan ajar biasanya dilihat dari poitensial efek berupa kualitas hasil
belajar, sikap., dan motivasi peserta didik. Menurut Akker (1999) (dalam Yazid) ada dua aspek
keefektivan yang harus dipenuhi oleh suatu bahan ajar. Yakni :
a. Ahli dan praktisi berdasarkan pengalamannya menyatakan bahwa bahan ajar tersebut
efektif.
b. Secara operasional bahan ajar tersebut memberikan hasil sesuai yang diharapkan.
Menurut Suryadi (2005) (dalam Yazid), bahan ajar dapat dikatakan efektif apabila :
a. Rata-rata siswa aktif dalam aktivitas pembelajaran.
b. Rata-rata siswa aktif dalam mengerjakan tugas.
c. Rata-rata siswa efektif dalam keefektifan relatif penguasaan bahan pengajaran.
d. Respon siswa terhadap pembelajaran yang dilaksanakan baik/positif
e. Respon guru terhadap pembelajaran yang dilaksanakan baik/positif
2.

Cara menentukan efektivitas


Efektivitas bahan ajar dilakukan dalam uji terbatas. Hal ini menggunakan desain
eksperimen (before-after) yaitu membandingkan keadaan sebelum dan sesudah menggunakan
bahan ajar. Sehingga model eksperimen dapat digambarkan seperti Gambar 1.

O1

O1

Gambar 1. Desain eksperimen (before-after) O1 sebelum treatment


dan O2 nilai sesudah treatment
Berdasarkan Gambar 1, yang dimaksud yaitu O1 treatment awal yang mana nilai sebelum
diberi perlakuan penggunaan bahan ajar. Pada O2 treatment akhir yaitu hasil yang dilihat setelah
dilakukan penggunaan bahan ajar (Sugiono, 2012:415). Penggunaan bahan ajar non cetak
dikatakan efektif dalam pembelajaran jika hasil belajar siswa setelah menggunakan bahan ajar
lebih baik dari sebelumnya.
Analisa perbandingan berkorelasi digunakan untuk melihat efektivitas penggunaan bahan
ajar pada pembelajaran. Uji statistik yang digunakan adalah pre-test dan post-test one group
desain. Hal ini sesuai dengan pendapat Sugiyono (2009) yang menyatakan bahwa untuk

22

membuktikan signifikansi perbedaan sistem kerja lama dan baru perlu diuji secara statistik
dengan t-test berkorelasi (related). Rumus yang digunakan adalah:
t=

X 2 X 1

S 21 S 22
S
+ 2 r 1
n1 n2
n 1

S2
n 2

( )( )

Keterangan:
X 1 = Rata-rata hasil belajar siswa sebelum menggunakan bahan ajar

X 2 = Rata-rata hasil belajar siswa setelah menggunakan bahan ajar


S1 = Simpangan baku hasil belajar sebelum menggunakan bahan ajar
S2 = Simpangan baku hasil belajar setelah menggunakan bahan ajar
S12 = Varians hasil belajar siswa sebelum menggunakan bahan ajar
S22 = Varians hasil belajar siswa setelah menggunakan bahan ajar
r = Korelasi hasil belajar siswa sebelum dan setelah mennggunakan bahan ajar
Korelasi antara hasil belajar sebelumdan sesudah menggunakan bahan ajar cetak (r) didapat dari
persemaan:
x1

x2

x1

x2

N x2 ( 2)
2

N x1 ( 2)

N x x
r x x =
1

Keterangan:
rx

x2

= Korelasi antara hasil belajar sebelum dan sesudah menggunakan bahan ajar

X1 = Skor sebelum menggunakan bahan ajar


X2 = Skor sesudah menggunakan bahan ajar
23

N = Jumlah peserta tes


Hasil thitung yang didapat dibandingkan dengan nilai ttabel. Jika didapatkan harga thitung lebih
besar dari harga ttabel, berarti terdapat perbedaan berarti antara hasil pembelajaran sesudah dan
sebelum penggunaan bahan ajar sehingga dapat dinyatakan bahwa bahan ajar dalam
pembelajaran.

24

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran
Diharapkan kepada seluruh guru di Indonesia agar dapat mengembangkan bahan ajar
demi meningkatkan kemampuan peserta didik di dalam pembelajaran. Dan untuk pemahaman
lebih lanjut maka penulis memberikan saran, Perlunya penambahan materi untuk perluasan
pemahaman karena penulis menyadari makalah ini masih banyak kekuranganan penulis

25

DAFTAR PUSTAKA

Akker,J.V. 1999. Principles and Methods of Development Research. In J. vam den Akker,R
Branch,K Gustafson, N Nieveen and Tj.Plomp (Eds). Design Approaches and Tools in
Education and Training (hlm. 1-14). Dodrecht : Kluwer Academic Publisher.
Arifin, Zaenal.(1991). Evaluasi Instruksional.Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Arikunto, Suharsimi. (2010) Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara : Yogyakarta.
Aris. 2014. Pengembangan Bahan Ajar.
http://aristwn.staff.stainsalatiga.ac.id/wp-content/uploads/sites/3/2014/04/Bahan-Ajarcopy.pdf bahan ajar copy 1 (8 November 2014).

Depdiknas. 2008. Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Direktorat Jenderal


Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.
Djali, dan Puji Muljono. (2008). Pengukuran dalam Bidang Pendidikan. PT. Gramedia : Jakarta.
Nieveen, Nienke.1999. Prototyping to Reach Product Quality. In J. vam den Akker,R Branch,K
Gustafson, N Nieveen and Tj.Plomp (Eds). Design Approaches and Tools in Education and
Training (hlm. 125-136). Dodrecht : Kluwer Academic Publisher
Nursalam. (2003). Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman
Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta. Salemba Medika.
Oni Arlitasari, dkk. 2013. Pengembangan Bahan Ajar IPA Terpadu Berbasis
Salingtemas Dengan Tema Biomassa Sumber Energi Alternatif Terbarukan. Jurnal Materi
dan Pembelajaran Fisika. Volume 1 No.1 halaman 81, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret.
Sudjana, D. (2004).manjemen Program Pendidikan Untuk Pendidikan Nonformal dan
Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung : Falah Production.
Sukadji, S. (2000). Menyusun dan Mengevaluasi Laporan Penelitian, Jakarta : UI-Press
Sugiyono, 2005, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta.

26

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D).
Bandung : Alfabeta
Susuri, Ridwan. 2012. Makalah Proses Pengembangan Media.
sururi.blogspot.com/2013/06/makalah-proses-pengembangan-media.html
(16 November 2014).

http://ridwan-

Yazid, A. (2011). Kevalidan, Kepraktisan, dan Efek Potensial Suatu Bahan Ajar. Pascasarjana
Pendidikan Matematika Universitas Sriwijaya.
http://aisyahyazid.blogspot.com/2011/12/kevalidan-kepraktisan-dan-efek.html
(8 November 2014).

27

You might also like